Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH FARMASI KOMUNITAS

“KONSELING FARMASI KOMUNITAS OBAT DIABETES MELITUS PASIEN DI


APOTEK”

Dosen Pengampu:

Nur Fahma, M.Farm., Apt

Disusun Oleh Kelompok :

1. Tipuk Nawangsasi (19650246)


2. Ellyana Esa Lintoni (19650249)
3. Tiara Permata Sari (19650250)
4. Windi Cantika Putri (19650252)
5. Corry Aprilia Putri (19650253)

Kelas : Farmasi 7A

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KADIRI

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena berkat rahmat
dan karunia-Nyalah sehingga Makalah Farmasi Komunitas ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.

Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini,
maka saya mengucapkan terimakasih kepada Ibu Nur Fahma, M.Farm., Apt selaku dosen
mata kuliah Farmasi Komunitas yang telah menyerahkan kepercayaannya kepada kami guna
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Kami juga berharap agar makalah ini berguna serta bermanfaat dalam meningkatkan
pengertahuan sekaligus wawasan terkait Konseling Farmasi Komunitas Obat Diabetes
Melitus Pasien Di Apotek. Selain itu kami juga sadar bahwa pada makalah ini banyak
kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami bersedia menerima kritik dan
saran untuk kemudian dapat kami revisi dan tulis di masa yang selanjutnya, sebab sekali lagi
kami menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran yang
konstruktif.

Di akhir kami berharap makalah sederhana ini dapat dimengerti oleh setiap pihak
yang membaca. Kamipun memohon maaf yang sebesarnya apabila dalam makalah ini
terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati. Terimakasih

Kediri, 24 Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan Masalah...........................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
2.1 Pengertian Diabetes Melitus........................................................................................3
2.2 Klasifikasi Diabetes Melitus........................................................................................3
2.3 Patofisiologi Diabetes Melitus....................................................................................4
2.4 Etiologi diabetes mellitus............................................................................................4
2.5 Tanda dan gejala Diabetes Melitus..............................................................................5
2.6 Faktor resiko Diabetes Melitus....................................................................................5
2.7 Penatalaksanaan terapi diabetes mellitus.....................................................................6
2.8 Peran apoteker dalam penatalaksanaan diabetes mellitus di apotek.........................11
BAB III.....................................................................................................................................17
PENUTUP................................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18
LAMPIRAN.............................................................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes Mellitus didefinisikan sebagai suatu gangguan metabolisme tubuh
yang mengakibatkan darah mengandung terlalu banyak gula disertai dengan gangguan
metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat dari insufisiensi fungsi
insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh gangguan produksi insulin oleh sel-
sel beta langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-
sel tubuh terhadap insulin. Diabetes mellitus yang banyak terjadi adalah diabetes
mellitus tipe 2. Diabetes Melitus tipe 2 merupakan penyakit yang perlu diberikan
perawatan khusus agar tidak semakin parah dan tidak mengalami komplikasi yang
dapat menimbulkan masalah kesehatan baik makroangiopati maupun mikroangiopati
(Depkes RI, 2005).
Menurut Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan (Dirjen P2PL) tahun 2013, International Diabetes Federation (IDF) pada
tahun 2012 menyatakan bahwa lebih dari 371 juta orang di dunia yang berumur 20-79
tahun menderita diabetes. Terdapat sebanyak 95% dari populasi dunia yang menderita
diabetes mellitus tipe 2. Indonesia merupakan negara urutan ke-7 dengan prevalensi
diabetes tertinggi di bawah Cina, India, USA, Brazil, Rusia dan Mexico. Berdasarkan
data Badan Pusat Statistik Indonesia jumlah penduduk Indonesia dengan prevalensi
diabetes melitus tipe 2 di daerah urban sebesar 14,7% dan daerah rural 7,2% dan
diperkirakan pada tahun 2030 jumlah penduduk dengan asumsi prevalensi diabetes
melitus tipe 2 mencapai 12 juta penderita. Sementara Provinsi Jawa Timur masuk
dalam 10 besar prevalensi penderita diabetes se-Indonesia. Data Profil Kesehatan
Dinkes Jatim menunjukkan bahwa tahun 2012, berdasarkan jumlah kasus penyakit
terbanyak pada pasien rawat jalan disebuah rumah sakit tipe B sejumlah 24 rumah
sakit terdapat kasus diabetes mellitus sebanyak 102.399 (Dinkes Jatim, 2012). Dan
pada kota Malang, diabetes mellitus merupakan penyakit tertinggi ke-4 setelah ISPA,
hipertensi, influenza. Tahun 2015 terdapat sekitar 5.905 pasien diabetes mellitus baru
di Kota Malang. Menurut Dinas Kesehatan Kota Malang tahun 2014 terdapat 41,68%
(16.671 orang) termasuk kategori obesitas dengan jumlah laki laki 35% (3.028 orang)
dan perempuan 43% (13.643 orang).

1
Obesitas merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya diabetes
mellitus tipe 2 (Depkes RI, 2005). Tingginya prevalensi diabetes melitus tipe 2
disebabkan oleh faktor resiko yang tidak dapat berubah seperti jenis kelamin, umur,
dan faktor genetik. Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor resiko yang dapat diubah
seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, aktivitas fisik, konsumsi alkohol, Indeks Masa
Tubuh (Restyana, 2015).
Apotek merupakan tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran
sediaan farmasi serta perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat (Depkes RI,
2002). Peran apoteker adalah melakukan pelayanan kefarmasian (pharmaceutical
care) yang merupakan bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi
apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
(Depkes RI, 2004).
Salah satu bentuk pelayanan kefarmasian yang dilakukan apoteker adalah
pemberian konseling. Konseling obat merupakan penyampaian dan memberitahukan
nasehat-nasehat yang berkaitan dengan obat, yang didalamnya terdapat diskusi timbal
balik suatu pendapat atau opini (Siregar, 2004). Konseling pada umumnya diberikan
pada pasien dengan penyakit kronik seperti diabetes mellitus. Pemberian konseling
sangat penting untuk meningkatkan kemampuan pasien diabetes mellitus dalam
melakukan manajemen diri. Kegagalan untuk mengontrol gula darah dalam jangka
panjang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai penyakit dan pengobatan.
Pengetahuan yang minim tentang diabetes mellitus akan berpotensi menimbulkan
komplikasi penyakit dan hal ini akan menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat
(Agustina, 2009).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah kami adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari diabetes melitus ?
2.

1.3 Tujuan Masalah


Dapat dilihat dari rumusan masalah diatas, maka tujuan dari masalah tersebut adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian dari diabetes melitus

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Diabetes Melitus


Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti pipa air melengkung untuk
mengalirkan air secara terus menerus. Diabetes mellitus adalah gangguan
metabolisme yang secara genetik dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi
berupa hilangnya toleransi karbohidrat. Pada penyakit ini glukosa tidak dapat diproses
masuk kedalam sel untuk dimanfaatkan sebagai energi, sehingga kadar glukosa dalam
darah meningkat (hiperglikemia) (Nugroho, 2015).
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu gejala klinis yang ditandai dengan
peningkatan glukosa darah plasma (hiperglikemia) (Ferri, 2015). Kondisi
hiperglikemia pada DM yang tidak dikontrol dapat menyebabkan gangguan serius
pada sistem tubuh, terutama saraf dan pembuluh darah (World Health Organization,
2017).

2.2 Klasifikasi Diabetes Melitus


Organisasi profesi yang berhubungan dengan Diabetes Melitus seperti
American Diabetes Association (ADA) telah membagi jenis Diabetes Melitus
berdasarkan penyebabnya. PERKENI dan IDAI sebagai organisasi yang sama di
Indonesia menggunakan klasifikasi dengan dasar yang sama seperti klasifikasi yang
dibuat oleh organisasi yang lainnya (Perkeni, 2015).
Klasifikasi Diabetes Melitus berdasarkan etiologi menurut Perkeni (2015)
adalah sebagai berikut :
a. Diabetes melitus (DM) tipe 1 Diabetes Melitus yang terjadi karena
kerusakan atau destruksi sel beta di pancreas kerusakan ini berakibat pada
keadaan defisiensi insulin yang terjadi secara absolut. Penyebab dari
kerusakan sel beta antara lain autoimun dan idiopatik.
b. Diabetes melitus (DM) tipe 2 Penyebab Diabetes Melitus tipe 2 seperti
yang diketahui adalah resistensi insulin. Insulin dalam jumlah yang cukup
7 tetapi tidak dapat bekerja secara optimal sehingga menyebabkan kadar
gula darah tinggi di dalam tubuh. Defisiensi insulin juga dapat terjadi
secara relatif pada penderita Diabetes Melitus tipe 2 dan sangat mungkin
untuk menjadi defisiensi insulin absolut.

3
c. Diabetes melitus (DM) tipe lain Penyebab Diabetes Melitus tipe lain
sangat bervariasi. DM tipe ini dapat disebabkan oleh efek genetik fungsi
sel beta, efek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas,
endokrinopati pankreas, obat, zat kimia, infeksi, kelainan imunologi dan
sindrom genetik lain yang berkaitan dengan Diabetes Melitus.
d. Diabetes melitus Gestasional adalah diabetes yang muncul pada saat
hamil. Keadaan ini terjadi karena pembentukan beberapa hormone pada
ibu hamil yang menyebabkan resistensi insulin (Tandra, 2018).

2.3 Patofisiologi Diabetes Melitus


Pankreas adalah kelenjar penghasil insulin yang terletak di belakang lambung.
Di dalamnya terdapat kumpulan sel yang berbentuk seperti pulau dalam peta,
sehingga disebut dengan pulau-pulau langerhans pankreas. Pulau-pulau ini berisi sel
alpha yang menghasilkan hormon glukagon dan sel beta yang menghasilkan hormon
insulin. Kedua hormon ini bekerja secara berlawanan, glukagon meningkatkan
glukosa darah sedangkan insulin bekerja menurunkan kadar glukosa darah
(Schteingart, 2006).
Insulin yang dihasilkan oleh sel beta pankreas dapat diibaratkan sebagai anak
kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel. Dengan bantun
GLUT 4 yang ada pada membran sel maka insulin dapat menghantarkan glukosa
masuk ke dalam sel. Kemudian di dalam sel tersebut glukosa di metabolisasikan
menjadi ATP atau tenaga. Jika insulin tidak ada atau berjumlah sedikit, maka glukosa
tidak akan masuk ke dalam sel dan akan terus berada di aliran darah yang akan
mengakibatkan keadaan hiperglikemia (Soegondo, 2009). Pada diabetes mellitus tipe
2 jumlah insulin berkurang atau dapat normal, namun reseptor di permukaan sel
berkurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan lubang kunci masuk pintu ke dalam
sel. Meskipun anak kuncinya (insulin) cukup banyak, namun karena jumlah
lubangnya (reseptornya) berkurang maka jumlah glukosa yang masuk ke dalam sel
akan berkurang juga (resistensi insulin). Sementara produksi glukosa oleh hati terus
meningkat, kondisi ini menyebabkan kadar glukosa meningkat (Schteingart, 2006).

2.4 Etiologi diabetes mellitus


Etilogi atau penyebab Diabetes Melitus (DM) adalah yaitu genetik atau faktor
keturunan, yang mana penderita Diabetes Melitus yang sudah dewasa lebih dari 50%
berasal dari keluarga yang menderita Diabetes Melitus dengan begitu dapat dikatakan

4
bahwa Diabetes Melitus cenderung diturunkan, bukan ditularkan. Faktor lainnya yaitu
nutrisi, nutrisi yang berlebihan (overnutrition) merupakan faktor risiko pertama yang
diketahui menyebabkan Diabetes Melitus, semakin lama dan berat obesitas akibat
nutrisi berlebihan, semakin besar kemungkinan terjangkitnya Diabetes Melitus (dr
Prapti dan Tim Lentera, 2003). Sering mengalami stress dan kecanduan merokok juga
merupakan faktor penyebab Diabetes Melitus.

2.5 Tanda dan gejala Diabetes Melitus


Diabetes seringkali muncul tanpa gejala. Namun demikian ada beberapa gejala
yang harus diwaspadai sebagai isyarat kemungkinan terjadinya diabetes. Gejala
tipikal yang sering dirasakan penderita diabetes antara lain poliuria (sering buang air
kecil), polidipsia (sering haus), dan polifagia (banyak makan/mudah lapar). Selain itu
sering pula muncul keluhan penglihatan kabur, koordinasi gerak anggota tubuh
terganggu, kesemutan pada tangan atau kaki, timbul gatal-gatal yang seringkali sangat
mengganggu (pruritus), dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas (Depkes RI,
2005).
 Pada DM Tipe I gejala klasik yang umum dikeluhkan adalah poliuria,
polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, cepat merasa lelah (fatigue),
iritabilitas, dan pruritus (gatal-gatal pada kulit). ƒ
 Pada DM Tipe 2 gejala yang dikeluhkan umumnya hampir tidak ada. DM Tipe
2 seringkali muncul tanpa diketahui, dan penanganan baru dimulai beberapa
tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah
terjadi. Penderita DM Tipe 2 umumnya lebih mudah terkena infeksi, sukar
sembuh dari luka, daya penglihatan makin buruk, dan umumnya menderita
hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, dan juga komplikasi pada pembuluh darah
dan syaraf.

2.6 Faktor resiko Diabetes Melitus


2.6.1 Gen Diabetes Dalam Keluarga
Gen merupakan sel pembawa sifat yang dapat diwariskan orang tua kepada
turunannya. Pembawaan sifat diabetes tipe 2 memang belum dapat dipastikan,
tetapi kecenderungan penurunan sifat diabetes tipe 2 diketahui lebih kuat dari tipe
1. Apabila kedua orang tua menderita diabetes, anak memiliki resiko 30% terkena
diabetes (Nurrahmani, 2012).
2.6.2 Insulin dan Gula Darah

5
Makanan merupakan agen yang meningkatkan kadar gula dalam tubuh. Pada
proses makan, makanan yang dimakan akan dicerna di dalam saluran cerna dan
kemudian akan diubah menjadi suatu bentuk gula yang disebut glukosa.
Selanjutnya glukosa akan diserap oleh dinding usus dan kemudian diedarkan ke
aliran darah. Oleh karena itu semakin banyak makanan yang dimakan, gula yang
dihasilkan akan semakin tinggi, jika pada sel beta pangkreas terjadi gangguan
akan menyebabkan hiperglikemik (Nurrahmani, 2012).
2.6.3 Obesitas dan Resitensi Insulin
Pada obesitas, sel-sel lemak yang menggemuk akan menghasilkan beberapa zat
yang digolongkan sebagai adipositokin yang jumlahnya lebih banyak dari orang
normal. Adipositokin inilah yang menyebabkan terjadinya resistensi insulin.
Resistensi insulin terjadi karena reseptor insulin tidak sensitif terhadap gula.
Akibat resistensi insulin ini gula sulit masuk kedalam sel sehingga darah tetap
tinggi (hiperglikemik) dan menyebabkan diabetes tipe 2 (Nurrahmani, 2012).
2.6.4 Asma, KB dan Diabetes
Pada obat asma dan KB terkandung hormon steroid. Hormon steroid ini bekerja
berlawanan dengan insulin yaitu menaikkan kadar gula darah. Steroid dengan
dosis tinggi dapat menyebabkan diabetes dan dapat dihilangkan jika penggunaan
obat dihentikan (Nurrahmani, 2012).

2.7 Penatalaksanaan terapi diabetes mellitus


2.7.1 Terapi farmakologi
Obat-obat hipoglikemik oral dibagi menjadi beberapa golongan, diantaranya:
(Richard dan Harvey, 2009).
1. Insulin Secretagogue
Insulin secretagogue atau agen perangsang sekresi insulin ini berguna dalam
penatalaksanaan pasien yang mengalami diabetes tipe 2 yang tidak dapat
diterapi dengan diet saja. Obat hipoglikemik oral memberikan respon yang
baik kepada pasien diabetes yang berusia lebih dari 40 tahun dan telah
mengalami diabetes kurang dari 5 tahun. Obat-obat hipoglikemik oral tidak
boleh diberikan kepada pasien dengan diabetes tipe 1.
Obat-obat hipoglikemik yang termasuk golongan ini adalah:
 Sulfonilurea

6
Mekanisme kerja sulfonilurea : melepaskan insulin dari sel-sel β
pankreas dengan cara menghambat kanal Ksensitif ATP,
mengakibatkan depolarisasi dan pemasukan Ca2+, menurunkan
produksi glukosa hepatik, dan meningkatkan sensitivitas perifer
terhadap insulin. Obat-obat primer yang digunakan saat ini adalah
tolbutamide dan derivat generasi kedua, glyburide, glupizide, dan
glimepiride.
Farmakokinetik dan metabolisme obat : diberikan per oral,
dimetabolisme dalam hepar dan diekskresikan oleh hati atau ginjal.
Tolbutamide memiliki durasi kerja yang pendek (6-12 jam), sedangkan
agen generasi kedua selama sekitar 24 jam.
Efek Samping : dapat menyebabkan kenaikan berat badan,
hiperinsulinemia, dan hipoglikemia. Obat-obat ini harus digunakan
secara hati-hati pada pasien dengan infusiensi hati atau ginjal karena
ekskresi obat yang lambat dapat mengakibatka akumulasi sehingga
menyebabkan hipoglikemia.
 Analog Meglitinide
Mekanisme kerja obat repaglinide dan nateglinide : memiliki kerja
yang efektif dalam pelepasan dini insulin yang terjadi setelah makan
sehingga dikategorikan sebagai regulator glukosa postprandial.
Pemberian kombinasi obat ini dengan metformin atau glitazone
tampaknya lebih baik daripada monoterapi dengan salah satu dari dua
agen tesebutdalam perbaikan kontrol glikemik. Meglitinide tidak boleh
digunakan dalam bentuk kombinasi dengan sulfonilurea karena
mekanisme kerjanya yang tumpang tindih. Farmakokinetik dan
metabolisme obat ini : diabsorbsi dengan baik per oral setelah 1-30
menit sebelum makan. Meglitinide dimetabolisme menjadi produk
inaktif oleh CYP3A4 di hati dan diekskresi melalui empedu.
Efek samping obat ini : meskipun dapat menyebabkan hipoglikemia,
insidensi efek samping ini lebih rendah dibandingkan sulfonilurea.
2. Penyensitisasi Insulin
Penyensitisasi insulin memiliki dua golongan yaitu biguanid dan
thiazolidinedione yang bekerja memperbaiki kerja insulin dengan

7
menurukan kadar glukosa darah dengan memperbaiki respon sel target
terhadap insulin tanpa meningkatkan sekresi insulin oleh pankreas.
 Biguanid
Satu-satunya obat biguanid yang masih tersedia adalah metformin,
obat ini meningkatkan ambilan glukosa dan penggunaannya oleh
jaringan – jaringan target sehingga menurunkan resistensi insulin.
Mekanisme kerja utama metformin : reduksi keluaran glukosa
hepatik yang sebagian besar menghambat glukoneogenesis hepatik.
Sifat obat ini yang sangat penting adalah kemampuannya untuk
menurunkan hiperlipidemia dalam batas sedang (konsentrasi kolesterol
lipoprotein berdensitas rendah/ LDL) dan lipoprotein berdensitas
sangat rendah/ VLDL) menurun dan kolesterol lipoprotein berdensitas
tinggi/ HDL) meningkat. Efek ini dapat tidak muncul hingga 4-6
minggu penggunaan.
Algoritme terapi ADA merekomendasikan metformin sebagai obat
pilihan untuk diabetes tipe 2 yang baru terdiagnosis.
Farmakokinetik dan metabolisme obat : diabsorbsi dengan baik per
oral, tidak berikatan dengan protein serum dan tidak dimetabolisme.
Ekskresinya melalui urine.
Efek samping : sebagian besar pada saluran cerna.
Kontraindikasi : pada diabetes dengan penyakit ginjal, infark
miokardium akut, infeksi berat, atau ketoasidosis diabetikum. Obat ini
harus digunakan secara hati-hati pada pasien yang berusia lebih dari 80
tahun atau yang memiliki riwayat penyakit jantung kongestif atau
penyalahgunaan alkohol. Manfaat lain metformin : selain untuk
terapi diabetes tipe 2, metformin berfungsi sebagai terapi penyakit
ovarium polikistik.
 Thiazolidinedione atau glitazone
Golongan lain dari penyensitisasi insulin adalaha thiazolidinedione
(TZD) atau yang lebih dikenal dengan glitazone. Troglitazone
merupakan obat pertama dari golongan ini yang disetujui untuk terapi
diabetes tipe 2. Tetapi telah ditarik setelah sejumlah kematian akibat

8
hepatotoksisitas dilaporkan. Saat ini, dua anggota kelompok ini telah
tersedia pioglitazone dan rosiglitazone.
Farmakokinetik dan metabolisme : diabsorbsi sangat baik pada
pemberian oral dan berikatan secara luas dengan serum albumin.
Metabolisme rosiglitazone terutama diekskresikan kedalam urine.
Tidak ada penyesuaian dosis yang dibutuhkan pada kerusakan ginjal.
Obat ini disarankan untuk tidak digunakan pada ibu yang menyususi.
Efek samping : peningkatan berat badan, pusing, anemia.
Manfaat lain: seperti pada metformin, pemulihan resistensi insulin
dengan TZD dapat menyebabkan ovulasi kembali terjadi pada wanita-
wanita pramenopause yang memiliki sindrom ovarium polikistik.
3. Penghambat α- Glukosidase
Acarbose dan miglitol merupakan obat-obat peroral yang aktif yang
digunakan untuk terapi pasien dengan diabetes tipe 2.
Mekanisme kerja obat : bekerja menunda pencernaan karbohidrat
sehingga mengakibatkan penurunan kadar glukosa postprandial. Kedua
obat ini menghasilkan efek dengan menghambat α-glukosidase yang
terikat membran secara reversibel pada batas vili usus. Enzim ini
bertanggung jawab pada hidrolisis oligosakarida menjadi glukosa dan
gula-gula lainnya.
Farmakokinetik acarbose: diabsorbsi dengan buruk. Obat ini
dimetabolisme terutama oleh bakteri usus dan beberapa metabolit tersebut
diabsorbsi dan diekskresi dalam urine. Dipihak lain, miglitol diabsorbsi
dengan sangat baik, tetapi tidak memiliki efek sistemis. Obat ini
diekskresikan tanpa diubah oleh ginjal.
Efek samping : kembung, kram abdomen dan diare. Pasien yang
mengalami penyakit usus inflamasi, ulserasi kolon, atau obstruksi usus
tidak boleh menggunakan obat ini.
4. Penghambat DPP IV
Sitagliptin merupakan penghambat DPP IV yang aktif per oral dan
digunakan untuk terapi pasien dengan diabetes tipe 2. Saat ini, agen-agen
lain dalam masa ini sedang melakukan pengembangan untuk golongan
obat ini.

9
Mekanisme kerja sitagliptin : menghambat enzim DPP IV yang
bertanggung jawab untuk inaktivasi hormon-hormon incretin.
Pemanjangan aktivitas hormon-hormon incretin mengakibatkan
peningkatan pelepasan insulin sebagai respon terhadap makan dan reduksi
sekresi glukagon yang tidak sesuai. Sitagliptin dapat digunakan sebagai
monoterapi atau dalam bentuk kombinasi dengan sulfonilurea, metformin,
atau glitazone.
Farmakokinetik dan metabolisme : obat sitagliptin diabsorbsi dengan
baik pada pemberian oral. Makanan tidak mempengaruhi luas absorbsi.
Sebagian besar sitagliptin diekskresi tanpa diubah dalam urine.
Penyesuaian dosis direkomendasikan untuk pasien dengan disfungsi ginjal.
Efek samping : yang paling sering terjadi adalah nasofaringitis, nyeri
kepala.
2.7.2 Terapi non farmakologi
 Diet
Mengatur nutrisi merupakan kunci keberhasilan
penatalaksanaan diabetes. Diet yang dianjurkan adalah makanan
dengan komposisi yang seimbang yaitu, karbohidrat 60-70%, protein
10-15% dan lemak 20-25%. Jumlah kalori disesuaikan dengan
pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut dan kegiatan fisik, yang
pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan mempertahankan berat
badan ideal. Penurunan berat badan telah dibuktikan dapat mengurangi
resistensi insulin dan memperbaiki respons sel-sel β terhadap stimulus
glukosa. Selain jumlah kalori, pilihan jenis bahan makanan juga
sebaiknya diperhatikan. Masukan kolesterol tetap diperlukan, namun
jangan melebihi 300 mg per hari. Sumber lemak diupayakan yang
berasal dari bahan nabati, yang mengandung lebih banyak asam lemak
tak jenuh dibandingkan asam lemak jenuh. Sebagai sumber protein
sebaiknya diperoleh dari ikan, ayam (terutama daging dada), tahu dan
tempe, karena tidak banyak mengandung lemak. Masukan serat sangat
penting bagi penderita diabetes, diusahakan paling tidak 25 g per hari.
Disamping akan menolong menghambat penyerapan lemak, makanan
berserat yang tidak dapat dicerna oleh tubuh juga dapat membantu

10
mengatasi rasa lapar yang kerap dirasakan penderita DM tanpa risiko
masukan kalori yang berlebih. Disamping itu makanan sumber serat
seperti sayur dan buahbuahan segar umumnya kaya akan vitamin dan
mineral.
 Olahraga
Menurut Mosby’s Medical Dictionary (2009), olahraga adalah
aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, atau
memelihara kesegaran jasmani (fitness) atau sebagai terapi untuk
memperbaiki kelainan atau mengembalikan fungsi organ dan fungsi
fisiologis tubuh. Olahraga merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan ketahanan fisik sekaligus sebagai upaya memelihara
kesehatan dan kebugaran. Latihan fisik merupakan suatu upaya untuk
mengurangi kelebihan lemak sekaligus untuk mencapai tingkat
kesegaran jasmani yang baik serta dapat meningkatkan kemampuan
fungsional (Kusumaningtyas, 2011).

2.8 Peran apoteker dalam penatalaksanaan diabetes mellitus di apotek


Penatalaksanaan diabetes yang berhasil membutuhkan kerjasama yang erat
dan terpadu dari penderita dan keluarga dengan para tenaga kesehatan yang
menanganinya, antara lain dokter, apoteker, dan ahli gizi. Pentingnya peran apoteker
dalam keberhasilan pengelolaan diabetes ini menjadi lebih bermakna karena penderita
diabetes umumnya merupakan pelanggan tetap apotek, sehingga frekuensi pertemuan
penderita diabetes dengan apoteker di apotik mungkin lebih tinggi daripada
pertemuannya dengan dokter. Peluang ini harus dapat dimanfaatkan seoptimal
mungkin oleh para apoteker dalam rangka memberikan pelayanan kefarmasian yang
profesional. Apa lagi, sebagaimana yang diketahui, pada saat ini tingkat pengetahuan
kesehatan masyarakat umumnya masih perlu ditingkatkan, sehingga perhatian,
pendampingan dan konseling yang intensif dari para tenaga kesehatan sangat
diharapkan.
Kebanyakan pasien dengan diabetes tidak mendapatkan perawatan optimal,
seringkali kadar gula tidak terkontrol dengan baik. Masalah ini memberikan
kesempatan kepada apoteker untuk memberikan kontribusinya dalam perawatan
pasien dengan diabetes. Menurut The National Community Pharmacists Association’s
National Institute for Pharmacist Care Outcome di USA, kontribusi apoteker berfokus

11
kepada pencegahan dan perbaikan penyakit, termasuk mengidentifikasi dan menilai
kesehatan pasien, memonitor, mengevaluasi, memberikan pendidikan dan konseling,
melakukan intervensi, dan menyelesaikan terapi yang berhubungan dengan obat untuk
meningkatkan pelayanan ke pasien dan kesehatan secara keseluruhan. Kontribusi
apoteker ini pada intinya adalah penatalaksanaan penyakit, berarti mencakup terapi
obat dan non-obat.
 Mengidentifikasi dan Menilaian Kesehatan pasien
Apoteker dapat mengidentifikasi pasien-pasien yang tidak menyadari
kalau mereka menderita diabetes. Identifikasi mentargetkan pasien-pasien
dengan resiko tinggi, termasuk pasien obese, pasien > 40 tahun, pasien
dengan tekanan darah tinggi atau dislipidemia, pasien dengan sejarah
keluarga diabetes, dan pasien yang mempunyai sejarah gestasional
diabetes atau melahirkan anak dengan berat badan > 4,5 kg. Pasien-pasien
ini dapat di identifikasi pada saat mereka mengambil obat di apotik/rumah
sakit. Apoteker dapat menyarankan pasien untuk memeriksakan kadar gula
darahnya. Menilai status kesehatan pasien dengan diabetes dan membuat
rencana jangka pendek dan jangka panjang merupakan suatu tantangan
bagi apoteker, terutama di farmasi komunitas dimana akses ke data
laboratorium terbatas. Berdasarkan ADA disarankan untuk menilai
keperluan pasien dan meyakinkan agar perawatan standar terpenuhi.
 Merujuk pasien
Salah satu peran apoteker yang tidak kalah penting adalah merujuk pasien
kepada tim perawatan diabetes lainnya seperti bagian gizi, poliklinik mata,
pediatris, gigi dan lainnya bila diperlukan. Depresi juga sering dijumpai
pada pasien diabetes, sehingga dapat dirujuk ke bagian penyakit jiwa bila
diperlukan.
 Memantau Penatalaksanaan diabetes
Pemantauan terhadap kondisi penderita dapat dilakukan apoteker pada saat
pertemuan konsultasi rutin atau pada saat penderita menebus obat, atau
dengan melakukan hubungan telepon. Pemantauan kondisi penderita
sangat diperlukan untuk menyesuaikan jenis dan dosis terapi. Apoteker
harus mendorong penderita untuk melaporkan keluhan ataupun gangguan
kesehatan yang dirasakannya sesegera mungkin. Apoteker harus bekerja
sama dengan tim kesehatan lainnya dalam penyesuaian dosis obat

12
hipoglikemik oral (OHO). Kebanyakan morbiditas dan mortalitas pada
pasien diabetes disebabkan karena komplikasi, antara lain komplikasi
makrovaskular.
Hasil penelitian menunjukkan, penurunan kadar gula saja dapat tidak dapat
menurunkan komplikasi makrovaskular. Oleh karena itu ada area lain dari
diabetes yang harus diperhatikan untuk menurunkan mortalitas dan
morbiditas secara keseluruhan, antara lain:
 Tekanan darah (target < 130/80 mm Hg)
 LDL kolesterol (target < 100 mg/dl)
 Penggunaan aspirin untuk pasien DM dengan hipertensi dan resiko
jantung
 Pemeriksaan mata, kaki, gigi (1x/tahun)
 Vaksinasi influenza dan pneumokokal

Penjelasan diberikan kepada pasien mengenai target dan


diharapkan pasien mengerti mengapa monitoring memegang peranan
penting dalam terapi pencegahan.

 Menjaga dan meningkatkan kepatuhan pasien.


Salah satu faktor utama kegagalan sebuah terapi adalah ketidakpatuhan
terhadap terapi. Salah satu upaya penting untuk meningkatkan kepatuhan
pasien terhadap terapi adalah konseling dan pemberian informasi yang
lengkap dan akurat tentang terapi tersebut. Di dalam hal ini,
farmasis/apoteker berada di posisi kunci untuk memberi penjelasan umum
maupun khusus tentang terapi yang dijalani pasien, baik farmakoterapi
maupun nonfarmakoterapi.
Untuk membantu meyakinkan bahwa pasien menjalankan terapi dengan
baik, farmasis/apoteker dapat mengajukan pertanyan-pertanyaan ketika
pasien datang berkonsultasi atau menebus obat, antara lain:
 Kapan Anda terakhir kali melakukan pemeriksaan kadar gula darah
Anda, dan bagaimana hasilnya?
 Obat diabetes apa yang Anda gunakan secara rutin? Bagaimana
dosisnya? Apakah Anda mengalami kesulitan memenuhi dosis

13
tersebut? Bagaimana Anda menyimpan obat-obat diabetes Anda di
rumah?
 Apakah Anda menggunakan insulin? Apa merek insulin yang Anda
gunakan? Apakah Anda mengalami kesulitan dalam menggunakan
insulin sesuai dosis yang disarankan dokter? Bagaimana Anda
menyimpan insulin di rumah?
 Apakah Anda mengkonsumsi obat-obat lain atau suplemen
makanan tertentu selain obat diabetes yang diresepkan dokter?
Misalnya obat hipertensi, obat sakit kepala, sakit gigi, obat batuk,
obat penenang, obat tidur, obat antiinfeksi dan lain sebagainya.
Apakah Anda mendapatkan obat tersebut dengan resep dokter atau
membeli bebas? Apakah Anda menggunakannya secara rutin,
sering atau sesekali saja?
 Apakah Anda melakukan diet sesuai dengan saran dokter atau ahli
gizi Anda?
 Apakah Anda berolah raga secara teratur? Apa olah raga rutin yang
Anda lakukan?
 Apakah Anda memiliki keluhan-keluhan pada kulit, kaki, mulut
dan gigi, mata, telinga atau keluhan lainnya?
 dan pertanyaan-pertanyaan lain yang sesuai

Membantu penderita mencegah dan mengatasi komplikasi ringan.


Mencegah dan mengatasi komplikasi diabetik adalah salah satu hal penting
dalam pengelolaan diabetes. Informasi mengenai komplikasi yang mungkin
muncul menyertai diabetes sangat penting disampaikan kepada penderita dan
keluarganya agar dapat melakukan antisipasi seperlunya.

Disamping itu, apoteker juga dapat terlibat langsung dalam tindakan-


tindakan pencegahan dan pengendalian komplikasi yang muncul. 68
Menjawab pertanyaan penderita dan keluarga mengenai DM Seorang apoteker
dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan penderita dan keluarganya tentang
segala hal menyangkut diabetes dan pengelolaannya, sesuai dengan
kompetensinya, misalnya tentang penyebab penyakit dan bagaimana gejala-
gejala yang harus diwaspadai, tentang berbagai pemeriksaan diagnostik yang

14
harus dilakukan, hal-hal apa yang harus dihindari untuk mencegah atau
memperlambat perkembangan penyakit, tentang terapi obat dan efek samping
obat, tentang komplikasi dan pencegahannya, sampai pada perawatan kaki,
kulit, mulut dan gigi dan lain sebagainya.

Memberikan Pendidikan dan Konseling Tujuan pendidikan kepada


pasien adalah untuk memberikan pengetahuan dan kemampuan kepada pasien
untuk berpartisipasi dalam pengobatannya. Penelitian menunjukkan bahwa
pasien yang tidak pernah mendapat pendidikan mengenai diabetes, resiko
untuk komplikasi major meningkat 4 kali lipat. Berikut ini adalah materi inti
untuk pendidikan yang komprehensif yang dapat diberikan kepada pasien
diabetes (Sumber: National Standard for diabetes self-management education,
Diabetes Care 2005)

● Definisi diabetes, proses penyakit, dan pilihan pengobatan

● Terapi nutrisi

● Aktivitas fisik

● Penggunaan obat

● Memonitor kadar gula sendiri

● Mencegah, mendeteksi, dan mengobati komplikasi-komplikasi akut


dan kronis

● Target untuk mencapai hidup sehat

● Menyesuaikan sendiri perawatan dalam kehidupan sehari-hari


(problem solving)

● Penyesuaian psikososial dalam kehidupan sehari-hari Pendidikan


kepada pasien dapat diberikan dalam 3 tahap:

● Tahap I : Segera dilaksanakan setelah pasien di diagnosa


dengan DM sehingga dapat membantu mengatasi
kebingungan, syok, terkejut dan lain sebagainya.
Apoteker berusaha membantu pasien memahami
dan menerima diagnosis.

15
● Tahap II : Memberikan informasi yang lebih dalam, dengan
berfokus pada masalah yang telah teridentifikasi
sewaktu menilai pasien (misalnya peripheral
neuropathy) dan hal-hal lain yang mungkin dapat
diantisipasi ( misalnya mengatasi reaksi
hipoglikemi). Kegunaan dan cara minum obat
yang benar (misalnya obat hipoglikemik oral, obat
antidislipidemia, obat antihipertensi, aspirin)
harus dijelaskan

● Tahap III : Memberikan pendidikan berkelanjutan untuk


menekankan konsep, meningkatkan dan menjaga
motivasi , dan berupaya agar pasien dapat
mengurus dirinya dan peduli terhadap
kesehatannya Catatan: diperlukan pendekatan tim
ahli kesehatan dalam pendidikan kepada pasien
diabetes. Pengetahuan yang diperoleh apoteker
dari etiologi, patofisiologi, terapi obat dan non-
obat untuk diabetes dapat digunanakan untuk
pendidikan kepada pasien dengan bahasa yang
disesuaikan untuk awam.

16
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu gejala klinis yang ditandai dengan
peningkatan glukosa darah plasma (hiperglikemia) (Ferri, 2015). Kondisi
hiperglikemia pada DM yang tidak dikontrol dapat menyebabkan gangguan serius
pada sistem tubuh, terutama saraf dan pembuluh darah (World Health Organization,
2017).
Etilogi atau penyebab Diabetes Melitus (DM) adalah yaitu genetik atau faktor
keturunan, yang mana penderita Diabetes Melitus yang sudah dewasa lebih dari 50%
berasal dari keluarga yang menderita Diabetes Melitus dengan begitu dapat dikatakan
bahwa Diabetes Melitus cenderung diturunkan, bukan ditularkan.
Faktor resiko Diabetes Melitus:
1. Gen Diabetes Dalam Keluarga
2. Insulin Gula Darah
3. Obesitas dan Resistens Insulin
4. Asma, KB dan Diabetess
Penata Laksanaan terapi Diabetes Melitus:
Terapi Farmakologi:
- Insulin Secretagogua
- Penyesintisasi Insulin
- Penghambat Glukosidase
- Penghambat DPP IV
TerapiNon Farmakologi:
- Diet
- Olahraga

17
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Tri. 2009. Gambaran Sikap Pasien Diabetes Mellitus di Poli Penyakit Dalam
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Terhadap Kunjungan Ulang Konsultasi Gizi.
Surakarta: UNS.

Departemen Kesehatan RI. 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes


Mellitus. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Nugroho, Agung Endro. 2015. Farmakologi (Obat-obat Penting dalam Pembelajaran


Ilmu Farmasi dan Dunia Kesehatan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Schteingart, D.S. 2006. Metabolisme Glukosa Dan Diabetes Melitus. Dalam : Price, S.
A., ed. Patofisiologi, Konsep Klinis, Dan Proses Penyakit. Edisi ke-5. Jakarta:
EGC.

Soegondo, S, dkk., 2009. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: FKUI.

18
LAMPIRAN
Lampiran 1

Dialog Konseling Penyakit DM (Diabetes Melitus)

Pada sore hari tepatnya pukul 17.00 ada seorang bapak-bapak yang mengatasnamakan Bapak
Bima, datang ke Apotek Kadiri untuk membeli obat, bapak Bima tersebut membawa 2
bungkus obat yang sudah kosong yaitu Glibenklamid dan Metformin.

Apoteker : Assalamualaikum, selamat sore pak?

Bapak Bima : Wa’alaikumsalam, Sore mbak

Apoteker : Sebelumnya izinkan saya memperkenalkan diri terlebih dahulu pak, Saya
Icha apoteker di apotek Kadiri ini pak, ada yang bisa saya bantu pak?

Bapak Bima : Iya mbak, ini saya mau beli obat ini mbak (Bapak Bima menyodorkan
bungkus obat yang sudah habis, nama obat tersebut Glibenklamid dan
Metformin)

Apoteker : Baik pak, sebelum saya memberikan obat ini, saya ingin menawarkan
Bapak bisa diskusi dengan saya dimeja saya biar lebih enak ngomongnya

Bapak Bima : Boleh mbak

(Kemudian Apoteker dan Bapak Bima menuju tempak duduk yang


sudah di tawarkan apoteker tersebut)

Apoteker : Silahkan duduk mbak, mohon maaf dengan bapak siapa saya berbicara?

Bapak Bima : Bapak Bima mbak

Apoteker : Mohon maaf Bapak Bima bapak sekarang usianya berapa Pak?

Bapak Bima : 45 Tahun mbak

Apoteker : Baik bapak, mohon maaf bapak, bapak membeli obat ini unuk siapa ya pak?

Bapak Bima : Untuk saya sendiri mbak

Apoteker : Mohon maaf jadi obat ini untuk bapak sendiri ya pak, sebelumnya apakah
bapak tahu ini obat apa pak?

Bapak Bima : Diabetes mbak

19
Apoteker : Baik bapak, jadi bapak apakah sebelumnya sudah memeriksakan ke Dokter?

Bapak Bima : Sudah mbak, ini obat dari dokter tapi saya malas untuk ke dokter lagi
soalnya jauh jadi sama istri saya disuruh beli obat ke apotek langsung mbak.

Apoteker : Baik bapak, mohon maaf kemaren waktu pemeriksaan terakhir apa yang
dikatakan dokter terhadapt pengobatan yang diberikan ke Bapak?

Bapak Bima : Dokter kemaren bilang pada pengobatan ini dapat mengontrol kadar gula
darah saya menjadi normal kembali dan sembuh dari penyakit Diabetes ini
mbak

Apoteker : Iya pak, jadi diharapkan dari obat ini bapak bisa sembuh dari Diabetes dan
kadar gula darahnya kembali normal dan terkontrol kembali

Bapak Bima : Amin mbak,

Apoteker : Bapak untuk obat nya ini saya berikan ke bapak, diharapkan bapak minum
obatnya rutin sesuai ketentuan yang dokter sampaikan ke bapak sebelumnya,
dan bapak sudah dijelaskan oleh dokter aturan pakainya kedua obat ini?

Bapak Bima : Sudah mbak, tapi saya lupa maklum mbak bapak sudah Berumur, jadi daya
ingat saya menurun mbak hehe

Apoteker : Ok pak, untuk obat ini namanya Glibenklamid (Sambil menunjukan


kemasan obat) bentuknya tablet 5 mg diminum sekali sehari, segera setelah
makan pagi. Dan yang kedua ada metformin tablet 500mg diminum 3x sehari
setelah suapan pertama pada jam 7 pagi, 1 siang, dan 7 malam. Apakah bapak
sudah paham akan informasinya pak, ataukah ada yang ingin ditanyakan
kepada saya pak?

Bapak Bima : Iya sudah mbak

Apoteker : Baik bapak, jika sudah tidak ada yang ingin ditanyakan dan bapak sudah
paham mengenai obat ini, saya akhiri ya pak konseling hari ini, jika ada yang
ingin ditanyakan mengenai pengobatan dan penyakit yang bapak derita bapak
bisa menghubungi saya di nomor telfn saya yang ada di kartu nama saya ini
(Apoteker memberika kartu namanya) jangan lupa menum obat secara teratur
dan selalu berdoa agar bapak bisa segera sembuh karena kesembuhan

20
semuanya pemberian dari Allah. Selamat sore semoga bapak Bima lekas
sembuh Terimakasih pak

21

Anda mungkin juga menyukai