Disusun oleh :
NIM : 2018.C.10a.0938
Pembimbing Akademik
Nia Pristina,S.Kep.Ners.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya untuk dapat menyelesaikan Laporan
pendahuluan dan asuhan keperawatan sistem integumen pada Ny. M dengan
diagnosa medis ulkus diabetik dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Saya berharap laporan pendahuluan penyakit ini dapat berguna dan
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Ulkus Diabetik.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................... 2
1.3.1 Tujuan Umum ...................................................................... 2
1.3.2 Tujuan Khusus...................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan.................................................................. 2
1.4.1 Untuk Mahasiswa................................................................. 2
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga.................................................... 3
1.4.3 Untuk Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit).................... 3
1.4.4 Untuk IPTEK........................................................................ 3
iii
iv
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Catatan perkembangan
Jurnal
SAP
Leaflet
iv
v
v
BAB 1
PENDAHULUAN
Ulkus kaki diabetik adalah cedera pada semua lapisan kulit, nekrosis atau
gangren yang biasanya terjadi pada telapak kaki, sebagai akibat dari neuropati
perifer atau penyakit arteri perifer pada pasien diabetes mellitus (Rosyid,2017).
Diantara penyebab terjadinya ulkus diabetik adalah akibat penurunan
sirkulasi ke perifer yang dipengaruhi oleh tingginya kadar gula dalam darah dan
penyakit arterial perifer yaitu aterosklerosis. Ulkus kaki diabetik ditandai dengan
peningkatan apoptosis fibroblast, penurunan fibroblast proliferasi sel dan
inflamasi berkepanjangan reaksi (Rosyid,2018).
Apabila ulkus diabetik tidak segera mendapatkan penanganan dengan serius
maka dapat meningkatkan penyebab terjadinya amputasi kaki pada klien DM.
Amputasi terjadi 15 kali lebih sering pada klien diabetes dari pada non diabetes.
Hal ini diperkirakan sampai tahun 2032 akan mengalami peningkatan jumlah
penyandang diabetes di dunia, dan terjadi peningkatan masalah kaki diabetik
(PERKENI,2011).
Prevalensi klien ulkus kaki diabetik di dunia sekitar 15% dengan risiko
amputasi 30 %, angka mortalitas 32% (IDF,2015). Penderita diabetes di Indonesia
yang mengalami komplikasi seperti, neuropati (63,5%), retinopati (42%),
nefropati (7,3%), makrovaskuler (16%), mikrovaskuler (6%), dan luka kaki
diabetik (15%). Sedangkan angka kematian akibat ulkus kaki diabetik dan
ganggren mencapai 17-23%, serta angka amputasi mencapai 15-30%, selain itu
angka kematian 1 tahun pasca amputasi sebesar 14,8% (Purwanti,2013).
Dalam perawatan ulkus diabetikum American Diabetik Association
(ADA), membuat target yang harus di capai, yaitu meningkatkan fungsi dan
kualitas hidup, mengontrol infeksi, meningkatkan status kesehatan, mencegah
amputasi, dan mengurangi pengeluaran biaya pasien (Lestari,2012).
1
2
1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk Mahasiswa
Memberikan pengalaman yang nyata tentang asuhan pada pasien
dengan diagnosa medis ulkus diabetik.
3
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
5
2.1.2.1 Epidermis
Epidermis merupakan lapisan terluar kulit, yang terdiri dari :
2.1.2.1.1 Stratum korneum, yaitu sel yang telah mati, selnya tipis, datar, tidak mempunyai
inti sel dan mengandung zat keratin.
2.1.2.1.2 Stratum lusidum, yaitu sel bentuk pipih, mempunyai batas tegas, tetapi tidak ada
inti. Lapisan ini terdapat pada telapak kaki. Dalam lapisan ini terlihat seperti pita
yang bening, batas-batas sudah tidak begitu terlihat.
2.1.2.1.3 Stratum glanulosum, sel ini berisi inti dan glanulosum.
2.1.2.1.4 Zona germinalis, terletak dibawah lapisan tanduk dan terdiri atas dua lapisan epitel
yang tidak tegas.
2.1.2.1.5 Sel berduri, yaitu sel dengan fibril halus yang menyambung sel satu dengan yang
lainnya, sehingga setiap sel seakan-akan tampak berduri.
2.1.2.1.6 Sel basale, sel ini secara terus-menerus memproduksi sel epidermis baru. Sel ini
disusun dengan teratur, berurutan dan rapat sehingga membentuk lapisan pertama
atau lapisan dua sel pertama dari sel basal yang posisinya diatas papilla dermis
(Susanto dan Ari, 2013).
2.1.2.2 Dermis
Dermis terletak dibawah lapisan epidermis. Dermis terdiri dari dua lapisan;
lapisan atas yaitu pars papilaris (stratum papilaris), dan bagian bawah yaitu pars
6
retikularis terdiri dari jaringan ikat longgar yang tersusun atas serabutserabut; serabut
kolagen, serabut elastic, dan serabut retikulus (Susanto dan Ari, 2013).
2.1.2.3 Subkutan
Subkutan mengikat kulit secara longgar dengan organ-organ yang berada di
bawahnya. Lapisan subkutan mengandung jumlah sel lemak yang beragam,
bergantung pada area tubuh dan nutrisi individu, serta berisi banyak pembuluh darah
dan ujung saraf. Sel lemak berbentuk bulat dengan intinya berdesakan kepinggir,
sehingga membentuk seperti cincin. Lapisan lemak ini disebut penikulus adiposus
yang tebalnya tidak sama pada setiap tempat dan jumlah antara laki-laki dan
perempuan. Fungsi penikulus adipose adalah sebagai shok breaker atau pegas bila
tekanan trauma mekanis yang menimpa pada kulit, isolator panas atau untuk
mempertahankan suhu. Di bawah subkutan terdapat selaput otot dan lapisan
berikutnya yaitu otot (Susanto dan Ari, 2013).
6,5. Ini merupakan perlindungan terhadap infeksi jamur dan sel–sel kulit yang telah
mati melepaskan diri secara teratur.
2.1.2.1.3 Absorbsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi
cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitu juga yang larut dalam
lemak. Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2 dan uap air memungkinkan kulit ikut
Universitas Sumatera Utara mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan
absorbsi kulit dipengaruhi tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembapan dan
metabolisme. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah di antara sel, menembus
sel–sel epidermis, atau melalui saluran kelenjar dan yang lebih banyak melalui sel–
sel epidermis.
2.1.2.1.4 Pengatur panas
Suhu tubuh tetap stabil meskipun terjadi perubahan suhu lingkungan. Hal ini
karena adanya penyesuaian antara panas yang dihasilkan oleh pusat pengatur panas,
medulla oblongata. Suhu normal dalam tubuh yaitu suhu visceral 36-37,5 derajat
untuk suhu kulit lebih rendah. Pengendalian persarafan dan vasomotorik dari
arterial kutan ada dua cara yaitu vasodilatasi (kapiler melebar, kulit menjadi panas
dan kelebihan panas dipancarkan ke kelenjar keringat sehingga terjadi penguapan
cairan pada permukaan tubuh) dan vasokonstriksi (pembuluh darah mengerut, kulit
menjadi pucat dan dingin, hilangnya keringat dibatasi, dan panas suhu tubuh tidak
dikeluarkan).
2.1.2.1.5 Ekskresi
Kelenjar–kelenjar kulit mengeluarkan zat–zat yang tidak berguna lagi atau zat
sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan amonia. Sebum
yang diproduksi oleh kulit berguna untuk melindungi kulit karena lapisan sebum
(bahan berminyak yang melindungi kulit) ini menahan air yang berlebihan sehingga
kulit tidak menjadi kering. Produksi kelenjar lemak dan keringat menyebabkan
keasaman pada kulit.
2.1.2.1.6 Persepsi
Kulit mengandung ujung–ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis.
Respons terhadap rangsangan panas diperankan oleh dermis dan subkutis,
Universitas Sumatera Utara terhadap dingin diperankan oleh dermis, peradaban
8
diperankan oleh papila dermis dan markel renvier, sedangkan tekanan diperankan
oleh epidermis. Serabut saraf sensorik lebih banyak jumlahnya di daerah yang
erotik.
2.1.3 Etiologi
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya ulkus diabetikum diantarannya
(Tarwoto., 2011) :
2.1.3.2 Trauma hal ini berhubungan dengan tekanan yang terlalu tinggi pada telapak
kaki selama proses berjalan
2.1.3.3 Deformitas kaki yang berhubungan dengan peningkatan tekanan pada plantar
2.1.4 Klasifikasi
Klasifikasi ulkus diabetikum menurut (Wijaya & Putri, 2013) :
2.1.4.1 Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit mash utuh dengan kemungkinan disertai
kelainan bentuk kaki.
2.1.4.2 Derajat 1 : Ulkus superfisial terbatas pada kulit
2.1.4.3 Derajat 2 : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang
2.1.4.4 Derajat 3 : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis
2.1.4.5 Derajat 4 : Gangren jarim kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis
2.1.4.6 Derajat 5 : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai
2.1.5 Patofisiologi
9
Luka kronik diabetes disebabkan oleh tiga faktor yaitu iskemi, neuropati, dan infeksi.
Kadar glukosa darah yang tidak terkendali akan menyebabkan komplikasi kronik neuropati
perifer berupa neuropati sensorik, motorik. Penderita diabetes juga menderita kelainan
vaskuler berupa iskemi. Hal ini disebabkan proses makroangiopati dan menurunnya sirkulasi
jaringan yang ditandai oleh hilang atau berkurangnya denyut nadi arteri dorsalis pedis,arteri
tibialis, dan arteri paplitea. Inilah yang menyebabkan kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku
menebal. Selanjutnya terjadi nekrosis jaringan, sehingga timbul ulkus yang biasanya timbul
dari ujung kaki atau tungkai kaki. Kelainan neurovaskuler pada penderita diabetes diperberat
dengan atherosklerosis. Atherosklerosis merupakan kondisi arteri menebal dan menyempit
karena penumpukan lemak didalam pembuluh darah. Menebalnya arteri dikaki dapat
mempengaruhi otot-otot kaki karena berkurangnya suplai darah, kesemutan, rasa tidak
nyaman, dan dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan kematian jaringan yang
akan berkembang menjadi ulkus kaki diabetes. Proses angiopati pada penderita diabetes
mellitus berupa penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer tungkai bawah
terutama kaki, akibat perfusi jaringan bagian distal tungkai kaki berkurang (Wijaya & Putri,
2013).
Terjadinya ulkus diabetikum pada ekstremitas bawah diawali karena adanya
ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah yang menyebabkan kelainan neuropati, dan
pembuluh darah, baik neuropati sensorik ataupun motorik, dan autonomik, akan
mengakibatkan berbagai perubahan kulit dan otot yang kemudian akan menyebabkan ulkus
diabetikum pada penderita diabetes mellitus (Haryono & Utami, 2019).
10
Ulkus diabetik
B B B B B B
11 2 3 4 5 6
Intake glukosa sel Hiperglikemia Angiopati diabetik Hiperglikemia Katabolisme Neuropati perifer
berkurang protein
- Gangguan
Nyeri integritas kulit
- Gg. Mobilitas fisik
2.1.7 Komplikasi
2.1.8.1 Komplikasi makrovaskuler
Pada komplikasi makrovaskuler yang biasanya umum berkembang
yaitu trombosit otak atau dibagian otak mengalami pembekuan darah
sebagian, gagal jantung kongestif, penyakit jantung koroner dan
mengalami stroke.
2.1.8.2 Komplikasi mikrovaskuler
Komplikasi ini terjadi pada pasien diabetes dengan tipe 1 yaitu
nefropati, diabetik retinopati atau pasien mengalami kebutaan, neuropati
dan amputasi akibat luka diabetes yang sudah tidak mengalami
perawatan dengan baik lalu mengalami infeksi yang sangat parah.
2.3.3.3 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pada bagian yang
mengalami luka (D.0054. Hal 124)
Kriteria Hasil :
- Pergerakan ekstremitas (5)
- Kekuatan otot (5)
- Rentang gerak (5)
Intervensi :
1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
2. Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulansi
3. Monitor kondisi umum selama melakukan ambulansi
4. Fasilitasi aktivitas ambulansi dengan alat bantu
5. Fasilitasi melakukan mobilitas fisik, jika perlu
6. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
ambulansi
7. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
8. Anjurkan melakukan ambulasi dini
9. Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis. Berjalan dari
tempat tidur ke kursi roda, dll)
2.3.3.6 Risiko infeksi berhubungan dengan proses penyakit (D.0142. Hal. 304)
Kriteria hasil :
- Kemampuan mengidentifikasi faktor risiko (5)
- Kemerahan (5)
- Bengkak (5)
- Kebersihan tangan (5)
Intervensi :
1. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
2. Batasi jumlah pengunjung
3. Berikan perawatan kulit pada area edema
4. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
5. Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi
6. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
7. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
8. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Klien
Nama : Ny. M
Umur : 55 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Dayak
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : Sarjana
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Mawar
TGL MRS : 17 Oktober 2020
Diagnosa Medis : DM Tipe II + Ulkus Diabetikum
3.1.2 Riwayat Kesehatan/Perawatan
1. Keluhan Utama
Klien mengatakan luka di kaki kirinya membusuk dan terasa nyeri, P: Proses
penyakit, Q: Seperti diiris-iris, R: Di bagian kaki kiri, S: Skala nyeri 6
(Sedang), T: Pada saat kaki kiri digerakkan
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada hari sabtu, tanggal 17 Oktober 2020 klien datang ke RSUD dengan
keluhan lukanya membusuk di kaki kirinya disertai dengan nyeri. Satu bulan
yang lalu terdapat luka di kaki kiri klien, dua minggu sebelum masuk rumah
sakit keluhan dirasa semakin bertambah, luka pada kaki kiri menjadi
20
21
kemerahan dan mulai terlihat kehitaman. Satu minggu sebelum masuk rumah
sakit keluhan pada kaki kiri klien semakin bertambah, luka membengkak dan
mengeluarkan nanah. Karena klien tidak bisa mengobati luka tersebut maka
oleh keluarganya klien dibawa ke rumah sakit. Dari Hasil Pemeriksaan Fisik
ditemukan adanya luka, di sekitar luka tampak menghitam, merah, bengkak
dan mengeluarkan nanah. Hasil pemeriksaan vital sign TD: 130/90 mmHg, N:
76x/M, S: 36,80C, RR: 20x/M. Barulah setelah dari UGD, klien dipindahkan ke
ruang bedah untuk dilakukan tindakan keperawatan lebih lanjut.
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Pasien memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus Tipe II.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan ayahnya ada riwayat penyakit diabetes mellitus
GENOGRAM :
KETERANGAN:
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Hubungan keluarga
= Tinggal serumah
= Pasien
22
bau minyak kayu putih tersebut. Saraf kranial II (Optikus): pasien mampu
membaca nama perawat dengan baik pada saat perawat meminta pasien untuk
membaca namanya. Saraf kranial III (Okulomotor): pasien dapat mengangkat
kelopak matanya dengan baik. Saraf kranial IV (Troklearis): pasien dapat
menggerakkan bola matanya (pergerakan bola mata normal). Saraf kranial V
(Trigeminalis): pada saat pasien makan pasien dapat mengunyah dengan lancar.
Saraf kranial VI (Abdusen): pasien mampu menggerakan bola matanya ke kiri dan
kekanan. Saraf kranial VII (Fasialis): pasien dapat berekspresi terhadap rasa manis
dan asin. Saraf kranial VIII (Auditorius): pasien dapat menjawab dengan benar
dimana suara petikan jari perawat kiri dan kanan. Saraf kranial IX
(Glosofaringeus): pasien dapat merasakan rasa asam. Saraf kranial X (Vagus):
pada saat makan pasien dapat mengontrol proses menelan. Saraf kranial XI
(Assesorius): pasien dapat menggerakkan leher dan bahu. Saraf kranial XII
(Hipoglosus): pasien mampu mengeluarkan lidahnya.
Hasil uji koordinasi ekstremitas atas jari ke jari positif, jari ke hidung positif.
Ekstremitas bawah tumit ke jempol kaki, uji kestabilan positif; pasien dapat
menyeimbangkan tubuhnya, refleks bisep dan trisep kanan dan kiri postif dengan
skala 5, refleks brakioradialis kanan dan kiri positif dengan skala 5, refleks patela
kanan dan kiri positif dengan skala 5, refleks akhiles kanan dan kiri positif dengan
skala 5, refleks babinski kanan dan kiri positif dengan skala 5. Uji sensasi pasien
di sentuh bisa merespon.
Masalah keperawatan : Nyeri akut
7. Eliminasi Uri (Bladder)
Produksi urine 450ml/24 jam warna urine kuning, bau urine amoniak. Eliminasi
Ny. M tidak ada masalah atau lancar.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada masalah keperawatan
8. Eliminasi Alvi (Bowel)
Sistem pencernaan, bibir terlihat tampak baik, tidak ada lesi. Gigi terlihat lengkap
dan tidak ada karies gigi, gusi terlihat tidak ada peradangan dan perdarahan, lidah
berwana merah muda dan tidak ada peradangan, tidak ada perdarahan pada
mukosa, tidak ada peradangan pada tonsil, tidak ada keluhan nyeri pada
tenggorokan saat menelan. Palpasi abdomen tidak teraba massa dan tidak ada
24
nyeri tekan pada abdomen. Tidak ada hemoroid pada rectum. Pasien BAB 1x
sehari warna coklat dan lembek konsistensinya.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
9. Tulang – Otot – Integumen (Bone)
Pergerakan Ny. M secara bebas dan tidak terbatas, terdapat nyeri di kaki kiri
bagian telapak kaki ekstremitas atas 5/5 dan ekstremitas bawah 5/5 normal
pergerakannya dan ada ulkus di kaki kiri di dekat telapak kaki maupun deformitas
pada tulang, maupun patah tulang.
Keluhan lainnya : Dari hasil pengkajian fisik, di sekitar luka tampak bengkak
dan mengeluarkan nanah, luka berada di kaki kiri di dekat telapak kaki.
Masalah Keperawatan : Nyeri akut & Risiko infeksi.
10. Kulit-kulit Rambut
Riwayat alergi pasien tidak pernah mengalami alergi obat, alergi makanan, alergi
kosmetik. Suhu kulit Ny. M hangat, ada luka di kaki kiri bagian di dekat telapak
kaki, warna kulit disekitar luka tampak menghitam dan kemerahan, turgor kulit
halus tidak kasar, jaringan parut tidak ada, tekstur rambut tidak terkaji, distribusi
rambut tidak terkaji, bentuk kuku simetris.
Masalah Keperawatan: Gangguan integritas kulit/jaringan
11. Sistem Penginderaan
Fungsi penglihatan normal, bola mata bergerak normal, sklera normal/putih,
konjungtiva merah muda, kornea bening. Pasien tidak memakai kecamata dan
tidak keluhan nyeri pada mata. Fungsi pendengaran baik, penciuman normal,
hidung simetris, dan tidak ada polip.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada masalah keperawatan
12. Leher dan Kelenjar Limfe
Massa tidak ada, jaringan parut tidak ada, kelenjar limfe tidak teraba, kelenjar
tyroid tidak teraba, mobilitas leher bergerak bebas tidak terbatas.
13. Sistem Reproduksi
Tidak ada kemerahan pada system reproduksi, gatal-gatal tidak ada, pendarahan
tidak ada, flour Albus tidak ada, clistoris tidak ada, labis tidak ada, uretra tidak
ada, kebersihan baik, tidak ada kehamilan, tafsiran partus tidak ada, tidak ada
25
keluhan lain, payudara simetris, putting menonjol, warna areola normal, Asi tidak
ada.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
55
kg. IMT = =18,37 (normal IMT : 18-25) Diet biasa, diet rendah kalori,
1.73 x 1.73
tidak ada kesukaran menelan atau normal.
Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit
Frekuensi/hari 3x sehari 3x sehari
Porsi 1 porsi 1 porsi
Nafsu makan Baik Baik
Jenis makanan Nasi + Lauk pauk Nasi + Lauk pauk
Jenis minuman Air putih Air putih dan teh
Jumlah minuman/cc/24 jam ± 1200cc ± 4000cc
Kebiasaan makan Pagi, siang, sore Pagi, siang, sore
Keluhan/masalah Tidak Ada Merasa haus
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
3. Pola istirahat dan tidur
Pasien mengatakan sebelum sakit tidur pada malam hari 7-8 jam sedangkan pada
siang hari 4-5 jam. Saat sakit pasien tidur 2 jam pada malam hari dan siang hari
hanya 45 menit.
Masalah Keperawatan: Gangguan Pola Tidur
4. Kognitif
Pasien dan keluarga sudah mengetahui penyakitnya setelah diberikan penjelasan
dari dokter dan tenaga medis lainnya.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
5. Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran).
Gambaran diri pasien menyukai tubuhnya secara utuh. Ideal diri pasien ingin
cepat sembuh dari penyakit yang di deritanya. Identitas diri pasien adalah seorang
26
anak dari ibunya. Harga diri pasien tidak merasa rendah diri dengan penyakitnya.
Peran pasien sebagai seorang ibu dari 2 anak.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
6. Aktivitas Sehari-hari
Sebelum dan sesudah sakit pasien dapat beraktivitas secara mandiri.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
7. Koping-Toleransi terhadap stress
Pasien mengatakan bila ia sedang ada masalah, Ia selalu menceritakan kepada
keluarga.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
8. Nilai Pola Keyakinan
Klien beragama Islam dan tidak ada masalah dengan keyakinannya
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
Sebelum sakit, pasien selalu menjalankan ibadah yaitu sholat dan kegiatan masjid
lainnya.
DO :
- Di kaki klien tampak ada Terganggunya aliran darah
luka ke kaki
- Ekspresi wajah meringis
- Klien tampak gelisah Iskemik
- Penyebab nyeri kerusakan
neuropati perifer Luka
- PQRST
- P: Proses penyakit Persepsi nyeri
- Q: Seperti diiris-iris
- R: Di bagian kaki kiri
- S: Skala nyeri 6 (Sedang)
- T: Pada saat kaki kiri
digerakkan
- TTV :
- TD : 130/90 mmHg
- N : 76 x/menit
- S : 36,80 C
- R : 20x/menit
Ketidaknyamanan
PRIORITAS MASALAH
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. M
Ruang Rawat :
4. Risiko infeksi berhubungan Setelah di lakukan perawatan 1. Monitor tanda dan gejala 1. Menentukan tingkat infeksi agar dapat
dengan ulkus ditandai dengan selama 1x7 jam diharapkan infeksi local dan sistemik dicegah
kulit di sekitar luka tampak teratasi, dengan kriteria: 2. Batasi jumlah pengunjung 2. Menghindari penyebaran dari
bengkak dan mengeluarkan - Kemampuan 3. Berikan perawatan kulit pada mikroorganisme
nanah, luka terbalut dengan mengidentifikasi faktor area edema 3. Dapat membantu mencegah terjadinya
perban, klien terlihat sedikit risiko (5) 4. Cuci tangan sebelum dan infeksi yang lebih luas
menggaruk area kaki di dekat - Kemerahan (5) sesudah kontak dengan pasien 4. Menghindari terjadi kontaminasi bakteri
lukanya, TTV : TD : 130/90 - Bengkak (5) dan lingkungan pasien 5. Mencegah penyebaran/melindungi pasien
mmHg, N : 76 x/menit, S : - Kebersihan tangan (5) 5. Pertahankan teknik aseptic dari proses infeksi lainnya
0
36,8 C, R : 20x/menit pada pasien berisiko tinggi 6. Meningkatkan pengetahuan klien
6. Jelaskan tanda dan gejala 7. Membantu klien agar tidak terkontaminasi
infeksi bakteri
7. Ajarkan cara mencuci tangan 8. Membantu meningkatkan sistem imun
dengan benar
8. Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
36
Tanda tangan
Hari / Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
Senin, 19 Diagnosa keperawatan 2 S: Klien mengatakan lukanya sudah terawat dengan
Oktober 2020/ 1. Memonitor karakteristik luka baik
07.00 2. Mengatur posisi klien sesuai dengan kondisi O:
luka - Klien sudah berposisi senyaman mungkin sesuai
3. Mempertahankan dressing streril ketika dengan kondisi lukanya
melakukan perawatan luka - Kondisi luka klien sudah terawat dengan baik Jekly Lukman
4. Membersihkan luka sesuai dengan kondisi luka dengan kemerahan dan kehitaman luka yang sudah Warihani
5. Mengeringkan luka dengan kasa kering (mis. tertutup perban
darah/nanah) - Klien masih tampak meringis menahan nyeri
6. Menutup luka dengan balutan kering - Klien dan keluarga tampak paham dengan tanda
7. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi dan gejal infeksi
8. Mengajarkan prosedur perawatan luka secara A : Masalah sebagian teratasi
mandiri P: Lanjutkan intervensi nomor 1, 3 dan 4
9. Berkolaborasi pemberian antibiotic seperti
antibiotic profilaksis Metronidazole
dan
Jam
Nama Perawat
Senin, 19 Diagnosa Keperawatan 3 S : Klien mengatakan tidurnya nyenyak
Oktober 2020/ 1. Mengidentifikasi faktor yang mengganggu O:
07.00 tidur - Suara bising tidak terdengar
2. Mengidentifikasi makanan dan minuman yang - Suhu ruangan normal
mengganggu tidur - Keluhan sulit tidur berkurang
3. Memodifikasi lingkungan (mis, pencahayaan, - Klien tampak rileks setelah dilakukan pijat dibagian Jekly Lukman
kebisingan, suhu ruangan dan tempat tidur) bahu dan pengaturan posisi Warihani
4. Menetapkan jadwal tidur rutin - Klien tampak paham dengan kebutuhan tidur yang
5. Melakukan prosedur untuk meningkatkan cukup selama sakit
kenyamanan (mis, pijat dan pengaturan posisi) - Klien tertidur 7-8 jam pada malam hari dan 1 jam
6. Menjelaskan pentingnya tidur cukup selama pada siang hari
sakit A : Masalah teratasi
7. Menganjurkan menepati kebiasaan waktu tidur P: Hentikan intervensi.
Hari / Tanggal
Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
39
CATATAN PERKEMBANGAN
40
Diagnosa 2 :
1. Memonitor karakteristik luka S: Klien mengatakan luka pada kaki kirinya
2. Mengatur posisi klien sesuai dengan membusuk
kondisi luka O:
41
selama sakit
7. Menganjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur
Jekly Lukman
Diagnosa 2 : S: Klien mengatakan lukanya sudah terawat
Warihani
1. Memonitor karakteristik luka dengan baik
2. Mempertahankan dressing streril O:
ketika melakukan perawatan luka - Klien sudah berposisi senyaman mungkin
44
DAFTAR PUSTAKA
Abstract
Diabetic mellitus remains prevalent in the world. It is a condition of hyperglycemia which are at
risk of macrovascular and microvascular complications. One of diabetes complications is diabetic
ulcers caused by loss of sensation of pain due to neuropathy. The research objective was to assess
the characteristics of ulcers in diabetic patients in two general hospitals in Banda Aceh with cross
sectional study design with purposive sampling. This study planned to observe a number of 215
diabetic patients. There were 57 people with diabetic ulcers including inpatients and outpatients
in two general hospitals in Banda Aceh in the period November- December 2015. Observations
were made to assess characteristics of ulcer sufferers. The result showed characteristics of Meggitt
Wagner grade 1 ulcer criteria who were dominated by women. Other characteristics included the
number of ulcer in only one place, location on foot, minimal exudate, such as a cliff-edged ulcer,
skin around the ulcer has minimal inflammation in red pale, ulcer without pain and without
maceration. Patients with diabetic ulcers should always observe hygiene, foot health and wound
care.
Abstrak
Diabetes mellitus masih menjadi masalah kesehatan di dunia. DM merupakan kondisi meningkatnya
kadar gula darah yang berisiko menimbulkan komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular. Prevalensi
DM terus meningkat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Salah satu komplikasi DM adalah ulkus
diabetikum yang terjadi akibat berkurangnya sensasi nyeri karena neuropati. Tujuan penelitian adalah
menilai karakteristik ulkus pada penderita DM di dua rumah sakit umum Kota Banda Aceh. Jenis
penelitian adalah observasional dengan desain potong lintang. Teknik pengambilan sampel adalah
secara purposive. Penelitian ini direncanakan mengamati ulkus diabetikum pada 215 pasien DM.
Sampel yang didapatkan berjumlah 57 orang penderita ulkus diabetikum yang dirawat dan berobat jalan
di dua rumah sakit umum Banda Aceh periode November sampai Desember 2015. Pengamatan
dilakukan untuk menilai karakteristik ulkus yang diderita oleh responden. Hasil penelitian didapatkan
karakteristik ulkus diabetikum kriteria Meggitt Wagner grade 1 didominasi oleh perempuan.
Karakteristik lainnya berturut-turut adalah jumlah ulkus hanya pada satu tempat, lokasi di kaki, eksudat
minimal, ulkus bertepi seperti tebing, kulit di sekitar ulkus dengan inflamasi minimal berwarna merah
muda, ulkus tanpa nyeri dan tanpa maserasi. Penderita ulkus diabetikum hendaknya selalu
memperhatikan kebersihan, kesehatan kaki dan melakukan perawatan luka.
Kata kunci : Karakteristik ulkus diabetikum, Diabetes Mellitus, neuropati, perawatan kaki
PENDAHULUAN
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kondisi meningkatnya kadar gula darah yang
dapat meningkatkan risiko kerusakan makrovaskular dan mikrovaskular sehingga menurunkan
kualitas hidup penderitanya.1 Di seluruh dunia, prevalensi diabetes pada orang dewasa di dunia
yang berumur 20-79 tahun akan menjadi 6,4%, berpengaruh kepada 285 juta orang tahun 2010
dan meningkat menjadi 7,7% pada tahun 2030 dan berpengaruh kepada 439 juta orang. Diantara
tahun 2010 dan 2030 jumlah penderita diabetes akan meningkat sebesar 69% di negara
berkembang, dan 20% di negara maju. 2 Menurut Riskesdas 2013, prevalensi DM berdasarkan
wawancara di Indonesia meningkat pada tahun 2013, yaitu sebesar 2,1% jika dibandingkan
dengan tahun 2007 (1,1%).3 Faktor risiko DM diantaranya adalah berat badan berlebih atau
obesitas, aktivitas fisik yang rendah, riwayat orang tua DM, etnik, diabetes gestasional, hipertensi,
HDL rendah, trigliserida tinggi, dan memiliki riwayat penyakit kardio vaskuler.4
Salah satu komplikasi dari DM adalah neuropati, berupa berkurangnya sensasi di kaki dan sering
dikaitkan dengan luka pada kaki.4 Neuropati perifer menyebabkan hilangnya sensasi di daerah distal kaki
yang mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya ulkus kaki bahkan amputasi. 5 Neuropati sensori motorik
kronik adalah jenis yang sering ditemukan dari neuropati diabetikum. Seiring dengan lamanya waktu
menderita diabetes dan mikroangiopati, maka neuropati diabetikum dapat menyebabkan ulkus pada kaki,
deformitas bahkan amputasi.6 Ulkus kaki pada neuropati sering kali terjadi pada permukaan plantar kaki
yaitu di area yang mendapat tekanan tinggi, seperti area yang melapisi kaput metatarsal maupun area lain
yang melapisi deformitas tulang. Ulkus kaki diabetik berkontribusi terhadap >50% ulkus kaki penderita
diabetes dan sering tidak menimbulkan rasa nyeri disertai lebam.6
Neuropati perifer merupakan penyebab ulserasi yang susah dikontrol pada kaki penderita DM.
Hilangnya sensasi mengakibatkan hilangnya nyeri dan dapat disertai oleh kerusakan kulit baik karena
trauma maupun tekanan sandal dan sepatu yang sempit yang dipakai penderita sehingga
dapatberkembang menjadi lesi dan infeksi.7 Orang yang menderita DM ≥ 5 tahun berkemungkinan
hampir dua kali untuk menderita ulkus dibandingkan dengan orang yang menderita DM kurang dari 5
tahun.8 Semakin lama seseorang menderita DM maka semakin besar peluang untuk menderita
hiperglikemia kronik yang pada akhirnya akan menyebabkan komplikasi DM berupa retinopati,
nefropati, PJK, dan ulkus diabetikum.9 Meskipun gambaran klinis DM tipe 1 dan tipe 2 memiliki
perbedaan, misalnya pada DM tipe 1 dapat mengancam hidup penderitanya, memiliki gejala yang berat
dan membutuhkan insulin namun pada DM tipe 2 sedikit memberi gejala bahkan diabaikan oleh pasien.
Namun komplikasi diantara keduanya sama untuk menimbulkan kelainan profil lipid dalam darah yang
dapat memicu penyakit kardio vaskular, nefropati dan hipertensi. Selain itu juga ditemukan komplikasi
lain berupa, retinopati dan neuropati.6
Luka yang timbul secara spontan maupun karena trauma dapat menyebabkan luka terbuka yang
mampu menghasilkan gas gangren berakibat terjadinya osteomielitis.10 Gangren kaki merupakan
penyebab utama dilakukan amputasi kaki kaki nontraumatik. 7 Penderita DM sangat rentan mengalami
amputasi disebabkan kondisi penyakit yang kronik dan risiko komplikasi yang lebih besar.11
Klasifikasi luka kaki diabetik dibutuhkan untuk mengetahui lesi yang sedang diobati,
mempelajari hasil pengobatan dan dapat memberi pemahaman tentang kaki diabetik. 12 Sampai saat ini
sistem klasifikasi yang digunakan untuk menentukan derajat ulkus diabetik adalah kriteria Meggit-
Wagner dan University of Texas sistem.12
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik ulkus diabetikum pada penderita diabetes
mellitus yang ada di RSUD dr. Zainal Abidin dan RSUD Meuraxa di Banda Aceh. Pengamatan
terhadap ulkus diabetikum dirasa penting dilakukan karena dengan mengetahui derajat ulkus maka dapat
memprediksi pilihan perawatan, tindakan dan terapi yang sesuai. Bagi penderita juga bermanfaat
untuk menjaga kesehatan kaki dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
BAHAN DAN METODE peneliti dari Loka Litbang Biomedis Aceh dengan
latar belakang pendidikan dokter umum, perawat,
Penelitian ini dilakukan di RSUD dr sarjana gizi, sarjana biologi, dan analis kesehatan.
Zainal Abidin dan RSUD Meuraxa Banda Aceh Sedangkan pembantu peneliti dari rumah sakit
selama 8 bulan. Pemilihan kedua rumah sakit terdiri dari dokter ahli penyakit dalam, PPDS ilmu
ini karena RSUD dr Zainal Abidin merupakan
rumah sakit pemerintah kelas A yang mampu
memberikan pelayanan kedokteran spesialis
dan sub spesialis luas dan ditetapkan sebagai
rumah sakit rujukan tertinggi dan memiliki poli
endokrin untuk merawat luka kaki diabetik.
RSUD Meuraxa merupakan rumah sakit negeri
kelas B yang mampu memberikan pelayanan
kedokteran spesialis dan sub spesialis terbatas
dan juga menampung rujukan dari rumah sakit
kabupaten. Penelitian ini telah memperoleh
ethical clearance dari komisi etik Badan
Litbangkes. Jenis penelitian adalah observasional
dengan desain potong lintang. Populasi adalah
semua penderita ulkus diabetik yang datang ke
RSUD dr Zainal Abidin dan RSUD Meuraxa
Banda Aceh dari bulan November sampai
Desember tahun 2015. Sampel adalah penderita
ulkus diabetik yang menjalani rawat inap/rawat
jalan di rumah sakit dr. Zainal Abidin dan RSUD
Meuraxa Banda Aceh. Teknik pengambilan
sampel dilakukan secara purposive. Penelitian ini
dilakukan untuk mengambil pus ulkus pada 215
penderita DM sesuai dengan rumus sampel yang
diperoleh, akan tetapi dalam pelaksanaannya
hanya diperoleh 57 orang responden yang terdiri
dari 40 orang dari RSUD dr. Zainal Abidin dan
17 orang dari RSUD Meuraxa Banda Aceh
periode November dan Desember 2015. Kriteria
inklusi sampel yaitu; (a) pasien dengan ulkus
diabetikum rawat inap dan rawat jalan di dua
rumah sakit, (b) bersedia ikut serta dalam
penelitian dengan menandatangani informed
consent, dan (c) memiliki rekam medik yang
lengkap. Kriteria eksklusi meliputi; (a) pasien
yang menderita sakit berat/komplikasi, (b) pasien
yang sulit berkomunikasi, dan (c) pasien yang
menolak ikut serta dalam penelitian.
Pengumpulan data dilakukan oleh tim
penyakit dalam, dan .perawat. Sebelum Abidin dan 17 orang dari RSUD Meuraxa Banda
dilakukan pengamatan terhadap ulkus dan Aceh.
wawancara, terlebih dahulu kepada responden
dijelaskan tentang penelitian yang akan
dilakukan, meminta kesediaan calon responden
untuk ikut serta dalam penelitian, dan
menandatangani informed consent. Pasien ulkus
diabetikum merupakan pasien BPJS yang rawat
jalan maupun yang dirawat inap. Setelah
mendapatkan persetujuan dari responden, tim
peneliti melakukan pengamatan terhadap ulkus
dan mengisi kedalam kuesioner. Pengamatan
terhadap ulkus membutuhkan waktu beberapa
menit baik terhadap pasien yang baru maupun
yang sudah lama sehingga dapat disesuaikan
dengan kriteria ulkus yang dinilai. Setelah itu
melakukan wawancara terhadap responden
untuk mengetahui karakteristik mereka. Data
yang diperoleh merupakan data karakteristik
ulkus diabetik berdasarkan klasifikasi Meggitt
Wagner dan beberapa variabel lainnya.
Klasifikasi Meggit Wagner merupakan salah satu
klasifikasi ulkus kaki diabetik yang paling sering
digunakan dalam klinis. Bagi dokter dan
peneliti, klasifikasi luka kaki diabetik sangat
diperlukan untuk menggambarkan luka pasien
yang dirawat, mempelajari hasil akhir pasien
setelah perawatan serta mendapat pemahaman
yang lebih tentang kaki diabetik. Klasifikasi
Meggitt Wagner terdiri dari 5 grade, yaitu;
(grade 0): hanya nyeri pada kaki, (grade 1):
ulkus dipermukaan kulit, (grade 2): ulkus yang
lebih dalam, (grade 3): ulkus sudah melibatkan
tulang, (grade 4): gangren pada sebagian kaki,
dan (grade 5): gangren pada semua kaki.12 Lama
waktu pasien menderita DM dihitung
berdasarkan saat pertama kali didiagnosa DM
oleh dokter/ tenaga kesehatan sampai saat pasien
diwawancara oleh peneliti. Data yang diperoleh
dianalisa secara deskriptif.
HASIL
Jumlah responden yang harus dicapai
dalam penelitian ini seharusnya 215 orang
pasien ulkus diabetikum, namun karena
keterbatasan penelitian dalam pelaksanaannya
hanya memperoleh 57 orang responden yang
terdiri dari 40 orang dari RSUD dr Zainal
Tabel 1. Karakteristik Penderita Ulkus Diabetikum (n=57)
- Grade 0 0 0
- Grade 1 22 38,6
- Grade 2 21 36,8
- Grade 3 10 17,5
- Grade 4 3 5,3
- Grade 5 1 1,8
Jumlah
- 1 ulkus 36 63,2
Inflamasi
- Minimal atau tanpa inflamasi 38 66,7
- Sedang 15 26,3
- Berat 4 7.0
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
Karakteristik ulkus diabetikum termasuk kriteria Meggitt Wagner grade 1, jumlah ulkus
hanya pada satu tempat, lokasi di kaki, eksudat minimal, ulkus bertepi seperti tebing, kulit
disekitar ulkus memiliki inflamasi minimal dengan warna merah muda, ulkus tanpa nyeri dan
tanpa maserasi.
Terima kasih kami ucapkan kepada Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
yang telah mendanai penelitian ini, Kepala Loka Litbang Biomedis Aceh, direktur RSUD
Zainal Abidin, direktur RSUD Meuraxa dan seluruh tim peneliti yang telah mendukung
kegiatan penelitian ini.
DAFTAR RUJUKAN
3.1.3 Metode
3.1.7 Evaluasi
1. Memahami pengertian gangguan pola tidur.
2. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan pola tidur.
3. Memahami macam-macam gangguan pola tidur.
4. Memahami akibat dari gangguan pola tidur
5. Memahami terapi yang dapat dilakukan untuk gangguan pola tidur.
Penyuluh
Faktor yang mempengaruhi Apa itu gangguan
kebutuhan tidur: pola tidur? GANGGUAN POLA TIDUR