Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

HIPOGLIKEMIA

DI SUSUN OLEH:

ANGGI HAPSARI PUTRI

001STYC18

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S1
2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya dan shalawat serta salam tak lupa pula kita
hanturkan kepada junjungan alam Nabi besar Muhammad SAW, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan tugas laporan pendahuluan dengan judul
“Hipoglikemia”.
Laporan pendahuluan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana konsep
penyakit hipoglikemia dan konsep asuhan keperawatan hipoglikemia agar dapat
mengetahui dan melakukan pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan
evaluasi pada pasien dengan hipoglikemia.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pembimbing akademik
dan pembimbing lahan yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dalam
proses pembuatan laporan pendahuluan ini, serta kepada pihak RSUD Kota
Mataram. Laporan pendahuluan ini penulis susun berdasarkan dari berbagai
sumber yang ada.
Penulis menyadari bahwa laporan pendahuluan ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun sehingga laporan pendahuluan ini bisa lebih baik lagi.
Harapan penulis, semoga laporan pendahuluan ini dapat memberi manfaat dan
menambah pengetahuan bagi kita semua.

Mataram, Desember 2021

Penyusun
Anggi Hapsari Putri

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1...............................................................................................................Latar
Belakang............................................................................................... 1
1.2...............................................................................................................Rum
usan Masalah........................................................................................ 2
1.3...............................................................................................................Tujua
n............................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3
2.1...............................................................................................................Kons
ep Dasar Hipoglikemia......................................................................... 3
2.1.1 Definisi....................................................................................... 3
2.1.2 Klasifikasi................................................................................... 3
2.1.3 Etiologi....................................................................................... 4
2.1.4 Manifestasi Klinis...................................................................... 6
2.1.5 Patofisologi................................................................................. 6
2.1.6 Pathway...................................................................................... 8
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik............................................................. 9
2.1.8 Komplikasi................................................................................. 9
2.1.9 Penatalaksanaan ........................................................................ 10
2.2...............................................................................................................Asuh
an Keperawatan Hipoglikemia............................................................. 11
2.1.1 Pengkajian ................................................................................. 11
2.1.2 Diagnosa Keperawatan .............................................................. 13
2.1.3 Intervensi Keperawatan.............................................................. 13
2.1.4 Implementasi Keperawatan........................................................ 22
2.1.5 Evaluasi Keperawatan................................................................ 22
BAB III PENUTUP......................................................................................... 24

iii
3.1...............................................................................................................Kesi
mpulan.................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Diabetes melitus merupakan penyakit jangka panjang yang ditandai dengan
kadar gula darah yang tinggi akibat tubuh tidak mampu menghasilkan insulin atau
insulin yang dihasilkan tidak dapat digunakan secara efektif oleh tubuh (IDF,
2019).
Prevalensi diabetes melitus setiap tahun mengalami peningkatan diseluruh
dunia. Menurut Internasional Diabetes Federation tahun 2019, diperkirakan orang
yang menderita diabetes sebanyak 463 juta orang. Angka tersebut diperkirakan
akan terus meningkat pada tahun 2030 mencapai 578 juta orang, dan 700 juta
orang pada tahun 2045 (IDF, 2019).
Penyakit diabetes melitus ditandai dengan adanya kondisi hiperglikemia.
Hiperglikemia merupakan kondisi medis yang ditandai dengan peningkatan kadar
gula dalam darah yang melebihi batas normal sehingga menjadi karakteristik dari
beberapa penyakit terutama penyakit diabetes mellitus (PERKENI, 2019).
Keadaan hiperglikemia diartikan dengan kadar glukosa sewaktu melebihi angka
200mg/dL (Brady, 2013).
Penderita diabetes melitus yang mengalami peningkatan kadar gula darah,
biasanya muncul gejala berupa sering buang air kecil, sering merasa haus,
penglihatan kabur, kelelahan dan mengalami infeksi berulang (Davies et al.,
2018). Penderita dengan hiperglikemia disarankan untuk menjalani terapi insulin,
namun sebuah studi menunjukkan jika terapi insulin sering dikaitkan dengan
resiko terjadinya komplikasi hipoglikemia (Mendez & Umpierrez, 2014).
Hipoglikemia ditandai dengan kadar gula darah yang rendah yaitu kurang dari
70 mg/dl. Adapun gejala hipoglikemia yang dirasakan oleh penderita diabetes
melitus bermacam-macam seperti kelemahan, kebingungan, pandangan kabur,
gelisah, sering merasa lapar, merasa kesemutan, berkeringat dingin dan jantung
terasa berdebar (PERKENI, 2019).

1
Dampak dari hiperglikemia dapat beresiko terjadi komplikasi yaitu
komplikasi mikrovaskuler dan komplikasi makrovaskuler. Komplikasi jangka
pendek yang akan terjadi diabetes berupa peningkatan kadar glikemik yang dapat
menimbulkan ketoasidosis, kerusakan jaringan organ tubuh, dan tubuh akan
kekurangan insulin dikarenakan glukosa yang tersedia tidak dapat digunakan oleh
tubuh. Sedangkan komplikasi jangka panjang berupa neuropati, stroke, kerusakan
mata dan gangguan pada jantung serta pembuluh darah (Alfian, 2015).
Selain hiperglikemia, dampak dari kondisi hipoglikemia dapat mengakibatkan
kelainan pada kardiovaskuler seperti inflamasi, koagulasi darah, disfungsi endotel
dan pengaktifan sistem saraf simpatik (Budiawan et al., 2020). Jika tidak segera
ditangani, hipoglikemia dapat menyebabkan kematian dan morbiditas yang serius
jika akut dan berlangsung lama (Muche & Mekonen,2020).
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana konsep dasar dari hipoglikemia?
1.2.2. Bagaimana asuhan keperawatan yang di lakukan pada pasien hipoglikemia
?
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai konsep dasar
hipoglikemia dan asuhana keperawatan pada pasien hipoglikemia.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk memenuhi tugas praktik
b. Mahasiswa dapat mengetahui mengenai bagaimana konsep dasar
hipoglikemia.
c. Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan yang dilakukan
pada pasien hipoglikemia.

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Hipoglikemia

2.1.1 Definisi

Hipoglikemia merupakan suatu kegagalan dalam mencapai batas


normal kadar glukosa darah (Kedia, 2012). Dan menurut McNaughton
(2012), hipoglikemia merupakan suatu keadaan dimana kadar glukosa
darah <60 mg/dl. Jadi, dapat disimpulkan bahwa, hipoglikemia
merupakan kadar glukosa darah dibawah normal yaitu <60 mg/dl.
(Hadiatma, 2012)

Hipoglikemia (shock insulin) adalah suatu sindrome yang komplek


berawal dari suatu gangguan metabolisme glukosa, dimana konsentrasi
serum glukosa menurun sampai tidak dapat memenuhi kebutuhan
metabolisme sistem saraf. Hipoglikemia merupakan keadaan dimana
kadar gula darah rendah secara abnormal, terjadi jika gula darah turun
dibawah 50-60mg/dl (2,7 sampai 3,3 mmol/L) (Smelltzer & Bare, 2009
dalam Solehati, 2017).

2.1.2 Klasifikasi

1. Ringan

Simtomatik, dapat diatasi sendiri, tidak ada gangguan aktivitas


sehari- hari yang nyata

2. Sedang

Simtomatik, dapat diatasi sendiri, menimbulkan gangguan aktivitas


sehari- hari yang nyata

3. Berat

3
Sering tidak simtomatik, pasien tidak dapat mengatasi sendiri
karena adanya gangguan kognitif (Setyohadi, 2012)

2.1.3 Etiologi

1. Usia

Penderita diabetes usia lanjut memiliki resiko yang lebih tinggi


untuk mengalami hipoglikemia daripadaa penderita diabetes usia
lanjut yang sehat dan memiliki fungsi yang baik.

2. Kelebihan (ekses) Insulin

Dosis insulin atau obat penurun gula darah yang terlalu tinggi,
konsumsi glukosa yang berkurang, produksi glukosa endogen
berkurang misalnya setelah konsumsi alkohol, peningkatan
penggunaan glukosa oleh tubuh misalnya setelah berolahraga,
peningkatan sensitivitas terhadap insulin, penurunan ekskresi
insulin misalnya pada gagal ginjal.

3. Ekses Insulin Disertai Mekanisme Kontra Regulasi Glukosa yang


Terganggu

Hipoglikemi merupakan interaksi antara kelebihan (ekses) insulin


dan terganggunya mekanisme kontra regulasi glukosa. Kejadian
ekses insulin saja belum tentu menyebabkan terjadinya
hipoglikemia.

4. Frekuensi Hipoglikemia

Pasien yang sering mengalami hipoglikemi akan mentoleransi kadar


gula darah yang rendah dan mengalami gejala hipoglikemia pada
kadar gula darah yang lebih rendah daripada orang normal

5. Obat Hipoglikemi Oral yang Berisiko Menyebabkan Hipoglikemia

4
Penggunaan obat hipoglikemik oral yang memiliki cara kerja
meningkatkan sekresi insulin pada pankreas dapat menyebabkan
terjadinya hipoglikemia. Obat- obat tersebut antara lain dipeptydil
peptidase-4 inhibitor, glucagon-like peptide-1, golongan glinide,
golongan sulfonylurea: glibenclamide, glimepiride.

6. Terapi Salisilat

Salisilat menurunkan kadar gula darah dan meningkatkan sekresi


insulin yang distimulasi glukosa (glucose-stimulated insulin
secretion) pada orang normal dan pasien diabetes

7. Terapi Insulin

Terapi insulin dapat menyebabkan hipoglikemia karena apabila


kadar gula darah turun melampaui batas normal, tidak terjadi
fisiologi penurunan kadar insulin dan pelepasan glukagon, dan juga
refleks simpato adrenal.

8. Aktivitas Fisik/ Olahraga

Aktivitas fisik atau olahraga berperan dalam pencegahan dan


penanganan diabetes. Olahraga dapat memicu penurunan berat
badan, meningkatkan sensitivitas insulin pada jaringan hepar dan
perifer, meningkatkan pemakaian glukosa, dan kesehatan sistem
kardiovaskuler.

9. Keterlambatan Asupan Glukosa

Berkurangnya asupan karbohidrat atau glukosa pada pasien


hiperglikemia karena terlambat makan atau menjalani puasa dengan
tidak mengurangi dosis obat – obatan antidiabetes, dapat terjadi
hipoglikemia karena berkurangnya asupan glukosa dari saluran
cerna.

5
10. Gangguan Ginjal

Hipoglikemia pada gangguan fungsi ginjal dapat diakibatkan oleh


penurunan glukoneogenesis, kerja insulin yang berlebih atau
berkurangnya asupan kalori.

(Lefebvre PJ & Scheen AJ, 2003; Soeatmadji, 2008; Younk LM,


Mikeladze M, Tate D, & Davis SN, 2013)

2.1.4 Manifestasi Klinis

1. Adrenergik

Pucat, keringat dingin, takikardi, gemetar, lapar, cemas, gelisah,


sakit kepala, mengantuk.

2. Neuroglikopenia

Bingung, bicara tidak jelas, perubahan sikap perilaku, lemah,


disorientasi, penurunan kesadaran, kejang, penurunan terhadap
stimulus bahaya. (Setyohadi, 2012)

2.1.5 Patofisologi

Ketergantungan otak menit demi menit pada suplai glukosa melalui


sirkulasi diakibatkan oleh ketidakmampuan otak untuk membakar asam
lemak bebas rantai panjang, kekurangan kadar cadangan glukosa
sebagai glikogen di dalam otak orang dewasa, dan ketidaktersediaan
keton. Otak mengenali defisiensi energi tersebut ketika kadar glukosa
serum turun secara tiba-tiba sampai kadar sekitar 45mg/ dl.

Gejala ditimbulkan dari respon sistem saraf simpatik terhadap


hipoglikemia atau dari respon neurogliopenik. Hipotalamus bereaksi
terhadap kadar glukosa yang rendah untuk meningkatkan respons
adrenergik, yang mencakup takikardia, palpitasi, tremor, dan

6
kecemasan. Tujuannya adalah mengaktifkan hormon pengatur
keseimbangan (glukagon, katekolamin, kortisol, hormon pertumbuhan)
untuk meningkatkan kadar glukosa darah dan melindungi organ-organ
vital dari hipoglikemia. Hal ini dicapai dengan glikogenolisis dan
glukoneogenesis. (Morton, Fontaine, Hudak, & Gallo, 2013)

7
2.1.6 Pathway

Penuaan, keturunan, infeksi, gaya hidup, kehamilan, obesitas

Sel Beta pankreas rusak/ terganggu

Produksi insulin menurun

Glukosa meningkat

Dosis insulin terlalu tinggi Diabetes Melitus Puasa/ intake kurang

HIPOGLIKEMIA
Glukagon meningkat Epineprin meningkat

Glikogenolisis

Defisit glikogen pada hepar

Resiko ketidaksetabilan kadar glukosa darah Gula darah menurun <60 mg/dl

Penurunan nutrisi jaringan otak

Respon Sistem Saraf Pusat

Respon Otak Respon Vegetatif

Kortek serebri kurang suplai energi <50mg/dl Adrenalin

Resiko perfusi serebral tidak efektif Takikardi, pucat, gemeteran

Penurunan curah jantung

Penurunan darah & O2 ke paru-paru

Dispnea

Hiperventilasi

pola napas tidak efektif

8
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

1. Gula Darah Puasa

Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa sebelum diberi


glukosa 75 jam gram oral dan nilai normalnya antara 70-110mg/ dl

2. Hemoglobin Glikosilasi (HbAIc)

Memberikan indeks rata-rata pengendalian glukosa darah selama 2-3


bulan sebelumnya, target 7% atau kurang

3. Glukosa darah 2 jam post prandial (normal < 140 mg/dl/2 jam),
kreatinin

4. Skrining lipid, target kadar kolesterol total <5,2 mmol/L dan


trigliserida puasa <2,0 mmol/L

5. Urin untuk mencari albumin dan mikroalbumin, serta leukositosis

(Rubenstein, Wayne, & Bradley, 2007 dalam Solehati 2017)

2.1.8 Komplikasi

Komplikasi dari hipoglikemia pada gangguan tingkat kesadaran yang


berubah selalu dapat menyebabkan gangguan pernafasan, selain itu
hipoglikemia juga dapat mengakibatkan kerusakan otak akut.
Hipoglikemia berkepanjangan parah bahkan dapat menyebabkan
gangguan neuropsikologis sedang sampai dengan gangguan
neuropsikologis berat karena efek hipoglikemia berkaitan dengan
system saraf pusat yang biasanya ditandai oleh perilaku dan pola bicara
yang abnormal (Jevon, 2012) dan menurut Kedia (2013) hipoglikemia
yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang
permanen, hipoglikemia juga dapat menyebabkan koma sampai
kematian. (Hadiatma, 2012)

9
2.1.9 Penatalaksanaan

Menurut Kedia (2012), pengobatan hipoglikemia tergantung pada


keparahan dari hipoglikemia. Hipoglikemia ringan mudah diobati
dengan asupan karbohidrat seperti minuman yang mengandung glukosa,
tablet glukosa, atau mengkonsumsi makanan rigan. Dalam Setyohadi
(2014), pada minuman yang mengandung glukosa, dapat diberikan
larutan glukosa murni 20- 30 gram (1 ½ - 2 sendok makan). Pada
hipoglikemia berat membutuhkan bantuan eksternal, antara lain (Kedia,
2012) :

1. Dekstrosa

Untuk pasien yang tidak mampu menelan glukosa oral karena


pingsan, kejang, atau perubahan status mental, pada keadaan darurat
dapat pemberian dekstrosa dalam air pada konsentrasi 50% adalah
dosis biasanya diberikan kepada orang dewasa, sedangkan
konsentrasi 25% biasanya diberikan kepada anak-anak.

2. Glukagon

Sebagai hormon kontra-regulasi utama terhadap insulin, glukagon


adalah pengobatan pertama yang dapat dilakukan untuk
hipoglikemia berat. Tidak seperti dekstrosa, yang harus diberikan
secara intravena dengan perawatan kesehatan yang berkualitas
profesional, glukagondapat diberikan oleh subkutan (SC) atau
intramuskular (IM) injeksi oleh orang tua atau pengasuh terlatih.
Hal ini dapat mencegah keterlambatan dalam memulai pengobatan
yang dapat dilakukan secara darurat. (Hadiatma, 2012)

10
2.2 Asuhan Keperawatan Hipoglikemia

2.2.1 Pengkajian

1. Pengkajian Primer

Pengkajian primer merupakan pengkajian yang dilakukan


untuk menentukan masalah yang mengancam nyawa seseorang,
dimana dalam proses pengkajian harus dengan cepat. Tujuan dari
pengkajian ini adalah untuk mengidentifikasi dan memperbaiki
dengan segera masalah yang mengancam kehidupan (Fluide, 2009).
Tahapan dalam pengkajian primer:

a. Airway

Menilai akan kepatenan jalan nafas meliputi pemeriksaan


mengenai adanya obstruksi atau sumbatan jalan nafas akibat
penumpukan sekret akibat dari kelemahan reflek batuk. Jika
terdapat obstruksi maka melakukan suction, chin lift/ jaw trust,
intubasi trakhea dengan leher ditahan. Lihat adanya edema
tracheal atau faringeal, reflek menelan dan batuk menurun.
Selain itu dilakukan pula pengkajian adanya suara nafas
tambahan seperti snoring.

b. Breathing

Mengkaji fungsi pernafasan dengan menilai frekuensi nafas,


apakah ada penggunaan otot bantu pernafasan, retraksi dinding
dada dan adanya sesak nafas. Palpasi pengembangan paru,
auskultasi suaran nafas, kaji adanya suara napas tambahan, dan
kaji adanya trauma pada dadi. Jika napas tidak memadai maka
lakukan pemberian oksigen dan posisi semifowler.

c. Circulation

11
Pengkajian meliputi status hemodinamik, warna kulit, dan nadi.

d. Disability

Menilai tingkat kesadaran menurut GCS, ukuran dan reaksi


pupil, serta fungsi neuromuskuler.

e. Exposure

Mengkaji kontrol terhadap lingkungan, lihat adanya luka/ jejas.


(Thim, Krarup, Grove, Rohde, & Lofgren, 2012)

2. Pengkajian Skunder

Pengkajian sekunder dilakukan setelah melakukan pengkajian


primer. Pengkajian sekunder dilakukan ketika klien tidak
mengalami syok atau kondisinya mulai membaik. Pengkajian ini
meliputi:

a. Keluhan utama

b. Penampilan umum

c. Pengkajian nyeri (PQRST)

d. Riwayat penyakit/ pengkajian SAMPLE

e. S (Signs and Symptoms)

Tanda dan gejala terjadinya hipoglikemia.

f. A (Allergies)

g. Memastikan ada atau tidaknya alergi pada klien, seperti obat-


obatan, plester dan makanan tertentu.

h. M (Medications)

12
Obat-obatan yang dikonsumsi seperti sedang menjalani
pengobatan penyakit tertentu, dosis atau penyalahgunaan obat.

i. P (Past Illness)

Riwayat kesehatan klien misalnya penyakit yang pernah diderita,


obat yang pernah dikonsumsi, dan pengalaman penggunaan obat-
obat herbal.

j. L (Last meal)

Obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi, rentang waktu


konsumsi dengan kejadian, dan periode menstruasi bagi
perempuan.

k. E (Event leading to injury or illness)

Hal-hal yang berasal dari luar dan bersangkutan dengan sebab


cedera (kejadian yang menyebabkan adanya keluhan utama)

l. Pemeriksaan fisik (Head to toe). (Solehati, 2017)

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

DX 1 : Pola nafas tidak efektif

DX 2 : Penurunan curah jantung

DX 3 : Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah

Dx 4 : Risiko perfusi serebral tidak efektif

2.2.3 Intervensi Keperawatan

DX Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


(SIKI)
1 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Nafas :

13
keperawatan diharapkan Observasi :
pola nafas klien efektif
1. Monitor pola napas (frekuensi,
dengan kriteria hasil :
kedalaman, usaha napas)
Mempertahankan pola
2. Monitor bunyi napas tambahan
pernapasan efektif dengan
(mis. Gurgling, mengi,
jalan napas paten.
weezing, ronkhi kering)
3. Monitor sputum (jumlah,
warna, aroma)

Terapeutik :

1. Pertahankan kepatenan jalan


napas dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-thrust jika curiga
trauma cervical)
2. Posisikan semi-Fowler atau
Fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada, jika
perlu
5. Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
6. Lakukan hiperoksigenasi
sebelum
7. Penghisapan endotrakeal
8. Keluarkan sumbatan benda
padat dengan forsepMcGill
9. Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi :

1. Anjurkan asupan cairan 2000

14
ml/hari, jika tidak
kontraindikasi.
2. Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi :

Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
2 Setelah dilakukan tindakan Perawatan Jantung
keperawatan diharapkan
Observasi :
penurunan curah jantung
membaik dengan kriteria 1. Identifikasi tanda/gejala primer
hasil : kekuatan nadi Penurunan curah jantung

perifer meningkat, (meliputi dispenea, kelelahan,

palpitasi menurun, adema ortopnea paroxysmal

bradikardi menurun, nocturnal dyspenea,

takikardi menurun, peningkatan CPV)

tekanan darah membaik. 2. Identifikasi tanda /gejala


sekunder penurunan curah
jantung (meliputi peningkatan
berat badan, hepatomegali
ditensi vena jugularis,
palpitasi, ronkhi basah,
oliguria, batuk, kulit pucat)

3. Monitor tekanan darah


(termasuk tekanan darah
ortostatik, jika perlu)

4. Monitor intake dan output


cairan

15
5. Monitor berat badan setiap
hari pada waktu yang sama

6. Monitor saturasi oksigen

7. Monitor keluhan nyeri dada


(mis. Intensitas, lokasi, radiasi,
durasi, presivitasi yang
mengurangi nyeri)

8. Monitor EKG 12 sadapoan

9. Monitor aritmia (kelainan


irama dan frekwensi)

10.Monitor nilai laboratorium


jantung (mis. Elektrolit, enzim
jantung, BNP, Ntpro-BNP)

11.Monitor fungsi alat pacu


jantung

12.Periksa tekanan darah dan


frekwensi nadisebelum dan
sesudah aktifitas

13.Periksa tekanan darah dan


frekwensi nadi sebelum
pemberian obat (mis.
Betablocker, ACEinhibitor,
calcium channel blocker,
digoksin)

Terapeutik

1. Posisikan pasien semi-fowler

16
atau fowler dengan kaki
kebawah atau posisi nyaman

2. Berikan diet jantung yang


sesuai (mis. Batasi asupan
kafein, natrium, kolestrol, dan
makanan tinggi lemak)

3. Gunakan stocking elastis atau


pneumatik intermiten, sesuai
indikasi

4. Fasilitasi pasien dan keluarga


untuk modifikasi hidup sehat

5. Berikan terapi relaksasi untuk


mengurangi stres, jika perlu

6. Berikan dukungan emosional


dan spiritual

7. Berikan oksigen untuk


memepertahankan saturasi
oksigen >94%

Edukasi

1. Anjurkan beraktivitas fisik


sesuai toleransi

2. Anjurkan beraktivitas fisik


secara bertahap

3. Anjurkan berhenti merokok

4. Ajarkan pasien dan keluarga

17
mengukur berat badan harian

5. Ajarkan pasien dan keluarga


mengukur intake dan output
cairan harian

Kolaborasi :

1. Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu

2. Rujuk ke program rehabilitasi


jantung
3 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipoglikemia
keperawatan diharapkan
Observasi :
kadar glukosa darah
terkontrol dengan kriteria 1. Identifkasi tanda dan gejala
hasil : kesadaran hipoglikemia

meningkat, mengantuk 2. Identifikasi kemungkinan


menurun, pusing menurun, penyebab hipoglikemia
lelah/lesu menurun, kadar
Terapeutik :
glukosa dalam darah
membaik. 1. Berikan karbohidrat sederhana,
jika perlu

2. Batasi glucagon, jika perlu

3. Berikan karbohidrat kompleks


dan protein sesuai diet

4. Pertahankan kepatenan jalan


nafas

5. Pertahankan akses IV, jika

18
perlu

6. Hubungi layanan medis, jika


perlu

Edukasi :

1. Anjurkan membawa
karbohidrat sederhana setiap
saat

2. Anjurkan memakai identitas


darurat yang tepat

3. Anjurkan monitor kadar


glukosa darah

4. Anjurkan berdiskusi dengan


tim perawatan diabetes tentang
penyesuaian program
pengobatan

5. Jelaskan interaksi antara diet,


insulin/agen oral, dan olahraga

6. Anjurkan pengelolaan
hipoglikemia(tanda dan gejala,
faktor risiko dan pengobatan
hipoglikemia)

7. Ajarkan perawatan mandiri


untuk mencegah hipoglikemia
(mis. mengurangi insulin atau
agen oral dan/atau
meningkatkan asupan makanan

19
untuk berolahraga

Kolaborasi :

1. Kolaborasi pemberian dextros,


jika perlu

2. Kolaborasi pemberian
glucagon, jika perlu
4 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Peningkatan
keperawatan diharapkan Tekanan Intrakranial
perfusi serebral tidak
Observasi :
efektif membaik dengan
kriteria hasil : tingkat 1. Identifikasi penyebab

kesadaran meningkat, peningkatan TIK (mis. Lesi,

tekanan intra kranial gangguan metabolisme, edema

menurun, sakit kepala serebral)

menurun, nilai rata-rata 2. Monitor tanda/gejala


tekanan darah membaik. peningkatan TIK (mis.
Tekanan darah meningkat,
tekanan nadi melebar,
bradikardia, pola napas
ireguler, kesadaran menurun)

3. Monitor MAP (Mean Arterial


Pressure)

4. Monitor CVP (Central Venous


Pressure), jika perlu

5. Monitor PAWP, jika perlu

6. Monitor PAP, jika perlu

7. Monitor ICP (Intra Cranial

20
Pressure), jika tersedia

8. Monitor CPP (Cerebral


Perfusion Pressure)

9. Monitor gelombang ICP

10. Monitor status pernapasan

11. Monitor intake dan output


cairan

12. Monitor cairan serebro-


spinalis (mis. Warna,
konsistensi)

Terapeutik :

1. Minimalkan stimulus dengan


menyediakan lingkungan yang
tenang

2. Berikan posisi semi fowler

3. Hindari maneuver Valsava

4. Cegah terjadinya kejang


Hindari penggunaan PEEP

5. Hindari pemberian cairan IV


hipotonik

6. Atur ventilator agar PaCO2


optimal

7. Pertahankan suhu tubuh


normal

21
Kolaborasi :

1. Kolaborasi pemberian sedasi


dan antikonvulsan, jika perlu

2. Kolaborasi pemberian diuretic


osmosis, jika perlu

3. Kolaborasi pemberian pelunak


tinja, jika perlu

2.2.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah tahap ke empat dari proses keperawatan . tahap


ini muncul jika perencanaan yang dibuat di aplikasikan pada klien.
Tindakan yang dilakukan mungkin sama mungkin juga berbeda dengan
urutan yang telah di buat pada perencanaan. Implementasi keperawatan
membutuhkan fleksibelitas dan kreatifits perawat. Sebelum melakukan
suatu tindakan, perawat harus mengetahui tindakan keperawatan yang
dilakukan sesuai dengan tindakan yang sudah direncanakan, dilakukan
dengan rencana yang tepat,aman,serta sesuai dengan kondisi pasien
(Nanda, 2015)

2.2.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tahap kelima dari proses keperawatan. pada tahap ini
perawat membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan
kriteria hasil yang sudah ditetapkan serta menilai apakah masakah yang
terjadi sudah diatasi seluruhnya,hanya sebagian,atau belum teratasi
semuanya. Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan yaitu suatu proses
yang digunakan untuk mengukur dan memonitor kondisi klien untuk
mengetahui kesesuain tindakan keperawatan,perbaikan tindakan
keperawatan,kebutuhan klien saat ini,perlunya dirujuk pada tempat

22
kesehatan lain dan perlu menyusun ulang prioritas diagnose supaya
kebutuhan klienbisa terpenuhui atau teratasi (Nanda, 2015)

23
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hipoglikemia (shock insulin) adalah suatu sindrome yang komplek berawal


dari suatu gangguan metabolisme glukosa, dimana konsentrasi serum glukosa
menurun sampai tidak dapat memenuhi kebutuhan metabolisme sistem saraf.
Hipoglikemia merupakan keadaan dimana kadar gula darah rendah secara
abnormal, terjadi jika gula darah turun dibawah 50-60mg/dl (2,7 sampai 3,3
mmol/L) (Smelltzer & Bare, 2009 dalam Solehati, 2017).

24
DAFTAR PUSTAKA

Hadiatama, Mega., (2012). Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Hipoglikemia


Pada Pasien Diabetes Melitus Di Intalasi Gawat Darurat RSUD Dr. Moewardi.
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis Keperawatan dan Klasifikasi


2015-2017. Jakarta: EGC.

Morton, P. ., Fontaine, D., Hudak, C. ., & Gallo, B. . (2013). Keperawatan Kritis (8th
ed.). Jakarta: EGC.

Nurarif, A. ., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Media Action.

Solehati, Dian eka., (2017). Laporan Pendahuluan Hipoglikemia. Di Ruang IGD


RSUP Dr. Kariadi Semarang. Dapaertemen Ilmu Keperawatan Universitas
Diponogoro. 1-12.

Setyohadi, D. (2012). Kegawatdaruratan Penyakit Dalam ( Emergency in Internal


Medicine). Jakarta: pusat penerbit ilmu penyakit dalam interna publishing.

Thim, T., Krarup, N. ., Grove, E. ., Rohde, C. ., & Lofgren, B. (2012). Initial


Assesment and Treatment with the Airway, Breathing, Circulation, Disability,
Exposure (ABCDE) Approach.

Younk LM, Mikeladze M, Tate D, & Davis SN. (2012). Exercise-Related


Hypoglycemia in Diabetes Mellitus. Expert Review End Ocrinology Metabolism,
6, 93–108.

25

Anda mungkin juga menyukai