Anda di halaman 1dari 28

PERILAKU DAN PENGETAHUAN MASYARAKAT

DENGAN KORMOBITE DIABETES MELITUS YANG


MENGIKUTI 7 GAYA HIDUP SEHAT SEBELUM DAN
SESUDAH PEMBRIAN EDUKASI 7 AADE SECARA
DARING

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun Oleh:

Muhammad Rifan Hidayat 130100015

Andro Winardo Sinaga 130100058

Alrian Azmi Wahab NST 140100110

Dewi Sartika Harahap 140100114

David Erikson Eduardo T 150100083

Pembimbing:
Dr.dr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc,CM-FM,MPd.Ked
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
kasih, berkat, dan penyertaanNya penulis dapat menyelesaikan proposal
penelitian ini yang berjudul “ Perilaku dan Pengetahuan Masyarakat Dengan
Kormobite Diabetes Melitus yang Mengikuti 7 Gaya Hidup Sehat Sebelum dan
Sesudah Pemberian Edukasi 7 AADE Secara Daring. ”. Penulisan proposal
penelitian ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan
Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Ilmu
Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Dr.
dr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc,CM-FM,MPd. Ked selaku pembimbing yang telah
memberikan arahan dalam penyelesaian penelitian ini. Dengan demikian
diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif dalam sistem
pelayanan kesehatan secara optimal.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
demi perbaikan dalam penulisan penelitian selanjutnya.

Medan, Juni 2020

iii
DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..............................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Tujuan .................................................................................................2
1.3 Manfaat................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................3
2.1 Diabetes Melitus..................................................................................3
2.1.1 Definisi.........................................................................................3
2.1.2 Epidemiologi................................................................................3
2.1.3 Faktor Risiko................................................................................4
2.1.4 Patofisiologi.................................................................................6
2.1.5 Diagnosis......................................................................................9
2.1.6 Tatalaksana..................................................................................10
2.1.7 Pencegahan..................................................................................11
2.2 Perilaku self-care pada pasien diabetes melitus..................................12

BAB III METODE PENELITIAN..................................................................14


DAFTAR PUSTAKA........................................................................................21

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Diagram Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus Tipe 2 .........................9

Tabel 2. Nilai Tes Laboratorium Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 ...........10

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. The ominous octet, delapan organ yang berperan dalam patogenesis

hiperglikemia pada DM tipe 2..............................................................6

Gambar 2. Diagram perilaku self-care dalam penanganan diabetes.................14

vi
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan dunia informasi memberikan manfaat yang cukup besar bagi dunia kesehatan.
Melalui media, penyebaran informasi kesehatan oleh praktisi kesehatan dapat dilakukan lebih
mudah dan cepat. Media informasi kesehatan masyarakat yang baik adalah media yang bisa
menyampaikan informasi kesehatan atau pesan kesehatan yang sesuai dengan minat, kebutuhan,
dan tingkat penerimaan sasaran, sehingga dapat memengaruhi sasaran untuk merubah perilaku
sesuai dengan pesan yang diterimanya.1

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan
informasi-informasi pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat sadar, tahu dan
mengerti, tetapi juga mau dan bias melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan
kesehatan serta terjadi peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap.2

Diabetes adalah salah satu penyakit yang paling umum: pada tahun 2015, satu dari 11 orang
dewasa terkena diabetes, dan diperkirakan pada tahun 2040 satu dari 10 orang dewasa akan
menderita penyakit ini.3 Self-care management pada pasien diabetes adalah suatu proses
pengembangan pengetahuan atau kesadaran dengan belajar untuk memiliki kesehatan yang dapat
dijaga dalam keberlangsung sosial sehari-hari.4 Karena sebagian besar perawatan sehari-hari pada
pasien diabetes ditangani oleh pasien atau keluarga, 5 ada hal yang penting yang harus
diperhatikan dalam keandalan dan kebenaran jenis manajemen pada pasien diabetes secara
mandiri.6

AADE 7 Self-Care Behaviors adalah serangkaian tujuh keterampilan yang ditentukan oleh
American Association of Diabetes Educators yang esensial dalam manajemen penderita diabetes
terhadap diri sendiri. Keahliannya meliputi: Makan Sehat, Aktif, Memantau Gula Darah,
Mengonsumsi Obat, Memecahkan Masalah, Mengurangi Risiko, dan Mengatasi Masalah
Kesehatan.7 Untuk itu peneliti tertarik untuk mengetahui tingkat Efektifitas dari edukasi online
tentang AADE self-care behavior pada masyarakat dengan komorbid Diabetes Melitus.

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian


sebagai berikut:

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian


sebagai berikut: Bagaimanakan perilaku dan pengetahuan masyarakat yang mengikuti 7 gaya
hidup sehat sebelum dan sesudah pemberian edukasi 7 AADE secara daring.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui perilaku dan pengetahuan masyarakat dengan kormobite diabetes melitus


yang mengikuti 7 gaya hidup sehat sebelum dan sesudah pemberian edukasi 7 AADE secara
daring.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk meningkatkan wawasan penulis dan pembaca tentang perilaku perawatan diri dan
tatalaksana diabetes melitus.
2. Untuk menerapkan teori yang telah didapatkan mengenai penyakit metabolik, pada kasus
ini penyakit diabetes melitus.
3. Untuk memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Program Pendidikan Profesi Dokter di
Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat kepada penulis dan pembaca terutama yang terlibat di
bidang medis agar dapat memberikan edukasi agar pasien dengan diabetes melitus dapat
merawat dirinya dengan baik.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Melitus


2.1.1 Definisi
Diabetes melitus adalalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis termasuk
heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat, jika telah berkembang
penuh secara klinis maka diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia puasa dan
postprandial, aterosklerosis dan penyakit vaskular mikroangiopati. 13
Diabetes Melitus Tipe 2 merupakan penyakit hiperglikemi akibat insensivitas sel
terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikitmenurun atau berada dalam rentang normal.
Karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas, maka diabetes mellitus tipe II
dianggap sebagai non-insulin dependent diabetes mellitus. 13
Diabetes Melitus Tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik yang di tandai oleh
kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau ganguan
fungsi insulin (resistensi insulin) 13
2.1.2 Epidemiologi
WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada
tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Laporan ini menunjukkan adanya
peningkatan jumlah penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2035. Sedangkan
International Diabetes Federation (IDF) memprediksi adanya kenaikan jumlah penyandang DM
di Indonesia dari 9,1 juta pada tahun 2014 menjadi 14,1 juta pada tahun 2035. 10
Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 oleh Departemen
Kesehatan, menunjukkan bahwa rata-rata prevalensi DM di daerah urban untuk usia di atas 15
tahun sebesar 5,7%. Prevalensi terkecil terdapat di Propinsi Papua sebesar 1,7%, dan terbesar di
Propinsi Maluku Utara dan Kalimantan Barat yang mencapai 11,1%. Sedangkan prevalensi
toleransi glukosa terganggu (TGT), berkisar antara 4,0% di Propinsi Jambi sampai 21,8% di
Propinsi Papua Barat dengan rerata sebesar 10.2%. 14
2.1.3 Faktor Risiko
Peningkatan jumlah penderita DM yang sebagian besar DM tipe 2, berkaitan dengan
beberapa faktor yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah, faktor risiko yang dapat diubah dan

3
faktor lain. Menurut American Diabetes Association (ADA) bahwa DM berkaitan dengan faktor
risiko yang tidak dapat diubah meliputiriwayat keluarga dengan DM (first degree relative), umur
≥45 tahun, etnik, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi > 4000gram atau
riwayat pernah menderita DM gestasional dan riwayat lahir dengan beratbadan rendah (<2,5 kg).
Faktor risiko yang dapatdiubah meliputi obesitas berdasarkan IMT ≥25kg/m2 atau lingkar perut
≥80 cm pada wanita dan ≥90 cm pada laki-laki, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemi
dan diet tidak sehat. 13
Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes adalah penderita polycystic ovarysindrome
(PCOS), penderita sindrom metabolikmemiliki riwatyat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau
glukosa darah puasa terganggu (GDPT) sebelumnya, memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler
seperti stroke, PJK, atau peripheral rrterial Diseases (PAD), konsumsi alkohol,faktor stres,
kebiasaan merokok, jenis kelamin,konsumsi kopi dan kafein. 13
1. Obesitas
Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan kadar glukosa darah, pada
derajat kegemukan dengan IMT > 23 dapat menyebabkan peningkatan kadar
glukosa darah menjadi 200mg%.
2. Hipertensi
Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat dengan tidak
tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan dari dalam
tubuh pada sirkulasi pembuluh darah perifer.
3. Riwayat Keluarga
Seorang yang menderita Diabetes Mellitus diduga mempunyai gen diabetes.
Diduga bahwa bakat diabetes merupakan gen resesif. Hanya orang yang bersifat
homozigot dengan gen resesif tersebut yang menderita Diabetes Mellitus.
4. Dislipidemia
Adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah (Trigliserida >
250 mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma insulin dengan rendahnya
HDL (< 35 mg/dl) sering didapat pada pasien Diabetes.
5. Umur
Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena Diabetes Melitus adalah > 45
tahun.
4
6. Riwayat persalinan
Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau berat badan bayi >
4000gram.
7. Faktor Genetik
DM tipe 2 berasal dari interaksi genetis dan berbagai faktor mental Penyakit ini
sudah lama dianggap berhubungan dengan agregasi familial. Risiko emperis
dalam hal terjadinya DM tipe 2 akan meningkat dua sampai enam kali lipat jika
orang tua atau saudara kandung mengalami penyakit ini.
8. Alkohol dan rokok
Perubahan-perubahan dalam gaya hidup berhubungan dengan peningkatan
frekuensi DM tipe 2. Walaupun kebanyakan peningkatan ini dihubungkan dengan
peningkatan obesitas dan pengurangan ketidak aktifan fisik, faktor-faktor lain
yang berhubungan dengan perubahan dari lingkungan tradisional kelingkungan
kebarat- baratan yang meliputi perubahan-perubahan dalam konsumsi alkohol dan
rokok, juga berperan dalam peningkatan DM tipe 2. Alkohol akan menganggu
metabolisme gula darah terutama pada penderita DM, sehingga akan mempersulit
regulasi gula darah dan meningkatkan tekanan darah. Seseorang akan meningkat
tekanan darah apabila mengkonsumsi etil alkohol lebih dari 60ml/hari yang setara
dengan 100 ml wiski, 240 ml wine atau 720 ml.
2.1.4 Patogenesis
Resistensi insulin pada otot dan liver serta kegagalan sel beta pankreas telah dikenal sebagai
patofisiologi kerusakan sentral dari DM tipe-2 Belakangan diketahui bahwa kegagalan sel beta
terjadi lebih dini dan lebih berat daripada yang diperkirakan sebelumnya. Selain otot, liver dan
sel beta, organ lain seperti: jaringan lemak (meningkatnya lipolisis), gastrointestinal (defisiensi
incretin), sel alpha pancreas (hiperglukagonemia), ginjal (peningkatan absorpsi glukosa), dan
otak (resistensi insulin), kesemuanya ikut berperan dalam menimbulkan terjadinya gangguan
toleransi glukosa pada DM tipe-2. Delapan organ penting dalam gangguan toleransi glukosa ini
(ominous octet) penting dipahami karena dasar patofisiologi ini memberikan konsep tentang: 10
 Pengobatan harus ditujukan guna memperbaiki gangguan patogenesis, bukan hanya
untuk menurunkan HbA1c saja

5
 Pengobatan kombinasi yang diperlukan harus didasari atas kinerja obat pada
gangguan multipel dari patofisiologi DM tipe 2.
 Pengobatan harus dimulai sedini mungkin untuk mencegah atau memperlambat
progresivitas kegagalan sel beta yang sudah terjadi pada penyandang gangguan
toleransi glukosa.

Gambar 2.1. The ominous octet, delapan organ yang berperan dalam patogenesis hiperglikemia pada DM
tipe 2 15
Secara garis besar patogenesis DM tipe-2 disebabkan oleh delapan hal (omnious octet) berikut :
10

1. Kegagalan sel beta pancreas:


Pada saat diagnosis DM tipe-2 ditegakkan, fungsi sel beta sudah sangat
berkurang. Obat anti diabetik yang bekerja melalui jalur ini adalah sulfonilurea,
meglitinid, GLP-1 agonis dan DPP-4 inhibitor.
2. Liver:
Pada penderita DM tipe-2 terjadi resistensi insulin yang berat dan memicu
gluconeogenesis sehingga produksi glukosa dalam keadaan basal oleh liver
(HGP=hepatic glucose production) meningkat. Obat yang bekerja melalui jalur ini
adalah metformin, yang menekan proses gluconeogenesis.
3. Otot:
Pada penderita DM tipe-2 didapatkan gangguan kinerja insulin yang multiple di
intramioselular, akibat gangguan fosforilasi tirosin sehingga timbul gangguan
transport glukosa dalam sel otot, penurunan sintesis glikogen, dan penurunan
6
oksidasi glukosa. Obat yang bekerja di jalur ini adalah metformin, dan
tiazolidindion.
4. Sel lemak:
Sel lemak yang resisten terhadap efek antilipolisis dari insulin, menyebabkan
peningkatan proses lipolysis dan kadar asam lemak bebas (FFA=Free Fatty Acid)
dalam plasma. Penigkatan FFA akan merangsang proses glukoneogenesis, dan
mencetuskan resistensi insulin di liver dan otot. FFA juga akan mengganggu
sekresi insulin. Gangguan yang disebabkan oleh FFA ini disebut sebagai
lipotoxocity. Obat yang bekerja dijalur ini adalah tiazolidindion.
5. Usus:
Glukosa yang ditelan memicu respon insulin jauh lebih besar dibanding kalau
diberikan secara intravena. Efek yang dikenal sebagai efek incretin ini diperankan
oleh 2 hormon GLP-1 (glucagon-like polypeptide-1) dan GIP (glucose-dependent
insulinotrophic polypeptide atau disebut juga gastric inhibitory polypeptide). Pada
penderita DM tipe-2 didapatkan defisiensi GLP-1 dan resisten terhadap GIP.
Disamping hal tersebut incretin segera dipecah oleh keberadaan ensim DPP-4,
sehingga hanya bekerja dalam beberapa menit. Obat yang bekerja menghambat
kinerja DPP-4 adalah kelompok DPP-4 inhibitor. Saluran pencernaan juga
mempunyai peran dalam penyerapan karbohidrat melalui kinerja ensim alfa-
glukosidase yang memecah polisakarida menjadi monosakarida yang kemudian
diserap oleh usus dan berakibat meningkatkan glukosa darah setelah makan. Obat
yang bekerja untuk menghambat kinerja ensim alfa-glukosidase adalah akarbosa.
6. Sel Alpha Pancreas:
Sel-α pancreas merupakan organ ke-6 yang berperan dalam hiperglikemia dan
sudah diketahui sejak 1970. Sel-α berfungsi dalam sintesis glukagon yang dalam
keadaan puasa kadarnya di dalam plasma akan meningkat. Peningkatan ini
menyebabkan HGP dalam keadaan basal meningkat secara signifikan dibanding
individu yang normal. Obat yang menghambat sekresi glucagon atau menghambat
reseptor glukagon meliputi GLP-1 agonis, DPP-4 inhibitor dan amylin.
7. Ginjal:

7
Ginjal merupakan organ yang diketahui berperan dalam pathogenesis DM tipe-2.
Ginjal memfiltrasi sekitar 163 gram glukosa sehari. Sembilan puluh persen dari
glukosa terfiltrasi ini akan diserap kembali melalui peran SGLT-2 (Sodium
Glucose co-Transporter) pada bagian convulated tubulus proksimal. Sedang 10%
sisanya akan di absorbsi melalui peran SGLT-1 pada tubulus desenden dan
asenden, sehingga akhirnya tidak ada glukosa dalam urine. Pada penderita DM
terjadi peningkatan ekspresi gen SGLT-2. Obat yang menghambat kinerja SGLT-
2 ini akan menghambat penyerapan kembali glukosa di tubulus ginjal sehingga
glukosa akan dikeluarkan lewat urine. Obat yang bekerja di jalur ini adalah
SGLT-2 inhibitor. Dapaglifozin adalah salah satu contoh obatnya.
8. Otak:
Insulin merupakan penekan nafsu makan yang kuat. Pada individu yang obese
baik yang DM maupun non-DM, didapatkan hiperinsulinemia yang merupakan
mekanisme kompensasi dari resistensi insulin. Pada golongan ini asupan makanan
justru meningkat akibat adanya resistensi insulin yang juga terjadi di otak. Obat
yang bekerja di jalur Ini adalah GLP-1 agonis, amylin dan bromokriptin.
2.1.5 Diagnosis
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah. Pemeriksaan
glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan
plasma darah vena. Pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan
pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan glukometer. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas
dasar adanya glukosuria. 10
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang DM. Kecurigaan adanya DM perlu
dipikirkan apabila terdapat keluhan seperti: 10
 Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan
yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
 Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi
pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.
Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak adanya
asupan kalori selama minimal 8 jam.
Atau

8
Pemeriksaan glukosa plasma ≥ 200mg/dl 2 jam setelah tes toleransi glukosa oral
dengan beban glukosa 75gram.
Atau
Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200mg/dl dengan gejala klasik
Atau
Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan menggunakan metode yang terstandarisasi oleh
National Glycohaemoglobin Standarization Project (NGSP).

Tabel 2.1. Diagram Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus Tipe 2 10

Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal atau kriteria DM digolongkan ke
dalam kelompok prediabetes yang meliputi: toleransi glukosa terganggu (TGT) dan glukosa
darah puasa terganggu (GDPT): 10

 Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT): Hasil pemeriksaan glukosa plasma puasa
antara 100-125 mg/dl dan pemeriksaan TTGO glukosa plasma 2-jam <140 mg/dl;
 Toleransi Glukosa Terganggu (TGT): Hasil pemeriksaan glukosa plasma 2 -jam
setelah TTGO antara 140-199 mg/dl dan glukosa plasma puasa <100 mg/dl
 Bersama-sama didapatkan GDPT dan TGT
 Diagnosis prediabetes dapat juga ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan HbA1c
yang menunjukkan angka 5,7-6,4%.
HbA1c(%) Glukosa darah Glukosa plasma 2
puasa (mg/dl) jam post TTGO
Diabetes ≥6,5 ≥126 ≥200
Prediabetes 5,7-6,4 100-125 140-199
Normal <5,7 <100 <140
Tabel 2.2. Nilai tes laboratorium untuk pasien diabetes melitus. 10
2.1.6 Tatalaksana
Penatalaksanaan DM dimulai dengan menerapkan pola hidup sehat (terapi nutrisi medis
dan aktivitas fisik) bersamaan dengan intervensi farmakologis dengan obat anti hiperglikemia
secara oral dan/atau suntikan. Obat anti hiperglikemia oral dapat diberikan sebagai terapi tunggal
atau kombinasi. Pada keadaan emergensi dengan dekompensasi metabolik berat, misalnya:
ketoasidosis, stres berat, berat badan yang menurun dengan cepat, atau adanya ketonuria, harus
segera dirujuk ke Pelayanan Kesehatan Sekunder atau Tersier. 10
a. Edukasi

9
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai bagian dari
upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting dari pengelolaan DM
secara holistik
b. Terapi Nutrisi Medis
TNM merupakan bagian penting dari penatalaksanaan DMT2 secara komprehensif.
Kunci keberhasilannya adalah keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim (dokter,
ahli gizi, petugas kesehatan yang lain serta pasien dan keluarganya). Guna mencapai
sasaran terapi TNM sebaiknya diberikan sesuai dengan kebutuhan setiap penyandang
DM.
Prinsip pengaturan makan pada penyandang DM hampir sama dengan anjuran makan
untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan
kalori dan zat gizi masing-masing individu. Penyandang DM perlu diberikan penekanan
mengenai pentingnya keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah kandungan kalori,
terutama pada mereka yang menggunakan obat yang meningkatkan sekresi insulin atau
terapi insulin itu sendiri.
c. Jasmani
Latihan jasmani merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DMT2 apabila tidak
disertai adanya nefropati. Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani dilakukan
secara secara teratur sebanyak 3-5 kali perminggu selama sekitar 30-45 menit, dengan
total 150 menit perminggu. Jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut
d. Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan jasmani
(gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan.
2.1.7 Pencegahan
Mengingat jumlah pasien yang membengkak dan tingginya biaya perawatan pasien
diabetes yang terutama disebabkan oleh komplikasinya, maka upaya terbaik adalah pencegahan.
Menurut WHO tahun 1994, upaya pencegahan pada diabetes meliputi tiga tahap yaitu: 16
 Pencegahan primer
Semua aktivitas yang ditujukan untuk mencegah timbulnya hiperglikemia pada individu
yang berisiko untuk menjadi diabetes atau pada populasi umum.
 Pencegahan sekunder
10
Menemukan pengidap DM sedini mungkin misalnya dengan tes screening, terutama pada
populasi risiko tinggi. Dengan demikian, pasien diabetes yang sebelumnya tidak
terdiagnosis dapat terjaring, hingga demikian dapat dilakukan pencegahan terhadap
komplikasi, ataupun jika sudah ada komplikasi bisa reversible.
 Pencegahan tersier
Semua upaya untuk mencegah komplikasi atau kecacatan akibat komplikasi. (IPD UI)
2.2 Perilaku self-care pada pasien diabetes melitus
Diabetes adalah penyakit yang kompleks dan serius, dan mengatasinya setiap hari dapat menjadi

tantangan. Oleh sebab itu, Association of diabetes care and education specialist telah

mengembangkan tujuh bidang utama yang menjadi fokus dalam menangani diabetes. Masing-

masing bidang tersebut meliputi :

a. Healthy Eating / Makanan Sehat

Makan Sehat adalah salah satu perilaku manajemen diri untuk penderita diabetes, pradiabetes

atau penyakit kardiometabolik. Namun, apa itu makan sehat? Makan sehat dapat memenuhi

semua selera dan tradisi sambil memilih berbagai makanan dan minuman bergizi. Perhatikan

gula tambahan, lemak jenuh dan lemak trans, dan natrium.

b. Being Active / Menjadi Aktif

Menjadi aktif bukan hanya soal menurunkan berat badan. Ini juga memiliki banyak manfaat

kesehatan seperti menurunkan kolesterol, meningkatkan tekanan darah, menurunkan stres dan

kecemasan, dan meningkatkan suasana hati. Jika menderita diabetes, aktivitas fisik juga dapat

membantu menjaga kadar gula darah tetap normal dan membantu mengendalikan diabetes.

c. Monitoring / Pemantauan

Memeriksa kadar gula darah secara teratur, dapat memberi informasi penting tentang manajemen

diabetes. Pemantauan membantu untuk mengetahui kapan kadar gula darah tepat sasaran dan

11
membantu melakukan penyesuaian makanan dan aktivitas, sehingga tubuh dapat melakukan

yang terbaik.

d. Taking Medication / Minum Obat

Minum obat-obatan membantu menurunkan risiko serangan jantung, stroke, dan kerusakan ginjal

dengan mengelola glukosa darah, tekanan darah, dan kadar kolesterol dalam tubuh. Diabetes

adalah penyakit progresif sehingga semakin lama menderita diabetes, semakin banyak bantuan

yang diperlukan dari obat untuk menjaga kesehatan jantung, mata, dan ginjal Anda. Penyedia

layanan kesehatan dapat membantu dengan memilih obat yang tepat. Pastikan anda memahami

rencana pengobatan anda sehingga anda dapat minum obat dengan cara yang benar dan pada

waktu yang tepat, setiap hari.

e. Problem Solving / Penyelesaian Masalah

Setiap orang menghadapi masalah dengan manajemen diabetes; anda tidak dapat merencanakan

untuk setiap situasi yang mungkin anda hadapi. Namun, ada beberapa keterampilan pemecahan

masalah yang dapat membantu mempersiapkan diri untuk hal-hal yang tidak terduga - dan

membuat rencana untuk menangani masalah yang sama di masa depan.

f. Reducing Risks / Mengurangi Risiko

Memiliki diabetes dapat menjadi risiko yang lebih tinggi untuk mengembangkan masalah

kesehatan lainnya. Namun, jika memahami risikonya, anda dapat mengambil langkah sekarang

untuk menurunkan kemungkinan komplikasi terkait diabetes.

g. Healthy Coping / Penanganan yang Sehat

Penanganan yang sehat berarti memiliki sikap positif terhadap pengelolaan kondisi dan

hubungan positif dengan orang lain. Sangat penting untuk menemukan cara yang sehat untuk

mengatasi situasi dan tidak beralih ke kebiasaan berbahaya seperti merokok, makan berlebihan,

12
minum atau alkohol. Terutama jika menderita diabetes. Memiliki banyak stress dapat

meningkatkan kadar glukosa (gula) darah, yang dapat menyebabkan pilihan yang kurang sehat.

Kerangka konsep

.
Defenisi Etiologi Faktor Risiko Patogenesis Diagnosis

Tatalaksana

Farmakologis Non farmakologis

AADE7

1.Healthy Eating

2.Being AcTIVE

3. Monitoring

4.Taking Medication

5. Problem Solving

6. Reducing Risk

7. Healthy coping

13
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah quassy experimental dengan rancangan
one group pretest-posttest design. Dalam desain penelitian ini, sampel akan
diberi pretest terlebih dahulu, setelah itu diberi perlakuan dalam hal ini yaitu
pendidikan kesehatan, dan setelah perlakuan akan diberi posttest20. Desain
penelitian ini sangat sesuai digunakan untuk evaluasi program pendidikan
kesehatan atau pelatihan lainnya21. Pengetahuan dan perilaku pencegahan diukur
sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan. Pengetahuan sebelum dan
sesudah pemberian edukasi online mengenai AADE 7 self-care behavior pada
masyarakat dengan komorbid Diabetes Melitus. Dengan rancangan sebagai
berikut:

P1 X P2

Gambar 7. Pola Rancangan One Group Pre-test dan Post-test Design 23

P1 : Pengetahuan sebelum pemberian edukasi online mengenai AADE 7 self-care


behavior pada masyarakat dengan komorbid Diabetes Melitus
X : Perlakuan (edukasi online).
P2 : Pengetahuan sesudah pemberian edukasi online mengenai AADE 7 self-care
behavior pada masyarakat dengan komorbid Diabetes Melitus

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian


3.2.1 Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 20 Juni hingga 27 juni tahun 2020
3.2.2 Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui media daring online.

14
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh orang dengan penyakit komorbid
diabetes yang akan mengikuti penelitian tentang “Efektifitas dari edukasi online
tentang Self-care behavior pada masyarakat dengan komorbid diabetes mellitus”
yang akan dilakukan melaui daring online.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi. 24. Jumlah sampel minimal untuk penelitian ini
menurut rumus Slovin (Dahlan, 2010) adalah:
N
n= 2
1+ N (D )
19
n=
1+19(0,0025)
19
n=
1+0,0475
19
n=
1+1,0475
n=18,14

dengan keterangan:
n = besar sampel minimum
N = besar populasi
d = tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0.05)

Jumlah sampel minimal untuk penelitian ini adalah 18,14 atau dibulatkan menjadi 18,
namun teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total
sampling yaitu pengambilan sampel yang mencakup semua anggota populasi. Alasan
ini dilakukan karena apabila jumlah populasi kurang dari 100, maka seluruhnya perlu
dijadikan sampel25

15
3.3.3 Kriteria inklusi dan eksklusi
Kriteria inklusi sampel penelitian yaitu responden dengan penyakit komorbid diabetes
yang bersedia mengisi kuesioner dan mengikuti penelitian sedangkan kriteria eksklusi
sampel penelitian yaitu pengisian kuesioner tidak lengkap

3.4 . Metode Pengumpulan Data


3.4.1 Jenis data
Jenis data yang dipakai pada penelitian ini adalah berasal dari data primer. Data primer
adalah sumber informasi yang diperoleh langsung melalui pengisian kuesioner oleh
peserta dengan komorbid diabetes melalui fasilitas daring.
3.4.2 Cara pengumpulan data
Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:

a. Menjelaskan kepada calon responden terkait penelitian, kemudian memberikan


informed consent dan kuesioner, serta menjelaskan prosedur pengisian kuesioner.
b. Memberikan waktu pengisian kuesioner
c. Kuesioner yang telah diisi responden diperiksa dan selanjutnya kuesioner diolah
serta dianalisa oleh peneliti.
3.4.3 Pengolahan dan analisis data
Data-data tentang penilaian tentang pemberian AADE self-care sebelum dan sesudah
pemberian daring online tentang AADE self-care yang diperoleh dari kuesioner
selanjutnya diolah yang terdiri dari empat jenis kegiatan, yaitu:

A. Menyunting data (Editing)


B. Memberi kode (Coding)
C. Memasukkan data (Data Entry)
D. Tabulasi data (Tabulating)
Data-data yang sudah disederhanakan dengan simbol angka dapat disusun langsung
dalam tabel pada program komputer Statistic Package for Social Science (SPSS).
Pengujian validitas dan instrumen penelitian (kuesioner) dilakukan dengan validasi
ahli. Data selanjutnya dianalisis dengan chi square dengan program SPSS.

16
3.5 Definisi Operasional
Definisi operasional dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Variabel : Pengetahuan secara umum
a. Definisi Operasional : data responden tentang pengetahuannya secara umum mengenai
penyakid diabetes
b. Cara ukur : Responden kuesioner perilaku self-café yang diberikan
c. Alat ukur : kuesioner
d. Hasil ukur :

skor 5 = untuk jawaban sangat setuju, Untuk pernyataan negatif kebalikannya


skor 4 = setuju, yaitu
skor 3 = netral/tidak tahu, skor 5 = untuk jawaban sangat tidak
skor 2 = tidak setuju dan setuju,
sko 1= sangat tidak setuju skor 4 = tidak setuju,
skor 3 = netral/tidak tahu,
skor 2 = setuju dan
skor 1= sangat setuju.

2. Variabel : Sikap pasien terhadap penyakit diabetes melitus


a. Definisi Operasional : data responden tentang peran apa yang dapat ia lakukan terhadap
dirinya sendiri mengenai penyakit dm
b. Cara ukur : Responden kuesioner perilaku self-café yang diberikan
c. Alat ukur : kuesioner
d. Hasil ukur :

skor 5 = untuk jawaban sangat setuju, Untuk pernyataan negatif kebalikannya


skor 4 = setuju, yaitu
skor 3 = netral/tidak tahu, skor 5 = untuk jawaban sangat tidak

17
skor 2 = tidak setuju dan setuju,
skor 1= sangat tidak setuju skor 4 = tidak setuju,
skor 3 = netral/tidak tahu,
skor 2 = setuju dan
skor 1= sangat setuju.

3. Variabel : komunikasi Antara responden dengan dokter ketika berobat


a. Definisi Operasional : data responden tentang bagaimana komunikasi yang terjadi Antara
dokter dengan responden dalam pengobatan penyakit diabetes melitus
b. Cara ukur : Responden kuesioner perilaku self-café yang diberikan
c. Alat ukur : kuesioner
d. Hasil ukur :

skor 5 = untuk jawaban sangat setuju, Untuk pernyataan negatif kebalikannya


skor 4 = setuju, yaitu
skor 3 = netral/tidak tahu, skor 5 = untuk jawaban sangat tidak
skor 2 = tidak setuju dan setuju,
skor 1= sangat tidak setuju skor 4 = tidak setuju,
skor 3 = netral/tidak tahu,
skor 2 = setuju dan
skor 1= sangat setuju.

4. Variabel : pembiayaan yang dilakukan pasien


a. Definisi Operasional : data responden tentang bagaimana mengatur pembiayaan dalam
pengobatan diabetes melitus
b. Cara ukur : Responden kuesioner perilaku self-café yang diberikan
c. Alat ukur : kuesioner
d. Hasil ukur :

skor 5 = untuk jawaban sangat setuju, Untuk pernyataan negatif kebalikannya


18
yaitu
skor 4 = setuju, skor 5 = untuk jawaban sangat tidak
skor 3 = netral/tidak tahu, setuju,
skor 2 = tidak setuju dan skor 4 = tidak setuju,
skor 1= sangat tidak setuju skor 3 = netral/tidak tahu,
skor 2 = setuju dan
skor 1= sangat setuju.

5. Variabel : dukungan yang diberikan oleh lingkungan keluarga sehari-hari


a. Definisi Operasional : data responden tentang bagaimana keluarga memberikan dukungan
atau bantuan dalam manajemen pengobatan diabetes dalam kehidupannya sehari-hari.
b. Cara ukur : Responden kuesioner perilaku self-café yang diberikan
c. Alat ukur : kuesioner
d. Hasil ukur :

skor 5 = untuk jawaban sangat setuju, Untuk pernyataan negatif kebalikannya


skor 4 = setuju, yaitu
skor 3 = netral/tidak tahu, skor 5 = untuk jawaban sangat tidak
skor 2 = tidak setuju dan setuju,
skor 1= sangat tidak setuju skor 4 = tidak setuju,
skor 3 = netral/tidak tahu,
skor 2 = setuju dan
skor 1= sangat setuju.

6. Variabel : motivasi pasien


a. Definisi Operasional : Motivasi atau semangat pasien dalam kehidupan sehari-hari dalam
manajemen pengobatan dan gaya hidup sehat sehari-hari.
b. Cara ukur : Responden kuesioner perilaku self-café yang diberikan
c. Alat ukur : kuesioner

19
d. Hasil ukur :

skor 5 = untuk jawaban sangat setuju, Untuk pernyataan negatif kebalikannya


skor 4 = setuju, yaitu
skor 3 = netral/tidak tahu, skor 5 = untuk jawaban sangat tidak
skor 2 = tidak setuju dan setuju,
skor 1= sangat tidak setuju skor 4 = tidak setuju,
skor 3 = netral/tidak tahu,
skor 2 = setuju dan
skor 1= sangat setuju.

7. Variabel : efikasi responden


a. Definisi Operasional : data responden tentang keyakinannya atau kesuksesannya dalam
pengobatan dan manajemen gaya hidup sehari-hari dalam pengobatan diabetes.
b. Cara ukur : Responden kuesioner perilaku self-café yang diberikan
c. Alat ukur : kuesioner
d. Hasil ukur :

skor 5 = untuk jawaban Untuk pernyataan negatif


sangat setuju, kebalikannya yaitu
skor 4 = setuju, skor 5 = untuk jawaban
skor 3 = netral/tidak tahu, sangat tidak setuju,
skor 2 = tidak setuju dan skor 4 = tidak setuju,
skor 1= sangat tidak skor 3 = netral/tidak tahu,
setuju skor 2 = setuju dan
skor 1= sangat setuju.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Suhanda, Y., Afgani, A., & Feriandi, Y., (2015). Gambaran Tingkat Self Care Pada
Pasien Rawat Jalan Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat,
(online), Vol.2, (karyailmiah.unisba.ac.id, diakses tanggal 16 Oktober 2018).
2. Shrivastava, S.R., Shrivastava, P.S., & Ramasamy, J., (2013). Role of self-
careinmanagement of diabetes mellitus, (online), Vol.12 No.14,
(https://www.jdmonline.com/content/12/1/14, diakses tanggal 16 Oktober 2018).
3. Bradshaw, R.D. (2015). Diabetes Self Management Education for Adults with Type 2
Diabetes Mellitus. Disertasi tidak dipublikasikan. Program Studi Ilmu Kedokteran,
Walden University.
4. Raithatha, S.J., Shankar, S.U., & Dinesh, K., (2014). Self-Care Practices among
Diabetic Patients In Anand District Of Gujarat, (online),
(http://dx.doi.org/10.1155/2014/743791, diakses tanggal 1 November 2018).
5. Karimi, F., Abedini, S., & Mohseni, S., (2017). Self-care behavior of type 2 diabetes
mellitus patients in Bandar Abbas in 2015, (online), Vol.9, No.11,
(http://www.ephysician.ir, diakses tanggal 4 November 2018).
6. Zandinava, H et al., (2017). Effect of Educational Package of Self-care behaviors, Quality
of Life, and Blood Glucose Levels in Pregnant Women with Gestational Diabetes : A
Randomized Controlled Trial, (online), Vol.19, No.4, (https://www.researchgate.net,
diakses tanggal 4 November 2018).
7. Rondhianto., (2012). Keterkaitan Diabetes Self Management Education Terhadap Self
Efficacy Pasien Diabetes Mellitus, (online), (download.portalgaruda.org, diakses tanggal
10 Oktober 2018).

21
8. Hartayu, T.S., Izham, M., & Suryawati, S, (2012). Improving of Type 2 Diabetic Patients
Knowledge Attitude and Practice towards Diabetes Sel-care by implementing
Community-Based Interactive Approach-Diabeets Mellitus Strategy. BMJ Research
Notes, (online), Vol.5, (http:www.biomedcentral.com/1756-0500/5/315, diakses tanggal
28 November 2018).
9. Arifin., & Bustanul., (2018). Distress and health related quality of life in Indonesian type
2 diabetes mellitus outpatients, (online), (https://www.rug.nl-file-chapter1, diakses
tanggal 1 Desember 2018).
10. Soelistijo, AS., Novida, H., Rudijanto, A., Soewondo, P., Suastika, K., Manaf, A., et al.
2015, “Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia
Tahun 2015”, Jakarta: PB PERKENI
11. Trisnawati, SK., Setyorogo, S. 2013, “Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di
Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012”, Jurnal Ilmiah Kesehatan,
vol. 5, no. 1, pp. 6-11
12. Kurniawan, I. 2010, “Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Usia Lanjut”, Majalah Kedokteran
Indonesia, vol. 60, no. 12, pp. 576-584
13. Fatimah, RN. 2015, “Diabetes Melitus Tipe 2”, Jurnal J Majority, vol. 4, no.5, pp. 93-
101
14. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008, “Riset Kesehatan Dasar Nasional
2007”
15. DeFronzo, RA. 2009, “From the Triumvirate to the Omnious Octet: A New Paradigm for
the Treatment of Type 2 Diabetes Mellitus”, Diabetes, vol. 58, no. 4, pp. 773-795
16. Setiati, S., Alwi, I., Sudoyo AW., Simadibrata, M., Setiyohadi, B., Syam, AF. 2014,
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keenam, Jakarta: Interna Publishing
17. Putri, DSR., Yudianto, K., Kurniawan, T. 2013, “Perilaku Self-Management Pasien Di
18. abetes Melitus (DM)”, Jurnal Keperawatan Padjadjaran, vol. 1, no. 1, pp. 30-
38American Association of Diabetes Educators. 2020, “An Effective Model of Diabetes
Care and Education”, The Diabetes Educator, vol. 46, no. 2, pp. 139-160
19. Association of Diabetes Care and Education Specialists. 2020, “AADE7 Self-care
Behaviors: Taking Medications”, pp. 1-2
20. Notoatmodjo S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
22
21. Notoatmodjo S. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
22. Notoatmodjo S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
23. Arikunto S. 2010. Prosedur penelitian: Suatu pendekatan praktik. (Edisi Revisi). Jakarta:
Rineka Cipta.
24. Dahlan SM. 2010. Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian
kedokteran dan kesehatan. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika
25. Sugiyono. 2011. Metode penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta.
.

23

Anda mungkin juga menyukai