Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN

CAMPAK

DI SUSUN

I MADE SUKARBA,A.Md.Kep

NIM:PO7120321127

POLTEKES KEMENKES PALU


PRODI D IV PALU
TAHUN PELAJARAN 2021 /2022
ASUHAN KEPERAWATAN CAMPAK NANDA NIC - NOC

CAMPAK

A.  LANDASAN TEORITIS PENYAKIT


1.      Defenisi
Campak adalah organisme yang sangat menular ditularkan melalui rute udara dari
seseorang yang terinfeksi pada orang lain yang rentan (Smeltzer, 2013). Penyakit campak adalah
penyakit menular dengan gejala kemerahan berbentuk mukolo papular selama tiga hari atau lebih
yang disertai panas 380c ata lebih dan disertai salah satu gejala batuk, pilek, dan mata
merah (WHO, 2009).
Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu
stadium prodormal ( kataral ), stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang dimanifestasikan
dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik ( Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2, th 1991.
FKUI ).
Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-gejala
utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam, scarlet, pembesaran serta nyeri
limpa nadi ( Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson, EGC, 2010)
Campak disebut juga rubeola, morbili, atau measles. Penyakit ini ditularkan melalui
droplet ataupun kontak dengan penderita. Penyakit ini memiliki masa inkubasi 8-13 hari.
Campak ditandai dengan gejala awal demam, batuk, pilek, dan konjungtivitis yang kemudian
diikuti dengan bercak kemerahan pada kulit (rash). Dampak penyakit campak di kemudian hari
adalah kurang gizi sebagai akibat diare berulang dan berkepanjangan pasca campak, sindrom
radang otak pada anak diatas 10 tahun, dan tuberkulosis paru menjadi lebih parah setelah sakit
campak berat.

2. Etiologi
            Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah
selama masa prodormal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Virus ini berupa virus RNA
yang termasuk famili Paramiksoviridae, genus Morbilivirus. Cara penularannya adalah dengan
droplet infeksi. Virus campak termasuk golongan paramyxovirus. Virus ini berbentuk bulat
dengan tepi yang kasar dan begaris tengah 140 mm, dibungkus oleh selubung luar yang terdiri
dari lemak dan protein, didalamnya terdapat nukleokapsid yang bulat lonjong terdiri dari bagian
protein yang mengelilingi asam nukleat (RNA), merupakan sruktur heliks nukleoprotein yang
berada dari myxovirus. Selubung luar sering menunjukkan tonjolan pendek, sa tu protein yang
berada di selubung luar muncul sebagai hemaglutinin.
            Virus Campak adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan yang kuat, apabila
berada diluar tubuh manusia virus Campak akan mati. Pada temperatur kamar virus Campak
kehilangan 60% sifat infektisitasnya selama 3 – 5 hari. Tanpa media protein virus Campak hanya
dapat hidup selama 2 minggu dan hancur oleh sinar ultraviolet. Virus Campak termasuk
mikroorganisme yang bersifat ether labile karena selubungnya terdiri dari lemak, pada suhu
kamar dapat mati dalam 20% ether selama 10 menit, dan 50% aseton dalam 30
menit.           Sebelum dilarutkan, vaksin Campak disimpan dalam keadaan kering dan beku,
relatif stabil dan dapat disimpan difreezer atau pada suhu lemari es (2-8°C; 35,6-46,4°F) secara
aman selama setahun atau lebih. Vaksin yang telah dipakai harus dibuang dan jangan dipakai
ulang.

3. Cara Penularan Penyakit Campak


      Virus Campak ditularkan dari orang ke orang, manusia merupakan satu-satunya reservoir
penyakit Campak . Virus Campak berada disekret nasoparing dan di dalam darah minimal
selama masa tunas dan dalam waktu yang singkat setelah timbulnya ruam. Penularan terjadi
melalui udara, kontak langsung dengan sekresi hidung atau tenggorokan dan jarang terjadi oleh
kontak dengan benda-benda yang terkontaminasi dengan sekresi hidung dan tenggorokan.
Penularan dapat terjadi antara 1 – 2 hari sebelumnya timbulnya gejala klinis sampai 4 hari
setelah timbul ruam. Penularan virus Campak sangat efektif sehingga dengan virus yang sedikit
sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang.  

4. Patofisiologi
            Penyebab campak adalah measles virus (MV), genus virus morbili,
familiparamyxoviridae. Virus ini menjadi tidak aktif bila terkena panas, sinar, pH asam, ether,
dan trypsin dan hanya bertahan kurang dari 2 jam di udara terbuka. Virus campak ditularkan
lewat droplet, menempel dan berkembang biak pada epitel nasofaring. Virus ini masuk melalui
saluran pernafasan terutama bagian atas, juga kemungkinan melalui kelenjar air mata.
            Dua sampai tiga hari setelah invasi, replikasi dan kolonisasi berlanjut pada kelenjar limfe
regional dan terjadi viremia yang pertama. Virus menyebar pada semua sistem retikuloendotelial
dan menyusul viremia kedua setelah 5-7 hari dari infeksi awal. Adanya giant cells dan proses
peradangan merupakan dasar patologik ruam dan infiltrat peribronchial paru. Juga terdapat
udema, bendungan dan perdarahan yang tersebar pada otak. Kolonisasi dan penyebaran pada
epitel dan kulit menyebabkan batuk, pilek, mata merah (3 C : coryza, cough and conjuctivitis)
dan demam yang makin lama makin tinggi. Gejala panas, batuk, pilek makin lama makin berat
dan pada hari ke 10 sejak awal infeksi (pada hari penderita kontak dengan sumber infeksi) mulai
timbul ruam makulopapuler warna kemerahan.
            Virus dapat berkembang biak juga pada susunan saraf pusat dan menimbulkan gejala
klinik encefalitis. Setelah masa konvelesen pada turun dan hipervaskularisasi mereda dan
menyebabkan ruam menjadi makin gelap, berubah menjadi desquamasi dan hiperpigmentasi.
Proses ini disebabkan karena pada awalnya terdapat perdarahan perivaskuler dan infiltrasi
limfosit.
5. Manifestasi Klinis
            Masa tunas/inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih dari 10-20 hari dan kemidian
timbul gejala-gejala yang dibagi dalam 3 stadium :
1)      Stadium kataral (prodormal)
      Stadium prodormal berlangsung selama 4-5 hari ditandai oleh demam ringa hingga sedang,
batuk kering ringan, coryza, fotofobia dan konjungtivitis. Menjelang akhir stadium kataral dan
24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang patognomonik bagi morbili, tetapi
sangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan
dikelilingi oleh eritema.Lokalisasinya dimukosa bukalis berhadapandengan molar dibawah,
tetapi dapat menyebar tidak teratur mengenai seluruh permukaan pipi. Meski jarang, mereka
dapat pula ditemukan pada bagian tengah bibir bawah, langit-langit dan karankula
lakrimalis. Bercak tersebut muncul dan menghilang dengan cepat dalam waktu 12-18 jam.
Kadang-kadang stadium prodormal bersifat berat karena diiringi demam tinggi mendadak
disertai kejang-kejang dan pneumoni. Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan leukopenia.
2)      Stadium erupsi
Coryza dan batuk-batuk bertambah. Timbul eritema / titik merah dipalatum durum dan
palatum mole. Terjadinya eritema yang berbentuk makula papula disertai dengan menaiknya
suhu tubuh. Eritema timbul dibelakang telinga dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut
dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan primer pada kulit. Rasa gatal,
muka bengkak. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening disudut mandibula dan didaerah
leher belakang. Juga terdapat sedikit splenomegali, tidak jarang disertai diare dan muntah.
Variasi dari morbili yang biasa ini adalah “Black Measles” yaitu morbili yang disertai
perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
3)              Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang bisa
hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang
bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk morbili. Pada penyakit-
penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu
menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.
6.      Komplikasi
a.      Otitis media akut
b.      Pneumonia / bronkopneumoni
c.       Encefalitis
d.      Bronkiolitis
e.       Laringitis obstruksi dan laringotrakkhetis

7. Pemeriksaan Diagnostik
            Pada pemeriksaan darah didapatkan jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada
komplikasi infeksi bakteri. Pemeriksaan antibodi IgM merupakan cara tercepat untuk
memastikan adanya infeksi campak akut. Karena IgM mungkin belum dapat dideteksi pada 2
hari pertama munculnya rash, maka untuk mengambil darah pemeriksaan IgM dilakukan pada
hari ketiga untuk menghindari adanya false negative. Titer IgM mulai sulit diukur pada 4 minggu
setelah muncul rash.
            Sedangkan IgG antibodi dapat dideteksi 4 hari setelah rash muncul, terbanyak IgG dapat
dideteksi 1 minggu setelah onset sampai 3 minggu setelah onset. IgG masih dapat ditemukan
sampai beberapa tahun kemudian. Virus measles dapat diisolasi dari urine, nasofaringeal aspirat,
darah yang diberi heparin, dan swab tenggorok selama masa prodromal sampai 24 jam setelah
timbul bercak-bercak. Virus dapat tetap aktif selama sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu
kamar.

8. Penatalaksanaan
Terdapat indikasi pemberian obat sedatif, antipiretik untuk mengatasi demam tinggi.
Istirahat ditempat tidur dan pemasukan cairan yang adekuat. Mungkin diperlukan humidikasi
ruangan bagi penderita laringitis atau batuk mengganggu dan lebih baik mempertahanakan suhu
ruangan yang hangat.
Penatalaksanaan Teraupetik :
a.      Pemberian vitamin A
b.      Istirahat baring selama suhu meningkat, pemberian antipiretik
c.       Pemberian antibiotik pada anak-anak yang beresiko tinggi
d.      Pemberian obat batuk dan sedativum

Penatalaksanaan Keperawatan :
a.    Kebutuhan Nutrisi
Campak menyebabkan anak menderita malaise dan anoreksia. Anak sering mengeluh mulut
pahit sehingga tidak mau makan atau minum. Demam yang tinggi menyebabkan pengeluaran
cairan lebih banyak. Keadaan ini jika tidak diperhatikan agar anak mau makan ataupun minim
akan menambah kelemahan tubuhnya dan memudahkan timbulnya komplikasi.
b.    Gangguan suhu tubuh
Campak selalu didahului demam tinggi. Demam yang disebabkan infeksi virus ini pada
akhirnya akan turun dengan sendirinya setelah campaknya keluar banyak, kecuali bila terjadi
komplikasi demam akan tetap berlangsung lebih lama. Untuk menurunkan suhu tubuh biasanya
diberikan antipiretik dan jika tinggi sekali diberiakan sedative untuk mencegah terjadinya kejang.
c.    Gangguan rasa aman nyaman
       Gangguan ini dirasakan anak karena adanya demam, tak enak badan, pusing, mulut terasa
pahit dan kadang muntah-muntah. Biasanya anak juga tidak tahan meluhat sinar karena silau,
batuk bertambah banyak dan akan berlangsung lebih lama dari campaknya sendiri. Anak kecil
akan sangat rewel, pada waktu malam anak sering minta digendong saja. Jika eksantem telah
keluar anak akan merasa gatal, hal ini juga menambah gangguan aman dan kenyamanan anak.
Untuk mengurangi rasa gatal tubuh anak dibedaki dengan bedak salisil 1% atau lainnya ( atas
resep dokter ). Selama masih demam tinggi jangan dimandikan tetapi sering-sering dibedaki saja.
d.   Resiko terjadinya komplikasi
       Campak sering menyebabkan daya tahan tubuh sangat menurun. Hal ini dapat dibuktikan
dengan uji tuberculin yang semula positif berubah menjadi negative. Ini menunjukkan bahwa
antigen antibody pasien sangat kurang kemampuannya untuk bereaksi terhadap infeksi. Oleh
karena itu resiko terjadinya komplikasi lebih besar terutama jika keadaan umum anak kurang
baik, seperti pada pasien dengan malnutrisi atau dengan penyakit kronik lainya

B.  ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

1. PENGKAJIAN
a.      identitas penderita
Biasanya Meliputi nama anak, umur : rentan pada anak berumur 1-14 th dengan status gizi yang
kurang dan sering mengalami penyakit infeksi, jenis kelamin (L dan P pervalensinya sama), suku
bangsa, no register, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis DLL.
b.      Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien dengan morbili yaitu demam terus-menerus berlangsung 2 – 4 hari.
(Pusponegoro, 2004 : 96).Anak masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan adanya eritema
dibelakang telinga, di bagaian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang
bawah, badan panas, enantema ( titik merah ) dipalatum durum dan palatum mole.
c.       Riwayat kesehatan dahulu
Anamnesa pada pengkajian apakah klien pernah dirawat di Rumah Sakit atau pernah mengalami
operasi (Potter, 2005 : 185). Anamnesa riwayat penyakit yang pernah diderita pada masa lalu,
riwayat imunisasi campak (Wong, 2003 : 657). Anamnesa riwayat kontak dengan orang yang
terinfeksi campak. (Suriadi, 2001 : 213). Biasanya Anak belum pernah mendapatkan vaksinasi
campak dan pernah kontak dengan pasien campak.
d.      Riwayat kesehatan sekarang
Anamnesa adanya demam terus-menerus berlangsung 2 – 4 hari, batuk, pilek, nyeri menelan,
mata merah, silau bila kena cahaya (fotofobia), diare, ruam kulit. (Pusponegoro, 2004 : 96).
Adanya nafsu makan menurun, lemah, lesu. (Suriadi, 2001 : 213
Pada anak yang terinfeksi virus campak biasanya ditanyakan pada orang tua atau anak tentang
kapan timbulnya panas, batuk, konjungtivitis, koriza, bercak koplik dan enantema serta upaya
yang telah dilakukan untuk mengatasinya.
e.       Riwayat kesehatan keluarga
Dapatkan data tentang hubungan kekeluargaan dan hubungan darah, apakah klien beresiko
terhadap penyakit yang bersifat genetik atau familial. (Potter, 2005 : 185)
f.       Riwayat imunisasi
Imunisasi apa saja yang sudah didapatkan misalnya BCG, POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan
campak.

g.      Riwayat nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk umur 1-6 tahun 900-
1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n.
Status Gizi 
Klasifikasinya sebagai berikut :
Gizi buruk kurang dari 60%
Gizi kurang 60 % - <80 %
Gizi baik 80 % - 110 %

h.      Pengkajian Fungsional Gordon


Pola-pola fungsional kesehatan Gordon :
         Persepsi kesehatan – pola managemen kesehatan, menggambarkan pola pemahaman
klien tentang kesehatan, dan kesejahteraan, dan bagaimana kesehatan mereka diatur.
         Pola metabolik – Nutrisi, menggambarkan konsumsi relatif terhadap kebutuhan
metabolik dan suplai gizi, meliputi pola konsumsi makanan dan cairan, keadaan kulit, rambut,
kuku, dan membran mukosa, suhu tubuh, tinggi, dan berat badan.
         Pola eliminasi, menggambarkan pola fungsi ekskresi (usus besar, kandung kemih, dan
kulit); termasuk pola individu sehari-hari, perubahan atau gangguan, dan metode yang digunakan
untuk mengendalikan ekskresi.
         Pola aktivitas – olahraga, menggambarkan pola olahraga, aktivitas, pengisian waktu
senggang, dan rekreasi, termasuk aktivitas kehidupan sehari-hari, tipe dan kualitas olah raga, dan
faktor-faktor yang mempengaruhi pola aktivitas (seperti otot – saraf, respirasi, dan sirkulasi).
         Pola tidur – istirahat, menggambarkan pola persepsi-sensori dan pola kognitif; meliputi
keadekuatan bentuk sensori (penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, dan penghidu),
pelaporan mengenai persepsi nyeri, dan kemampuan fungsi kognitif.
         Pola persepsi – kognitif, menggambarkan pola persepsi sensori dan pola kognitif;
meliputi keadekuatan bentuk sensori (penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, dan
penghidu), pelaporan mengenai persepsi nyeri, dan kemampuan fungsi kognitif.
         Pola persepsi diri – konsep diri, menggambarkan bagaimana seseorang memandang
dirinya sendiri; kemampuan mereka, gambaran diri, dan perasaan.
         Pola hubungan peran, menggambarkan pola keterikatan peran dengan hubungan; meliputi
persepsi terhadap peran utama dan tanggung jawab dalam situasi kehidupan saat ini.
         Pola reproduksi – seksualitas, menggambarkan kepuasan atau ketidakpuasan dalam
seksualitas : termasuk status reproduksi wanita.
         Pola koping – toleransi stres, menggambarkan pola koping umum dan keefektifan
keterampilan koping dalam mentoleransi stres.
         Pola nilai – kepercayaan, menggambarkan pola nilai, tujuan atau kepercayaan (termasuk
kepercayaan spiritual) yang mengarahkan pilihan dan keputusan gaya hidup. 
(Potter, 1996 : 16)

3.      Pemeriksaan/pengkajian Fisik
Pemeriksaan fisik adalah mengukur tanda-tanda vital dan pengukuran lainnya serta
pemeriksaan semua bagian tubuh dengan menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi. (Potter, 2005 : 159)
a.        Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan, dan tanda-tanda vital.

b.      Kepala dan leher


-     Inspeksi :
Kaji bentuk kepala, keadan rambut, kulit kepala, konjungtivitis, fotofobia, adakah eritema
dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.
-     Palpasi :
Adakah pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan didaerah leher belakang,

-C       Mulut
Adakah bercak koplik di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah, enantema di palatum
durum dan palatum mole, perdarahan pada mulut dan traktus digestivus.

d     Toraks
-      Inspeksi :
Bentuk dada anak, Adakah batuk, secret pada nasofaring, perdarahan pada hidung. Pada penyakit
campak, gambaran penyakit secara klinis menyerupai influenza.
-      Auskultasi :
Ronchi / bunyi tambahan pernapasan.
- perkusi
-
- palpasi
Vokal feremitus
e        Abdomen
-     Inspeksi :
Bentuk dari perut anak. Ruam pada kulit.
-     Auskultasi
Bising usus.
- Palpasi
Mameriksa nyeri tekan/ nyeri lepas/ pembengkkan hati/ limfa.
-     Perkusi
Perkusi abdomen hanya dilakukan bila terdapat tanda abnormal, misalnya masa atau
pembengkakan.
f.        Kulit
-      Inspeksi
:Eritema pada kulit, hiperpigmentasi, kulit bersisik.
-     Palpasi : 
Turgor kulit menurun
C.    ASUHAN KEPERAWATAN.

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


keperawatan Hasil
1 Resiko penyebaran NOC : NIC :
infeksi b/d organisme Immune Status Infection Control (Kontrol
purulen Knowledge : Infection infeksi)
control -       Bersihkan lingkungan setelah
Definisi : Risk control dipakai pasien lain
Peningkatan resiko Kriteria Hasil: -       Pertahankan teknik isolasi
masuknya organisme-       Klien bebas dari tanda-       Batasi pengunjung bila perlu
patogen dan gejala infeksi -       Instruksikan pada pengunjung
-       Mendeskripsikan untuk mencuci tangan saat
Faktor-faktor resiko : proses penularan berkunjung dan setelah berkunjung
         Prosedur Infasif penyakit, factor yang meninggalkan pasien
         Ketidak cukupan mempengaruhi -       Gunakan sabun antimikrobia
pengetahuan untuk penularan serta untuk cuci tangan
menghindari paparan penatalaksanaannya -       Cuci tangan setiap sebelum dan
patogen -       Menunjukkan sesudah tindakan kperawtan
         Trauma kemampuan untuk -       Gunakan baju, sarung tangan
         Kerusakan mencegah timbulnya sebagai alat pelindung
jaringan dan infeksI -       Pertahankan lingkungan aseptik
peningkatan paparan -       Jumlah leukosit dalam selama pemasangan alat
lingkungan batas normal -        Ganti letak IV perifer dan line
         Ruptur membran -       Menunjukkan central dan dressing sesuai dengan
amnion perilaku hidup sehat petunjuk umum
         Agen farmasi -       Gunakan kateter intermiten
(imunosupresan) untuk menurunkan infeksi kandung
         Malnutrisi kencing
         Peningkatan -       Tingktkan intake nutrisi
paparan lingkungan -       Berikan terapi antibiotik bila
patogen perlu
         Imonusupresi
         Ketidakadekuatan Infection Protection (proteksi
imum buatan terhadap infeksi)
         Tidak adekuat -       Monitor tanda dan gejala infeksi
pertahanan sekunder sistemik dan lokal
(penurunan Hb, -       Monitor hitung granulosit, WBC
Leukopenia, -       Monitor kerentanan terhadap
penekanan respon infeksi
inflamasi) -        Batasi pengunjung
         Tidak adekuat -       Saring pengunjung terhadap
pertahanan tubuh penyakit menular
primer (kulit tidak -       Partahankan teknik aspesis pada
utuh, trauma pasien yang beresiko
jaringan, penurunan -       Pertahankan teknik isolasi k/p
kerja silia, cairan -       Berikan perawatan kuliat pada
tubuh statis, area epidema
perubahan sekresi -       Inspeksi kulit dan membran
pH, perubahan mukosa terhadap kemerahan,
peristaltik) panas, drainase
         Penyakit kronik -       Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
-       Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
-       Dorong masukan cairan
-       Dorong istirahat
-       Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai resep
-       Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
-       Ajarkan cara menghindari
infeksi
-       Laporkan kecurigaan infeksi
-       Laporkan kultur positif
2 Bersihan jalan nafas NOC : NIC
tidak efektif b/d Respiratory status : Airway suction
penumpukan secret. Ventilation -      - Pastikan kebutuhan oral /
Respiratory status : tracheal suctioning
Definisi : Airway patency -       Auskultasi suara nafas sebelum
Ketidakmampuan dan sesudah suctioning.
untuk membersihkan Kriteria Hasil : -       Informasikan pada klien dan
sekresi atau obstruksi Mendemonstrasikan keluarga tentang suctioning
dari saluran batuk efektif dan suara -       Minta klien nafas dalam sebelum
pernafasan untuk nafas yang bersih, tidak suction dilakukan.
mempertahankan ada sianosis dan -       Berikan O2 dengan
kebersihan jalan dyspneu (mampu menggunakan nasal untuk
nafas. bernafas dengan mudah, memfasilitasi suksion nasotrakeal
tidak ada pursed lips) -       Gunakan alat yang steril sitiap
         Batasan v Menunjukkan jalan nafas melakukan tindakan
Karakteristik:Dispne yang paten(klien tidak -       Anjurkan pasien untuk istirahat
u, Penurunan suara merasa tercekik, irama dan napas dalam setelah kateter
nafas nafas, frekuensi dikeluarkan dari nasotrakeal
         Orthopneu pernafasan dalam -       Monitor status oksigen pasien
rentang normal, tidak -       Ajarkan keluarga bagaimana
         Cyanosis
ada suara nafas cara melakukan suksion
         ]Kelainan suara
abnormal) -       Hentikan suksion dan berikan
nafas (rales, v Mampu oksigen apabila pasien
wheezing) mengidentifikasikan dan menunjukkan bradikardi,
         Kesulitan mencegah factor yang peningkatan saturasi O2, dll.
berbicara dapat menghambat jalan
         Batuk, tidak nafas Airway Management
efekotif atau tidak -       Buka jalan nafas, guanakan
ada teknik chin lift atau jaw thrust bila
         Mata melebar perlu
         Produksi sputum -       Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
         Gelisah
-       Identifikasi pasien perlunya
         Perubahan pemasangan alat jalan nafas buatan
frekuensi dan irama -       Pasang mayo bila perlu
nafas -       Lakukan fisioterapi dada jika
perlu
Faktor-faktor yang -       Keluarkan sekret dengan batuk
atau suction
berhubungan:
-       Auskultasi suara nafas, catat
         Lingkungan : adanya suara tambahan
merokok, menghirup -       Lakukan suction pada mayo
asap rokok, perokok -       Kolaborasi pemberian
pasif-POK, infeksi bronkodilator bila perlu
         Fisiologis : -       Berikan pelembab udara
disfungsi
neuromuskular,
hiperplasia dinding
bronkus, alergi jalan
nafas, asma.
         Obstruksi jalan
nafas : spasme jalan
nafas, sekresi
tertahan, banyaknya
mukus, adanya jalan
nafas buatan, sekresi
bronkus, adanya
eksudat di alveolus,
adanya benda asing
di jalan nafas.
3 Kerusakan integritas NOC : Tissue Integrity : NIC : Pressure Management
kulit b/d penurunan Skin and Mucous -  Anjurkan pasien untuk
imunitas Membranes menggunakan pakaian yang
Kriteria Hasil : longgar
v  Integritas kulit yang baik -  Hindari kerutan padaa tempat
bisa dipertahankan tidur
(sensasi, elastisitas, -  Jaga kebersihan kulit agar tetap
temperatur, hidrasi, bersih dan kering
pigmentasi) -  Mobilisasi pasien (ubah posisi
v  Tidak ada luka/lesi pada pasien) setiap dua jam sekali
kulit -  Monitor kulit akan adanya
v  Perfusi jaringan baik kemerahan
v  Menunjukkan
-  Oleskan lotion atau minyak/baby
pemahaman dalam
oil pada derah yang tertekan
proses perbaikan kulit
dan mencegah -  Monitor aktivitas dan mobilisasi
terjadinya sedera pasien
berulang -  Monitor status nutrisi klien
v  Mampu melindungi kulit
dan mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan kontinyu
DAFTAR PUSTAKA

Poorwo Soedarmo, SS., dkk. (Ed.). Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Edisi Kedua.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta. 2008;109-121.

Rampengan, T.H. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak Edisi 2. EGC. Jakarta. 2008;4;79-87.
Hasan,R.2005. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Bagian Ilmu  Kesehatan Anak
Fakultas Universitas Indonesia.

Wong, D.L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

Hidayat, Aziz Alimul A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika.

, Boma. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Penyakit


Campak.http://bommaannha.blogspot.co.id/2012/03/asuhan-keperawatan-pada-penyakit-
campak.html (Diakses 20 September 2015)

, Abu. 2013. Askep Anak Dengan


Morbili.http://asuhankeperawatankesehatan.blogspot.co.id/2013/02/askep-anak-dengan-
morbili.html (Diakses 20 September 2015)

Anda mungkin juga menyukai