Anda di halaman 1dari 27

TUGAS MAKALAH

KEPERAWATAN KRITIS
HIPOGLIKEMIA

Dosen Fasilitator :
Arief Helmi Setiawan, S.Kep., Ns., M.Kep.

Disusun Oleh :
Kelompok 08 / Kelas 7C

Nama Anggota :
1. Audrey Akmalia S.A (1130019054)
2. Rohematus Soleha (1130019057)
3. Mutmainnah (1130019074)
4. Dikry Yusuf Pratama (1130019077)
5. Aprillia Nadya C.L (1130019081)

PROGRAM STUDI S1-KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul
“HIPOGLIKEMIA”. Pada makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan
referensi dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna, untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna untuk
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membaca makalah kami.
Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.

Penulis, 26 September 2022

Kelompok 08

ii
DAFTAR ISI

COVER .......................................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2
1.3 Tujuan Pembelajaran ............................................................................................................ 3
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus .............................................................................................................. 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................... 4
2.1 Pengertian Hipoglikemia ...................................................................................................... 4
2.2 Etiologi Hipoglikemia .......................................................................................................... 4
2.3 Patofisiologi Hipoglikemia .................................................................................................. 6
2.4 Pathway Hipoglikemia ......................................................................................................... 7
2.5 Manifestasi Klinis Hipoglikemia ......................................................................................... 7
2.6 Penatalaksanaan Hipoglikemia ............................................................................................ 8
2.6.1 Penatalaksanaan Medis ................................................................................................. 8
2.6.2 Penatalaksanaan Keperawatan...................................................................................... 9
2.7 Komplikasi Hipoglikemia .................................................................................................... 9
2.8 Pemeriksaan Penunjang Hipoglikemia .............................................................................. 10
2.9 Pencegahan Hipoglikemia .................................................................................................. 10
BAB 3 TINJAUAN KASUS HIPOGLIKEMIA ...................................................................... 12
3.1 Pengkajian Keperawatan .................................................................................................... 12
3.1.1 Identitas ...................................................................................................................... 13
3.1.2 Status Kesehatan (MRS & Pengkajian) ...................................................................... 13
3.1.3 Status kesehatan Masa Lalu........................................................................................ 13
3.1.4 Status Kesehatan Keluarga ......................................................................................... 13
3.1.5 Pola Kebutuhan Dasar ................................................................................................ 13
3.1.6 Hasil Pemeriksaan Fisik ............................................................................................. 14

iii
3.2 Analisis Data Keperawatan ................................................................................................ 16
3.3 Diagnosa Keperawatan....................................................................................................... 17
3.4 Intervensi Keperawatan ...................................................................................................... 17
3.5 Implementasi Keperawatan ................................................................................................ 20
3.6 Evaluasi Keperawatan ........................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 23

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa dalam darah dibawah normal
(<70mg/dl) (ADA, 2016). Hipoglikemia adalah efek samping yang paling sering terjadi
akibat terapi penurunan glukosa darah pada pasien DM dan pengontrolan glukosa darah
secara intensif selalu meningkatkan risiko terjadinya hipoglikemia berat (Gruden et al.,
2012). Hipoglikemia lebih sering terjadi pada DM tipe 1 dengan angka kejadian 10% - 30%
pasien per tahun dengan angka kematian nya 3% - 4% ( Goldman & Shcafer, 2012),
sedangkan pada DM tipe 2 angka kejadiannya 1,2 % pasien per tahun (Berber et al., 2013).
Rata-rata kejadian hipoglikemia meningkat dari 3.2 per 100 orang per tahun menjadi 7.7 per
100 orang per tahun pada penggunaan insulin ( Cull et al., 2001). Menurut penelitian lain
didapatkan data kejadian hipoglikemia terjadi sebanyak 30% per tahun pada pasien yang
mengonsumsi obat hipoglikemik oral seperti sulfonilurea (Self et al., 2013). Sebagai penyulit
akut pada DM tipe 2, hipoglikemia paling sering disebabkan oleh penggunaan Insulin dan
Sulfonilurea (PERKENI, 2011).
Pasien-pasien yang menggunakan insulin atau obat hipoglikemik oral dapat mengalami
hipoglikemia ringan, yang dapat ditangani sendiri, dimana episode hipoglikemiknya terjadi
sekitar dua kali per minggu. Hipoglikemia berat, yang membutuhkan bantuan orang lain
untuk mendapatkan kembali euglikemia, minimal terjadi sekali per tahun sebesar 27% pada
pasien yang diobati dengan regimen insulin intensif. Hipoglikemia merupakan penyebab
kematian pada sekitar 3% dari penderita diabetes yang bergantung pada insulin (Self et al.,
2013).
Pada pasien DM, hipoglikemia merupakan faktor penghambat utama dalam mencapai
sasaran kendali glukosa darah normal. Hipoglikemia yang terjadi pada DM merupakan suatu
keadaan yang terjadi ketika insulin dan glukosa darah dalam keadaan tidak seimbang. Hal ini
dapat terjadi setelah menggunakan insulin atau obat anti diabetik lainnya, tidak cukup makan
atau waktu jeda antar makan yang lama (biasanya pada tengah malam), latihan fisik tanpa
asupan makanan yang cukup sebelumnya, atau tidak cukup konsumsi karbohidrat
(ADA,2012) dimana gejala yang di timbulkannya dapat berupa gejala otonom seperti

1
berkeringat, gemetar, palpitasi, dll, dan/atau gejala dari disfungsi neurologi seperti kejang,
lethargi, hingga koma (Self et al., 2013).
Selain faktor-faktor risiko diatas, usia juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
kejadian hipoglikemia, disebabkan oleh kerusakan respon hormon kontra regulasi akibat usia
(Kenny, 2013). Sedangkan berdasarkan studi epidemiologi oleh American Diabetes
Association memperlihatkan bahwa hipoglikemia merupakan komplikasi metabolik yang
paling sering terjadi pada orangtua di Amerika Serikat, dimana pasien DM tipe 2 lanjut usia
yang mengalami hipoglikemia menunjukkan lebih lama dirawat di rumah sakit dan
menghabiskan biaya yang lebih besar. Hipoglikemia ini disebabkan oleh berkurangnya
fungsi ginjal dan aktivitas enzim hati yang berkaitan dengan metabolisme sulfonilurea dan
insulin yang dipengaruhi oleh usia (Seaquist et al., 2013).
Hipoglikemia terbagi atas ringan, sedang, hingga berat dan dapat terjadi pada malam hari
(hipoglikemia nokturnal). Pasien DM tipe 1 yang menggunakan pompa insulin dan insulin
analog kerja lama sering mengalami hipoglikemia berat khususnya selama tidur dimalam
hari, ditambah pula, Sovik dan Thordason melaporkan bahwa dikalangan pasien berusia <40
tahun yang telah mengalami DM selama 10 tahun, 6% nya meninggal karena sindrom “dead-
in-bed” yang mana kemungkinan paling banyak disebabkan oleh hipoglikemia nokturnal
berat ( Anonymous, 2010).
Hipoglikemia terkadang luput dari pengawasan dokter maupun pasien. Sebagian orang
dengan DM tidak memiliki tanda-tanda peringatan dini untuk kadar glukosa darah yang
rendah. Kondisi ini paling sering mengenai penderita diabetes Tipe I, tetapi tidak menutup
kemungkinan juga dapat terjadi pada penderita diabetes Tipe 2 (Kenny, 2013). Hipoglikemia
merupakan keadaan yang sangat berbahaya dan dapat mengancam jiwa penderita karena
glukosa darah adalah sumber energi satusatunya pada otak, sehingga jika mengalami
penurunan kadar dari normal dapat mempengaruhi dan mengganggu fungsi otak tersebut
secara langsung ( Goldman & Shcafer, 2012).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian Hipoglikemia?
2. Faktor apa saja yang terdapat dalam etiologi Hipoglikemia?

2
3. Bagaimana terjadinya patofisiologi Hipoglikemia
4. Bagaimana terjadinya pathway Hipoglikemia
5. Apa saja manifestasi klinis Hipoglikemia
6. Bagaimana penatalaksanaan Hipoglikemia
7. Hal apa saja yang terjadi komplikasi Hipoglikemia
8. Bagaimana pemeriksaan penunjang Hipoglikemia
9. Bagaimana cara pencegahan Hipoglikemia

1.3 Tujuan Pembelajaran


1.3.1 Tujuan Umum
Setelah mempelajari materi tentang hipoglikemia diharapkan mahasiswa mampu
memahami tentang pengertian hipogiklemia hingga faktor-faktor apa saja yang dapat
memicu terjadinya hipoglikemia.

1.3.1 Tujuan Khusus


1. Mahasiswa dapat memahami pengertian Hipoglikemia
2. Mahasiswa dapat memahami etiologi Hipoglikemia
3. Mahasiswa dapat memahami patofisiologi Hipoglikemia
4. Mahasiswa dapat memahami pathway Hipoglikemia
5. Mahasiswa dapat memahami manifestasi klinis Hipoglikemia
6. Mahasiswa dapat memahami penatalaksanaan Hipoglikemia
7. Mahasiswa dapat memahami komplikasi Hipoglikemia
8. Mahasiswa dapat memahami pemeriksaan penunjang Hipoglikemia
9. Mahasiswa dapat memahami pencegahan Hipoglikemia

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Hipoglikemia


Menurut (Rudi,2013) Hipoglikemi adalah suatu keadaan dimana kondisi seseorang
mengalami penurunan pada kadar gula dalam darah dibawah normal. Dapat dikatakan
jumlah gula dalam darah mengalami penurunan saat dilakukannya cek GDS dimana
didapatkan jumlah dibawah 60 mg/dl atau dibawah 80 mg/dl dengan gejala klinis. Saat
tubuh mengalami penurunan gula darah, tubuh akan merespon yang dimana ditandai dengan
gejala klinis diantaranya klien akan merasakan pusing, tubuh lemas dan gemetaran,
pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung meningkat dan
terkadang klien bisa sampai hilang kesadaran. Keadaan seperti ini akan dapat terjadi apabila
dalam pemberian obat dan insulin diberikan dalam jumlah yang tidak tepat atau tidak sesuai
dengan kebutuhan tubuh, mengkonsumsi makanan yang terlalu sedikit ataupun karena sering
melalukan aktivitas yang berat. Pada keadaan hipoglikemi berat dimana jumlah kadar gula
dalam darah berada dibawah 10 mg/dl, akibat yang akan dialami oleh tubuh dapat
mengalami kejang hingga dapat terjadinya koma.
Hipoglikemia terjadi ketika kadar glukosa serum secara signifikan lebihrendah daripada
rentang pada bayi normal dengan usia postnatal yang sesuai.Walaupun hipoglikemia dapat
terjadi dengan gejala neurologis, seperti letargi,koma, apnea, seizure atau simpatomimetik,
seperti pucat, palpitasi, diaforesis,yang merupakan manifestasi dari respon terhadap glukosa,
banyak neonatusdengan serum glukosa rendah menunjukkan tanda hipoglikemia
nonspesifik. (Kliegman et al, 2011)

2.2 Etiologi Hipoglikemia


Penyebab terjadinya Hipoglikemi menurut (Kedia, 2011) :
a. Dosis pemberian insulin yang kurang tepat
Pengobatan diabetes di pergunakan untuk mengatur kadar gula darah tetap baik sehingga
membuat pasien akan merasa nyaman dan menghindari terjadinya Hipoglikemi, di
perlukan kerja sama yang baik antara pasien dan dokter dalam menurunkan resiko
terjadinya komplikasi diabetes. Kombinasi yang di lakukan dalam pemberian penyediaan

4
insulin sangatlah penting untuk kita dapat lebih memperhatikan ketepatan dalam
pemberian insulin sesuai dengan kebutuhan yang sesuai dengan kondisi gula darah yang
di alami.
b. Kurangnya asupan karbohidrat
Karena menunda atau melewatkan makan Menunda sarapan bagi penderita diabetes
dalam jangka waktu yang lama di pagi hari dapat menyebabkan terjadinya Hipoglikemi
atau kadar glukosa darah menjadi terlalu rendah. Lupa atau membiarkan diri terlalu sibuk
hingga melewatkan waktu makan bisa berbahaya bagi penderita diabetes. Lupa makan
akan menyebabkan kadar glukosa dalam darah menjadi terlalu rendah, jika di biarkan
tanpa penanganan lebih lanjut pada keadaan Hipoglikemi maka kondisi ini akan menjadi
parah, menyebabkan rasa linglung dan pingsan. Hipoglikemi yang semakin parah dapat
menimbulkan terjadinya kejang, koma, hingga kematian. Kadar insulin yang di dapatkan
untuk gula dalam darah haruslah seimbang dengan makanan yang akan di konsumsi,
namun jika makanan yang di konsumsi kurang dan tidak bisa menyeimbangi dosis insulin
yang di dapatkan maka akan terjadi keadaan dimana ke seimbangan di dalam tubuh akan
terganggu dan mengakibatkan kadar gula semakin rendah.
c. Konsumsi alkohol Pada kondisi tubuh yang normal, lever merupakan bagian organ yang
menyimpan dan mensekresi glukosa ke dalam sel-sel tubuh sebagai penopang saat
seseorang sedang tidak makan. Lever juga berfungsi dalam membersihkan tubuh dari
racun (detoksifikasi). Lever tidak bisa mensekresi glukosa dan membersihkan racun
secara bersamaan. Jadi ketika keadaan lever melakukan detoksifikasi, organ tersebut akan
berhenti mensekresi glukosa. Organ lain seperti pankreas di dalam tubuh kita juga dapat
memproduksi hormon insulin, hormon yang dimana dapat mengendalikan kadar gula
darah dan mengubahnya menjadi sumber energi bagi tubuh. Jika fungsi kegunaan pada
pankreas terganggu, maka produksi insulin bisa tidak maksimal dan membuat kadar gula
darah menjadi kacau.
d. Peningkatan pemanfaatan karbohidrat karena latihan atau penurunan berat badan
Aktivitas fisik dan olahraga sangat penting dalam mengontrol diabetes. Namun, jika
olahraga yang di lakukan terlalu berlebihan, olahraga juga dapat menurunkan kadar gula
darah hingga di bawah batas normal. Olahraga sedang hingga berat bisa menyebabkan
kadar gula darah turun selama 24 jam setelah olahraga. Tubuh menggunakan dua bahan

5
bakar, yaitu gula dan lemak dalam memperoleh energi, gula yang di gunakan berasal dari
darah, hati dan otot. Gula tersimpan di dalam hati dan otot dalam bentuk glikogen.
Olahraga bisa menurunkan kadar gula darah dan glikogen yang tersimpan, tubuh memang
dapat mengisi kembali penyimpanan glikogen tersebut. Namun, prosesnya membutuhkan
waktu yang tidak singkat 4 - 6 jam, bahkan 12 - 24 jam jika aktivitas yang di lakukan
terlalu berat. Selama pengisian atau pengembalian penyimpanan glikogen tersebut klien
diabetes memiliki risiko tinggi mengalami penurunan kadar gula dalam darah.

2.3 Patofisiologi Hipoglikemia


Menurut (Kedia,2011) pada Diabetes Mellitus type 2, Hipoglikemi terjadi akibat adanya
kelebihan insulin dan juga terjadinya gangguan pertahanan fisiologis yaitu terdapat
penurunan pada plasma glukosa. Glukosa sendiri merupakan bagian terpenting di dalam
tubuh sebagai bahan bakar metabolisme yang harus ada untuk otak. Terjadinya penurunan
kadar gula dalam darah akan berkaitan pada system saraf pusat, sistem pencernaan dan
sistem peredaran darah. Menurut (Setyohadi, 2012) konsentrasi glukosa yang dimiliki dalam
darah yang normal berjumlah 70-110 mg/dl. Penurunan jumlah kadar glukosa dalam darah
akan memicu respon pada tubuh, dimana ketika tubuh mengalami penurunan kadar gula
dalam darah akan memicu terjadinya penurunan konsentrasi insulin secara fisiologis, serta
akan membuat tubuh kehilangan kesadaran. Oleh karena itu, jika jumlah kadar gula yang di
suplai oleh darah mengalami penurunan , tentunya akan mempengaruhi fungsi kerja otak.
Saat tubuh ingin melakukan aktivitas yang banyak, otak akan sangat bergantung pada suplai
glukosa yang akan di berikan secara terus-menerus dari dalam jaringan system saraf pusat.
Di saat otak ke hilangan suplai glukosa yang di butuhkan, tubuh akan merespon dan secara
berlanjut akan terjadi penurunan kesadaran sehingga mengakibatkan terjadinya pola nafas
tidak efektif. Ketergantungan yang dimiliki otak pada setiap menit suplai glukosa yang
dimiliki melalui sirkulasi di akibatkan karena ke tidak mampuan otak dalam pemenuhan
kadar cadangan glukosa sebagai glikogen di dalam otak. Selain itu juga otak tidak dapat
mencampurkan glukosa dan hanya dapat menyimpan cadangan glukosa dalam bentuk
glikogen namun dalam jumlah yang kecil. Oleh karena itu, fungsi kerja otak yang normal
akan sangat bergantung pada konsentrasi asupan glukosa dan sirkulasi.

6
2.4 Pathway Hipoglikemia
Akibat dari terjadinya defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis)
menjadi asam-asam lemak bebas dan gliseral. Asam lemak bebas akan di ubah menjadi
badan keton oleh hati, pada keton asidosis diabetic akan terjadi produksi pada badan keton
yang berlebihan sebagai akibat dari ke kurangan insulin yang secara normal akan mencegah
timbulnya keadaan tersebut, maka badan keton yang bersifat asam dan apabila terjadi
penumpukan di dalam sirkulasi darah, badan keton akan mengakibatkan terjadinya asidosis
metabolik. Keadaan pada Hipoglikemi ringan ketika kadar glukosa darah mengalami
penurunan, sistem saraf simpatik akan mengalami rangsangan, pelimpahan adrenalin yang
terjadi ke dalam darah akan menyebabkan terjadinya gejala seperti perspirasi, tremor,
takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar. Pada Hipoglikemi sedang jika terjadi
penurunan kadar glukosa darah maka akan menyebabkan sel-sel pada otak tidak
memperoleh cukup bahan bakar untuk dapat bekerja dengan baik. Kombinasi yang terjadi
dari adanya gejala ini akan menimbulkan terjadinya keadaan pada Hipoglikemi sedang.
Sedangkan pada Hipoglikemi berat yang terjadi pada fungsi sistem saraf pusat akan
mengalami terjadinya gangguan yang sangat berat, sehingga pasien akan sangat memerlukan
pertolongan orang lain untuk dapat mengatasi Hipoglikemi yang di deritanya, dimana pada
gejala ini akan dapat mencakup perilaku yang dapat menimbulkan terjadinya disorientasi,
serangan kejang, sulit di bangunkan dari tidur atau bahkan hingga dapat kehilangan
kesadaran.

2.5 Manifestasi Klinis Hipoglikemia


Menurut (Price dan Wilson, 2012) pasien dengan diabetes tipe 2 sama sekali tidak
memperlihatkan gejala apapun dan diagnosis hanya di buat berdasarkan pemeriksaan darah
di laboratorium dan melakukan tes toleransi glukosa. Gejala dan tanda-tanda DM dapat di
golongkan menjadi yaitu : Gejala akut penyakit DM Gejala penyakit DM bervariasi pada
setiap penderita, bahkan mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun sampai saat tertentu.
Permulaan gejala yang di tunjukkan meliputi serba banyak (poli) yaitu:
a. Banyak makan (poliphagi).
b. Banyak minum (polidipsi) .
c. dan banyak kencing (poliuri).

7
Keadaan tersebut, jika tidak segera di obati maka akan timbul gejala banyak minum, banyak
kencing, nafsu makan mulai berkurang atau berat badan turun dengan cepat (turun 5-10 kg
dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah dan bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual.
Gejala kronik penyakit DM Gejala kronik yang sering di alami oleh penderita DM adalah :
a. Kesemutan
b. Kulit terasa panas atau seperti tertusuk-tusuk jarum
c. Rasa tebal di kulit d. Kram
d. Mudah mengantuk f. Mata kabur
e. Biasanya sering ganti kacamata
f. Gatal di sekitar kemaluan terutama pada wanita
g. Gigi mudah goyah dan mudah lepas
h. Kemampuan seksual menurun
i. Para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan, atau
dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg

2.6 Penatalaksanaan Hipoglikemia


2.6.1 Penatalaksanaan Medis
Menurut (Kedia, 2011) pengobatan yang dapat di berikan pada pasien dengan
penyakit Hipoglikemi tergantung pada keparahan dari Hipoglikemi. Hipoglikemi
ringan mudah di obati dengan asupan karbohidrat seperti minuman yang mengandung
glukosa, tablet glukosa, atau dengan mengkonsumsi makanan ringan. Sedangkan pada
Hipoglikemi berat di butuhkannya bantuan eksternal, antara lain :
1. Dekstrosa Pada keadaan pasien yang tidak mampu menelan glukosa karena pingsan,
kejang, atau adanya perubahan status mental, pada keadaan darurat dapat di
berikannya dekstrosa dalam air dengan konsentrasi 50% dimana dosis biasanya yang
di berikan kepada orang dewasa, sedangkan pemberian konsentrasi 25% yang biasanya
akan di berikan kepada anak-anak.
2. Glukogen Tidak seperti dekstrosa, yang dalam pemberiannya harus di berikan
melalui intravena, glukogen dapat di berikan pada klien dengan melalui subkutan (SC)
atau intramuskular (IM) yang dimana akan di lakukan oleh perawat yang memang
sudah pengalaman dalam memberikan glokugen. Dalam hal ini tentunya akan dapat

8
mencegah terjadinya ke terlambatan dalam memulai pengobatan yang dapat di lakukan
secara darurat.
2.6.2 Penatalaksanaan Keperawatan
a. Airway
Menilai kepatenan jalan nafas, apakah pasien dapat bernafas dengan bebas ataukah
adanya penumpukan sekret yang dapat menghalangi jalan nafas. Jika di dapatkan
adanya obstruksi, maka harus di lakukan chin lift/jaw thrust, suction, guedel airway
dan intubasi trakea.
b. Breathing
Apabila jalan nafas tidak memadai, maka harus di lakukan pemberian oksigen serta
memposisikan pasien dengan semi fowler.
c. Circulation
Untuk dapat menilai sirkulasi atau peredaran darah, maka perlu di lakukan cek
capillary refill, pemberian infus, auskultasi adanya suara nafas tambahan, segera
memberikan bronkodilator, memantau frekunsi pernafasan, pantau terjadinya tanda-
tanda sianosis dan kegelisahan serta memonitor tekanan darah. Penilaian ulang akan
di perlukan apabila di dapati kondisi pasien yang tidak stabil.
d. Disability
Menilai kesadaran pasien dengan cepat, apakah pasien sadar sepenuhnya, hanya
dapat merespon terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar. Mengkaji tingkat
mobilisasi pasien, memposisikan pasien pada semi fowler, ekstensikan kepala
untuk dapat memaksimalkannya ventilasi, serta segera berikan oksigen sesuai
dengan kebutuhan pasien atau dapat sesuaikan dengan anjuran yang di berikan
dokter.

2.7 Komplikasi Hipoglikemia


Menurut teori (Jevon,2010) Hipoglikemia merupakan gangguan tingkat kesadaran yang
dapat berubah kapan saja yang dimana dapat menyebabkan gangguan pernafasan, selain itu
Hipoglikemia juga dapat mengakibatkan kerusakan otak akut. Hipoglikemia yang
berkepanjangan parah bahkan dapat menyebabkan gangguan neuropsikologis, sampai
dengan terjadinya gangguan neuropsikologis berat karena efek Hipoglikemi berkaitan

9
dengan system saraf pusat yang biasanya di tandai oleh perilaku dan pola bicara yang
abnormal dan menurut Hipoglikemi yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan
otak yang permanen, Hipoglikemi juga dapat menyebabkan koma sampai kematian.

2.8 Pemeriksaan Penunjang Hipoglikemia


Penentuan diagnosa DM adalah dengan pemeriksaan gula darah , menurut Sujono &
Sukarmin (2008) antara lain:
a. Gula darah puasa (GDO) 70-110 mg/dl kriteria diagnostik untuk DM > 140 mg/dl paling
sedikit dalam 2 kali pemeriksaan, atau > 140 mg/dl di sertai gejala klasik Hiperglikemia
atau IGT 115-140 mg/dl.
b. Gula darah 2 jam post prondial < 140 mg/dl di gunakan untuk skrining bukan diagnostik.
c. Tes toleransi glukosa oral (TTGO). GD < 115 mg/dl ½ jam, 1 jam, 1 ½ jam < 200 mg/dl,
2 jam < 140 mg/dl.
d. Tes toleransi glukosa intravena (TTGI) di lakukan jika TTGO merupakan kontraindikasi
atau terdapat kelainan gastrointestinal yang mempengaruhi absorbsi glukosa.
e. Tes toleransi kortison glukosa, di gunakan jika TTGO tidak bermakna. Kortison
menyebabkan peningkatan kadar glukosa abnormal dan menurunkan penggunaan gula
darah perifer pada orang yang berpredisposisi menjadi DM kadar glukosa darah 140
mg/dl pada akhir 2 jam di anggap sebagai hasil positif.
f. Glycosetat hemoglobin, memantau glukosa darah selama lebih dari 3 bulan.
g. C-Pepticle 1-2 mg/dl (puasa) 5-6 kali meningkat setelah pemberian glukosa.
h. Insulin serum puasa: 2-20 mu/ml post glukosa sampai 120 mu/ml, dapat di gunakan
dalam diagnosa banding Hipoglikemia atau dalam penelitian diabetes

2.9 Pencegahan Hipoglikemia


Menurut (KEMENKES, 2018) untuk mencegah munculnya gejala Hipoglikemi ialah
dengan:
a. Makan sesuai dengan aktifitas yang di lakukan sehari-hari 16
b. Batasi konsumsi minuman keras atau hindari sama sekali tidak meminumnya
c. Pantau kadar gula secara berkala
d. Kenali gejala-gejala Hipoglikemi yang muncul

10
e. Selalu siapkan makanan atau obat-obatan pereda gejala di manapun anda berada

11
BAB 3
TINJAUAN KASUS HIPOGLIKEMIA

3.1 Pengkajian Keperawatan


3.1.1 Identitas
Informasi umum partisipan di dapatkan dari perkenalan saat sebelum melakukan
pengkajian yang telah di gali oleh peneliti sebagaimana dalam tabel berikut ini :
No Nama Jenis kelamin Pekerjaan Usia Status
1 Ny.M Perempuan Ibu rumah tangga 46 Tahun Pasien
2 Tn.S Laki-laki Wirausaha 48 Tahun Penanggung
jawab
Adapun informasi umum adalah sebagai berikut : Ny.M berusia 46 tahun datang
ke RSUD Kanjuruhan pada tanggal 23 september 2022, pasien saat ini bekerja
sebagai IRT sekaligus wirausaha yang membantu suaminya berjualan, status sudah
menikah, beragama islam dan suku bangsa Jawa. Pasien tersebut tinggal di
Saunggaling, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang. Pasien datang ke Rumah
Sakit dengan suaminya Tn.S dengan pekerjaan sebagai pedagang atau wirausaha.
3.1.2 Status Kesehatan (MRS Dan Pengkajian )
Pada saat MRS keluarga pasien mengatakan perut pasien terus mengalami
pembesaran kurang lebih selama 4 bulan, pasien masih dapat melakukan kegiatan
sehari-hari dan masih dapat makan dengan baik. Namun semakin lama perut pasien
terus semakin membesar, kaki mulai membengkak, serta langkah kaki pasien
menjadi semakin berat. Pasien mulai mengalami penurunan nafsu makan, pasien
tidak mau makan, saat pasien mulai dibawa MRS pasien mengalami meriang yang di
rasakannya
3.1.3 Status Kesehatan Masa Lalu
Suami dan anak pasien mengatakan bahwa pasien sebelumnya dan selama ini
tidak pernah mengalami sakit seperti ini, pasien tidak memiliki sakit tertentu seperti
yang di alami pasien saat ini dan pasien tidak ada alergi terhadap obat-obatan
ataupun makanan.
3.1.4 Status kesehatan Keluarga

12
Suami pasien mengatakan di keluarga, baik dari pihak keluarga istri (pasien)
ataupun keluarga suami tidak ada yang memiliki penyakit tertentu, ataupun penyakit
seperti yang dialami oleh pasien saat ini
3.1.5 Pola kebutuhan Dasar
a. Pola Aktivitas Sehari-hari
1. Pola Makan dan Minum
Pada saat sebelum sakit pasien makan cukup sering 2-3x sehari dengan 1
porsi nasi lauk tempe, tahu, daging, sop, kacang dan kangkung. Untuk minum
pasien minum air putih cukup sering kurang lebih 5 gelas perhari bahkan
lebih. Pada saat sakit pasien tidak dapat makan dan minum sendiri dengan
baik, pasien mendapat makanan dalam bentuk cair (susu bubuk yang di
cairkan) yang di berikan melalui selang NGT setiap pagi jam 09.00 dan sore
hari jam 16.00 sejumlah 200cc, pasien juga mendapatkan cairan yang di
berikan melalui syring pump yaitu furosemid 10 mg/24 jam, isosorbid 1
mg/24 jam
2. Pola Eliminasi
Pada saat sebelum sakit, suami pasien mengatakan bahwa pasien memiliki
eliminasi yang baik. Pasien BAB setiap pagi hari dan BAK dengan baik dan
tidak ada masalah ataupun hambatan/kesulitan. Pada saat pasien mulai di
rawat/ MRS pasien terpasang kateter namun urine yang dikeluarkan tidak
pernah banyak dan pasien memakai diapers, pasien tidak pernah BAB saaat
MRS.
3. Pola Istirahat Tidur
Pada saat sebelum sakit pasien biasanya tidur dengan baik dan tidak ada
masalah, tidur siang jam 11.00 dan bangun pada jam 13.00. Saat malam hari
pasien selalu tidur jam 22.00 jika tidak ada pekerjaan yang di kerjakan dan
selalu bangun saat subuh jam 05.00. Pada saat sakit pasien selalu tidur dan
terbaring di atas tempat tidur, pasien tidak dapat beristirahat dengan tenang,
nampak ketika pasien selalu mengeluarkan gerangan dan pasien selalu merasa
gelisah.
4. Pola Kebersihan diri

13
Pada saat sebelum sakit pasien selalu menjaga kebersihan diri, mandi 2x
sehari, gosok gigi 2x sehari, keramas 2-3x sehari, potong kuku 1x
seminggu/saat kuku panjang. Pada saat sakit pasien tidak mandi tetapi hanya
di seka badannya oleh anak pasien, tidak gosok gigi dan keramas. Pada saat
sakit kuku pasien juga terlihat kotor.
5. Pola Aktivitas
Pada saat sebelum sakit aktivitas pasien di rumah yaitu memasak,
membersihkan rumah dan mengurus rumah serta membantu suaminya
berjualan. Pada saat sakit pasien hanya terbaring di tempat tidur. Pasien
nampak lemah, pasien tidak dapat menggerakkan tubuhnya, pasien tidak
dapat mengeluarkan kata-kata saat bicara, pasien hanya dapat mengeluarkan
gerangan
b. Riwayat Sosial
Pada saat sebelum sakit pasien aktif bersosialisasi, pasien juga mengikuti
pengajian di lingkungan rumah.
c. Riwayat Spiritual
Pada saat sebelum sakit pasien rajin sholat 5 waktu, tetapi pada saat sakit
pasien tidak pernah sholat atau pasien tidak dapat melakukan sholat 5 waktu.
3.1.6 Hasil Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum
Saat di lakukan pengkajian tanggal 09 Februari 2020 keadaan pasien lemas,
Td 122/72 mmHg, suhu tubuh 37 oC, denyut nadi 85x/menit. RR 13x/menit
b. Pemeriksaan Wajah
Pasien tidak dapat memberikan keluhan, wajah nampak kotor, membengkak
dan terdapat lesi di sekitar lokasi pemasangan alat bantu nafas NRBM yang di
alami Ny. M, Mata simetris, terdapat kotoran yang menumpuk pada mata pasien
dan pasien tidak dapat membukanya serta penglihatan yang tidak baik, tidak
terdapat luka dan benjolan pada mata, bulu mata tidak rontok, konjungtiva an
anemis, pupil isokor. Keadaan hidung normal tidak ada pembengkokan, tidak
ada perdarahan, nampak kotoran, tidak terdapat pembengkakan, terpasang
oksigen. Keadaan rongga mulut Ny. M warna bibir gelap, pucat sedikit kebiruan,

14
terdapat secret yang menumpuk, bibir pecah-pecah, mulut kotor. Keadaan
telinga bentuk simestris, ukuran normal, tidak terdapat lesi dan nyeri tekan, tidak
terdapat peradangan dan perdarahan, sedikit kotor (penumpukan serumen
c. Pemeriksaan Kepala Leher
Keadaan kepala dari Ny. M Bentuk kepala bulat, kepala simetris, tidak
terdapat luka ataupun perdarahan, tidak terdapat nyeri tekan, nampak kotor.
Keadaan leher berbentuk simetris, tidak terdapat nyeri tekan ataupun jaringan
parut. Pada palpasi tidak terjadi pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar tiroid,
tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid.
d. Pemeriksaan Paru
Bentuk paru normal ches, susunan tulang belakang kyphosis, bentuk dada
simetris, tidak terjadi retraksi intercosta, tidak terjadi retraksi suprasternal, tidak
terjadi Sternomastoid, terjadi pernafasan ronchi lokasi atas dada kiri dan kanan,
terdapat sputum yang keluar nampak warna putih ke kuningan dan tidak dapat
melakukan batuk efektif. Pemeriksaan palpasi menunjukkan getaran antara
kanan dan kiri teraba sama. Pemeriksaan perkusi menunjukkan area paru sonor
e. Pemeriksaan Abdomen
Bentuk abdomen disten, tidak ada benjolan, abdomen membesar, terjadi ke
tidak simetrisan, tidak terjadi bayangan pembuluh darah vena. Hasil
pemeriksaan peristaltic usus 7x/menit. Pemeriksaan palpasi menunjukkan terjadi
nyeri tekan dan terjadi pembesaran pada abdomen.
f. Pemeriksaan Fungsi Neurologis
Setelah pemeriksaan GCS di dapatkan nilai respon membuka mata 2, menilai
respon verbal 2, menilai respon motorik 4, dari pemeriksaan GCS di dapatkan
jumlah hasilnya yaitu 8, dan di ambil kesimpulan Semi Coma. Hasil
pemeriksaan tanda-tanda rangsangan otak menunjukkan tidak terjadi penigkatan
suhu tubuh, tidak terjadi nyeri kepala, tidak terjadi kaku kuduk, tidak terjadi
mual–muntah, tidak terjadi kejang, terjadi penurunan tingkat kesadaran.
g. Pemeriksaan Kulit Integumen
Hasil pemeriksaan kulit menunjukkan terjadi jaringan parut. Hasil
pemeriksaan palpasi menunjukkan tekstur kasar, turgor/kelenturan tidak baik,

15
struktur keriput, lemak subcutan tebal, tidak terjadi nyeri tekan pada daerah
tekanan. Hasil identifikasi luka/lesi tipe primer pada kulit menunjukkan terjadi
makula, tidak terjadi papula, tidak terjadi nodule, terjadi vesikula, sedangkan
tipe sekunder menunjukkan terjadi pustula, tidak terjadi ulkus, belum terjadi
crusta, tidak terjadi exsoriasi, tidak terjadi scar, tidak terjadi lichenifikasi.
Keadaan rambut pasien menunjukkan Penyebaran merata, rambut bau, rambut
rontok, tidak terjadi Alopesia, tidak terjadi Hirsutisme. Rambut berantakan dan
bau. Hasil pemeriksaan kuku pasien menunjukan CRT kembali dalam 10 detik,
kuku kotor
h. Pemeriksaan Penunjanng
Pemeriksaan darah pada tanggal 23 september 2022 jam 06.30 dari pasien
menunjukkan glukosa darah puasa (54 mg/dL), pemeriksaan darah pada tanggal
23 september jam 10.16 dari pasien menunjukkan Natrium (2,55 mmol/L),
Kalium (3,4 mmol/L), Klorida (93 mmol/L), pH (7,08 mmHg), PCO2 (97,0
mmHg), PO2 (74,6 mmHg), basa ercess (-4,8 mmol/L), HCOB Actual (HCOB)
(27,3 mmol/L), saturasi O2 (SO2) (83,5 %), suhu (39,0 celcius
i. Terapi
Pada saat dirawat di rumah sakit pasien mendapat terapi lansoprazol 1x1,
ceftriaxon 2x1, ondancetron k/p, cedocart 1mg/24 jam, nebul ventolin 3x1, Ns
750/24 jam, furosemide 10 mg/24 jam, morphin 1 mg/24 jam, albumin 25%,
D10 4 10tpm, nebul pulmiocart 2x1, NRBM 8-10 lpm, P/O attorv 0-----20gr,
P/O amlodipin 0-----10 mg

3.2 Analisa Data


No Analisa Data Etiologi Masalah Ttd
1 DS : keluarga mengatakan bahwa Ketidakseimbagan Gangguan
pusing dan pengelihatannya kabur ventilasi –perfusi Pertukaran Gas

DO : pasien tampak gelisah


Kesadaran pasien menurun
Takikardia, Bunyi nafas tambahan

16
2 DS : keluarga pasien mengatajan Bersihan Jalan Nafas Sekresi yang
sulit untuk berbicara dan sulit untuk Tidak Efektif Tertahan
bernafas

DO : pasien tampak gelisah, sianosis


pada bibir, sputum berlebihan, ada
suara nafas tambahan ronkhi
3 DS : keluarga pasien mengatajan Resiko Gangguan Hipoglikemi
pasien sesak nafas, pusing , dan Sirkulasi Spontan
tubuh nya tremor

DO : Takikardia. GCS menurun


skala 8

3.3 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan Ketidakseimbangan Ventilasi Perfusi
(D.0004)
2. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Sekresi yang Tertahan (D.0001)
3. Resiko Gangguan Sirkulasi Spontan berhubungan dengan Hipoglikemi (D.0010)

3.4 Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Tujuan & kriteria Hasil Intervensi Ttd
Keperawatan
1 Gangguan Pertukaran Pertukaran Gas (L.01002) Terapi Oksigen (I.01026)
Gas berhubungan Setelah dilakukan
dengan tindakan keperawatan Observasi :
Ketidakseimbangan selama 1x24 jam di - Monitor kecepatan aliran
Ventilasi Perfusi harapkan Gangguan oksigen - Monitor posisi
(D.0004) pertukaran gas dapat alat terapi oksigen -
Data Subjektif : - • teratasi dengan kriteria Monitor tanda-tanda vital

17
Data Objektif : Pasien hasil : - Monitor tingkat
nampak terpasang NIV - Tingkat Kesadaran kecemasan akibat terapi
ventilator, PCO2 dari skala 2 (cukup oksigen - Monitor
meningkat 97.0 mmHg, menurun) menjadi integritas mukosa hidung
PO2 menurun 74.6 skala 5 (meningkat) akibat pemasangan
mmHg, Pasien tidak - pusing dari skala 2 oksigen Terapeutik : -
memberikan respon (cukup Bersihkan sekret pada
saat di berikan meningkat)menjadi mulut, hidug dan trakea
rangsangan nyeri, Saat skala 4 (cukup jika perlu - Pertahankan
auskultasi adanya menurun) kepatenan jalan nafas
ronchi, TTV = TD : - takikardia dari skala Kolaborasi : - Kolaborasi
122/72 mmHg, N : 85x 2 (cukup penentuan dosis oksigen -
/Menit, R : 13x /Menit memburuk) menjadi Kolaborasi penggunaan
skala 5 (mebaik) oksigen
- pola Nafas dari
skala 2 (cukup
memburuk) menjadi
skala 5 (membaik)

2 Bersihan Jalan Nafas Bersihan Jalan Nafas Pemantauan Respirasi


Tidak Efektif (L.01001) (I.01014)
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Observasi
Sekresi yang Tertaha keperawatan selama 1x24 Monitor frekuensi, irama,
(D.0001) jam di harapkan bersihan kedalaman dan upaya
Data Subjektif : • Data jalan nafas dapat teratasi nafas - Monitor
Objektif : Pasien tidak dengan kriteria hasil : kemampuan batuk efektif
mampu untuk - produksi sputum dari - Monitor adanya produksi
melakukan batuk skala 2 (cukup sputum - Auskultasi bunyi
efektif, adanya meningkat) menjadi nafas - Monitor saturasi
penumpukan sputum, skala 5 (menurun) oksigen - Monitor nilai
terdengar suara ronchi, - gelisah dari skala 3 AGD Terapeutik : -

18
pasien nampak gelisah, (sedang) menjadi Monitor interval
terdengar bunyi nafas skala 1 (menurun) pemantauan respirasi
menurun, adanya - pola nafas dari sklaa sesuai kondisi pasien
perubahan frekuensi 2 (cukup memburuk) Edukasi : - Jelaskan tujuan
nafas menjadi skala 5 dan prosedur pemantauan
(membik)

3 Resiko Gangguan Gangguan Sirkulasi Manajemen Hipoglikemia


Sirkulasi Spontan spontan (L.02015) (I.03115)
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Observasi : - Identifikasi
Hipoglikemi (D.0010) keperawatan selama 1x24 tanda dan gejala -
jam di harapkan bersihan Identifikasi kemungkinan
Data Subjektif : - jalan nafas dapat teratasi penyebab Hipoglikemi
Data Objektif : Pasien dengan kriteria hasil : Terapeutik : - Berikan
nampak tidak tenang - Tingkat kesadaran glukogen jika perlu -
dan merasa gelisah, dari slkala 2 ( cukup Berikan karbohidrat
pasien mengalami menurun ) menjadi kompleks dan protein
penurunan kesadaran skala 5 (meningkat) sesuai diet - Pertahankan
GCS/224, pasien tidak - Frekuensi nadi dari kepatenan jalan nafas -
memberikan respon skala 4 (cukup Pertahankan akses
nyeri, pasien terpasang meningkat ) menjadi intravena jika perlu
NGT, pasien terpasang skala 1 (menurun) Edukasi : - Anjurkan
NIV 10 lpm, pasien - produksi urin dari membawa karbohidrat
memiliki Kadar gula skala 5 (meningkat) sederhana setiap saat -
dalam darah kurang menjadi skala 3 Anjurkan monitor kadar
dari normal GDS I : (sedang) glukosa - Anjurkan
74gm/dl dan GDS II : berdiskusi dengan tim
49gm/dl perawatan diabetes
tentang penyesuaian
program pengobatan -
Jelaskan antara diet,

19
insulin/agen oral dan
olahraga
Ajarkan perawatan
mandiri untuk mencegah
Hipoglikemi Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
glukosa jika perlu

3.5 Implementasi Keperawatan


No. Tanggal/ Jam Implementasi Ttd
Dx Hari
1 Memonitor kecepatan aliran oksigen 10lpm b.
Jum’at, 23 08.30 Memonitor posisi alat terapi oksigen c. Melakukan ttv
September secara berkala melalui ventilator d. Memonitor tingkat
2022 kecemasan pemberian oksigen e. Memonitor integritas
mukosa hidung akibat pemasangan oksigen f.
Membersihkan sputum atau secret dengan dilakukan
suction g. Mempertahankan kepatenan jalan nafas h.
Berkolaborasi dengan tim medis dalam penentuan
dosis oksigen i. Berkolaborasi dengan tim medis pada
penggunaan oksigen
. Memonitor frekuensi, irama,
2 09.30 kedalaman dan upaya nafas b. Memonitor kemampuan
dalam melakukan batuk efektif c. Memonitor adanya
penumpukan sputum d. Terdengar ronchi saat
auskultasi e. Memonitor saturasi oksigen f. Memonitor
nilai AGD g. Memantau kebutuhan respirasi pada
kondisi pasien h. Menjelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan pada keluarga pasien
a. Mengidentifikasi tanda dan gejala terjadinya
3 10.30 Hipoglikemi b. Mengidentifikasi kemungkinan

20
penyebab Hipoglikemi c. Memberikan glukogen d.
Memberikan karbohidrat kompleks dan protein sesuai
diet e. Mempertahankan kepatenan jalan nafas f.
Mempertahankan akses intravena g. Menganjurkan
untuk selalu membawa karbohidrat sederhana setiap
saat h. Menganjurkan memonitor kadar glukosa i.
Menganjurkan berdiskusi dengan tim gizi dalam
pemberian diet j. Menjelaskan pemberian diet, insulin
dan keharusan berolahraga k. Mengajarkan
pengelolaan Hipoglikemi l. Mengajarkan perawatan
mandiri untuk mencegah Hipoglikemi m.
Berkolaborasi dalam pemberian glukosa dengan tim
medis

3.6 Evaluasi Keperawatan


Hari No.Dx Evaluasi Keperawatan Paraf
/tanggal
Jum’at , 23 S : - O : GCS/111, pasien terpasang NRBM 10lpm, pasien
September 1 nampak lemah, mukosa hidung kering, TTV :
2022 TD137/88mmHg – N79x/menit – R13x/menit A : Pasien
nampak lemah dan gelisah, terkadang masih mengeluarkan
gerangan P : Injeksi syringe : furosemide, Sc 0,9% 15tpm I :
Mengukur input + output, sek ttv secara berkala, pemberian
cairan syringe E : Input : furosemide 10mg/24jam – Sc 0,9%
15tpm, output 0cc, TTV : TD155/89mmHg – N90x/menit –
R16x/menit
S : - O : GCS/111, pasien trpasang NRBM 10lpm, ada
2 penumpukan sputum, terdengar ronchi, SPO2 88%, pasien
tidak dapat melakukan batuk efektif A : Pasien nampak
lemah P : Melanjutkan furosemide I : Memonitor ttv secara
berkala E : Pasien terpasang NRBM 10lpm, pasien tidak

21
dapat batuk, SPO2 7%, TTV : TD155/89mmHg –
N90x/menit – R16x/menit
S : - O : GCS/111, pasien terpasang NRBM 10lpm, pasien
3 terpasang NGT, pasien tidak memberikan respon, pasien
masih nampak gelisah, produksi urine meningkat, kadar gula
dalam darah menurun A : Pasien nampak gelisah, kesadaran
berubah P : GDS I : 56gm/dl – GDS II :70gm/dl, nebul
ventolin, syiringe pump furosemide, diit susu cair 200cc
I : pemberian glukosa 1x1, pemberian diet, mengukur input
+ output, pertahankan kepatenan jalan nafas, pantau tingkat
kesadaran E : Input : furosemide 10mg/24jam – Ns 0,9%
500ml, susu cair 200cc, output 100cc, TTV : TD155/89
mmHg -N90x/menit – R16x/menit

22
DAFTAR PUSTAKA

Admin. (2012). Bahaya Tekanan Gula Darah yang Terlalu Rendah. Diakses tanggal 22 Oktober
2012 Jam 18.00. https://rumahdiabetes.com
Association, A. D. (2016). Standards of Medical Care in Diabetes. 39;1.
Cryer, P. E. (2005). Defining and reporting hypoglycemia in diabetes: A report from the
American diabetes association workgroup on hypoglycemia. Diabetes Care, 28(5), 1245–
1249. https://doi.org/10.2337/diacare.28.5.1245
Diakses 01 Februari 2015. Dari Care.Diabetesjournals.Org/Content28/5/1245.Full.Pdf+Html
Thompson, Gregory. (2011). Hypoglycemia (Low Blood Sugar) in People Without Diabetes.
Diakses tanggal 9 Nopember 2012 Jam 20.00.
http://www.healthlinkbc.ca/kb/content/mini/rt1050html
Kedia, Nitil. (2011). Treatment of Severe Diabetic Hypoglycemia With Glucagon: an
Underutilized Therapeutic Approach. Dove Press Journal.
PPNI. (n.d.-a). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan.
II. DPP PPNI.
PPNI. (n.d.-b). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. 1st edn. DPP PPNI.
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik. I.
DPP PPNI.
Price A.S., & W. M. . (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC, 1(6),
135.

23

Anda mungkin juga menyukai