DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
A. Definisi Campak
Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan berbentuk mukolo
papular selama tiga hari atau lebih yang disertai panas 380c atau lebih dan disertai salah satu
gejala batuk, pilek, dan mata merah. ( WHO )
Morbili adalah penyakit infeksi virus akut,menular yang ditandai 3 stadium yaitu stadium
kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensensia. Morbili dapat disebut juga
campak,”measles”,rubeola.(IKA,FKUI Volume 2, 1985)
Campak disebut juga Morbili. Campak merupakan penyakit yang sangat menular terutama
menyerang anak-anak, walaupun pada beberapa kasus juga dapat menyerang orang dewasa. Pada
anak-anak dengan keadaan gizi buruk ditemukan kejadian campak dengan komplikasi yang fatal
atau berpotensi menyebabkan kematian.
Penyakit Campak adalah penyakit menular akut yang disebabkan virus Campak/ Rubella.
Campak adalah penyakit infeksi menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium kataral,
stadium erupsi dan stadium konvalesensi. Penularan terjadi secara droplet dan kontak langsung
dengan pasien. Virus ini terdapat dalam darah, air seni, dan cairan pada tenggorokan. Itulah yang
membuat campak ditularkan melalui pernapasan, percikan cairan hidung ataupun ludah.
B. Etiologi
Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama
masa prodormal sampai 24 jam setelah timbulnya bercak-bercak. Cara penularannya dengan
droplet dan kontak (IKA,FKUI Volume 2, 1985).
Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam famili paramyxovirus yaitu
genus virus morbili. Virus ini sangat sensitif terhadap panas dan dingin, dan dapat diinaktifkan
pada suhu 30oC dan -20oC, sinar matahari, eter, tripsin, dan beta propiolakton. Sedang formalin
dapat memusnahkan daya infeksinya tetapi tidak mengganggu aktivitas komplemen.
(Rampengan, 1997 : 90-91)
Penyebab morbili adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah
selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak, cara penularan dengan
droplet dan kontak (Ngastiyah, 1997:351)
Campak adalah suatu virus RNA, yang termasuk famili Paramiksoviridae, genus
Morbilivirus. Dikenal hanya 1 tipe antigen saja; yang strukturnya mirip dengan virus penyebab
parotitis epidemis dan parainfluenza. Virus tersebut ditemukan di dalam sekresi nasofaring, darah
dan air kemih, paling tidak selama periode prodromal dan untuk waktu singkat setelah
munculnya ruam kulit. Pada suhu ruangan, virus tersebut dapat tetap aktif selama 34 jam.
(Nelson, 1992 : 198).
C. Epidemiologi
Di indonesia, menurut survei Kesehatan Rumah Tangga Morbili menduduki tempat ke-5
dalam urutan 10 macam penyakit utama pada bayi (0,7%) dan tempat ke-5 dalam urutan 10
macam penyakit utama pada anak umur 1-4 tahun (0,77%).
Morbili merupakan penyakit endemis, terutama di negara sedang berkembang. Di Indonesia
penyakit morbili sudah dikenal sejak lama. Di masa lampau morbili dianggap sebagai suatu hal
yang harus di alami setiap anak, sehingga anak yang terkena campak tidak perlu diobati, mereka
beranggapan bahwa penyakit morbili dapat sembuh sendiri bila ruam sudah keluar. Ada
anggapan bahwa ruam yang keluar banyak semakin baik. Bahkan ada usaha dari
masyarakat untuk mempercepat keluarnya ruam. Ada kepercayaan bahwa penyakit morbili akan
berbahaya bila ruam tidak keluar pada kulit sebab ruam akan muncul didalam rongga tubuh lain
seperti didalam tenggorokan, paru, perut, atau usus. Hal ini diyakini akan menyebabkan sesak
nafas atau diare yang dapat menyebabkan kematian.
Secara biologik, morbili mempunyai sifat adanya ruam yang jelas, tidak diperlukan hewan
perantara, tidak ada penularan melalui serangga (vektor), adanya musiman dengan periode bebas
penyakit, tidak ada penularan virus secara tetap, hanya memiliki satu serotipe virus dan adanya
vaksin campak yang efektif.
D. Patofisiologi
Penularan terjadi secara droplet dan kontak virus ini melalui saluran pernafasan dan masuk ke
system retikulo endothelial, berkembang biak dan selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh. Hal
tersebut akan menimbulkan gejala pada saluran pernafasan, saluran cerna, konjungtiva dan
disusul dengan gejala patoknomi berupa bercak koplik dan ruam kulit. Antibodi yang terbentuk
berperan dalam timbulnya ruam pada kulit dan netralisasi virus dalam sirkulasi. Mekanisme
imunologi seluler juga ikut berperan dalam eliminasi virus.
Patofisiologi Organisme (virus morbili) menular melalui rute udara, dalam waktu 24 jam,
dari awal muncul reaksi terhadap virus morbili maka akan terjadi eksudat yang serous dan
proliferasi sel mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus di sekitar kapiler. Kelainan ini
terdapat pada kulit, selaput lendir nasofaring, bronkus dan konjungtiva (Ngastiyah, 1997:352).
Sebagai reaksi terhadap virus maka terjadi eksudat yang serous dan proliferasi sel
mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus disekitar kapiler. Kelainan ini terdapat pada
kulit, selaput lendir nasofaring, bronkus dan konjungtiva (IKA,FKUI Volume 2,1985).
E. Manifestasi Klnis
Masa inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih 10 – 20 hari dan kemudian timbul gejala-
gejala yang di bagi dalam 3 stadium, yaitu :
1. Stadium prodormal (katarallis)
Biasanya stadium ini berlangsung 4 – 5 hari disertai panas tubuh, malaise (lemah), batuk,
fotopobia, konjungtivitis, koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam timbul eritema
(ruam pada selaput lendir), timbul bercak koplikberwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum
dan dikelilingi eritema. Kadang – kadang terdapat makula halus yang kemudian menghilang
sebelum stadium erupsi. Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influensa
dan sering didiagnosis sebagai influensa. Diagnosis perkiraan dapat dibuat bila ada bercak
klopik dan pasien pernah kontak dengan pasien morbili dalamwaktu 2 minggu terakhir.
2. Stadium Erupsi
Koriza dan batuk- batuk bertambah, timbul eritema atau titik merah dipalatum durum
dan palatum mole. Kadang- kadang terlihat pula bercak koplik. Biasanya
disertai juga meningkatnya suhu tubuh. Diantara makula terdapat kulit yangnormal. Mula-
mula makula timbul di belakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk sepanjang rambut dan
bagian belakang pipi.
Dalam dua hari bercak- bercak menjalar kemuka, lengan atas, bagian dada,
punggung, perut dan tungkai bawah. Kadang- kadang terdapat perdaraha ringan pada
kulit. Rasa gatal, muka bengkak, ruam mencapai anggota bawah umumnya pada hari ketiga
dan akan menghilang dengan urutan seperti terjadinya. Terdapat juga sedikit splenomegali
serta sering pula disertai diare dan muntah. Variasi morbili yang biasa ini adalah : black
measles yaitu ; morbili yang disertai perdarahan pada kulit, milut hidung dan traktus
digestivus.
3. Stadium Konvalensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (Hiperpigmentasi) yang
lama kelamaan akan menghilang sendiri. Selain itu ditemukan pula kulit bersisik.
Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untukmorbili. Suhu menurun
sampai menjadi normal, kecuali jika ada komplikasi. Selanjutnya diikuti gejala anoreksia,
malaise, limfadenopati. (Ngastiyah, Perawatan anak sakit, 351).
F. Pemeriksaan Penunjang
a) Serologi
Pada kasus atopic, dapat dilakukan pemeriksaan serologi untuk memastikannya. Tehnik
pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah fiksasi complement, inhibisi hemaglutinasi, metode
antibody fluoresensi tidak langsung.
b) Patologi anatomi
Pada organ limfoid dijjumpai : hyperplasia folikuler yang nyata, senterum germinativum
yang besar, sel Warthin-Finkeldey ( sel datia berinti banyak yang tersebar secara acak, sel ini
memiliki nucleus eosinofilik dan jisim inklusi dalam sitoplasma, sel ini merupakan tanda
patognomonik sampak ). Pada bercak koplik dijumpai : nekrosis, neutrofil, neovaskularisasi.
c) Darah tepi
Jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri.
d) Pemeriksaan antibody IgM anti campak
e) Pemeriksaan untuk komplikasi
Ensefalopati / ensefalitis ( dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal, kadar elektrolit darah
dan analisis gas darah ), enteritis ( feces lengkap), bronkopneumonia ( dilakukan pemeriksaan
foto dada dan analisis gas darah ).
G. Komplikasi
a) Pneumoni
Oleh karena perluasan infeksi virus disertai dengan infeksi sekunder. Bakteri yang
menimbulkan pneumoni pada mobili adalah streptokok, pneumokok, stafilokok, hemofilus
influensae dan kadang-kadang dapat disebabkan oleh pseudomonas dan klebsiela.
b) GastroenteritisKomplikasi yang cukup banyak ditemukan dengan insiden berkisar 19,1 –
30,4%
c) EnsefalitisAkibat invasi langsung virus morbili ke otak, aktivasi virus yang laten, atau
ensefalomielitis tipe alergi.
d) Otitis media
H. Penatalaksanaan
a) Medis
Pengobatan simptomatik dengan antipiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk dan
memperbaiki keadaan umum. Tindakan lain ialah pengobatan segera terhadap komplikasi
yang timbul.
b) Keperawatan
1. Kebutuhan nutrisi
a. Mengusahakan cairan masuk lebih banyak dengan memberikan banyak
minum.
b. Pemberian saat buah-buahan atau buah yang banyak mengandung air
seperti jeruk atau lainnya yang anak sukai.
c. Susu dibuat agak encer dan jangan terlalu manis, berikan dalam keadaan
hangat, bila perlu ditawarkan apakah mau campur sirop atau coklat.
d. Berikan makanan lunak misalnya bubur pakai kuah, sup, dan lain-lain,
usahakan sedikit tapi sering.
e. Berikan makan TKTP jika suhu turun dan nafsu makan mulai timbul.
2. Gangguan suhu tubuh
a. Beri obat penurun panas atau antibiotik bila tidak juga turun sebelum enantem atau
eksantem (campaknya keluar).
b. Beri obat penurun suhu tubuh dengan obat antipiretikum dan jika tinggi sekali juga
diberikan sedativa untuk mencegah terjadinya kejang.
3. Gangguan rasa aman dan nyaman
a. Beri bedak salisil 1% untuk mengurangi rasa gatal.
b. Usahakan agar anak tidak tidur di bawah lampu karena silau.
c. Selama demam tinggi jangan dimandikan tetapi sering-sering di bedak saja.
d. Di lap muka, tangan, dan kaki.
e. Jika suhu turun untuk mengulangi rasa gatal dapat dimandikan dengan PK
1/1000 atau air hangat saja dan jangan terlalu lama
4. Risiko terjadi komplikasi
a. Diubah sikap baringnya beberapa kali sehari dan berikan bantal untuk meninggikan
kepala. Dudukkan anak pada waktu minum atau dipangku.
b. Jangan membaringkan pasien di depan jendela atau membawa pasien ke luar rumah
selama masih demam (bila anak terkena angin, batuk akan menjadi lebih parah).
5. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit\
Penyuluhan pemberian gizi yang baik bagi anak agar mereka tidak mendapat infeksi dan
tidak akan mudah timbul komplikasi yang berat. (Ngastiyah, 1997 : 356-357).
I. Pencegahan
Pencegahan morbili dilakukan dengan pemberian imunisasi aktif pada bayi berumur 9 bulan
atau lebih.
a) Imunisasi aktif
Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan vaksin campak hidup yang telah dilemahkan.
Vaksin hidup yang pertama kali digunakan adalah Strain Edmonston B. Pelemahan
berikutnya dari Strain Edmonston B. Tersbut membawa perkembangan dan pemakaian Strain
Schwartz dan Moraten secara luas. Vaksin tersebut diberikan secara subkutan dan
menyebabkan imunitas yang berlangsung lama.
Pada penyelidikan serulogis ternyata bahwa imunitas tersebut mulai mengurang 8-10
tahun setelah vaksinasi. Dianjurkan agar vaksinasi campak rutin tidak dapat dilakukan
sebelum bayi berusia 15 bulan karena sebelum umur 15 bulan diperkirakan anak tidak dapat
membentuk antibodi secara baik karena masih ada antibodi dari ibu.Pada suatu komunitas
dimana campak terdapat secara endemis, imunisasi dapat diberikan ketika bayi berusia 12
bulan.
b) Imunisasi pasif (immunoglobulin)
Imunisasi pasif dengan serum orang dewasa yang dikumpulkan, serum stadium
penyembuhan yang dikumpulkan, globulin placenta (gama globulin plasma) yang
dikumpulkan dapat memberikan hasil yang efektif untuk pencegahan atau melemahkan
campak. Campak dapat dicegah dengan serum imunoglobulin dengan dosis 0,25 ml/kg BB
secara IM dan diberikan selama 5 hari setelah pemaparan atau sesegera mungkin. Indikasi :
o Anak usia > 12 bulan dengan immunocompromised belum mendapat imunisasi, kontak
dengan pasien campak, dan vaksin MMR merupakan kontraindikasi
o Bayi berusia < 12 bulan yang terpapar langsung dengan pasien campak mempunyai resiko
yang tinggi untuk berkembangnya komplikasi penyakit ini, maka harus diberikan
imunoglobulin sesegera mungkin dalam waktu 7 hari paparan. Setelah itu vaksin MMR
diberikan sesegera mungkin sampai usia 12 bulan, dengan interval 3 bulan setelah
pemberian imunoglobulin.
c) Penyuluhan
Edukasi Campak adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan mengenai
Campak. Disamping kepada penderita Campak, edukasi juga diberikan kepada anggota
keluarganya, kelompok masyarakat beresiko tinggi dan pihak-pihak perencana kebijakan
kesehatan. Edukasi yang diberikan dapat meliputi pengertian campak, faktor yang menjadi
penyebab campak dan cara pencegahan terjadinya penyakit campak.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN CAMPAK
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS DATA
Nama : An. T
Tempat / Tanggal lahir : Medan / 08 februari 2010
Umur : 5 Th
Nama Ayah : Tn.B
Nama Ibu : Ny.A
Pekerjaan Ayah : Pengacara
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Medan
Agama : Khatolik
Suku / Bangsa : Batak / Indonesia
Pendidikan Ayah : Sarjana Hukum
Pendidikan Ibu : D3 – Komputer
2. KELUHAN UTAMA
Pada tanggal 20 Maret 2014 dilakukan pengkajian dengan keluhan utama gatal dan timbul
bintik-bintik merah (rash) pada bagian hamper seluruh tubuh.
5. RIWAYAT SOSIAL
a. Yang mengasuh : Kedua orang tua dan pengasuhnya
b. Hubungan dengan anggota keluarga : Baik, banyak keluarga yang mengunjunginya
saat dia sakit.
c. Hubungan dengan teman sebaya : Kurang bersosialisasi dengan lingkungan
sekitarnya.
d. Pembawaan secara umum : Anak sangat aktif
e. Lingkungan rumah : Daerah sekitar rumah bersih
6. KEBUTUHAN DASAR
a. Makanan yang disukai : Ayam goreng, mie goring, sup ayam.
b. Alat makan yang dipakai : Menggunakan sendok dan piring
c. Pola makan : Pola makan belom teratur, sering minta makan diluar
jam makan.
d. Kebiasaan tidur : Selain tidur malam setiap hari tidur siang tetapi belom
teratur.
e. Mandi : 2 x sehari.
f. Eliminasi : Rutin, 1 x sehari
Sabtu/21- Gangguan kebutuhan 1. Memberikan banyak minum (sari S : Ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak
03-2014 nutrisi kurang dari buah-buahan, sirup yang tidak merasakan pahit pada mulutnya sewaktu
kebutuhan b.d memakai es). makan
anoreksia 2. Memberikan susu porsi sedikit tapi O : ditandai dengan meningkatnya nafsu makan
sering (susu dibuat encer dan tidak pada anak dan lidah terlihat bersih
terlalu manis). A : Masalah teratasi sebagian
3. Memberikan makanan lunak, misalnya P : Lanjutkan Intervensi
bubur yang memakai kuah, dengan 1. Memberikan banyak minum (sari buah-
porsi sedikit tetapi dengan kuantitas buahan, sirup yang tidak memakai es).
yang sering. 2. Memberikan susu porsi sedikit tapi sering
(susu dibuat encer dan tidak terlalu manis).
Minggu/ Gangguan integritas 1. Memberikan obat anti pruritus S : Ibu pasien mengatakan rasa gatalnya hilang
21-03-2014 kulit b.d adanya rush topical, dan anestesi topical. O : Ditandai dengan pasien tenang dan tidak
08.00 (erupsi kulit) 2. Memberikan kolaborasi obat menggaruk kulit
antihistamin A : Masalah teratasi
P : hentikan intervensi
Minggu/ Gangguan kebutuhan 1. Memberikan banyak minum (sari S : Ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak
21-03-2014 nutrisi kurang dari buah-buahan, sirup yang tidak merasakan pahit pada mulutnya sewaktu
kebutuhan b.d memakai es). makan
anoreksia 2. Memberikan susu porsi sedikit tapi O : ditandai dengan meningkatnya nafsu makan
sering (susu dibuat encer dan tidak pada anak dan lidah terlihat bersih
terlalu manis). A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn. E,.(1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien.EGC : Jakarta.
Tarwoto dan Wartonah. (2000). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Salemba
Medika : Jakarta.
http://pediatricinfo.wordpress.com/2008/07/09/campak-morbili-measles-rubeola/
http://www.scribd.com/doc/22319650/asuhan-keperawatan-anak-morbili