Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA AN. G DIAGNOSA RUBELLA


DIRUANGAN CATELIYA RSUD. UNDATA PALU

Nurwatini
PO7120120019

CI CLINIK CI INSTITUSI

POLITEKKES KEMENKES PALU JURUSAN KEPERAWATAN


PRODI D III KEPERAWATAN PALU
2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN RUBELLA

A. PENGERTIAN

Rubella adalah penyakit saluran nafas ( ringan ) yang biasanya disertai ruam,
namun mempunyai akibat serius bagi bayi yang belum lahir. Rubella atau campak
jerman adalah penyakit yang disebabkan suatu virus RNA dari golongan Toga virus.
Penyakit ini relatif tidak berbahaya dengan morbiditas dan mortalitas yang rendah
pada manusia normal. Tetapi jika infeksi di dapat saat kehamilan, dapat menyebabkan
gangguan pada pembentukan organ dan dapat mengakibatkan kecacatan. Rubella
merupakan virus RNA, terselubung penyebab penyakit yang kadang-kadang disebut “
campak 3 hari” atau “campak jerman”. Penyakit ini hampir terberantas dengan
diproduksinya faksin rubella hidup dilemahkan. Ini merupakan satu-satunya virus
dimana vaksin telah dibuat terutama untuk memberantas akibat-akibat infeksi janin.
Syndrome rubella menggambarkan prototype infeksi virus kongenital. Selam infeksi
pada ibu, virus rubella dapat menembus plasenta, menyebabkan infeksi pada janin dan
mengakibatkan kematian pada konseptus atau bayi dilairkan dengan menderita rubella
kongenital. Bayi yang menderita infeksi kronik, ketika masih dalam kandungan dapat
merupakan sumber yang mempertahankan virus.
Selama periode dimana dalam masyarakat hanya ditemukan beberapa kasus
saja. Imunsasi dengan mempergunakan vaksin rubella hidup yang telah dilemahkan
mengakibatkan penurunan insiden penyakit rubella congenital. Rubella - yang sering
dikenal dengan istilah campak Jerman atau campak 3 hari - adalah sebuah infeksi
yang menyerang, terutama, kulit dan kelenjar getah bening. Penyakit ini disebabkan
oleh virus rubella ( virus yang berbeda dari virus yang menyebabkan penyakit
campak), yang biasanya ditularkan melalui cairan yang keluar dari hdung atau
tenggorokan. Penyakit ini juga dapat ditularkan melalui aliran darah seorang wanita
yang sedang hamil kepada janin yang dikandungnya. Karena penyakit ini tergolong
penyakit ringan pada anak-anak, bahaya medis yang utama dari penyakit ini adalah
infeksi pada wanita hamil, yang dapat menyebabkan sindrom cacat bawaan pada janin
tersebut. Sebelum vaksin untuk melawan rubella tersedia pada tahun 1969,epidemi
rubella terjadi setiap 6 s.d 9 tahun. Anak-anak dengan usia 5-9 menjadi korban utama
dan muncul banyak kasus rubella bawaan. Sekarang, dengan adanya program
imunisasi pada anak-anak dan remaja usia dini, hanya muncul sedikit kasus rubella
bawaan

B. ETIOLOGI
Rubella disebabkan oleh suatu RNA virus, genus rubivirus, family
Togaviridae. Virus dapat diisolasi dari biakan jaringan penderita. Secar fisikokimia
virus ini sama dengan anggota virus lain dari family tersebut, tetapi virus rubela
secara serologic berbeda. Pada waktu terdapat gejal klinis virus ditemukan pada sekret
nasofaring, darah, feses dan urin. Virus rubella hanya menjangkiti manusia saja. Virus
rubella adalah virus RNA beruntai tunggal, dari keluarga paramyxovirus, dari genus
morbilivirus. Virus campak hanya hanya menginfeksi manusia, dimana virus cmpak
ini tidak aktif oleh panas, PH asam, eter dan tripsin (enzim). Ini memiliki waktu
kelangsungan hidup singkat di udara, atau pada benda dan permukaan. Virus rubella
ditularkan melaui percikan ludah penderita atau karena kontak dengan penderita.
Penyakit ini juga ditularkan dari ibu hamil kepada janin yang penularan virus rubella
adalah melalui udara dengan tempat masuk awal melallui nasofaring dan orofaring
setelah masuk akan mengalami masa inkubasi antara 11-14 hari samapi timbulnya
gejala. Hampir 60% pasien akan timbul ruam. Penyebaran virus rubella pada hasil
konsepsi terutama secara hematogen infeksi kongenital biasanya terdiri dari 2 bagian :
viremia maternal dan viremia vetal. Viremia maternal terjadi pada saat replikasi virus
harus terjadi dalam sel endotel janin. Viremia vetal dapat menyebabkan kelainan
organ secara luas.
Bayi-bayi yang dilahirkan dengan rubella kongenital 90% dapat menularkan
virus yang infeksius melalui cairan tubuh selama berbulan-bulan. Dalam 6 bulan
sebanyak 30-50a%, dan dalam satu tahun sebanyak kurang dari 10%. Dengan
demikian bayi-bayi tersebut merupakan ancaman bagi bayi-bayi lain, disamping bagi
orang dewasa yang rentan dan berhubungan dengan bayi.

C. MANIFESTASI KLINIK
Keluhan yang dirasakan biasanya lebih ringan dari penyakit campak. Bercak-
bercak mungkin juga akan timbul tapi warnanya lebih muda dari campak biasa.
Biasanya, bercak timbul pertama kali di muka dan leher, berupa titik-titik kecil
berwarna merah muda. Dalam waktu 24 jam, bercak tersebut menyebar ke badan,
lengan, tungkai, dan warnanya menjadi lebih gelap. Bercak-bercak ini biasanya hilang
dalam waktu 1 sampai 4 hari.
Masa inkubasi adalah 14-21 hari. Tanda yang paling khas adalah adenopati
retroaurikuler, servikal posterior, dan di belakang oksipital. Enantem mungkin muncul
tepat sebelum mulainya ruam kulit. Ruam ini terdiri dari bintik-bintik merah tersendiri
pada palatum molle yang dapat menyatu menjadi warna kemerahan jelas pada sekitar
24jam sebelum ruam.
Eksantemnya lebih bervariasi daripada eksantem rubeola. Eksantem pada
muka dan menyebar dengan cepat. Evolusinya begitu cepat sehingga dapat
menghilang pada muka pada saat ruam lanjutannya muncul pada badan.
Makulopapula tersendiri ada pada sejumlah kasus; ada juga daerah kemerahan yang
luas yang menyebar dengan cepat ke seluruh badan, biasanya dalam 24 jam. Ruam
dapat menyatu, terutama pada muka. Selama hari kedua ruam dapat mempunyai
gambaran sebesar ujung jarum, terutama di seluruh tubuh, menyerupai ruam demam
scarlet. Dapat terjadi gatal ringan. Erupsi biasanya jelas pada hari ke 3.
Mukosa faring dan konjungtiva sedikit meradang. Berbeda dengan rubeola,
tidak ada fotofobia. Demam ringan atau tidak selama ruam dan menetap selama 1, 2
atau kadang-kadang 3 hari. Suhu jarang melebihi 38oC (101oF). Anoreksia, nyeri
kepala, dan malaise tidak biasa. Limpa. sering sedikit membesar. Angka sel darah
putih normal atau sedikit menurun, trombositopeni jarang, dengan atau tanpa purpura.
Terutama pada wanita yang lebih tua dan wanita dewasa, poliartritis dapat terjadi
dengan artralgia, pembengkakan, nyeri dan efusi tetapi biasanya tanpa sisa apapun.
Setiap sendi dapat terlibat, tetapi sendi-sendi kecil tangan paling sering terkena.
Lamanya biasanya beberapa hari; jarang artritis ini menetap selama berbulan-bulan.
Parestesia juga telah dilaporkan. Pada satu epidemi orkidalgia dilaporkan pada sekitar
8% orang laki-laki usia perguruan tinggi yang terinfeksi.
Masa inkubasi
Masa inkubasi berkisar antara 14-21 hari. Dalam beberapa laporan lain waktu
inkubasi minimum 12 hari dan maksimum 17-21 hari. Masa prodromal pada anak
biasanya erupsi timbul tanpa keluhan sebelumnya, jarang disertai gejala dan tanda
pada masa prodromal. Namun pada remaja dan dewasa muda masa prodromal
berlangsung 1-5 hari dan terdiri dari demam ringan, sakit kepala dan nyeri
tenggorokan, kemerahan konjungtiva, rinitis, batuk,dan limfodenopati. Gejala ini
sering menghilang pada waktu erupsi timbul. Gejala dan prodromal biasanya
mendahului erupsi dikulit 1-5 hari sebelumnya. Masa eksantema sepert pada rubela,
eksentema mulai muncul pada muka dan dengan cepat meluas kebagian lain dari dari
tubuh.Mula-mula berupa makula yang berbatas tegas d a n k a d a n g - k a d a n g
d e n g a n c e p a t m e l u a s d a n m e n y a t u , m e m b e r i k a n b e n t u k   morbilliform.
Pada hari kedua ekstensema di muka menghilang, diikuti hari ketigadi tubuh dan hari
keempat di anggota gerak.L i m f e d e n o p a t i m e r u p a k a n g e j a l a k l i n i s y a n g
p e n t i n g p a d a r u b e l l a . B i a s a n y a  pembengkakan kelenjer getah bening itu
berlangsung selama 5-8 hari. Sebagai k e c i l p e n d e r i t a m a s i h t e r g a n g g u
d e n g a n n y e r i k e p a l a , s a k i t k e p a l a , r a s a g a t a l selama 7-10 hari.Pada
remaja dan dewasa dapat terjadi artiritis dan artralgia dari sendi kecil tangan,kaki,
lutut, dan bahu yang berupa pembengkakan dan nyeri. Khususnya artralgia pada
tangan timbul setelah erupsi pada penderita dewasa.
Rubella Kongenital
Infeksi rubella pada ibu hamil dapat menimbulkan infeksi pda janin
dengankelainan teratogenesis yang bergantungdari umur kehamilan. Pada
waktumengalami infeksi Rubella ibu hamil tidak menunjukkan gejala atau tanda
klinis.Meskipun demikian virus dapat menimbulkan infeksi pada plasenta
dabditeruskan ke janin, yang mana virus itu itu banyak menyerang ke organ dan
jaringan.Bayi yang lahir dari ibu hamil menderita infeksi Rubella pada trimester
pertama bisa terkena sindrom rubella kongenital, yaitu trias anomali kongenital pada
mata ( katarak, mikroftalmia, glaukoma, retinopati), telinga ( ketulian), dandefek
jantung (stenosis arteri pulmonalis, patent ductus arteriosus, ventrikal septaldefect).
Kerusakan jantung dan mata terjadi karena infeksi embrio yang berumur kurang dari 6
minggu, sedangkan ketulian defek mental terjadi pada semua embrio yang berumur
kira-kira 16 minggu.

D. PATOFISIOLOGI
Daerah utama yang terinfeksi oleh rubella adalah nasofaring kemudian
menyebar ke kelenjar getah bening secara cepat dan viremia. Ruam nampak akibat
titer serum antibody meningkat dan mempengaruhi antigen-antibodi dan berinteraksi
di kulit. Virus telah dapat ditemukan diseluruh kulit baik yang terlibat maupun yang
tidak selama masa infeksi, dan penyebarannya karena factor lain yang mungkin
berperan dalam patogenesis eksantem. Antibodi HAI mencapai puncaknya pada hari
12 – 14 setelah timbulnya ruam dan akan kembali stabil setelah kira-kira 2 minggu
kemudian.
Virus rubella mempunya 3 polipeptida mayor yang mencakup 1 kapsid protein dan 2
amplop glikoprotein E1 dan E2. Antibodi anti-E1 mungkin memegang peranan utama
dalam respon serologik.
F. PENATALAKSANAAN
Penanggulangan infeksi rubella adalah dengan pencegahan infeksi salah satunya
dengan cara pemberian vaksinasi. pemberian vaksinasi rubella secara subkutan
dengan virus hidup rubella yang dilemahkan dapat memberikan kekebalan yang lama
dan bahkan bisa seumur hidup.
Vaksin rubella dapat diberikan bagi orang dewasa terutama wanita yang tidak hamil.
Vaksin rubella tidak boleh diberikan pada wanita yang hamil atau akan hamil dalam 3
bulan setelah pemberian vaksin. hal ini karena vaksin berupa virus rubella hidup yang
dilemahkan dapat beresiko menyebabkan kecacatan meskipun sangat jarang.
Tidak ada preparat kimiawi atau antibiotik yang dapat mencegah viremia pada orang-
orang yang tidak kebal dan terpapar rubella. Bila didapatkan infeksi rubella dalam
uterus sebaiknya ibu diterangkan tentang resiko dari infeksi rubella kongenital.
Dengan adanya kemungkinan terjadi defek yang berat dari infeksi pada trimester I,
pasien dapat memilih untuk mengakhiri kehamilan, bila diagnosis dibuat secara tepat.

1. Imunitas selama kehamilan :


a)    Kehamilan : penurunan fungsi kekebalan yang bersifat “cell mediated”
b)    Infeksi virus pada wanita hamil akan memperlihatkan gejala yang lebih
berat disbanding tidak hamil ( infeksi poliomyelitis, cacar air / chicken pox )
c)    Sistemkekebalan yang masih belum matang pada janin akan
menyebabkan janin atau neonates lebih rentan terhadap komplikasi yang
diakibatkan infeksi virus
2. Terapi antivirus
a)    Acyclovir adalah anti virus yang digunakan secara luas dalam kehamilan
b)    Acyclovir diperlukan untuk terapi infkesi primer herpes simplek atau
virus varicella zoster yang terjadi pada ibu hamil
c)    Selama kehamilan dosis pengobatan tidak perlu disesuaikan
d)    Obat antivirus lain yang masih belum diketahui keamanannya selama
kehamilan: Amantadine dan Ribavirin
3. Pencegahan aktif dan pasif
a)    Vaksin dengan virus hidup tidak boleh digunakan selama kehamilan
termasuk polio oral, MMR (measles – mumps – rubella), varicella
b)    Vaksindengan virus mati seperti influenza, hepatitis A dan B boleh
digunakan selama kehamilan
4. Penatalaksanaan Selama Bersalin
1. Menjelaskan pada ibu kondisinya saat ini
a)    Melibatkan keluarga agar memberi dukungan pada ibu
b)    Memberi ibu rasa aman dan nyaman
c)    Menganjurkan ibu untuk menenangkan pikiran dan perasaannya.
2. Memenuhi cairan dan nutrisi ibu
a)    Memasang cairan infus
b)    Menganjurkan pada ibu untuk makan dan minum yang cukup.
c)    Melibatkan keluarga untuk membantu ibu agar makan dan minum
yang cukup
3. Memberi dukungan psiklogis
a)    Menganjurkan ibu untuk tetap tenang, bersitigfar, dan berdoa
b)    Meyakinkan ibu, bahwa tim medis akan membantu ibu dengan
baik.
c)    Melibatkan keluarga untuk terus memberi dukungan pada ibu
4. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan mengurangi aktifitas
yang berlebihan.
5. Mengevaluasi hasil konsepsi, kontraksi uterus dan tanda-tanda vital.
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan apabila
terjadi komplikasi.
G. Pemeriksaan penunjang
Tes darah serologi antigen Rubella
Pemeriksaan ELISA

H. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses
keperawatan yang mempunyai 2 kegiatan pokok yaitu :
1. Pengumpulan Data
a. Anamnese
1) Identitas penderita
Meliputi nama anak, umur : rentan pada anak berumur 1-14
tahun dengan status gizi yang kurang dan sering mengalami penyakit
infeksi,  jenis kelamin (L dan P pervalensinya sama), suku bangsa,
nomor register, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis.
2) Keluhan utama
Anak masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan adanya
eritema dibelakang telinga, di bagaian atas lateral tengkuk, sepanjang
rambut dan  bagian belakang bawah, badan panas, enantema (titik
merah) dipalatum durum dan palatum mole.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Pada anak yang terinfeksi virus campak jerman biasanya
ditanyakan  pada orang tua atau anak tentang kapan timbulnya panas,
konjungtivitis, koriza, bercak koplik dan enantema serta upaya yang
telah dilakukan untuk mengatasinya.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Anak belum pernah mendapatkan vaksinasi dan pernah kontak
dengan  pasien campak.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anak belum mendapatkan vaksinasi rubella
6) Riwayat imunisasi
Imunisasi apa saja yang sudah didapatkan misalnya BCG,
POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.
7) Riwayat nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan
kalori untuk umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan
berat  badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n. Status Gizi
Klasifikasinya sebagai berikut : Gizi buruk kurang dari 60%, Gizi
kurang 60 % - 80%, Gizi baik 80 % - 110 %, Obesitas lebih dari 120 %
8) Riwayat tumbuh kembang anak.
a) Tahap pertumbuhan
Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam
kilogram mengikuti patokan umur 1-6 tahun yaitu umur (tahun) x 2 +
8. Tapi ada rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg, pada usia 4 tahun
16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra sekolah rata
–  rata  pertambahan berat badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk
perkiraan tinggi badan dalam senti meter menggunakan patokan umur
2- 12 tahun yaitu umur (tahun) x 6 + 77.Tapi ada rata-rata TB pada
usia  pra sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110
cm. Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 –  7,5 cm/tahun.
Pada anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi.  
b) Tahap perkembangan
Perkembangan psikososial (Eric Ercson) : Inisiatif vs rasa
bersalah. Anak punya insiatif mencari pengalaman baru dan jika anak
dimarahi atau diomeli maka anak merasa bersalah dan menjadi anak
peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang menantang
ketrampilan motorik dan bahasanya. Perkembangan psikosexsual
(Sigmund Freud) Berada pada fase oedipal/ falik (3-5 tahun). Anak
cenderung senang bermain dengan anak berjenis kelamin berbeda.
Oedipus komplek (laki-laki lebih dekat dengan ibunya) dan Elektra
komplek (perempuan lebih dekat ke ayahnya). Perkembangan
kognitif (Piaget) Berada pada tahap preoperasional yaitu fase
preconseptual (2- 4 tahun) dan fase pemikiran intuitive (4- 7 tahun).
Pada tahap ini kanan-kiri belum sempurna, konsep sebab akibat dan
konsep waktu belum benar dan magical thinking.  Perkembangan
moral Berada pada prekonvensional yaitu mulai melakukan kebiasaan
prososial : sharing, menolong, melindungi, memberi sesuatu, mencari
teman dan mulai bisa menjelaskan peraturan- peraturan yang dianut
oleh keluarga.  Perkembangan spiritual Mulai mencontoh kegiatan
keagamaan dari ortu atau guru dan  belajar yang benar –  salah untuk
menghindari hukuman. Perkembangan body image Mengenal kata
cantik, jelek,pendek-tinggi,baik-nakal, bermain sesuai peran jenis
kelamin, membandingkan ukuran tubuhnya dengan kelompoknya. 
Perkembangan sosial yaitu berada pada fase “Individuation – 
Separation” Anak sudah bisa mengatasi kecemasannya terutama pada
orang yang tak dikenal dan sudah bisa mentoleransi perpisahan dari
orang tua walaupun dengan sedikit atau tidak protes.  Perkembangan
bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari 2100 kata pada akhir
umur 5 tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata menjadi kalimat. Sudah
bisa menamai objek yang familiar seperti binatang, bagian tubuh, dan
nama-nama temannya. Dapat menerima atau memberikan perintah
sederhana.
Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan
permintaannya, lebih banyak bergaul, mulai menerima bahwa orang
lain mempunyai pemikiran juga, dan mulai menyadari  bahwa dia
mempunyai lingkungan luar.
Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain
yang mempunyai permainan yang mirip.Berkaitan dengan
pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik halus yaitu melompat,
berlari, memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga.  
b. Pemeriksaan fisik (head to toe)
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat
badan, dan tanda-tanda vital.
2) Kepala dan leher
 Inspeksi Kaji bentuk kepala, keadan rambut, kulit
kepala, konjungtivitis, fotofobia, adakah eritema
dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk,
sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.
 Palpasi : Adakah pembesaran kelenjar getah bening di
sudut mandibula dan didaerah leher belakang.
3) Mulut
 Inspeksi : Adakah bercak koplik dimukosa bukalis
berhadapan dengan molar  bawah, enantema di
palatum durum dan palatum mole, perdarahan  pada
mulut dan traktus digestivus
4) Toraks
 Inspeksi : Bentuk dada anak, Adakah batuk, secret
pada nasofaring, perdarahan  pada hidung. Pada
penyakit campak, gambaran penyakit secara klinis
menyerupai influenza.
 Auskultasi : Ronchi / bunyi tambahan pernapasan.
5) Abdomen
 Inspeksi Bentuk dari perut anak. puam pada
kulit.  Auskultasi Bising usus.
 Perkusi Perkusi abdomen hanya dilakukan bila
terdapat tanda abnormal, misalnya masa atau
pembengkakan.
6) Kulit
 Inspeksi : Eritema pada kulit, hiperpigmentasi,
kulit bersisik.
 Palpasi : Turgor kulit menurun

2. Analisa Data
Data yang telah terkumpul selanjutnya dikelompokkan dan dilakukan
analisa serta sintesa data. Dalam mengelompokkan data dibedakan atas data
subyektif dan data objektif. Data yang telah dikelompokkan kemudian
dianalisa sehingga dapat diambil kesimpulan mengenai masalah keperawatan
dan kemungkinan penyebab.
I. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau komunitas terhadap
proses kehidupan/masalah kesehatan. Adapun diagnosa keperawatan yang muncul
pada pasien rubella adalah sebagai berikut :
1. Gangguan termoregulasi b/d penyakit yang dialami.
2. Kerusakan integritas kulit b/d infeksi virus
3. Kekurangan volume cairan tubuh b/d demam, diare, muntah.
4. Gangguan rasa aman dan nyaman b/d rasa gatal.

J. INTERVENSI
1. Diagnosa I
Gangguan termoregulasi b/d penyakit yang dialami.
 Tujuan : pemeliharaan ( mempertahankan ) suhu tubuh dalam
rentang yang normal.
 Dengan kriteria hasil :
a. Suhu tubuh anak dalam rentang yang normal.  
b. Anak bebas dari demam.
Intervensi  
1 Monitor perubahan suhu tubuh, denyut nadi. Sebagai pengawasan
terhadap adanya  perubahan keadaan umum pasien sehingga dapat
diakukan penanganan dan perawatan secara cepat dan tepat.
2 Lakukan tindakan yang dapat menurunkan suhu tubuh sperti lakukan
kompres, berikan pakaian tipis dalam memudahkan  proses penguapan.
Upaya  –   upaya tersebut dapat membantu menurunkan suhu tubuh
pasien serta meningkatkan kenyamanan pasien.
3 Libatkan keluarga dalam  perawatan serta ajari cara menurunkan
suhu dan mengevaluasi perubahan suhu tubuh. Meningkatkan rasa
nyaman anak.
4 Kaji sejauh mana  pengetahuan keluarga dan anak tentang
hypertermia Mengetahui kebutuhan infomasi dari  pasien dan keluarga
mengenai perawatan  pasien dengan hypertemia.
5 Kolaborasi dengan dokter dengan memberikan antipiretik dan
antibiotic sesuai dengan ketentuan. Antipiretik
menurunkan/mempertahankan suhu tubuh anak.

2. Diagnosa II
Kerusakan integritas kulit b/d infeksi virus
 Tujuan : keutuhan struktural dan fungsi fisiologis dari kulit dan
membrane mukosa.
 Dengan kriteria hasil : a. Terbebas dari adanya lesi jaringan.  b.
Suhu, elastisitas, hidrasi dan warna jaringan dalam rentang yang
diharapkan.
Intervensi  
1 Pantau kulit dari adanya: ruam dan lecet, warna dan suhu,
kelembaban dan kekeringan yang berlebih, area kemerahan dan rusak.
Mengetahui perkembangan penyakit dan mencegah terjadinya
komplikasi melalui deteksi dini pada kulit.
2 Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan Mempertahankan
kebeersihan tanpa mengiritasi kulit.
3 Dorong klien untuk menghindari menggaruk dan menepuk kulit.
Membantu mencegah friksi / trauma kulit.
4 Balikkan atau ubah posisi dengan sering Meningkatkan sirkulasi dan
mencegah tekanan pada kulit / jaringan yang tidak  perlu.
5 Ajarkan anggota keluarga / memberi asuhan tentang tanda kerusakan
kulit, jika diperlukan. Mengetahui terjadinya infeksi / komplikasi lebih
cepat. 6 Konsultasi pada ahli gizi tentang makanan tinggi  protein,
mineral, kalori dan vitamin. Perbaikan nutrisi klien agar terhindar dari
infeksi karena kulit dapat menjadi barier utama yang dapat
memperberat kondisi anak.

3. Diagnosa III
Kekurangan volume cairan tubuh b/d demam, diare, muntah.
 Tujuan : intake cairan seimbang, keseimbangan volume cairan
dalam tubuh.
 Dengan kriteria hasil :
a. Memperlihatkan tidak adanya tanda dan gejala kekurangan
volume cairan.
Intervensi  
1 Pantau berat badan, suhu, kelembaban pada rongga Mengontrol
keseimbangan output. oral, volume konsentrasi urin.
2 Ukur berat jenis urine .Menunjukkan status hidrasi dan perubahan
pada fungsi ginjal, yang mewaspadakan terjadinya gagal ginjal akut
pada respon terhadap hipovolemia.
3 Observasi kulit/membrane mukosa untuk kekeringan, turgor.
Hipovolemia, perpindahan cairan dan kekurangan nutrisi
memperburuk turgor kulit.
4 Hilangkan tanda bau dari lingkungan. Menurunkan rangsangan pada
gaster dan respon muntah.
5 Ubah posisi dengan sering,  berikan perawatan kulit dengan sering
dan  pertahankan tempat tidur kering dan bebas lipatan. Adanya
gangguan sirkulasi cenderung merusak kulit.
6 Berikan : a. Bentuk-bentuk cairan yang menarik ( sari buah, sirup
tanpa es, susu ). Menarik minat anak agar mau minum  banyak.

4. Diagnosa IV
Gangguan rasa aman dan nyaman b/d rasa gatal
 Tujuan : anak merasa nyaman
 Dengan kriteria hasil :
a. Anak dapat beristirahat dengan nyaman.  
b. Rewel berkurang.
Intervensi
1 Tubuh anak dibedaki dengan bedak salisil 1% atau lainya (atas resep
dokter).Mengurangi rasa gatal.
2 Tidurkan anak ditempat yang agak jauh dari lampu (jangan tepat dibawah
lampu) Mencegah silau dan menambah kenyamanan anak.

DAFTAR PUSTAKA

•Pusdiknakes. 1984. Perawatan Bayi dan Anak. Depkes RI : Jakarta

•Mahdiyat, Iskandar. 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak . FK UI.

• http://irfan-cadaas.blogspot.com/2009/10/rubela.html

•http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en|
id&rurl=translate.google.co.id&twu=1&u=http://www.nlm.nih.gov/
medlineplus/ency/article/
001574.htm&usg=ALkJrhj4rWIAYIqonOhzLfueX32B5-mkkw

Anda mungkin juga menyukai