Anda di halaman 1dari 67

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

NY. A DENGAN DIAGNOSA MEDIS TUMOR OVARIUM


DENGAN TINDAKAN SALPHINGOOPHORECTOMI
DI RUANG IBS DR. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

Disusun Oleh:

Nama : Windi Tamara

Nim : 2018.C.10a.0953

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA
KEPERAWATAN
T.A 2021/2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan ini di susun oleh :

Nama : Windi Tamara


NIM : 2018.C.10a.0953
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Diagnosa Medis Tumor Ovarium Dengan Tindakkan
Salphingoorectomi Ruang IBS Di Rumah Sakit Dr.Doris
Sylvanus Palangka Raya

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyratan untuk menyelesaikan


Praktik Pra Klinik Kerawatan 4 Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Palangka Raya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :


Penguji Akademik Penguji Lahan

Rimba Aprianti, S.Kep,,Ners Merry Triana, S.Kep.,Ners


LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini di susun oleh :

Nama : Windi Tamara


NIM : 2018.C.10a.0953
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Diagnosa Medis Tumor Ovarium Dengan Tindakkan
Salphingoorectomi Ruang IBS Di Rumah Sakit Dr.Doris
Sylvanus Palangka Raya

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyratan untuk menyelesaikan


Praktik Pra Klinik Kerawatan 4 Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Palangka Raya.

Penguji Akademik Penguji Lahan

Rimba Aprianti,S.Kep.,Ners Meryy Triana, S.Kep.,Ners

Mengetahui
Ketua Program Studi Ners

Meilitha Carolina, Ners., M.Kep


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat : Laporan Pendahuluan Dan
Asuhan Keperawatan Pada Ny. A Dengan Diagnosa Tumor Ovarium Dengan
Tindakan Salphingoorectomi Di Ruang Perioperatif Dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK4). Laporan
Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKes
Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Merry Triana, S.Kep., Ners., Selaku pembimbing lahan yang telah banyak
memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam penyelesaian laporan
pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini.
4. Ibu Rimba Aprianti S.Kep., Ners. selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
5. Ibu Ika Paskaria, S.Kep., Ners. Selaku Koordinator PPK IV yang telah banyak
memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam penyelesaian laporan
pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini.
6. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan ini
dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya, 06 November 2021

Windi Tamara
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN


LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................
1.2.Rumusan Masalah....................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................ 2
1.3.1 Tujuan Umum.......................................................................................... 2
1.3.2 Tujuan Khusus......................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan...................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Post SC................................................................................ 4
2.1.1 Definisi.................................................................................................... 4
2.1.2 Anatomi Fisiologi.................................................................................... 5
2.1.3 Etiologi.................................................................................................... 6
2.1.4 Patofisiologi............................................................................................. 7
2.1.5 Web Of Caution (WOC).......................................................................... 7
2.1.6 Manifestasi Klinis.................................................................................... 8
2.1.7 Komplikasi............................................................................................... 8
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang........................................................................... 9
2.2 Konsep dasar Sectio Cesarea................................................................... 9
2.1.9 Penatalaksanaan Medis............................................................................ 9
2.2 Konsep Manajemen Asuhan Keperawatan................................................. 11
2.3.1 Pengkajian................................................................................................ 11
2.3.2 Diagnosis Keperawatan........................................................................... 14
2.3.3 Intervensi................................................................................................. 14
2.3.4 Implementasi............................................................................................ 16
2.3.5 Evaluasi.................................................................................................... 16
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian Keperawatan............................................................................ 17
3.3 Diagnosa Keperawatan............................................................................... 29
3.3 Intervensi keperawatan......................................................................……. 31
3.4 Implementasi keperawatan......................................................................... 33
3.5 Evaluasi Keperawatan (catatan perkembangan SOAP).............................. 33
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian Keperawatan............................................................................ 35
4.3 Diagnosa Keperawatan............................................................................... 35
4.3 Intervensi keperawatan......................................................................……. 36
4.4 Implementasi keperawatan......................................................................... 37
4.5 Evaluasi Keperawatan................................................................................ 38
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan................................................................................................. 39
5.2 Saran........................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
SAP
Leaflet
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumor ovarium adalah tumor ganas yang tumbuh pada ovarium (indung telur)
yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Tumor ovarium
bisa menyebar melalui system getah bening dan melalui sistem pembuluh darah
menyebar ke hati dan paru – paru. Tumor ovarium merupakan tumor yang tumbuh
pada ovarium yang dapat mengakibatkan kematian pada penderitanya dan
merupakan salah satu tumor ganas sehingga menjadi permasalahan kesehatan di
seluruh dunia termasuk di Indonesia.
Berdasarkan hasil pencatatan tumor ovarium tahun 2018, terdapat total kasus
8.622.539 serta kasus kematian 4.169.387, dimana (4,4%) adalah kasus baru dan
184799 (1%) kematian. Jumlah kasus di Asia terbaru menempati urutan tertinggi
kasus tumor ovarium sebayak sebayak 15.3075 (51,8%) dan kasus kematian 9.2527
(50,01%). Kejadian tumor ovarium tertinggi di dunia masing- masing berada di
Serbia (16,6 per 100.000), Brunei (16 per 100.000), dan Belarusia (15,4 per
100.000), Samoa (12 per 100.000), Kepulauan Solomon (8,4 per 100.000) dan
Polandia (8,7 per 100.000) (Goodarzi, 2018). Tumor ovarium di negara maju
seperti Amerika Serikat pada tahun 2018, ada sekitar 22.240 kasus baru Tumor
ovarium yang terdiagnosis dan 14.070 kematian akibat tumor ovarium di AS
(American Cancer Society, 2018) sedangkang di Indonesia memiliki angka kejadian
yang terus meningkat. Penderita Tumor ovarium di tahun 2008 ditemukan sebanyak
2.314 kasus dan menurut WHO Angka kejadian Tunor ovarium di Indonesia pada
tahun 2018 menempati urutan ketiga dari semua jenis tumor pada wanita sebanyak
13.310 kasus baru. Angka kejadian pada beberapa rumah sakit di Indonesia pada RS
Dharmais pada tahun 2010 sampai dengan 2013 mencapai 536 kasus dan meninggal
sebanyak 126 orang, di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2011 tercatat sebanyak
391 kasus tumor ovarium (Kementrian Kesehatan RI Pusat Data dan Informasi
Kesehatan, 2015; The Internasional Agency For Research On Cancer, 2019; Yanti,
2016) sedangkan data yang laporkan di Jogja Cancer Registry (2018) dari data
RSUP dr. Sardjito tumor ovarium menempati posisi ke lima dengan angka kejadian
6,8% atau 692 kasus pada periode tahun 2016-2018 Tingginya kematian tumor
ovarium dikarenakan banyaknya pasien yang terlambat ditangani dan tidak
memeriksakan diri sedini mungkin ke unit kesehatan sehingga kebanyakan pasien
sudah dalam keadaan stadium III dan IV saat terdeteksi (Liu et al, 2012).
Pasien yang telah didiagnosa tumor ovarium akan mendapatkan penanganan
salah satunya kemoterapi. Kemoterapi merupakan serangkaian pengobatan yang
menggunakan zat aktif yang dapat merusak jaringan sel tumor dan berpotensi
merusak sel tubuh yang normal, sehingga penggunaan kemoterapi harus dievaluasi
dan dimonitoring secara ketat. Kemoterapi yang umum diberikan pada pasien tumor
ovarium diantaranya adalah cisplatin, paclitaxel dan carboplatin. Pemberian
kemoterapi selain memberikan efek terapi terdapat pula efek yang merugikan berupa
adverse drug reactions. Adverse drug reactions adalah efek yang tidak diinginkan
dari suatu pengobatan yang digunakan secara klinis dengan dosis lazim. Reaksi obat
yang merugikan dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien dan menyebabkan
morbiditas yang cukup tinggi bahkan sampai menyebabkan kematian. (Schartz &
Weber, 2015).
Penanganan, pelaporan dan monitoring adverse drug reactions salah satu
kewajiban farmasi klinis atau apoteker sebagai healthcare provider yang
bertanggung jawab dalam mengelola obat sebelum atau sesudah diberikan kepada
pasien. Apoteker juga bertanggung jawab untuk menyiapkan, menghitung dosis,
menyimpan sediaan obat sitotoksik serta mencegah terpaparnya sediaan sitotoksik
pada tenaga medis, pasien dan keluarga pasien dan lingkungan sekitar (BPOM,
2012). Hal ini membuat penulis terttarik untuk membahas tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan tumor ovarium.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis membatasi penelitian
bagaimana pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan tumor ovarium dengan
tindakan salphingoorectomi.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 TujuanUmum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman
langsung tentang bagai mana menerapkan Asuhan Keperawatan pada klien Dengan
tumor ovarium dengan tindakan salphingoorectomi.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian, menganalisa, menentukan diagnose
keperawatan, membuat intervensi keperawatan, mampu melakukan perawatan
dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah diberikan.
b. Mampu memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan dapat mengatasi
masalah keperawatan pada kasus tersebut.
c. Mampu mengungkapkan faktor-faktor yang menghambat dan mendukung serta
permasalahan yang muncul dari asuhan keperawatan yang diberikan.
1.4 Manfaat Penulisan
Agar dapat menambah wawasan serta pengetahuan bagi para pembaca tentang
tumor ovarium dengan tindakan salphingoorectomi.
1.4.1 Untuk mahasiswa
Memberikan pengalaman yang nyata tentang asuhan keperawatan pada pasien
dengan tumor ovarium dengan tindakan salphingoorectomi.
1.4.2 Untuk klien dan keluarga
Klien dan keluarga mengerti cara perawatan dan menghindari penyebab pada
penyakit dari tumor ovarium dengan tindakan salphingoorectomi dapat
melakukan perawatan diri dirumah dengan mandiri.
1.4.3 Untuk Institusi
Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan maupun rumah
sakit dalam pengembangan dan peningkatan mutu dimasa yang akan datang.
1.4.4 Untuk IPTEK
Menambah keluasan ilmu teknologi terapan dalam bidang keperawatan dalam
menangani masalah tumor ovarium dengan tindakan salphingoorectomi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit Tumor Ovarium

2.1.1 Defenisi

Tumor ovarium adalah tumor ganas yang tumbuh pada ovarium (indung telur)
yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium
bisa menyebar melalui system getah bening dan melalui sistem pembuluh darah
menyebar ke hati dan paru – paru (Corwin, 2012)..
Indung telur atau kita sebut dengan tumor ovarium, adalah tumor yang berasal
dari sel-sel ovarium atau indung telur. (Sofyan, 2012). Tumor ovarium disebut
sebagai “the silent lady killer” karena sulit diketahui gejalanya sejak awal. Sebagian
besar kasus kanker ovarium terdiagnosis dalam stadium yang sudah lanjut.
Kebanyakan kanker ovarium ini berawal dari kista. (Colombo N,Parma G, et al. Role
of conservative surgeri in ovarian cancer 2013)
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa indung telur atau kita
sebut dengan tumor ovarium, adalah tumor yang berasal dari sel-sel ovarium atau
indung telur. dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya
sehingga mengalami pertumbuhan tidak normal, cepat dan tidak terkendali.
2.1.2 Anatomi Fisiologi
Anatomi Organ Reproduksi Wanita Wiknjosastro, 2012 mengemukakan bahwa
anatomi alat kandungan dibedakan menjadi 2 yaitu ; genetalia eksterna dan genetalia
interna.
1. Genetalia eksterna

Gambar 2.1.2.1 : organ reproduksi eksterna pada wanita


1) Vulva
Vulva adalah nama yang di berikan untuk struktur genetalia eksterna. Kata
ini penutup atau pembungkus, vulva membentang dari mons pubis disebelah
anterior hingga perinium dan sebelah posterior pada masing- masing sisinya
yang di batasi oleh labia mayora.
2) Mons pubis
Mons pubis atau mons vaneris adalah jaringan lemak subkutan berbentuk
bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang di atas
sinfisis pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebase (minyak)
dan tumbuhi rambut warna hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas.
Mons pubis berperan dalam sensualitas dan melindungi simfisis pubis
selama koitus (hubungan seksual).
3) Labia mayora
Labia mayora adalah dua lapisan kulit panjang melengkung yang
menutupi lemak dan jaringan ikat yang menyatu dengan mons pubis.
Kemudian memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengelilingi labia
minora, berakhir di perinium pada garis tengah.
4) Labia minora
Labia minora terletak diantara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit
yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang memanjang kearah bawah
dari bawah klitoris dan manyatu dengan faurchette.
5) Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil yang terletak
tepat dibawah arkus bubis. Dalam keadaan terangsang, bagian yang
terlihat adalah sekitar 6x6 mm atau kurang. Untuk badan klitoris di namai
glans dan lebih sensitif dari pada badannya. Saat wanita secara seksual
terangsang, glans dan badan klitoris membesar.
6) Vestibulum
Vestibulum adalah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lonjong,
terletak diantara labia minora, klitoris, dan faurchette.
7) Perinium
Perinium adalah daerah muskular yang di tutupi kulit antara introitus
vagina dan anus, panjangnya kurang lebih empat cm. Perinium
membentuk dasar perinium.

2. Genetalia interna

Gambar 2.1.2.2 : organ reproduksi intena pada wanita


1) Vagina
Vagina adalah suatu tuba yang berdinding tipis yang dapat melipat dan
mampu meregang secara luas, merupakan tabung yang dilapisi membran dar
jenis epitelium bergaris khusus yang di aliri banyak pembuluh darah dan
serabut saraf. Karena tonjolan serviks kebagian atas vagina, panjang dinding
anterior vagina hanya sekitar 7,5 cm, sedangkan panjang dinding posterior
sekitar 9 cm. Pada puncak vagina menonjol leher rahim (serviks uteri) yang
disebut porsio. Bentuk vagina sebelah dalam berlipat-lipat disebut rugae.
Dinding vagina terdiri atas 4 lapisan :
1) Lapisan epitel berlapis; pada lapisan ini tidak terdapat kelenjar tetapi
cairan akan merembes melalui epitel untuk memberikan kelembapan;
2) Jaringan konektil farioler yang di pasok pembuluh darah.
3 ) Jaringan otot polos berserabut longitudinal dan serkuler.
4) lapisan luar jaringan ikat fibrisa berwarna putih yang bercampur
dengan facia pelvis.
2) Uterus
Uterus merupakan organ muskular yang berongga, berdinding tebal, berotot,
berbentuk buah pir, terletak di dalam pelvis antara rektum di belakang dan
kandung kemih di depan, ototnya di sebut miometrium. Uterus terapung di
dalam pelvis dengan jaringan ikat ligamen. Panjang uterus kurang lebih 7,5
cm dan lebar 5 cm tebal atau kedalaman 2,5 cm dan berat 50 gr. Pada rahim
wanita yang belum pernah menikah (bersalin), uterus normal memiliki bentuk
simetris, nyeri tekan, licin dan teraba padat. Ligamen dan otot dasar pelvis
menopang uterus, termasuk badan perinium, secara keseluruhan ada 10 ligamen
yang menstabilisasi uterus kedalam rongga pelvis diantaranya :
1) Ligamentum kardinale kiri dan kanan, berfungsi mencegah supaya uterus
tidak turun;
2) Ligamentum sakro uterinum kiri dan kanan; berfungsi menahan uterus
supaya tidak banyak bergerak;
3) Ligamentum ratudum kiri dan kanan; berfungsi menahan uterus tetap dalam
keadaan antefleksi;
4) Ligamentum latum kiri dan kanan, ligamentum yang meliputi tuba;
5) Ligamentum infundibulo pelvikum,ligamentum yang berfungsi menahan
tuba fallopi.Uterus terdiri dari :
a) Fundus uteri (dasar rahim) merupakan bagian uterus yang terletak di
antara kedua pangkal saluran telur;
b) Korpus uteri merupakan bagian uterus yang terbesar pada kehamilan,
bagian ini berfungsi sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang
terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim;
c) Servik uteri merupakan ujung serviks yang menuju puncak vagina
dan disebut porsio, hubungan antara kavum uteri dan kanalis
servikalis disebut ostium uteri internum. Fungsi uterus:
1) Saat siklus mentruasi,
2) Saat kehamilan,
3) Saat persalinan, untuk menahan ovum yang telah dibuahi
selama perkembangan. Sebutir ovum yang keluar dari avarium
dihantarkan melalaui tuba uterina, endometrium disiapkan untuk
menerima ovum yang telah dibuahi dan ovum tertanam dalam
endometrium. Pada waktu hamil uterus bertambah besar, dindingnya
menjadi tipis tetapi kuat dan besar sampai keluar pelvis masuk
kedalam rongga abdomen pada masa pertumbuhan janin. Pada saat
melahirkan uterus berkontraksi mendorong bayi dan plasenta keluar.
3) Tuba Fallopi
Tuba fallopi juga dikenal dengan istilah oviduct (saluran telur) dan kadang-
kadang disebut tuba uteri. Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uteri.
Tuba ini memanjang kearah lateral, mecapai ujung bebas ligamen lebar dan
berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-kira 10
cm dengan diameter 0,6 cm. Setiap tuba mempunyai lapisan peritonium di
bagian luar, lapisan tipis dibagian tengah, dan lapisan mukosa dibagian
dalam. Tuba fallopi terdiri atas :
1) Infundibulum, merupakan bagian yang paling distal. Muara
yang berbentuk seperti terompet dikelilingi oleh fibria. Fibria menjadi
bengkok dan hampir erektil saat ovulasi;
2) Ampula, membangun segmen distal dan segmen tengah tuba.
Seperma dan ovum bersatu dan fertilisasi terjadi di ampula;
3) Istmus, teletak proksimal terhadap ampula, istmus kecil dan padat,
sangat mirip ligamentum teres uteri;
4) Interstisial, melewati miometrium antara fundus dan korpus uteri dan
mempunyai lumen berukuran paling kecil (terowongan),
berdiameter kurang dari 1 mm. Sebelum ovum yang dibuahi dapat
melewati lumen ini, ovum tersebut harus melpaskan sel-sel
granulosa yang membungkusnya.
4) Ovarium (indung telur)
Wanita pada umumnya mempunyai 2 indung telur kanan dan kiri, yang
dengan mesovarium menggantung di bagian belakang ligamentum latum, kiri
dan kanan. Ovarium adalah kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan
ukuran panjang kira-kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm. Pinggir
atasnya atau hilusnya berhubungan dengan mesovarium tempat ditemukannya
pembuluh-pembuluh darah dan serabut-serabut saraf untuk ovarium. Ujung
yang dekat pada tuba terletak lebih tinggi daripada ujung yang dekat pada
uterus, dan tidak jarang diselubungi oleh beberapa fimbria dan
infundibulum. Struktur ovarium terdiri atas:
1) kortek di sebelah luar yang diliputi oleh epitelium germinativum yang
berbentuk kubik,
2) medulla disebelah dalam korteks tempat terdapatnya stroma dengan
pembuluh-pembuluh darah,serabut-serabut saraf, dan sedikit otot polos.
Diperkirakan pada wanita terdapat kira-kira 100.000 folikel primer. Tiap
bulan satu folikel akan keluar, yang dalam perkembangannya akan
menjadi folikel de Graaf. Folikel de Graaf yang matang terisi
dengan likuor felikuler, mengandung estrogen dan siap untuk berovulasi.
Pada ovulasi folikel yang matang dan yang mendekati permukaan ovarium
pecah dan melepaskan ovum ke rongga perut. Sel-sel granulosa yang melekat pada
ovum dan yang membentuk korona radinata bersama- sama ovum ikut di lepas.
Sebelum dilepas, ovum mulai mengalami pematangan dalam 2 tahap sebagai
persiapan untuk dapat dibuahi (NANDA 2015-2017).
2.1.3 Etiologi
Penyebab timbulnya tumor ovarium belum diketahui secara pasti, namun ada
beberapa faktor risiko yang dapat menimbulkan penyakit  tumor ovarium yaitu :
a) Menarche dini
b) Diet tinggi lemak
c) Merokok
d) Alkohol
e) Penggunaan bedak talk perineal
f) Nulipara
g) Infertilitas
2.1.4 Patofisiologi

Kista terdiri atas folikel – folikel praovulasi yang telah mengalami atresia
(degenerasi). Pada wanita yang menderita ovarium polokistik, ovarium utuh dan FSH
dan SH tetapi tidak terjadi ovulasi ovum. Kadar FSH dibawah normal sepanjang
stadium folikular daur haid, sementara kadar LH lebih tinggi dari normal, tetapi tidak
memperlihatkan lonjakan. Peningkatan LH yang terus menerus menimbulkan
pembentukan androgen dan estrogen oleh folikel dan kelenjar adrenal. Folikel
anovulasi berdegenerasi dan membentuk kista, yang menyebabkan terjadinya
ovarium polikistik. (Corwin, 2012). Kista bermetastasis dengan invasi langsung
struktur yang berdekatan dengan abdomen dan pelvis dan sel – sel yang
menempatkan diri pada rongga abdomen dan pelvis. Penyebaran awal tumor ovarium
dengan jalur intra peritonial dan limfatik muncul tanpa gejala atau tanda spesifik.
Gejala tidak pasti yang akan muncul seiring dengan waktu adalah perasaan berat
pada pelvis. Sering berkemih dan disuria dan perubahan fungsi gastro intestinal,
seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat kenyang dan konstipasi. Pada
beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina skunder akibat
hiperplasia endometrium, bila tumor menghasilkan estrogen beberapa tumor
menghasilkan testosteron dan menyebabkan virilisasi. (Price, Wilson, 2016). Kista
nonneoplastik sering ditemukan, tetapi bukan masalah serius. Kista folikel dan luteal
di ovarium sangat sering ditemukan sehingga hampir dianggap sebagai varian
fisiologik. Kelainan yang tidak berbahaya ini berasal dari folikel graaf yang tidak
ruptur atau pada  folikel yang sudah pecah dan segera menutup kembali. Kista
demikian seringnya adalah multipel dan timbul langsung di bawah lapisan serosa
yang menutupi ovarium, biasanya kecil, dengan diameter 1- 1,5 cm dan berisi cairan
serosa yang bening, tetapi ada kalanya penimbunan cairan cukup banyak, sampai
mencapai diameter 4 hingga 5 cm sehingga dapat di raba massa dan menimbulkan
nyeri panggul. Jika kecil, kista ini dilapisi granulosa atau sel teka, tetapi seiring
dengan penimbunan cairan timbul tekanan yang dapat menyebabkan atropi sel
tersebut. Kadang – kadang kista ini pecah, menimbulkan perdarahan intraperitonium,
dan gejala abdomen akut. (Robbins, 2017).
WOC

Tumor Ovarium

B1 B2 B3 B4 B5 B6

Gang. Fungsi Perdarahan Gang. Asam Basa Metastase


pervaginam Mual Muntah Prosedur
reproduksi anestesi
Asidosis Metabolik Rongga vaskuler
Kehilangan darah Anoreksia
limfa
Kelemahan Otot
Tindakan operasi Penumpukan Defisit Nutrisi
Kekurangan volume ginjal
cairan
Cairan di Paru Intoleransi
Anestesi
Iskemia ke Obstruksi ureter Aktivitas
Perfusi perifer jaringan paru
Nervus vagus Inkontenensia urin
tidak efektif Oliguri
Nyeri akut
Reflek menelan
Gangguan

Resiko Aspirasi Eliminasi urin


2.1.6 Manifestasi klinis
Gejala umum bervariasi yang biasanya muncul pada kanker ovarium
adalah :
a) Dispepsia
b) Menoragia
c) Menopause lebih dini
d) Rasa tidak nyaman pada abdomen.
e) Nyeri tekan pada pelvis
f) Lingkar abdomen yang terus meningkat
g) Sering berkemih
Kebanyakan kista ovarium tidak menunjukan tanda dan gejala. Sebagian
besar gejala yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan aktivitas hormon
atau komplikasi tumor tersebut. Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium
tidak menimbulakan gejala dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat
bervariasi dan tidak spesifik.

1. Tanda dan gejala yang sering muncul pada kista ovarium antara lain :

a) Menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri.

b) Perasaan penuh dan dtertekan diperut bagian bawah.

c) Nyeri saat bersenggama.

d) Perdarahan menstruasi yang tidak biasa. Mungkin pendarahan lebih lama,


mungkin lebih pendek, atau mungkin tiak keluar darah menstruasi pada siklus
biasa atau siklus menstruasi tidak teratur.

2. Pada stadium awal gejalanya dapat berupa:

a) Gangguan haid

b) Jika sudah menekan rectum mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih.

c) Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan


nyeri spontan dan sakit diperut.

d) Nyeri saat bersenggma

3. Pada stadium lanjut :


a) Asites

b) Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ di dalam rongga


perut (usus dan hati)

c) Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,

d) Gangguan buang air besar dan kecil.

e) Sesak nafas akibat penumpukan cairan terjadi pada rongga dada akibat
penyebaran penyakit ke rongga dada yang mengakibatkan penderita sangat
merasa sesak nafas.
1. Bila ditemukan sifat kista seperti tersebut diatas, harus dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk memperkuat dugaan ke arah kanker ovarium
seperti tindakan USG dengan Doppler untuk menentukan arus darah dan
bahkan mungkin diperlukan untuk menunjang diagnosis adalah pemeriksaan
tumor marker seperti Ca-125 dan Ca 72-4, beta – HCG dan alfafetoprotein.
Semua pemeriksaan diatas belum bisa memastikan diagnosis kanker
ovarium, akan tetapi hanya sebagai pegangan untuk melakukan tindakan
operasi. Prosedur operasi pada pasien yang tersangka kanker ovarium sangat
berbeda dengan kista ovarium biasa.
2.1.7 Komplikasi
2.1.7.1 Beberapa ahli mencurigai kista ovarium bertanggung jawab atas terjadinya
kanker ovarium pada wanita diatas 40 tahun. Mekanisme terjadinya kanker
masih belum jelas namun dianjurkan pada wanita yang berusia diatas 40
tahun untuk melakukan skrining atau deteksi dini terhadap kemungkinan
terjadinya kanker ovarium.
2.1.7.2 Faktor resiko lain yang dicurigai adalah penggunaan kontrasepsi oral
terutama yang berfungsi menekan terjadinya ovulasi. Maka dari itu bila
seorang wanita usia subur menggunakan metode konstrasepsi ini dan
kemudian mengalami keluhan pada siklus menstruasi, lebih baik segera
melakukan pemeriksaan lengkap atas kemungkinan terjadinya kanker
ovarium..
2.1.8 Pemeriksaan penunjang
Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan pemeriksaan hispatologis yang
dilakukan dengan :
a) Metode anamnesis (wawancara dan pemeriksaan fisik)
Pada saat anamnesis pasien akan ditanya (diwawancarai) secara lisan mengenai
sakit yang dirasakan beserta sejarah penyakitnya (jika ada) yang akan dicatat
dalam rekam medik.
b) Pemeriksaan USG untuk dapat membedakalesi/tumor yang solid dan kristik.
c) Tes laboratorium
Tes alkaline phospatase (atau disingkat ALP), yaitu suatu tes laboratorium di
mana kadar ALP yang tinggi menunjukkan adanya sumbatan empedu atau
kanker yang telah bermetastasis ke arah hati atau tulang
d) Penanda tumor (tumor marker)
Cancer antigen 125 (CA 125). Pada pasien penderita kanker ovarium sering
ditemukan peningkatan kadar CA 12
e) X-ray
X-ray merupakan pemeriksaan bagian dalam tubuh dengan memancarkan
gelombang lalu mengukur serapannya pada bagian tubuh yang sedang
diperiksa tulang akan memberikan warna putih, jaringan akan memberikan
warna keabuan, sedangkan udara memberikan warna hitam
f) Pencitraan lain
1. Magnetic Resonance Imaging (MRI). Prinsip kerja MRI adalah
memvisualisasikan tubuh, termasuk jaringan dan cairan, dengan
menggunakan metode pengukuran sinyal elektromagnetik yang secara
alamiah dihasilkan oleh tubuh.
2. Position Emission Tomography (PET SCAN). PET SCAN bekerja dengan
cara memvisualisasikan metabolisme sel-sel tubuh. Sel-sel kanker (yang
berkembang lebih cepat daripada sel hidup) akan memecah glukosa lebih
cepat/banyak daripada sel-sel normal.
g) CT SCAN, merupakan alat diagnosis noninvasif yang digunakan untuk
mencitrakan bagian dalam tubuh.
h) Scanning radioaktif.
i) Ultrasound
Ultrasound (atau juga disebut ultrasonografi, echografi, sonografi, dan
sonogram ginekologik) merupakan teknik noninvasif untuk memperlihatkan
abnormalitas pada bagian pelvis atau daerah lain dengan merekam pola suara
yang dipantulkan oleh jaringan yang ditembakkan gelombang suara.
j) Endoskopi
Endoskopi merupakan pemeriksaan ke dalam suatu organ/rongga tubuh
menggunakan alat fiberoptik. Hasil pemeriksaan dapat berupa adanya
abnormalitas seperti bengkak, sumbatan, luka/jejas, dan lain-lain.
2.1.9 Penatalaksanaan medis
2.1.9.1 Jika tumor belum menyebar ke luar ovarium, hanya dilakukan
pengangkatan ovarium yang terkena dan mungkin dengan tuba falopiinya
(saluran indung telur).
2.1.9.2 Jika tumor telah menyebar ke luar ovarium, maka dilakukan pengangkatan
kedua ovarium dan rahim, serta kelenjar getah bening dan struktur di
sekitarnya.
2.1.9.3 Jika tumor telah menyebar ke luar ovarium, maka dilakukan pengangkatan
kedua ovarium dan rahim, serta kelenjar getah bening dan struktur di
sekitarnya..

2.2 Konsep Oophorectomy


a. Definisi

Oophorectomy adalah operasi pengangkatan ovarium atau indung telur.


Operasi juga disebut ovariektomi, namun istilah ini telah digunakan secara
tradisional dalam penelitian ilmu dasar yang menggambarkan operasi
pengangkatan indung telur pada hewan laboratorium. Pengangkatan indung telur
pada wanita adalah sama dengan biologis pengebirian pada laki-laki, namun
pengebirian istilah hanya sesekali digunakan dalam literatur medis untuk merujuk
ooforektomi pada manusia. Dalam ilmu kedokteran hewan, penghapusan lengkap
dari indung telur, saluran telur, rahim tanduk, dan rahim disebut spaying dan
merupakan bentuk sterilisasi.
Ooforektomi parsial adalah istilah kadang-kadang digunakan untuk
menggambarkan berbagai macam operasi seperti penghapusan kista ovarium atau
reseksi bagian dari ovarium. Operasi semacam ini adalah mempertahankan
kesuburan meskipun kerusakan ovarium mungkin relatif sering terjadi. Sebagian
besar risiko jangka panjang dan konsekuensi dari ooforektomi tidak atau hanya
sebagian hadir dengan ooforektomi parsial.
Penghapusan ovarium bersama-sama dengan tuba fallopi disebut salpingo-
ooforektomi unilateral atau salpingo-ooforektomi (USO). Ketika kedua ovarium
dan kedua saluran telur yang dihapus, bilateral salpingo-ooforektomi istilah
(BSO) digunakan. Ooforektomi dan salpingo-ooforektomi bukan bentuk umum
dari alat kontrasepsi pada manusia, lebih biasa adalah ligasi tuba, di mana saluran
telur tersumbat tetapi ovarium tetap utuh. Dalam banyak kasus, operasi
pengangkatan indung telur dilakukan bersamaan dengan histerektomi. Nama
medis formal untuk menghilangkan seluruh sistem reproduksi wanita (ovarium,
saluran telur, rahim) adalah "Histerektomi perut Total dengan Bilateral salpingo-
ooforektomi (TAH-BSO), istilah yang lebih kasual untuk seperti operasi adalah"
ovariohysterectomy "The. istilah "histerektomi" sering digunakan untuk merujuk
pada penghapusan dari setiap bagian dari sistem reproduksi wanita, termasuk
hanya ovarium, namun, definisi yang benar "histerektomi" adalah pengangkatan
rahim (dari hystera ὑστέρα Yunani "rahim" dan εκτομία ektomia "yang memotong
keluar dari") tanpa pengangkatan indung telur atau saluran telur.
b. Indikasi
Sebuah bilateral salpingo-ooforektomi adalah operasi di mana ovarium seorang
wanita baik itu dihapus, bersama dengan saluran tuba. Operasi ini digunakan
terutama untuk mengobati kanker ginekologi seperti ovarium, tuba, dan kanker
rahim, meskipun digunakan dalam pengobatan beberapa kondisi ginekologi
lainnya juga.
Kista, endometriosis, tumor jinak , peradangan, dll, dan lebih jarang
bersamaan dengan histerektomi (61%). Indikasi khusus termasuk beberapa
kelompok wanita dengan risiko substansial peningkatan kanker ovarium, seperti
tinggi pembawa risiko BRCA mutasi dan wanita dengan endometriosis yang juga
menderita kista ovarium sering.
c. Teknik Operasi
Tergantung pada ahli bedah, bilateral salpingo-ooforektomi dapat dilakukan
laproscopically, atau sebagai operasi terbuka. Dalam kedua kasus, pasien
diberikan anestesi umum untuk prosedur ini, dan sayatan dibuat di perut
bagian bawah setelah sterilisasi daerah. Dokter bedah harus berhati-hati untuk
menghapus setiap bagian dari ovarium dan tuba, terutama dalam kasus
kanker, dan kemudian sayatan akan ditutup dan pasien akan dipindahkan ke
pemulihan.
d. Komplikasi.
Salah satu konsekuensi utama dari operasi salpingo-ooforektomi bilateral
adalah bahwa wanita subur juga menghentikan memproduksi berbagai
hormon, yang memicu timbulnya menopause.
e. Pemulihan pasca operasi
f. Pemulihan dari operasi histerektomi biasanya berlangsung dua hingga enam
minggu. Selama masa pemulihan, pasien dianjurkan untuk tidak banyak
bergerak yang dapat memperlambat penyembuhan bekas luka operasi. Dari
segi makanan, disarankan untuk menghindari makanan yang menimbulkan
gas seperti kacang buncis, kacang panjang, brokoli, kubis dan makanan yang
terlalu pedas. Seperti setelah operasi lainnya, makan makanan yang kaya
protein dan meminum cukup air akan membantu proses pemulihan.
.2 Manajemen keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keeprawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
menegvaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien (Nursalam, 2001:17).
a) Identitas klien menurut (Djuanda,2014).
Meliputi nama lengkap, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir,
asal suku, pendidikan, pekerjaan, agama dan alamat, serta data penanggung
jawab.
b) Pengkajian Primer
Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang
bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional pasien pada
saat ini dan riwayat sebelumnya (Potter & Perry, 2013). Pengkajian
keperawatan terdiri dari dua tahap yaitu mengumpulkan dan verifikasi data
dari sumber primer dan sekunder dan yang kedua adalah menganalisis
seluruh data sebagai dasar untuk menegakkan diagnosis keperawatan.
Menurut Jevon dan Ewens (2013), pengkajian Airway
(A), Breathing (B), Circulation (C), Disabillity (D), Expossure
(E) pada pengkajian gawat darurat adalah :
1) Airway :
Pada pengkajian airway pada pasien kista ovarium berdasarkan tanda
dan gejala pada teori ada tanda yang muncul bila kista terus tumbuh,
seperti perut kembung atau bengkak, nyeri panggul sebelum atau selama
siklus menstruasi, hubungan seks terasa sakit, serta mual dan muntah
namun pada airway tidak ditemukan gangguan pada jalan napas.
2) Breathing :
Menurut Brunner & Suddarth 2013 dikutip oleh(Rani,
2015).pengkajian pada breathing Look, listen dan feel dilakukan penilaian
terhadap ventilasi dan oksigenasi pasien. Terapi oksigen adalah pemberian
oksigen dengan konsentrasi lebih tinggi dari yang ditemukan dalam
atmosfir lingkungan. Konsentrasi oksigen dalam ruangan adalah 21%.
Setiap kenaikan oksigen dengan konsentasi 4% perliter. Macam-macam
pemberian oksigen dan konsentrasi.
a. Nasal kanul 1-6 liter 24 – 44% konsentrasi
b. Simple face mask 5-8 liter 40-60% konsentrasi
c. Rebreating mask 8-10 liter 60-80% konsentrasi
d. Non rebreating mask 8-15 liter 80- 100%konsetrasi
Pada pengkajian breathing pada pasien dengan kista ovarium masalah yang
terjadi apabila perut membesar dan menimbulkan gejala perut terasa penuh,
mengakibatkan pasien mengalami sesak napas karena perut tertekan oleh
besarnya tumor.
2.2.2.1 Diagnosa keperawatan
a) Nyeri Akut Yang Berhubungan Dengan adanya luka post operasi
(D.0077 Hal 172).
b) Intoleransi aktivitas Yang Bergubungan Dengan Pembatasan Gerakan
Yang Diharuskan, Status Yang Tak Dikondisikan, Kehilangan Kontrol
Motorik Atau Perubahan Status Mental (D.0056 Hal 128).
c) Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi terkait kondisi
penyakit (D.0080 Hal 180)
d) Gangguan Integritas Kulit Yang Berhubungan Dengan Kerusakan
Mekanis Dari Jaringan Sekunder Akibat Tekanan, Pencukuran Dan
Gesekan atau laserasi pembedahan (D.0129 Hal 282)
e) Resiko Infeksi Yang Berhubungan dengan adanya luka post operasi
(D.0142 Hal 304)
f) Defisit nutrisi Berhubungan dengan anoreksia sekunder terhadap
ketidakcukupan masukan oral (D. 0019 Hal 56)
.2.3 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi
1 Nyeri akut berhubungan setelah diberikan asuhan keperawatan Manajemen Nyeri SIKI (I.08238 Hal
dengan adanya luka post selama 1x7 jam diharapkan nyeri klien 201)
operasi. SDKI (D.0077 Hal berkurang. Observasi :
172) Kriteria hasil : SLKI (L.08066 Hal 145) 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
1. Keluhan nyeri menurun (5) durasi, frekuensi, kualitas,
2. Meringis menurun (5) intensitas nyeri
3. Kesulitan tidur menurun (5) 2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respons nyeri non
verbal
4. Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaa
terhadap respon nyeri
7. Identifikasi respon nyeri pada
kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
9. Monitor efek samping
penggunaan analgetik.
Terapeutik :
1. Berikan tehnik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Anjurkan tehnik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
2 Defisit nutrisi berhubungan setelah diberikan asuhan keperawatan Manajemen Nutrisi. SIKI (I.03119
dengan kurangnya selama 1x7 jam diharapkan status nutrisi Hal 200)
masukan oral. SDKI (D. . klien membaik. Observasi :
0019 Hal 56). Kriteria hasil : SLKI (L.03030 Hal 121) 1. Identifikasi status nutrisi
1. Porsi makanan yang dihabiskan 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
meningkat (5) makanan
2. Pengetahuan tentang standar 3. Identifikasi makanan yang
asupan nutrisi yang tepat disukai
meningkat (5) 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan
3. Indeks masa tubuh membaik (5) jenis nutrien
4. Nafsu makan membaik (5) 5. Identifikasi perlunya penggunaan
5. Bising usus membaik (5) selang nasogastrik
6. Frekuensi makan membaik (5) 6. Monitor asupan makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil pemeriksaan
laboraturium
Terapeutik :
1. Lakukan oral hygiene sebelum
makan, bila perlu
2. Fasilitasi menetukan pedoman
diet
3. Sajikan makanan secara menarik
dan suhu yang sesuai
4. Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
6. Berikan suplemen makanan, bila
perlu
7. Hentikan pemberian makanan
melalui selang nasogatrik jika
asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi :
1. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrien yang
dibutuhkan,bila perlu
3 Gangguan Setelah diberikan asuhan keperawatan Perawatan integritas kulit SIKI
integritas kulit selama 1x7 jam diharapkan integritas (I.11353 Hal 316)
berhubungan kulit dan jaringan klien meningkat Observasi :
dengan kerusakan Kriteria hasil : SLKI (L.14125 Hal 33) 1. Identifikasi penyebab gangguan
mekanis dari 1. Perfusi jaringan meningkat (5) integritas kulit
jaringan sekunder 2. Kerusakan jaringan menurun (5) Terapeutik :
akibat tekanan dan 3. Keruskan lapisan kulit menurun 1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
gesekan ataupun (5) baring
luka laserasi post 4. Perdarahan menurun (5) 2. Lakukan pemujatan pada area
operasi. (D.0129 5. Suhu kulit membaik (5) penonjolan tulang, bila perlu
Hal 282). 3. Bersihkan parineal dengan air
hangat, terutama selama periode
diare
4. Gunakan produk berbahan
petrolium atau minyak pada kulit
kering
5. Gunakan produk berbahan
ringan atau alami dan
hipoalergik pada kulit sensitif
6. Hindari produk berbahan dasar
alkohol pada kulit kering
Edukasi :
1. Anjurkan menggunakan
pelembab
2. Anjurkan minum air yang cukup
3. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan asupan
buah dan sayur
5. Anjurkan menghindari terpapar
suhu ekstrim
6. Anjurkan menggunakan tabir
surya SPF minimal 30 saat
berada di luar rumah
7. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun secukupnya
4 Risiko Infeksi Setelah diberikan asuhan keperawatan Pencegahan Infeksi. SIKI (I.14539
Behubungan selama 1x7 jam diharapkan tingkat Hal 278)
Dengan adanya infeksi klien menurun. Observasi :
luka post operasi Kriteria hasil ; SLKI (L.14137 Hal 139) 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
(D.0142 Hal 304) 1. Demam menurun (5) lokal dan sistemik
2. Kemerahan menurun (5) Terapeutik :
3. Nyeri menurun (5) 1. Batasi jumlah pengunjung
4. Bengkak menurun (5) 2. Berikan perawatan kulit pada
5. Kultur area luka membaik (5) area edema
3. Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
4. Pertahankan tehnik aseptik pada
pasien berisiko tinggi
Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian imunisasi
5 Defisit Setelah diberikan asuhan keperawatan Edukasi pencegahan infeksi. SIKI (I
pengetahuan selama 1x7 jam diharapkan pengetahuan 12406 Hal 80)
berhubungan klien meningkat. Observasi :
dengan kurang Kriteria hasil SLKI (L.12111 Hal 146) 1. Periksa kesiapan dan kemampuan
terpaparnyya 1. Perilaku sesuai anjuran (5) menerima informasi
informasi. 2. Verbalisasi minat dalam belajar Terapeutik :
(D.0111 Hal 246) (5) 1. Sediakan materi, media tentang
3. Kemampuan menjelaskan factor-faktor penyebab, cara
pengetahuan tentang suatu topik identifikasi dan pencegahan risiko
(5) infeksi dirumah sakit ataupun
4. Perilaku sesuai pengetahuan (5) dirumah
2. Jadwalkan waktu yang tepat untuk
memberikan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan pasien dan
keluarga
3. Berikan kesempatan untuk
bertanya
Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
local dan sistemik
2. Informasikan hasil pemeriksaan
laboratorium
3. Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
4. Ajarkan kecukupan nutrisi,
cairan, dan istirahat
5. Ajarkan cara mencuci tangan
6 Intoleransi Setelah diberikan asuhan keperawatan Dukungan Mobilisasi. SIKI (I 05173
aktivitas adanya selama 1x7 jam diharapkan Intoleransi Hal 30)
luka post klien meningkat. Observasi :
pembedahan. Kriteria hasil SLKI (L.05042 Hal 6) 10. Identifikasi adanya nyeri atau
(D.0056 Hal 128) 6. Pergerakan ekstremitas keluhan fisik lainnya
meningkat (5) 11. Identifikasi toleransi fisik
7. Keluhan lelah meningkat (5) melakukan pergerakan
8. Dispnea saat aktivitas 12. Monitor frekuensi jantung dan
meningkat (5) tekanan darah sebelum memulai
9. Dispnea setelah aktivitas mobilisasi
meningkat (5) 13. Monitor kondisi umum selama
melakukan mobilisasi
Terapeutik :
1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi
dengan alat bantu
2. Fasilitasi melakukan
pergerakan,jika perlu
3. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi :
1. Jelaska
n tujuan dan prosedur
mobilisasi
2. Anjurk
an melakukan mobilisasi dini
3. Anjurk
an mobilisasi sederhana yang
harus dilakukan
7 Ansietas berhubungan Setelah diberikan asuhan keperawatan Reduksi ansietas. SIKI (I 09314 Hal
dengan kurang terpapar selama 1x7 jam diharapkan ansietas 387)
informasi terkait kondisi klien berkurang. Observasi :
dan operasi (D.0080 Hal Kriteria hasil SLKI (L.09093 Hal 132) 1. Identifikasi saat tingkat ansietas
180) 1. Verbalisasi kebingungan menurun berubah
(5) 2. Identifikasi kemampuan
2. Verbalisasi khawatir akibat kondisi mengambil keputusan
yang dihadapi menurun (5) 3. Monitor tanda-tanda ansietas
3. Perilaku gelisah menurun (5) Terapeutik :
4. Perilaku tegang menurun (5) 1. Ciptakan suasana terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan
2. Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan
3. Pahami situasi yang membuat
ansietas
4. Dengarkan dengan penuh
perhatian
5. Gunakan pendekatan yang tenang
dan meyakinkan
6. Tempatkan barang pribadi yang
memberikan kenyamanan
Edukasi :
1. Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin dialami
2. Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
3. Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
4. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat
ansietas, jika perlu
2.3.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah tatus kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Perawat
melakukan tindakan implementasi terapeutik terhadap klien yang bermasalah
kesejajar tubuh dan mobilisasi yang akatual maupaun beresiko.

2.3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaanya sudah berhasi dicapai. Perawat melakuakn evaluasi pada pasien
setelah dilakukan tindakan..
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa : Windi Tamara
NIM : 2018.C.10a.0953
Ruang Praktek : IBS (Inhalasi Bedah Sentral)
Tanggal Praktek : 07 November 2021
Tanggal & Jam Pengkajian : 07 November 2021 & 15.28 WIB

1.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Umur : 45 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Beliang
Tgl MRS : 07 November 2021
Diagnosa Medis : Tumor Ovarium

1.1.1 Riwayat Kesehatan /Perawatan


1. Keluhan Utama /Alasan di Operasi :
Klien mengatakan nyeri perut bagian bawah. Dengan skala nyeri 5 (sedang), nyeri
seperti tertusuk-tusuk, nyeri muncul saat berktivitas, nyeri berlangsung ± 3-4 menit
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada tanggal 06 november 2021 klien dibawa oleh keluarganya untuk dirujuk
kerumah sakit dengan keluhan nyeri pada perut bagian bawah saat beraktivitas, dan
merasa mual muntah serta nafsu makan berkurang, kemudian klien diperiksa oleh
dokter spesialis penyakit dalam dan setelah dilakukan USG dan Rontgen dan
dilakukan pemeriksaan fisik diputuskan oleh dokter dan atas persetujuan keluarga di
lakukan tindakan shalpingoorectomy, pasien merasa khawatir akan keberhasilan
operasi yang akan dijalankan karena sebelumnya tidak pernah melakukan operasi di
Rumah sakit dr. Doris Sylvanus Palangkaraya.
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Klien mengatakan belum ada riwayat penyakit lain sebelumnya.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular
,menurun ,menahun serta tidak ada dalam keluarga yang mengalami penyakit serupa.

GENOGRAM KELUARGA :

Keterangan :
: Laki – Laki : Tinggal satu rumah
: Perempuan : Hubungan Keluarga
: klien : Meninggal
1.1.2 Pemerikasaan Fisik
1. Keadaan Umum :
Kesadaran Klien compos mentis,klien tampak gugup, klien tampak gelisah,
penampilan klien rapi, klien terpasang infus Nacl 0,9 % 20 tpm di tangan bagian
sebelah kanan, klien mengatakan belum pernah melakukan tindakan operasi
sebelumnya.
2. Tanda-tanda Vital :
a. Suhu/T : 360C  Axilla  Rektal  Oral
b. Nadi/HR : 67 x/mt
c. Pernapasan/RR : 21x/mt
d. Tekanan Darah/BP : 100/70mm Hg
3. Pre Op
Klien tampak dengan kesadaran compos mentis, klien tampak gelisah, karena baru
pertama kali ingin menjalankan operasi, Klien terpasang infus Nacl 0,9 % 20 tpm,
TTV TD : 100/70 mmHg, N :67 x/menit, S: 360C, RR : 21 x/menit.
Masalah Keperawatan : Ansietas
4. Intra Op
Klien dalam posisi supinasi, Klien terpasang infus Nacl 0,9 % 20 tpm tangan sebelah
kiri, TTV TD : 110/70 mmHg, N :95 x/menit, S: 36 0C, RR : 21 x/menit. Lama operasi 1-2
jam, kelembapan kamar operasi 45-60%, suhu kamar 19-24℃.
Masalah Keperawatan : Hipotermia
5. Post Op
Klien mengatakan merasa nyeri dan tidak nyaman setelah melakukan operasi, tampak
adanya luka operasi yang ditutup perban, klien tampak meringis dan skala nyeri 6
(sedang dari 1-10), nyeri seperti teriris-iris, dan nyeri berlangsung lama, TTV TD :
120/80 mmHg, N :105 x/menit, S: 370C, RR : 19 x/menit.
Masalah Keperawatan : Nyeri akut
6. Data Penunjang (Radiologis, Laboraturium, Penunjang Lainnya)
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Ny. A Tanggal : 06 November 2021
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Leukosit 6.16 10^3 /uL 4.80- 10.80
Eritrosit 3.94 10^6/Ul 4.70-6.10
Hemoglobin 12,0 g/dL 14.0- 18.0
Hematokrit 35.7 % 42.0-52.0
MCV 90.6 Fl 79.00-99.0
MCH 30.5 Pg 27.0-31.0
MCHC 33.6 g/dl 33.0-37.0
Trombosit 240 10^3/uL 150-450
GDS 100 g/dl 70-105
HBSAg Negatif - Negataif
CT/BT 5/1 Menit -
SGOT 110 u/l 17-59
SGPT 117 u/l 21-72
bilirubin total 3,1 Mg/dl 0,3-1,9mg/dl
bilirubin direct 1 Mg/dl 0-0,3mg/dl
Swab Antigen Negatif - Negatif

Terapi yang diberikan


Pre Op Intra Op Post Op
Pemsangan infus Nacl Anastesi regional Pemsangan infus Nacl
0,9 % 20 tpm 0,9 % 20 tpm
- Pemsangan infus Nacl Inj. Cefotaxime 2x1 mg
0,9 % 20 tpm

7. Penatalaksanaan Medis (Preoperatif, Premedikasi, Post Operatif)


a. Preoperatif
pada saat sebelum melakukan operasi klien diposisikan klien merasa gelisah karena
belum pernah melakukan operasi sebelumnya.
b. Premedikasi
TTV N : 78x/menit, RR: 20x/menit, TD: 120/80 mmHg, Suhu: 36 ⁰C dan terpasang
infus Nacl 0,9% 20Tpm
c. Intra operatif
TTV N : 85x/menit, RR: 19x/menit, TD: 110/70 mmHg, Suhu: 36 ⁰C dan terpasang
infus Nacl 0,9% 20Tpm
d. Post operatif
Setelah tindakan shalpingo oorectomy selesai dari ruang IBS, klien dibawa ke ruang
recovery room, untuk diobservasi lebih lanjut. Setelah klien kembali dalam keadaan
normal kembali, klien di jemput oleh perawat dari ruangan rawat inap.

Palangka Raya 06 November 2021

Windi Tamara
ANALISIS DATA

DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN MASALAH


DATA OBYEKTIF PENYEBAB
Pre Operatif :
DS: klien mengatakan “Saya Kekhawatiran mengalami Ansietas
kwatir dengan akibat dari kegagalan
kondisi yang akan saya
hadapi”.

DO:
- Tampak tegang
- Tampak gelisah
- Tampak bingung
dan sering bertanya
– tanya tentang
tindakkan yang akan
dilakukan
- Skala ansietas 2
(Gejala sedang)
- TTV N : 78x/menit,
RR: 20x/menit,
TD: 120/80 mmHg,
Suhu: 36 ⁰C
Intra Operatif
DS: - Terpapar suhu lingkungan Hipotermia
rendah (ruang operasi)
DO:
- Kulit Teraba Dingin
- Menggigil
- Suhu Tubuh 36,⁰C
- Suhu ruangan 19℃
- Kelembapan ruangan 55%
- Operasi berlangsung ± 1
jam
Post Operatif :
DS: Pasien mengatakan Agen pencedera fisik Nyeri Akut
(Prosedur operasi)
nyeri didaerah operasi terasa
seperti teriris-iris dibagian
perut bawah atas skala nyeri
6 (nyeri sedang) nyeri
timbul kurang lebih 5-10
menit
DO:
- Tampak meringis
- Tampak Gelisah
- TD : 120/80 mmHg
- RR : 20 x/m
- HR : 78 x/m
- S : 36,5 ⁰C
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien :Ny.A

Ruang Rawat : IBS

Diagnosa Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


Keperawatan
Pre Operatif : Setelah dilakukan intervensi OTEK
Ansietas berhubungan selama 1x20 menit, maka Tingkat O : Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan 1) Mengetahui tingkat kecemasan klien
dengan kekhawatiran Ansietas menurun dengan nonverbal) 2) Mengurangi beban klien
mengalami kegagalan kriteria hasil: T : Dengarkan dengan penuh perhatian 3) Untuk meringankan dan memberikan
1) Verbalasi kebingungan E : Jelaskan prosedur, termasuk sensasi rasa nyaman juga mengalihkan
menurun yang mungkin dialami kecemasan klien
2) Verbalasi khawatir akibat K : Kolaborasi pemberian dalam 4) Mengurangi tingkat kecemasan jika
kondisi yang dihadapi pemberian obat dan caian infus, jika perlu pasien sangat cemas
menurun
3) Perilaku gelisah menurun
4) Perilaku tegang menurun
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny.A

Ruang Rawat : IBS

Diagnosa Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


Keperawatan
Intra Operatif : Setelah dilakukan intervensi OTEK
Hipotermia selama 1 jam, maka O : Monitor suhu tubuh. 1) Mengetahui suhu klien
berhubungan dengan Termolegulasi dapat meningkat T : Lakukan penghangatan pasif 2) Mengembalikan suhu klien ke normal
Terpapar suhu dengan kriteria hasil: 3) Makan dan minum yang hangat dapat
(mis:selimut, menutup kepala, pakaian
lingkungan rendah 1) Menggiggil menurun. membuat tubuh jadi hangat
(ruang operasi) 2) Takikardi menurun tebal) K : Kolaborasi pemberian dalam
3) Suhu tubuh membaik pemberian obat dan caian infus, jika perlu
4) Suhu kulit membaik
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. A


Ruang Rawat : IBS

Diagnosa Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


Keperawatan
Post Operatif : Setelah dilakukan intervensi OTEK :
Nyeri akut selama 1x30mnt, maka Tingkat O :Indentifikasi lokasi, karakteristik, 1) Untuk mengetahui lokasi, karakter,
berhubungan dengan Nyeri dapat menurun dengan durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas lama, tingkat, kualitas, dan intensitas
Agen pencedera kriteria hasil: nyeri nyeri
T : Kontrol ligkungan yang memperberat 2) Untuk mengurangi rasa nyeri
fisik (Prosedur
1) Pasien melaporkan nyeri rasa nyeri 3) Dapat membantu mengurangi nyeri
operasi) terkontrol E : Anjarkan tehnik relaksasi dan secara tindakan mandiri
2) Kemampuan mengenali onset distraksi pada pasien 4) Analgetik dapat mengurangi nyeri
nyeri K : Kolaborasi pemberian obat analgetik,
3) Pasien dapat mengenali jika perlu
penyebab nyeri
4) Pasien mampu menggunakan
tehnik non farmakologis
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Pre Operatif

Hari/Tanggal Tanda tangan dan


Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
1. Memonitor tanda-tanda Jam 10.00 WIB
Sabtu, 06 November ansietas (verbal dan S: klien mengatakan “Saya kwatir dengan kondisi yang
2021 nonverbal) akan saya hadapi”.
Shalpingooorectomy 2. Mendengarkan dengan penuh O:
09.00 WIB perhatian (empati) - Tampak tegang
09.05 WIB 3. Menjelaskan prosedur,
09.10 WIB termasuk sensasi yang
09.15 WIB mungkin dialami
4. Memberikan cairan infus
nacl 0,9% dan injeksi Windi Tamara
- Tampak gelisah
keterolac - Susah tidur
- TTV :
- TD : 119/78 mmHg
- RR : 22 x/m
- HR : 87 x/m
- S : 36,4 ⁰C

A: Masalah belum teratasi


P: Lanjutkan intervensi diruangan
OTEK
O : Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
T : Dengarkan dengan penuh perhatian
E : Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin
dialami
K : Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Intra Operatif

Hari/Tanggal Tanda tangan dan


Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Jam 11.00 WIB
Sabtu, 06 November 1. Memonitor suhu tubuh. S: Klien mengatakan badan kembali hangat
2021 2. Memberikan selimut hangat
10.05 WIB 3. Pemberian cairan nacl O:
10.10 WIB hangat - Kulit teraba hangat
10.15 WIB 4. Mengatur suhu lingkungan - Pasien tidak menggigil
10.30 WIB kamar operasi - Suhu tubuh 35,5 ⁰C

A : Masalah Teratasi
Windi Tamara
B : Hentikan Intervensi
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Post Operatif
Hari/Tanggal Tanda tangan dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Jam 14.30 WIB
Sabtu, 06 November 1. Mengidentifikasi lokasi, S: klien mengatakan masih nyeri pada perut skala nyeri 5
14.00 WIB karakteristik, durasi, (sedang), nyeri seperti tertusuk-tusuk, nyeri muncul saat
14.05 WIB frekuensi, kualitas, dan berktivitas, nyeri berlangsung ± 3-4 menit
14.10 WIB intensitas nyeri
2. Mengontrol ligkungan yang O:
14.15 WIB memperberat rasa nyeri - TD : 119/78 mmHg
3. Mengajarkan tehnik - RR : 22 x/m
relaksasi dan distraksi pada - HR : 87 x/m
pasien
4. Berkolaborasi pemberian - S : 36,7 ⁰C
- Tampak meringis Windi Tamara
obat analgetik, jika perlu
- Masih gelisah

A: Masalah teratasi
sebagian
P: Lanjutkan intervensi diruang Edelweis
OTEK :
O :Indentifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri
T : Kontrol ligkungan yang memperberat rasa nyeri
E : Anjarkan tehnik relaksasi dan distraksi pada pasien
K : Kolaborasi pemberian obat analgetik, jika perlu
BAB 4
PEMBAHASAN
Pelaksanaan asuhan keperawatan mengacu pada konsep dan teori yang
sudah ada dan teruji. Dalam bab ini penulis mencoba membahas antara konsep
dan kasus yang ada, faktor penghambat dan faktor pendukung dalam pelaksanaan
proses asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan pada tanggal 06 November
2021, pukul 07.00 WIB pada Ny.A dengan diagnosa medis tumor ovarium di
ruang IBS RSUD dr. Doris Sylivanus Palangka Raya.
4.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan, proses
sistematis dari pengumpulan, dan komunikasi dengan klien. Pengumpulan data
harus berhubungan dengan masalah kesehatan tertentu sehingga data pengkajian
harus relevan seperti yang ditampilkan. Fase proses keperawatan ini mencakup
dua langkah yaitu dari sumber primer (klien) dan sumber sekunder (keluarga,
tenaga kesehatan), dan analisa data sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan
(Potter & Perry,2018). Penulis mengumpulkan data menggunakan metode
wawancara, observasi,dan pemeriksaan fisik. Selama pengkajian, penulis
mendapatkan data subyektif dan objektif. Data subjektif adalah persepsi klien
tentang masalah kesehatan mereka, klien yang dapat memberikan informasi
tersebut. Data obyektif adalah pengamatan yang dibuat oleh pengumpul data
(Potter 2017).
Asuhan keperawatan pada Ny.A dilakukan pada tanggal 06 November
2021 jam 08.30 WIB. Pengkajian didapatkan data klien mengeluh nyeri pada
perut bagian bawah, klien tampak sakit sedang, kesadaran Composmentis,
terpasang infus Nacl 0,9%, ekspresi wajah klien tampak meringis, bentuk badan
klien sedang (endomorph), klien berbaring dengan posisi terlentang dan
bergerak terbatas, dan penampilan klien rapi.
Faktor pendukung yang dirasakan oleh penulis pada saat melakukan
pengkajian adalah sikap yang kooperatif klien dan keluarga klien dengan
memberikan respon yang positif dan jawaban-jawaban yang berarti mengenai
kondisi klien atas pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh penulis berkaitan
dengan penyakit yang sedang dialami pasien. Hal lain yang juga mendukung
adanya data-data dari tim medis yang menunjang dalam pengkajian, seperti:
status klien, catatan keperawatan dan hasil pemeriksaan laboratorium. Sedangkan
faktor penghambatnya yaitu kurangnya pengetahuan penulis dalam mengkaji
data-data klien. Penulis juga menyadari kurangnya melatih diri dalam menggali
masalah klien.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Adapun menurut Supriadi,dkk.2017:62. Diagnosa keperawatan merupakan
keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat
dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial.
Diagnosa keperawatan ini dapat memberikan dasar pemilihan intervensi untuk
menjadi tanggung gugat perawatan. Berdasarkan teori diagnosa yang mungkin
muncul adalah: Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (trauma)
dan Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan luka insisi post operasi,
Resiko infeksi berhubungan dengan kontaminasi luka luar.
Sedangkan untuk kasus Ny A ditemukan 3 diagnosa yaitu ansietas
berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan ditandai dengan klien
tampak meringis, tampak gelisah, hipotermia berhubungan dengan terpapar suhu
lingkungan rendah ditandai dengan pasien tampak berbaring, suhu tubuh teraba
dingin, dan nyeri akut berhungan dengan post operasi ditandai dengan tampak
adanya luka post operasi.
Teori dan fakta memiliki perbedaan dalam penegakan diagnosa, dalam teori
disebutkan bahwa terdapat 6 diagnosa keperawatan yang dapat diangkat pada
kasus tumor ovarium, sedangkan pada saat pengkajian ke lapangan didapat 3
diagnosa yang ditemukan dan 1 diagnosa lain yang berbeda dengan teori yaitu
hipotermi. Dapat disimpulkan bahwa teori dan fakta memiliki kesenjangan dalam
penegakan diagnosa walaupun masih memiliki keterkaitan sebagai bahan acuan
untuk melaksanakan asuhan keperawatan dan pengangkatan diagnosa
keperawatan.
4.3 Intervensi Keperawatan
Perencanaan adalah suatu perilaku spesifik yang diharapkan dari klien. atas
tindakan yang dilakukan perawat. Yang perlu mempersiapkan atau langkah-
langkah untuk membuat suatu perencanaan adalah yang pertama
pengumpulan data, mengidentifikasi masalah yang dijadikan diagnosa,
menetapkan tujuan- tujuan yang dilakukan, mengidentifikasi hasil dan terakhir
penulis memilih perencanaan/ intervensi keperawatan untuk mencapai hasil dan
tujuan yang diinginkan.
Dalam menentukan intervensi penulis menentukan diagnosa yang akan
menjadi prioritas masalah, penulis menggunakan hirarki Maslowdan prioritas
masalah yang mengancam kehidupan klien. Hirarki Maslow menjelaskan
kebutuhan dasar manusia dibagi dalam 5 tahap yaitu: kebutuhan fisiologis, rasa
aman dan nyaman, mencintai dan dicintai, harga diri dan aktualisasi diri.
Dalam membuat intervensi penulis juga menyesuaikan dengan sumber-
sumber referensi yang berhubungaan dengan diagnosa medis tumor ovarium,
tidak semua intervensi yang ada diteori diangkat oleh penulis. Ada beberapa
intervensi pada kasus Ny.A dengan teori yaitu tidak terdapat kriteria waktu
sedangkan pada kasus terdapat kriteria waktu yang ditentukan pada masing-
masing diagnosa.
Dalam proses perencanaan tindakan pada kasus Ny. A, penulis menemukan
faktor penghambat yaitu keterbatasan pengetahuan penulis tentang intervensi
pada klien. Tentang tumor ovarium Sedangkan faktor penunjang dalam
perencanaan tindakan yaitu penulis telah mendapatkan teori tentang tumor
ovarium yang menjadi dasar bagi penulis untuk membuat intervensi.
4.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi atau pelaksanaan keperawatan yang dilakukan pada Ny.A
untuk diagnosa pertama ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami
kegagalan ditandai dengan klien tampak meringis, tampak gelisah,.
Diagnosa kedua Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya luka
post pembedahan ditandai dengan klien mengatakan tubuh nya susah untuk
digerakan dan merasakan nyeri ketika bergerak, Klien susah untuk bergerak,
ADL dibantu sebagian oleh suami da asisten rumah tangga oleh keluarga dengan
melakukan tindakan keperawatan seperti mem dan perawat. Dengan melakuan
melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, memberikan posisi nyaman,
mendengarkan apa yang dirasakan klien sekarang , menjelaskan tentang kondisi
dan prosedur operasi yang akan dihadapi, memberikan infus nacl 0,9%.
Diagnosa kedua yaitu hipotermia berhubungan dengan .terpapar suhuu
lingkungan rendah yang ditandai dengan suhu tubuh teraba dingin. Degan
melakukan tindakan keperawatan memonitor suhu tubuh, memberikan selimut,
memberikan cairan nacl 0,9%.
Diagnosa ketiga yaitu nyeri akut berhubungan dengan post operasi ditandai
dengan tampak adanya luka, dengan melakukan tindakan keperawatan
mengidentifikasi karakteristik nyeri, menjauhi faktor yang dapat memperberat
nyeri, memberikan teknik relaksasi nafas dalam, dan berkoaborasi dalam
memberikan obat antianalgetik.
Berdasarkan teori, implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan
perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan
(Setiadi, 2012: 53).
Dalam melaksanakan tindakan perawatan, selain melaksanakannya secara
mandiri, harus adanya kerja sama dengan tim kesehatan lainnya. Implementasi
merupakan realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dan menilai data yang baru. Implementasi tindakan dibedakan menjadi
tiga kategori yaitu: independent (mandiri), interdependent (bekerja sama dengan
tim kesehatan lainnya: dokter, bidan, tenaga analis, ahli gizi, apoteker, ahli
kesehatan gigi, fisioterapi dan lainnya) dan dependent (bekerja sesuai instruksi
atau delegasi tugas dari dokter) (Zaidin, 2003: 84).
Teori yang ada dan fakta yang terjadi di lapangan terdapat persamaan, yaitu
beberapa tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah disusun dan
rencana dapat dilakukan. Hal ini disebabkan adanya penyesuaian antara rencana
yang disusun dan tindakan keperawatan dengan keadaanklien, faktor pendukung
dalam pelaksanaan tindakan keperawatan adalah kebijakan atau peraturan yang
ada di rumah sakit memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan
tindakan keperawatan, dan adanya kerja sama antara perawat dengan klien. dan
keluarga dalam melaksanakan tindakan keperawatan.
4.5 Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah mengukur dari rencana dan pelaksanaan
tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien.
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan di Ruang IBS RSUD dr. Doris sylvanus
Palangka Raya.pada tanggal 06 November 2021 dan lanjutkan di ruang rawat
inap untuk pemeriksaan lebih lanjut untuk evaluasi lanjut, Pada evaluasi masalah
belum teratasi adalah Nyeri akut berhubungan dengan adanya luka post operasi.
Faktor pendukung dalam proses evaluasi adalah sikap pasien dan keluarga
yang kooperatif dan adanya kerjasama yang baik antar tim kesehatan serta
bimbingan dari pembibing akademik dan pembimbing lahan. Selama melakukan
evaluasi hasil tidak ditemukan adanya faktor penghambat.
Seluruh evaluasi keperawatan dapat dilakukan meskipun ada beberapa
intervensi sesuai teori yang tidak dapat dilakukan, karena tindakan yang diberikan
disesuaikan dengan kebutuhan pasien pada saat pengkajian di lapangan.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Tumor ovarium adalah tumor ganas yang tumbuh pada ovarium (indung telur)
yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Tumor ovarium bisa
menyebar melalui system getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar
ke hati dan paru – paru. Tumor ovarium merupakan tumor yang tumbuh pada
ovarium yang dapat mengakibatkan kematian pada penderitanya dan merupakan
salah satu tumor ganas sehingga menjadi permasalahan kesehatan di seluruh dunia
termasuk di Indonesia. Pasien yang telah didiagnosa tumor ovarium akan
mendapatkan penanganan salah satunya kemoterapi. Kemoterapi merupakan
serangkaian pengobatan yang menggunakan zat aktif yang dapat merusak jaringan sel
tumor dan berpotensi merusak sel tubuh yang normal, sehingga penggunaan
kemoterapi harus dievaluasi dan dimonitoring secara ketat. Kemoterapi yang umum
diberikan pada pasien tumor ovarium diantaranya adalah cisplatin, paclitaxel dan
carboplatin. Pemberian kemoterapi selain memberikan efek terapi terdapat pula efek
yang merugikan berupa adverse drug reactions. Adverse drug reactions adalah efek
yang tidak diinginkan dari suatu pengobatan yang digunakan secara klinis dengan
dosis lazim. Reaksi obat yang merugikan dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien
dan menyebabkan morbiditas yang cukup tinggi bahkan sampai menyebabkan
kematian. (Schartz & Weber, 2015).
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Mahasiswa
Asuhan keperawatan ini dapat berguna untuk referensi-referensi dalam
pengelolaan asuhan keperawatan, dan memberikan referensi untuk memberikan
intervensi sesuai kebutuhan dasar pada pasien tersebut.
5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Saran bagi institusi pendidikan agar laporan pendahuluan studi kasus ini dapat
dijadikan sebagai salah satu bahan bacaan atau referensi untuk mahasiswa dalam
membuat asuhan keperawatan terkait pasien dengan diagnose tumor ovarium pada
masa mendatang.
5.2.3 Bagi tempat praktik
Asuhan keperawatan ini dapat berguna untuk menjadi referensi dan tambahan supaya
mengelola pasien dengan kebutuhan dasar yang menjadi dasar pemenuhan dan hak
pasien untuk mendapatkan perawatan yang maksimal
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2012). “Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi


Konsep dan Proses Keperawatan”. Jakarta: Salemba Medika.
Sarwono, Prawiroharjo. 2011. Ilmu Kandungan, Cetak ke-4. Jakarta : PT Gramedi
Cerpianto, L. J. (2014). Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik. In
Edisi 6 (p. 28). Jakarta: EGC.
Dochterman, J. M., & Bulecheck, G. N. (2013). Nursing Intervention Classification
(NIC). Mosby: Edition.Missouri.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil K
eperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI.2019.Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Indonesia
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENDIDIKAN KESEHATAN ANSIETAS (KECEMASAN)

Di susun oleh:

Nama : Windi Tamara


NIM : 2018.C.10a.0953

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRORAM STUDI SARJANA
KEPERAWATAN
TA 2020/2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Ansietas
Sasaran : Klien beserta keluarga
Hari/Tanggal : Selasa, 09 November 2021
Waktu : 30 menit
Penyuluh : Windi Tamara

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah mengikuti penyuluhan mengenai Ansietas, diharapkan klien
beserta keluarga mampu memahami dan mengetahui cara mengatasi
kecemasan

B. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah diberikan penyuluhan selama 1x30 menit diharapkan klien dan
keluarga dapat:
1. Menjelaskan pengertian kecemasan
2. Menguraikan tingkatan kecemasan.
3. Menguraikan tanda dan gejala cemas.
4. Menguraikan faktor-faktor yang dapat menimbulkan stress.
5. Mempraktikkan cara mengatasi kecemasan

C. Materi Penyuluhan (Terlampir)


1. Pengertian Kecemasan
2. Tingkat Kecemasan
3. Tanda dan gejala kecemasan
4. Faktor-faktor yang menimbulkan stress
5. Cara mengatasi kecemasan

D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demonstrasi
E. Media
1. Lembar balik
2. Leaflet

F. Kegiatan Penyuluhan

Tahap Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta


Pembukaan 5 menit 1. Membuka kegiatan dengan 1. Keluarga
mengucapkan salam pasien
2. Menjelaskan tujuan dari menjawab
penyuluhan salam
3. Menyebutkan materi yang 2. Mendengarkan
akan diberikan dan
memperhatikan
Pelaksanaan 15 menit 1. Menjelaskan materi 1. Mendengarkan
2. Memberi kesempatan penyuluh
bertanya menyampaikan
3. Menjawab pertanyaan materi
4. Memberikan reinforcement 2. Mengikuti dan
5. Melakukan demonstrasi memperhatikan
demonstrasi
Evaluasi 5 menit Menanyakan kepada keluarga Menjawab
klien tentang materi yang telah pertanyaan
diberikan dan meminta keluarga
untuk mengulang kembali
secara singkat
Terminasi 5 menit 1. Mengucapkan terimakasih 1. Mendengarkan
atas perhatian peserta 2. Menjawab
2. Mengucapkan salam salam
penutup
G. Evaluasi
1. Prosedur : Diberikan diakhir pendidikan kesehatan
2. Waktu : 5 menit
3. Bentuk soal : lisan
4. Jumlah soal :2
5. Jenis soal : Essay
6. Butir soal /pertanyaan :
a. Apakah yang dimaksud dengan kecemasan ?
b. Bagaimana cara mengurangi cemas?
Materi Pendidikan Kesehatan

A. Pengertian Ansietas
Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar
disertai respons otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak
diketahui oleh individu), ansietas merupakan perasaan takut yang
disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan
memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman. (Herdman
& Kamitsuru, 2018).

B. Tingkat Ansietas
Menurut Peplau (1963) dalam (Stuart, 2016) mengidentifikasi empat
tingkat ansietas dengan penjelasan efeknya, yaitu :
1. Ansietas ringan
Terjadi pada saat ada ketegangan dalam hidup sehari-hari. Selama ini
seseorang waspada dan lapang persepsi meningkat. Kemampuan
seseorang untuk melihat, mendengar, dan menangkap lebih dari
sebelumnya. Jenis ansietas ini dapat memotivasi belajar, menghasilkan
pertumbuhan, dan meningkatkan kreativitas.
2. Ansietas sedang
Terjadi ketika seseorang hanya berfokus pada hal yang penting saja dan
lapang persepsi meyempit. Sehingga kurang dalam melihat,mendengar
dan menangkap. Seseorang memblokir area tertentu tetapi masih
mampu mengikuti perintah jika diarahkan untuk melakukannya.
3. Ansietas berat
Terjadi ditandai dengan penurunan yang signifikan dilapang persepsi.
Ansietas jenis ini cenderung memfokuskan pada hal yang detail dan
tidak berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditunjukkan untuk
mengurangi ansietas dan banyak arahan yang dibutuhkan untuk fokus
pada area lain.
4. Panik
Panik dikaitkan dengan rasa takut dan terror. Pada sebagian orang yang
mengalami kepanikan tidak dapat melakukan hal-hal bahkan dengan
arahan. Gejala panik yang sering muncul adalah peningkatan aktivitas
motorik, penurunan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain,
persepsi yang menyempit dan kehilangan pemikiran yang rasional.
Tingkat ansietas ini tidak dapat bertahan tanpa batas waktu, karena
tidak kompatibel dengan kehidupan. Kondisi panik yang
berkepanjangan akan mengakibatkan kelelahan dan kematian, tetapi
panik dapat diobati dengan aman dan efektif.

C. Gejala Klinis Ansietas


Keluhan yang sering ditemukan pada seseorang yang mengalami ansietas
antara lain sebagai berikut (Universitas Indonesia, 2016) :
1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, dan
mudah tesinggung.
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, dan mudah terkejut.
3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
4. Gangguan pada pola tidur dan muncul mimpi yang menegangkan.
5. Keluhan somatik, misalnya terjadi rasa sakit pada otot dan tulang,
pendengaran berdenging (tiritus), berdebar-debar, sesak nafas,
gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, dan sakit kepala.

D. Faktor-faktor yang menimbulkan stress


1. Lingkungan yang asing
2. Kehilangan kemandirian sehingga mengalami ketergantungan dan
memerlukan bantuan orang lain
3. Berpisah dengan pasangan dan keluarga
4. Masalah biaya
5. Kurang informasi
6. Ancaman akan penyakit yang lebih parah
7. Masalah pengobatan
E. Cara mengatasi kecemasan
1. Teknik relaksasi segitiga pernapasan (Triangle Breathing):
a. Ambil napas selama 3 detik dengan lambat,
b. Tahan napas selama 3 detik
c. Keluarkan perlahan selama 3 detik melalui mulut
d. Ulangi selama 3 kali
2. Teknik guided imagery
a. Diri dalam keadaan rileks
b. Teman dan konselor membimbing anda dengan kondisi verbal
(bicara perlahan dan lembut)
c.  Klien dapat terbawa ke tempat yang paling aman yang diinginkan
oleh suara hatinya.
d. Saat terbangun dari proses imagery, klien akan merasa damai, dan
akan mempunyai persepsi yang baru terhadap sesuatu yang
membebani, atau lebih siap menghadapinya.
e. Hindari kafein, alkohol dan rokok
f. Rasa cemas ternyata bisa pula dipicu oleh makanan, minuman, serta
kebiasaan yang kita konsumsi atau lakoni. Kafein, alkohol, dan
rokok disebut-sebut sebagai substansi yang bisa meningkatkan rasa
cemas seseorang.
3. Tertawa dan olahraga
Tidak ada yang membantah kalau banyak ketawa itu dianggap
menyehatkan. Buktinya untuk mengatasi rasa cemas ini, para pakar juga
menyarankan agar kita banyak tertawa. Karena cara tersebut ampuh
mengusir emosi dengan sesuatu positif sifatnya. Tak ubahnya dengan
olahraga. 20 hingga 30 menit melakukan olahraga bisa membantu
mengurangi rasa cemas.
4. Tulislah rasa cemas dalam secarik kertas
Cara ini, menurut Bloomfield, lumayan ampuh mengurangi emosi dan
rasa sesak di dada. Karenanya, tulislah dengan jujur ketakutan dan
kecemasan yang ada dalam benak Anda, seperti "Saya cemas karena...",
"Saya nggak yakin kalau harus...', atau "Saya takut ketika..."
5. Bersantai
Rasa cemas kerap datang akibat banyaknya pekerjaan atau tugas
lainnya. Karena itu, usahakan untuk menyisihkan waktu buat
bersenang-senang dan bersantai. Atau waktu tersebut bisa pula
digunakan untuk meditasi, membangun mimpi dan berimajinasi. Karena
kebiasaan tersebut akan membantu mengurangi rasa cemas.
6. Dengar musik
Berbahagialah orang yang gemar mendengarkan musik. Karena dengan
mendengarkan musik-musik favorit, akan membantu menjalani ritme
hidup anda yang menyenangkan.
Apa itu Ansietas ? Tingkat Ansietas
Cemas Ansietas adalah perasaan was was,
Ansietas Ringan
cemas yang normal yang menyebabkan
seseorang menjadi waspada
(ANSIETAS) kurang atau tidak nyaman seakan-
Ansietas Sedang
akan terjadi sesuatu yang dirasakan Cemas yang memungkin-kan seseorang
untuk memusatkan pada hal yang penting
sebagai ancaman
DISUSUN OLEH: Ansietas Berat
Tanda dan Gejala cemas yang memungkin-kan seseorang
Nafas pendek  untuk memusatkan pada hal yang
 Windi Tamara
membuat tidak bisa berkonsentrasi.
(2018.C.10a.0953)  Nadi dan tekanan darah naik 

Mulut kering
YAYASAN EKA HARAP SEKOLAH Tidak nafsu makan
TINGGI ILMU KESEHATAN
Berkeringat
PROGRAM S1 KEPERAWATAN
2021 Gelisah, Gemetar 

sakit kepala, sulit tidur 

Gerakan meremas tangan


Faktor-Faktor Penyebab Cara Mengatasi terhadap sesuatu yang membebani, atau
lebih siap menghadapinya.
Cemas Kecemasan Rasa cemas ternyata bisa pula dipicu
Lingkungan yang asing Teknik relaksasi segitiga pernapasan oleh makanan, minuman, serta kebiasaan
(Triangle Breathing): yang kita konsumsi atau lakoni. Kafein,
Kehilangan kemandirian sehingga
alkohol, dan rokok disebut-sebut
mengalami ketergantungan dan Ambil napas selama 3 detik dengan
sebagai substansi yang bisa
memerlukan bantuan orang lain lambat,
meningkatkan rasa cemas seseorang.
Berpisah dengan pasangan dan Tahan napas selama 3 detik
keluarga
Keluarkan perlahan selama 3 detik
Masalah biaya atau sosial ekonomi melalui mulut
Ketenangan yang terlatih
Kurang informasi Ulangi selama 3 kali
berhasil membungkus rasa
gelisah, cemas, dan
Ancaman akan penyakit yang lebih Teknik guided imagery
parah takutnya dengan baik
Diri dalam keadaan rileks

Teman dan konselor membimbing anda


dengan kondisi verbal (bicara perlahan
dan lembut)
Klien dapat terbawa ke tempat yang
paling aman
Saat terbangun dari proses imagery,
klien akan merasa damai, dan akan
mempunyai persepsi yang baru

Anda mungkin juga menyukai