Anda di halaman 1dari 45

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 2

Oleh:
Kelompok 9

Ni Kadek Dian Karisma Putri (KP1522004)


I Komang Gede Darma Wira Yudha N. (KP1522006)
Mona Mahyarani (KP1522015)
Ni Putu Nanda Prasetya Istiari (KP1522021)
Luh Putu Ayu Kristiana Dewi (KP1522034)
Hesti Kurniawati (KP1522045)

PRODI D-III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESDAM IX/UDAYANA
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya kami
dapat menyusun Laporan Pendahuluan yang berisi tentang DIABETES MELITUS tipe 2.
Dalam proses penyusunan ini tentunya kami kelompok 9 mengalami berbagai rintangan.
Namun berkat arahan dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya laporan pendahuluan ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini, kami kelompok 9 mengucapkan
terima kasih kepada dosen mata perkuliahan Keperawatan Medikal Bedah I yang telah
membimbing kami dalam proses penyusunan laporan pendahuluan ini.

Kami sebagai penyusun menyadari laporan pendahuluan ini masih belum sempurna,
baik dari isi maupun penjelasan laporan pendahuluan ini, maka dari itu kami kelompok 9
meminta maaf jika laporan pendahuluan kami masih banyak kekurangannya apabila ada kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan pendahuluan ini kami mengucapkan
terima kasih. Demikian semoga laporan pendahuluan ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
khususnya mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I.

Denpasar, 20 November 2023

Kelompok 9
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................................


DAFTAR ISI............................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................................................
1.3 Tujuan .......................................................................................................................................
1.3.1 Tujuan Umum ..........................................................................................................................
1.3.2 Tujuan Khusus .........................................................................................................................
1.4 Manfaat .....................................................................................................................................
1.4.1 Manfaat Prioritas ......................................................................................................................
1.4.2 Manfaat Praktis ........................................................................................................................
BAB II PUSTAKA ..................................................................................................................................
2.1 Definisi......................................................................................................................................
2.2 Etiologi......................................................................................................................................
2.3 Klasifikasi .................................................................................................................................
2.4 Manifestasi Klinis .....................................................................................................................
2.5 Patofisiologi ..............................................................................................................................
2.6 Pathway .....................................................................................................................................
2.7 Pemeriksaan Penunjang ...........................................................................................................
2.8 Komplikasi ................................................................................................................................
2.9 Penatalaksanaan ........................................................................................................................
2.10 Asuhan Keperawatan ................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan adanya hiperglikemia yang
disebabkan oleh ketidak mampuan dari organ pancreas untuk memproduksi insulin atau
kurangnya sensitivitas insulin pada sel target tersebut. Abnormalitas pada metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein yang ditemukan pada penderita penyakit diabetes mellitus
terjadi dikarenakan kurangnya aktivitas insulin pada sel target. Diabetes mellitus
dikategorikan menjadi empat tipe yaitu diabetes mellitus tipe-1, diabetes mellitus tipe-2,
diabetes mellitus gestational dan diabetes mellitus tipe lain yang disebabkan oleh faktor-
faktor lain. (Kerner and Brückel, 2014). Diabetes melitus tipe 2 disebut juga dengan DM
tidak tergantung insulin (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) yang
disebabkan oleh penurunan sensitivitas jaringan target terhadap efek metabolik insulin yang
sering disebut sebagai resistensi insulin (Guyton & Hall, 2012).
Prevalensi diabetes yang terjadi di seluruh dunia diperkirakan 2,8% pada tahun 2000
dan 4,4 % pada 2030. Jumlah penderita diabetes diproyeksikan. meningkat dari 171 juta di
tahun 2000 hingga mencapai 366 juta di tahun 2030. Negara-negara Asia berkontribusi lebih
dari 60% dari populasi diabetes dunia. (Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus,
2011). Prevalensi DM tahun 2017 sebesar 8,8% (total penduduk dunia usia 20-79 tahun 4,84
miliar jiwa) diprediksi meningkat hingga 9,9% total (total penduduk dunia usia 20-79 tahun
4,84 miliar jiwa) tahun 2045, Indonesia menempati urutan nomor 6 setelah Cina, India, USA,
Brazil, Mexico pada tahun 2017. Jumlah Penderita DM di Indonesia juga terbilang tinggi,
dilihat dari laporan IDF bahwa jumlah penderita DM sebanyak 10,3 juta jiwa pada tahun
2017 dan diperkirakan akan meningkat pada tahun 2045 sebanyak 16.7 juta jiwa
(International Diabetes Federation, 2017).
Di Indonesia prevalensi penduduk yang berumur 15 tahun dengan diabetes mellitus
pada tahun 2013 adalah sebesar 6,9% dengan perkiraan jumlah kasus adalah sebesar
12.191.564 juta. Sebanyak 30,4% kasus telah terdiagnosis sebelumnya dan 73,7% tidak
terdiagnosis sebelumnya. Pada daerah bali prevalensi diabetes mellitus sebesar 1.3% dengan
kota Denpasar sebagai penyumbang terbanyak dibandingkan dengan kota lainnya yaitu
sebesar 2% (Riskesdas, 2013).
Melihat kenaikan insiden diabetes mellitus secara global yang sebagian besar
disebabkan oleh perubahan pola gaya hidup yang kurang sehat, dapat diperkirakan bahwa
kejadian diabetes mellitus akan meningkat drastis. Melihat bahwa diabetes mellitus akan
memberikan dampak terhadap kualitas sumber daya manusia dan peningkatan biaya
kesehatan yang cukup besar, maka sangat diperlukan program pengendalian dan
penatalaksanan diabetes mellitus tipe-2.
Penatalaksanaan diabetes mellitus terdiri dari 5 pilar yaitu edukasi, diet, latihan fisik,
kepatuhan obat, selain itu juga termasuk pencegahan diabetes mellitus dengan pemantauan
kadar gula darah. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kenaikan kasus diabetes mellitus.
Salah satunya adalah pengetahuan. Pengetahuan penderita tentang diabetes mellitus sangat
membantu pasien dalam menjalankan penanganan diabetes mellitus selama hidupnya
sehingga semakin baik penderita mengerti tentang penyakitnya semakin mengerti bagaimana
harus berperilaku dalam penanganan penyakitnnya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang didapat sebagai berikut :
1. Apa definisi dari diabetes melitus tipe 2 ?
2. Apa saja etiologi dari diabetes melitus tipe 2 ?
3. Apa saja klasifikasi dari diabetes melitus tipe 2 ?
4. Apa saja manifestasi klinis dari diabetes melitus tipe 2 ?
5. Bagaimana patofisiologi dari diabetes melitus tipe 2 ?
6. Bagaimana pathway dari diabetes melitus tipe 2 ?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang dari diabetes melitus tipe 2?
8. Apa saja komplikasi dari diabetes melitus tipe 2 ?
9. Apa saja penatalaksanaan dari diabetes melitus tipe 2 ?
10. Bagaimana asuhan keperawatan dari diabetes melitus tipe 2?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari latar belakang diabetes melitus tipe 2 adalah untuk memahami
faktor-faktor risiko, patofisiologi, dan dampaknya terhadap kesehatan. Hal ini melibatkan
penelitian untuk pengembangan metode pencegahan, pengelolaan, dan pengobatan yang
lebih efektif, serta peningkatan kesadaran masyarakat tentang gaya hidup sehat yang dapat
mengurangi risiko terkena diabetes melitus tipe 2.
1.3.2 Tujuan Khusus
Berdasarkan latar belakang diatas, tujuan khusus yang di dapat sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui definisi dari diabetes melitus tipe 2.
2. Untuk mengetahui etiologi dari diabetes melitus tipe 2.
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari diabetes melitus tipe 2.
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari diabetes melitus tipe 2.
5. Untuk mengetahui patofisiologis dari diabetes melitus tipe 2.
6. Untuk mengetahui pathway dari diabetes melitus tipe 2.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari diabetes melitus tipe 2.
8. Untuk mengetahui komplikasi dari diabetes melitus tipe 2.
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari diabetes melitus tipe 2.
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari diabetes melitus tipe 2.

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Prioritas
Diharapkan hasil penulisan ini dapat sebagai masukan dalam meningkatkan
pengetahuan dan pengembangan ilmu keperawatan khususnya dalam mengembangkan
asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes melitus tipe II dan untuk mengembangkan
ilmu sebagai bahan kajian untuk penelitian berikutnya sehingga dapat memberikan justifikasi
karena sesuatu hal yang paling berpengaruh dalam kehidupan dan mempengaruhi beberapa
aspek dari kognisi dan perilaku adalah keyakinan diri, sehingga glukosa darah dapat
terkontrol dan dapat mencegah timbulnya komplikasi.
1.4.2 Manfaat Praktis
Penulisan ini diaharapkan dapat bermanfaat dalam pemberian asuhan keperawatan
dalam hal pemberian edukasi untuk meningkatkan keyakinan diri dan perawatan diri secara
mandiri yang nantinya dapat mempertahankan kontrol glikemik pasien DM.
BAB II
PUSTAKA

2.1 Definisi
Diabetes Mellitus tipe 2 merupakan penyakit gangguan metabolik yaitu ditandai oleh
kenaikan gula darah disebabkan oleh penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas atau
gangguan fungsi insulin.Kadar insulin menurun atau berada dalam rentang normal karena
insulin tetap dihasilkan oleh sel β pankreas namun terjadi resistensi insulin. DM tipe 2 disebut
juga dengan non insullin dependent diabetes mellitus (Fatimah,2015).
Menurut WHO (2016), diabetes mellitus tipe 2 adalah penyakit kronis yang disebabkan
karena pankreas mengalami penurunan saat memproduksi hormon insulin yang cukup atau
ketika insulin yang digunakan tubuh tidak efektif. Penderita didiagnosa DM ketika kadar
glukosa darah puasa lebih dari 126 mg/dl atau kadar glukosa darah sewaktu lebih dari 200
mg/dl.
Diabetes mellitus Tipe 2 atau dikenal dengan istilah Non-insulin Dependent Millitus
(NIDDM) adalah keadaan dimana hormone insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan
semestinya, hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti kecacatan dalam produksi
insulin atau berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap insulin yang
ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. (Nurul Wahdah, 2011).
Diabetes Mellitus Tipe II adalah defek sekresi insulin, dimana pankreas tidak mampu
menghasilkan insulin yang cukup untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal,
sehingga terjadi hiperglikemia yang disebabkan insensitifitas seluler akibat insulin. (Elizabeth
J Corwin, 2009).
Diabetes Mellitus Tipe II adalah keadaan dimana kadar glukosa tinggi, kadar insulin
tinggi atau normal namun kualitasnya kurang baik, sehingga gagal membawa glukosa masuk
dalam sel, akibatnya terjadi gangguan transport glukosa yg di jadikan sebagai bahan bakar
metabolisme energi. (FKUI ,2011)

2.2 Etiologi
Faktor – faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya dibetes tipe 2 adalah:
a. Usia
Risiko terjadinya diabetes tipe 2 meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
Resistensi insulin mulai terjadi pada usia 45 tahun dan cenderung meningkat pada usia
di atas 65 tahun. Hal ini terjadi karena orang – orang diusia ini cenderung kurang
bergerak, kehilangan massa otot, dan bertambah berat badan. Selain itu, proses penuaan
juga mengakibatkan penurunan fungsi sel beta pankreas sebagai penghasil insulin
(Brunner & Suddarth, 2015).
b. Obesitas
Memiliki kelebihan berat badan merupakan faktor risiko utama untuk diabetes tipe 2.
Sekitar 80% pasien DM tipe 2 mengalami obesitas. Obesitas menyebabkan respon sel
beta pankreas terhadap peningkatan glukosa darah berkurang, selain itu reseptor insulin
pada sel di seluruh tubuh termasuk di otot berkurang jumlahnya dan kurang sensitive
(Soegondo, 2010).
c. Riwayat keluarga
Pada pasien-pasien dengan DM tipe 2, penyakitnya mempunyai pola familial yang kuat.
Indeks untuk DM tipe 2 pada kembar monozigot hampir 100%. Risiko berkembangnya
DM tipe 2 pada saudara kandung mendekati 40% dan 33% untuk anak cucunya.
Transmisi genetik adalah yang paling kuat (Price & Wilson, 2012).
d. Kelompok etnik
Meskipun masih belum jelas mengapa, kebanyakan orang dari suatu ras termasuk ras
hitam, hispanik, Indian Amerika dan Asia-Amerika lebih cenderung memiliki risiko
terhadap DM tipe 2 dibandingkan ras kulit putih (Brunner & Suddarth, 2015)

2.3 Klasifikasi
1. Diabetes Mellitus tipe 1 terjadi karena obstruksi sel beta dan menyebabkan defisiensi
insulin.
2. Diabetes Mellitus tipe 2 terjadi karena adanya kekebalan terhadap insulin
3. Diabetes Mellitus tipe lain terjadi karena defek genetik fungsi sel beta, defek genetik
kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, pengaruh obat dan zat kimia,
infeksi, masalah imunologi yang jarang, dan sindrom genetik lain yang berkaitan
dengan DM
4. DM gestasional.
(Perkeni, 2011)

2.4 Manifestasi Klinis


a. Manifestasi Akut
Tanda dan gejala dari DM adalah sering haus (polidipsia) , sering lapar (polifagia),
sering kencing (poliuria), serta penurunan berat badan tanpa sebab (Yahya, 2010). Manifestasi
Sebagian besar DM tipe 1 adalah gejala yang terdiagnosis segera setelah onset penyakit dan
bersifat akut. Jika dibiarkan tidak diobati, penyandang DM akan terjadi ketoasidosis diabetic
karena sering tidak stabil secara metabolis. Manifestasi DM tipe 2 lebih berbahaya dan
terkadang tidak terdeteksi. Gejala utama penyandang DM adalah berupa ketoasidosis.
a) Polidipsia
Mekanisme filtrasi pada ginjal terjadi secara difusi, yaitu filtrasi zat dari tekanan
rendah ke tekanan yang tinggi. Pada penderita DM glukosa dalam darah yang tinggi
menyebabkan kepekatan glukosa dalam pembuluh darah sehingga proses filtrasi
ginjal terjadi secara osmosis, yaitu filtrasi zat dari tekanan tinggi ke rendah.
Akibatnya, kandungan air yang ada dalam pembuluh darah akan terserap oleh
ginjal dan menyebabkan pembuluh darah menjadi kekurangan air sehingga
penderita DM akan merasa cepat haus.
b) Poliuria
Poliuri terjadi karena kadar gula darah > 180 mg/dL, yang melebihi nilai ambang
ginjal sehingga gula tersebut akan keluar bersama urine. Tubuh akan menarik air
sebanyak mungkin ke dalam urine karena urine yang keluar bersama gula tersebut
bersifat pekat dengan tujuan urine tidak terlalu pekat. Akibatnya volume urine yang
keluar banyak dan kencing menjadi sering dilakukan. Kencing juga sering
dilakukan pada malam hari sehingga dapat mengganggu tidur penderita DM. Tak
jarang pada pagi hari penderita DM bangun dengan kondisi tidak segar karena
kurang tidur.
c) Polifagia
Dalam tubuh, glukosa yang masuk dalam sel akan diubah menjadi glikogen dengan
bantuan insulin dan disimpan di hati sebagai cadangan energi. Pada penderita DM,
insulin yang dihasilkan oleh pankreas untuk mengubah glukosa menjadi glikogen
tidak dapat bekerja atau bekerja secara lambat sehingga hati tidak mendapatkan
glukosa yang adekuat. Oleh sebab itu pada penderita DM sering kali cepat lapar
dan merasa lemas (Anies, 2006).
b. Manifestasi Kronis
Secara umum, gejala DM yang terjadi menahun atau bersifat kronis adalah:
1. Gangguan penglihatan seperti pandangan kabur.
2. Gatal-gatal dan bisul yang biasa terjadi di area lipatan seperti lipatan ketiak,
payudara, dan alat kelamin.
3. Gangguan saraf tepi (perifer) seperti kesemutan. Gangguan ini terjadi terutama
pada kaki dan terjadi pada malam hari.
4. Rasa tebal pada kulit sehingga terkadang penderita DM tidak memakai alas kaki.
5. Keputihan pada wanita sehingga menyebabkan daya tahan menurun.
6. Infeksi saluran kemih
7. Gangguan fungsi seksual seperti gangguan ereksi pada pria
8. Luka yang sukar untuk disembuhkan
9. Lemah dan cepat lelah.
Gejala yang disebutkan tadi termasuk dalam gejala ringan DM. Jika pengobatan dan
penanganan penyakit DM masih salah dapat menimbulkan dampak yang berbahaya. Organ-
organ tubuh akan mengalami komplikasi seperti enyakit jantung koroner, gangguan
penglihatan (mata buta), gagal ginjal, gangguan pembuluh darah (stroke), gangguan kulit,
gangguan pada saraf, pembusukan di bagian tubuh, dan penurunan kemampuan seksual.
Hilangnya kemampuan berpikir termasuk komplikasi yang paling berat pada DM (Anies,
2006).

2.5 Patofisiologi
Terdapat beberapa keadaan yang berperan dalam patofisiologi DM tipe 2, yaitu:
resistensi insulin dan disfungsi sel B Pankreas.DM tipe 2 bukan disebabkan karena kurangnya
sekresi insulin, tetapi karena sel- sel sasaran insulin tidak bisa merespon insulin secara normal.
Resistensi insulin disebabkan karena kurangnya aktivitas fisik. obesitas, dan penuaan. Pre
reseptor dan post reseptor terganggu sehingga dibutuhkan insulin yang lebih banyak dari
biasanya untuk mempertahankan glukosa tetap normal. Penurunan sensitivitas insulin
menyebabkan retensi insulin sehingga kadar glukosa dalam darah tinggi.Pada penderita DM
tipe 2 glukosa hepatik dihasilkan berlebih namun tidak terjadi kerusakan pada sel-sel ẞ secara
autoimun. Detiensi fungsi insulin pada penderita diabetes melitus tipe 2 bersifat relatif dan
tidak absolut (Prabawati,2012)
Saat perkembangan awal DM tipe 2, sel fi mengalami gangguan pada fase pertama
sekresi insulin. Sekresi insulin tidak berhasil mengkompensasi resistensi insulin. Jika tidak
bisa ditangani makan sel- sel B pankreas akan mengalami kerusakan. Kerusakan sel-sel B
pankreas yang terjadi secara progresif akan menyebabkan defisiensi insulin, yang membuat
penderita membutuhkan insulin eksogen (Fatimah,2015).
2.6 Pathway

Reaksi Autoimun Reaksi Autoimun

DM tipe II DM tipe II

Sel beta pancreas hancur Sel beta pancreas hancur

Defisiensi Insulin

Anabolisme Metabolisme Penurunan


Lipolysis Aterosklerois
protein protein menurun pemakaian glukosa
meningkat

Ketidakstabilan
Kerusakan pd Merangsang Hiperglikemi kadar glukosa
Gliserol asam
antobodi hipotalamus darah
lemak batas
meningkat
Kekebalan Perut lapar Glycosuria Viskositas
tubuh menurun dan haus darah
Aterosklerois Ketogenesis meningkat
Osmotic
Resiko Neuropati Polidipdi diuresis
infeksi sensori & polifagi Ketonuria Aliran
perifer darah
Poliura melambat
Ketidakseimbangan Ketoasidosis
Klien merasa nutrisi kurang dari
tidak sakit kebutuhan tubuh Dehidrasi Iskemic
saat luka • Nyeri abdomen jaringan
• Mual muntah
• Hiperventilasi
Resiko
• Nafas bau keton
ketidakseimbangan
• Koma
elektrolit

Makrovaskuler Mikrovaskuler Resiko perkusi


perifer tidak
Retina efektif
Jantung Serebral
Retina diabetik

Miocard Penyumbatan
Stroke Gangguan penglihatan
infark pada otak
Resiko cidera
Nyeri akut
Gangren
e

Resiko gangguan integritas jaringan


2.7 Pemeriksaan Penunjang
Untuk mendiagnosis DM tipe 2 yakni dengan melakukan pemeriksaan glukosa darah
dan pemeriksaan glukosa peroral (TTGO). Pemeriksaan C-peptide dilakukan untuk
membedakan DM tipe 2 dan DM tipe I (Fatimah.2015):
a. Pemeriksaan Glukosa Darah
Glukosa Plasma Vena Sewaktu
Pada penderita DM tipe 2 dilakukan dengan manifestasi klinis seperti poliuria,
polidipsia, dan polifagia. Gula darah sewaktu yaitu pemeriksaan gula darah tanpa
memandang terahir kali makan. Dengan pemeriksaan gula darah sewaktu diagnosis DM
tipe 2 sudah dapat ditegakkan. Jika kadar glukosa darah sewaktu 2200mg/dl (plasma
vena) maka sudah bisa dikatakan DM.
b. Glukosa Plasma Vena Puasa
Pada pemeriksaan ini. klien dipuasakan 8-12 jam sebelum tes dengan menghentikan
semua obat yang dikonsumsi. Interpretasi pemeriksaan gula darah puasa yaitu kadar
glukosa plasma puasa 110 mg/dl dinyatakan normal, ≥126 mg/dl adalah diabetes
melitus, sedangkan antara 110-126 mg/dl disebut glukosa darah puasa terganggu
(GDPT). Pemeriksaan ini lebih efektif dibandingkan TIGO
c. Glukosa 2 Jam Post Prandial (GD2PP)
Tes ini dilakukan jika ada kecurigaan DM. Klien makan makanan yang mengandung
100 gr karbohidrat sebelum puasa dan menghentikan olahraga dan rokok. Klien
didiagnosa DM jika kadar glukosa darah ≥ 200 mg/dl. sedangkan nilai normalnya 140.
Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) apabila kadar glukosa > 140 mg/dl tetapi 200
mg/dl.
d. Glukosa jam ke-2 pada Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
Pemeriksaan TTGO dilakukan jika pemeriksaan glukosa sewaktu hasilnya berkisar
140-200 mg/dl. Pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan ditegakkan diagnosa DM
atau tidak. Menurut WHO (2006), cara melakukan TTGO dengan cara melarutkan
75gram glukosa pada dewasa, dan 1,25 mg pada anak-anak yang dilarutkan dalam air
250-300 ml dan dihabiskan dalam waktu 5 menit.TTGO dilakukan minimal pasien telah
berpuasa selama minimal 8 jam Hasil TTGO yaitu: Toleransi glukosa normal apabila ≤
140 mg/dl, Toleransi glukosa terganggu (TGT) apabila kadar glukosa > 140 mg/dl
tetapi 200 mg/dl, dan Toleransi glukosa 200 mg/dl disebut diabetes melitus.
e. Pemeriksaan HbA1c
HbA1c adalah reaksi antara glukosa dan hemoglobin. yang tersimpan dan berada dalam
eritrosit selama 120 hari. Kadar HbA1c tergantung pada kadar glukosa dalam darah.
IbAlc merupakan gambaran rata-rata kadar gula darah selama 3 bulan.. Pemeriksaan
gula darah menunjukkan hasil tes gula darah saat diperiksa dan tidak menunjukkan
pengendalian jangka panjang. Namun pemeriksaan gula darah diperlukan untuk
mengatasi komplikasi akibat perubahan kadar glukosa yang mendadak.

2.8 Komplikasi
1. Komplikasi Akut
1) Koma hipoglikemia Koma hipoglikemia merupakan penurunan glukosa dalam darah
karena pemakaian obat-obat diabetik melebihi dosis yang dianjurkan. Hipoglikemia
diklasifikasikan berdasarkan Triad Whipple dan didefinisikan sesuai gambaran
klinisnya, yaitu:
a. Keluhan yang menunjukkan adanya kadar glukosa darah yang rendah
b. Kadar glukosa darah yang rendah (< 3 mmol/L hipoglikemia pada diabetes)
c. Hilangnya secara cepat keluhan sesudah kelainan biokimiawi dikoreksi
Berdasarkan klasifikasinya tersebut, koma hipoglikemia dibagi sebagai berikut:
a) Hipoglikemia ringan: simptomatik, dapat diatasi sendiri, tidak ada gangguan
aktivitas sehari-hari yang nyata.
b) Hipoglikemia sedang: simptomatik, dapat diatasi sendiri, dan menimbulkan
gangguan aktivitas sehari-hari yang nyata.
c) Hipoglikemia berat: sering (tidak selalu) tidak simptomatik, karena gangguan
kognitif, pasien tidak mampu mengatasi sendiri: membutuhkan bantuan orang lain
tetapi tidak membutuhkan terapi parenteral, memerlukan terapi parenteral, disertai
koma atau kejang.
2) Diabetik ketoasidosis
Glukosa di dalam sel yang minim akan mengakibatkan sel memperoleh energy dengan
cara mencari sumber energi alternatif. Benda-benda keton akan dipakai oleh sel jika
tidak terdapat glukosa. Kondisi ini dapat menyebabkan asidosis karena mengakibatkan
penumpukan residu pembongkaran benda-benda keton yang berlebihan.
3) Koma hiperosmolar non ketosis
Ekresi urin yang banyak menyebabkan penurunan komposisi cairan intrasel dan
ekstrasel sehingga terjadi koma hiperosmolar non ketosis.
2. Komplikasi Kronik
Komplikasi kronis pada DM biasanya muncul setelah 10-15 tahun penegakan diagnosa.
Namun pada DM tipe 2, beberapa pasien yang pertama kali didiagnosis menderita DM sering
kali sudah mengalami komplikasi kronis. Hal ini terjadi karena penderita sudah mengalami
DM sejak lama tetapi tidak mengalami gejala yang jelas sehingga komplikasi juga tidak
terpantau. Kelainan yang ditemukan pada pembuluh darah kecil/ halus (mikroangiopati),
pembuluh darah besar (aterosklerosis), atau pada susunan saraf (neuropati ) merupakan sebab
dari komplikasi kronis khas DM (Fatimah, 2015).
3. Komplikasi Makrovakuler
Perubahan ukuran diameter pembuluh darah adalah akibat dari komplikasi
makrovaskuler. Akibat plak yang menempel pembuluh darah akan menimbulkan sumbatan
(occulsion) selain itu, pembuluh darah akan menebal dan terjadi sklerosis. Penyakit arteri
koroner, penyakit cerebrovaskuler, dan penyakit vaskuler perifer merupakan komplikasi
makrovaskuler yang sering terjadi.
4. Komplikasi Mikrovaskuler
Dinding pembuluh darah yang menebal, dan penurunan perfusi jaringan merupakan
akibat dari kelainan pada pembuluh darah ini. Komplikasi mikrovaskuler menyebabkan
retinopati diabetik karena terjadi di retina dan menyebabkan nefropati diabetik karena
terjadi di ginjal.
Retinopati terjadi karena penurunan protein dalam retina. Perubahan ini dapat
mengakibatkan gangguan dalam penglihatan. Retinopati terbagi menjadi dua yaitu:
a) Retinopati back ground
Retinopati ini terjadi karena pembentukan eksudat keras karena mikroneuronisma di
dalam pembuluh retina.
b) Retinopati proliferative
Retinopati ini terjadi karena pembentukan pembuluh darah baru pada retina yang akan
berakibat menciutnya pembuluh darah dan menyebabkan tarikan pada retina serta
rongga vitreum mengalami pendarahan. Retinopati proliferatif merupakan
perkembangan lanjut dari retinopati back ground. Hiperglikemia yang berkepanjangan
akan menyebabkan pembentukan katarak serta menyebabkan pembengkakan dan
kerusakan lensa.
Nefropati akan menyebabkan komplikasi pada pelvis ginjal karena terjadinya
perubahan mikrovaskuler pada struktur dan fungsi ginjal. Proteinuria ringan ke ginjal
dapat berkembang menjadi tubulus dan glomerulus penyakit ginjal.
2.9 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Sarana pengelolaan farmakologis diabetes dapat berupa:
a. Obat Hipoglikemik Oral
1) Pemicu sekresi insulin
a) Sulfonilurea
Golongan obat ini bekerja dengan menstimulasi sel heta pankreas untuk
melepaskan insulin yang tersimpan. Efek ekstra pankreas yaitu memperbaiki
sensitivitas insulin ada, tapi tidak penting karena ternyata obat ini tidak
bermanfaat pada pasien insulinopenik. Mekanisme kerja golongan obat ini
antara lain:
a. Menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan ( Stored insulin)
b. Menurunkan ambang sekresi insulin
c. Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa (FKUI,
2011)
b) Glinid
Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan sulfonylurea, dengan
meningkatkan sekresi insulin fase pertama. Golongan ini terdiri dari 2 macam
obat yaitu: Repaglinid (derivate asam benzoat) dan Nateglinid (derivate
fenilalanin). Obat ini diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian secara oral
dan diekskresi secara cepat melalui hati.(FKUL, 2011)
2) Penambah sensitivitas terhadap insulin
a) Biguanid
Saat ini dari golongan ini yang masih dipakai adalah metformin. Etformin
menurunkan glukosa darah melalui pengaruhnya terhadap insulin pada tingkat
selular, distal dari reseptor insulin serta juga pada efeknya menurunkan
produksi glukosa hati. Metformin meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel
usus sehingga menurunkan glukosa darah dan menghambat absorbsi glukosa
dari usus pada keadaan sesudah makan. (FKUI, 2011)
b) Tiazolidindion
Tiazolidindion adalah golongan obat yang mempunyai efek farmakologis
meningkatkan sesitivitas insulin. Golongan obat ini bekerja meningkatkan
glukosa disposal pada sel dan mengurangi produksi glukosa dihati.( FKUL,
2011)
c) Penghambat glukosidase alfa
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim glukosidase alfa
dalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan glukosa dan
menurunkan hiperglikemia postprandial. Obat ini bekerja di lumen usus dan
tidak menyebabakan hipoglikemia dan juga tidak berpengaruh pada kadar
insulin.(FKUI, 2011)
3) Incretin mimetic, penghambat DPP-4
Obat ini bekerja merangsang sekresi insulin dan penekanan terhadap sekresi
glukagon dapat menjadi lama, dengan hasil kadar glukosa dapat diturunkan.
(FKUI, 2011)
b. Insulin
Insulin adalah suatu hormone yang diproduksi oleh sel beta dari pulau
Langerhanss kelenjar pankreas. Insulin dibentuk dari proinsulin yang bila kemudian
distimulasi, terutama oleh peningkatan kadar glukosa darah akan terbelah untuk
menghasilkan insulin dan peptide penghubung (C-peptide)yang masuk kedalam aliran
darah dalam jumlah ekuimolar.
Secara keseluruhan sebanyak 20-25% pasien DM Tipe II akan memerlukan
insulin untuk mengendalikan kadar glukosa darahnya. Pada DM Tipe II tertentu akan
butuh insulin bila:
1) Terapi jenis lain tida dapat mencapai target pengendalian kadar glukosa darah
2) Keadaan stress berat, seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan, infark
miocard akut atau stroke.
Pengaruh insulin tehadap jaringan tubuh antara lain insulin menstimulasi
pemasukan asam amino ke dalam sel dan kemudian meningkatkan sintesa protein.
Insulin meningkatkan penyimpanan lemak dan mencegah penggunaan lemak sebagai
bahan energi. Insulin menstimulasi pemasukan glukosa ke dalam sel untuk di gunakan
sebagai sumber energi dan membantu penyimpanan glikogen di dalam sel otot dan hati
(FKUI, 2011)
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan pada kasus DM Tipe II antara lain:
a. Memberikan penyuluhan tentang keadaaan penyakit, symptom, hasil yang ditemukan
dan alternative tindakan yang akan diambil pada pasien maupun keluarga pasien.
b. Memberikan motivasi pada klien dan keluarga agar dapat memanfaatkan potensi atau
sumber yang ada guna menyembuhkan anggota keluarga yang sakit dan
menyelesaikan masalah penyakit diabetes dan resikonya.
c. Konseling untuk hidup sehat yang juga dimengerti keluarga dalam pengobatan dan
pencegahan resiko komplikasi lebih lanjut
d. Memberikan penyuluhan untuk perawatan diri. budaya bersih. menghindari alkohol,
penggunaaan waktu luang yang positif untuk kesehatan, menghilangkan stress dalam
rutinitas kehidupan atau pekerjaan, pola makan yang baik.
e. Memotivasi penanggung jawab keluarga untuk memperhatikan keluhan dan
meluangkan waktu bagi anggota keluarga yang terkena DM atau yang memiliki resiko
f. Mengawasi dit klien DM Tipe II, bila perlu berikan jadwal latihan jasmani atau
kebugaran yang sesuai.
3. Penatalaksanaan Diet
Tujuan umum terapi gizi adalah membantu orang dengan diabetes memperbaiki
kebiasaan gizi dan olahraga untuk mendapatkan control metabolic yang lebih baik, dan
beberapa tambahan tujuan khusus yaitu:
a. Mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal dengan keseimbangan
asupan makanan dengan insulin(endogen/eksogen) atau obat hipoglikemik oral dan
tingkat aktifitas
b. Mencapai kadar serum lipid yang optimal.
c. Memberikan energy yang cukup untuk mencapai atau mempertahankan berat badan
yang memadai pada orang dewasa mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang
normal pada anak dan remaja, untuk peningkatan kebutuhan metabolic selama
kehamilan dan laktasi atau penyambuhan dari penyakit metabolic
d. Dapat mempertahankan berat badan yang memadai
e. Menghindari dan menangani komplikasi akut orang dengan diabetes yang
menggunakan insulin seperti hipoglikemia, penyakit jangka pendek, komplikasi
kronik diabetes seperti penyakit ginjal, hipertensi, neuropati autonomic dan penyakit
jantung
f. Meningkatkan kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal

2.10 Asuhan Keperawatan


Terdapat 5 langkah kerangka kerja proses keperawatan yaitu: pengkajian, diagnosis
keperawatan, perencanaan, (termasuk identifikasi hasil yang diperkirakan), implementasi dan
evaluasi. Setiap langkah proses keperawatan penting untuk pemecahan masalah yang akurat
dan erat saling berhubungan satu sama lain (Potter dan Perry, 2011).
I. Pengkajian
Pengkaijan adalah proses pengumpulan data yang akurat serta sistematis yang bertujuan
untuk menentukan status kesehatan dan fungsional pada saat ini dan waktu sebelumnya,
serta untuk menentukan pola respon klien saat ini dan waktu sebelumnya (Subiyanto,2019).
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan
secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah. Serta kebutuhan-kebutuhan
keperawatan dan kesehatan klien. Selanjutnya data keperawatan dasar tersebut
digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan
keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien
(Sumijatun, 2010).
a. Anamnesa
1. Identitas Klien
Data yang diperoleh meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa,
pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal masuk MRS dan diagnosa medis.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Pengkajian pada riwayat kesehatan sekarang meliputi 2 hal yaitu :
a) Keluhan utama saat masuk rumah sakit
Dalam penulisannya keluhan utama disampaikan dengan jelas dan
padat, dua atau tiga suku kata yang merupakan keluhan yang mendasari
klien meminta bantuan pelayanan kesehatan atau alasan klien masuk rumah
sakit.
Keluhan utama yang sering muncul pada pasien Diabetes Mellitus
tipe II ini yaitu : sering kencing (poliuria), sering haus (polidipsia), mudah
lapar (polifagia), dan berat badan menurun.
b) Keluhan saat dikaji
Berbeda dengan keluhan utama saat masuk rumah sakit, keluhan saat dikaji
didapat dari hasil pengkajian pada saat itu juga penjelasan meliputi PQRST :
P : Palliative merupakan faktor yang mencetus terjadinya penyakit, hal yang
meringankan atau memperberat gejala, klien dengan diabetes mellitus
mengeluh mual muntah, diare dan adanya luka gangren.
Q : Qualiative suatu keluhan atau penyakit yang dirasakan. Rasa mual
meningkat akan membuat klien merasa tidak nafsu makan.
R : Region sejauh mana lokasi penyebaran daerah yang di keluhkan. Mual
dirasakan di ulu hati, bila terjadi gangrene sering dibagian ektremitas atas
dan bawah.
S : Severity drajat keganasan atau intensitas dari keluhan tersebut. Mual
yang dirasakan dapat mengganggu aktivitas klien.
T : Time waktu dimana keluhan yang dirasakan, lamanya dan frekuensinya,
waktu tidak menentu, biasanya dirasakan secara terus-menerus. (Bararah,
2012).
3) Riwayat Kesehatan
Sekarang Berisi tentang riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya.
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi
medis apa saja, mendapatkan pengobatan apa saja, bagaimanakah cara
penggunaan obatnya apakah teratur atau tidak (Padila,2012).
4) Riwayat Kesehatan
Dahulu Adanya riwayat penyakit Diabetes Mellitus atau penyakit-penyakit lain
yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin. Misalnya penyakit pankreas,
hipertensi dan ISK berulang, adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun
arteosklerosis, tindakan medis yang pernah didapat maupun obat-obatan yang
biasa digunakan.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Dapat dilihat di riwayat kesehatan keluarga apakah ada genogram keluarga yang
juga menderita Diabetes Mellitus. Diabetes mellitus mewarisi suatu predisposisi
atau kecenderungan genetic kearah terjadinya Diabetes Mellitus (Padila, 2012).
6) Riwayat Psikososial
Meliputi insformasi tentang penyakit mengenai prilaku perasaan dan emosi
yang dialami penderita berhubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita.
7) Pola aktifitas
(a) Pola nutrisi
Pola aspek ini dikaji mengenai kebiasaan makan klien sebelum sakit dan
sesudah masuk rumah sakit. Peningkatan nafsu makan, mual, muntah,
penurunan atau peningkatan berat badan, banyak minum dan perasaan haus
(Tarwoto dkk, 2017).
(b) Kebutuhan eliminasi
Dikaji mengenai frekuensi, konsistensi, warna dan kelainan eliminasi,
kesulitan-kesulitan eliminasi dan keluhan-keluhan yang dirasakan klien
pada saat BAB dan BAK. Perubahan pola berkemih (polyuria), nokturia,
kesulitan berkemih, diare (Tarwoto dkk, 2017).
(c) Istirahat Tidur
Pada pasien diabetes mellitus sering mengalami gangguan tidur, keletihan,
lemah, sulit bergerak maupun berjalan, kram otot dan tonus otot menurun,
takikardi dan takipnea pada saat istirahat (Doenges, 2010). Kurangnya
aktivitas dapat memicu timbulnya obesitas dan menyebabkan kurangnya
sensitifnya insulin dalam tubuh sehingga menimbulkan penyakit Diabetes
mellitus. Pada penderita yang jarang berolahraga dan beraktivitas, zat
makanan yang masuk kedalam tubuh tidak dibakar tetapi ditimbun dalam
tubuh sebagai lemak dan gula (Kemenkes, 2010).
(d) Personal Hygine
Pada pasien diabetes mellitus ditemukan penyakit periodental dan
dilakukan perawatan gigi. Juga menjaga kulitnya selalu bersih dan kering
khususnya didaerah lipatan seperti paha, aksila, dibawah payudara karena
cenderung terjadi luka akibat gesekan dan infeksi jamur (Smeltzer, 2011).
(e) Aktivitas dan latihan
Dikaji apakah aktivitas yang dilakukan klien dirumah dan dirumah sakit
dibantu atau secara mandiri. Karena pasien DM biasanya letih, lemah, sulit
bergerak, kram otot (Padila, 2012).
b. Pemeriksaan Fisik
1) Status kesehatan umum
Pada pasien diabetes mellitus biasanya kesadarannya composmetis. Namun
pada pasien dengan kondisi hiperglikemia dan hipoglikemi berat dapat
menyebabkan terjadinya penurunan kesadaran. Selain itu pasien akan
mengalami badan lemah, mengalami polidipsi, polifagi dan poliuri dan kadar
gula darah tidak stabil (Rendy, 2012).
2) Sistem pernapasan
Pada pasien Diabetes Melitus biasanya terdapat gejala nafas bau keton, dan
terjadi perubahan pola nafas (Tarwoto dkk,2017)
3) Sistem kardiovaskuler
Pada pasien Diabetes Melitus pada system kardiovaskuler terdapat hipotensi
atau hipertensi, takikardi, palpitasi (Tarwoto dkk, 2017).
4) Sistem pencernaan / gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrasi,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen (Tarwoto dkk, 2017).
5) Sistem genitourinaria
Terdapat perubahan pola berkemih (polyuria), nokturia, kesulitan berkemih,
diare (Tarwoto dkk, 2017).
6) Sistem endokrin
Tidak ada kelainan pada kelenjar tiroid dan kelenjar paratiroid. Adanya
peningkatan kadar glukosa dalam darah akibat terganggunya produksi insulin
(Barara, 2013).
7) Sistem saraf
Menurunnya kesadaran, kehilangan memori, neuropati pada ekstermitas,
penurunan sensasi, peretasi pada jari-jari tangan dan kaki (Tarwoto dkk, 2017).
8) Sistem integument
Pada pasien Diabetes Mellitus kulit kering dan kasar, gatal-gatal pada kulit dan
sekitar alat kelamin, luka gangrene (Tarwoto dkk, 2017)
9) Sistem musculoskeletal
Kelemhan otot, nyeri tulang, kelainan bentuk tulang, adanya kesemutan,
paratasia, dank ram ekstermitas, osteomilitis (Tarwoto dkk, 2017).
10) Sistem pengelihatan
Retinopati atau kerusakan pada retina karena tidak mendapatkan oksigen.
Retina adalah jaringan sangat aktif bermetabolisme dan pada hipoksia kronis
akan mengalami kerusakan secara progresif dalam struktur kapilernya,
membentuk mikroanuerima, dan memperlihatkan bercak bercak perdarahan
(Corwin, 2010).
c. Data psikologis
Stres terganggu pada orang lain, ansietas. Klien akan merasakan bahwa dirinya
tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah dan tidak kooperatif.
d. Data social
Klien akan kehilangan perannya dalam keluarga dan dalam masyarakat karena
ketidakmampuan dalam melakukan kegiatan seperti biasanya.
e. Data spiritual
Klien akan mengalami gangguan kebutuhan spiritual sesuai dengan keyakinan baik
jumlah dalam ibadah yang diakibatkan karena kelemahan fisik dan
ketidakmampuannya.
f. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium, darah yaitu Hb, leukosit, trombosit, hematokrit, AGD,
data penunjang untuk klien dengan Diabetes Mellitus yaitu :
Laboratorium :
Adanya peningkatan gula darah puasa lebih dari nilai normal nya (>126mg/Dl)
(Sulistianingsih, 2016).
2. Analisa Data
Analisa data merupakan kemampuan kognitif dalam pegembangan daya berfikir dan
penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan pengetahuan, pengalaman,
dan pengertian keperawatan. Dalam melakukan analisis data, diperlukan kemampuan
mengkaitkan data dan menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip
yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan
keperawatan klien (Sumijatun, 2010).

II. Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan merupakan langkah kedua dari proses keperawatan yang
menggambarkan penilaian kritis tentang respon individu, keluarga kelompok maupun
masyarakat terhadap msalah kesehatan baik actual maupun potensial. Dimana perawat
mempunyai lisensi dan kompetensi untuk mengatasinya. Dengan demikian asuhan
keperawatan dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan (Sumijatun, 2010).
Adapun diagnosa yang mungkin muncul pada klien diabetes mellitus menurut SDKI
sebagai berikut:
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah
2. Nyeri akut
3. Resiko gangguan integritas jaringan
4. Resiko infeksi
5. Resiko perfusi perifer tidak efektif
6. Risiko ketidakseimbangan elektrolit
III. Intervensi Keperawatan
NO DX. KEP TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
HASIL
1 Ketidakstabilan Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor kadar glukosa
kadar glukosa keperawatan …x24 jam darah
darah diharapkan kestabilan gula 2. Ajarkan kepatuhan diet
darah meningkat dengan dan olahraga
kriteria hasil : 3. Kolaborasi pemberian
1. Lelah/lesu menurun insulin
2. Pusing menurun 4. Kolaborasi pemberian
3. Gemetar menurun kalrium glukomas
4. Kadar glukosa dalam
darah membaik
2 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi lokasi,
keperawatan …x24 jam karakteristik, frekuensi,
diharapkan tingkat nyeri kualitas, intensitas nyeri.
menurun dengan kriteria 2. Berikan teknik non
hasil : farmakologis
1. Keluhan nyeri menurun 3. Ajarkan penggunaan
2. Meringis menurun anaigetik secara tepat.
3. Gelisah menurun 4. Kolaborasi pemberian
4. Kesulitan tidur menurun analgetik (paracetamol)
3 Resiko gangguan Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor karakteristik luka
integritas jaringan keperawatan …x24 jam 2. Bersihkan jaringan
diharapkan integritas jaringan nekrotik
meningkat dengan kriteria 3. Jelaskan tanda dan gejala
hasil : infeksi
1. Kerusakan jaringan 4. Kolaborasi pemberian
menurun antibiotic
2. Nyeri menurun -Cepraz
3. Kemerahan menurun -Metronidasol
4 Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor tanda dan gejala
keperawatan …x24 jam infeksi local
diharapkan tingkat infeksi 2. Jelaskan tanda dan gejala
menurun dengan kriteria infeksi
hasil : 3. Cuci tangan sebelum dan
1. Kemerahan menurun sesudah kontak dengan
2. Nyeri menurun limgkumgan pasien
3. Drainase purulen 4. Kolaborasi pemberian anti
menurun biotik
4. Cairan berbau busuk -cepraz
menurun -metronidasol
5 Resiko perfusi Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor tingkat kesadaran
perifer tidak efektif keperawatan …x24 jam dan respon pupil
diharapkan perkusi perifer 2. Pasang jalur IV, jika perlu
meningkat dengan kriteria 3. Jelaskan penyebab/ factor
hasil : resiko syok
1. Denyut nadi perifer 4. Anjurkan olahraga rutin
meningkat 5. Identifikasi factor resiko
2. Warna kulit pucat gangguan sirkulasi (mis.
menurun Diabetes, perokok,
3. Penyembuhan luka hipertensi,kadar kolesterol
meningkat tinggi)
6 Risiko Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi
ketidakseimbangan keperawatan …x24 jam kemungkianan penyebab
elektrolit diharapkan keseimbangan ketidakseimbangan
elektrolit meningkat dengan elektrolit
kriteria hasil : 2. Monitor kehilanagn cairan
1. Serum natrium 3. Atur interval wakru
meningkat pemantauan sesuai dengan
2. Serum kalium meningkat kondisi pasien
3. Serum klorida meningkat 4. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
IV. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan,
kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan,
mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan dan menilai data yang bari
(Nursalam, 2014).
V. EVALUASI
Evaluasi adalah penilaiaan dengan cara membandingkan perubahan keadaan klien (hasil
yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan dengan
pendekatan (SOAP).
DAFTAR PUSTAKA

Bays, H., Chapman, R. and Grandy, S. (2007). The relationship of body mass index to diabetes
mellitus, hypertension and dyslipidaemia: comparison of data from two national
surveys. International Journal of Clinical Practice, 61(5), pp.737-747.
Choi, B. and Shi, F. (2001). Risk factors for diabetes mellitus by age and sex: results of the
National Population Health Survey. Diabetologia, 44(10).pp.1221-1231.
Daousi, C. (2006). Prevalence of obesity in type 2 diabetes in secondary care: association with
cardiovascular risk factors. Postgraduate Medical Journal, 82(966), pp.280-284.
Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. (2011). Diabetes Care, 35,pp.S64-S71.
Fowler, M. (2011). Microvascular and Macrovascular Complications of Diabetes. Clinical
Diabetes, 29(3), pp.116-122.
Kerner, W. and Brückel, J. (2014). Definition, Classification and Diagnosis of Diabetes
Mellitus. Exp Clin Endocrinol Diabetes, 122(07), pp.384-386.
Ozougwu, O. (2013). The pathogenesis and pathophysiology of type 1 and type 2 diabetes
mellitus. J. Physiol. Pathophysiol. 4(4), pp. 46-57.
PERKENI, (2015). Konsesus dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Indonesia.Jakarta
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 2
DI RS Tk 2/UDAYANA

Oleh:
Kelompok 9

Ni Kadek Dian Karisma Putri (KP1522004)


I Komang Gede Darma Wira Yudha N. (KP1522006)
Mona Mahyarani (KP1522015)
Ni Putu Nanda Prasetya Istiari (KP1522021)
Luh Putu Ayu Kristiana Dewi (KP1522034)
Hesti Kurniawati (KP1522045)

PRODI D-III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESDAM IX/UDAYANA
2023/2024
PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. INFORMASI UMUM
Hari/Tanggal Pengkajian: 24 April 2023
Waktu: 08.00
IDENTITAS DIRI PASIEN (diisi berdasarkan hasil pengkajian)

Nama: Ny.S RM: 19 84 xx

Umur: 63 Tahun Suku Bangsa: Indonesia

Tanggal Lahir: 10-05-1957 Agama: Islam

Tanggal Masuk: 22 April 2023 Pendidikan Terakhir: -

Jenis kelamin: Perempuan Pekerjaan:-

Alamat: Jln Mayjend Sutoyo Denpasar Bali

INDETITAS PENANGGUNG JAWAB / WALI / KELUARGA

Nama: Ny.N Umur: 38 Tahun

Pekerjaan: Swasta Hubungan: Anak

No. Telp: - Jenis kelamin: Perempuan

Alamat: Jln Mayjend Sutoyo Denpasar Bali

RIWAYAT KESEHATAN

Diagnosa Medis: Diabetes Melitus Tipe 2

Keluhan Utama : Rasa nyeri/sakit pada ekstremitas bawah ( jempol kaki kanan ).
Riwayat Kesehatan Saat Ini :
Pasien mengeluh nyeri dan lemas pada kaki kanan
Riwayat Kesehatan Sebelumnya :
Keluarga pasien mengatakan pasien menderita DM sejak 3 tahun yang lalu (2020). Pasien rutin
untuk memeriksakan kadar gula di klinik dan mendapat terapi insulin. Sejak 3 bulan yang lalu
pada kaki pasien terjadi luka berukuran kecil karena di gigit semut, kemudian terus di garuk
oleh pasien dan luka melebar. Pasien rutin melakukan rawat luka di klinik karena luka pasien di
temukan nanah pasien di rujuk ke rumah sakit tingkat 2 udayana pada tgl 22 April 2023.
Riwayat Alergi: -

Riwayat Penyakit:
Pasien menederita Diabetes Melitus Tipe 2 dari tahun 2020.

Faktor Resiko: -

Pengobatan yang sedang dijalani :


- IVFD Ns 0,9% 20 Tpm
- Inj ca Gluconas 1omp/8 jam
- Drip insulin <Novoramid 2/jam sampai GDS <200 mg/dl
- Kalitaka Sact 1 Sact/8jam
- Inj cepraz 1gr/12 jam
- Inj Ranitidine 50 mg/12 jam
- Metronidazole Inf 1 Flash/8 jam
- Paracetamol Inf 1 gr/8 jam
- Onowa 1 Tab/24 jam

Riwayat Operasi/Kemoterapi/Radioterapi : -

Hasil Pemeriksaan Penunjang :


- Pemeriksaan Radiologi
- GDS
Tgl/Jam Hasil GDS Keterangan
22-04-2023
20.00 474
00.00 295
23-04-2023
04.00 209
06.00 219
14.00 220
20.00 229
24-04-2023
06.00 220
14.00 310
25-04-2023
08.00 320
26-04-2023
13.00 113

Hasil Pemeriksaan Laboratorium :


Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
URINALISASI
Urin lengkap
Makroskopis
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
Berat jenis 1.030 1,005-1.030
PH 5,5 4.5-8.0
Leukosit Esterase Negative Negative
Nitrit Negative Negative
Protein Positif (+2) Negative
Glukosa Positif (+3) .
Keton Negative Normal
Urobilinogen Negative Mg/dl Negative
Bilirubin Negative Normal (<1.0)
Darah samar Positif (+1) Negative
Sedimen Negative
Eritrosit 1-3 /1pb 0-2
Lekosit 0-2 /1pb 0-5
Silinder Negative
Sel epitel 3-4 /1pk 0-2
Kristal Negative
Bakteri Positif Negative
Lain-lain Negative
2. DATA BIO-PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL
OKSIGENASI
Data Subjektif:
Pasien mengatakan tidak ada masalah pada system pernapasannya.
Data Objektif
Inspeksi : Pergerakan dada simetris RR : 20x/m
Auskultasi : Terdengar suara vesikuler tidak ada suara tambahan.

Perkusi : Terdengar suara sonor di kedua lapang paru.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

SIRKULASI
Data Subjektif :
Pasien mengatakan tidak memiliki Riwayat tekanan darah tinggi.
Data Objektif
Inspeksi : Tidak terdapat pembesarab vena jugularis.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
Perkusi : Terdengar suara pekak.
Auskultasi : Tidak terdengar suara mur-mur.
NUTRISI
Data Subjektif :
Keluarga pasien mengatakan makan 3xsehari dengan makanan diet DM tidak habis stengah porsi,
minum 1.500 cc baik teh tawar maupun air putih.
Data Objektif
Inspeksi : Pasien makan di suapin keluarga.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
Perkusi : Terdengar suara timpani di ke empat sisi kuadran.
Auskultasi : Terdengar bising usus 14x/m.
ELIMINASI
Data Subjektif :
Pasien mengatakan BAB 2xsehari dengan karakteristik feses lunak dengan bau khas feses.
Data Objektif
Inspeksi : Tanpa terpasang kateter.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada vesical urinaria dan kolon.
Perkusi : Terdengar suara timpani.
Auskultasi : Bising usus 14x.
AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT
Data Subjektif :
Pasien mengatakan hanya bisa berbaring di tempat tidur karena kaki nya yang luka dan tubuh yg
lemas.
Data Objektif
Inspeksi : Pasien tampak lemas.
Palpasi : Nyeri tekan, luka dan balutan pada ekstremitas kanan bawah.
Perkusi : -
Auskultasi : -
Data tambahan :
Kemampuan rentang gerak
Kepala  Fleksi  Ektensi Rotasi
Bahu  Elevasi  Depresi
Ekstermitas atas kanan
 Flexi  Ekstensi  Abduksi  Aduksi
 Supinasi  Pronasi
Ekstermitas atas kiri
 Flexi  Ekstensi  Abduksi  Aduksi
 Supinasi  Pronasi
Ekstermitas bawah kanan
Fleksi abnormal dengan rangsangan nyeri
Ekstermitas bawah kiri
Fleksi abnormal dengan rangsangan nyeri

Kekuatan otot Segmen Kanan Kiri


Ekstremitas atas (mis. 4444) (mis. 4444)
Ekstremitas bawah (mis. 4333) (mis. 4444)

ZPROTEKSI DAN PERLINDUNGAN


Data Objektif :
Suhu : 36,5 c
Luka Ya /Tidak: Ya
Balutan : Pada kaki kanan
Rongga : -
Eksudat : Ada
Warna eksudat : Kekuningan
Bau :Berbau
Presentasi luka : Luka pada jempol kaki kanan
Perdarahan :-
Tanda tanda infeksi : Terdapat pus pada luka
Jenis Luka : Diabetes (Ganggren)

Risiko Jatuh
Skor Penilaian Skala Jatuh Pada Pasien (Morse)
1. Riwayat Jatuh Tidak 0
2. Diagnosis Tidak 0
Sekunder
3. Bantuan Bedrest 15
Ambulasi
4. IV/Heparin Lock Ya 20
5. Mobilisasi/Gaya Bedrest
berjalan Lemah 30

6. Status Mental Orientasi pada kemampuan sendiri 0

Level Risiko Jatuh : (mis. 40 (Resiko lemah))


Level Risiko Skore Morse Fall Tindakan
Tidak ada risiko 0-24 Tidak ada
Risiko lemah 25-50 Lakukan intervensi pencegahan risiko
rendah
Risiko tinggi >51 Lakukan intervensi pencegahan risiko
jatuh

SENSORI
Fisik
Nyeri P : Pasien mengatakan nyeri pada kaki kanan.
Q: Pasien mengatakan nyeri yang di rasakan hilang timbul.
R: Pasien mengatakan nyeri pada kaki kanan.
S: Nyeri dengan skala 4
T: Nyeri dirasakan hilang timbul.
Penglihatan : Pasien mengatakan penglihatan kabur.
Pengecapan : Pasien mengatakan tidak ada masalah pada pengecapan.
Pendengaran : Pasien mengatakan tidak ada masalah pada pendengaran.
CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Intake Output
Bubur saring : - Urine : 1500 cc
Intravena RL : 1500 cc 2 Tpm Feses : 200 cc
Air : 1500 cc IWL : 15Xbb/24 jam
15/60 = 360
Total : 3000 cc Total : 2.630
Balance : 300 2630
: 370 +

Tanda Dehidrasi
Distensi vena jugularis
NEUROLOGI
Fisik
Status Mental
GCS : Composmentis
Ingatan : E:4 V:5 M:6
Informasi : Panjang
Bahasa : Indonesia
Kognisi : Baik
Orientasi : Pasien mampu mengenali keluarganya

ENDOKRIN
Fisik
Kalenjar tiroid Pembesaran: -
Tremor : -
Pankreas Trias DM : - Luka yang tidak kunjung sembuh
- Gula darah tinggi

REPRODUKTIF SEKSUALITAS
Data Subjektif: - Pasien mengatakan sudah tidak memikirkan aktivitas seksual.
- Pasien mengatakan sudah memiliki 2 anak.

Data Objektif: Terpasang kateter

MEKANISME KOPING
Saat memiliki masalah pasien akan bercerita pada anaknya.
KEYAKINAN DAN NILAI
Pasien mengatakan beragama islam dan percaya dengan nilai-nilai keagamaan.
KONSEP DIRI
a. Physical Self :
Pasien mengatakan tidak pernah membenci dirinya.

b. Personal Self :
Pasien mengatakan ingin segera pulih dan bisa pulang.

FUNGSI PERAN
Pasien mengatakan dirinya adalah seorang ibu dari dua anak, dan seorang istri yang mengurus rumah
tangga.
INTERDEPENDENSI
Pasien mengatakan menerima kondisinya saat ini.
A. ANALISA DATA
NO TANGGAL DATA ETIOLOGI MASALAH
1 24 April DS : Diabetes Ketidakstabilan
2023 Pasien mengeluh lemas dan kadar glukosa
lelah Sel B di darah
DO : pancreas
• Kadar glukosa dalam terganggu
darah tinggi 320 pada
tanggal 12-02-2021 Defisit Insulin
• Dalam pemeriksaan
laboratorium glukosa Hiperglikemi
positif (+3)
Ketidakstabilan
kadar glukosa
dalam darah

2 24 April DS : DM Tipe II Nyeri akut


2023 P: Pasien mengatakan
nyeri pada kaki kanan. Nekrosis luka
Q: Pasien mengatakan
nyeri yang dirasakan Kerusakan
hilang timbul integritas
R: Pasien mengatakan jaringan
nyeri pada kaki kanan
S: Pasien mengatakan Nyeri akut
nyeri dengan skala 4
T: Pasien mengatakan
nyeri di rasakan hilang
timbul
DO :
• Pasien tampak meringis
dan gelisah
• Tampak luka pasca
bedah pada ibu jari
kanan kaki
3 24 April DS : DM Tipe II Resiko
2023 Pasien mengatakan nyeri gangguan
pada kaki kanan pasca Gula darah tidak integritas
bedah dapat masuk jaringan
DO : dalam sel
• Tampak luka pada
ekstremitas bawah (ibu Kerusakan anti
jari kanan) bodi
• Terdapar jaringan
nekrosis Neuropatik

Nekrosis luka

Ganggren

Resiko
gangguan
imtegritas
jaringan

4 24 April DS: DM Tipe II Resiko infeksi


2023 • Pasien mengatakan
terdapat luka pada kaki Neuropati
• Pasien mengatakan
selama di rumah sakit Nekrosis luka
luka dibersihkan oleh
perawat setiap hari Kerusakan
• Pasien mengatakan integritas
panas pada kaki jaringan

DO:
• Terdapat luka pada ibu Resiko infeksi
jari kanan
• Terdapat pus pada luka
• Luka tertutup kasa
• Terdapat jaringan
nekrotik pada luka

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO. TGL DIAGNOSA TGL TTD
DX MUNCUL KEPERAWATAN TERATASI
1 24 April 2023 Ketidakstabilan kadar glukosa 26 April 2023
darah b.d hiperglekemia d.d kadar
glukosa darah tinggi 320, pasien
mengeluh lemas dan lelah.
2 24 April 2023 Nyeri akut b.d agen pencederaan 26 April 2023
fisik d.d psien tampak meringis,
luka pasca bedah pada kaki.
3 24 April 2023 Resiko gangguan integritas 26 April 2023
jaringan b.d neuropati perifer d.d
kerusakan jaringan pada
ekstremitas bawah (ibu jari kaki
kanan)
4 24 April 2023 Resiko infeksi b.d kerusakan 26 April 2023
integritas jaringan d.d adanya
luka, terdapat pus/nanah pada
luka,panas pada luka
C. PERENCANAAN
HARI/ NO.
RENCANA KEPERAWATAN
TGL DX
TUJUAN DAN
KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
HASIL
Setelah di berikan 1. Monitor kadar 1. Untuk mengontrol kadar
asuhan glukosa darah glukosa
keperawatan 2. Ajarkan 2. Agar pasien dan keluarga
selama 2x24 jam kepatuhan diet mampu menjaga pola
di harapkan dan olahraga makanan dan olahraga
kestabilan gula secara mandiri
Senin, 24
darah meningkat 3. Kolaborasi 3. Agar terpenuhi pasokam
April 1
dengan kriteria pemberian insulin insulin pada tubuh
2023
hasil: penderita diabetes.
1. Lelah/lesu 4. Kolaborasi 4. Untuk memenuhi
menurun pemberian kebutuhan kalium
2. Kadar kalrium glukomas glukosa, garam, kalium
glukosa dari asam glukonat.
menurun
Setelah diberikan 1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk mengetahui
asuhan karakteristik, tingkat nyeri yang
keperawatan frekuensi, dirasakan pasien
selama 2x24 jam kualitas, intensitas
diharapkan nyeri.
Senin, 24 tingkat nyeri 2. Berikan teknik 2. Agar nyeri pasien
April 2 menurun dengan non farmakologis berkurang tanpa obat-
2023 kriteria hasil: obatan
1. Meringis 3. Ajarkan 3. Agar pasien tidak
menurun penggunaan sembarangan
2. Gelisah anaigetik secara menggunakan obat
menurun tepat. Pereda nyeri
3. Keluhan 4. Kolaborasi 4. Mengurangi nyeri
nyeri pemberian dengan obat-obatan yang
menurun analgetik masuk dalam golongan
(dengan (paracetamol) analgetik
skala 0-2)
Setelah dilakukan 1. Monitor 1. Untuk mengetahui jenis
asuhan karakteristik luka luka (ukuran, warna,
keperawatan bau, drainase)
selama 2x24 jam 2. Bersihkan jaringan 2. Agar kematian jaringan
di harapkan nekrotik tiak menyebar.
integritas 3. Jelaskan tanda dan 3. Agar pasien/keluarga
jaringan gejala infeksi bisa mengetahui lebih
meningkat awal jia ada infeksi dan
Senin, 24
dengan kriteria segera dilakukan
April 3
hasil: tindakan.
2023 4. Kolaborasi
1. Nyeri 4. Mencegah infeksi
pemberian
menurun dengan
antibiotic
2. Nekrosis cepraz: antibiotic
-Cepraz
menurun sefalosporin yang
-Metronidasol
3. Kerusakan mengadung cepoferazon.
jaringan Metronidasol:antibiotic
menurun untuk mengobati infeksi

Setelah dilakukan 1. Monitor tanda dan 1. Mengurangi atau


asuhan gejala infeksi local mencegah terajdinya
keperawatan infeksi lebih awal.
selama 2x24 jam 2. Jelaskan tanda dan 2. Agar pasien bisa
Senin, 24 di harapkan gejala infeksi mengetahui lebih awal
April 4 tingkat infeksi jika ada infeksi dan
2023 menurun dengan segera dilakukan
kriteria hasil: tindakan.
3. Cuci tangan
1. Nyeri 3. Mencegah terjadinya
sebelum dan
menurun infeksi nasokomial.
sesudah kontak
2. Nekrosis
menurun dengan
3. Drainase limgkumgan
purulen pasien
menurun 4. Kolaborasi 4. Mencegah infeksi
pemberian anti Cepraz: antibiotic
biotik sefalosporin yang
-cepraz mengandung cepoferazon.
-metronidasol Metromidasol: antibiotic
untuk mengobati infeksi

D. PELAKSANAAN
HARI/ NO. TINDAKAN
JAM RESPON KLIEN TTD
TGL DX KEPERAWATAN
Senin, 09.30 1. Mengidentifikasi DS:
24 lokasi,karakteristik, P. Pasien mengatakan nyeri
April frekunsi, kualitas pada kaki kanan.
2023 intesitas nyeri. Q: Pasien mengatakan nyeri
dirasakan panas hilang
timbul
R: Pasien mengatakan nyeri
pada kaki kanan
S: Pasien mengatakan skala
nyeri yang dirasakan 4
2
T: Pasien mengatakan nyeri
hilang timbul
DO:
Pasien tampak meringis
Pasien tampak luka pasca
bedah pada ibu jari kaki
kanan
09.40 2. Mengajarkan DS:
pasien teknik nafas Pasien mengatakan paham
dalam. DO:
Pasien tampak
memperagakan.
09.50 3. Menjelaskan DS:
penggunaan Pasien dan keluarga
analgetik yang mengatakan paham
tepat. DO:
Keluarga tampak
mendengarkan.
11.00 4. Melakukan DS:
tindakan delegasi -
dari dokter dalam DO:
pemberian Terkonfirmasi obat masuk 1
paracetamol. gr/8 jam

08.00 1. Memonitor kadar DS:


glukosa darah Pasien mengatakan bersedia.
DO:
320 gula darah tinggi
11.00 2. Mengajarkan diet DS:
dan olahraga untuk Keluarga mengatakan pasien
pasien DM di rumah mengkonsumsi nasi
Selasa, beras merah dan sudah
25 menjaga asupan makanan,
1
April pasien rutin berjalan-jalan
2023 sewaktu sehat.
DO:
Pasien dan keluarga tampak
antusias.
08.00 3. Melakukan DS:
tindakan delegasi/ -
kolaboratif DO:
pemberian insulin. Insulin masuk 4ml
Rabu, 3 08.00 1. Memonitor DS:
26 karakteristik luka -
April DO:
2023 Luka pada ibu jari, berbau,
dengan warna kehitaman
terdapat pus atau nanah.
2. Membersihkann DS:
jaringan nekrotik -
DO:
Tampak luka kehitaman.
3,4 08.00 1. Menjelaskan tanda DS:
dan gejala infeksi Keluarga mengatakan
seperti (adanya paham.
nanah, kemerahan, DO:
rasa panas pada Keluarga tampak antusias.
luka)
3,4 08.30 2. Melakukan DS:
tindakan -
kolaboratif DO:
pemberian cepraz Obat masuk
Rabu, dan metronidasol. Cepraz=1 gr/12 jam
26 Metronidasol=1gr/ 8jam
April 4 08.30 3. Memonitor tanda DS:
2023 dan gejala infeksi. Pasien mengeluh nyeri panas
pada luka.
DO:
Tampak nanah pada luka.
DS:
4 08.30 4. Mencuci tangan -
sebelum dan DO:
sesudah ke Perawat mencuci tangan
lingkungan pasien sebelum dan sesudah
tindakan.
1 13.00 1. Memonitor kadar DS:
gula darah. Pasien mengatakan sudah
tidak lemas.
Selasa, DO:
25 113
April 3 11.00 2. Melakukan DS:
2023 perawatan luka -
(membersihkan DO:
jaringan nekrotik) Luka tampak bersih tidak ada
pus/nanah

E. EVALUASI
HARI/ NO.
NO JAM EVALUASI TTD
TGL DX
Rabu, S:
26 Keluarga mengatakan pasien di rumah
April mengkonsumsi nasi beras merah dan
2023 sudah menjaga asupan makanan
O:
Pasien dan keluarga tampak antusias.
320 gula darah tinggi
A:
1 1 13.00 Masalah belum teratasi
P:
Pertahankan kondisi dan lanjutkan
intervensi
1. Monitor kadar glukosa darah
2. Ajarkan kepatuhan diet dan olahraga
3. Kolaborasi pemberian insulin
4. Kolaborasi pemberian kalrium
glukomas
2 Rabu, 2 13.00 S :
26 P. Pasien mengatakan nyeri pada kaki
April kanan.
2023 Q: Pasien mengatakan nyeri dirasakan
panas hilang timbul
R: Pasien mengatakan nyeri pada kaki
kanan
S: Pasien mengatakan skala nyeri yang
dirasakan 4
T: Pasien mengatakan nyeri hilang
timbul
Pasien dan keluarga mengatakan paham
O:
Pasien tampak meringis
Pasien tampak luka pasca bedah pada ibu
jari kaki kanan
Keluarga dan pasien tampak
mendengarkan
A:
Tujuan belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
2. Berikan teknik non farmakologis
3. Ajarkan penggunaan anaigetik secara
tepat
4. Kolaborasi pemberian analgetik
(paracetamol)
Rabu, S:
26 Keluarga mengatakan paham.
3 April O:
2023 Luka tampak bersih tidak ada pus/nanah
Keluarga tampak antusias
Obat masuk
Cepraz=1 gr/12 jam
Metronidasol=1gr/ 8jam
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
1. Monitor karakteristik luka
2. Bersihkan jaringan nekrotik
3. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
4. Kolaborasi pemberian antibiotic
-Cepraz
-Metronidasol
Rabu, S:
26 Pasien mengeluh nyeri panas pada luka.
April O:
2023 Tampak nanah pada luka.
Obat masuk
Cepraz=1 gr/12 jam
Metronidasol=1gr/ 8jam
A:
Masalah belum teratasi
4
P:
Lanjutkan intervensi
1. Monitor tanda dan gejala infeksi local
2. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan limgkumgan pasien
4. Kolaborasi pemberian anti biotik
-cepraz
-metronidasol

Anda mungkin juga menyukai