Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

DIABETES

DISUSUN OLEH

1. ANGEL CHARLA DE FRETES


2. ELSINA FAIDIBAN
3. ENDERIKA SAKAMAK

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA ( YPMP )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PAPUA ( STIKES)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan LP yang berjudul “Diabetes”
Kami menyadari bahwa dalam Penyusunan LP ini masih terdapat kekurangan dan
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sangat kami harapkan untuk kesempurnaan LP ( laporan pendahuuan ) di masa
mendatang.
Dalam penulisan LP ini, kami banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan banyak terima kasih.
Akhir kata, kami mengucapkan banyak terima kasih dan semoga LP ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan instansi terkait serta ilmu pengetahuan.

Sorong, 1 Mei 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................
Daftar Isi ........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................
B. Rumusan masalah......................................................................................
C. Tujuan .......................................................................................................
D. Manfaat......................................................................................................
BAB II KONSEP DASAR
A. Konsep Dasar Penyakit..............................................................................
1. Definisi...............................................................................................
2. Etiologi...............................................................................................
3. Manifestasi Klinis...............................................................................
4. Patofisiologi........................................................................................
5. Pathway..............................................................................................
6. Komplikasi.........................................................................................
7. Pemeriksaan peunjang........................................................................
8. Penatalaksanaan..................................................................................
B. KonseP Asuhan Keperawatan pada pasien Diabetes...........................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran ................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Melitus merupakan penyakit yang di identifikasi dengan terbentuknya hiperglikemia


serta kendala metabolisme pada karbohidrat, lemak, serta protein yandikaitkan dengan kelainan
secara mutlak maupun relatif dari proses kerja maupun dari proses sekresi insulin. Indikasi yang
dialami oleh pengidap penyakit Diabetes Melitus ialah poliuria, polidipsia, polifagia, pengurangan
berat tubuh, dan kesemutan (Fatimah, 2015).

Data yang disajikan oleh World Health Organization (WHO) padatahun 2003 menampilkan
sekitar 50% penderita Diabetes Melitus yang berada di negera maju mampu mematuhi progam
terapi yang diberikan. Pada penderita Diabetes Melitus yang tidak terkontrol atau kurang
mematuhi pengobatan dapat mengakibatkan komplikasi. Munculnya komplikasi dapat berdampak
pada perubahan pola gaya hidup serta berdampak pada perekonomian. Prevalensi

Prevalensi penderita penyakit Diabetes Mellitus di negaraberkembang salah satunya di indonesia


sekitar tahun 2013 yaitu sebesar 2,1%. Angka tersebut terbilang lebih besar dibandingkan dengan
tahun 2007 yaitu sebesar (1,1%). Sekitar 31 provinsi yang ada di indonesia (93,9%)
mengindikasikan adanya peningkatan prevalensi penderita diabetes Mellitus yang cukup
signifikan. Sedangkan jumlah kasus penderita Diabetes Melitus tipe 2 di Provinsi Jawa Tengah
pada tahun 2015 sekitar 99. 646 kasus. Perihal ini sangat berbeda dengan kejadian pada 3 tahun
yang lalu. Sekitar pada tahun 2014 kasus penderita Diabetes Melitus tipe 2 sebanyak 96. 431
kasus atau setara dengan (0,29%). Pada tahun 2013 kasus penderita diabetes mellitus tipe 2 di
Provinsi Jawa Tengah ialah sebesar 142. 925 atau sekitar (0,43%) kasus, sebaliknya pada tahun
2012 mencapai angka yang cukup fantastik yaitu sekitar 181. 543 (0,55%) kasus (Nazriati et al.,
2018)

Penyakit Diabetes Melitus suatu penyakit yang bisa menimbulkanpenyakit yang lainnya
(komplikasi). Permasalahan komplikasi dari penyakit Diabetes Melitus pada beberapa orang
mungkin akan berbeda- beda. Komplikasi dari Diabetes Melitus bisa dipecah menjadi 2 jenis
mayor, ialah komplikasi metabolik kronis serta komplikasi kronik jangka panjang (Octaviana
Wulandari, 2013)
Salah satu komplikasi dari Diabetes Melitus merupakan neuropati,yang mengakibatkan
berkurangnya sensasi di kaki (nyeri akut) serta sering berhubungan dengan luka atau cedera pada
kaki. Neuropati perifer menimbulkan hilangnya sensasi di wilayah distal kaki yang memiliki
resiko besar akan terbentuknya ulkus kaki serta kemungkinan untuk diamputasi. Luka atau cedera
yang mencuat secara otomatis ataupun sebab trauma bisa menimbulkan Luka terbuka yang
sanggup menciptakan gas gangren yang berdampak terbentuknya osteomielitis di sertai nyeri akut
pada lokasi infeksi (Fitria et al., 2017).

Masalah- masalah muncul yang sering dirasakan oleh penderitaDiabetes melitus tipe 2 bisa
diminimalkan bila penderita mempunyai pengetahuan serta keahlian dan upaya untuk
melaksanakan pengontrolan terhadap penyakitnya. Peran perawat selaku edukator sangat
diperlukan oleh penderita Diabetes Melitus sebab Diabetes Melitus ialah penyakit kronis yang
membutuhkan sikap atau inisiatif penanggulangan mandiri yang individual seumur hidup (Fahra
et al., 2017).

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu
“Bagaimana asuhan keperawata pada pasien Diabetes”?
C. Tujuan
Penulisan Laporan pendahuluan ini bertujuan untuk memahami konsep asuhan
keperawatan pada pasien diabetes melitus
D. Manfaat
Dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran serta menjadi tolak ukur mahasiswa
dalam mengaplikasikan metode asuhan keperawatan pada klien dengan diabetes
melitus.
BAB II
KONSEP DASAR

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi

Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertaiberbagai


kelainanmetabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik
pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah. Diabetes mellitus klinis adalah sindroma
gangguan metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu
defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin atau keduanya
(M. Clevo Rendy dan Margareth Th, 2019).(Reichenbach et al., 2019)

Diabetes Melitus adalah sekumpulan gejala dari hambatanmetabolik yang dapat diketahui
secara spesifikasi adanya kadar gula darah di atas normal sehingga dapat mempengaruhi
metabolisme pada karbohidrat, lemak serta protein yang dipengaruhi oleh banyak faktor.
Diabetes Melitus adalah salah satu permasalahan penyakit yang serius di seluruh dunia sebab
penyakit diabetes melirus cenderung mengalami kenaikan kasusnya seiring berjalannya
waktu (Nurayati & Adriani, 2017)(MELFIANA, 2021)

2. Etiologi Diabetes Mellitus


Menurut (PB PERKENI, 2015) berlandaskan pada asal mula yangmendasari kemunculannya,
Diabetes Melitus terbagi menjadi beberapa kategori, yakni:

a) DM Tipe 1

Salah satu faktor pemicu Diabetes Melitus Tipe 1 ialah destruksi sel beta dan defisiensi
insulin absolut seperti penyakit auto-imun (tidak berfungsinya sistem imunitas tubuh) dan
idiopatik (penyebab yang tidak diketahui) yang mengganggu proses sekresi insulin terutama
sel β pada pankreas yang terjadi secara menyeluruh. Oleh sebab itu, pankreas akan
kehilangan kemampuannya dalam memproduksi serta melepaskan insulin yang dibutuhkan
oleh tubuh.

b) DM Tipe 2 Diabetes Melitus tipe 2


diakibatkan oleh campuran, seperti resistensi insulin dan disertai defisiensi insulin relatif.
DM tipe 2 umumnya disebut dengan diabetes life style sebab tidak hanya aspek genetik saja
yang bisa mempengaruhi namun bisa juga diakibatkan oleh pola gaya hidup yang tidak sehat.

c) Diabetes Gestasional/Diabetes Kehamilan

Diabetes gestasional merupakan diabetes yang terjadi ketika baru mengalami kehamilan yang
pertama atau diabetes yang kemungkinan muncul pada saat masa kehamilan. Umumnya
diabetes ini dapat diketahui pada minggu ke-24 (bulan keenam). Diabetes ini biasanya akan
mnghilang setelah melahirkan.(Reichenbach et al., 2019)

3. Manifestasi klinis

Menurut (Nugroho, 2015) secara umum ada beberapa manifestasiklinik yang terdapat pada
penderita diabetes melitus, yaitu :

a. kadar glukosa dalam darah tinggi ( Hiperglikemia).

Glukosa dalam darah yang tinggi pada penderita diabetes melitus biasanya diatas 200 mg/dL.

b. Poliuria (sering buang air kecil)

Poliuria akan terjadi bila ginjal memproduksi air kemih dalam jumlah yang melampaui batas
normal atau berlebihan, sehingga penderita diabetes melitus merasakan keinginan berkemih
dalam frekuensi yang berlebih.

c. Polidipsi (sering haus)

polidipsi biasanya ditandai dengan mulut kering yang diakibatkan oleh adanya poliuri, sebab
penderita diabetes melitus sering merasakan haus yang berlebihan sehingga penderita akan
banyak minum.

d. Polifagia (makan berlebihan)

Polifagia biasanya dapat disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya terjadi karena
sejumlah besar kalori yang terserap ke dalam air urine, sehingga penderita diabetes melitus
akan mengalami degradasi berat badan, maka dari itu penderita biasanya merasakan lapar
yang berlebih sehingga banyak makan.
Bermacam keluhan lain bisa ditemui pada penderita diabetesmelitus. Kecurigaan terhadap
adanya diabetes melitus perlu diwaspadai apabila ada keluhan lain yang berupa : kelemahan
tubuh, kesemutan, gatal, pandangan mata kabur, penurunan berat badan yang tidak bisa
dipaparkan sebabnya dan disfungsi ereksi pada laki-laki, serta pruritus vulvae pada
perempuan (PERKENI, 2011) (MELFIANA, 2021)

4. Klasifikasi Diabetes Melitus

Menurut Smeltzer (2015), diabetes melitus dibagi menjadi beberapa tipe :

1. Diabetes Melitus Tipe 1

Tipe ini ditandai dengan destruksi sel-sel beta pankreas yang menyebabkan ketidakmampuan
tubuh dalam memproduksi hormon insulin yang menjurus ke defisiensi insulin absolut.
Diabetes tipe 1 terjadi secara mendadak sebelum usia 30 tahun dan penderita memerlukan
injeksi insulin untuk mengontrol kadar glukosa darah.

2. Diabetes Melitus Tipe 2

Disebabkan oleh kelainan yang diawali dengan terjadinya resistensi insulin, dan
mengakibatkan penurunan jumlah insulin yang diproduksi

3. Diabetes Melitus Gestasional Diabetes gestasional

terjadi karena intoleransi glukosa yang muncul selama kehamilan.(Suhartini & Keperawatan,
2018)

5. Patofisiologi

Diabetes melitus terjadi karena terdapatnya gangguan metabolismetubuh yang menyebabkan


glukosa menumpuk dalam aliran darah. Ada beberapa tipe diabetes melitus menurut Padila
(2012), pada diabetes melitus tipe 1 terjadi karena destruksi sel beta pankreas secara absolut.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab yaitu faktor genetik dimana penderita mewarisi
kecenderungan genetik ke arah terjadinya diabetes tipe 1, kemudian faktor imunologi yang
terjadi karena adanya respon autoimun yang merupakan respon abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing, dan
yang terakhir faktor lingkungan karena virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang menimbulkan dekstruksi sel beta.

Pada diabetes melitus tipe 2, terjadi resistensi insulin pada tahapawal yang kemudian disusul
oleh peningkatan sekresi insulin yang tujuannya untuk mengkompensasi agar kadar glukosa
darah tetap normal. Akan tetapi semakin lama sel beta tidak sanggup mengkompensasi
resistensi insulin karena fungsinya yang semakin menurun dan berakibat terhadap
peningkatan glukosa darah. Terdapat beberapa faktor penyebab resistensi insulin pada
diabetes melitus tipe 2, diantaranya adalah faktor usia, obesitas, kurangnya aktivitas, riwayat
keluarga, dan diet tinggi lemak (Soegondo, et al., 2009).

Penanganan pada penderita dengan defisiensi insulin berbedakarena tergantung tipe


diabetesnya. Menurut Suzanna (2014), pada diabetes melitus tipe 1 karena terjadi destruksi
sel beta secara absolut sehingga tidak dapat memproduksi insulin maka penanganannya
dengan pemberian suntikan insulin dan penerapan makan yang benar. Sedangkan pada
diabetes tipe 2 penanganan awal yang dilakukan adalah dengan pemberian edukasi, diet,
latihan jasmani, dan terapi farmakologis.

Penerapan diet pada penataksanaan diabetes melitus sangat pentinguntuk dilakukan. Karena
akan mempengaruhi kadar glukosa dalam tubuh. Menurut Soegondo (2009), apabila
penderita diabetes melitus tidak mengikuti perencanaan makan sesuai dengan anjuran tenaga
kesehatan maka akan menjadi salah satu kendala dalam keberhasilan penatalaksanaan
diabetes.(Suhartini & Keperawatan, 2018)
6. Komplikasi

Adapun Komplikasi dari DM adalah sebagai berikut:

1. Luka Kaki Diabetik (LKD)

LKD merupakan salah satu dari sekian banyak komplikasi yangditimbulkan dari DM yang
mengurangi kualitas hidup penderitanya (Salome et al., 2017). LKD adalah keadaan
ditemukannya infeksi, tukak atau destruksi ke jaringan kulit yang paling dalam di kaki pada
pasien DM akibat abnormalitas saraf dan gangguan pembuluh darah arteri pada kaki (Rosa,
Afriant, & Edward, 2015). Pada LKD selain karena faktor diatas juga disebabkan dari
berbagai faktor resiko seperti neuropati, deformitas atau kelainan bentuk kaki dan trauma
akibat adanya tumbukan atau tertusuk (Noor et al., 2015).
2. Retinophaty diaebetes adalah

komplikasi diabetes yang disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah kecil (kapiler) pada
retina mata, dengan gejala penurunan penglihatan sampai kebutaan.

3. Neurophathy diebetes adalah

komplikasi diabetes pada system saraf, sehingga menyebabkan mati rasa dan kesemutan,
serta meningkatkan risiko kerusakan kulit terutama pada kaki, karena berkurangnya kepekaan
kulit.

4. Nefropati Diabetik adalah

komplikasi yang terjadi pada 40% dari seluruh pasien DM tipe 1 dan DM tipe 2 dan
merupakan penyebab utama penyakit ginjal pada pasien yang mendapat terapi ginjal yang
ditandai dengan adanya mikroalbuminuria (30mg/hari) tanpa adanya gangguan ginjal, disertai
dengan peningkatan tekanan darah sehingga mengakibatkan menurunnya filtrasi glomerulus
dan akhirnya menyebabkan ginjal tahap akhir (Schonder, K. S. , 2008)

5. Hipoglikemia, adalah

kadar glukosa darah seseorang di bawahnilai normal (< 50 mg/dl). Hipoglikemia lebih sering
terjadi pada penderita DM tipe 1 yang dapat dialami 1-2 kali per minggu, Kadar gula darah
yang terlalu rendah menyebabkan sel-sel otak tidak mendapat pasokan energi sehingga tidak
berfungsi bahkan dapat mengalami kerusakan (Fatimah, 2015)

6. Hiperglikemia, hiperglikemia adalah

apabila kadar gula darah meningkat secara tiba-tiba, dapat berkembang menjadi keadaan
metabolisme yang berbahaya, antara lain ketoasidosis diabetik, Koma Hiperosmoler Non
Ketotik (KHNK) dan kemolakto asidosis (PERKENI, 2011)

7. Pemeriksaan diagnostic

Diagnosis dini penyakit DM sangat menentukan perkembanganpenyakit DM pada penderita.


Seseorang yang menderita DM tetapi tidak terdiagnosis dengan cepat mempunyai resiko yang
lebih besar menderita komplikasi dan kesehatan yang memburuk (WHO, 2016). Alat
diagnostik glukometer (rapid) dapat digunakan untuk melakukan pemantauan hasil
pengobatan dan tidak dianjurkan untuk diagnosis. DM tidak dapat didiagnosis berdasarkan
glukosa dalam urin (glukosuria). Keluhan dan gejala DM yang muncul pada seseorang dapat
membantu dalam mendiagnosis DM. Seseorang dengan keluhan klasik DM (poliuria,
polidipsia, poliphagia) dan keluhan lain seperti lemas, kesemutan, gatal, pandangan kabur
dan disfungsi ereksi dapat dicurigai menderita DM (Perkeni, 2015). Kriteria diagnosis DM
menurut Perkeni (2015) adalah sebagai berikut :

1) Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada
asupan kalori minimal 8 jam.
2) Pemeriksaan glukosa plasma ≥ 200 mg/dl 2-jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) dengan beban glukosa 75 mg.
3) Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl dengan keluhan klasik.
4) Pemeriksaan HbA1c ≥ 6,5 % dengan menggunakan metode yang terstandarisasi oleh
National Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP). Catatan untuk
diagnosis berdasarkan HbA1c, tidak semua laboratorium di Indonesia memenuhi
standar NGSP, sehingga harus hati-hati dalam membuat interpretasi.(ICES, 2021)

8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pasien diabetes mellitus dikenal 4 pilar penting dalammengontrol perjalanan


penyakit dan komplikasi. Empat pilar tersebut adalah edukasi, terapi nutrisi, aktifitas fisik
dan farmakologi.

I. Edukasi

Diabetes mellitus umumnya terjadi pada saat pola gaya hidupdan perilaku telah terbentuk
dengan kuat. Keberhasilan pengelolaan diabetes mandiri membutuhkan partisipasi aktif
pasien, keluarga, dan masyarakat.Tim kesehatan harus mendampingi pasien dalam menuju
perubahan perilaku.

II. Terapi nutrisi

Tujuan umum terapi gizi adalah membantu orang dengandiabetes memperbaiki kebiasaan
aktivitas sehari-hari untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik, mempertahankan
kadar glukosa darah mendekati normal, mencapai kadar serum lipid yang optimal,
memberikan energi yang cukup untuk mencapai ataumempertahankan berat badan yang
memadai dan meningkatkan tingkat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.

III. Aktivitas fisik

Kegiatan jasmani sehari – hari dan latihan jasmani dilakukanteratur sebanyak 3 - 4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 - 45 menit, dengan total kurang lebih 150 menit perminggu.
Latihan jasmani dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitifitas terhadap
insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dimaksud
ialah jalan, bersepeda santai, jogging, berenang.

IV. Farmakologi

Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pola pengaturanmakanan dan latihan jasmani.
Terapi farmakologis terdiri dari obat hipoglikemik oral dan injeksi insulin. Pemberian obat
oral atau dengan injeksi dapat membantu pemakaian gula dalam tubuh penderita diabetes.

 Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

Golongan sulfonilurea dapat menurunkan kadar gula darahsecara adekuat pada penderita
diabetes tipe-2, tetapi tidak efektif pada diabetes tipe-1. Contohnya adalah glipizid,
gliburid, tolbutamid dan klorpropamid.

 Injeksi Insulin

Terapi insulin digunakan ketika modifikasi gaya hidup dan obathipoglikemik oral gagal
untuk mengontrol kadar gula darah pada pasien diabetes.(ICES, 2021)
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1) Pengkajian keperawatan

Pengkajian keperawatan dilakukan secara komprehensif meliputi pengumpulan data, pola


fungsional kesehatan menurut gordon dan pemeriksaan fisik (Kartikasari et al., 2020).

a. Identitas pasien dan penanggung jawab

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, alamat, suku/bangsa,
diagnosa medis dan lain sebagainya

b. Keluhan utama

Biasanya keluhan yang sering di alami adanya nyeri pada luka atau pesendian, badan lemas,
luka yang tak kunjung sembuh, bau luka khas diabetes, hambatan dalam aktivitas fisik.

c. Status kesehatan

saat ini Terkait kondisi yang sedang dialami karena penyakitnya seperti luka, rasa nyeri,
nafsu makan berkurang, dan infeksi pada tulang (osteomielitis) di area luka.

d. Riwayat kesehatan lalu

Adanya riwayat penyakit terdahulu yang menyertainya yang terkait dengan diabetes melitus
seperti hipertensi dan lain sebagainya yang mempengaruhi defisiensi insulin serta riwayat
penggunaan obat- obatan yang biasa di konsumsi penderita

e. Riwayat kesehatan keluarga

Berdasarkan riwayat keluarga penderita diabetes melitus biasanya mempunyai faktor genetik
dari salah satu keluarganya yang mempengaruhi defiensi insulin seperti hipertensi.

f. Pola fungsional kesehatan


Pola fungsional kesehatan berdasarkan data fokus meliputi :

 Pola persepsi dan manajemen kesehatan

Terkait kondisi pasien dalam menyikapi kesehatannya berdasarkan tingkat pengetahuan,


perubahan persepsi, tingkat kepatuhan dalam menjalani pengobatan dan pola mekanisme
koping terhadap penyakitnya.

 Pola nutrisi dan metabolisme

Efek dari defisiensi insulin akan menyebabkan beberapa kemungkinan seperti polidipsi,
polifagia, poliuria maka dalam memenuhi kebutuhan nutrisi serta dalam proses metabolisme
akan mengalami beberapa perubahan

 Pola eliminasi

Kadar gula yang terlalu tinggi menyebabkan penderita diabetes melitus sering buang air kecil
dengan jumlah urine yang melebihi batas normal.

 Pola istirahat dan tidur

Pada penderita penyakit diabetes melitus biasanya mengalami ketidaknyamanan dalam pola
istirahat dan tidurnya karena diakibatkan adanya tanda dan gejala dari penyakitnya sehingga
harus beradaptasi terkait dengan penyakitnya.

 Pola aktivitas dan latihan

Akibat nyeri dan adanya luka pada kaki penderita diabetes melitus menyebabkan adanya
hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan penderita cenderung mempunyai
keterbatasan dalam mobilitas fisiknya di karenakan kelemahan atau ketidakberdayaan akibat
penyakitnya.

 Pola Kognitif-Perseptual sensori

Pada penderita diabetes melitus cenderung mengalami beberapa komplikasi pada penyakitnya
yang mengakibatkan adanya perubahan dalam persepsi dan mekanisme kopingnya.
 Pola persepsi diri dan konsep diri

Penyakit diabetes melitus akan mengakibatkan perubahan pada fungsional tubuh yang akan
mempengaruhi gambaran diri atau citra diri pada individu yang menderita diabetes.

 Pola mekanisme koping

Akibat penyakit diabetes melitus yang menahun menyebabkan penyakit ini akan
menimbulkan permasalahan baru pada penderitanya termasuk pada pola pemikiran dari
adaptif akan menuju ke maladatif sehingga secara otomatis akan mempengaruhi mekanisme
koping.

 Pola Seksual-Reproduksi

Penyakit diabetes yang menahun dapat menimbulkan kelainan pada organ reproduksi,
penurunan rangsangan dan gairah pada penderitanya

 Pola peran berhubungan dengan orang lain

Penderita diabetes yang mengalami luka yang tak kunjung sembuh akan menyebabkan
dirinya merasa minder atau merasa malu dan cenderung akan menarik diri.

 Pola nilai dan kepercayaan

Akibat dari penyakit diabetes melitus dapat mempengaruhi fungsional struktur tubuh
sehingga dapat menyebabkan perubahan status kesehatan pada penderita diabetes dan akan
mempengaruhi perubahan dalam pelaksanaan kegiatan dalam beribadah.

g. Pemeriksaan fisik Head to Toe

Suatu tindakan dalam memeriksa keseluruhan tubuh pasien dari ujung kepala sampai dengan
ujung kaki dengan menggunakan metode pemeriksaan fisik yaitu inspeksi, palpasi, perkusi,
dan auskultasi yang bertujuan untuk menentukan status kesehatan pasien (MELFIANA,
2021)

2) Diagnosa Keperawatan
penilaian klinis terhadappengalaman atau respon individu, keluarga atau komunitas pada
masalah kesehatan, pada risiko masalah kesehatan atau pada proses kehidupan. Kompleksnya
masalah sistem tubuh pada pasien dengan DM makan akan banyak penyakit yang muncul.
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada pasien DM menurut Tim Pokja PPNI
SDKI (2018), yaitu antara lain:

a. Intoleransi aktivitas.

Intoleransi aktivitas merupakan ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

b. Ketidakstabilan kadar glukosa darah.

Ketidakstabilan kadar glukosa darah merupakan variasi kadar glukosa darah naik atau turun
dari rentang normal.

c. Nyeri akut.

Nyeri akut merupakan pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan
hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan

3) Intervensi Keperawatan.

Intervensi keperawatan merupakan segala tindakan perawatanyang dikerjakan oleh perawat


berdasarkan pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Intervensi dan kriteria hasil menurut Tim Pokja SIKI PPNI dan Tim Pokja SLKI (2018),
diantaranya yaitu:

a. Intoleransi aktivitas.

Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah teratasi dengan kriteria hasil:

o Perasaan lemah menurun.


o Keluhan lelah menurun.
o Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat.
o Kekuatan otot meningkat
Intervensi
1) Observasi. :Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan.

Rasional: Mengetahui gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan sehingga dapat
ditentukan asuhan keperawatan yang sesuai.

2) Terapeutik.:Latihan rentang gerak aktif maupun pasif.

Rasional: Latihan gerak akan membuat pasien terbiasa dan menghindari kekakuan sendi dan
otot.

3) Edukasi. : Anjurkan tirah baring.

Rasional: Membantu menghilangkan rasa letih dan lemah pada pasien.

4) Kolaborasi : Kolaborasi dengan tim medis terkait terapi farmakologi

Rasional: Membantu pasien mengatasi kelemahan

b. Ketidakstabilan kadar glukosa darah.

Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah teratasi dengan kriteria hasil:

o Kadar glukosa dalam darah membaik.


o Kadar glukosa dalam urin membaik.

Intervensi:

1. Observasi Monitor kadar glukosa darah.

Rasional: Untuk memantau kadar gula darah pasien. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia.

Rasional: Mengetahui perkembangan pasien melalui tanda dan gejala.

2. Terapeutik. Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada atau
memburuk.
Rasional: Membantu mengatasi hiperglikemia.

3. Edukasi. Ajarkan pengelolaan diabetes.

Rasional: Memberikan informasi kepada pasien tentang pengelolaan diabetes

4. Kolaborasi. Kolaborasi dengan tim medis mengenai terapi farmakologi.

Rasional: Membantu menyeimbangkan/mengontrol kadar gula darah

c. Nyeri akut.

Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah teratasi dengan kriteria hasil:

o Keluhan nyeri menurun.


o Kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat.

Intervensi:

1. Observasi. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas


nyeri.

Rasional: Mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda


perkembangan /resolusi komplikasi.

2. Terapeutik. Fasilitasi istirahat dan tidur.

Rasional: Menghindari stress dan memberikan pemenuhan istirahat tidur

3. Edukasi. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.

Rasional: Meningkatkan relaksasi dan perasaan sehat.

4. Kolaborasi. Kolaborasi pemberian analgetik.


Rasional: Memberikan penurunan nyeri/tidak nyaman.(Dewi, 2022)

4) Implementasi Keperawatan.

Setelah menyusun rencana asuhan keperawatan, langkahselanjutnya yang akan diterapkan


adalah melakukan tindakan yang nyata untuk mencapai hasil berupa berkurang atau
hilangnya masalah. Implementasi yaitu melaksanakan tindakan keperawatan yang telah
teridentifikasi dalam komponen P atau Perencanaan disertai dengan menuliskan tanggal dan
jam pelaksanaan (Budiono, 2016)

5) Evaluasi

Menurut Budiono (2016),Evaluasi merupakan suatu prosesyang berkelanjutan untuk menilai


efek dari tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi dilakukan terhadap respon pasien
secaara terus-menerus terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Evalusi proses
atau promotif dilakukan setiap selesai(Dewi, 2022)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan asuhan


keperawatan ketidakpatuhan terhadap diet pada klien diabetes melitus melalui beberapa
proses mulai dari pengkajian, merumuskan diagnosa, menyusun rencana tindakan, melakukan
tindakan, dan mengevaluasi tindakan yang diberikan. Pada proses pengkajian hal-hal yang
perlu dikaji meliputi identitas klien,riwayat kesehatan, pemeriksaan diagnostik, dan
pemeriksaan fisik. Pada ketidakpatuhan terhadap diet sesuai dengan fokus diagnosa
keperawatan yang diambil pengkajian difokuskan kepada persepsi dan pengetahuan klien
tentang pentingnya diet bagi penderita diabetes melitus.

Pada diagnosa keperawatan penulis harus menganalisis data-data yang didapat saat
pengkajian. Data tersebut meliputi data subyektif dan dataobyektif, kemudian setelah data-
data tersebut terkumpul dan sesuai dengan tanda gejala yang ada dalam pedoman diagnosa
keperawatan selanjutnya diagnosa keperawatan dapat ditegakkan. Untuk menangani masalah
keperawatan yang ada penulis harusmenentukan rencana tindakan yang tepat sesuai dengan
masalah keperawatan

B. Saran

Dalam penyusunan Laporan Pendahuluan , penulis memiliki saran yang ingin disampaikan,
khususnya :

Saran bagi Mahasiswa Diharapkan bagi mahasiswa yang mendapatkan kasus serupa
dapatmenyempurnakan penulisan Laporan pendahuluan dengan lebih mengkaji faktor
pendukung keluarga terhadap motivasi khususnya pada klien diabetes melitus agar mematuhi
program pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, R. (2022). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diabetes Mellitus. Dm, 130.

MELFIANA. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. M DENGAN


APPENDISITIS DI RUANG BAITUN NISSA 1 RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN
AGUNG SEMARANG. Suparyanto Dan Rosad (2015, 5(3), 248–253.

Reichenbach, A., Bringmann, A., Reader, E. E., Pournaras, C. J., Rungger-Brändle, E., Riva,
C. E., Hardarson, S. H., Stefansson, E., Yard, W. N., Newman, E. A., & Holmes, D.
(2019). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標に関す
る共分散構造分析 Title. Progress in Retinal and Eye Research, 561(3), S2–S3.

Suhartini, K., & Keperawatan, J. (2018). LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN


DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA NY. S DAN NY. T DENGAN FOKUS STUDI
KETIDAKPATUHAN TERHADAP DIET DI RSUD TIDAR KOTA MAGELANG KTI
Disusun untuk memenuhi syarat mata kuliah Tugas Akhir pada Program Studi D III
Keperawatan Magelang Oleh : PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
MAGELANG.

Anda mungkin juga menyukai