Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

DIABETES MELITUS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Keperawatan Medikal Bedah II
Dosen Pengampu:
Rohmatul Faizah, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 2 :


1. Siti Nurul Khotimah Nattu (2019030011)
2. Eka Firda Nur O (2019030002)
3. Benny Abdurrohim (2019030139)
4. Aprillia Putrining T (2019030373)
5. Ona Berae (2019030075)

Progam Studi S1 Keperawatan


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Husada Jombang
2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, karena dengan taufik dan hidayah-Nya lah kami
dapat menyelesaikan makalah “Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus” ini dengan
sebaik-sebaiknya sesuai waktu yang telah ditentukan. Di dalam makalah ini, akan
dipaparkan mulai dari konsep teori penyakit diabetes melitus sampai asuhan
keperawatan pada pasien diabetes melitus.
Tiada gading yang tak retak. Atas penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasa, ataupun penulisannya. Oleh karena
itu kami mengharapkan kritikan dan saran yang membangun, khususnya dari ibu
Rohmatul Faizah, S.Kep.,Ns.,M.Kep guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman
bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang. Akhir kata semoga makalah
ini dapat bermanfaat, menambah pengetahuan, serta wawasan bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya.

Lamongan, 15 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Makalah .................................................................................. 2
1.3 Tujuan Makalah ...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 4
2.1 Konsep Penyakit ..................................................................................... 4
2.1.1 Pengertian .................................................................................. 4
2.1.2 Etiologi ...................................................................................... 4
2.1.3 Manifestasi Klinik ..................................................................... 5
2.1.4 Patofisiologi .............................................................................. 6
2.1.5 Pathway ..................................................................................... 9
2.1.6 Komplikasi ................................................................................ 9
2.1.7 Pencegahan Komplikasi .......................................................... 12
2.1.8 Penatalaksanaan Medis ........................................................... 14
BAB III PENUTUP............................................................................................... 18
3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 18
3.2 Saran .................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes mellitus merupakan the silent killer karena penyakit ini dapat
mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan
seperti tanda dan gejala yang sering muncul yaitu, poliuria, polidipsia, dan
polifagia. (Smeltzer dalam Rohma Fitri , 2019).
Diabetes Mellitus merupakan suatu keadaan hiperglikemia yang ditandai
oleh keadaan absolute insulin yang bersifat kronik yang dapat mempengaruhi
metabolisme karbohidrat. Protein dan lemak yang disebabkan oleh sebuah
ketidak seimbangan atau ketidak adanya persediaan insulin atau tak
sempurnanya respon seluler terhadap insulin ditandai dengan tidak teraturnya
metabolisme(Brunner & Suddarth, dalam Raharjo Muji 2018).
Dalam proses perjalanan penyakit diabetes mellitus dapat timbul
komplikasi baik akut maupun kronik komplikasi akut dapat diatasi dengan
pengobatan yang tepat antara lain ketoasidosis. Hiperosmolar non ketotik
koma dan toksik asidosis. Sedangkan komplikasi kronik timbul setelah
beberapa tahun seperti mikroangiopati, neuropati, nefropati dan retinopati dan
makro angiopati kardiovaskuler dan peripheral vaskuler (Brunner &
Suddarth, dalam Raharjo Muji 2018).
Masalah keperawatan utama yang muncul pada klien ini adalah gangguan
integritas kulit dan bagi klien yang dirawat di rumah sakit mulai dari awal
masuk sampai pemberian health education pada saat klien pulang atau keluar
rumah sakit, diperlukan pengkajian keperawatan dan pengenalan yang baik
terhadap masalah yang terjadi pada klien agar diagnosa bisa ditegakkan
dengan tepat sehingga dapat dilakukan intervensi dan implementasi yang
tepat untuk masalah keperawatan gangguan integrias kulit. Oleh karena itu
penting dilakukan asuhan keperawatan, dengan mengontrol kadar gula,
menjaga pola makanserta perawatan luka pada pasien diabetes mellitus
dengan komplikasi gangren agar tidak mengarah pada amputasi. (Badawi &
Hasan, dalam Rohma Fitri , 2019)

1
Perawat memiliki peranan penting dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat. Salah satu peran penting seorang perawat
adalah sebagai Educator, dimana pembelajaran merupakan dasar dari Health
Education yang berhubungan dengan semua tahap kesehatan dan tingkat
pencegahan. Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga,
perawat dapat menekankan pada tindakan keperawatan yang berorientasi pada
upaya promotif dan preventif. Maka dari itu, peranan perawat dalam
penanggulangan Diabetes Melitus yaitu perawat dapat memberikan
pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga dalam hal pencegahan
penyakit, pemulihan dari penyakit, memberikan informasi yang tepat tentang
kesehatan seperti diet untuk penderita Diabetes Melitus. Manfaat pendidikan
kesehatan bagi keluarga antara lain meningkatkan pengetahuan keluarga
tentang sakitnya hingga pada akhirnya akan meningkatkan kemandirian
keluarga (Sutrisno, 2013).

1.2 Rumusan Makalah


1. Apa yang dimaksud dengan diabetes melitus?
2. Bagaimana etiologi diabetes melitus?
3. Bagiamana manifestasi klinik diabetes melitus?
4. Apa saja komplikasi diabetes melitus?
5. Bagaimana penatalaksanaan diabetes melitus?
6. Bagaimana pencegahan primer, sekunder, dan tersier diabetes melitus?
7. Apa saja penatalaksaan medis diabetes melitus?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada penyakit diabetes melitus?

1.3 Tujuan Makalah


1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan diabetes melitus
2. Untuk mengetahui etiologi diabetes melitus
3. Untuk mengetahui manifestasi klinik diabetes melitus
4. Untuk mengetahui komplikasi akibat diabetes melitus
5. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan diabetes melitus
6. Untuk mengetahui pencegahan primer, sekunder, tersier diabetes melitus
7. Untuk mengetahui penatalaksaan medis diabetes melitus

2
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada penyakit diabetes melitus

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Pengertian
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara
genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa
hilangnya toleransi karbohidrat.

Diabetes melitus adalah gangguan metabolik kronik yang tidak


dapat disembuhkan, tetapi dapat dikontrol yang dikarakteristikan
dengan ketidak ade kuatan penggunaan insulin.

Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronik yang komplek yang


melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan
berkembangnya komplikasi makro vaskuler, mikro vaskuler dan
neurologis.
Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai
dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh
penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau
keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular,
makrovaskuler, dan neuropati (Yuliana elin, dalam Raharjo M 2019).
Diabetes melitus (DM) adalah suatu penyakit dengan keadaan
abnormal yang ditunjukkan dengan tingginya kadar glukosa dalam
darah. DM merupakan kondisi kronis yang ditandai dengan
peningkatan konsentrasi glukosa darah disertai dengan munculnya
gejala utama yang khas yaitu urine yang berasa manis dalam jumlah
yang besar. (Simatupang, dalam Rohma F.A 2019).

2.1.2 Etiologi
Menurut (Sudoyo 2006), DM Tipe 1 adalah Diabetes yang
tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel beta pankreas
yang disebabkan oleh faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes
tipe itu sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan

4
genetik kearah terjadinya diabetes tipe 1. Faktor imunologi
(autoimun). Faktor lingkungan: virus atau toksin tertentu dapat
memicu proses autoimun yang menimbulkan ekstruksi sel beta.
Untuk DM Tipe 2 disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan
resistensi insulin. Faktor resiko yang berhubungan dengan proses
terjadinya diabetes tipe II: usia, obesitas, riwayat, dan keluarga.
Dikatakan normal jika kadar gula darah < 140 mg/dl, dikatakan
toleransi glukosa terganggu jika 140 - < 200 mg/dl, dikatakan
menderita diabetes jika memiliki kadar gula darah ≥ 200 mg/dl.
(Sudoyo, 2006).

2.1.3 Manifestasi Klinik


Menurut Sujono & Sukarmin (2008) manifestasi klinis pada
penderita DM, yaitu:
1. Gejala Awal Pada Penderita DM Adalah
1) Poliuria (peningkatan volume urine)
2) Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang
sangat besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi
ekstrasel Dehisrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel
karena air intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti
penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang hipertonik
(sangat pekat). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran
ADH (antidiuretic hormone) dan menimbulkan rasa haus.
3) Polifagia (peningkatan rasa lapar). Sejumlah kalori hilang
kedalam air kemih, penderita mengalami penurunan berat
badan. Untuk mengkompensasi hal ini penderita seringkali
merasa lapar yang luar biasa.
4) Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah
pada pasien diabetes lama, katabolisme protein diotot dan
ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan
glukosa sebagai energi.
2. Gejala Lain Yang Muncul

5
1) Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai
bahan pembentukan antibody, peningkatan konsentrasi
glukosa disekresi mukus, gangguan fungsi imun dan
penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik.
2) Kelainan kulit gatal-gatal, bisul. Gatal biasanya terjadi di
daerah ginjal, lipatan kulit seperti di ketiak dan dibawah
payudara, biasanya akibat tumbuhnya jamur.
3) Kelainan ginekologis, keputihan dengan penyebab tersering
yaitu jamur terutama candida.
4) Kesemutan rasa baal akibat neuropati. Regenerasi sel
mengalami gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama
yang berasal dari unsur protein. Akibatnya banyak sel saraf
rusak terutama bagian perifer.
5) Kelemahan tubuh
6) Penurunan energi metabolik/penurunan BB yang dilakukan
oleh sel melalui proses glikolisis tidak dapat berlangsung
secara optimal.
7) Luka yang lama sembuh, proses penyembuhan luka
membutuhkan bahan dasar utama dari protein dan unsur
makanan yang lain. Bahan protein banyak diformulasikan
untuk kebutuhan energi sel sehingga bahan yang diperlukan
untuk penggantian jaringan yang rusak mengalami gangguan.
8) Laki-laki dapat terjadi impotensi, ejakulasi dan dorongan
seksualitas menurun karena kerusakan hormon testosteron.
9) Mata kabur karena katarak atau gangguan refraksi akibat
perubahan pada lensa oleh hiperglikemia.

2.1.4 Patofisiologi
Menurut (Corwin, EJ. 2009), Pada DM tipe satu terdapat
ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta
pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.Hiperglikemi puasa
terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di
samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan

6
dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan
hiperglikemia posprandial (sesudah makan).Jika konsentrasi glukosa
dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap kembali
semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut
muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di
ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran
cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis
osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien
akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus
(polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan
lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat
mengalami peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunnya
simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan.
Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis
(pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis
(pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan substansi
lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi
tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan
hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang
mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan
produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam
yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya
berlebihan.
Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-
tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah,hiperventilasi,
nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan
perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin
bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki
dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala
hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan

7
kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang
penting.
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus
pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor
tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di
dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II d isertai dengan
penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak
efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.Untuk
mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya
glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang
disekresikan.
Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi
akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan
dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat.
Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan
meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan
sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih
terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah
pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya.
Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II.
Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat
menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom
hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK).Diabetes tipe II
paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari 30
tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung
lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes
tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien,
gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan,
iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh-

8
sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadra
glukosanya sangat tinggi).

2.1.5 Pathway

2.1.6 Komplikasi
Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang dapat
menimbulkan berbagai macam komplikasi, antara lain :
1. Komplikasi Metabolik Akut
Kompikasi metabolik akut pada penyakit diabetes melitus
terdapat tiga macam yang berhubungan dengan gangguan
keseimbangan kadar glukosa darah jangka pendek, diantaranya:
1) Hipoglikemia

9
Hipoglikemia (kekurangan glukosa dalam darah) timbul
sebagai komplikasi diabetes yang disebabkan karena
pengobatan yang kurang tepat (Smeltzer & Bare, 2008).
2) Ketoasidosis diabetik
Ketoasidosis diabetik (KAD) disebabkan karena
kelebihan kadar glukosa dalam darah sedangkan kadar
insulin dalam tubuh sangat menurun sehingga
mengakibatkan kekacauan metabolik yang ditandai oleh trias
hiperglikemia, asidosis dan ketosis (Soewondo, 2012).
3) Sindrom HHNK (koma hiperglikemia hiperosmoler
nonketotik)
Sindrom HHNK adalah komplikasi diabetes melitus
yang ditandai dengan hiperglikemia berat dengan kadar
glukosa serum lebih dari 600 mg/dl (Price & Wilson, 2012).
2. Komplikasi metabolik kronik
Komplikasi metabolik kronik pada pasien DM menurut Price
& Wilson (2012) dapat berupa kerusakan pada pembuluh darah
kecil (mikrovaskuler) dan komplikasi pada pembuluh darah besar
(makrovaskuler) diantaranya:
1. Komplikasi pembuluh darah kecil (mikrovaskuler)
Komplikasi pada pembuluh darah kecil (mikrovaskuler)
yaitu :
1) Kerusakan retina mata (Retinopati)
Kerusakan retina mata (Retinopati) adalah suatu
mikroangiopati ditandai dengan kerusakan dan sumbatan
pembuluh darah kecil (Pandelaki, 2009).
2) Kerusakan ginjal (Nefropati diabetik)
Kerusakan ginjal pada pasien DM ditandai dengan
albuminuria menetap (>300 mg/24jam atau >200 ih/menit)
minimal 2 kali pemeriksaan dalam kurun waktu 3-6 bulan.
Nefropati diabetik merupakan penyebab utama terjadinya
gagal ginjal terminal.

10
3) Kerusakan syaraf (Neuropati diabetik)
Neuropati diabetik merupakan komplikasi yang paling
sering ditemukan pada pasien DM. Neuropati pada DM
mengacau pada sekelompok penyakit yang menyerang
semua tipe saraf (Subekti, 2009).
2. Komplikasi pembuluh darah besar (makrovaskuler)
Komplikasi pada pembuluh darah besar pada pasien
diabetes yaitu stroke dan risiko jantung koroner.
1) Penyakit Jantung Koroner
Komplikasi penyakit jantung koroner pada pasien DM
disebabkan karena adanya iskemia atau infark miokard
yang terkadang tidak disertai dengan nyeri dada atau
disebut dengan SMI (Silent Myocardial Infarction)
(Widiastuti, 2012).
2) Penyakit Serebrovaskuler
Pasien DM berisiko 2 kali lipat dibandingkan dengan
pasien non-DM untuk terkena penyakit serebrovaskuler.
Gejala yang ditimbulkan menyerupai gejala pada
komplikasi akut DM, seperti adanya keluhan pusing atau
vertigo, gangguan penglihatan, kelemahan dan bicara pelo
(Smeltzer & Bare, 2008).
3) Penyakit Ateroskerosis
Pembuluh darah normal memiliki lapisan dalam yang
disebut endotelium. Lapisan dalam pembuluh darah ini
membuat sirkulasi darah mengalir lancar. Untuk mencapai
kelancaran ini, endotelium memproduksi Nitrous Oksida
lokal (NO). NO berfungsi untuk melemaskan otot polos di
dinding pembuluh dan mencegah sel-sel darah menempel
ke dinding.Mekanisme gangguan ini diduga berpusat di
jantung, dan gangguan meningkat dengan pembentukan
plak. Gula darah tinggi, asam lemak tinggi dan trigliserida
tinggi pada diabetes menyebabkan lengket di dinding

11
endotelium, mendorong proses keterikatan sel yang
menghasilkan reaksi jaringan lokal. Reaksi jaringan lokal
menghasilkan partikel dan sel-sel darah yang berbeda,
menyebabkan penumpukan dan pengerasan di dinding
pembuluh (arteri).
Reaksi jaringan lokal ini menghasilkan sebuah plak,
disebut plak aterosklerosis.Pada penderita diabetes,
mereka resisten terhadap tindakan insulin, dengan kata lain
tubuh penderita diabetes kurang sensitif dgn insulin.
Akibatnya, efek stimulasi ini hilang dan mengakibatkan
peningkatan kecenderungan terhadap pembentukan plak
aterosklerosis.Plak pada pembuluh darah ini lah yang
nantinya akan menyumbat pembuluh darah di otak dan
mengakibatkan stroke.

2.1.7 Pencegahan Komplikasi


Komplikasi adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami
dua penyakit atau lebih secara bersamaan yang kebanyakan penyakit
yang kedua atau seterusnya muncul sebagai tambahan atau lanjutan
penyakit yang terdahulu. Pencegahan DM dapat dibagi menjadi 3
tahap yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier:
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer ditujukan pada faktor-faktor risiko
terhadap patogenesis dasar dari DM tipe 2 yaitu resistensi insulin
dan gangguan sekresi insulin. Usaha-usaha untuk menurunkan
resistensi insulin antara lain mencegah atau memperbaiki adanya
obesitas, menghindari diet tinggi lemak, mengkonsumsi sumber
karbohidrat yang diolah tidak terlalu bersih (unrefined),
menghindari obat-obat yang bersifat diabetogenik dan
meningkatkan aktivitas fisik yang berpengaruh menurunkan
resistensi insulin terlepas dari penurunan berat badan (WHO,
1994).

12
Usaha-usaha tersebut tidak lain adalah perubahan gaya hidup.
Perubahan gaya hidup tersebut dapat menurunkan berat badan,
memperbaiki distribusi lemak tubuh (menurunkan lingkar
pinggang) dan dengan demikian dapat mencegah atau menunda
manifestasi dari Diabetes Mellitus tipe 2.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan menemukan diagnosis DM
sedini mungkin dengan cara skrining. Hasil tes penyaring normal
bila glukosa darah sewaktu atau puasa < 110 mg%. Bila
didapatkan kadar glukosa darah puasa antara 110 – 125 mg/dl
dinamakan glukosa darah puasa terganggu dan bila ≥ 126 mg/dl
atau glukosa darah sewaktu ≥200 mg/dl maka diagnosis DM
sangat mungkin dan bila tanpa gejala DM perlu dilakukan tes pada
waktu yang lain untuk memastikan diagnosis (PERKENI, 2002).
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah usaha untuk mencegah terjadinya
ginjal atau nefropati. Penyakit neuropati yang komplikasi pada
DM. Komplikasi akut Hipoglikemia yang ditandai dengan badan
gemetaran, cemas, bingung dan rasa lapar yang timbul dengan
tiba-tiba, Ketoasidosis Diabetik (KAD) yang biasanya ditandai
dengan nafas berbau aseton, mual muntah serta dehidrasi. Sindrom
hiperglikemik hiperosmolar non-ketotik (HHNK) yaitu suatu
sindrom yang ditandai dengan hiperglikemi berat, hiperosmolar,
dehidrasi berat tanpa ketoasidosis, disertai dengan menurunnya
kesadaran dan komplikasi kronik: Makrovaskular (penyakit
pembuluh darah besar) yang meliputi sirkulasi koroner, vaskular
perifer, dan vaskular serebral. Mikrovaskular (penyakit pembuluh
darah kecil) yang menyerang mata atau retinopati serta menyerang
saraf sensorik-motorik dan autonomi serta menunjang masalah
seperti impotensi dan ulkus pada kaki. Usaha terhadap timbulnya
komplikasi ini antara lain pengendalian yang ketat dari kelainan
metabolik pada Diabetes Mellitus (glukosadarah, lipid) dan faktor-

13
faktor lain yang berpengaruh terhadap kerusakan pembuluh darah
misalnya tekanan darah, merokok dan sebagainya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan: mengatur pola makan,
kontrol gula darah, Olah raga dan faktor psikososial. Penyakit
Diabetes Mellitus dapat memberikan beban psikososial bagi
penderita. Respon emosional negatif dapat menghambat upaya
penurunan glukosa darah karena timbulnya reaksi negatif
misalnya : tidak mengubah gaya hidup yang sehat seperti:
melakukan olah raga, mengkonsumsi obat, mengatur pola makan,
serta dapat berperilaku tidak sehat (merokok, mengkonsumsi
minuman beralkohol, dll ). (Brunner & Suddarth, 2002).

2.1.8 Penatalaksanaan Medis


Menurut (Mansjoer, A dkk. 2008) penataaksanaan medis yaitu
tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya
komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap
tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi
hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada
empat komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :
1. Diet
✔ Syarat diet DM hendaknya dapat :
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati
diabetik
4) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan
penderita
5) Menarik dan mudah diberikan
✔ Prinsip diet DM, adalah :
1. Jumlah sesuai kebutuhan
2. Jadwal diet ketat
3. Jenis : boleh dimakan / tidak

14
✔ Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah
diikuti pedoman 3 J yaitu:
1) Jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi
atau ditambah
2) Jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya
3) Jenis makanan yang manis harus dihindari
2. Latihan
Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena
efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi
faktor risiko kardiovaskuler. Latihan akan menurunkan kadar
glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh
otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan
tonus otot juga diperbaiki dengan berolahraga. Latihan dengan
cara melawan tahanan (resistance training) dapat meningkatkan
lean body mass dan dengan demikian menambah laju metabolisme
istirahat (resting metabolic rate). Semua efek ini sangat
bermanfaat pada diabetes karena dapat menurunkan berat badan,
mengurangi rasa stress dan mempertahankan kesegaran tubuh.
Latihan juga akan mengubah kadar lemak darah yaitu
meningkatkan kadar HDL kolesterol dan menurunkan kadar
kolesterol total serta trigliserida. Semua manfaat ini sangat penting
bagi penyandang diabetes mengingat adanya peningkatan risiko
untuk terkena penyakit kardiovaskuler pada diabetes.
3. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan
kesehatan kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara
atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi
kelompok, dan sebagainya.
4. Obat-Obatan
1) Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral
(OHO)
1. Mekanisme Kerja Sulfanilurea

15
Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan
insulin yang tersimpan, menurunkan ambang sekresi
insulin dan meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat
rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya diberikan
pada penderita dengan berat badan normal dan masih bisa
dipakai pada pasien yang berat badannya sedikit lebih.
2. Mekanisme Kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi
mempunyai efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas
insulin, yaitu:
1. Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra
pankreatik
1) Menghambat absorpsi karbohidrat
2) Menghambat glukoneogenesis di hati
3) Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
2. Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan
jumlah reseptor insulin
3. Biguanida pada tingkat pascareseptor: mempunyai
efek intraselluler
2) Insulin
1. Indikasi Penggunaan Insulin
1) DM tipe I
2) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat
dengan OAD
3) DM kehamilan
4) DM dan gangguan faal hati yang berat
5) DM dan gangguan infeksi akut (selulitis, gangren)
6) DM dan TBC paru akut
7) DM dan koma lain pada DM
8) DM operasi
9) DM patah tulang
10) DM dan underweight

16
11) DM dan penyakit Graves
2. Beberapa cara pemberian insulin
1) Suntikan insulin subkutan
2) Insulin regular mencapai puncak kerjanya pada 1 – 4
jam, sesudah suntikan subcutan, kecepatan absorpsi di
tempat suntikan tergantung pada beberapa faktor
antara lain.

17
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diabetes melitus (DM) adalah suatu penyakit dengan keadaan abnormal
yang ditunjukkan dengan tingginya kadar glukosa dalam darah. DM
merupakan kondisi kronis yang ditandai dengan peningkatan konsentrasi
glukosa darah disertai dengan munculnya gejala utama yang khas yaitu urine
yang berasa manis dalam jumlah yang besar atau gangguan fungsi insulin.
DM Tipe 1 adalah Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan
penghancuran sel-sel beta pankreas yang disebabkan oleh faktor genetic,
factor imunologi dan factor lingkungan. DM Tipe 2 disebabkan oleh
kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin. Faktor resiko yang
berhubungan dengan terjadinya diabetes usia, obesitas, riwayat, dan keluarga.
Penderita DM biasanya mengeluhkan gejala khas seperti, Poliuria
(peningkatan volume urine), Polidipsia (peningkatan rasa haus), Polifagia
(peningkatan rasa lapar), Rasa lelah dan kelemahan otot. Pada diabetes tipe II
terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin yaitu resistensi
insulin dan gangguan sekresi insulin. gejala penderita DM II dapat mencakup
kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh-
sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadra glukosanya
sangat tinggi).
3.2 Saran
Hal-hal yang perlu diperhatikan penderita Diabetes Melitus: mengatur
pola makan, kontol gula darah, Olah raga dan faktor psikososial. Penyakit
Diabetes Mellitus dapat memberikan beban psikososial bagi penderita.
Respon emosional negatif dapat menghambat upaya penurunan glukosa darah
karena timbulnya reaksi negatif misalnya : tidak mengubah gaya hidup yang
sehat seperti: melakukan olah raga, mengkonsumsi obat, mengatur pola
makan, serta dapat berperilaku tidak sehat (merokok, mengkonsumsi
minuman beralkohol, dll ).

18
DAFTAR PUSTAKA
Ikhsan. 2017. MAKALAH “Asuhan Keperawatan Pasien Diabetes Melitus”.
(Online). www.academia.edu. Di akses pada tanggal 15 Maret 2021.

Raharjo Muji. 2018. Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Ny. N Dengan
Diabetes Melitus Di Ruang Kirana Rumah Sakit Tk. Iii Dr. Soetarto
Yogyakarta. (Online). https://eprints.poltekkesjogja.ac.id. Di akses pada
tanggal 15 Maret 2021.

Rohma Fitri A. 2019. Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus Pada Tn. S Dan Tn.
N Dengan Masalah Keperawatan Kerusakan Integritas Kulit Di Ruang
Melati Rsud Dr. Haryoto Lumajang. https://repository.unej.ac.id. Di akses
pada tanggal 15 Maret 2021.

Suryaningsih Titik. 2018. Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pada Tn. T
Dengan Diabetes Melitus Pada Stroke Non Hemoragik Di Ruang Dahlia
Rsud Kota Yogyakarta. (Online). https://eprints.poltekkesjogja.ac.id. Di
akses pada tanggal 15 Maret 2021.

19

Anda mungkin juga menyukai