KEPERAWATAN KRITIS
HIPOGLIKEMIA
Dosen Fasilitator :
Arief Helmi Setiawan, S.Kep., Ns., M.Kep.
Disusun Oleh :
Kelompok 08 / Kelas 7C
Nama Anggota :
1. Audrey Akmalia S.A (1130019054)
2. Rohematus Soleha (1130019057)
3. Mutmainnah (1130019074)
4. Dikry Yusuf Pratama (1130019077)
5. Aprillia Nadya C.L (1130019081)
i
KATA PENGANTAR
Kelompok 08
ii
DAFTAR ISI
COVER .......................................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2
1.3 Tujuan Pembelajaran ............................................................................................................ 3
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus .............................................................................................................. 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................... 4
2.1 Pengertian Hipoglikemia ...................................................................................................... 4
2.2 Etiologi Hipoglikemia .......................................................................................................... 4
2.3 Patofisiologi Hipoglikemia .................................................................................................. 6
2.4 Pathway Hipoglikemia ......................................................................................................... 7
2.5 Manifestasi Klinis Hipoglikemia ......................................................................................... 7
2.6 Penatalaksanaan Hipoglikemia ............................................................................................ 8
2.6.1 Penatalaksanaan Medis ................................................................................................. 8
2.6.2 Penatalaksanaan Keperawatan...................................................................................... 9
2.7 Komplikasi Hipoglikemia .................................................................................................... 9
2.8 Pemeriksaan Penunjang Hipoglikemia .............................................................................. 10
2.9 Pencegahan Hipoglikemia .................................................................................................. 10
BAB 3 TINJAUAN KASUS HIPOGLIKEMIA ...................................................................... 12
3.1 Pengkajian Keperawatan .................................................................................................... 12
3.1.1 Identitas ...................................................................................................................... 13
3.1.2 Status Kesehatan (MRS & Pengkajian) ...................................................................... 13
3.1.3 Status kesehatan Masa Lalu........................................................................................ 13
3.1.4 Status Kesehatan Keluarga ......................................................................................... 13
3.1.5 Pola Kebutuhan Dasar ................................................................................................ 13
3.1.6 Hasil Pemeriksaan Fisik ............................................................................................. 14
iii
3.2 Analisis Data Keperawatan ................................................................................................ 16
3.3 Diagnosa Keperawatan....................................................................................................... 17
3.4 Intervensi Keperawatan ...................................................................................................... 17
3.5 Implementasi Keperawatan ................................................................................................ 20
3.6 Evaluasi Keperawatan ........................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 23
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
berkeringat, gemetar, palpitasi, dll, dan/atau gejala dari disfungsi neurologi seperti kejang,
lethargi, hingga koma (Self et al., 2013).
Selain faktor-faktor risiko diatas, usia juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
kejadian hipoglikemia, disebabkan oleh kerusakan respon hormon kontra regulasi akibat usia
(Kenny, 2013). Sedangkan berdasarkan studi epidemiologi oleh American Diabetes
Association memperlihatkan bahwa hipoglikemia merupakan komplikasi metabolik yang
paling sering terjadi pada orangtua di Amerika Serikat, dimana pasien DM tipe 2 lanjut usia
yang mengalami hipoglikemia menunjukkan lebih lama dirawat di rumah sakit dan
menghabiskan biaya yang lebih besar. Hipoglikemia ini disebabkan oleh berkurangnya
fungsi ginjal dan aktivitas enzim hati yang berkaitan dengan metabolisme sulfonilurea dan
insulin yang dipengaruhi oleh usia (Seaquist et al., 2013).
Hipoglikemia terbagi atas ringan, sedang, hingga berat dan dapat terjadi pada malam hari
(hipoglikemia nokturnal). Pasien DM tipe 1 yang menggunakan pompa insulin dan insulin
analog kerja lama sering mengalami hipoglikemia berat khususnya selama tidur dimalam
hari, ditambah pula, Sovik dan Thordason melaporkan bahwa dikalangan pasien berusia <40
tahun yang telah mengalami DM selama 10 tahun, 6% nya meninggal karena sindrom “dead-
in-bed” yang mana kemungkinan paling banyak disebabkan oleh hipoglikemia nokturnal
berat ( Anonymous, 2010).
Hipoglikemia terkadang luput dari pengawasan dokter maupun pasien. Sebagian orang
dengan DM tidak memiliki tanda-tanda peringatan dini untuk kadar glukosa darah yang
rendah. Kondisi ini paling sering mengenai penderita diabetes Tipe I, tetapi tidak menutup
kemungkinan juga dapat terjadi pada penderita diabetes Tipe 2 (Kenny, 2013). Hipoglikemia
merupakan keadaan yang sangat berbahaya dan dapat mengancam jiwa penderita karena
glukosa darah adalah sumber energi satusatunya pada otak, sehingga jika mengalami
penurunan kadar dari normal dapat mempengaruhi dan mengganggu fungsi otak tersebut
secara langsung ( Goldman & Shcafer, 2012).
2
3. Bagaimana terjadinya patofisiologi Hipoglikemia
4. Bagaimana terjadinya pathway Hipoglikemia
5. Apa saja manifestasi klinis Hipoglikemia
6. Bagaimana penatalaksanaan Hipoglikemia
7. Hal apa saja yang terjadi komplikasi Hipoglikemia
8. Bagaimana pemeriksaan penunjang Hipoglikemia
9. Bagaimana cara pencegahan Hipoglikemia
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
insulin sangatlah penting untuk kita dapat lebih memperhatikan ketepatan dalam
pemberian insulin sesuai dengan kebutuhan yang sesuai dengan kondisi gula darah yang
di alami.
b. Kurangnya asupan karbohidrat
Karena menunda atau melewatkan makan Menunda sarapan bagi penderita diabetes
dalam jangka waktu yang lama di pagi hari dapat menyebabkan terjadinya Hipoglikemi
atau kadar glukosa darah menjadi terlalu rendah. Lupa atau membiarkan diri terlalu sibuk
hingga melewatkan waktu makan bisa berbahaya bagi penderita diabetes. Lupa makan
akan menyebabkan kadar glukosa dalam darah menjadi terlalu rendah, jika di biarkan
tanpa penanganan lebih lanjut pada keadaan Hipoglikemi maka kondisi ini akan menjadi
parah, menyebabkan rasa linglung dan pingsan. Hipoglikemi yang semakin parah dapat
menimbulkan terjadinya kejang, koma, hingga kematian. Kadar insulin yang di dapatkan
untuk gula dalam darah haruslah seimbang dengan makanan yang akan di konsumsi,
namun jika makanan yang di konsumsi kurang dan tidak bisa menyeimbangi dosis insulin
yang di dapatkan maka akan terjadi keadaan dimana ke seimbangan di dalam tubuh akan
terganggu dan mengakibatkan kadar gula semakin rendah.
c. Konsumsi alkohol Pada kondisi tubuh yang normal, lever merupakan bagian organ yang
menyimpan dan mensekresi glukosa ke dalam sel-sel tubuh sebagai penopang saat
seseorang sedang tidak makan. Lever juga berfungsi dalam membersihkan tubuh dari
racun (detoksifikasi). Lever tidak bisa mensekresi glukosa dan membersihkan racun
secara bersamaan. Jadi ketika keadaan lever melakukan detoksifikasi, organ tersebut akan
berhenti mensekresi glukosa. Organ lain seperti pankreas di dalam tubuh kita juga dapat
memproduksi hormon insulin, hormon yang dimana dapat mengendalikan kadar gula
darah dan mengubahnya menjadi sumber energi bagi tubuh. Jika fungsi kegunaan pada
pankreas terganggu, maka produksi insulin bisa tidak maksimal dan membuat kadar gula
darah menjadi kacau.
d. Peningkatan pemanfaatan karbohidrat karena latihan atau penurunan berat badan
Aktivitas fisik dan olahraga sangat penting dalam mengontrol diabetes. Namun, jika
olahraga yang di lakukan terlalu berlebihan, olahraga juga dapat menurunkan kadar gula
darah hingga di bawah batas normal. Olahraga sedang hingga berat bisa menyebabkan
kadar gula darah turun selama 24 jam setelah olahraga. Tubuh menggunakan dua bahan
5
bakar, yaitu gula dan lemak dalam memperoleh energi, gula yang di gunakan berasal dari
darah, hati dan otot. Gula tersimpan di dalam hati dan otot dalam bentuk glikogen.
Olahraga bisa menurunkan kadar gula darah dan glikogen yang tersimpan, tubuh memang
dapat mengisi kembali penyimpanan glikogen tersebut. Namun, prosesnya membutuhkan
waktu yang tidak singkat 4 - 6 jam, bahkan 12 - 24 jam jika aktivitas yang di lakukan
terlalu berat. Selama pengisian atau pengembalian penyimpanan glikogen tersebut klien
diabetes memiliki risiko tinggi mengalami penurunan kadar gula dalam darah.
6
2.4 Pathway Hipoglikemia
Akibat dari terjadinya defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis)
menjadi asam-asam lemak bebas dan gliseral. Asam lemak bebas akan di ubah menjadi
badan keton oleh hati, pada keton asidosis diabetic akan terjadi produksi pada badan keton
yang berlebihan sebagai akibat dari ke kurangan insulin yang secara normal akan mencegah
timbulnya keadaan tersebut, maka badan keton yang bersifat asam dan apabila terjadi
penumpukan di dalam sirkulasi darah, badan keton akan mengakibatkan terjadinya asidosis
metabolik. Keadaan pada Hipoglikemi ringan ketika kadar glukosa darah mengalami
penurunan, sistem saraf simpatik akan mengalami rangsangan, pelimpahan adrenalin yang
terjadi ke dalam darah akan menyebabkan terjadinya gejala seperti perspirasi, tremor,
takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar. Pada Hipoglikemi sedang jika terjadi
penurunan kadar glukosa darah maka akan menyebabkan sel-sel pada otak tidak
memperoleh cukup bahan bakar untuk dapat bekerja dengan baik. Kombinasi yang terjadi
dari adanya gejala ini akan menimbulkan terjadinya keadaan pada Hipoglikemi sedang.
Sedangkan pada Hipoglikemi berat yang terjadi pada fungsi sistem saraf pusat akan
mengalami terjadinya gangguan yang sangat berat, sehingga pasien akan sangat memerlukan
pertolongan orang lain untuk dapat mengatasi Hipoglikemi yang di deritanya, dimana pada
gejala ini akan dapat mencakup perilaku yang dapat menimbulkan terjadinya disorientasi,
serangan kejang, sulit di bangunkan dari tidur atau bahkan hingga dapat kehilangan
kesadaran.
7
Keadaan tersebut, jika tidak segera di obati maka akan timbul gejala banyak minum, banyak
kencing, nafsu makan mulai berkurang atau berat badan turun dengan cepat (turun 5-10 kg
dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah dan bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual.
Gejala kronik penyakit DM Gejala kronik yang sering di alami oleh penderita DM adalah :
a. Kesemutan
b. Kulit terasa panas atau seperti tertusuk-tusuk jarum
c. Rasa tebal di kulit d. Kram
d. Mudah mengantuk f. Mata kabur
e. Biasanya sering ganti kacamata
f. Gatal di sekitar kemaluan terutama pada wanita
g. Gigi mudah goyah dan mudah lepas
h. Kemampuan seksual menurun
i. Para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan, atau
dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg
8
mencegah terjadinya ke terlambatan dalam memulai pengobatan yang dapat di lakukan
secara darurat.
2.6.2 Penatalaksanaan Keperawatan
a. Airway
Menilai kepatenan jalan nafas, apakah pasien dapat bernafas dengan bebas ataukah
adanya penumpukan sekret yang dapat menghalangi jalan nafas. Jika di dapatkan
adanya obstruksi, maka harus di lakukan chin lift/jaw thrust, suction, guedel airway
dan intubasi trakea.
b. Breathing
Apabila jalan nafas tidak memadai, maka harus di lakukan pemberian oksigen serta
memposisikan pasien dengan semi fowler.
c. Circulation
Untuk dapat menilai sirkulasi atau peredaran darah, maka perlu di lakukan cek
capillary refill, pemberian infus, auskultasi adanya suara nafas tambahan, segera
memberikan bronkodilator, memantau frekunsi pernafasan, pantau terjadinya tanda-
tanda sianosis dan kegelisahan serta memonitor tekanan darah. Penilaian ulang akan
di perlukan apabila di dapati kondisi pasien yang tidak stabil.
d. Disability
Menilai kesadaran pasien dengan cepat, apakah pasien sadar sepenuhnya, hanya
dapat merespon terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar. Mengkaji tingkat
mobilisasi pasien, memposisikan pasien pada semi fowler, ekstensikan kepala
untuk dapat memaksimalkannya ventilasi, serta segera berikan oksigen sesuai
dengan kebutuhan pasien atau dapat sesuaikan dengan anjuran yang di berikan
dokter.
9
dengan system saraf pusat yang biasanya di tandai oleh perilaku dan pola bicara yang
abnormal dan menurut Hipoglikemi yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan
otak yang permanen, Hipoglikemi juga dapat menyebabkan koma sampai kematian.
10
e. Selalu siapkan makanan atau obat-obatan pereda gejala di manapun anda berada
11
BAB 3
TINJAUAN KASUS HIPOGLIKEMIA
12
Suami pasien mengatakan di keluarga, baik dari pihak keluarga istri (pasien)
ataupun keluarga suami tidak ada yang memiliki penyakit tertentu, ataupun penyakit
seperti yang dialami oleh pasien saat ini
3.1.5 Pola kebutuhan Dasar
a. Pola Aktivitas Sehari-hari
1. Pola Makan dan Minum
Pada saat sebelum sakit pasien makan cukup sering 2-3x sehari dengan 1
porsi nasi lauk tempe, tahu, daging, sop, kacang dan kangkung. Untuk minum
pasien minum air putih cukup sering kurang lebih 5 gelas perhari bahkan
lebih. Pada saat sakit pasien tidak dapat makan dan minum sendiri dengan
baik, pasien mendapat makanan dalam bentuk cair (susu bubuk yang di
cairkan) yang di berikan melalui selang NGT setiap pagi jam 09.00 dan sore
hari jam 16.00 sejumlah 200cc, pasien juga mendapatkan cairan yang di
berikan melalui syring pump yaitu furosemid 10 mg/24 jam, isosorbid 1
mg/24 jam
2. Pola Eliminasi
Pada saat sebelum sakit, suami pasien mengatakan bahwa pasien memiliki
eliminasi yang baik. Pasien BAB setiap pagi hari dan BAK dengan baik dan
tidak ada masalah ataupun hambatan/kesulitan. Pada saat pasien mulai di
rawat/ MRS pasien terpasang kateter namun urine yang dikeluarkan tidak
pernah banyak dan pasien memakai diapers, pasien tidak pernah BAB saaat
MRS.
3. Pola Istirahat Tidur
Pada saat sebelum sakit pasien biasanya tidur dengan baik dan tidak ada
masalah, tidur siang jam 11.00 dan bangun pada jam 13.00. Saat malam hari
pasien selalu tidur jam 22.00 jika tidak ada pekerjaan yang di kerjakan dan
selalu bangun saat subuh jam 05.00. Pada saat sakit pasien selalu tidur dan
terbaring di atas tempat tidur, pasien tidak dapat beristirahat dengan tenang,
nampak ketika pasien selalu mengeluarkan gerangan dan pasien selalu merasa
gelisah.
4. Pola Kebersihan diri
13
Pada saat sebelum sakit pasien selalu menjaga kebersihan diri, mandi 2x
sehari, gosok gigi 2x sehari, keramas 2-3x sehari, potong kuku 1x
seminggu/saat kuku panjang. Pada saat sakit pasien tidak mandi tetapi hanya
di seka badannya oleh anak pasien, tidak gosok gigi dan keramas. Pada saat
sakit kuku pasien juga terlihat kotor.
5. Pola Aktivitas
Pada saat sebelum sakit aktivitas pasien di rumah yaitu memasak,
membersihkan rumah dan mengurus rumah serta membantu suaminya
berjualan. Pada saat sakit pasien hanya terbaring di tempat tidur. Pasien
nampak lemah, pasien tidak dapat menggerakkan tubuhnya, pasien tidak
dapat mengeluarkan kata-kata saat bicara, pasien hanya dapat mengeluarkan
gerangan
b. Riwayat Sosial
Pada saat sebelum sakit pasien aktif bersosialisasi, pasien juga mengikuti
pengajian di lingkungan rumah.
c. Riwayat Spiritual
Pada saat sebelum sakit pasien rajin sholat 5 waktu, tetapi pada saat sakit
pasien tidak pernah sholat atau pasien tidak dapat melakukan sholat 5 waktu.
3.1.6 Hasil Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum
Saat di lakukan pengkajian tanggal 09 Februari 2020 keadaan pasien lemas,
Td 122/72 mmHg, suhu tubuh 37 oC, denyut nadi 85x/menit. RR 13x/menit
b. Pemeriksaan Wajah
Pasien tidak dapat memberikan keluhan, wajah nampak kotor, membengkak
dan terdapat lesi di sekitar lokasi pemasangan alat bantu nafas NRBM yang di
alami Ny. M, Mata simetris, terdapat kotoran yang menumpuk pada mata pasien
dan pasien tidak dapat membukanya serta penglihatan yang tidak baik, tidak
terdapat luka dan benjolan pada mata, bulu mata tidak rontok, konjungtiva an
anemis, pupil isokor. Keadaan hidung normal tidak ada pembengkokan, tidak
ada perdarahan, nampak kotoran, tidak terdapat pembengkakan, terpasang
oksigen. Keadaan rongga mulut Ny. M warna bibir gelap, pucat sedikit kebiruan,
14
terdapat secret yang menumpuk, bibir pecah-pecah, mulut kotor. Keadaan
telinga bentuk simestris, ukuran normal, tidak terdapat lesi dan nyeri tekan, tidak
terdapat peradangan dan perdarahan, sedikit kotor (penumpukan serumen
c. Pemeriksaan Kepala Leher
Keadaan kepala dari Ny. M Bentuk kepala bulat, kepala simetris, tidak
terdapat luka ataupun perdarahan, tidak terdapat nyeri tekan, nampak kotor.
Keadaan leher berbentuk simetris, tidak terdapat nyeri tekan ataupun jaringan
parut. Pada palpasi tidak terjadi pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar tiroid,
tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid.
d. Pemeriksaan Paru
Bentuk paru normal ches, susunan tulang belakang kyphosis, bentuk dada
simetris, tidak terjadi retraksi intercosta, tidak terjadi retraksi suprasternal, tidak
terjadi Sternomastoid, terjadi pernafasan ronchi lokasi atas dada kiri dan kanan,
terdapat sputum yang keluar nampak warna putih ke kuningan dan tidak dapat
melakukan batuk efektif. Pemeriksaan palpasi menunjukkan getaran antara
kanan dan kiri teraba sama. Pemeriksaan perkusi menunjukkan area paru sonor
e. Pemeriksaan Abdomen
Bentuk abdomen disten, tidak ada benjolan, abdomen membesar, terjadi ke
tidak simetrisan, tidak terjadi bayangan pembuluh darah vena. Hasil
pemeriksaan peristaltic usus 7x/menit. Pemeriksaan palpasi menunjukkan terjadi
nyeri tekan dan terjadi pembesaran pada abdomen.
f. Pemeriksaan Fungsi Neurologis
Setelah pemeriksaan GCS di dapatkan nilai respon membuka mata 2, menilai
respon verbal 2, menilai respon motorik 4, dari pemeriksaan GCS di dapatkan
jumlah hasilnya yaitu 8, dan di ambil kesimpulan Semi Coma. Hasil
pemeriksaan tanda-tanda rangsangan otak menunjukkan tidak terjadi penigkatan
suhu tubuh, tidak terjadi nyeri kepala, tidak terjadi kaku kuduk, tidak terjadi
mual–muntah, tidak terjadi kejang, terjadi penurunan tingkat kesadaran.
g. Pemeriksaan Kulit Integumen
Hasil pemeriksaan kulit menunjukkan terjadi jaringan parut. Hasil
pemeriksaan palpasi menunjukkan tekstur kasar, turgor/kelenturan tidak baik,
15
struktur keriput, lemak subcutan tebal, tidak terjadi nyeri tekan pada daerah
tekanan. Hasil identifikasi luka/lesi tipe primer pada kulit menunjukkan terjadi
makula, tidak terjadi papula, tidak terjadi nodule, terjadi vesikula, sedangkan
tipe sekunder menunjukkan terjadi pustula, tidak terjadi ulkus, belum terjadi
crusta, tidak terjadi exsoriasi, tidak terjadi scar, tidak terjadi lichenifikasi.
Keadaan rambut pasien menunjukkan Penyebaran merata, rambut bau, rambut
rontok, tidak terjadi Alopesia, tidak terjadi Hirsutisme. Rambut berantakan dan
bau. Hasil pemeriksaan kuku pasien menunjukan CRT kembali dalam 10 detik,
kuku kotor
h. Pemeriksaan Penunjanng
Pemeriksaan darah pada tanggal 23 september 2022 jam 06.30 dari pasien
menunjukkan glukosa darah puasa (54 mg/dL), pemeriksaan darah pada tanggal
23 september jam 10.16 dari pasien menunjukkan Natrium (2,55 mmol/L),
Kalium (3,4 mmol/L), Klorida (93 mmol/L), pH (7,08 mmHg), PCO2 (97,0
mmHg), PO2 (74,6 mmHg), basa ercess (-4,8 mmol/L), HCOB Actual (HCOB)
(27,3 mmol/L), saturasi O2 (SO2) (83,5 %), suhu (39,0 celcius
i. Terapi
Pada saat dirawat di rumah sakit pasien mendapat terapi lansoprazol 1x1,
ceftriaxon 2x1, ondancetron k/p, cedocart 1mg/24 jam, nebul ventolin 3x1, Ns
750/24 jam, furosemide 10 mg/24 jam, morphin 1 mg/24 jam, albumin 25%,
D10 4 10tpm, nebul pulmiocart 2x1, NRBM 8-10 lpm, P/O attorv 0-----20gr,
P/O amlodipin 0-----10 mg
16
2 DS : keluarga pasien mengatajan Bersihan Jalan Nafas Sekresi yang
sulit untuk berbicara dan sulit untuk Tidak Efektif Tertahan
bernafas
17
Data Objektif : Pasien hasil : - Monitor tingkat
nampak terpasang NIV - Tingkat Kesadaran kecemasan akibat terapi
ventilator, PCO2 dari skala 2 (cukup oksigen - Monitor
meningkat 97.0 mmHg, menurun) menjadi integritas mukosa hidung
PO2 menurun 74.6 skala 5 (meningkat) akibat pemasangan
mmHg, Pasien tidak - pusing dari skala 2 oksigen Terapeutik : -
memberikan respon (cukup Bersihkan sekret pada
saat di berikan meningkat)menjadi mulut, hidug dan trakea
rangsangan nyeri, Saat skala 4 (cukup jika perlu - Pertahankan
auskultasi adanya menurun) kepatenan jalan nafas
ronchi, TTV = TD : - takikardia dari skala Kolaborasi : - Kolaborasi
122/72 mmHg, N : 85x 2 (cukup penentuan dosis oksigen -
/Menit, R : 13x /Menit memburuk) menjadi Kolaborasi penggunaan
skala 5 (mebaik) oksigen
- pola Nafas dari
skala 2 (cukup
memburuk) menjadi
skala 5 (membaik)
18
pasien nampak gelisah, (sedang) menjadi Monitor interval
terdengar bunyi nafas skala 1 (menurun) pemantauan respirasi
menurun, adanya - pola nafas dari sklaa sesuai kondisi pasien
perubahan frekuensi 2 (cukup memburuk) Edukasi : - Jelaskan tujuan
nafas menjadi skala 5 dan prosedur pemantauan
(membik)
19
insulin/agen oral dan
olahraga
Ajarkan perawatan
mandiri untuk mencegah
Hipoglikemi Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
glukosa jika perlu
20
penyebab Hipoglikemi c. Memberikan glukogen d.
Memberikan karbohidrat kompleks dan protein sesuai
diet e. Mempertahankan kepatenan jalan nafas f.
Mempertahankan akses intravena g. Menganjurkan
untuk selalu membawa karbohidrat sederhana setiap
saat h. Menganjurkan memonitor kadar glukosa i.
Menganjurkan berdiskusi dengan tim gizi dalam
pemberian diet j. Menjelaskan pemberian diet, insulin
dan keharusan berolahraga k. Mengajarkan
pengelolaan Hipoglikemi l. Mengajarkan perawatan
mandiri untuk mencegah Hipoglikemi m.
Berkolaborasi dalam pemberian glukosa dengan tim
medis
21
dapat batuk, SPO2 7%, TTV : TD155/89mmHg –
N90x/menit – R16x/menit
S : - O : GCS/111, pasien terpasang NRBM 10lpm, pasien
3 terpasang NGT, pasien tidak memberikan respon, pasien
masih nampak gelisah, produksi urine meningkat, kadar gula
dalam darah menurun A : Pasien nampak gelisah, kesadaran
berubah P : GDS I : 56gm/dl – GDS II :70gm/dl, nebul
ventolin, syiringe pump furosemide, diit susu cair 200cc
I : pemberian glukosa 1x1, pemberian diet, mengukur input
+ output, pertahankan kepatenan jalan nafas, pantau tingkat
kesadaran E : Input : furosemide 10mg/24jam – Ns 0,9%
500ml, susu cair 200cc, output 100cc, TTV : TD155/89
mmHg -N90x/menit – R16x/menit
22
DAFTAR PUSTAKA
Admin. (2012). Bahaya Tekanan Gula Darah yang Terlalu Rendah. Diakses tanggal 22 Oktober
2012 Jam 18.00. https://rumahdiabetes.com
Association, A. D. (2016). Standards of Medical Care in Diabetes. 39;1.
Cryer, P. E. (2005). Defining and reporting hypoglycemia in diabetes: A report from the
American diabetes association workgroup on hypoglycemia. Diabetes Care, 28(5), 1245–
1249. https://doi.org/10.2337/diacare.28.5.1245
Diakses 01 Februari 2015. Dari Care.Diabetesjournals.Org/Content28/5/1245.Full.Pdf+Html
Thompson, Gregory. (2011). Hypoglycemia (Low Blood Sugar) in People Without Diabetes.
Diakses tanggal 9 Nopember 2012 Jam 20.00.
http://www.healthlinkbc.ca/kb/content/mini/rt1050html
Kedia, Nitil. (2011). Treatment of Severe Diabetic Hypoglycemia With Glucagon: an
Underutilized Therapeutic Approach. Dove Press Journal.
PPNI. (n.d.-a). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan.
II. DPP PPNI.
PPNI. (n.d.-b). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. 1st edn. DPP PPNI.
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik. I.
DPP PPNI.
Price A.S., & W. M. . (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC, 1(6),
135.
23