Anda di halaman 1dari 29

MUMPS, MORBILI, RUBELLA

Pembimbing:
Pengempu : RSAL
dr Azis M, SpA
dr Rina SpA

 
KEPANITRAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT UMUM Dr. KARDINAH KOTA - TEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
 
  
  
Penyusun:
Abdurrahman Samarqandy 03015003
Adinda Farsyadhia 03015006
Nadhif Eka Saputro 03015205
Arju Miftahyudin 03016016
mumps
definisi
Mumps (Parotitis Epidemika) adalah penyakit
infeksi akut dan menular yang disebabkan
virus. Virus menyerang kelenjar air liur di
mulut, terutama kelenjar parotis yang terletak
pada tiap-tiap sisi muka tepat di bawah dan
di depan telinga.
Etiologi
Penyebab adalah virus mumps. Virus ini adalah
anggota kelompok paramiksovirus, yang juga
mencakup parainfluenza, campak, dan virus
penyakit Newcastle. Hanya deiketahui ada satu
serotype. Biakan manusia atau sel ginjal kera
terutama digunakan untuk isolasi virus. Pengaruh
sitopatik kadang-kadang ditemukan, tetapi
hemadsorpsi merupakan indikator infeksi yang
paling sensitif. Virus telah diisolasi dari ludah,
cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan
terinfeksi lain.
Epidemiologi
Meskipun insiden menurun pada semua kelompok
usia, penurunan terbesar (> 50% pengurangan
tingkat kejadian per 100.000 penduduk) terjadi
pada orang yang berusia 10 tahun atau lebih. Orang
yang berusia 15 tahun atau lebih tua menyumbang
lebih dari sepertiga dari total yang dilaporkan
peningkatan paling dramatis adalah di kalangan
remaja yang berusia 10-14 tahun (peningkatannya
hampir 7 kali lipat) dan dewasa muda yang berusia
15-19 tahun (peningkatannya lebih dari 8 kali lipat).
 Patofisiologi
MANIFESTASI KLINIK
Penyakit ini paling sering terjadi pada anak-anak
dan orang muda berusia lima sampai 15 tahun.
Gejalanya, nyeri sewaktu mengunyah dan
menelan. Lebih terasa lagi bila menelan cairan
asam seperti cuka dan air jeruk. Pembengkakan
yang nyeri terjadi pada sisi muka dan di bawah
telinga. Kelenjarkelenjar di bawah dagu juga
akan lebih besar dan membengkak. Penderita
juga merasa demam. Suhu tubuh dapat
meningkat hingga 39,5oC.
 Diagnosis Mumps
Diagnosis Mumps dapat dibuat berdasarkan riwayat pajanan
terhadap infeksi mumps, periode inkubasi yang sesuai, dan
pengembangan temuan klinis yang khas. Konfirmasi adanya
parotitis dapat dilakukan dengan menunjukkan peningkatan
nilai serum amilase. Leukopenia dengan limfositosis relatif
adalah temuan umum. Saat ini, pada populasi yang sudah
banyak imunisasi, diagnosis spesifik mumps harus
dikonfirmasi atau disingkirkan dengan cara virologi atau
serologis. Langkah ini dapat dilakukan dengan mengisolasi
virus dalam kultur sel, mendeteksi antigen virus dengan
imunofluoresensi langsung, atau mengidentifikasi asam
nukleat dengan membalikkan reaksi Polimerase Chain
Reaction (PCR).
diangnosis banding
Virus mumps satu-satunya penyebab epidemi
parotitis. Parotitis terutama kasus sporadis dapat
berhubungan dengan virus selain dari mumps.
Parotitis juga dapat disebabkan oleh Epstein Barr
virus, human herpesvirus B6 (penyebab roseola)
cytomegalovirus, parainfluenza virus tipe 1 dan 3,
influenza A virus, coxsackieviruses dan
enteroviruses lainnya, lymphocytic choriomeningitis
virus, human immunodeficiency virus,
Staphylococcus aureus, dan nontuberculous
Mycobacterium.
 Tatalaksana Mumps
Parotitis merupakan penyakit yang bersifat
self-limited (sembuh/hilang sendiri) yang
berlangsung kurang lebih dalam satu
minggu. Tidak ada terapi spesifik bagi infeksi
virus “Mumps” oleh karena itu pengobatan
parotitis seluruhnya simptomatis dan
suportif.
 Prognosis Mumps
Mumps merupakan penyakit self-limited,
dapat sembuh sendiri. Prognosis parotitis
adalah baik, dapat sembuh spontan dan
komplit serta jarang berlanjut menjadi
kronis.Sterilitas karena orkhitis jarang terjadi.
Morbili
 definisi morbili
Campak atau morbili adalah suatu infeksi virus akut yang
memiliki 3 stadium yaitu
(1)Stadium inkubasi yang berkisar antara 10 sampai 12
hari setelah pajanan pertama terhadap virus dan dapat
disertai gejala minimal maupun tidak bergejala,
(2)Stadium prodromal yang menunjukkan gejala demam,
konjungtivitis, pilek, dan batuk yang meningkat serta
ditemukannya enantem pada mukosa (bercak Koplik), dan
(3)Stadium erupsi yang ditandai dengan keluarnya ruam
makulopapular yang didahului dengan meningkatnya
suhu badan
epidemiologi morbili
Angka kejadian campak di Indonesia sejak
tahun 1990 sampai 2002 masih tinggi sekitar
3000-4000 per tahun demikian pula
frekuensi terjadinya kejadian luar biasa
tampak meningkat dari 23 kali per tahun
menjadi 174. Namun case fatality rate telah
dapat diturunkan dari 5,5% menjadi 1,2%.
Etiologi
Virus campak merupakan virus RNA famili
paramyxoviridae dengan genus Morbili virus.
 patofisiologi
Lesi pada campak terutama terdapat pada kulit, membran mukosa
nasofaring, bronkus, saluran pencernaan, dan konjungtiva. Di
sekitar kapiler terdapat eksudat serosa dan proliferasi dari sel
mononuklear dan beberapa sel polimorfonuklear. Karakteristik
patologi dari Campak ialah terdapatnya distribusi yang luas dari
sel raksasa berinti banyak yang merupakan hasil dari
penggabungan sel. Dua tipe utama dari sel raksasa yang muncul
adalah
(1) sel Warthin-Findkeley yang ditemukan pada sistem
retikuloendotel (adenoid, tonsil, appendiks, limpa dan timus) dan
(2) sel epitel raksasa yang muncul terutama pada epitel saluran
nafas. Lesi di daerah kulit terutama terdapat di sekitar kelenjar
sebasea dan folikel rambut.
 Manifestasi klinis
Stadium inkubasi
Masa inkubasi campak berlangsung kira-kira 10 hari (8 hingga 12
hari). Walaupun pada masa ini terjadi viremia dan reaksi imunologi
yang ekstensif, penderita tidak menampakkan gejala sakit.
Stadium prodromal
Manifestasi klinis campak biasanya baru mulai tampak pada stadium
prodromal yang berlangsung selama 2 hingga 4 hari. Biasanya
terdiri dari gejala klinik khas berupa batuk, pilek dan
konjungtivitis, juga demam. Inflamasi konjungtiva dan fotofobia
dapat menjadi petunjuk sebelum munculnya bercak Koplik.
Stadium erupsi
Pada campak yang tipikal, ruam akan muncul sekitar hari ke-14
infeksi yaitu pada saat stadium erupsi.
Diagnosis
Diagnosis campak biasanya cukup ditegakkan
berdasarkan gejala klinis. Pemeriksaan
laboratorium jarang dilakukan. Pada stadium
prodromal dapat ditemukan sel raksasa berinti
banyak dari apusan mukosa hidung. Serum
antibodi dari virus campak dapat dilihat dengan
pemeriksaan Hemagglutination-inhibition (HI),
complement fixation (CF), neutralization, immune
precipitation, hemolysin inhibition, ELISA,
serologi IgM-IgG, dan fluorescent antibody (FA).
Diagnosis Banding
Diagnosis banding morbili diantaranya :
1. Roseola infantum. Pada Roseola infantum, ruam muncul
saat demam telah menghilang.
2. Rubella. Ruam berwarna merah muda dan timbul lebih
cepat dari campak. Gejala yang timbul tidak seberat
campak.
3. Alergi obat. Didapatkan riwayat penggunaan obat tidak
lama sebelum ruam muncul dan biasanya tidak disertai
gejala prodromal.
4. Demam skarlatina. Ruam bersifat papular, difus terutama
di abdomen. Tanda patognomonik berupa lidah berwarna
merah stroberi serta tonsilitis eksudativa atau membranosa
Penatalaksanaan
Pengobatan bersifat suportif dan simptomatis, terdiri
dari istirahat, pemberian cairan yang cukup,
suplemen nutrisi, antibiotik diberikan bila terjadi
infeksi sekunder, anti konvulsi apabila terjadi
kejang, antipiretik bila demam, dan vitamin A
100.000 Unit untuk anak usia 6 bulan hingga 1
tahun dan 200.000 Unit untuk anak usia >1 tahun.
Vitamin A diberikan untuk membantu pertumbuhan
epitel saluran nafas yang rusak, menurunkan
morbiditas campak juga berguna untuk
meningkatkan titer IgG dan jumlah limfosit total
Prognosis
Campak merupakan penyakit self limiting
sehingga bila tanpa disertai dengan penyulit
maka prognosisnya baik
Rubella
 Definisi Rubella
Rubella (campak Jerman) adalah penyakit
ringan, sering eksantematosa pada bayi dan
anak-anak yang biasanya lebih parah dan
berhubungan dengan lebih banyak
komplikasi pada orang dewasa. Signifikansi
klinis utamanya adalah infeksi transplasental
dan kerusakan janin sebagai bagian dari
congenital rubella syndrome (CRS).
 Etiologi Rubella
Virus Rubella adalah anggota keluarga Togaviridae
dan merupakan satu-satunya spesies dari genus
Rubivirus. Ini adalah virus RNA untai tunggal dengan
amplop lipid dan 3 protein struktural, termasuk
protein nukleokapsid yang dikaitkan dengan
nukleus dan 2 glikoprotein, E1 dan E2, yang terkait
dengan amplop. Virus ini sensitif terhadap panas,
sinar ultraviolet, dan pH ekstrem tetapi relatif stabil
pada suhu dingin. Manusia adalah satu-satunya
inang yang diketahui.
  
 Patofisiologi Rubella
Setelah infeksi, virus bereplikasi di epitel
pernapasan dan kemudian menyebar ke
kelenjar getah bening regional. Viremia terjadi
dan paling intens dari 10 hingga 17 hari setelah
infeksi. Pelepasan virus dari nasofaring dimulai
sekitar 10 hari setelah infeksi dan dapat
dideteksi hingga 2 minggu setelah timbulnya
ruam. Masa komunikasi tertinggi adalah dari 5
hari sebelum hingga 6 hari setelah munculnya
ruam.
Manifestasi Klinis Rubella
Pada anak-anak, manifestasi pertama rubella
biasanya ruam, yang bervariasi dan tidak
khas. Ini dimulai pada wajah dan leher
sebagai makula kecil berwarna merah muda
yang tidak beraturan yang bergabung, dan
menyebar secara sentrifugasi untuk
melibatkan batang tubuh dan ekstremitas, di
mana ia cenderung muncul sebagai makula
diskrit
 Diangnosis
 uji imunosorben enzim rubella imunoglobulin

(Ig) M
 serologis,
 Sensitivitas dan spesifisitas
 Tatalaksana Rubella
Tidak ada pengobatan khusus yang tersedia
untuk rubella atau CRS. Rubella postnatal
umumnya merupakan penyakit ringan yang
tidak memerlukan perawatan di luar
antipiretik dan analgesik. Imunoglobulin atau
kortikosteroid intravena dapat
dipertimbangkan untuk trombositopenia
berat, tanpa henti.
 Prognosis Rubella
Infeksi postnatal dengan rubella memiliki
prognosis yang sangat baik.
Pencegahan
 Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi
campak ataupun vaksinasi MMR (Measles,
Mumps, Rubella). Sesuai jadwal imunisasi
rekomendasi IDAI tahun 2014, vaksin campak
diberikan pada usia 9 bulan. Selanjutnya,
vaksin penguat dapat diberikan pada usia 2
tahun.
Daftar pustaka
 Depkes RI. Mumps (parotitis Epidemika). Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas; 2007. Jakarta: 2008. p.158
 Vikas S. Kancherla, I. Celine Hanson. Mumps resurgence in the United States. The Journal of Allergy and Clinical Immunology Volume 118,
Issue; 2006. p.938-941. Diakses dari http://www.jacionline.org /article/S0091-6749(06)01582-X/fulltext pada bulan April 2013
 Maldonado, Yvonne. Parotitis Epidemika. Dalam: Nelson Ilmu Kesehatan Anak; 2000. p.1075-1077
 Anggraeni, Melisa, Dwi Lingga Utama, I Md Gd. Gondongan (Mumps atau Parotitis). Bag/SMF IKA FK UNUD-RSUP Sanglah Denpasar.
Diakses dari http://ppdsikafkunud.com/gondongan-mumps-atau-parotitis pada bulan April 2013
 Satari, Hindra Irawan, et.al. Studi Sero epidemiologi pada Antibodi Mumps Anak Sekolah Dasar di Jakarta. Sari Pediatri, Vol. 6, No. 3,
Desember 2004. p. 134-137
 Germaine L Defendi. Mumps. In: Russell W Steele, Chieff Editor: Medscape Reference: 2012. Diakses dari http://emedicine.medscape.com
pada bulan April 2013.
 Robert M, Richard E, Hal B, Bonita F. Nelson Textbook of pediatrics. Edisi ke-18. USA: Elsevier; 2007. hlm. 1331-2.
 Shih bin, S. Current Status of Mumps Virus Infection: Epidemyology, Pathogenesis and Vaccine. International Journal of Environmental
Research and Public Health.2020:17
 California Department of Public Health – December 2012. Mumps: Case and Outbreak Investigation: 2012
 Phillips C.S. 1983. Measles. In: Behrman R.E., Vaughan V.C. (eds) Nelson Textbook of Pediatrics. 12th edition. Japan. Igaku-Shoin/Saunders.
p.743
 T.H. Rampengan, I.R. Laurentz. 1997. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 90
 Soegeng Soegijanto. 2002. Campak. dalam: Sumarmo S. Poorwo Soedarmo, dkk. (ed.) Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi & Penyakit
Tropis. Edisi I. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. Hal. 125
 Cherry J.D. 2004. Measles Virus. In: Feigin, Cherry, Demmler, Kaplan (eds) Textbook of Pediatrics Infectious Disease. 5th edition. Vol 3.
Philadelphia. Saunders. p.2283 – 2298
 Alan R. Tumbelaka. 2002. Pendekatan Diagnostik Penyakit Eksantema Akut dalam: Sumarmo S. Poorwo Soedarmo, dkk. (ed.) Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Anak Infeksi & Penyakit Tropis. Edisi I. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. Hal. 113
 Fitriany,J. Sindrom Rubella Kongenital. Jurnal Averrous.2018:vol;4(1)
 Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI. Buku ajar infeksi dan pediatri tropis. Edisi Ke-2. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta;
2010.
 udjiadi, Antonius H dkk. 2010. Pedoman Pelayanan Medis Jilid 1. Jakarta: badanPenerbit IDAI
  
  

Anda mungkin juga menyukai