Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN

PENYAKIT CAMPAK PADA ANAK

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3

 CHRISTANTI INDRIANI PONTOH (16010 010)


 NURUL ANGGRAINI PAKAYA (16010 029)
 ULFIAFEBRIANI (16010 050)

DOSEN PENGAMPUH : TASNIM MAHMUD, S.Kep.,Ns.,M.M

STIKES HUSADA MANDIRI POSO

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2017/2018


LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN CAMPAK PADA ANAK

A. Definisi Campak
Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan berbentuk mukolo
papular selama tiga hari atau lebih yang disertai panas 380c atau lebih dan disertai salah satu
gejala batuk, pilek, dan mata merah. ( WHO )
Morbili adalah penyakit infeksi virus akut,menular yang ditandai 3 stadium yaitu stadium
kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensensia. Morbili dapat disebut juga
campak,”measles”,rubeola.(IKA,FKUI Volume 2, 1985)
Campak disebut juga Morbili. Campak merupakan penyakit yang sangat menular terutama
menyerang anak-anak, walaupun pada beberapa kasus juga dapat menyerang orang dewasa. Pada
anak-anak dengan keadaan gizi buruk ditemukan kejadian campak dengan komplikasi yang fatal
atau berpotensi menyebabkan kematian.
Penyakit Campak adalah penyakit menular akut yang disebabkan virus Campak/ Rubella.
Campak adalah penyakit infeksi menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium kataral,
stadium erupsi dan stadium konvalesensi. Penularan terjadi secara droplet dan kontak langsung
dengan pasien. Virus ini terdapat dalam darah, air seni, dan cairan pada tenggorokan. Itulah yang
membuat campak ditularkan melalui pernapasan, percikan cairan hidung ataupun ludah.

B. Etiologi
Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama
masa prodormal sampai 24 jam setelah timbulnya bercak-bercak. Cara penularannya dengan
droplet dan kontak (IKA,FKUI Volume 2, 1985).
Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam famili paramyxovirus yaitu
genus virus morbili. Virus ini sangat sensitif terhadap panas dan dingin, dan dapat diinaktifkan
pada suhu 30oC dan -20oC, sinar matahari, eter, tripsin, dan beta propiolakton. Sedang formalin
dapat memusnahkan daya infeksinya tetapi tidak mengganggu aktivitas komplemen.
(Rampengan, 1997 : 90-91)
Penyebab morbili adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah
selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak, cara penularan dengan
droplet dan kontak (Ngastiyah, 1997:351)
Campak adalah suatu virus RNA, yang termasuk famili Paramiksoviridae, genus
Morbilivirus. Dikenal hanya 1 tipe antigen saja; yang strukturnya mirip dengan virus penyebab
parotitis epidemis dan parainfluenza. Virus tersebut ditemukan di dalam sekresi nasofaring, darah
dan air kemih, paling tidak selama periode prodromal dan untuk waktu singkat setelah
munculnya ruam kulit. Pada suhu ruangan, virus tersebut dapat tetap aktif selama 34 jam.
(Nelson, 1992 : 198).

C. Epidemiologi
Di indonesia, menurut survei Kesehatan Rumah Tangga Morbili menduduki tempat ke-5
dalam urutan 10 macam penyakit utama pada bayi (0,7%) dan tempat ke-5 dalam urutan 10
macam penyakit utama pada anak umur 1-4 tahun (0,77%).
Morbili merupakan penyakit endemis, terutama di negara sedang berkembang. Di Indonesia
penyakit morbili sudah dikenal sejak lama. Di masa lampau morbili dianggap sebagai suatu hal
yang harus di alami setiap anak, sehingga anak yang terkena campak tidak perlu diobati, mereka
beranggapan bahwa penyakit morbili dapat sembuh sendiri bila ruam sudah keluar. Ada
anggapan bahwa ruam yang keluar banyak semakin baik. Bahkan ada usaha dari
masyarakat untuk mempercepat keluarnya ruam. Ada kepercayaan bahwa penyakit morbili akan
berbahaya bila ruam tidak keluar pada kulit sebab ruam akan muncul didalam rongga tubuh lain
seperti didalam tenggorokan, paru, perut, atau usus. Hal ini diyakini akan menyebabkan sesak
nafas atau diare yang dapat menyebabkan kematian.
Secara biologik, morbili mempunyai sifat adanya ruam yang jelas, tidak diperlukan hewan
perantara, tidak ada penularan melalui serangga (vektor), adanya musiman dengan periode bebas
penyakit, tidak ada penularan virus secara tetap, hanya memiliki satu serotipe virus dan adanya
vaksin campak yang efektif.

D. Patofisiologi
Penularan terjadi secara droplet dan kontak virus ini melalui saluran pernafasan dan masuk ke
system retikulo endothelial, berkembang biak dan selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh. Hal
tersebut akan menimbulkan gejala pada saluran pernafasan, saluran cerna, konjungtiva dan
disusul dengan gejala patoknomi berupa bercak koplik dan ruam kulit. Antibodi yang terbentuk
berperan dalam timbulnya ruam pada kulit dan netralisasi virus dalam sirkulasi. Mekanisme
imunologi seluler juga ikut berperan dalam eliminasi virus.
Patofisiologi Organisme (virus morbili) menular melalui rute udara, dalam waktu 24 jam,
dari awal muncul reaksi terhadap virus morbili maka akan terjadi eksudat yang serous dan
proliferasi sel mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus di sekitar kapiler. Kelainan ini
terdapat pada kulit, selaput lendir nasofaring, bronkus dan konjungtiva (Ngastiyah, 1997:352).
Sebagai reaksi terhadap virus maka terjadi eksudat yang serous dan proliferasi sel
mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus disekitar kapiler. Kelainan ini terdapat pada
kulit, selaput lendir nasofaring, bronkus dan konjungtiva (IKA,FKUI Volume 2,1985).

E. Manifestasi Klnis
Masa inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih 10 – 20 hari dan kemudian timbul gejala-
gejala yang di bagi dalam 3 stadium, yaitu :
1. Stadium prodormal (katarallis)
Biasanya stadium ini berlangsung 4 – 5 hari disertai panas tubuh, malaise (lemah), batuk,
fotopobia, konjungtivitis, koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam timbul eritema
(ruam pada selaput lendir), timbul bercak koplikberwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum
dan dikelilingi eritema. Kadang – kadang terdapat makula halus yang kemudian menghilang
sebelum stadium erupsi. Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influensa
dan sering didiagnosis sebagai influensa. Diagnosis perkiraan dapat dibuat bila ada bercak
klopik dan pasien pernah kontak dengan pasien morbili dalamwaktu 2 minggu terakhir.
2. Stadium Erupsi
Koriza dan batuk- batuk bertambah, timbul eritema atau titik merah dipalatum durum
dan palatum mole. Kadang- kadang terlihat pula bercak koplik. Biasanya
disertai juga meningkatnya suhu tubuh. Diantara makula terdapat kulit yangnormal. Mula-
mula makula timbul di belakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk sepanjang rambut dan
bagian belakang pipi.
Dalam dua hari bercak- bercak menjalar kemuka, lengan atas, bagian dada,
punggung, perut dan tungkai bawah. Kadang- kadang terdapat perdaraha ringan pada
kulit. Rasa gatal, muka bengkak, ruam mencapai anggota bawah umumnya pada hari ketiga
dan akan menghilang dengan urutan seperti terjadinya. Terdapat juga sedikit splenomegali
serta sering pula disertai diare dan muntah. Variasi morbili yang biasa ini adalah : black
measles yaitu ; morbili yang disertai perdarahan pada kulit, milut hidung dan traktus
digestivus.
3. Stadium Konvalensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (Hiperpigmentasi) yang
lama kelamaan akan menghilang sendiri. Selain itu ditemukan pula kulit bersisik.
Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untukmorbili. Suhu menurun
sampai menjadi normal, kecuali jika ada komplikasi. Selanjutnya diikuti gejala anoreksia,
malaise, limfadenopati. (Ngastiyah, Perawatan anak sakit, 351).
F. Pemeriksaan Penunjang
a) Serologi
Pada kasus atopic, dapat dilakukan pemeriksaan serologi untuk memastikannya. Tehnik
pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah fiksasi complement, inhibisi hemaglutinasi, metode
antibody fluoresensi tidak langsung.
b) Patologi anatomi
Pada organ limfoid dijjumpai : hyperplasia folikuler yang nyata, senterum germinativum
yang besar, sel Warthin-Finkeldey ( sel datia berinti banyak yang tersebar secara acak, sel ini
memiliki nucleus eosinofilik dan jisim inklusi dalam sitoplasma, sel ini merupakan tanda
patognomonik sampak ). Pada bercak koplik dijumpai : nekrosis, neutrofil, neovaskularisasi.
c) Darah tepi
Jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri.
d) Pemeriksaan antibody IgM anti campak
e) Pemeriksaan untuk komplikasi
Ensefalopati / ensefalitis ( dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal, kadar elektrolit darah
dan analisis gas darah ), enteritis ( feces lengkap), bronkopneumonia ( dilakukan pemeriksaan
foto dada dan analisis gas darah ).

G. Komplikasi
a) Pneumoni
Oleh karena perluasan infeksi virus disertai dengan infeksi sekunder. Bakteri yang
menimbulkan pneumoni pada mobili adalah streptokok, pneumokok, stafilokok, hemofilus
influensae dan kadang-kadang dapat disebabkan oleh pseudomonas dan klebsiela.
b) GastroenteritisKomplikasi yang cukup banyak ditemukan dengan insiden berkisar 19,1 –
30,4%
c) EnsefalitisAkibat invasi langsung virus morbili ke otak, aktivasi virus yang laten, atau
ensefalomielitis tipe alergi.
d) Otitis media

H. Penatalaksanaan
a) Medis
Pengobatan simptomatik dengan antipiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk dan
memperbaiki keadaan umum. Tindakan lain ialah pengobatan segera terhadap komplikasi
yang timbul.
b) Keperawatan
1. Kebutuhan nutrisi
a. Mengusahakan cairan masuk lebih banyak dengan memberikan banyak
minum.
b. Pemberian saat buah-buahan atau buah yang banyak mengandung air
seperti jeruk atau lainnya yang anak sukai.
c. Susu dibuat agak encer dan jangan terlalu manis, berikan dalam keadaan
hangat, bila perlu ditawarkan apakah mau campur sirop atau coklat.
d. Berikan makanan lunak misalnya bubur pakai kuah, sup, dan lain-lain,
usahakan sedikit tapi sering.
e. Berikan makan TKTP jika suhu turun dan nafsu makan mulai timbul.
2. Gangguan suhu tubuh
a. Beri obat penurun panas atau antibiotik bila tidak juga turun sebelum enantem atau
eksantem (campaknya keluar).
b. Beri obat penurun suhu tubuh dengan obat antipiretikum dan jika tinggi sekali juga
diberikan sedativa untuk mencegah terjadinya kejang.
3. Gangguan rasa aman dan nyaman
a. Beri bedak salisil 1% untuk mengurangi rasa gatal.
b. Usahakan agar anak tidak tidur di bawah lampu karena silau.
c. Selama demam tinggi jangan dimandikan tetapi sering-sering di bedak saja.
d. Di lap muka, tangan, dan kaki.
e. Jika suhu turun untuk mengulangi rasa gatal dapat dimandikan dengan PK
1/1000 atau air hangat saja dan jangan terlalu lama
4. Risiko terjadi komplikasi
a. Diubah sikap baringnya beberapa kali sehari dan berikan bantal untuk meninggikan
kepala. Dudukkan anak pada waktu minum atau dipangku.
b. Jangan membaringkan pasien di depan jendela atau membawa pasien ke luar rumah
selama masih demam (bila anak terkena angin, batuk akan menjadi lebih parah).
5. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit\
Penyuluhan pemberian gizi yang baik bagi anak agar mereka tidak mendapat infeksi dan
tidak akan mudah timbul komplikasi yang berat. (Ngastiyah, 1997 : 356-357).
I. Pencegahan
Pencegahan morbili dilakukan dengan pemberian imunisasi aktif pada bayi berumur 9 bulan
atau lebih.
a) Imunisasi aktif
Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan vaksin campak hidup yang telah dilemahkan.
Vaksin hidup yang pertama kali digunakan adalah Strain Edmonston B. Pelemahan
berikutnya dari Strain Edmonston B. Tersbut membawa perkembangan dan pemakaian Strain
Schwartz dan Moraten secara luas. Vaksin tersebut diberikan secara subkutan dan
menyebabkan imunitas yang berlangsung lama.
Pada penyelidikan serulogis ternyata bahwa imunitas tersebut mulai mengurang 8-10
tahun setelah vaksinasi. Dianjurkan agar vaksinasi campak rutin tidak dapat dilakukan
sebelum bayi berusia 15 bulan karena sebelum umur 15 bulan diperkirakan anak tidak dapat
membentuk antibodi secara baik karena masih ada antibodi dari ibu.Pada suatu komunitas
dimana campak terdapat secara endemis, imunisasi dapat diberikan ketika bayi berusia 12
bulan.
b) Imunisasi pasif (immunoglobulin)
Imunisasi pasif dengan serum orang dewasa yang dikumpulkan, serum stadium
penyembuhan yang dikumpulkan, globulin placenta (gama globulin plasma) yang
dikumpulkan dapat memberikan hasil yang efektif untuk pencegahan atau melemahkan
campak. Campak dapat dicegah dengan serum imunoglobulin dengan dosis 0,25 ml/kg BB
secara IM dan diberikan selama 5 hari setelah pemaparan atau sesegera mungkin. Indikasi :
o Anak usia > 12 bulan dengan immunocompromised belum mendapat imunisasi, kontak
dengan pasien campak, dan vaksin MMR merupakan kontraindikasi
o Bayi berusia < 12 bulan yang terpapar langsung dengan pasien campak mempunyai resiko
yang tinggi untuk berkembangnya komplikasi penyakit ini, maka harus diberikan
imunoglobulin sesegera mungkin dalam waktu 7 hari paparan. Setelah itu vaksin MMR
diberikan sesegera mungkin sampai usia 12 bulan, dengan interval 3 bulan setelah
pemberian imunoglobulin.
c) Penyuluhan
Edukasi Campak adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan mengenai
Campak. Disamping kepada penderita Campak, edukasi juga diberikan kepada anggota
keluarganya, kelompok masyarakat beresiko tinggi dan pihak-pihak perencana kebijakan
kesehatan. Edukasi yang diberikan dapat meliputi pengertian campak, faktor yang menjadi
penyebab campak dan cara pencegahan terjadinya penyakit campak.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN CAMPAK

A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS DATA
Nama : An. T
Tempat / Tanggal lahir : Medan / 08 februari 2010
Umur : 5 Th
Nama Ayah : Tn.B
Nama Ibu : Ny.A
Pekerjaan Ayah : Pengacara
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Medan
Agama : Khatolik
Suku / Bangsa : Batak / Indonesia
Pendidikan Ayah : Sarjana Hukum
Pendidikan Ibu : D3 – Komputer

2. KELUHAN UTAMA
Pada tanggal 20 Maret 2014 dilakukan pengkajian dengan keluhan utama gatal dan timbul
bintik-bintik merah (rash) pada bagian hamper seluruh tubuh.

3. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN


a. Prenatal : ibu mengatakan pada waktu hamil mengalami mual,muntah dan badan terasa
lemas.
b. Intranatal : Ibu mengatakan pada saat melahirkan perdarahan masih dalam batas normal.
c. Postnatal : Ibu mengatakan BB baru lahir 3,4 kg, TB: 50 cm, LK: 35 cm, Lingkar
Lengan Atas: 12 cm, Lingkar Dada: 31 cm.

4. RIWAYAT MASA LALU


a. Penyakit waktu kecil : Demam, flu, batuk
b. Riwayat MRS : Tidak pernah MRS sebelumnya
c. Obat - obatan yang pernah digunakan : Bodrexin, paracetamol
d. Tindakan Operasi : Tidak pernah operasi.
e. Alergi : Tidak ada alergi
f. Kecelakaan : Tidak mengalami kecelakaan
g. Imunisasi : Imunisasi Dasar Lengkap

5. RIWAYAT SOSIAL
a. Yang mengasuh : Kedua orang tua dan pengasuhnya
b. Hubungan dengan anggota keluarga : Baik, banyak keluarga yang mengunjunginya
saat dia sakit.
c. Hubungan dengan teman sebaya : Kurang bersosialisasi dengan lingkungan
sekitarnya.
d. Pembawaan secara umum : Anak sangat aktif
e. Lingkungan rumah : Daerah sekitar rumah bersih

6. KEBUTUHAN DASAR
a. Makanan yang disukai : Ayam goreng, mie goring, sup ayam.
b. Alat makan yang dipakai : Menggunakan sendok dan piring
c. Pola makan : Pola makan belom teratur, sering minta makan diluar
jam makan.
d. Kebiasaan tidur : Selain tidur malam setiap hari tidur siang tetapi belom
teratur.
e. Mandi : 2 x sehari.
f. Eliminasi : Rutin, 1 x sehari

7. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


a. Diagnosa Medis : Morbili
b. Tindakan Operasi : Tidak ada tindakan operasi
c. Status Nutrisi : Nafsu makan anaka menurun, hanya
menghabiskan 4 sendok bubur setiap kali makan.
d. Status Cairan : Cairan Infus Ring as 10 tpm
e. Obat – obatan : Sanmol 10 ml 3x/hari/oral
8. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : Compos mentis
b. TB/BB : 80 cm/16 kg
c. Mata
- Simetris KA/KI
- Conjungtivitis
- Sekres : Dalam batas normal
- Purulen : Tidak terdapat purulen
- Strabismus : Tidak ada strabismus
- Joundic : Tidak ada joundic
- Gerakan bola mata : Tidak ada kelainan pada gerakan pada bola mata.
d. Hidung
- Bentuk : Simetris
- Cuping Hidung : Tidak ada kelainan
e. Mulut , Gusi, dan Gigi
- Bentuk mulut : Tidak ada kelainan, mukusa bibir kering
- Saliva : Mulut terasa pahit
- Palatum : Tampak Kering
- Lidah : Tampak kering, kotor, merah bagian belakang
f. Telinga
- Bentuk : Simetris KA/KI
- Cairan : Masih dibatas normal
g. Tengkuk : Normal (tidak ada kelainan)
h. Dada : Normal (tidak ada kelainan)
i. Jantung : Dalam batas normal
j. Genetalia : Tidak ada kelainan pada genetalia
k. Ekstreamitas : Tidak ada kelainan
l. Kulit : banyak bintiki merah pada kulit (Rush)

9. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKERMBANGAN


a. Kemandirian dan Pergaulan : Anak bergantung pada orangtuanya
b. Motorik Halus : Menggambar dan memegang pensil (Tidak ada
kelainan)
c. Motorik Kasar : Mulai berlari, bermain, lompat-lompatan (Tidak ada
kelainan)
10. ANALISA DATA
HARI/TANGGAL DATA
Jum’at/21-03-2014 DS:
- Ibu pasien mengatakan anak rewel dengan timbulnya bintik pada
tubuhnya
DO:
- Banyak terdapat rush pada tubuh dan terasa gatal
- Nadi = 80x/mnt , Suhu = 39oC , TD = 100/60 mmhg
Jum’at/21-03-2014 DS:
- Ibu pasien mengatakan nafsu makan berkurang karena terasa pahit
dan lidahnya kotor.
DO:
- BB anak 15 kg
- Porsi makan 4 sendok makan (bubur)
- Nadi = 80x/mnt , Suhu = 39oC , TD = 100/60
mmhg
Jum’at/21-03-2014 DS:
- Ibu pasien mengatakan anaknya mengalami peningkatan suhu tubuh
DO:
- Hipertermi
- Akral terasa hangat
- Nadi = 80x/mnt , Suhu = 39oC , TD = 100/60
mmhg

11. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Gangguan integritas kulit b.d adanya rush (erupsi kulit)


b. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia
c. Gangguan rasa nyaman : peningkatan suhu tubuh b.d proses inflamasi/infeksi/virus.
12. INTERVENSI DAN RASIONAL

TANGGAL DIAGNOSA PERENCANAAN


TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Jumat, 20- Gangguan integritas Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan kuku anak 1. Untuk mencegah
03-2014 kulit b.d adanya rush keperawatan selama 2x24 jam tetap pendek, terjadinya luka pada saat
(erupsi kulit) bintik – bintik merah pada kulit menjelaskan pada anak anak menggaruk.
akan hilang. untuk tidak menggaruk
Dengan Kriteria Hasil: rush,
1. Pasien tidak merasakan 2. Berikan obat anti 2. Agar tidak merasakan
gatal dan nyaman pruritus topical, dan gatal dan sakit pada kulit
dengan keadaannya. anestesi topical. pasien.
2. Rush pada kulit 3. Mandikan anak dengan 3. Untuk mencegah infeksi.
berkurang. mengguankan sabun
yang tidak perih.
4. Kolaborasi pemberian 4. Agar tidak merasakan
antihistamin gatal dan sakit pada kulit.
Jumat, 29- Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan banyak minum 1. Untuk mengkompensasi
03-2014 kebutuhan nutrisi keperawatan selama 2x24 jam (sari buah-buahan, adanya peningkatan suhu
kurang dari pasien menununjukkan sirup yang tidak tubuh dan merangsang
kebutuhan b.d peningkatan nafsu makan. memakai es). nafsu makan.
anoreksia Dengan Kriteria Hasil:
1. BB meningkat. 2. Berikan susu porsi 2. Untuk memenuhi
2. Nafsu makan meningkat sedikit tapi sering (susu kebutuhan nutrisi melalui
(dapat menghabiskan 1 dibuat encer dan tidak cairan bernutrisi.
porsi untuk anak). terlalu manis).
3. Berikan makanan 3. Untuk memudahkan
lunak, misalnya bubur mencerna makanan dan
yang memakai kuah, meningkatkan asupan
dengan porsi sedikit makanan.
tetapi dengan kuantitas
yang sering.
Jumat, 20- Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan 1. Libatkan keluarga 1. Agar keluarga lebih
03-2014 nyaman : keperawatan selama 2x24 jam dalam perawatan serta kooperatif dalam terapi.
peningkatan suhu diharapkan suhu badan pasien ajari cara menurunkan
tubuh b.d proses berkurang, suhu tubuh.
inflamasi/infeksi/vir Dengan Kriteria Hasil: 2. Berikan kompres 2. Untuk membantu dalam
us. 1. Suhu tubuh 36,5-37,5oC. hangat. penurunan suhu tubuh
2. Nadi Normal pada pasien.
3. Badan tidak terasa
panas. 3. Pantau suhu 3. Suhu ruangan/jumlah
4. Akral normal. lingkungan, batasi atau selimut harus diubah
tambahkan linen tempat untuk mempertahankan
tidur sesuai indikasi. suhu tubuh.
4. Monitor perubahan 4. Untuk mengetahui
suhu tubuh. perubahan suhu dan
merencanakan
intervensi
selanjutnya.

13. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


HARI/ DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
TANGGAL
Jum’at/20- Gangguan 1. Mempertahankan kuku anak S : Pasien mengatakan rasa gatalnya masih ada
03-2014 integritas kulit b.d tetap pendek, menjelaskan O : Ditandai dengan jarangnya pasien menggaruk kulit
adanya rush pada anak untuk tidak A : Masalah belum teratasi
(erupsi kulit) menggaruk rush, P : Lanjutkan intervensi
2. Memberikan obat anti pruritus 1. Mempertahankan kuku anak tetap pendek,
topical, dan anestesi topical. menjelaskan pada anak untuk tidak menggaruk
3. Memandikan anak dengan rush,
mengguankan sabun yang 2. Memberikan obat anti pruritus topical, dan anestesi
tidak perih. topical.
4. Memberikan kolaborasi obat 3. Memandikan anak dengan mengguankan sabun
antihistamin yang tidak perih.
4. Memberikan kolaborasi obat antihistamin
Jum’at/ 20- Gangguan 1. Memberikan banyak minum S : Ibu pasien mengatakan anaknya masih merasakan pahit
03-2014 kebutuhan nutrisi (sari buah-buahan, sirup yang pada mulutnya sewaktu makan
kurang dari tidak memakai es). O : Ditandai dengan kurang nafsu makan pada anak
kebutuhan b.d 2. Memberikan susu porsi A : Masalah belum teratasi
anoreksia sedikit tapi sering (susu dibuat P : Lanjutkan Intervensi
encer dan tidak terlalu manis). 1. Memberikan banyak minum (sari buah-buahan,
3. Memberikan makanan lunak, sirup yang tidak memakai es).
misalnya bubur yang 2. Memberikan susu porsi sedikit tapi sering (susu
memakai kuah, dengan porsi dibuat encer dan tidak terlalu manis).
sedikit tetapi dengan kuantitas 3. Memberikan makanan lunak, misalnya bubur yang
yang sering. memakai kuah, dengan porsi sedikit tetapi dengan
kuantitas yang sering.
Jum’at/20- Gangguan rasa 1. Melibatkan keluarga dalam S : Ibu pasien mengatakan badannya sudah tidak panas lagi
03-2014 nyaman : perawatan serta ajari cara O : Ditandai dengan pengukuran suhu tubuh normal 37oC
peningkatan suhu menurunkan suhu tubuh. A : Masalah teratasi
tubuh b.d proses 2. Memberikan kompres hangat P : Hentikan intervensi
inflamasi/infeksi/ 3. Memantau suhu lingkungan,
virus. batasi atau tambahkan linen
tempat tidur sesuai indikasi.
4. Memoonitor perubahan suhu
tubuh.
Sabtu/21- Gangguan integritas 1. Mempertahankan kuku anak tetap S : Ibu pasien mengatakan rasa gatalnya
03-2014 kulit b.d adanya rush pendek, menjelaskan pada anak untuk berkurang
(erupsi kulit) tidak menggaruk rush, O : Ditandai dengan jarangnya anak menggaruk
2. Memberikan obat anti pruritus topical, kulit
dan anestesi topical. A : Masalah teratasi sebagian
3. Memandikan anak dengan P : Lanjutkan intervensi
mengguankan sabun yang tidak perih. 1. Memberikan obat anti pruritus topical,
4. Memberikan kolaborasi obat dan anestesi topical.
antihistamin 2. Memberikan kolaborasi obat
antihistamin

Sabtu/21- Gangguan kebutuhan 1. Memberikan banyak minum (sari S : Ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak
03-2014 nutrisi kurang dari buah-buahan, sirup yang tidak merasakan pahit pada mulutnya sewaktu
kebutuhan b.d memakai es). makan
anoreksia 2. Memberikan susu porsi sedikit tapi O : ditandai dengan meningkatnya nafsu makan
sering (susu dibuat encer dan tidak pada anak dan lidah terlihat bersih
terlalu manis). A : Masalah teratasi sebagian
3. Memberikan makanan lunak, misalnya P : Lanjutkan Intervensi
bubur yang memakai kuah, dengan 1. Memberikan banyak minum (sari buah-
porsi sedikit tetapi dengan kuantitas buahan, sirup yang tidak memakai es).
yang sering. 2. Memberikan susu porsi sedikit tapi sering
(susu dibuat encer dan tidak terlalu manis).
Minggu/ Gangguan integritas 1. Memberikan obat anti pruritus S : Ibu pasien mengatakan rasa gatalnya hilang
21-03-2014 kulit b.d adanya rush topical, dan anestesi topical. O : Ditandai dengan pasien tenang dan tidak
08.00 (erupsi kulit) 2. Memberikan kolaborasi obat menggaruk kulit
antihistamin A : Masalah teratasi
P : hentikan intervensi
Minggu/ Gangguan kebutuhan 1. Memberikan banyak minum (sari S : Ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak
21-03-2014 nutrisi kurang dari buah-buahan, sirup yang tidak merasakan pahit pada mulutnya sewaktu
kebutuhan b.d memakai es). makan
anoreksia 2. Memberikan susu porsi sedikit tapi O : ditandai dengan meningkatnya nafsu makan
sering (susu dibuat encer dan tidak pada anak dan lidah terlihat bersih
terlalu manis). A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn. E,.(1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien.EGC : Jakarta.
Tarwoto dan Wartonah. (2000). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Salemba
Medika : Jakarta.
http://pediatricinfo.wordpress.com/2008/07/09/campak-morbili-measles-rubeola/
http://www.scribd.com/doc/22319650/asuhan-keperawatan-anak-morbili

Anda mungkin juga menyukai