Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PATOLOGI

MORBILI&TBC

D III GIZI MALANG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
TAHUN AJARAN 2012-2013
MORBILI
1. Pengertian
o Campak adalah suatu infeksi akut yang sangat menular ditandai oleh gejala prodormal
panas, batuk, pilek, radang mata disertai dengan timbulnya bercak merah
makulopapurer yang menyebar ke seluruh tubuh yang kemudian menghitam dan
mengelupas.
o Campak juga dikenal dengan namamorbiliatau morbillidanrubeola(bahasa Latin),
yang kemudian dalam bahasa Jerman disebut dengan namamasern, dalam bahasa
Islandia dikenal dengan nama mislingardan measlesdalam bahasa Inggris.
o Campak adalah penyakit infeksi yang sangat menular yang disebabkan oleh virus,
dengan gejala-gejala eksantem akut, demam, kadang kataral selaput lendir dan saluran
pernapasan, gejala-gejala mata, kemudian diikuti erupsi makulopapula yang berwarna
merah dan diakhiri dengan deskuamasi dari kulit.

2. Etiologi
Agentcampak adalah measles virusyang termasuk dalam famili paramyxoviridaeanggota
genus morbilivirus. Virus campak sangat sensitif terhadap temperatur sehingga virus ini
menjadi tidak aktif pada suhu 37 derajat Celcius atau bila dimasukka n ke dalam lemari es
selama beberapa jam. Dengan pembekuan lambat
maka infektivitasnya akan hilang.

3. Manifestasi Klinis
a. Masa tunas 10 – 20 hari tanpa gejala.
b.Pada usia < 3 tahun:
• Gangguan pada mulut( sore mouth atau sariawan) terutama jika hal ini menyebabkan
anak tidak mau menyusu.
• Dispnea terutama jika ada gerakan cuping hidung serta kenaikan frekuensi
pernapasan atau tanda-tanda lain dari pneumoni
c. Pada semua umur:
• Bercak merah kehitaman yang menyebabkan dekuamasi dengan skuama yang lebar
dan tebal
• Suara parau terutama jika diikuti dengan tanda-tanda penyumbatan pada laring
• Dehidrasi, tinja yang mengandung darah atau lendir atau diare
• Kejang-kejang atau kehilangan kesadaran
• Berat badan yang kurang dari normal

Penyakit campak terdiri dari3 stadium, yaitu:


1. Stadium kataral (prodormal)
Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering didiagnosis
sebagai influenza.
 Berlangsung selama5 hari
 Gejala:demam, malaise, batuk, fotofobia, konjungtivitis dan koriza.
 Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul eksantema,
timbul bercak Koplik. Bercak Koplik 7 berwarna putih kelabu, sebesar ujung
jarum timbul pertama kali pada mukosa bukal yang menghadap gigi molar dan
menjelang kira-kira hari ke 3 atau 4 dari masa prodormal dapat meluas sampai
seluruh mukosa mulut.
2. Stadium erupsi
 Berlangsung selama 4-7 hari.
 Gejala yang biasanya terjadi adalah koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul
eksantemadi palatum durum dan palatum mole. Kadang terlihat pula bercak
Koplik.
 Terjadinya ruam atau eritema yang berbentuk makula-papula disertai naiknya
suhu badan. Mula-mula eritema timbul di belakang telinga, di bagian atas
tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.
 Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka
bengkak. Ruam kemudian akan menyebar ke dada dan abdomen dan akhirnya
mencapai anggota bagian bawah pada hari ketiga dan akan menghilangdengan
urutan seperti terjadinya yang berakhir dalam 2-3 hari.
3. Stadium konvalesensi
 Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua
(hiperpigmentasi) yanglama-kelamaan akan menghilang sendiri. Selain
hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang
bersisik.
 Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.
4. Penularan Campak
Campak ditularkan melalui penyebaran droplet, kontak langsung, melalui sekret
hidung atau tenggorokan dari orang yang terinfeksi. Masa penularan berlangsung mulai
dari hari pertama sebelum munculnya gejala prodormal biasanya sekitar 4 hari sebelum
timbu lnya ruam,minimal hari kedua setelah timbulnya ruam

5. Patofisiologi
Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet lewat udara, menempel dan
berkembang biak pada epitel nasofaring. Tiga hari setelah invasi, replikasi dan kolonisasi
berlanjut pada kelenjar limfe regional dan terjadi viremia yang pertama.
Virus menyebar pada semua sistem retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua
setelah 5-7 hari dari infeksi awal. Adanya giant cells dan proses keradangan merupakan
dasar patologik ruam dan infiltrat peribronchial paru. Juga terdapat udema, bendungan
dan perdarahan yang tersebar pada otak. Kolonisasi dan penyebaran pada epitel dan kulit
menyebabkan batuk, pilek, mata merah (3 C : coryza, cough and conjuctivitis) dan
demam yang makin lama makin tinggi. Gejala panas, batuk, pilek makin lama makin
berat dan pada hari ke 10 sejak awal infeksi (pada hari penderita kontak dengan sumber
infeksi) mulai timbul ruam makulopapuler warna kemerahan.Virus dapat berbiak juga
pada susunan saraf pusat dan menimbulkan gejala klinik encefalitis.
Setelah masa konvelesen pada turun dan hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan
ruam menjadi makin gelap, berubah menjadi desquamasi dan hiperpigmentasi. Proses ini
disebabkan karena pada awalnya terdapat perdarahan perivaskuler dan infiltrasi limfosit.
Manusia merupakan satu- stunya inang alamiah untuk virus campak, walaupun banyak
spesies lain, termasuk kera, anjing, tikus, dapat terinfeksi secara percobaan.
Virus masuk ke dalam tubuh melalui system pernafasan, dimana mereka membelah
diri secara setempat; kemudian infeksi menyebar ke jaringan limfoid regional, dimana
terjadi pembelahan diri selanjutnya. Viremia primer menyebabkan virus, yang kemudian
bereplikasi dalam system retikuloendotelial. Akhirnya, viremia sekunder bersemai pada
permukaan epitel tubuh, termasuk kulit, saluran pernafasan, dan konjungtiva, dimana
terjadi replikaksi fokal. Campak dapat bereplikasi dalam limfosit tertentu, yang
membantu penyebarannya di seluruh tubuh. Sel datia berinti banyak dengan inklusi
intranuklir ditemukan dalam jaringan limfoid di seluruh tubuh (limfonodus, tonsil,
apendiks).
Peristiwa tersebut di atas terjadi selama masa inkubasi, yang secara khas berlangsung
9- 11 hari tetapi dapat diperpanjang hingga 3 minggu pada orang yang lebih tua. Mula
timbul penyakit biasanya mendadak dan ditandai dengan koriza (pilek), batuk,
konjungtivitis, demam, dan bercak koplik dalam mulut. Bercak koplik- patognomonik
untuk campak- merupakan ulkus kecil, putih kebiruan pada mukosa mulut, berlawanan
dengan molar bawah. Bercak ini mengandung sel datia, antigen virus, dan nukleokapsid
virus yang dapat dikenali.
Selama fase prodromal, yang berlangsung 2- 14 hari, virus ditemukan dalam air mata,
sekresi hidung dan tenggorokan, urin, dan darah. Ruam makulopopuler yang khas timbul
setelah 14 hari tepat saat antibody yang beredar dapat dideteksi, viremia hilang, dan
demam turun. Ruam timbul sebagai hasil interaksi sel T imun dengan sel terinfeksi virus
dalam pembuluh darah kecil dan berlangsung sekitar seminggu. Pada pasien dengan cacat
imunitas berperantara sel, tidak timbul ruam.
Komplikasi lanjut yang jarang dari campak adalah peneesefalitis sklerotikkans
subakut. Penyakit fatal ini timbul bertahun- tahun setelah infeksi campak awal dan
disebabkan oleh virus yang masih menetap dalam tubuh setelah infeksi campak akut.
Jumlah antigen campak yang besar ditemukan dalam badan inklusi pada sel otak yang
terinfeksi, tetapi paartikel virus tidak menjadi matang. Replikasi virus yang cacat adalah
akibat tidak adanya pembentukan satu atau lebih produk gen virus, sering kali protein
maatriks. Tidak diketahui mekanisme apa yang bertanggung jawab untuk pemilihan virus
patogenik cacat ini.
Adanya virus campak intraseluler laten dalam sel otak pasien dengan panensefalitis
sklerotikans subakut menunjukkan kegagalan system imun untuk membasmi infeksi
virus. Ekspresi antigen virus pasa permukaan sel dimodulasi oleh penambahan antibosi
campak terhadap sel yang terinfeksi dengan virus campak. Dengan menngekspresikan
lebih sedikit antigen virus pada permukaan, sel- sel dapat menghindarkan diri agar tidak
terbunuh oleh reaksi sitotoksik berperantara sel atau berperantara antibody tetapi dapat
tetap mempertahankan informasi genetic virus.
Anak- anak yang diimunisasi dengan vaksi campak yang diinaktivasi kemudian
dipaparkan dengan virus campak alamiah, dapat mengalami sindroma yang disebut
campak atipik.
Prosedur inaktivasi yang digunakan dalam produksi vaksin akan merusak
imunogenisitas protein F virus; walaupun vaksin mengembangkan respon antibody yang
baik terhadap protein H, tanpa adanya infeksi antibody F dapat dimulai dan virus dapat
menyebar dari sel ke sel melalui penyatuan. Keadaan ini akan cocok untuk reaksi
patologik imun yang dapat memperantarai campak atipik. Vaksin virus campak yang
diinaktifkan tampak digunakan lagi.
Skema

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya leukopeni.
b. Dalam sputum, sekresi nasal, sediment urine dapat ditemukan adanya multinucleated
giant sel yang khas.
c. Pada pemeriksaan serologi dengan cara hemaglutination inhibition test dan
complement fiksatior test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1 – 3
hari setelah timbulnya ras dan mencapai puncaknya pada 2 – 4 minggu kemudian.

7. Strategi Pengendalian dan Penanganan Penyakit


 Pencegahan
1. Pencegahan Tingkat Awal (Priemordial Prevention)
Pencegahan tingkat awal berhubungan dengan keadaan penyakit yang masih
dalam tahap prepatogenesis atau penyakit belum tampak yang dapat dilakukan
dengan memantapkan status kesehatanbalita dengan memberikan makanan bergizi
sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh.
2. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)
Merupakan upaya untuk mencegah seseorang terkena penyakit campak, yaitu :
a.Memberi penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya pelaksanaan
imunisasi campak untuk semua bayi.
b.Imunisasi dengan virus campak hidup yang dilemahkan, yang diberikan pada
semua anak berumur 9 bulan sangat dianjurkan karena dapat melindungi sampai
jangka waktu 4-5 tahun.
3.Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)
Ditujukan untuk mendeteksi penyakit sedini mungkin untuk mendapatkan
pengobatan yang tepat. Pencegahan ini sekurang-kurangnya dapat menghambat
atau memperlambat progrefisitas penyakit, mencegah komplikasi, dan membatasi
kemungkinan kecatatan, yaitu :
a.Menentukan diagnosis campak dengan benar baik melalui pemeriksaan fisik atau
darah.
b.Mencegah perluasan infeksi.
c.Pengobatan simtomatik, untuk mengurangi keluhan penderita yakni antipiretik
untuk menurunkan panas dan juga obat batuk. Antibiotika hanya diberikan bila
terjadi infeksi sekunder untuk mencegah komplikasi.
d.Diet dengan gizi tinggi kalori dan tinggi protein, untuk meningkatkan daya tahan
tubuh penderita sehingga dapat mengurangi terjadinya komplikasi campak yakni
bronkhitis,otitis media, pneumonia, ensefalomielitis, abortus, dan miokarditis
yang reversibel.
4. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)
Pencegahan tingkat ketiga bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi
dan kematian. Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan pada pencegahan tertier
yaitu :
a.Penanganan akibat lanjutan dari komplikasi campak.
b.Pemberian vitamin A dosis tinggi karena cadangan vitamin A akan turun secara
cepat terutama pada anak kurang gizi yang akan menurunkan imunitas mereka.

Pada pencegahan penyakit juga ini dilakukan dengan vaksin morbilli. Selain itu
penderita juga harus di sarankan untuk istirahat minimal 10 hari dan makan makanan
yang bergizi agar kekebalan tubuh meningkat.
a) Gamma globulin
Pemberian gamma globulin atau serum konvalesens selama masa inkubasi dapat
mencegah atau memperinagn manifestasi klinik morbilli. Pemberiannya melalui
suntikan intramuskuler dengan dosis yang sesuai dengan umur penderita. Dengan
pemberian gamma globulin tidak terjadi imunitas yang efektif, melainkan hanya
mengurangi gejala-gejala klinik yang timbul.
b) Vaksinasi
Vaksin yang di buat dari virus hidup dan dilemahkan sehingga tidak virulen lagi
ini diberikan melalui suntikan subkutan. Sebagian dari penerima vaksin akan
mengalami infeksi ringan tanpa mengalami ruam kulit yang ringan dan tidak tetap.
Penyakit ini sebetulnya tidak berakibat fatal apabila menyerang anak-anak yang
sehat dan bergizi baik.

 Pengobatan
  Sebenarnya tidak ada pengobatan yang spesifik untuk penyakit ini. Pengobatan yang
diberikan adalah pengobatan simtomatik dan tindakan pencegahan terhadap komplikasi
dan infeksi sekunder dengan menggunakan antimikroba.
a) Pengobatan simsomatik
Tanpa komplikasi, istirahat di tempat tidur akan mempercepat penyembuhan
penderita. Pemberian kodein dapat mengurangi sakit kepala dan sakit otot, selain itu
juga dapat mencegah batuk penderita. Berikan juga analgesic dan antipiretik.
Berikan diet yang bergizi tinggi dan sebaliknya ruang tidur penderita tidak terlalu
terang oleh karena adanya photo phobia.
b) Pengobatan dengan antimikroba
Perjalanan penyakit ini yang tanpa komplikasi tidak di pengaruhi oleh pemberian
antimikroba. Jika terjadi infeksi sekunder dengan kuman pneumococcus atau beta
hemolytic streptococcus, pemberian penicillin atau tetrasiklin dengan dosis penuh
dapat mencegah kematian oleh infeksi sekunder tersbut. Terutama penderita ini yang
juga sedang menderita infeksi kronik lain, anak-anak bayi maupun orang-orang
dewasa lanjut dan penderita yang mudah ditulari penyakit infeksi lainnya misalnya
yang di rawat di ruang menular, perlu diberikan obat-obatan antimikroba.
Selain itu pengobatan pada penyakit ini dilakukan dengan mengobati gejala yang
timbul. Demam yang terjadi akan ditangani dengan obat penurun demam. Jika anak
mengalami diare maka diberi obat untuk mengatasi diarenya. Batuk akan diatasi
dengan obat batuknya. Disiapkan pula obat anti kejang bila penderita punya bakat
kejang.

8. Imunisasi Campak pada Balita


Vaksin campak adalah preparat virus yang dilemahkan dan berasal dari berbagai
strain campak yang diisolasi. Vaksin dapat melindungi tubuh dari infeksi dan memiliki
efek penting dalam epidemiologis penyakit yaitu mengubah distribusi relatif umur kasus
dan terjadi pergeseran ke umur yang lebih tua. Pemberian imunisasi pada masa bayi akan
menurunkan penularan agen infeksi dan mengurangi peluang seseorang yang rentan untuk
terpajan pada agen tersebut. Anak yang belum diimunisasi akan tumbuh menjadi besar
atau dewasa tanpa pernah terpajan dengan agen infeksi tersebut. Pada campak,
manifestasi penyakit yang paling berat biasanya terjadi pada anak berumur kurang dari 3
tahun.
Pemberian imunisasi pada umur 8-9 bulan diprediksi dapat menimbulkan
serokonversi pada sekurang-kurangnya 85% bayi dan dapat mencegah sebagian besar
kasus dan kematian. Dengan pemberian satu dosis vaksin campak, insidens campak dapat
diturunkan lebih dari 90%. Namun karena campak merupakan penyakit yang sangat
menular, masih dapat terjadi wabah pada anak usia sekolah meskipun 85-90% anak sudah
mempunyai imunitas.
TBC
1. Pengertian
TBC (Tubercolusis) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium Tubercolusis. Bakteri ini biasanya menyerang paru-paru, tetapi dapat juga
menyerang bagian lain dari tubuh seperti ginjal, tulang, dan otak. TBC menyebar melalui
udara dan ditularkan melalui batuk dan bersin. Proses penularan terjadi ketika seorang
yang memiliki penyakit tubercolusis aktif batuk atau bersin hingga menyebarkan kuman
ke udara. Kuman tersebut terhirup oleh orang yang berada didekatnya dan mengakibatkan
orang tersebut terinfeksi kuman TBC.
Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru walaupun pada sepertiga kasus
menyerang organ tubuh lain seperti : kelenjar getah bening (limfadenitis TB), tulang
belakang (Spondilitis TB), selaput otak (meningitis TB), perut (peritonitis TB), kulit, dan
tenggorokan (laryngitis TB).

2. Etiologi
Penyakit TBC disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tubercolusis. Bakteri ini
berbentuk batang yang mengelompok atau disebut berkoloni dan bersifat tahan asam
sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Kuman ini paling sering
menyerang organ pernafasan atau paru-paru, walaupun masih bisa menyerang organ tubuh
yang lain. Infeksi primer dapat terjadi pada indifidu yang belum memiliki kekebalan
terhadap basil ini.
Selain karena bakteri sebagai penyebab utama, faktor lingkungan yang lembab,
kurangnya sinar matahari pada suatu ruang dan kurangnya sirkulasi udara juga sangat
berperan dalam penyebaran bakteri Mycobacterium Tubercolusis ini sehingga sangat
mudah menjangkiti bagi orang yang hidup dalam kondisi lingkungan yang tidak sehat.

3. Manifestasi Klinis

1. Batuk berdahak. batuk berdahak lebih dari 3 minggu. Batuk bisa disertai darah, bisa
tidak. Jumlah darah bisa sedikit, bisa banyak, bahkan karena banyaknya bisa sampai
membuat pasien TBC harus ditransfusi darah. Sekitar 60% penderita batuk berdahak
lebih dari 3 minggu adalah penderita TBC.
2. Demam ringan, demam sumer yang disertai keluarnya keringat di malam hari.

3. Nafsu makan turun, karena intensitas makan menurun, kondisi tubuh makin melemah
dan berat badan menurun. Hal ini menyebabkan penderita makin kurus.

4. Nyeri dada dan sesak nafas, terjadi bila sakit TBC sudah parah dan sudah ada kerusakan
paru-paru.

Gejala Khusus Penyakit TBC

1. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian
bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening
yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang
disertai sesak.
2. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan
keluhan sakit dada.
3. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu
saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini
akan keluar cairan nanah.
4. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai
meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan
kesadaran dan kejang-kejang.

4. Patofisiologi
Tuberkulosis primer adalahpenyakit TB yang timbuldalam 5
tahunpertamasetelahterjadinyainfeksi basil TB untukpertamakalinya.
Padaseseorang yang belumpernahkemasukan basil TB, tes tuberculin akan negative
karena system imunitasbelummengenal basil TB. Bila orang inimengalamioleh basil TB
walaupunsegeradifagositosisolehmakrofag, basil TB tidakakanmati,
bahkanmakrofagnyadaoatmati. Dengandemikian basil TB
inilaludapatberkembangbiaksecaraleluasadalam 2 minggupertama di alveolus paru .
Selama 2 mingguini, sel-selLimfosit T akanmulaiberkenalandengan basil TB
untukpertamakalinyadanakanmenjadilimfosit T yang tersensitisasi. Karena basil TB
akansempatberkembangbebas, perkenalaninijugaakanberlangsungterus,
sehinggalimfositT yang sudahtersensitisasiiniakanmengeluarkanberbagaijenisLimfokin
yang masing-masingmempunyaikhasiat yang khas.
Beberapalimfokinmempunyaikhasiatuntukmerangsanglimfositdanmakrofaguntukmembu
nuh basil TB (Macrophage Activating Factor=MAF, Macrophage Inhibitory factor =
MIF, Chemotactic Factordll..)Disampingitujugaterbentuklimfokin lain yaitu Skin
Reactivity Factor (SRF) yang
akanmenyebabkantimbulnyareaksihipersensitivitastipelambatpadakulitberupaindurasiden
gan diameter 10 mm ataulebihsedikit. Hal inisecaraklinisdikenaldenganreaksi tuberculin
(test mantoux).Kelanjutansetelahinfeksi primer tergantungkuman yang
masukdanbesarnyarespondayatahantubuh
(imunitasseluler).Padaumumnyareaksidayatahantubuhtersebutdapatmenghentikanperkem
bangankuman TB.Meskipundemikian,
adabeberapakumanakanmenetapsebagaikumanpersisteratau dormant (tidur). Kadang-
kadangdayatahantubuhtidakmampumengehentikanperkembangankuman,
akibatnyadalambeberapabulan, yang bersangkutanakanmenjadipenderitaTuberkulosis.
Masainkubasi, yaituwaktu yang diperlukanmulaiterinfeksisampaimenjadisakit,
diperkirakansekitar 6 bulan.

5. Pencegahan dan Pengobatan TBC


Pencegahan

 Cara pencegahan penularan penyakit TB adalah:


1. Mengobati pasien TB Paru BTA positif, sebagai sumber penularan hingga sembuh,
untuk memutuskan rantai penularan.

2. Menganjurkan kepada penderita untuk menutup hidung dan mulut bila batuk dan
bersin.

3. Jika batuk berdahak, agar dahaknya ditampung dalam pot berisi lisol 5% atau
dahaknya ditimbun dengan tanah.

4. Tidak membuang dahak di lantai atau sembarang tempat.

5. Meningkatkan kondisi perumahan danlingkungan.

6. Penderita TB dianjurkan tidak satu kamar dengan keluarganya, terutama selama 2


bulan pengobatan pertama.

 Upaya untuk mencegah terjadinya penyakit TB:

1. Meningkatkan gizi.

2. Memberikan imunisasi BCG pada bayi.

3. Memberikan pengobatan pencegahan pada anak balita yang tidak mempunyai gejala
TB tetapi mempunyai anggota keluarga yang menderita TB Paru BTA positif.

Pengobatan

Pengobatan TBC Kriteria I (Tidak pernah terinfeksi, ada riwayat kontak, tidak
menderita TBC) dan II (Terinfeksi TBC/test tuberkulin (+), tetapi tidak menderita TBC
(gejala TBC tidak ada, radiologi tidak mendukung dan bakteriologi negatif) memerlukan
pencegahan dengan pemberian INH 5–10 mg/kgbb/hari.

1. Pencegahan (profilaksis) primer

Anak yang kontak erat dengan penderita TBC BTA (+). INH minimal 3 bulan
walaupun uji tuberkulin (-). Terapi profilaksis dihentikan bila hasil uji tuberkulin
ulang menjadi (-) atau sumber penularan TB aktif sudah tidak ada.
2. Pencegahan (profilaksis) sekunder

Anak dengan infeksi TBC yaitu uji tuberkulin (+) tetapi tidak ada gejala sakit TBC.
Profilaksis diberikan selama 6-9 bulan.

Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu :

o Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid.


Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir,
sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.
o Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin
dan Kanamisin.

6. Pemeriksaan
1.Pemeriksaan  bakteriologi
Untuk  menemukan  kuman  tuberkulosis  mempunyai  arti  yang sangat penting
dalam menegakkan diagnosa. Untuk  mendapatkan  hasil  yang  diharapkan  perlu 
diperhatikan  waktu  pengambilan,  tempat  penampungan,  waktu  penyimpanan  dan 
cara pengiriman bahan pemeriksaan.

Pada pemeriksaan laboratorium tuberkulosis ada beberapa macam bahan pemeriksaan


yaitu:
1.Dahak 
2.Cairan pleura
3.Liquor cerebrospinal
4.Bilasan bronkus,
5.Bilasan lambung
6.Urin
7.Jaringan biopsi.
8.Kurasan bronkoalveolar,

Pemeriksaan bakteriologi dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan mikroskopis dan


biakan
a.Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan  ini  adalah  pemeriksaan  hapusan  dahak  mikroskopis  langsung 
yang merupakan metode diagnosis standar dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen.
Pemeriksaan ini untuk mengidentifikasi  BTA  yang  memegang  peranan  utama 
dalam  diagnosis  TB  Paru. Selain  tidak  memerlukan  biaya  mahal,  cepat,  mudah 
dilakukan,  akurat,  pemeriksaan mikroskopis  merupakan teknologi diagnostik  yang
paling sesuai  karena mengindikasikan derajat penularan, risiko kematian serta
prioritas pengobatan.

Pemeriksaan  dahak  dilakukan  selama 3x yaitu 2 bulansetelah pengobatan, 5 


bulan setelah pengobatan dan 6 bulan setelah pengobatan. Pemeriksaan BTA  dahak 
penderita dilakukan oleh petugas laboratorium Puskesmas.

b.Pemeriksaan biakan kuman

Kultur (biakan), Media yang biasa dipakai adalah media padat Lowenstein
Jesen. Dapat  pula  Middlebrook  JH11,  juga  sutu  media  padat.  Untuk  perbenihan 
kaldu  dapat dipakai Middlebrook JH9 dan JH 12. Melakukan  pemeriksaan  biakan 
dimaksudkan  untuk mendapatkan diagnosis pasti dan dapat mendeteksi mikobakteri
um tuberkulosis dan juga Mycobacterium Other Than Tuberculosis(MOTT).

c.Uji kepekaan kuman terhadap obat-obatan anti tuberkulosis, tujuan dari 
pemeriksaan ini, mencari obat-obatan yang poten untuk terapi penyakit tuberkulosis.

2. Pemeriksaan darah
Data ini dapat  di  pakai  sebagai  indikator  tingkat  kestabilan  keadaan 
nilai keseimbanganpenderita,sehingga dapat digunakan untuk salah satu respon 
terhadap pengobatanpenderita serta kemungkinan sebagai predeteksi tingkatpenyemb
uhan penderita.
Demikian pula  kadar limfosit dapat menggambarkan daya tahan tubuh penderita. 
3. Uji Tuberculin
Uji tuberkulin hanya berguna untuk menentukan adanya infeksi TB.
4. Pemeriksaan Radiologis
o Gambaran radiologi yang dicurigai lesi TBC aktif
a. Bayangan berawan atau nodular di segmen apical dan posterior lobus atas
paru dan segmen superior lobus bawah
b. Kapitas, terutama lebih dari satu di kelilingi bayangan berawan atau
noduler
c. Bayangan bercak miler
d. Efusi pleura unilateral
o Gambaran radiologi yang dicurigai lesi TBC inaktif
a. Fibrotik pada segmen apikal dan posterior lobus atas
b. Klasifikasi atau fibrotik
c. Fibrothorak dan atau penebalan pleura
o Indikasi Pemeriksaan Foto Toraks
5. Pemeriksaan Khusus
a. BACTEC
b. PCR
c. Pemeriksaan Serologi
DAFTAR PUSTAKA

Ina Riyani, 2009, Pengertian Penyakit Morbili, diakses


http://riyanina.blogspot.com/2009/11/pengertian-penyakit-morbilli-morbilli.html, tanggal 17
April 2013.

Agus Suherman Wangsa, 2011, Pengertian Imunisasi, diakses


http://pengertianimunisasi.blogspot.com/2011/01/campakmorbili.html, tanggal 17 April
2013.

Universitas Sumatera Utara, 2011, Repository, diakses


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20116/4/Chapter%20II.pdf, tanggal 17 April
2013.

Anonim, 2011, Morbili(Campak) pada Anak, diakses


http://patofisiologipenatalaksanaan.blogspot.com/2011/01/morbili-campak-pada-anak.html,
tanggal 17 April 2013.

Feby, 2012, Penyakit Tuberculosis dan Pengobatannya, diakses


http://caramengatasipenyakit.com/tag/pengertian-tbc/, tanggal 17 April 2013.

Arkhan,2010, Penularan, Gejala, Pencegahan dan Pengobatan Penyakit TBC / TB


(Tuberkulosis), diakses http://organisasi.org/penularan-gejala-pencegahan-dan-pengobatan-
penyakit-tbc-tb-tuberkulosis, tanggal 17 April 2013.

Andi Asri, 2012, Pencegahan dan Pengobatan TB Paru, diakses


http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2012/10/30/pencegahan-dan-pengobatan-tb-paru-
504573.html, tanggal 17 April 2013.

Medicastore, 2012, Pengobatan TBC, diakses


http://medicastore.com/tbc/pengobatan_tbc.htm, tanggal 17 April 2013.

Aryanto, 2013, Pengobatan TBC Paru, diakses


http://obatsyarafkejepit.com/2013/03/pengobatan-tbc-paru/, tanggal 17 April 2013.

Anda mungkin juga menyukai