Anda di halaman 1dari 8

CASE BASED

Rubella

Disusun oleh :
Intan Solihat Samsudin
1115043

PEMBIMBING :
dr. Franky Saputra, SpA

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
RUMAH SAKIT IMMANUEL
BANDUNG
2015

1. Definisi
Rubella (German measles atau 3-day measles) adalah penyakit exantema
ringan pada infant dan anak-anak yang biasanya lebih berat dan disertai
komplikasi pada dewasa. Klinis yang signifikan yaitu transplacental infection
dan fetal damage sebagai bagian dari Congenital Rubella Syndrome.
2. Etiologi
Famili
Genus
Spesies

: Togaviridae
: Rubivirus
: Rubella Virus
Clade 1
Clade 2

: 1a, 1B, 1C, 1D, 1E, 1F, 1G, 1h, 1i, 1j


: 2A, 2B, 2C

Virion rubella berbentuk spheris dengan diameter 60-70 nm dan Rubella


merupakan virus dengan single-stranded RNA dengan berat 3.2 3.8 x 107
dan terdiri dari 9762 nucleotides yang dilengkapi dengan lipid envelope dan 3
protein struktural yaitu protein nucleocapsid (C) yang berhubungan dengan
nucleus dan 2 glycoproteins, E1 (viral hemaglutinin) dan E2 yang
berhubungan dengan envelope juga 2 protein nonstruktural yaitu P90 dan
P150. Nucleocapsid memiliki diameter sebesar 30-40 nm. Virus ini sensitif
terhadap panas; virulensinya akan menurun setelah 30 menit pada suhu 56
derajat selsius dan pada suhu 4 derajat selsius akan menjaga protein virus
untuk stabil sehingga virulensi tetap bertahan, sinar uv akan menurunkan
virulensi, dan ph yang ekstrim <6,8 dan > 8,1 namun relatif stabil pada
tempratur dingin. Manusia adalah host satu-satunya.

3. Epidemiologi

Pada masa prevaksin, rubella merupakan penyakit yang paling sering terjadi
pada usia sebelum sekolah dan usia sekolah (<12 tahun). Setelah pengenalan
terhadap vaksin rubella, insidensi tersebut menurun >99% dan meningkat pada
usia >19 tahun.
4. Patogenesis

Virus bereplikasi di epitel pernapasan, lalu menyebar melalui nodus


limfatikus. Viremia terjadi kemudian dan sangat hebat sejak 10 17 hari
setelah infeksi. Penyebaran virus dari nasofaring dimulai sekitar 10 hari
setelah infeksi dan mungkin terdetaksi hingga 2 minggu diikuti onset rash.
Periode penularan yang tertinggi dari 5 hari sebelum hingga 6 hari setelah
timbulnya rash.
Faktor risiko yang terpenting untuk defek kongenital yang berat adalah masa
gestasi saat terinfeksi. Infeksi maternal saat 8 minggu pertama gestasi akan
menghasilkan defek yang berat dan lebih menyebar. Risiko untuk defek
kongenital diestimasi sebesar 90% pada infeksi maternal sebelum masa gestasi
11 minggu, 33% pada 11-12 minggu, 11% pada 13-14 minggu, dan 24% pada
15-16 minggu. Defek yang terjadi setelah minggu ke 16 jarang terjadi, bahkan
jika infeksi fetal terjadi.
5. Manifestasi Klinis
Masa Inkubasi
Berkisar antara 14-21 hari.
Masa Prodormal
Pada anak biasanya mulai timbul ruam, sedangkan pada remaja dan dewasa
terdapat gejala yang mendahului ruam. Masa prodormal berlangsung 1-5 hari
dan terdiri dari demam ringan, sakit kepala, nyeri tenggorokan, konjungtiva
merah, pilek, batuk, dan limfadenopati. Gejala ini menghilang saat ruam
timbul. Pada 20% penderita dapat timbul suatu enantema, Forschheimer spot ,
yaitu makula atau petekie pada palatum molle.

Masa Eksantema
Eksantema mulai tampak pertama kali pada retroaurikular atau pada muka dan
dengan cepat meluas secara kraniokaudal ke bagian lain dari tubuh. Mulamula berupa makula berbatas tegas yang memberikan bentuk morbiliform.
Pada hari kedua eksantema di muka menghilang, diikuti hari ke-3 di tubuh dan
hari ke-4 di anggota gerak.

6. Rubella Kongenital
Infeksi rubella pada ibu hamil yang menimbulkan infeksi pada janin.
Kemungkinan yang dapat ditimbulkan rubella pada janin:
a. Non infeksi
b. Infeksi tanpa kelainan
c. Infeksi dengan kelainan kongenital
d. Resorpsi emrbio
e. Abortus
f. Kelahiran mati
Trias anomali kongenital
a. Mata : katarak , mikroftalmia, glaukoma, retinopati (bilateral atau
unilateral).
b. Telinga : tuli sensorineural (bilateral)
c. Defek jantung : stenosis arteri pulmonalis, patent ductus arteriosus,
ventricle septal defect
SYSTEM
Cardiovascular

PATHOLOGIC FINDINGS
Patent ductus arteriosus
Pulmonary artery stenosis
Ventriculoseptal defect
Myocarditis

Central nervous system

Eye

Ear
Lung
Liver
Kidney
Adrenal gland
Bone
Spleen, lymph node
Thymus
Skin

Chronic meningitis
Parenchymal necrosis
Vasculitis with calcification
Microphthalmia
Cataract
Iridocyclitis
Ciliary body necrosis
Glaucoma
Retinopathy
Cochlear hemorrhage
Endothelial necrosis
Chronic mononuclear interstitial
pneumonitis
Hepatic giant cell transformation
Fibrosis
Lobular disarray
Bile stasis
Interstitial nephritis
Cortical cytomegaly
Malformed osteoid
Poor mineralization of osteoid
Thinning cartilage
Extramedullary hematopoiesis
Histiocytic reaction
Absence of germinal centers
Erythropoiesis in dermis

7. Pemeriksaan Penunjang
Postnatal rubella
Tes Serologis
Ditemukannya antibodi IgM spesifik untuk rubella atau peningkatan
titer IgG spesifik rubella sebanyak 4 kali antara masa akut dan
konvalesens yang di ambil pada jarak waktu 2-3 minggu.
Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA)
Hemagglutination inhibition (HI) test ( titer > 1/16 sampai
1/512)
Isolasi virus (kultur)
Memakan waktu, mahal, tidak selalu tersedia.
Darah rutin
Leukopenia, limfositosis relatif dan sering terjadi penurunan ringan
dari trombosit.
Congenital rubella
Isolasi virus
Tes Serologi sulit diinterpretasi karena adanya jalur transplasental
IgG spesifik rubella maternal dan IgM tidak terdeteksi.

Rubella antigen detection PCR


Foto thorax
Echocardiography
Darah rutin
Leukopenia, limfositosis relatif dan sering terjadi penurunan ringan
dari trombosit.
Pungsi lumbal

8. Penatalaksanaan
Tirah baring
Terapi cairan dan elektrolit
Terapi suportif
o Antihistamin
o NSAID
o Antipiretik
9. Pencegahan
Untuk mencegah penularan maka pasien rubella harus di isolasi selama
7 hari setelah onset rash.
Vaksin
MMR (Measles, Mumps, Rubella) vaccine. Injeksi secara subkutan
dengan dosis 0,5 ml. Vaksin pertama saat usia 15 bulan dan vaksin
kedua antara usia 5-6 tahun.
Screening pada ibu hamil
Apabila tes pertama kali dilakukan dan hasil negatif maka 2-3 minggu
selanjutnya dilakukan tes kedua, bila hasilnya negatif maka 6 minggu
kemudian dilakukan tes ketiga dan bila hasil negatif maka menunjukan
infeksi negatif. Bila pada tes pertama negatif dan tes kedua positif
maka menunjukan infeksi akut.
10. Komplikasi
Postnatal rubella
Thrombocytopenia
Timbulnya manifestasi seperti petekie, epistaksis, perdarahan
gastrointestinal dan hematuria
Arthritis
Dimulai pada 1 minggu onset exantem dan mengenai sendi kecil dar
tangan. Bersifat self-limited tanpa sekuele.
Encephalitis
Terjadi dalam 7 hari setelah onset rash yang meliputi sakit kepala,
kejang, koma, focal neurologic signs, dan ataxia. Cairan cerebrospinal
normal dan isolasi virus menunjukan tanda non-infeksi.
Progressive rubella panencephalitis
Memiliki onset dan manifestasi yang mirip dengan subacute sclerosing
panencephalitis namun virus dapat di isolaso dari jaringan otak.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai