DIABETES
DISUSUN OLEH
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan LP yang berjudul “Diabetes”
Kami menyadari bahwa dalam Penyusunan LP ini masih terdapat kekurangan dan
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sangat kami harapkan untuk kesempurnaan LP ( laporan pendahuuan ) di masa
mendatang.
Dalam penulisan LP ini, kami banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan banyak terima kasih.
Akhir kata, kami mengucapkan banyak terima kasih dan semoga LP ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan instansi terkait serta ilmu pengetahuan.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................
Daftar Isi ........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................
B. Rumusan masalah......................................................................................
C. Tujuan .......................................................................................................
D. Manfaat......................................................................................................
BAB II KONSEP DASAR
A. Konsep Dasar Penyakit..............................................................................
1. Definisi...............................................................................................
2. Etiologi...............................................................................................
3. Manifestasi Klinis...............................................................................
4. Patofisiologi........................................................................................
5. Pathway..............................................................................................
6. Komplikasi.........................................................................................
7. Pemeriksaan peunjang........................................................................
8. Penatalaksanaan..................................................................................
B. KonseP Asuhan Keperawatan pada pasien Diabetes...........................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran ................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Data yang disajikan oleh World Health Organization (WHO) padatahun 2003 menampilkan
sekitar 50% penderita Diabetes Melitus yang berada di negera maju mampu mematuhi progam
terapi yang diberikan. Pada penderita Diabetes Melitus yang tidak terkontrol atau kurang
mematuhi pengobatan dapat mengakibatkan komplikasi. Munculnya komplikasi dapat berdampak
pada perubahan pola gaya hidup serta berdampak pada perekonomian. Prevalensi
Penyakit Diabetes Melitus suatu penyakit yang bisa menimbulkanpenyakit yang lainnya
(komplikasi). Permasalahan komplikasi dari penyakit Diabetes Melitus pada beberapa orang
mungkin akan berbeda- beda. Komplikasi dari Diabetes Melitus bisa dipecah menjadi 2 jenis
mayor, ialah komplikasi metabolik kronis serta komplikasi kronik jangka panjang (Octaviana
Wulandari, 2013)
Salah satu komplikasi dari Diabetes Melitus merupakan neuropati,yang mengakibatkan
berkurangnya sensasi di kaki (nyeri akut) serta sering berhubungan dengan luka atau cedera pada
kaki. Neuropati perifer menimbulkan hilangnya sensasi di wilayah distal kaki yang memiliki
resiko besar akan terbentuknya ulkus kaki serta kemungkinan untuk diamputasi. Luka atau cedera
yang mencuat secara otomatis ataupun sebab trauma bisa menimbulkan Luka terbuka yang
sanggup menciptakan gas gangren yang berdampak terbentuknya osteomielitis di sertai nyeri akut
pada lokasi infeksi (Fitria et al., 2017).
Masalah- masalah muncul yang sering dirasakan oleh penderitaDiabetes melitus tipe 2 bisa
diminimalkan bila penderita mempunyai pengetahuan serta keahlian dan upaya untuk
melaksanakan pengontrolan terhadap penyakitnya. Peran perawat selaku edukator sangat
diperlukan oleh penderita Diabetes Melitus sebab Diabetes Melitus ialah penyakit kronis yang
membutuhkan sikap atau inisiatif penanggulangan mandiri yang individual seumur hidup (Fahra
et al., 2017).
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu
“Bagaimana asuhan keperawata pada pasien Diabetes”?
C. Tujuan
Penulisan Laporan pendahuluan ini bertujuan untuk memahami konsep asuhan
keperawatan pada pasien diabetes melitus
D. Manfaat
Dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran serta menjadi tolak ukur mahasiswa
dalam mengaplikasikan metode asuhan keperawatan pada klien dengan diabetes
melitus.
BAB II
KONSEP DASAR
Diabetes Melitus adalah sekumpulan gejala dari hambatanmetabolik yang dapat diketahui
secara spesifikasi adanya kadar gula darah di atas normal sehingga dapat mempengaruhi
metabolisme pada karbohidrat, lemak serta protein yang dipengaruhi oleh banyak faktor.
Diabetes Melitus adalah salah satu permasalahan penyakit yang serius di seluruh dunia sebab
penyakit diabetes melirus cenderung mengalami kenaikan kasusnya seiring berjalannya
waktu (Nurayati & Adriani, 2017)(MELFIANA, 2021)
a) DM Tipe 1
Salah satu faktor pemicu Diabetes Melitus Tipe 1 ialah destruksi sel beta dan defisiensi
insulin absolut seperti penyakit auto-imun (tidak berfungsinya sistem imunitas tubuh) dan
idiopatik (penyebab yang tidak diketahui) yang mengganggu proses sekresi insulin terutama
sel β pada pankreas yang terjadi secara menyeluruh. Oleh sebab itu, pankreas akan
kehilangan kemampuannya dalam memproduksi serta melepaskan insulin yang dibutuhkan
oleh tubuh.
Diabetes gestasional merupakan diabetes yang terjadi ketika baru mengalami kehamilan yang
pertama atau diabetes yang kemungkinan muncul pada saat masa kehamilan. Umumnya
diabetes ini dapat diketahui pada minggu ke-24 (bulan keenam). Diabetes ini biasanya akan
mnghilang setelah melahirkan.(Reichenbach et al., 2019)
3. Manifestasi klinis
Menurut (Nugroho, 2015) secara umum ada beberapa manifestasiklinik yang terdapat pada
penderita diabetes melitus, yaitu :
Glukosa dalam darah yang tinggi pada penderita diabetes melitus biasanya diatas 200 mg/dL.
Poliuria akan terjadi bila ginjal memproduksi air kemih dalam jumlah yang melampaui batas
normal atau berlebihan, sehingga penderita diabetes melitus merasakan keinginan berkemih
dalam frekuensi yang berlebih.
polidipsi biasanya ditandai dengan mulut kering yang diakibatkan oleh adanya poliuri, sebab
penderita diabetes melitus sering merasakan haus yang berlebihan sehingga penderita akan
banyak minum.
Polifagia biasanya dapat disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya terjadi karena
sejumlah besar kalori yang terserap ke dalam air urine, sehingga penderita diabetes melitus
akan mengalami degradasi berat badan, maka dari itu penderita biasanya merasakan lapar
yang berlebih sehingga banyak makan.
Bermacam keluhan lain bisa ditemui pada penderita diabetesmelitus. Kecurigaan terhadap
adanya diabetes melitus perlu diwaspadai apabila ada keluhan lain yang berupa : kelemahan
tubuh, kesemutan, gatal, pandangan mata kabur, penurunan berat badan yang tidak bisa
dipaparkan sebabnya dan disfungsi ereksi pada laki-laki, serta pruritus vulvae pada
perempuan (PERKENI, 2011) (MELFIANA, 2021)
Tipe ini ditandai dengan destruksi sel-sel beta pankreas yang menyebabkan ketidakmampuan
tubuh dalam memproduksi hormon insulin yang menjurus ke defisiensi insulin absolut.
Diabetes tipe 1 terjadi secara mendadak sebelum usia 30 tahun dan penderita memerlukan
injeksi insulin untuk mengontrol kadar glukosa darah.
Disebabkan oleh kelainan yang diawali dengan terjadinya resistensi insulin, dan
mengakibatkan penurunan jumlah insulin yang diproduksi
terjadi karena intoleransi glukosa yang muncul selama kehamilan.(Suhartini & Keperawatan,
2018)
5. Patofisiologi
Pada diabetes melitus tipe 2, terjadi resistensi insulin pada tahapawal yang kemudian disusul
oleh peningkatan sekresi insulin yang tujuannya untuk mengkompensasi agar kadar glukosa
darah tetap normal. Akan tetapi semakin lama sel beta tidak sanggup mengkompensasi
resistensi insulin karena fungsinya yang semakin menurun dan berakibat terhadap
peningkatan glukosa darah. Terdapat beberapa faktor penyebab resistensi insulin pada
diabetes melitus tipe 2, diantaranya adalah faktor usia, obesitas, kurangnya aktivitas, riwayat
keluarga, dan diet tinggi lemak (Soegondo, et al., 2009).
Penerapan diet pada penataksanaan diabetes melitus sangat pentinguntuk dilakukan. Karena
akan mempengaruhi kadar glukosa dalam tubuh. Menurut Soegondo (2009), apabila
penderita diabetes melitus tidak mengikuti perencanaan makan sesuai dengan anjuran tenaga
kesehatan maka akan menjadi salah satu kendala dalam keberhasilan penatalaksanaan
diabetes.(Suhartini & Keperawatan, 2018)
6. Komplikasi
LKD merupakan salah satu dari sekian banyak komplikasi yangditimbulkan dari DM yang
mengurangi kualitas hidup penderitanya (Salome et al., 2017). LKD adalah keadaan
ditemukannya infeksi, tukak atau destruksi ke jaringan kulit yang paling dalam di kaki pada
pasien DM akibat abnormalitas saraf dan gangguan pembuluh darah arteri pada kaki (Rosa,
Afriant, & Edward, 2015). Pada LKD selain karena faktor diatas juga disebabkan dari
berbagai faktor resiko seperti neuropati, deformitas atau kelainan bentuk kaki dan trauma
akibat adanya tumbukan atau tertusuk (Noor et al., 2015).
2. Retinophaty diaebetes adalah
komplikasi diabetes yang disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah kecil (kapiler) pada
retina mata, dengan gejala penurunan penglihatan sampai kebutaan.
komplikasi diabetes pada system saraf, sehingga menyebabkan mati rasa dan kesemutan,
serta meningkatkan risiko kerusakan kulit terutama pada kaki, karena berkurangnya kepekaan
kulit.
komplikasi yang terjadi pada 40% dari seluruh pasien DM tipe 1 dan DM tipe 2 dan
merupakan penyebab utama penyakit ginjal pada pasien yang mendapat terapi ginjal yang
ditandai dengan adanya mikroalbuminuria (30mg/hari) tanpa adanya gangguan ginjal, disertai
dengan peningkatan tekanan darah sehingga mengakibatkan menurunnya filtrasi glomerulus
dan akhirnya menyebabkan ginjal tahap akhir (Schonder, K. S. , 2008)
5. Hipoglikemia, adalah
kadar glukosa darah seseorang di bawahnilai normal (< 50 mg/dl). Hipoglikemia lebih sering
terjadi pada penderita DM tipe 1 yang dapat dialami 1-2 kali per minggu, Kadar gula darah
yang terlalu rendah menyebabkan sel-sel otak tidak mendapat pasokan energi sehingga tidak
berfungsi bahkan dapat mengalami kerusakan (Fatimah, 2015)
apabila kadar gula darah meningkat secara tiba-tiba, dapat berkembang menjadi keadaan
metabolisme yang berbahaya, antara lain ketoasidosis diabetik, Koma Hiperosmoler Non
Ketotik (KHNK) dan kemolakto asidosis (PERKENI, 2011)
7. Pemeriksaan diagnostic
1) Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada
asupan kalori minimal 8 jam.
2) Pemeriksaan glukosa plasma ≥ 200 mg/dl 2-jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) dengan beban glukosa 75 mg.
3) Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl dengan keluhan klasik.
4) Pemeriksaan HbA1c ≥ 6,5 % dengan menggunakan metode yang terstandarisasi oleh
National Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP). Catatan untuk
diagnosis berdasarkan HbA1c, tidak semua laboratorium di Indonesia memenuhi
standar NGSP, sehingga harus hati-hati dalam membuat interpretasi.(ICES, 2021)
8. Penatalaksanaan
I. Edukasi
Diabetes mellitus umumnya terjadi pada saat pola gaya hidupdan perilaku telah terbentuk
dengan kuat. Keberhasilan pengelolaan diabetes mandiri membutuhkan partisipasi aktif
pasien, keluarga, dan masyarakat.Tim kesehatan harus mendampingi pasien dalam menuju
perubahan perilaku.
Tujuan umum terapi gizi adalah membantu orang dengandiabetes memperbaiki kebiasaan
aktivitas sehari-hari untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik, mempertahankan
kadar glukosa darah mendekati normal, mencapai kadar serum lipid yang optimal,
memberikan energi yang cukup untuk mencapai ataumempertahankan berat badan yang
memadai dan meningkatkan tingkat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.
Kegiatan jasmani sehari – hari dan latihan jasmani dilakukanteratur sebanyak 3 - 4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 - 45 menit, dengan total kurang lebih 150 menit perminggu.
Latihan jasmani dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitifitas terhadap
insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dimaksud
ialah jalan, bersepeda santai, jogging, berenang.
IV. Farmakologi
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pola pengaturanmakanan dan latihan jasmani.
Terapi farmakologis terdiri dari obat hipoglikemik oral dan injeksi insulin. Pemberian obat
oral atau dengan injeksi dapat membantu pemakaian gula dalam tubuh penderita diabetes.
Golongan sulfonilurea dapat menurunkan kadar gula darahsecara adekuat pada penderita
diabetes tipe-2, tetapi tidak efektif pada diabetes tipe-1. Contohnya adalah glipizid,
gliburid, tolbutamid dan klorpropamid.
Injeksi Insulin
Terapi insulin digunakan ketika modifikasi gaya hidup dan obathipoglikemik oral gagal
untuk mengontrol kadar gula darah pada pasien diabetes.(ICES, 2021)
BAB III
1) Pengkajian keperawatan
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, alamat, suku/bangsa,
diagnosa medis dan lain sebagainya
b. Keluhan utama
Biasanya keluhan yang sering di alami adanya nyeri pada luka atau pesendian, badan lemas,
luka yang tak kunjung sembuh, bau luka khas diabetes, hambatan dalam aktivitas fisik.
c. Status kesehatan
saat ini Terkait kondisi yang sedang dialami karena penyakitnya seperti luka, rasa nyeri,
nafsu makan berkurang, dan infeksi pada tulang (osteomielitis) di area luka.
Adanya riwayat penyakit terdahulu yang menyertainya yang terkait dengan diabetes melitus
seperti hipertensi dan lain sebagainya yang mempengaruhi defisiensi insulin serta riwayat
penggunaan obat- obatan yang biasa di konsumsi penderita
Berdasarkan riwayat keluarga penderita diabetes melitus biasanya mempunyai faktor genetik
dari salah satu keluarganya yang mempengaruhi defiensi insulin seperti hipertensi.
Efek dari defisiensi insulin akan menyebabkan beberapa kemungkinan seperti polidipsi,
polifagia, poliuria maka dalam memenuhi kebutuhan nutrisi serta dalam proses metabolisme
akan mengalami beberapa perubahan
Pola eliminasi
Kadar gula yang terlalu tinggi menyebabkan penderita diabetes melitus sering buang air kecil
dengan jumlah urine yang melebihi batas normal.
Pada penderita penyakit diabetes melitus biasanya mengalami ketidaknyamanan dalam pola
istirahat dan tidurnya karena diakibatkan adanya tanda dan gejala dari penyakitnya sehingga
harus beradaptasi terkait dengan penyakitnya.
Akibat nyeri dan adanya luka pada kaki penderita diabetes melitus menyebabkan adanya
hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan penderita cenderung mempunyai
keterbatasan dalam mobilitas fisiknya di karenakan kelemahan atau ketidakberdayaan akibat
penyakitnya.
Pada penderita diabetes melitus cenderung mengalami beberapa komplikasi pada penyakitnya
yang mengakibatkan adanya perubahan dalam persepsi dan mekanisme kopingnya.
Pola persepsi diri dan konsep diri
Penyakit diabetes melitus akan mengakibatkan perubahan pada fungsional tubuh yang akan
mempengaruhi gambaran diri atau citra diri pada individu yang menderita diabetes.
Akibat penyakit diabetes melitus yang menahun menyebabkan penyakit ini akan
menimbulkan permasalahan baru pada penderitanya termasuk pada pola pemikiran dari
adaptif akan menuju ke maladatif sehingga secara otomatis akan mempengaruhi mekanisme
koping.
Pola Seksual-Reproduksi
Penyakit diabetes yang menahun dapat menimbulkan kelainan pada organ reproduksi,
penurunan rangsangan dan gairah pada penderitanya
Penderita diabetes yang mengalami luka yang tak kunjung sembuh akan menyebabkan
dirinya merasa minder atau merasa malu dan cenderung akan menarik diri.
Akibat dari penyakit diabetes melitus dapat mempengaruhi fungsional struktur tubuh
sehingga dapat menyebabkan perubahan status kesehatan pada penderita diabetes dan akan
mempengaruhi perubahan dalam pelaksanaan kegiatan dalam beribadah.
Suatu tindakan dalam memeriksa keseluruhan tubuh pasien dari ujung kepala sampai dengan
ujung kaki dengan menggunakan metode pemeriksaan fisik yaitu inspeksi, palpasi, perkusi,
dan auskultasi yang bertujuan untuk menentukan status kesehatan pasien (MELFIANA,
2021)
2) Diagnosa Keperawatan
penilaian klinis terhadappengalaman atau respon individu, keluarga atau komunitas pada
masalah kesehatan, pada risiko masalah kesehatan atau pada proses kehidupan. Kompleksnya
masalah sistem tubuh pada pasien dengan DM makan akan banyak penyakit yang muncul.
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada pasien DM menurut Tim Pokja PPNI
SDKI (2018), yaitu antara lain:
a. Intoleransi aktivitas.
Ketidakstabilan kadar glukosa darah merupakan variasi kadar glukosa darah naik atau turun
dari rentang normal.
c. Nyeri akut.
Nyeri akut merupakan pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan
hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan
3) Intervensi Keperawatan.
a. Intoleransi aktivitas.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah teratasi dengan kriteria hasil:
Rasional: Mengetahui gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan sehingga dapat
ditentukan asuhan keperawatan yang sesuai.
Rasional: Latihan gerak akan membuat pasien terbiasa dan menghindari kekakuan sendi dan
otot.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah teratasi dengan kriteria hasil:
Intervensi:
Rasional: Untuk memantau kadar gula darah pasien. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia.
2. Terapeutik. Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada atau
memburuk.
Rasional: Membantu mengatasi hiperglikemia.
c. Nyeri akut.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah teratasi dengan kriteria hasil:
Intervensi:
4) Implementasi Keperawatan.
5) Evaluasi
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada diagnosa keperawatan penulis harus menganalisis data-data yang didapat saat
pengkajian. Data tersebut meliputi data subyektif dan dataobyektif, kemudian setelah data-
data tersebut terkumpul dan sesuai dengan tanda gejala yang ada dalam pedoman diagnosa
keperawatan selanjutnya diagnosa keperawatan dapat ditegakkan. Untuk menangani masalah
keperawatan yang ada penulis harusmenentukan rencana tindakan yang tepat sesuai dengan
masalah keperawatan
B. Saran
Dalam penyusunan Laporan Pendahuluan , penulis memiliki saran yang ingin disampaikan,
khususnya :
Saran bagi Mahasiswa Diharapkan bagi mahasiswa yang mendapatkan kasus serupa
dapatmenyempurnakan penulisan Laporan pendahuluan dengan lebih mengkaji faktor
pendukung keluarga terhadap motivasi khususnya pada klien diabetes melitus agar mematuhi
program pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, R. (2022). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diabetes Mellitus. Dm, 130.
Reichenbach, A., Bringmann, A., Reader, E. E., Pournaras, C. J., Rungger-Brändle, E., Riva,
C. E., Hardarson, S. H., Stefansson, E., Yard, W. N., Newman, E. A., & Holmes, D.
(2019). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標に関す
る共分散構造分析 Title. Progress in Retinal and Eye Research, 561(3), S2–S3.