Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KEPERAWATN GAWAT DARURAT

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN DENGAN


HIPOGLIKEMIA

MEMENUHI TUGAS KELOMPOK


SEMINAR MATA KULIAH
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

FASILITATOR:
MERINA WIDYASTUTI, S.KEP.,NS.,M.KEP
NIP. 03.033

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 (ASISTOLE)

1. ACHMAD SAIFUDIN 2011001


2. DEMMI CATUR RIONO 2011007
3. ENJANG WAHYU BUDIARTI 2011012
4. MAY ANDRIANI 2011018
5. ULFIAN DWI PRIANGGA 2011027

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PARAREL


STIKES HANG TUAH SURABAYA
TA. 2021/2022
Kami yang bertanda tangan di bawah ini :
Judul Makalah : Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Pasien Dengan
Hipoglikemia
Ketua Kelompok : May Andriani

Nama Anggota kelompok : 1. Achmad Saifudin 2011001


2. Demmi Catur Riono 2011007
3. Enjang Wahyu Budiarti 2011012
4. May Andriani 2011018
5. Ulfian Dwi Priangga 2011027

Tanggal seminar : 5 Juni 2021

Dengan ini telah menyelesaikan tugas kelompok seminar yang telah dikirimkan dalam bentuk
hard copy pada tanggal 1 Juni 2021 dan bentuk soft copy pada tanggal 1 Juni 2021

Mengetahui Surabaya, 1 Juni 2021


Dosen Penanggung Jawab Mata Kuliah Ketua Kelompok

Merina Widyastuti,S.Kep.,Ns.,M.Kep MAY ANDRIANI


NIP. 03.033 NIM 2011018

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan rahmat-Nya penulis
telah berhasil menyusun makalah Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan
Hipoglikemia. Pada penulisan makalah ini kami menggunakan bahasa sederhana dan mudah
dimengerti sehingga dapat dengan mudah dicerna dan di ambil intisari dari materi pembelajaran
sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.
Makalah ini juga di harapkan dapat digunakan oleh mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan
karena kami telah berusaha melengkapi materi makalah sesuai dengan kebutuhan materi
pembelajaran yang di sempurnakan.
Demikian kami sangat mengharapkan kritik yang sifatnya membangun demi tercapai
suatu kesempurnaan dalam memenuhi kebutuhan dalam bidang mata kuliah keperawatan gawat
darurat

Surabaya, 19 Mei 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
Sampul
Halaman Pengesahan........................................................................................i
Kata Pengantar..................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2
1.3 Tujuan ..................................................................................................2
1.4 Manfaat ................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Hipoglikemia......................................................................4
2.2 Klasifikasi Hipoglikemia......................................................................5
2.3 Etiologi Hipoglikemia...........................................................................6
2.4 Faktor Risiko Hipoglikemia..................................................................8
2.5 Patofisologi ..........................................................................................8
2.6 Pathway.................................................................................................10
2.7 Manifestasi Klinis.................................................................................11
2.8 Pemeriksaan Diagnostik........................................................................11
2.9 Penatalaksaan Medis.............................................................................11
BAB III Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Pasien Hipoglikemia......13
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan...........................................................................................22
4.2 Saran ....................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................23

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang bersifat kronik, ditandai
dengan meningkatnya kadar glukosa darah sebagai akibat dari adanya gangguan
penggunaan insulin, sekresi insulin, atau keduanya (Smeltzer et al, 2010; ADA, 2013).
Insulin adalah hormon yang disekresi dari pankreas dan dibutuhkan dalam proses
metabolisme glukosa. Saat insulin tidak bekerja sebagaimana fungsinya maka terjadi
penumpukan glukosa di sirkulasi darah atau hiperglikemia (Price & Wilson, 2006).
Berdasarkan standard of medical care in diabetes, klasifikasi diabetes dijabarkan
secara lengkap berdasarkan penyebabnya (ADA, 2013). Diabetes tipe 1 adalah tubuh
sangat sedikit atau tidak mampu memproduksi insulin akibat kerusakan sel beta pankreas
ataupun adanya proses autoimun. Umumnya DM tipe 1 menyerang di usia anak-anak dan
remaja. Diabetes tipe 2 adalah hasil dari gangguan sekresi insulin progresif yang
menyebabkan terjadinya resistensi insulin. DM tipe spesifik lain terjadi sebagai hasil
kerusakan genetik spesifik sekresi insulin dan pergerakan insulin ataupun pada kondisi-
kondisi lain. Diabetes gestasional adalah diabetes yang terjadi selama kehamilan (ADA,
2013; Alberti, 2010). Di antara tipe diabetes yang memiliki jumlah terbesar adalah DM
tipe 2 dengan prosentase 90% - 95% dari keseluruhan penderita diabetes (IDF, 2012).
Secara umum diabetes melitus memerlukan perawatan jangka panjang yang
membutuhkan pengawasan. Tanpa pengelolaan yang baik maka akan terjadi peningkatan
gula darah yang dapat menimbulkan komplikasi pada banyak organ dan jaringan
(Doriguzzi, 2012). Berdasarkan Textbook of Diabetes, komplikasi yang dapat
ditimbulkan berupa komplikasi metabolik akut dan kronik (Cryer, 2010). Komplikasi
akut terjadi pada saat kadar glukosa darah plasma mengalami perubahan yang relatif
akut. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain; hipoglikemi, ketoasidosis diabetik dan
hiperosmolar non ketotik. Hipoglikemia dapat terjadi seumur hidup selama program
pengobatan yang disebabkan karena efek samping pemberian obat stimulus insulin dalam
tubuh maupun obat insulin dari luar (Cryer, 2010). Ketoasidosis diabetik dan
hiperosmolar non ketotik, keduanya dapat terjadi karena kadar insulin yang sangat

1
menurun, pasien mengalami hiperglikemia dan glukosiuria berat, penurunan lipogenesis,
peningkatan lipolisis dan peningkatan oksidasi asam lemak bebas (Smeltzer et al, 2010).
Hipoglikemia adalah episode ketidaknormalan konsentrasi glukosa dalam plasma
darah yang menunjukkan nilai kurang dari 3,9 mmol/ l (70 mg/dl) dan merupakan
komplikasi akut DM yang seringkali terjadi secara berulang (Cryer, 2005). Ada sedikit
variasi nilai kadar gluksa darah dalam mendefinisikan hipoglikemia. Menurut Smeltzer et
al (2010) hipoglikemia terjadi ketika kadar glukosa kurang dari 50-60 mg/dl, menurut
Wiliams & Hopper (2007) < 50 mg/dl, Dunning (2009) < 54 mg/dl dan (Cryer, 2010);
Ferry (2013) <= 70 mg/dl. Berdasarkan American Diabetes Association Workgroup on
Hypoglycemia, (2005) sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan banyak riset tentang
hipoglikemia, nilai <= 70 mg/dl adalah nilai rujukan yang sekarang digunakan untuk
mendefinisikan hipoglikemia (ADA, 2005). Hipoglikemi yang tidak tertangani dengan
baik dapat memperberat penyakit diabetes bahkan menyebabkan kematian (ADA, 2013;
Cryer, 2005; Ferry, 2013; Phillips, 2009). Hipoglikemia membutuhkan penanganan
dengan cepat dan tepat sehingga tidak berdampak merusak organ utama manusia
terutama otak (Amiel et al, 2008; Bonds et al, 2010). Penurunan kadar glukosa di bawah
nilai < 55 mg/dl akan berdampak secara akut pada fungsi otak karena otak sangat
tergantung dengan glukosa dan otak tidak mampu menyimpan cadangan glukosa untuk
proses metabolismenya (Zammitt & Frier, 2005). Sel otak akan mengalami iskemia
apabila tidak mendapatkan suplai oksigen dan glukosa 4-6 menit, serta akan
menimbulkan kerusakan otak yang bersifat irreversible jika lebih dari 10 menit (Liang et
al, 2009 ).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada pasien dengan Hipoglikemia?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum

Agar mahasiswa dapat memahami dan mampu melaksanakan asuhan keperawatan gawat
darurat pada pasien dengan hipoglikemia
1.3.2 Tujuan Khusus

2
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pengertian tentang hipoglikemia
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami klasifikasi hipoglikemia
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami etiologi hipoglikemia
4. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami factor risiko hipoglikemia
5. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami patofisiologi hipoglikemia
6. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami gambaran pathway hipoglikemia
7. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami manifestasi klinis hipoglikemia
8. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostic pada
hipoglikemi
9. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami penatalaksaan medis pada
hipoglikemia
10. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami asuhan keperawatan gawat darurat
pada pasien dengan hipoglikemia
1.4 Manfaat
1. Bagi penulis
Mengetahui dan memahami penangangan asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien
dengan hipoglikemia
2. Bagi institusi pelayanan keperawatan
Pembaruhan pengembangan ilmu keperawatan gawat daurat pada klien dengan
Hipoglikemia saat melakukan asuhan keperawatan.
3. Bagi pendidikan
Pembaruhan pengembangan ilmu keperawatan gawat daurat pada klien dengan
Hipoglikemia

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Hipoglikemia
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana kadar
glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidakseimbangan antara
makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom
hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas,
gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung meningkat
dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia). (Nabyl, 2009)
Hipoglikemia adalah episode ketidaknormalan konsentrasi glukosa dalam plasma darah
yang menunjukkan nilai kurang dari 3,9 mmol/ l (70 mg/dl) dan merupakan komplikasi akut
DM yang seringkali terjadi secara berulang (Cryer, 2005). Ada sedikit variasi nilai kadar
gluksa darah dalam mendefinisikan hipoglikemia. Menurut Smeltzer et al (2010)
hipoglikemia terjadi ketika kadar glukosa kurang dari 50-60 mg/dl, menurut Wiliams &
Hopper (2007) < 50 mg/dl, Dunning (2009) < 54 mg/dl dan (Cryer, 2010); Ferry (2013) <=
70 mg/dl. Berdasarkan American Diabetes Association Workgroup on Hypoglycemia, (2005)
sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan banyak riset tentang hipoglikemia, nilai <= 70
mg/dl adalah nilai rujukan yang sekarang digunakan untuk mendefinisikan hipoglikemia
(ADA, 2005). Hipoglikemi yang tidak tertangani dengan baik dapat memperberat penyakit
diabetes bahkan menyebabkan kematian (ADA, 2013; Cryer, 2005; Ferry, 2013; Phillips,
2009).
Hipoglikemia membutuhkan penanganan dengan cepat dan tepat sehingga tidak
berdampak merusak organ utama manusia terutama otak (Amiel et al, 2008; Bonds et al,
2010). Penurunan kadar glukosa di bawah nilai < 55 mg/dl akan berdampak secara akut pada
fungsi otak karena otak sangat tergantung dengan glukosa dan otak tidak mampu menyimpan
cadangan glukosa untuk proses metabolismenya (Zammitt & Frier, 2005). Sel otak akan
mengalami iskemia apabila tidak mendapatkan suplai oksigen dan glukosa 4-6 menit, serta
akan menimbulkan kerusakan otak yang bersifat irreversible jika lebih dari 10 menit (Liang
et al, 2009 ).

4
2.2 Kalsifikasi Hipoglikemia
Type hipoglikemi digolongkan menjadi beberapa jenis yakni:
1. Transisi dini neonatus ( early transitional neonatal ) : ukuran bayi yang besar ataupun
normal yang mengalami kerusakan sistem produksi pankreas sehingga terjadi
hiperinsulin.
2. Hipoglikemi klasik sementara (Classic transient neonatal) : tarjadi jika bayi
mengalami malnutrisi sehingga mengalami kekurangan cadangan lemak dan
glikogen.
3. Sekunder (Scondary) : sebagai suatu respon stress dari neonatus sehingga terjadi
peningkatan metabolisme yang memerlukan banyak cadangan glikogen.
4. Berulang ( Recurrent) : disebabkan oleh adanya kerusakan enzimatis, atau
metabolisme

Selain itu Hipoglikemia juga dapat diklasifikasikan sebagai :

1. Hipoglikemi Ringan (glukosa darah 50-60 mg/dL)


Terjadi jika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan terangsang.
Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti tremor, takikardi,
palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
2. Hipoglikemi Sedang (glukosa darah <50 mg/dL)
Penurunan kadar glukosa dapat menyebabkan sel- sel otak tidak memperoleh bahan bakar
untuk bekerja dengan baik. Tanda- tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat
mencakup keetidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan
daya ingat, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, penglihatan ganda dan perasaan
ingin pingsan.
3.  Hipoglikemi Berat (glukosa darah <35 mg /dL)
Terjadi gangguan pada sistem saraf pusat sehingga pasien memerlukan pertolongan orang
lain untuk mengatasi hipoglikeminya. Gejalanya mencakup disorientasi, serangan kejang,
sulit dibangunkan bahkan kehilangan kesadaran.

Definisi hipogikemia pada anak.belum bisa ditetapkan dengan pasti, namun berdasarkan .
pendapat dari beberapa sarjana dapat dikemukakan angka-angka seperti terlihat pada table.

5
Nilai kadar glukose darah/ plasma atau serum untuk diagnosis Hipoglikemia pada berbagai
kelompok umur anak :

KELOMPOK UMUR GLOKUSE <mg/dl DARAH PLASMA/SERUM


Bayi/anak <40 mg/100 ml <45 mg/100 ml
Neonatus
* BBLR/KMK <20 mg/100 ml <25 mg/100 ml
* BCB
0 - 3 hr <30 mg/100 ml <35 mg/100 ml
3 hr <40 mg/100 ml <45 mg/100 ml

2.3 Etiologi Hipoglikemia


Hipoglikemia bisa disebabkan oleh:
1. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pancreas
2. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita
diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya
3. Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
4. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.

Adapun penyebab Hipoglikemia yaitu :

1. Dosis suntikan insulin terlalu banyak.


Saat menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis obat yang anda suntik
sesuai dengan kondisi gula darah saat itu. Celakanya, terkadang pasien tidak dapat
memantau kadar gula darahnya sebelum disuntik, sehingga dosis yang disuntikan tidak
sesuai dengan kadar gula darah saat itu. Memang sebaiknya bila menggunakan insulin
suntik, pasien harus memiliki monitor atau alat pemeriksa gula darah sendiri.
2. Lupa makan atau makan terlalu sedikit.
Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja lambat dua kali
sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan. Kadar insulin dalam darah harus
seimbang dengan makanan yang dikonsumsi. Jika makanan yang anda konsumsi kurang
maka keseimbangan ini terganggu dan terjadilah hipoglikemia.

6
3. Aktifitas terlalu berat.
Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan insulin. Saat anda
berolah raga, anda akan menggunakan glukosa darah yang banyak sehingga kadar
glukosa darah akan menurun. Maka dari itu, olah raga merupakan cara terbaik untuk
menurunkan kadar glukosa darah tanpa menggunakan insulin.
4.  Minum alkohol tanpa disertai makan.
Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar glukosa darah akan
menurun.
5.  Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari.
Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda mengkonsumsi obat
diabetes pada malam hari terutama yang bekerja secara lambat. Jika anda salah
mengkonsumsi obat misalnya anda meminum obat insulin kerja cepat di malam hari
maka saat bangun pagi, anda akan mengalami hipoglikemia.
6. Penebalan di lokasi suntikan.
Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar merubah lokasi
suntikan setiap beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu lama pada lokasi yang
sama akan menyebabkan penebalan jaringan. Penebalan ini akan menyebabkan
penyerapan insulin menjadi lambat.
7. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan.
Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang dianjurkan. Anda harus
mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan obat sebaiknya disuntik atau diminum
sehingga kadar glukosa darah menjadi seimbang.
8. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.
Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan glukosa oleh
usus. Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran darah dibandingan dengan
glukosa. Insulin yang kadung beredar ini akan menyebabkan kadar glukosa darah
menurun sebelum glukosa yang baru menggantikannya.
9. Gangguan hormonal.

7
Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon glukagon. Hormon ini
berguna untuk meningkatkan kadar gula darah. Tanpa hormon ini maka pengendalian
kadar gula darah menjadi terganggu.
10.  Pemakaian aspirin dosis tinggi.
Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi dosis 80 mg.
11. Riwayat hipoglikemia sebelumnya.
Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih terasa dalam
beberapa waktu. Meskipun saat ini anda sudah merasa baikan tetapi belum menjamin
tidak akan mengalami hipoglikemia lagi.

2.4 Faktor Risiko Hipoglikemia


1. Bayi dari ibu dengan dibetes melitus (IDM)
2. Neonatus yang besar untuk massa kehamilan (BMK)
3. Bayi prematur dan lebih bulan
4. BBLR yang KMK/bayi kembar dapat terjadi penurunan cadangan glikogen hati dan
lemak tubuh
5. Bayi sakit berat karena meningkatnya kebutuhan metabolisme yang melebihi
cadangan kalori
6. Neonatus yang sakit atau stress (sindrom gawat napas, hipotermia)
7. Bayi dengan kelainan genetik/gangguan metabolik (penyakit cadangan glikogen,
intoleransi glukosa)
8. Neonatus puasa
9. Neonatus dengan polisitemia
10. Neonatus dengan eritroblastosis
11. Obat-obat maternal misalnya steroid, beta simpatomimetik dan beta blocker
2.5 Patofisologi
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung pada
glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak dapat
memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai dalam
beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat tergantung
pada suplai glukosa secara terus menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam

8
system saraf pusat dan saraf-saraf di dalam system saraf tersebut. Oleh karena itu, jika
jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka akan mempengaruhi juga kerja
otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental seseorang telah dapat dilihat ketika gula
darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar glukosa darah menurun
hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian besar neuron menjadi tidak berfungsi
sehingga dapat menghasilkan koma.
Insulin memegang peranan utama dalam pengaturan kosentrasi glukosa darah.
Apabila konsentrasi glukosa darah menurun melewati batas bawah konsentrasi normal,
hormon-hormon konstraregulasi akan melepaskan. Dalam hal ini, glucagon yang diproduksi
oleh sel α pankreas berperan penting sebagai pertahanan utama terhadap hipoglikemia.
Selanjutnya epinefrin, kortisol dan hormon pertumbuhan juga berperan meningkatkan
produksi dan mengurangi penggunaan glukosa. Glukagon dan epinefrin merupakan dua
hormon yang disekresi pada kejadian hipoglikemia akut. Glukagon hanya bekerja dalam
hati. Glukagon mulamula meningkatkan glikogenolisis dan kemudian glukoneogenesis,
sehingga terjadi penurunan energi akan menyebabkan ketidakstabilan kadar glukosa
darah (Herdman, 2010).

9
2.6 Pathway

Factor genetik DM insulin Lain-lain Asupan karbohidrat Penyakit


>> kurang kronis

HIPOGLIKEMI

Penurunan suplai glukosa Hiperaktifitas seluler


kejaringan & seluler pd penyakit kronis

Jaringan otak Jaringan otot Hipermetabolisme


seluler

Unmetabolisme Pemecahan
otak glukagon/glikogen Penyerapan glukosa
vaskuler >>

Iskemik jaringan otak Metabolisme anaerob


Glikolisis dlm hepar
inadekuat

Penurunan Nyeri

fungsi/kesadaran Kepala
Gangguan
keseimbangan
nutrisi
Gangguan Gangguan rasa
nyaman Nyeri Menghasilkan
fs.sensorik Menghasilkan
Badan keton
asam laktat

Pola nafas Tidak


Efektif Nafas bau
Penumpukann asam aseton

laktat pada otot


Mual muntah

10
Kelemahan Ketidakstabilan
Intoleransi aktivitas
muskuloskeletal glukosa

2.7 Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala hipoglikemia menurut Setyohadi (2012) antara lain:
1. Adrenergik seperti: pucat, keringat dingin, takikardi, gemetar, lapar, cemas, gelisah,
sakit kepala, mengantuk.
2. Neuroglikopenia seperti bingung, bicara tidak jelas, perubahan sikap perilaku, lemah,
disorientasi, penurunan kesadaran, kejang, penurunan terhadap stimulus bahaya.
2.8 Pemeriksaan Diagnostik
1. Gula darah puasa
2. Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa 75 gram
oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl.
3. Gula darah 2 jam post prandial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam
4. HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula darah
yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam waktu 2- 3
bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal
antara 4- 6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang tersebut menderita
DM dan beresiko terjadinya komplikasi.
5. Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah terganggu
6. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi

2.9 Penatalaksanaan Medis


Menurut Kedia (2011), pengobatan hipoglikemia tergantung pada keparahan dari
hipoglikemia. Hipoglikemia ringan mudah diobati dengan asupan karbohidrat seperti
minuman yang mengandung glukosa, tablet glukosa, atau mengkonsumsi makanan rigan.
Dalam Setyohadi (2011), pada minuman yang mengandung glukosa, dapat diberikan

11
larutan glukosa murni 20- 30 gram (1 ½ - 2 sendok makan). Pada hipoglikemia berat
membutuhkan bantuan eksternal, antara lain (Kedia, 2011):
1. Dekstrosa
Untuk pasien yang tidak mampu menelan glukosa oral karena pingsan, kejang, atau
perubahan status mental, pada keadaan darurat dapat pemberian dekstrosa dalam air
pada konsentrasi 50% adalah dosis biasanya diberikan kepada orang dewasa,
sedangkankonsentrasi 25% biasanya diberikankepada anak-anak.
2. Glukagon
Sebagai hormon kontra-regulasi utama terhadap insulin, glucagon adalah pengobatan
pertama yang dapat dilakukan untuk hipoglikemia berat. Tidak seperti dekstrosa,
yang harus diberikan secara intravena dengan perawatan kesehatan yang berkualitas
profesional, glucagon dapat diberikan oleh subkutan (SC) atau intramuskular (IM)
injeksi oleh orang tua atau pengasuh terlatih. Hal ini dapat mencegah keterlambatan
dalam memulai pengobatan yang dapat dilakukan secara darurat.

1. Prosedur khusus: Untuk hipoglikemia reaktif tes toleransi glukosa postpradial oral


5    jam menunjukkan glukosa serum <50 mg/dl setelah 5 jam.
2. Pengawasan di tempat tidur: peningkatan tekanan darah.
3. Pemeriksaan laboratorium: glukosa serum <50 mg/dl, spesimen urin dua kali negatif
terhadap glukosa.
4. EKG: Takikardia.

12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN DENGAN
HIPOGLIKEMIA
3.1 PENGKAJIAN
1. Pengkajian Primer
a. Airway (jalan napas)
Kaji adanya sumbatan jalan napas. Terjadi karena adanya penurunan kesadaran/koma
sebagai akibat dari gangguan transport oksigen ke otak.

b. Breathing (pernapasan)
Merasa kekurangan oksigen dan napas tersengal – sengal , sianosis.

c. Circulation (sirkulasi)
Kebas , kesemutan dibagian ekstremitas, keringat dingin, hipotermi, nadi lemah,
tekanan darah menurun.

d. Disability (kesadaran)
Terjadi penurunan kesadaran, karena kekurangan suplai nutrisi ke otak.

e. Exposure.
Pada exposure kita melakukan pengkajian secara menyeluruh. Karena hipoglikemi
adalah komplikasi  dari penyakit DM kemungkinan kita menemukan adanya
luka/infeksi pada bagian tubuh klien / pasien.

3.2 PENGKAJIAN SEKUNDER


a. Keluhan Utam
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun, adanya
luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.

b. Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya yang

13
telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.(apabila ada luka). Atau
konsumsi nutrisi kurang dan pemberian obat DM yang tidak teratur.
- Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada kaitannya
dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit
jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat
maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
- Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga
menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya
defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.
- SAMPLE
S : tanda dan gejala yang dirasakan klien
A: alergi yang dipunyai klien
M : tanyakan obat yang dikonsumsi untuk mengatasi masalah
P : riwayat penyakit yang diderita klien
L : makan minum terakhir, jenis yang dikonsumsi, penurunan dan peningkatan
napsu makan
E : pencetus atau kejadian penyebab keluhan
- Pengkajian nyeri
P : pencetus nyeri
Q: kualitas nyeri
R: arah perjalanan nyeri
S: skala nyeri
T: lamanya nyeri sudah dialami klien

c. Tanda tanda vital


Tekanan darah, irama dan kekuatan nadi, irama kedalaman pernapasan, dan
penggunaan otot bantu pernapasan, suhu tubuh

d. Pemeriksaan fisik
1) Kepala dan leher

14
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa
tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.

2) Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada
kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.

3) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah
terjadi infeksi.

4) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.

5) Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.

6) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.

7) Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah,
lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.

8) Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek
lambat, kacau mental, disorientasi

e. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita
sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit

15
penderita.

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATANA DAN INTERVENSI


1. Pola Nafas Tidak Efektif
Penyebab

1. Depresi pusat pernafasan


2. Hambatan upaya napas ( mis, nyeri saat bernafas, kelemahan otot pernafasan)
3. Deformitas dinding dada
4. Deformitas tulang dada
5. Gangguan neuromuscular
6. Gangguan neurologis (mis, elektroensefalogram [EEG] positif, cedera kepala,
gangguan kejang)
7. Imaturitas neurologis
8. Penurunan energy
9. Obesitas
10. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
11. Sindrom hipoventilasi
12. Kerusakan inervasi diafragma ( kerusakan saraf C5 ke atas)
13. Cedera pada medulla spinalis
14. Efek agen farmakologis
15. Kecemasan
Kriteria Hasil (SLKI):

1. Dipsnea menurun
2. Penggunaan otot bantu nafas menurun
3. Ortopnea menurun
4. Pernafasan cuping hidung menurun
5. Frekuensi nafas membaik
6. Kedalaman nafas membaik

16
Intervensi Definisi Tindakan
Utama
Manajemen Mengidentifikasi dan Observasi
Jalan Nafas mengelola kepatenan - Monitor pola napas ( frekuensi,
jalan nafas kedalaman, usaha napas)
- Monitor bunyi napas tambahan
(mis, gurgling, mengi, wheezing,
ronkhi kering)
- Monitor sputum
Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan
napas dengan head-tilt dan chin-lift
(jaw-thrust jika curiga trauma
servikal)
- Posisikan semi-Fowler atau
Fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada, jika
perlu
- Lakukan penghisapan lender
kurang dari 15 detik
- Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan endotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda padat
dengan forsep McGill
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak kontraindikasi

17
- Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu

2. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah


Penyebab:
1. Penggunanaan insulin atau obat glikemik oral
2. Hyperinsulinemia (mis: insulinoma)
3. Endokrinopati (mis: kerusakan adrenal dan pituitary)
4. Disfungsi hati
5. Disfungsi ginjal kronis
6. Efek agen farmakologis
7. Tindakan pembedahan neoplasma
8. Gangguan metabolic bawaan (mis: gangguan penyimpanan lisosomal, galaktosemia,
gangguan penyimpanan glikogen)
Kriteria Hasil (SLKI):
- Kesadaran meningkat
- Mengantuk menurun
- Pusing menurun
- Lelah/lesu menurun
- Gemetar menurun
- Berkeringat menurun
- Mulut kering menurun
- Rasa haus menurun
- Kadar glukosa dalam darah membaik
- Palpitasi membaik
Manajemen hipoglikemia
Rasional: mengidentifikasi dan mengelola kadar glukosa darah rendah

18
Tindakan
Observasi
 Identifikasi tanda dan gejala hipoglikemia
 Identifikasi kemungkinan penyebab hipoglikemia
Terapeutik
 Berikan karbohidrat sederhana(jika perlu)
 Berikan glukagon(jika perlu)
 Berikan karbohidrat kompleks dan protein sesuai diet
 Pertahankan kepatenan jalan nafas
 Pertahankan akses IV(jika perlu)
 Hubungi layanan medis(jika perlu)
Edukasi
 Anjurkan membawa karbohidrat sederhana setiap saat
 Anjurkan memakai identitas darurat yang tepat
 Anjurkan monitor kadar glukosa darah
 Anjurkan berdiskusi dengan tim perawatan diabetes tentang penyesuaian
program pengobatan
 Jelaskan interaksi diet, insulin/agen oral, dan olahraga
 Ajarkan pengelolaan hipoglikemia
 Ajarkan perawatan mandiri untuk mencegah hipoglikemia
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian dekstrose(jika perlu)
 Kolaborasi pemberian glukagon(jika perlu)

3. Defisit Nutrisi
Penyebab :
 Kekurangan/kelebihan konsumsi gula
 Gangguan kebiasaan makan
 Gangguan persepsi makan
Kriteria Hasil (SLKI)

19
 Keinginan makan membaik
 Asupan cairan membaik
 Energy untuk makan membaik
 Kemampuan merasakan membaik
 Kemampuan menikmati makanan membaik
 Asupan nutrisi membaik
Intervensi (SIKI):
Observasi
- Identifikasi status nutris
- Monitor asupan makanan
- Monitor kadar albumin
- Monitor konjungtiva
Terapeutik
Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Edukasi
- Anjurkan klien makan
- sedikit tapi sering
- Ajarkan diet yang
- diprogramkan
- Anjurkan klien minum air
- hangat
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika
perlu

4. Nyeri Akut
Penyebab :
Agen pencedera fisiologis (missal: inflanasi, iskemia, neoplasma)
Kriteria Hasil (SLKI)
- Keluhan nyeri menurun
- Gelisah menurun
- Kesulitan tidur menurun
- Pola nafas membaik
- Tekanan darah membaik
- Nafsu makan membaik
- Pola tidur membaik
Interevensi (SIKI):
Observasi
- Identifikasi lokasi,karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
Terapeutik
- Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

20
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
Edukasi
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

5. Intoleransi Aktivitas
Penyebab :
1. Ketidakseimbangan antara suplai dan keburuhan oksigen
2. Tirah baring
3. Kelemahan
4. Imobilitas
5. Gaya hidup monoton
Kriteria Hasil (SLKI):
- Kelemahan fisik menurun
- Kekuatan otot meningkat
- Kaku sendi menurun
Intervensi (SIKI):
Observasi
- Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
- Monitor tanda-tanda vital sebelm melakukan mobilisasi
- Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
Terapeutik
- Fasilitasi aktifitas mobilisasi dengan alat bantu(mis: pagar temat idur
- Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
- Libatkan keluarga pasien untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan
Edukasi
- Anjurkan mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan(mis: duduk ditempat tidur, duduk
di sisi tempat tidur, pindah dari temapt tidur ke kursi)

21
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hipoglikemia dapat terjadi seumur hidup selama program pengobatan yang
disebabkan karena efek samping pemberian obat stimulus insulin dalam tubuh maupun
obat insulin dari luar (Cryer, 2010).
Hipoglikemia membutuhkan penanganan dengan cepat dan tepat sehingga tidak
berdampak merusak organ utama manusia terutama otak (Amiel et al, 2008; Bonds et al,
2010). Penurunan kadar glukosa di bawah nilai < 55 mg/dl akan berdampak secara akut
pada fungsi otak karena otak sangat tergantung dengan glukosa dan otak tidak mampu
menyimpan cadangan glukosa untuk proses metabolismenya (Zammitt & Frier, 2005).
Sel otak akan mengalami iskemia apabila tidak mendapatkan suplai oksigen dan glukosa
4-6 menit, serta akan menimbulkan kerusakan otak yang bersifat irreversible jika lebih
dari 10 menit (Liang et al, 2009 ).

4.2 Saran
Bagi Perawat, dalam memberikan asuhan keperawatan harus memperhatikan setiap
keluhan pasien agar tidak terjadi komplikasi yang tidak diinginkan dan dapat
meningkatkan kesembuhan pasien. Perawat juga harus berkolaborasi dengan tim medis
lain dalam pemberian terapi pada pasien dengan hipoglikemia agar hasilnya maksimal.

22
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi Dan
Kriteria Hasil. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definis dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Rusdi, Mesa Sukmadani. 2020. Hipoglikemia Pada Pasien Diabetes Melitus. Journal Syifa
Sciences and Clinical Research. Dalam
(https://jurnal.unej.ac.id/index.php/NLJ/article/download/3840/2994/ diakses 19 Mei
2021)
Jon Hafan Sutawardana,Dkk.2016.Studi Fenomenologi Pengalaman Penyandang Diabetes
Melitus Yang Pernah Mengalami Episode Hipoglikemia. Nurseline Journal. Dalam
(http://jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/view/224 diakses 19 Mei 2021)
Baradero Mary , SPC , MN. 2009.”  Seri Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Endokrin “. Jakarta : EGC.

23

Anda mungkin juga menyukai