Anda di halaman 1dari 62

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KASUS DIABETES

MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TORABELO


SIGI KABUPATEN SIGI BIROMARU PROVINSI SULAWESI TENGAH

Proposal Penelitian

Oleh:

Nurwatini

PO7120120019

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III
KEPERAWATAN PALU
2022
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI...................................................iii

DAFTAR ISI.......................................................................................................vi

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................3
C. Tujuan Penelitian....................................................................................3
D. Manfaat Penelitian..................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
a. Konsep tentang Diabetes Melitus............................................................6
b. Konsep Asuhan Keperawatan.................................................................21
c. Konsep Asuhan Keperawatan pada pasien DM............................................24
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian........................................................................................35
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian..................................................................35
C. Subjek Penelitian ...................................................................................35
D. Definisi Operasional................................................................................35
E. Pengumpulan Data..................................................................................37
F. Analisa Data............................................................................................38
G. Etika Penelitian.......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................41
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal ini telah disetujui untuk diuji oleh Tim Penguji Politeknik Keseha
tan Kemenkes Palu Jurusan Keperawatan Prodi DⅢ Keperawatan Palu.

Nama : NURWATINI
Nim : PO7120120019

Palu, Desember 2022


Pembimbing I,

Dr. JURANA, S.Kep.Ns.,M.kes


Nip. 197112151991012001

Palu, Desember 2022


Pembimbing II,

Dr. ANDI FATMAWATI SYAMSU, S.kep,Ners,M.kep,sp,Kep.An


Nip. 197908142001121001

Mengetahui
Ketua Program Studi DⅢ Keperawatan Palu

I Wayan Supetran,S.Kep.Ns.M.Kes
Nip. 196906051990021002
DAFTAR GAMBAR
Pathway Diabetes Melitus...................................................................................16
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Format Penjelasan Sebelum Penelitian


Lampiran 2 Format Persetujuan Respondent
Lampiran 3 Format Pengkajian Askep
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) memprediksi kenaikan

jumlah pasien diabetes melitus di indonesia dari 8,43 juta jiwa pada

tahun 2002 menjadi 21,257 juta jiwa pada tahun 2030. Peningkatan

kejadian kasus diabetes melitus di pengaruhi beberapa faktor seperti

perubahan pola gaya hidup, berapa usia dan kultur (WHO 2020).

Berdasarkan data badan pusat statistik indonesia tahun 2003,

diperkirakan penduduk indonesia yang berusia di atas 20 tahun

sebanyak 133 juta jiwa, dengan prevalensi DM sebesar 14,7% pada

daerah urban dan 7,2% pada daerah rural, sehinga diperkirakan pada

pertambahan penduduk, diperkirakan bahwah pada tahun 2030 nanti

akan ada 194 juta penduduk yang berusia di atas 20 tahun dengan

asumsi prevalensi DM pada urban 14,7% dan rural 7,2%, maka

diperkirakan terdapat 28 juta penyandang diabetes didaerah urban

dan 13,9 juta di daerah rural. terjadi peningkatan prevalensi DM

menjadi 8,5%.

Diabetes melitus merupakan penyakit yang berdampak terhadap

tingginya pembiayaan kesehatan seiring dengan meningkatnya

penyandang diabetes melitus diseluruh dunia termaksud indonesia

1
sehingga perlu ditingkatkan upaya pencegahan dan pengendalian

diabetes melitus. Upaya pencegahan dan pengendalian diabetes

melitus yang dilakukan melalui pencegahan faktor resiko diabetes

melitus seperti kurangnya aktivitas fisik, diet tidak sehat,

kegemukan, tekanan darah tinggi dan peningkatan kadar gula darah.

Dengan pencegahan dan pengendalian diabetes melitus yang

dilaksanakan secara koperehensif, berkualitas dan terintegrasi, maka

pada akhirnya peningkatan kesakitan, kecatatan dan kematian akibat

diabetes dapat ditekan.

Bagi wilayah provinsi sulawesi tengah penyandang diabetes

melitus yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar

minimum pada tahun 2020. Di Sigi biromaru sebesar 14,723 jiwa

dengan jumlah yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai

standar 150 jiwa.

Pada tahun 2020 kabupaten/kota yang penduduknya menderita

DM tertinggi dikabupaten banggai sebesar 19,403 jiwa dengan

jumlah yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar

sebesar 404 jiwa (2,1%), yang mendapatkan pelayanan tapi tidak

terlayani sesuai standar sebesar 296 jiwa (1,5%). Kabupaten/kota

yang penduduknya menderita DM terendah dikabupaten banggai

laut sebesar 4.263 jiwa dengan jumlah yang mendapatkan pelayanan

kesehatan sesuai dengan standar sebanyak 23 jiwa (0,5%), yang

2
mendapatkan pelayanan kesehatan tapi tidak terlayani sesuai standar

sebesar 15 jiwa (0,4%) (profil kesehatan, 2020).

Catatan data rekam medik rumah sakit Torabelo sigi penderita

diabetes melitus tipe 2. Pada tahun 2019 sebanyak 91 jiwa, pada

tahun 2020 meningkat jadi sebanyak 151 jiwa, sedangkan pada

tahun 2021 kasus diabetes melitus tipe 2 terdapat sebanyak 135 jiwa

(RSUD 2020)

Seorang perawat memiliki peran penting dalam proses

penyesuaian diri pada pasien DM dengan memberikan edukasi

mengenai penyakit DM serta memberikan penjelasan tentang

pentingnya perawatan diri terhadap DM agar dapat memperbaiki

kesalahpahaman dan peningkatan pemahaman mengenai penyakit

DM.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah

dalampenelitian ini adalah ‘’Bagaimana Asuhan Keperawatan pada

pasien dengan kasus diabetes melitus tipe 2’’ di RSUD Torabelo

sigi?

3
C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan

kasus Diabetes Melitus tipe 2 di RSUD Torabelo sigi.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk melakukaan pengkajian pada pasien dengan kasus
Diabetes Melitus tipe 2 di RSUD Torabelo sigi.
b. Untuk merumuskan diagnosis keperawatan pada pasien
dengan kasus Diabetes Melitus tipe 2 di RSUD Torabelo
sigi.
c. Untuk Menyusun rencana intervensi keperawatan pada
pasien dengan kasus Diabetes Melitus tipe 2 di RSUD
Torabelo sigi.
d. Untuk melakukan implementasi keperawatan pada pasien
dengan kasus Diabetes Melitus tipe 2 di RSUD Torabelo
sigi.
e. Untuk melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan
kasus Diabetes melitus tipe 2 di RSUD Torabelo sigi.

D. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi;

1. Manfaat Bagi Rumah Sakit Torabelo Sigi

Hasil penelitian ini harapkan dapat diaplikasikan bagi semua

perawat atau tenaga Kesehatan dalam menerapkan asuhan

4
keperawatan pada pasien dengan kasus diabetes melitus tipe 2

di RSUD Torabelo sigi.

2. Manfaat Bagi Poltekkes Kemenkes Palu

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan sumber

bacaan bagi mahasiswa yang terkait pada asuhan keperawataan

pada pasien dengan kasus diabetes melitus tipe 2 serta sebagai

tambahan referensi bagi perpustakaan poltekkes kemenkes

palu.

3. Manfaat Bagi Peneliti Dan Peneliti Lain

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan bagi penulis dan

penelitian ini di harapkan sebagai pedoman dan tolak ukur

keberhasilan yang dapat di capai dalam asuhan keperawatan

dengan kasus diabetes melitus tipe 2 dalam melakukan

penelitian selanjutnya.

4. Manfaat Bagi Masyarakat


Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan

pengetahuan masyarakat tentang DM khususnya penderita DM.

5
BAB Ⅱ

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Tentang Diabetes Melitus


1. Definisi

Diabetes diabetes merupakan sekumpulan gangguan metabolik

yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah

(hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin

atau keduanya (Brunner & suddart, 2013). Diabetes merupakan

penyakit kronis dimana terjadi kenaikan kadar glukosa darah

(hiperglikemia) yang disebabkan pankreas tidak menghasilkan

cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang

dihasilkan dengan efektif (WHO,2016).

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit gangguan

metabolism kronis yang ditandai dengan peningkatan glukosa darah

6
( hiperglikemia), disebabkan karena ketidakseimbangan antara

supplai dan kebutuhan insulin. Insulin dalam tubuh dibutuhkan untuk

memfalitasi masuknya glukosa dalam sel agar dapat digunakan

untuk metabolism dan pertumbuhan sel. berkurang atau tidak adanya

insulin menjadikan glukosa bertahan didalam darah dan

menimbulkan peningkatan gula darah, sementara sel menjadi

kekurangan glukosa yang sangat di butuhkan dalam kelangsungan

dan fungsi sel. Dibetes melitus adalah penyakit kronik, progresif

yang dikarakteristikan dengan ketidakmampuan tubuh untuk

melakukan metabolism karbohidrat, lemak, dan protein awal

terjadinya hiperglikemia (kadar gula yang tinggi dalam darah)

(Tarwoto, 2012).

Diabetes adalah penyakit kronis yang kompleks yang

membutuhkan perawatan medis berkelanjutan dengan strategi

pengurangan resiko multifactorial diluar kendali glikemik.

Pendidikan dan dukungan menejemen mandiri klien yang

berkelanjutan sangat penting untuk mencegah komplikasi jangka

Panjang. Ada bukti signifikan yang mendukung berbagai intervensi

untuk meningkatkan hasil diabetes. “standar perawatan medis dalam

diabetes” dari American diabetes Association (ADA), yang disebut

sebagai standar perawatan, dimaksudkan untuk menyediakan para

dokter, klien, peneliti, pembayar, dan individu lain yang tertarik

7
dengan komponen diabetes, tujuan perawatan umum, dan alat untuk

mengevaluasi kualitas perawatan (Association, 2019).

2. Klasifikasi

Klasifikasi Diabetes Melitus Menurut (Tandra, 2018)

a. Diabetes Melitus Tipe 1

Diabetes melitus tipe 1 atau yang disebut diabetes insulis

merupakan penyakit autoimun yang disebabkan oleh

adanya gangguan pada sistem imun atau kekebalan tubuh

yang mengakibatkan rusaknya pankreas. Kerusakan pada

pankreas pada diabetes tipe 1 dapat disebabkan karena

genetika (keturunan).

Pengidap Diabetes tipe 1 tidak banyak namun, jumlanya

terus meningkat 3% setiap tahun. Peningkatan tersebut

terjadi pada anak yang berusia 0-14 tahun. Tahun 2015

mencatat terdapat 542.00 kasus diabetes melitus tipe 1

diseluruh dunia, dan akan bertambah 86.000 orang setiap

tahunnya. Di indonesia data statistik mengenai diabetes tipe

1 belum ada, namun diperkirakan tidak melebih dari 2%.

Hal ini disebabkan oleh tidak diketahui atau tidak

terdiagnosisnya penyakit pada kasus. Penyakit ini biasanya

muncul pada usia anak sampai remaja baik laki-laki

maupun perempuan.

b. Diabetes Melitus Tipe 2

8
Diabetes melitus tipe 2 atau yang sering disebut Non-

insulin merupakan diabetes yang resistensi terhadap

terhadap insulin. Insulin dalam jumlah yang cukup tetapi

tidak dapat bekerja secara optimal sehingga menyebabkan

kadar glukosa darah tinggi dalam tubuh. Defisiensi insulin

yang juga dapat terjadi secara relatif pada kasus diabetes

melitus tipe 2 dan sangat mungkin menjadi defisiensi

insulin absolut. Pengidap diabetes tipe 2 lebih banyak

dijumpai. Pengidap penyakit diabetes tipe 2 biasanya terjadi

pada usia 40 tahun, tetapi bisa timbul pada usia 20 tahun.

Sekitar 90-95% kasus diabetes melitus merupakan diabetes

melitus tipe 2.

c. Diabetes Melitus Gastasional

Diabetes melitus gastasional biasanya muncul pada

kehamilan. Keadaan ini terjadi karena pembentukan

beberapa hormon pada ibu hamil yang menyebabkan

resistensi insulin. Ibu hamil yang mengalami diabetes

melitus gastasional akan terdeteksi pada saat kehamilan

berumur 4 bulan keatas, dan glukosa darah akan kembali

normal pada saat ibu telah melahirkan.

3. Etiologi
Diabetes melitus tipe 2 adalah respon terhadap insulin yang

berkurang atau disebut dengan resistensi insulin. Selama keadaan

9
ini, insulin insulin tidak efektif untuk uptake glukosa dan

menurunkan kadar glukosa di pembuluh darah. Awalnya,

keadaan ini diimbangi dengan peningkatan produksi insulin

untuk mempertahankan homeostasis glukosa, tetapi seiring

waktu, produksi insulin menurun, mengakibatkan diabetes

melitus tipe 2 (Goyan R 2020).

Factor resiko untuk diabetes melitus tipe 2 (DM tipe 2)

bersifat multifactorial yang meliputi yang bisa di modifikasi dan

tidak dapat dimodifikasi.

1) Factor resiko diabetes melitus tipe 2 yang tidak dapat

dimodifikasi meliputi genetic, ras,dan usia.

a. Factor genetic; Diabetes melitus tipe 2 merupakan hasil

interaksi antara factor genetic Bersama dengan factor

lingkungan. Factor genetic memegang peran penting

dalam factor resiko diabetes melitus tipe 2, dimana

penyakit ini lebih beresiko terjadi pada kembar

monozigot, yang terbagi 100% DNA mereka urutan, dari

pada kembar dizigotik.

b. Usia dan ras; Kelompok usia lebih dari 45 tahun dan

orang asia termasuk golongan yang rentan terkena

diabetes melitus tipe 2.

10
2) Factor resiko diabetes melitus tipe 2 yang dapat dimodifikasi

adalah diet dan gaya hidup, konsumsi obat , dan penyakit

kronik. Akan tetapi perlu diperlihatkan bahwa tidak semua

penyakit kronik dapat di hindari, contoh seperti sindrom

ovarium polikistik (polycystic ovary syndrome/ PCOS.

a. Diet dan gaya hidup; Diet dan gaya hidup merupakan

factor resiko yang juga berpean dalam diabetes melitus

tipe 2. Diet asupan tinggi karbonhidrat dan lemak, rendah

serat, serta aktifitas fisik yang lebih banyak duduk dan

tiduran dari pada olahraga menyebabkan intake glukosa

meningkat, tapi tidak diimbangi dengan uptake glukosa

jaringan. Hal ini nantinya akan meningkat resiko

terjadinya resistensi insulin dan produksi stress oksidatif

( Zheng, 2017).

Selain itu, kebiasan merokok, stress psikososial dan

depresi juga berperan dalam kejadian resistensi insulin

dan diabetes melitus tipe 2.

b. Penyakit kronik dan sindrom metabolic; Penyakit kronik

dan simbol metabolik yang berperan dalam diabetes

melitus tipe 2 antara lain seperti obesitas, obesitas sentral,

hipertensi, dislipidemia dan sindrom ovarium polikistik

(poiycystic ovary syndrome/ PCOS). Selain itu Riwayat

11
diabetes melitus gestasional atau melahirkan bayi dengan

berat badan lebih dari 4 kg juga merupakan factor resiko

diabetes melitus tipe 2 (Garcia, 2020).

c. Konsumsi obat-obatan; Konsumsi beberapa obat dapat

meningkatkan resiko terjadinya diabetes melitus tipe 2.

Contoh obat-obatan yang dapat meningkatkan resiko

diabetes melitus tipe 2 antara lain; kortikosteroid dan

jamu yang mengandung kortikosteroid, seperti

prednisone; statin, seperti atorvastatin dan rosuvastatin;

thiazides, seperti hydrochlorothiazide; dan beta-blocker,

seperti metoprolol (suh s, 2017).

Efek glukokortikoid pada homeostasis glukosa sangat

kompleks dab belum sepenuhnya di pahami. Efek

negatifnya antara lain adalah peningkatan resistensi

insulin, peningkatan introleransi glukosa, penurunan

jumlah sel pancreas , dan peningkatan resistensi insulin di

hepar, sehingga mengganggu produksi glukosa hati

(zheng, 2017).

4. Patofisiologi Diabetes Melitus

Menurut smeltzer, diabetes tipe 1 terdapat ketidakmampuan

untuk menghasilkan insulin karena sel sel beta pankreas telah

12
dihancurkan oleeh proses autonomi. Hiperglikemi puasa terjadi

akibat produksi glukosa yang tidak tertukar oleh hati. Disamping

glukosa yang berasal dari makanantidak dapat disimpan dihati

meskipun tetap berada didalam darah menimbulkan

hiperglikemia prospandial. Jika kosentrasi glukosa dalam darah

cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap kembali ke

glukosa yang tersaring keluar, akibatmya glukosa tersebut

muncul dalam urine (glikosuria). Ketika glukosa yang berlebihan

dieksresikan kedalam urine, ekresi ini akan disertai pengeeluaran

cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan

diuresis osmotik,sebagai akibat dari kehilangan cairan

berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih

(poliurea) dan rasa haus (polidipsi) (smeltzer 2015 dan Bare,

2015).

Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein

dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien

dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia), akibat

menurunan simpanan kaloro. Gejala lainya kelelahan dan

kelemahan, dalam keadaan normal insulin mengendalikan

glikogenolisis (pemecahan glukosa yang tersimpan) dan

gluconeogenesis (pembentukan glukosa baru dari asam amino

dan subtansi lain). Namun pada penderita difesiensi insulin,

proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut

13
menimbulkan hiperglikemia. Disamping ini akan terjadi

pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi ba

dan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak.

Badan keton merupakan asam yang menggangu keseimbangan

asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis

yang disebabkan dapat menyebabkan tanda dan gejala seperti

nyeri abdomen mual, muntah, hiperventilasi nafas berbau aseton

dan bila tidak ditangani akan menimbulkan penurunan

kesadaran, koma bahkan kematian, pemberian insulin bersama

cairan dan elektolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan

cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala

hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai

pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen

terapi yang penting.

DM tipe 2 merupakan suatu kelainan metabolik dengan

karakteristik utama adalah terjadinya hiperglikemia kronik.

Meskipun pula pewarisnya belum jelas,faktor genenik dikatakan

memiliki peranan yang sangat penting dalam munculnya DM

tipe 2. Faktor genetik ini akan berinteraksi dengan faktor

lingkungan seperti gaya hidup, obesitas,rendah aktifitas fiik, diet,

dan tingginya kadar asam lemak bebas.

14
Mekanisme terjadinya DM tipe 2 umumnya disebabkan

karena resistensi insulin dan sekresi insulin. Normalnya insulin

akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. sebagai

akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu

rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa dalam sel.

Resistensi insilin DM tipe 2 disertai denan penurunan reaksi intra

sel. Dengn demikian insulin menjadi tidak efektif untuk

menstimulasi pengambilan glukosa dalam jaringan. Untuk

mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa

dalam darah, harus menjadi peningkatan jumlah insulin yang

disekresikan.

Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi

akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan

dipertankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat.

namun demkian, jika jika sel B tidak mampu mengimbangi

peningkatan kebutuhan insulin, maka kadar glukosa akan

meningkat dan terjadinya DM tipe 2, meskipun terjadi ganggaun

sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe 2, namun

masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk

mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang

menyertainya, karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada

DM tipe 2, meskipun demikian, DM tipe 2 yang tidak terkontrol

15
akan menimbulkan masalah akut lainya seperti sindrom

hiperglikemik hiporosmolar non-ketotik (HHNK).

Akibat toleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama

bertahun-tahun) dan progresif, maka DM tipe 2 dapat berjalan

tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut

sering bersifat ringan, seperti ; kelelahan, iritabilitas, poliuria,

polidipsia, luka pada kulit yang lama sembuh, infeksi vagina atau

pandangan kabur.

5. Manifestasi Klinis

Menurut PPNI (2017) tanda dan gejala ketidakstabilan kadar

glukosa darah di bagi menjadi 2 yaitu tanda dan gejala

hiperglikemia serta tanda dan gejala hiperglikemia yang masing-

masing memiliki tanda dan gejala mayor dan minor. Pertama

tanda dan gejala mayor hiperglikemia meliputi pasien

mengatakan sering merasa lelah atau lesu, dan kadar glukosa

dalam darah /urine pasien tinggi. Sedangkan tanda dan gejala

minor hiperglikemia meliputi pasien mengeluh mulutnya terasa

kering, sering merasa haus, dan jumlah urine pasien meningkat.

Sedangkan tanda dan gejala minor hipoglikemia meliputi pasien

16
mengeluh sering merasa kesemutan pada ekstermitasnya, sering

merasa lapar, pasien tampak gemetar, kesadaran pasien menurun,

berperilaku aneh, pasien tampak sulit berbicara dan berkeringat.

6. Pathway Diabetes Melitus

7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Pasien Diabetes Melitus adalah sebagai

berikut (Tandra,2013 );

a) Edukasi

Pemberian informasi tentang gaya hidup yang perlu

diperbaiki secara khusus memperbaiki pola makan, pola

latihan fisik, serta rutin untuk melakukan pemeriksaan gula

darah. Informasi yang cukup dapat memperbaiki

pengetahuan serta sikap bagi penderita diabetes melitus.

b) Terapi Gizi
Penderita diabetes melitus prinsip pengaturan zat gizi

bertujuan untuk mempertahankan atau mencapai berat

17
badan yang ideal, mempertahankan kadar glukosa dalam

darah mendekati normal, mencegah komplikasi akut dan

kronik serta meningkatkan kualitas hidup diarahkan pada

gizi seimbang dengan cara melakukan diet.

a. Jenis Makanan
Kebutuhan kalori setiap orang berbeda, tergantung

pada jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, serta

kondisi kesehatan pada klien.

b. Jenis Makan
Penderita diabetes melitus seharusya menghindari

makanan dengan kadar glukosa yang tinggi seperti

madu, dan susu kental manis. Pilih makanan dengan

indeks glikemik rendah dan kaya serat seperti sayur-

sayuran, biji-bijian dan kacang-kacangan. Batasi

makanan yang mengandung purin ( jeroan, sarden,

burung darah, unggas, kaldu dan emping).

Cegah dislipidemia dengan menghindari makanan

yang berlemak secara berlebihan ( telur, keju,

kepitimg,udang, kerang,cumi, santan, susu full cream,

atau makanan dengan lemak jenuh). Batasi konsumsi

garam natrium yang berlebih.

c) Aktivitas Fisik

18
Latihan fisik merupakan salah satu pilar dalam

mengelolah diabetes melitus tipe 2. Program latihan fisik

secara teratur dilakukan 3-5kali dalam seminggu selama

sekitar 30-45 menit, dengan total 150 menit perminggu,

dengan jedah antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-

turut (perkeni, 2019).

d) Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis di berikan bersama dengan

pengaturan makan dan latihan jasmani (gaya hidup

sehat). Terapi farmakologi terdiri dari obat oral dan

bentuk suntikan (menurut perkeni, 2019).

8. Pemeriksaan Penunjang

Penentuan diagnosa medis diabetes melitus adalah dengan

pemeriksaan gula darah menurut (soelistijo et al, 2019).

Adapun titik potong dan krateria diagnosa DM tipe 2

berdasarkan pemeriksaan penunjang adalah sebagai berikut.

a. Gula Darah Puasa (GDP)


Pemeriksaan dilakukan dengan sampel darah vena

setelah puasa selama sekurang – kurangnya 8 jam. Pasien

terdiagnosa DM tipe 2 apabila hasil gula darah puasa

lebih dari, atau sama dengan, 126 mg/dl.

b. Oral Glucose Tolerance Test (OGTT)

19
Pemeriksaan dilakukan dengan sampel darah vena 2

jam setelah pemberian beban glukosa oral 75 gr. Pasien

terdiagnosis diabetes melitus tipe 2 apa bila gula darah 2

jam pasca beban lebih dari atau sama dengan 200mg/dl.

c. Gula Darah Sewaktu (GDS)


Pemeriksaan di lakukan dengan sampel darah vena

dan dapat dilakukan sewaktu-waktu, tanpa persiapan.

Pasien didiagnosis DM tipe 2 apabila hasil gula darah

sewaktu lebih dari atau sama dengan 200 mg/dl.

d. Hemoglobin Terglikasi (HbA1c)


Pemeriksaan dilakukan dengan sampel darah vena

ddengan metode yang terstandarisasi oleh national

glycohemoglobin standardization program (NGSP) .

pasien terdiagnosis diabetes melitus tipe 2 apabila kadar

HbA1c lebih dari atau sama dengan 6,5%.

9. Komplikasi Diabetes Melitus

Komplikasi akan mempengaruhi berbagai organ dan sering

terjadi pada pasien diabetes melitus tipe 2 karena tingginya kadar

glukosa dalam darah. Komplikasi diabetes melitus tipe 2 ada

yang bersifat akut dan kronis. diabetes ketoasidosis,

hiperosmolar non ketotik, dan hipoglikemia merupakan

20
komplikasi akut, sedangkan komplikasi kronis yang bersifat

menahun ( perkeni, 2011 ) yaitu;

a. Makroangiopati, ditandai dengan komplikasi pada pembuluh

darah besar seperti otak dan jantung. Selain ity, sering terjadi

penyakit arteri perifer.

b. Mikroangiopati, di tandai dengan komplikasi pada pembuluh

darah kecil. Terdapat 2 bentuk komplikasi mikroangiopati,

yaitu;

a) Retinopati, yaitu ganguan penglihatan bahkan sampai

kebutaan pada retina. Selain itu, ganguan lain seperti

kebutaan, makulopati (meningkatnya cairan di bagian

tengah retina), katarak dan kesalahan bias (adanya

perubahaan ketajaman lensa mata yang di pengerahui

oleh konsentrasi glukosa dalam (darah) (perkeni, 2011)

b) Nefropati diabetik, yaitu komplikasi yang di tandai

dengan kerusakaan ginjal sehingga racun di dalam tubuh

tidak bisa di keluarkan dan proteinurian (terdapat protein

dalam urine) ( Ndraha, 2014 ).

B. Konsep Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian pada praktik

keperwatan yang diberikan secara langsung kepada pasien/klien

diberbagai tatanan pelayanan kesehatan (Budiono, 2015).

21
Tahap-tahapan dalam melakukan proses keperawatan ini ada 5 yaitu;

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan adalah pemikiran dasar dari proses

keperawatan yang bertujuan untuk menggunakan informasi

atau dataa pasien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali

masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien baik

fisik, mental sosial dan lingkungan. Pada tahap pengkajian,

kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan data, seperti

riwayat keperawatan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan data

sekunder lainya (Budiono, 2015).

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis

mengenai respons pasien terhadap masalah kesehatan atau

proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung

aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan

untuk mengidentifikasi respons pasien individu, keluarga dan

komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan

(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).

3. Perencanaan (Intervensi) Keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang

dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan

dan penilaian klinis untuk mencapai peningkatan, pencegahan

22
dan pemulihan lsehatan pasien individu, keluarga, dan

komunitas (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan tahap keempat dari

proses keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun

rencana keperawatan. Implementasi keperawatan adalah

serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk

membantu pasien dalam masalah status kesehatan yang

dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan

krateria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan

implementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien, faktor-

faktor yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi

implementasi keperawatan dan kegiatan komunikasi (Dinarti &

Muryanti, 2017).

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan langkah akhir dari proses

keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan yang di sengaja dan

terus-menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota

tim kesehatan lainya (Padila, 2012).

Menurut Setiadi (2012) dalam buku konsep dan penulisan

asuhan keperawatan, tahap evaluasi adalah perbandingan yang

sistematis dan terencana tentang kesehatan pasien dengan

23
tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara

berkesinambungan dengan melibatkan pasien, keluarga, dan

tenaga kesehatan lainya.

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kekampuan pasien dalam

mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kreteria hasil pada

tahap perencanaan (Setiadi, 2012).

Terdapat 2 jenis evaluasi;

a. Evaluasi Formatif (proses)

Evaluasi formatif berfokus pada aktifitas proses

keperawatan dan hasil tindakan keperawatan. Evaluasi ini

dilakukan segera setelah perawat mengimplementasikan

rencana keperawatan guna menilai keefektifan tindakan

keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi ini meliputi

4 komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni

subektif (data keluhan pasien), objektif (data hasil

pemeriksaan) analisis data (perbandingan data dengan

teori), dan perencanaan.

b. Evaluasi Sumatif (hasil)

Evaluasi Sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah

semua aktifitas proses keperawatan setelah dilakukan.

Evaluasu sumatif ini bertujuan menilai dan memonitor

kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan. Metode

yang dapat digunakan dalam evaluasi jenis ini adalah

24
melakukan wawancara pada akhir pelayanan, menanyakan

respon pasien dan keluarga terkait pelayanan keperawatan,

mengadakan pertemuan pada akhir pelayanan. Ada tiga

kemungkinan hasil evaluasi dalam pencapaian tujuan

keperawatan yaitu;

1) Tujuan tercapai/masalah teratasi

2) Tujuan tercapai sebagian/masalah teratasi sebagian

3) Tujuan tidak tercapai/masalah keperawatan teratasi

C. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Melitus

1) Pengkajian Keperawatan
Asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes melitus ;

a. Pengkajian Data
1. Identitas Pasien
Terdiri dari nama, alamat, umur, status,diagnosa medis,

tanggal masuk rumah sakit, keluarga yang dapat di

hubungi, catatan kedatangan, nomor rekam medik.

2. Keluhan Utama

25
a. Aktivitas/Istirahat

Pasien mengatakan lemah, letih, sulit, bergerak/berjalan,

keram otot, tonus otot menurun, gangguan tidur dan

istirahat, penurunan kekuatan otot.

b. Sirkulasi
a. Adanya riwayat hipertensi
b. Adanya kebas, kesemutan pada ektermitas,
penyembuhan luka lama.
c. Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi
yang menurun/tidak ada, disritmia,krekle
d. Kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata

cekung.

c. Integrasi Ego

Stres tergantung pada orang lain, masalah finansial yang

berhubungan dengan kondisi ansietas, peka rangsang.

d. Eliminasi
a. Poliuri, nokturia, disuria, sulit berkemih, Infeksi

saluran kemih baru atau berulang diare, nyeri

tekan abdomen.

b. Urine pucat, kuning, atau berkabut dan berbau

bila ada infeksi.

c. Bising usus melemah atau menurun, abdomen

keras, adannya asites.

e. Makanan / Cairan

26
a. Anoreksia, mual, muntah, tidak mengikuti diet,

peningkatan masukan glukosa/karbohidrat.

b. Penurunan berat badan


c. Haus dan lapar terus kekakuan/distensi abdomen.

d. Kulit kering bersisik, turgor kulit jelek, bau

halitosis/ manis bau buah (nafas aseton).

f. Neurosensori
a. Pusing, pening, sakit kepala
b. Kesemutan,kebas, kelemahan pada otot,

parastesia, gangguan penglihatan,disorientasi,

mengantuk, gangguan memori (baru,masa lalu)

kacau menta,l refleks tendon dalam menurun,

aktifitas kejang.

g. Nyeri/Kenyamanan
Abdomen tegang/ nyeri, wajah meringis,
palpitasi.
h. Pernapasan
a. Batuk, dan ada purulen, jika terjadi infeksi.

b. Frekunsi pernapasan meningkat.

i. Keamanan; Kulit kering, gatal, ulkus kulit, kulit rusak,


lesi, ulserasi, menurunya kekuatan umum/rentang
gerak, prestensi /paralysis otot, termasuk otot-otot
permafasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup
tajam), demam diaphoresis.
j. Seksualitas
a. Cenderung infeksi pada kelamin

27
b. Masalah impotensi pada pria, kesulitan orgasme
pada wanita.
k. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Adanya penderita DM tipe 2 dalam keluarga
b. Riwayat aktifitas sehari-hari
c. Pola hidup

2) Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah (D.0027)

b. Resiko defisit nutrisi (D.0032)

c. Resiko Hipovolemi (D.0034)

d. Gangguan integritas kulit/jaringan (D.0129)

3) Rencana Keperawatan

A. Ketidakstabilan kadar glukosa darah (D.0027)

Krateria hasil;

a). Koordinasi meningkat 5

b). Mengantuk menurun 5

c).Pusing menurun 5

d). Lelah /lesu menurun 5

e). Keluhan lapar menurun 5

f). Kadar glukosa dalam darah membaik 5 (L.03022).

Intervensi;

Observasi

1) Monitor kadar glukosa darah , jika perlu

28
2) Monitor tanda dan gejala hiperglikemia

(mis, poliuria, polidipsia, polifagia,

kelemahan, malaise, pandangan kabur, sakit

kepala).

3) Monitor intake dan output cairan

Teraupetik

1) Berikan asupan cairan oral

2) Pemberiann obat subkutan

3) Pemberian obat intravena

Edukasi

1) Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan

olahraga

2) Anjurkan pengelolahan diabetes

melitus (mis,penggunan insulin obat

oral, monitor asupan cairan,

3) penggantian karbohidrat dan bantuan

professional kesehatan ).

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu

2) Kolaborasi pemberian cairan intra vena, jika

perlu (Tim pokja SIKI DPP PPNI, 2018).

B. Resiko defisit nutrisi (D.0032)

Krateria hasil;

29
a) Porsi makan yang dihabiskan meningkat

b) Berat badan atau IMT meningkat

c) Frekuensi makan meningkat

d) Napsu makan meningkat

e) Perasaan cepat kenyang meningkat (L.03030).

Intervensi;

Observasi

1) Monitor asupan dan keluarnya makanan dan

cairan serta kebutuhan kalori

2) Pemantauan tanda-tanda vital

Teraupetik

a) Timbang berat badan secara rutin

b) Diskusikan perilaku makan dan jumlah

aktivitas fisik (termasuk olahraga)

yang sesuai

c) Lakukan kontak perilaku ( mis, target

berat badan tanggung jawab perilaku)

d) Dampingi kekamar mandi untuk

pengamatan perilaku memuntahkan

kembali makanan

e) Berikan penguatan positif terhadap

keberhasilan target dan perubahan

perilaku

30
f) Berikan kosentrasi jika tidak mencapai

target sesuai kontrak

g) Rencanakan program pengobatan

untuk perawatan dirumah ( mis, medis

dan konseling)

Edukasi

a. Anjurkan membuat catatan harian tentang

perasaan dan situasi pemicu pengeluaran

makanan ( mis, pengeluaran yang disengaja,

muntah, aktifitas berlebihan )

b. Ajarkan pengetahuan diet yang cepat

c. Ajarkan keterampilan koping untuk

penyelesaian masalah perilaku makan

Kolaborasi

a. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target

berat badan, kebutuhan kalori dan pilihan

makanan (Tim pokja SIKI DPP PPNI, 2018).

C. Resiko hipovolemi (D.0034)

Krateria hasil;

31
a. Kekuatan nadi meningkat

b. Turgor kulit meningkat

c. Output urine meningkat

d. Dyspnea menurun

e. Edema perifer menurun

f. Frekuensi nadi membaik

g. Tekanan darah membaik

h. Membrane mukosa membaik (L.03028)

Intervensi;

Observasi;

a. Periksa tanda dan gejala hopovolemi

b. Monitor intake dan output cairan

c. Monitor penyebab hipovolemi

Teraupetik;

a. Hitung kebutuhan cairan

b. Berikan posisi modified trendelenburg

c. Berikan asupan cairan ora

Edukasi;

a. Ajurkan memperbanyak asupan cairan oral

b. Anjurkan menghindari perubahan posisi

mendadak

Kolaborasi;

32
a. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis,

NaCl,RL)

b. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis

(mis, glukosa 2,5%. NaCl 0,4%)

c. Kolaborasi pemberian cairan kaloid (mis, albumin,

plasmanate)

d. Kolaborasi pemberian produk darah

(Tim pokja SIKI DPP PPNI, 2018).

D. Gangguan integritas kulit/ jaringan (D.0129)

Krateria hasil;

a) Elastisitas meningkat

b) Hidrasi meningkat

c) Kerusakan jaringan menurun

d) Nyeri menurun

e) Kemerahan menurun (L.14125).

Intervensi;

Observasi

1. Identifikasi penyebab gangguan integrutas kulit (mis.

Perubahan sirkulasi, perubahan status nutrisi ,

33
penurunan kelembapan , suhu lingkungan eksterm,

penurunan mobilitas)

Teraupetik

a) Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring

b) Lakukan pemijatan pada area penonjilan tulang, jika

perlu

c) Bersihkan perineal dengan air hangat

d) Gunakan produk berbahan petroleum atau minyak

pada kulit kering

e) Gunakan produk berbahan ringan/alami dan

hipoalergik pada kulit sensitive

f) hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit

kering

Edukasi

a) anjurkan menggunakan pelembab ( mis, lotion , serum)

b) anjurkan minum air yang cukup

c) anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

d) anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur

e) anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem

f) anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30

saat berada di luar rumah

g) anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya

(Tim pokja SIKI DPP PPNI, 2018)

34
4) Implementasi

Implementasi keperawatan adalah tahap ketika perawat

mengaplikasikakn rencana asuhan keperawatan dalam bentuk

intervensi keperawatan guna memantau klien mencapai tujuan

yang telah di tetapkan (Asmadi, 2008).

Implementasi keperawatan terdiri dari beberapa komponen;

1) Tanggal dan waktu di lakukan implementasi keperawatan

2) Diagnosa keperawatan

3) Tindakan keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan

4) Tanda tangan perawat pelaksana.

5) Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah penilaian terakhir keperawatan

yang didasarkan pada tujuan keperawatan yang di tetapakan.

Penetapan keberhasilan suatu asuhan kepreawatan didasarkan

pada perubahan perilaku dan krateria hasil yang telah

ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada individu

(Nursalim,2008)

Evaluasi keperwatan dilakukan dalam bentuk pendekatan

SOAP. Evaluasi keperawataan terdiri dari beberapa komponen

yaiti;

1. Tanggal dan waktu dilaksanakan evaluasi keperawatan

35
2. Diagnosa keperawatan

3. Evaluasi keperawatan

BAB Ⅲ

METODE PENELITIAN

36
A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan

metode deskripsi dan pendekatan studi kasus yaitu melakukan

Asuhan Keperawatan sesuai dengan masalah Asuhan

Keperawatan yang terjadi pada pasien Diabetes Melitus tipe 2

di RSUD Torabelo sigi.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi dan waktu penelitian akan dilaksanakan di RSUD

Torabelo sigi selama 3 hari pada bulan januari 2023.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah seorang pasien yang di rawat di

RSUD Torabelo sigi dengan penyakit Diabetes Melitus tipe 2.

Serta di lakukan Asuhan Keperawatan.

D. Definisi Operasional
Definisi oprasional berisi komponen variabel yang akan diteliti

ditambah istilah yang dipakai untuk menghubungkan variabel

maupun subjek penelitian bertujuan untuk memudahkan

pengumpulan data dan dan menghindarkan perbedaan

interprestasi serta membatasi ruang lingkup variabel. Definisi

37
oprasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan

ukuran dalam penelitian yang termaksud dalam variabel adalah;

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah proses pengumpulan data, baik data

objektif maupun data subjektif melalui wawancara, observasi

pemeriksaan fisik serta dokumentasi.

2. Diagnosis Keperawatan

Diadnosis keperawatan adalah menentukan masalah

keperawatan berdasarkan data di dapatkan dari hasil

pengkajian.

3. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah penetapan rencana

tindakan keperawatan yang akan dilakukan perawat

berdasarkan diagnosa keperawatan.

a. Tujuan

Menjadi panduan atau acuan bagi perawat dalam

menyusun intervensi keperawatan, meningkatkan

otonomi perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan

serta memudahkan komunikasi intraprofesional dan

interprofesional dengan istilah intervensi keperwatan

yang seragam dan terstandarisasi dan meningkatkan mutu

asuhan keperwatan.

b. Intervensi

38
Intervensi adalah perikaku atau aktivitas spesifik yang

dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada

pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran

(outcome) yang diharapkan.

4. Implementasi Keperawatan

Merupakan tindakan keperawatan sesuai rencana yang telah

di buat atau di tetapakan.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan penilaian asuhan keperawatan yang

telah diberikan kepada pasien, disusun berdasarkan SOAP.

E. Pengumpulan Data

1. Wawancara

Pengumpulan data dengan cara tanya jawab secara langsung,

hasil anamnesis berisi tentang identitas klien, keluhan utama,

riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat

penyakit keluarga, sumber data dari klien, keluarga, bahkan

perawat.

2. Observasi Dan Pemeriksan Fisik

Dilakukan dengan cara inspeksi, auskultasi, perkusi, palpasih,

pada sistem tubuh pasien.

39
3. Dokumentasi

Dokumentasi yang dilakukan oleh penelitian yaitu

pendokumentasian hasil pengkajian, analisis data, penegakan

diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, tindakan

keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

F. Analisis Data

Analisis data dilakukan sejak pengumpulan data sampai data

terkumpul. Analisis dilakukan dengan cara menggunakan fakta

dan membandingkan dengan teori. Teknik yang digunakan

adalah dengan menarasikan jawaban-jawaban dari hasil

peengumpulan data (wawancara dan observasi) yang dikakukan

untuk menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian.

Urutan dalam analisis data adalah;

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini merupakan proses

pendekatan serta proses pengumpulan karakteristik subyek

yang di perlukan dalam sebuah penelitian. Penelitian ini adalah

studi dokumentasi dengan mengobservasi dokumen yang

dilakukan dengan cara mengobservasi dokumen pada pasien.

Peneliti melakukan observasi terhadap gambaran pasien

diabetes melitus tipe 2 dengan mengambil data dari

40
dokumentasi asuhan keperawatan yang sudah ada setelah

pemeriksaan selesai dilakukan.

2. Penyajian Data

Penyajian data di lakukan dalam bentuk tabel, gambar, bagan,

dan narasi untuk pengkajian, analisis data, diagnosis,

perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

3. Kesimpulan

Data yang disajikan selanjutnya dibahas dan dibandingkan

dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya data dan teori yang

mendukung . penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode

indiktif. Pembahasan dilakukan sesuai dengan tahapan asuhan

keperawatan pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan dan

evaluasi.

G. Etika Penelitian

Ethical clearance merupakan ijin etika. Ethical clearance

adalah pernyataan, bahwa rencana kegiatan penelitian yang

tergambar dalam protokol, telah dilakuakan kajian yang telah

memenuhi kaidah etika sehingga layak di laksanakan. Seluruh

peneliti/riset yang menggunakan manusia sebagai subyek

penelitian harus mendapatkan ethical clearance,baik penelitian

yang menggunakan specimen. Terdapat 3 etika yang harus

dipenuhi;

41
1. Informant Consent (Persetujuan Menjadi Pasien)

Yaitu dimana pasien harus mendapat informasi secara lengkap

dengan tujuan dari pada penelitian ini, dari pasien berhak untuk

menolak maupun menerima. Informed consent ini perlu di

tancumkan bahwa data yang diperoleh untuk mengembangkan

ilmu.

2. Anominty ( Tanpa Nama )

Yaitu dimana pasien berhak untuk meminta data yang telah

diberikan harus dirahasiakan

3. Confidentiality ( Rahasia )

Yaitu dimana harus menjaga dengan baik dengan rahasia pasien

dengan cara mengaburkan identitas pasien ( Nursalam,2016).

42
DAFTAR PPUSTAKA

Associationn. (2019). Heart Disease and stroke statistics-2019, Diakses


tanggal 18 desember 2022.

https;//www.diabetes.org/diabetesBasics/diakses pada 30 maret


2021.

Asmadi. (2008). Konsep dasar keperawatan, jakarta ; EGC

Black & Hawak. (2014). Keperawatan medikal bedah; menejemen klinis


untuk hasil yang diharapkan. Dialihbahasakan oleh nampir R.
jakarta; salemba emban patria.

Dinarti & Mulyanti. (2017). Dokumentasi keperawatan (1 st ed). Kementrian


kesehatan republik indonesia.

Fatmawati. (2021). Diabetes melitus dan asuhan keperawatan. Jombang;


soedono mediun.

Garcia. (2020). Jenis pathophysiology diabetes melitus tipe 2. Artikel


alomedika

Infodatin. (2020). Definisi Diabetes Melitus. Konsep Diabetes Melitus.

https;//id.scribd.com/document/496433422/infodatin-2020diabetes
melitus

https;//pusdatin.kemkes.go.id/article/view/201180001/diabetes
melitus.html.

Nursalam, (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu


keperawatan ; jakarta; salemba medika.

Nursalam. (2016). Metodologi penelitian ilmu keperawatan pendekatan


praktis edisi. 4. Jakarta ; salemba medika.

43
PPNI. (2017). Standar diagnosis keperawatan indonesia. Jakarta; dewan
pengurus pusat PPNI.

Paramita. (2011). Diabetes Melitus. https;//id.document/539774754/LP-


DM.

Profil Kesehatan Sulawesi Tenggah. (2020)


https;//dinkes.sultengprov.go.id/wp content/uploads/2018/06profil/-
dinkes-sulteng-TA-2019.

Perkeni. (2019). Buku pedoman konsensus pengolahan dan pencegahan


diabetes melitus tipe 2 di indonesia. Jakarta; 2019.

Perkeni. (2011). Konsensus pengelolahan dan pencegahan diabetes melitus


tipe 2 di indonesia. Jakarta; perkeni; 2011.

Padila. (2012). Buku ajar ; keperawatan medikal bedah. Yogyakarta Nuhu


medika.

Riskesdas. (2018). Laporan provinsi jawa tengah riskesdas 2018.

https;//liputan6.com/hot/read/4919147/contohmanfaat-penelitian-
teoritis-dan praktis-simak-penjelasannya.

RM. (2022). Data awal. RSUD Torabelo Sigi Kabupaten Sigi Biromaru

Smelzer & Bare. (2015). Buku ajar keperawatan medikal bedah


(EGC (ed.); brunner &).

Goyal R. (2020). Diabetes melitus tipe 2, in; statpearls. Treasure island


(FL); statpearls publishing.2020. https;//
gendhismanis.id/real/77/etiologi-diabetes-melitus-tipe-2-dmt2.html.

Setiadi. (2012). Konsep dan penulisan dokumentasi asuhan keperawatan.


Yogyakarta ; graha ilmu.

Tandra. (2013). Life health with diabetes. Yogakarta; rapha publishing.

44
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI). EDISI 1 Jakarta; Persatuan Perawat Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan


Indonesia. (SLKI). EDISI 1. Jakarta; persatuan perawat indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia (SIKI). EDISI 1. Jakarta; Persatuan Perawat Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan


Indonesia (SDKI). EDISI 1. Jakarta; Persatuan Perawat Indonesia.

WHO, Kusuma Husad. (2020). Hubungan usia jenis kelamin dan indeks
massa tubuh dengan kadar gula darah puasa pada pasien diabetes
melitus tipe 2. Depok, jawa barat

Zheng. (2017) . global eatiology dan epidemiologi diabetes melitus tipe 2


dan komplikasinya. 2017. penerbit macmillan.

45
PENJELASAN SEBELUM PENELITIAN
Kepada Yth :

Calon Responden

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Politeknik Kemenkes Palu
jurusan Keperawatan Prodi D III Keperawatan Palu:
Nama : Nurwatini
Nim : PO7120120019
Akan mengadakan penelitian dengan judul “Asuhan Keperawatan Dengan
Kasus Diabtes Mellitus Tipe II Di Rsud Torabelo Sigi”.
Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan Bapak/Ibu
sebagai responden. Kerahasian semua informasi yang diberikan akan terjaga dan
hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Bapak/Ibu tidak bersedia menjadi
responden, maka tidak ada ancaman bagi Bapak/Ibu. Jika ibu telah menjadi
responden dan terjadi hal-hal yang merugikan, maka peneliti diperbolehkan
mengundurkan diri untuk tidak berpartisipasi dalam penelitian ini.
Apabila Bapak/Ibu menyetujui, maka mohon kesedian bapak/ibu untuk
menandatangani lembar persetujuan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
saya sertakan pada surat ini.
Atas perhatian dan kesedian Bapak/Ibu sebagai responden, saya ucapkan
terimah kasih.
Palu, Desember 2022
Peneliti

Nurwatini
Nim PO7120120019

46
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya Yang Bertanda Tangan Dibawah Ini :


Nama :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Menyetujui untuk menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh :
Nama : Nurwatini
Nim : PO7120120019
Judul : Asuhan Keperawatan Dengan Kasus Diabetes Mellitus Tpe II Di
Rsud Torabelo Sigi
Berdasarkan penjelasan yang telah diberikan peneliti bersama ini
saya menyatakan tidak keberatan untuk menjadi responden
peneliti.
Demikian pernyataan saya buat, tanpa paksaan dan tekanan dari
peneliti.

Palu, Desember 2022


Responden

(................………..........)

47
PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Tanggal masuk :
Jam masuk :
No Register :
Dx.medis :
Tanggal Pengkajian :

A. IDENTITAS PASIEN
1. Identitas klien
Nama :

Umur :
Jenis kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Agama :
Suku :
Alamat :

2. Identitas Penanggung
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Agama :
Suku :
Alamat :
Hubungan dengan klien :
B. Riwayat Penyakit
1. Keluhan utama saat pengkajian :
2. Riwayat keluhan utama :

48
3. Keluhan lain yang menyertai :
4. Riwayat kesehatan masa lalu :
5. Riwayat kesehatan keluarga :
6. Riwayat alergi (obat dan makanan) :

C. Genogram (jika perlu)

Keterangan:
D. Pengkajian pola fungsional kesehatan :
No Keterangan Sehat Sakit
1. Persepsi kesehatan

2. Pola metabolik –
nutrisi
- frekuensi makan
Nafsu makan
Porsi makan
Pantangan makanan
- Pola minum
Jumlah cairan/hari
3. Pola istirahat /tidur :
Siang
Malam
Gangguan tidur
4. Pola kebersihan diri :
Mandi
Sikat gigi
Cuci rambut
Kebersihan kuku

49
5. Pola eliminasi :
BAB :
Frekuensi
Warna
Konsistensi
BAK :
Frekuensi
Warna
Jumlah urine
6. Pola aktivitas
7. Pola persepsi diri
(konsep diri)
8. Pola hubungan peran
9. Pola koping-
toleransi stres
10. Pola nilai-
kepercayaan spiritual

E. Pemeriksaan fisik
BB sebelum sakit : BB saat ini : TB :
Kesadaran :
Tanda-tanda vital :
1. Kepala dan rambut

Inspeksi :

Palpasi :

2. Telinga

Inspeksi :

Palpasi :

3. Mata

50
Inspeksi :

Palpasi :

4. Hidung

Inspeksi :

Palpasi :

5. Mulut

Inspeksi :

6. Leher

Inspeksi :

Palpasi :

7. Dada (jantung dan paru-paru)

Inspeksi :

Palpasi :

Perkusi :

Auskultasi :

8. Abdomen

Inspeksi :

Auskultasi :

Perkusi :

Palpasi :

9. Genetalia

Inspeksi :

10. Ekstrimitas atas

51
Inspeksi :

Palpasi :

11. Ekstrimitas bawah

Inspeksi :

Palpasi :

12. Kulit :

Inspeksi :

Palpasi :

F. Data penunjang
Tanggal
a. Hasil laboratorium :
Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Rujukan/Normal

b. Hasil Rontgen :
c. Hasil USG :
G. Penatalaksanaan terapi medis :

52
A. KLASIFIKASI DATA

1. Data Subjektif

2. Data Objektif

B. ANALISA DATA
DATA PENYEBAB MASALAH

53
DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS MASALAH

54
RENCANA KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS DIABETES MELLITUS TIPE II DI
DI RUMAH SAKIT TORABELO SIGI
PERENCANAAN
NO DIANGNOSIS KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
TUJUAN
HASIL

55
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS DIABETES MELLITUS TIPE II
DI RUMAH SAKIT TORABELO SIGI
NO IMPLEMENTASI EVALUASI KEPERAWATAN

56
CATATAN PERKEMBANGAN HARI I

Hari/tanggal :

DIAGNOSA
IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN

CATATAN PERKEMBANGAN HARI II

Hari/tanggal :

DIAGNOSA KEPERAWATAN IMPLEMENTASI EVALUASI

57

Anda mungkin juga menyukai