Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK DENGAN MORBILI

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi Penyakit
Morbili yang disebut juga dengan campak, measles atau rubeola adalah suatu
penyakit infeksi akut yang sangat menular, disebabkan oleh paramixovirus. Morbili
dapat ditularkan melalui percikan liur (droplet) yang terhirup. Morbili ditandai oleh tiga
stadium, kataral, erupsi serta konvalensi Stadium katarsis berlangsung 4-5 hari dengan
gejalan flu, batuk, demam, terjadi konjungtivitis, nyeri tenggorokan, pembesaran
kelenjar getah bening. Stadium kedua adalah stadium erupsi yang ditandai dengan
adanya titik merah pada palatum durum dan palatum mole, kemudian adanya bercak
makulpapuler pada muka, serta tubuh dan anggota gerak. Stadium ketiga adalah
stadium kovalensi dimana gejala-gejala sudah mulai hilang dan meninggalkan bekas
seperti adanya hiperpigmentasi.
Morbili ialah penyakit infeksi virus yang akut dan menular yang pada umumnya
menyerang anak-anak, ditandai oleh tiga stadium prodromal, stadium erupsi dan
stadium konvalensi (Suriadi, 2010).
Morbili adalah virus akut menular yang disebabkan oleh virus morbili
(paramiksovirus) yang terdapat pada sekret nasofaring dan darah selama masa
prodromal selama 24 jam setelah timbul bercak-bercak (Pudiastuti, 2011).
Morbili (campak) adalah infeksi virus akut, ditandai oleh demam tinggi dan
ruam makulopapel yang timbul secara berurutan mulai dari leher, wajah, badan,
anggota atas dan bawah (Widagdo, 2012).
Berdasarkan dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa morbili adalah
penyakit infeksi oleh virus yang akut dan menular yang pada umumnya menyerang
anak-anak, ditandai oleh tiga stadium yaitu stadium prodromal, stadium erupsi dan
stadium konvalensi, dengan gejala-gejala berupa bercak koplik pada mukosa dan
faring, ruam ditandai dengan suhu tubuh meningkat, konjungtivitas, sampai dengan
ruam menghitam dan mengelupas.

2. Penyebab
Morbili adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh RNA virus genus
Morbillivirus, famili Paramyxoviridae. Virus ini dari famili yang sama dengan virus
gondongan (mumps), virus parain-uenza, virus human metapneumovirus, dan RSV
(Respiratory Syncytial Virus). Virus campak berukuran 100-250 nm dan mengandung
inti untai RNA tunggal yang diselubungi dengan lapisan pelindung lipid. Virus campak
memiliki 6 struktur protein utama. Protein H (Hemagglutinin) berperan penting dalam
perlekatan virus ke sel penderita. Protein F (Fusion) meningkatkan penyebaran virus dari
sel ke sel. Protein M (Matrix) di permukaan dalam lapisan pelindung virus berperan
penting dalam penyatuan virus. Di bagian dalam virus terdapat protein L (Large), NP
(Nucleoprotein), dan P (Polymerase phosphoprotein). Penyebaran infeksi melalui
kontak langsung dengan droplet dari orang yang terinfeksi. Masa inkubasi selama 10-20
hari, dimana periode yang sangat menular adalah dari hari pertama hingga hari ke 4
setelah timbulnya rash.

3. Patofisiologi
Lesi esensial campak terdapat di kulit, membran mukosa nasofaring, bronkus
dan saluran cerna dan pada konjungtiva yang tersebar oleh virus morbili melalui udara.
Proliferasi sel mononuklear dan beberapa sel polimorfonuklear terjadi sekitar kapiler.
Terjadi reaksi inflamasi berupa peningkatan suhu tubuh dan metabolisme tubuh sehingga
terjadi resiko defisit volume cairan. Virus morbili menyebar ke berbagai organ melalui
hematogen. Reaksi radang menyeluruh berupa bercak koplik berwarna kelabu dikelilingi
eritema pada mukosa bukal dan faring. Pada saat reaksi radang pada saluran cerna maka
hygiene harus sangat dijaga agar tidak menyebabkan diare pada anak. Reaksi inflamasi
akan meluas ke dalam jaringan limfoid dan membrana mukosa trakeobronkial ditandai
dengan pilek, batuk serta peningkatan frekuensi nafas. Hal tersebut dapat menjadi
komplikasi berupa bronkopneumonia oleh infeksi bakteri sekunder.
Penyebaran infeksi terjadi jika terhirup droplet di udara yang berasal dari
penderita. Virus campak masuk melalui saluran pernapasan dan melekat di sel-sel epitel
saluran napas. Setelah melekat, virus bereplikasi dan diikuti dengan penyebaran ke
kelenjar limfe regional. Setelah penyebaran ini, terjadi viremia primer disusul
multiplikasi virus di sistem retikuloendotelial di limpa, hati, dan kelenjar limfe.
Multiplikasi virus juga terjadi di tempat awal melekatnya virus. Pada hari ke-5 sampai
ke-7 infeksi, terjadi viremia sekunder di seluruh tubuh terutama di kulit dan saluran
pernapasan. Gejala panas, batuk, pilek makin lama makin berat dan pada hari ke 10 sejak
awal infeksi (pada hari penderita kontak dengan sumber infeksi) mulai timbul ruam
makulopapuler warna kemerahan. Virus dapat berkembang biak juga pada susunan saraf
pusat dan menimbulkan gejala klinik encefalitis. Setelah masa konvelesen pada turun
dan hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan ruam menjadi makin gelap,berubah
menjadi desquamasi dan hiperpigmentasi. Proses ini disebabkan karena pada awalnya
terdapat perdarahan perivaskuler dan infiltrasi limfosit. Pada hari ke-11 sampai hari ke-
14, virus ada di darah, saluran pernapasan, dan organ-organ tubuh lainnya, 2-3 hari
kemudian virus mulai berkurang. Selama infeksi, virus bereplikasi di sel-sel endotelial,
sel-sel epitel, monosit, dan makrofag.
4. Pohon Masalah
Virus morbilli masuk melalui saluran pernafasan

Melekat di sel-sel epitel saluran nafas

Virus bereplikasi dan diikuti dengan penyebaran ke kelenjar limfe regional

Reaksi inflamasi: demam, suh naik, metabolisme naik, respirasi naik

Hipertermia
Penyebaran ke berbagai organ melalui hematogen

Kulit

Poliferasi sel endotel kapiler dalam korium

Eksudat serum/ eritrosit dalam epidermis

Ruam, seluruh tubuh, rasa gatal

Gangguan Rasa
Nyaman
5. Gejala Klinis
Masa tunas/inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih 10-20 hari dan
kemudian timbul gejala-gejala yang dibagi dalam 3 stadium, yaitu:
a. Stadium prodromal (Catarrhal)
Stadium ini berlangsung selama 4-5 hari ditandai oleh demam, malaise, batuk,
konjungtivitis, koriza, terdapat bercak koplik berwarna putih kelabu sebesar ujung
jarum dikelilingi oleh eritema, terletak di mukosa bukalis berhadapan dengan molor
bawah, timbul dua hari sebelum munculnya rash.
b. Stadium erupsi
Koriza dan batuk batuk bertambah, terjadi eritema yang berbentuk makula papula
disertai meningkatnya suhu badan. Mula mula eritema muncul dibelakang telinga,
di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.
Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan di bawah kulit, pembesaran kelenjar
getah bening di sudut mandibula dan di daerah belakang leher.
c. Stadium konvalensi
Erupsi berkurang dan meninggalkan bekas yang berwarna lebih (hiperpigmentasi)
yang akan menghilang dengan sendirinya. Selanjutnya diikuti gejala anorexia,
malise, limfadenopati.

6. Pemeriksaan Diagnostic/Penunjang
Pemeriksaan fisik berupa suhu badan tinggi (>38°C), mata merah, dan ruam
makulopapular. Pemeriksaan penunjang: pemeriksaan darah berupa leukopenia dan
limfositopenia. Pemeriksaan imunoglobulin M (IgM) campak juga dapat membantu
diagnosis dan biasanya sudah dapat terdeteksi sejak hari pertama dan ke-2 setelah
timbulnya ruam. IgM campak ini dapat tetap terdeteksi setidaknya sampai 1 bulan
sesudah infeksi.

7. Penatalaksanaan Medis
Pada morbili tanpa komplikasi tatalaksana bersifat suportif, berupa tirah
baring, antipiretik (parasetamol 10-15 mg/kgBB/dosis dapat diberikan sampai setiap 4
jam), cairan yang cukup, suplemen nutrisi, dan vitamin A. Vitamin A dapat berfungsi
sebagai imunomodulator yang meningkatkan respons antibodi terhadap virus campak.
Pemberian vitamin A dapat menurunkan angka kejadian komplikasi seperti diare dan
pneumonia. Vitamin A diberikan satu kali per hari selama 2 hari dengan dosis sebagai
berikut:
• 200.000 IU pada anak umur 12 bulan atau lebih
• 100.000 IU pada anak umur 6 - 11 bulan
• 50.000 IU pada anak kurang dari 6 bulan
• Pemberian vitamin A tambahan satu kali.

Menurut Rampengan (2008) dan Suriadi (2010), penatalaksanaan medis dapat


dilakukan pada klien dengan morbili adalah, sebagai berikut:

a. Memperbaiki keadaan umum.


b. Pemberian vitamin A: 12 bulan: 200.000 IU/hari≥2 hari
c. Istirahat baring selama suhu tubuh meningkat dan pemberian antipiretik.
d. Pemberian antibiotik pada anak-anak yang berisiko tinggi atau terdapat infeksi
sekunder.
e. Pemberian obat batuk.
f. Pemberian sedativum.
g. Kortikosteroid dosis tinggi.

8. Komplikasi
Menurut IDAI (2010), komplikasi yang bisa terjadi pada anak dengan morbilli adalah,
sebagai berikut:
a. Laringitis Akut
Timbul karena adanya edema hebat pada mukosa saluran nafas, yang bertambah
parah pada saat demam mencapai puncaknya. Ditandai dengan distres pernafasan,
sesak, sianosis dan stridor. Ketika demam turun keadaan akan membaik dan gejala
akan menghilang.
b. Bronkopneumonia
Disebabkan oleh virus campak maupun akibat invasi bakteri. Ditandai dengan batuk,
meningkatnya frekuensi nafas dan adanya ronki basah halus. Pada saat suhu turun,
apabila disebabkan oleh virus, gejala pneumonia akan menghilang, kecuali batuk
yang masih dapat berlanjut sampai beberapa hari lagi.
c. Ensefaliti
Terjadi pada hari ke 4-7 setelah timbulnya ruam. Kejadian ensefalitis sekitar 1 dalam
1.000 kasus campak, dengan mortalitas antara 30-40%. Terjadinya ensefalitis dapat
melalui mekanisme imunologik maupun melalui invasi langsung virus campak ke
dalam otak.
d. Otitis Media
Invasi virus ke dalam telinga tengah umumnya terjadi pada campak. Gendang telinga
biasanya hiperemis pada fase prodromal dan stadium erupsi. Jika terjadi invasi
bakteri pada lapisan sel mukosa yang rusak karena invasi virus akan terjadi otitis
media purulenta.
e. Enteritis
Beberapa anak yang menderita campak mengalami muntah dan mencret pada fase
prodromal. Keadaan ini akibat invasi virus ke dalam sel mukosa usus.
f. Konjungtivitis
Pada hampir semua kasus campak terjadi konjungtivitis, yang ditandai dengan
adanya mata merah, pembengkakan kelopak mata, lakrimasi dan fotopobia. Kadang-
kadang terjadi infeksi sekunder oleh bakteri. Virus campak atau antigennya dapat
dideteksi pada lesi konjungtiva pada hari-hari.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Campak
1. Pengkajian Keperawatan
A. Anamnesa
a. Identitas penderita
Meliputi nama anak, umur: rentan pada anak berumur 1-14 th dengan status gizi
yang kurang dan sering mengalami penyakit infeksi, jenis kelamin (L dan P
pervalensinya sama), suku bangsa, no register, tanggal masuk rumah sakit,
diagnosa medis.
b. Keluhan utama
Anak masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan adanya eritema dibelakang
telinga, di bagaian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang
bawah, badan panas, enantema (titik merah) dipalatum durum dan palatum mole.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Pada anak yang terinfeksi virus campak biasanya ditanyakan pada orang tua atau
anak tentang kapan timbulnya panas, batuk, konjungtivitis, koriza, bercak koplik
dan enantema serta upaya yang telah dilakukan untuk mengatasinya.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Anak belum pernah mendapatkan vaksinasi campak dan pernah kontak dengan
pasien campak.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anak belum mendapatkan vaksinasi campak.
f. Riwayat imunisasi
Imunisasi apa saja yang sudah didapatkan misalnya BCG, POLIO I, II, III; DPT
I, II, III; dan campak.
g. Riwayat nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk
umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal
menggunakan rumus 8 + 2n.
Status Gizi
Klasifikasinya sebagai berikut:
• Gizi buruk kurang dari 60%
• Gizi kurang 60 % - <80 %
• Gizi baik 80 % - 110 %
• Obesitas lebih dari 120 %
h. Riwayat tumbuh kembang anak.
1. Tahap pertumbuhan
Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram mengikuti
patokan umur 1-6 tahun yaitu umur (tahun) x 2 +8. Tapi ada rata-rata BB
pada usia 3 tahun: 14,6 Kg, pada usia 4 tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7
kg. Untuk anak usia pra sekolah rata – rata pertambahan berat badan 2,3
kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan tinggi badan dalam senti meter
menggunakan patokan umur 2- 12 tahun yaitu umur (tahun) x 6 + 77. Tapi
ada rata-rata TB pada usia pra sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm,
dan 5 tahun 110 cm. Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 – 7,5
cm/tahun.Pada anak usia 4- 5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi.
2. Tahap perkembangan.
• Perkembangan psikososial (Eric Ercson): Inisiatif vs rasa bersalah. Anak
punya insiatif mencari pengalaman baru dan jika anak dimarahi atau
diomeli maka anak merasa bersalah dan menjadi anak peragu untuk
melakukan sesuatu percobaan yang menantang ketrampilan motorik dan
bahasanya.
• Perkembangan psikosexsual (Sigmund Freud): Berada pada fase oedipal/
falik (3-5 tahun). Biasanya senang bermain dengan anak berjenis kelamin
berbeda.Oedipus komplek (laki-laki lebih dekat dengan ibunya) dan
Elektra komplek (perempuan lebih dekat ke ayahnya).
• Perkembangan kognitif (Piaget): Berada pada tahap preoperasional yaitu
fase preconseptual (2- 4 tahun) dan fase pemikiran intuitive (4-7 tahun).
Pada tahap ini kanan-kiri belum sempurna, konsep sebab akibat dan
konsep waktu belum benar dan magical thinking.
• Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu mulai
melakukan kebiasaan prososial: sharing, menolong, melindungi,
memberi sesuatu, mencari teman dan mulai bisa menjelaskan peraturan-
peraturan yang dianut oleh keluarga.
• Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan keagamaan dari
ortu atau guru dan belajar yang benar salah untuk menghindari hukuman.
• Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik, jelek,pendek-
tinggi,baik-nakal, bermain sesuai peran jenis kelamin, membandingkan
ukuran tubuhnya dengan kelompoknya.
• Perkembangan sosial yaitu berada pada fase “Individuation-Separation“.
Dimana sudah bisa mengatasi kecemasannya terutama pada orang yang
tak di kenal dan sudah bisa mentoleransi perpisahan dari orang tua
walaupun dengan sedikit atau tidak protes.
• Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari 2100
kata pada akhir umur 5 tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata menjadi
kalimat. Sudah bisa menamai objek yang familiar seperti binatang,
bagian tubuh, dan nama-nama temannya. Dapat menerima atau
memberikan perintah sederhana.
• Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan
permintaannya, lebih banyak bergaul, mulai menerima bahwa orang lain
mempunyai pemikiran juga, dan mulai menyadari bahwa dia mempunyai
lingkungan luar.
• Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain yang
mempunyai permainan yang mirip. Berkaitan dengan pertumbuhan fisik
dan kemampuan motorik halus yaitu melompat, berlari, memanjat,dan
bersepeda dengan roda tiga.
B. Pemeriksaan fisik (head to toe)
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan, dan tanda-
tanda vital.
b. Kepala dan leher
• Inspeksi: Kaji bentuk kepala, keadan rambut, kulit kepala, konjungtivitis,
fotofobia, adakah eritema dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk,
sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.
• Palpasi: Adakah pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan
didaerah leher belakang.
c. Mulut
• Inspeksi: Adakah bercak koplik di mukosa bukalis berhadapan dengan molar
bawah, enantema di palatum durum dan palatum mole, perdarahan pada
mulut dan traktus digestivus.
d. Toraks
• Inspeksi: Bentuk dada anak, Adakah batuk, secret pada nasofaring,
perdarahan pada hidung. Pada penyakit campak, gambaran penyakit secara
klinis menyerupai influenza.
• Auskultasi: Ronchi / bunyi tambahan pernapasan.
e. Abdomen
• Inspeksi: Bentuk dari perut anak. Ruam pada kulit.
• Auskultasi Bising usus.
• Perkusi: Perkusi abdomen hanya dilakukan bila terdapat tanda abnormal,
misalnya masa atau pembengkakan.
f. Kulit
• Inspeksi: Eritema pada kulit, hiperpigmentasi, kulit bersisik.
• Palpasi: Turgor kulit menurun.

2. Diagnosis Keperawatan
1. Gangguan Rasa Nyaman berhubungan dengan gejala penyakit dibuktikan dengan;
mengeluh tidak nyaman, gelisah, merasa gatal, dan tampak menangis.
2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (Virus) dibuktikan dengan;
suhu tubuh diatas nilai normal, kulit merah, kejang, takikardi, takipnea, kulit terasa
hangat.
3. Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosis Keperawatan Rencana Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Gangguan Rasa Nyaman Setelah dilakukan intervensi Intervensi Utama Intervensi Utama
berhubungan dengan gejala keperawatan selama …x 24 jam SIKI I.08238 Manajemen Nyeri
penyakit dibuktikan dengan; maka Status Kenyamanan Manajemen Nyeri
mengeluh tidak nyaman, Meningkat, dengan kriteria hasil: Observasi: Observasi:
gelisah, merasa gatal, dan 1. Keluhan tidak nyaman 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Untuk mengetahui likasi,
tampak menangis. menurun durasi, frekuensi, kualitas, karakteristik, durasi,
2. Gelisah menurun intensitas nyeri frekuensi, kualitas dan
3. Gatal menurun 2. Identifikasi skala nyeri intensitas nyeri
4. Menangis menurun 3. Identifikasi respons nyeri non 2. Untuk mengetahui skala nyeri
verbal 3. Untuk mengetahui bagaimana
4. Identifikasi faktor yang respon terhadap nyeri non
memperberat dan memperingan verbal
nyeri 4. Untuk mnetahui apa saja
5. Identifikasi pengetahuan dan faktor yang memperberat dan
keyakinan tentang nyeri memperingan nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya 5. Untuk mengatahui
terhadap respons nyeri pengetahuan dan keyakinan
pasien terhadap nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada 6. Untuk mengetahui pengaruh
kualitas hidup budaya terhdap respon nyeri
8. Monitor efek samping penggunaan pasien
analgetic 7. Untuk mengetahui pengaruh
nyeri terhadap kualitas hidup
pasien
8. Untuk mengetahui efek
samping penggunaan
analgetik

Terapeutik: Terapeutik:
1. Berikan teknik 1. Untuk mengurangi rasa nyeri
nonfarmakologis untuk pada klien
mengurangi rasa nyeri (mis. 2. Untuk meringankan nyeri
TENS, hipnosis, akupresur, pasien yang disebabkan oleh
terapi musik, biofeedback) lingkungan
2. Kontrol lingkungan yang 3. Agar pasien bisa istirahat dan
memperberat rasa nyeri (mis. tidur dengan nyaman
Suhu ruangan, pencahayaan, 4. Untuk mengetahui strategi
kebisingan) apa yang akan dipilih.
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Mempertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi dalam meredakan
nyeri.

Edukasi:
Edukasi:
1. Agar pasien mengetahui
1. Jelaskan penyebab, periode,
penyebab dan pemicu nyeri
dan pemicu nyeri
2. Agar pasien mengetahui
2. Jelaskan stategi meredakan
bagaimana cara untuk
nyeri
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
3. Agar pasien dapat memonitor
secara mandiri
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
4. Agar pasien tidak slaah
alagetik secara tepat
menggunakan analgetic
5. Ajarkan teknik non
5. Agar nyeri pasien dapat
farmakologis untuk
berkurang dengan teknik non
mengurangi rasa nyeri.
farmakologis
Kolaborasi:
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
1. Untuk mempercepat
analgetik, jika perlu
penyembuhan pasien
Terapi Relaksasi (I.09326) Terapi Relaksasi (I.09326)
Observasi: Observasi:
1. Identifikasi penurunan tingkat 1. Untuk mengetahui penurunan
energi, ketidakmampuan tingkat energi,
berkonsentrasi, atau gejala lain ketidakmampuan
yang mengganggu kemampuan berkonsentrasi, atau gejala
kognitif. lain yang mengganggu
2. Identifikasi Teknik relaksasi yang kemampuan kognitif.
pernah efektif digunakan 2. Untuk mengetahui Teknik
3. Identifikasi kesediaan, relaksasi yang pernah efektif
kemampuan, dan penggunaan digunakan.
Teknik sebelumnya. 3. Untuk mengetahui kesediaan,
4. Periksa ketegangan otot, frekuensi kemampuan, dan penggunaan
nadi, tekanan darah, dan suhu Teknik sebelumnya.
sebelum dan sesudah Latihan. 4. Untuk mengetahui
5. Monitor respons terhadap terapi ketegangan otot, frekuensi
relaksasi. nadi, tekanan darah, dan suhu
sebelum dan sesudah Latihan.
5. Untuk mengetahui respons
terhadap terapi relaksasi.
Terapeutik: Terapeutik:
1. Ciptakan lingkungan tenang dan 1. Agar pasien merasa tenang
tanpa gangguan dengan tanpa gangguan pencahayaan
pencahayaan dan suhu ruang dan suhu ruang nyaman.
nyaman, jika memungkinkan. 2. Agar pasien mengetahui
2. Berikan informasi tertulis tentang prosedur yang akan
persiapan dan prosedur teknik dilakukan.
relaksasi. 3. Agar pasien merasa nyaman.
3. Gunakan pakaian longgar. 4. Agar pasien lebih merasa
4. Gunakan nada suara lembut tenang dan rileks
dengan irama lambat dan 5. Agar pasien merasa nyaman
berirama. dan tenang.
5. Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgetik atau
Tindakan medis lain, jika sesuai.

Edukasi: Edukasi:
1. Jelaskan tujuan, manfaat, 1. Agar pasien mengetahui
Batasan, dan jenis relaksasi tujuan, manfaat, Batasan, dan
yang tersedia (mis: musik, jenis relaksasi yang tersedia
(mis: musik, meditasi, napas
meditasi, napas dalam, dalam, relaksasi otot
relaksasi otot progresif). progresif).
2. Jelaskan secara rinci intervensi 2. Agar pasien mengetahui
relaksasi yang dipilih. secara rinci intervensi
3. Anjurkan mengambil posisi relaksasi yang dipilih.
nyaman. 3. Agar pasien merasa nyaman
4. Anjurkan rileks dan merasakan ketika dilakukan Tindakan.
sensasi relaksasi. 4. Agar pasien merasa nyaman
5. Anjurkan sering mengulangi 5. Untuk mempercepat proses
atau melatih Teknik yang penyembuhan pasien.
dipilih. 6. Agar pasien dapat melakukan
6. Demonstrasikan dan latih Teknik relaksasi dengan baik
Teknik relaksasi (mis: napas dan benar.
dalam, peregangan, atau
imajinasi terbimbing).
2 Hipertemia berhubungan Setelah dilakukan intervensi Intervensi Utama:
dengan proses penyakit (Virus) keperawatan selama …x 24 jam Manajemen Hipertemia Manajemen Hipertemia
dibuktikan dengan; suhu tubuh maka Termoregulasi Membaik, (I.15506) (I.15506)
diatas nilai normal, kulit merah, dengan kriteria hasil: Observasi: Observasi:
kejang, takikardi, takipnea, dan 1. Menggigil menurun 1. Identifikasi penyebab 1. Untuk mengetahui
kulit terasa hangat. 2. Kulit merah menurun hipertermia (mis: dehidrasi, identifikasi penyebab
3. Kejang menurun terpapar lingkungan panas) hipertermia (mis:
4. Pucat menurun 2. Monitor suhu tubuh dehidrasi, terpapar
5. Takikardi menurun 3. Monitor kadar elektrolit lingkungan panas)
6. Takipnea menurun 4. Monitor haluaran urin 2. Untuk mengetahui suhu
7. Suhu tubuh membaik 5. Monitor komplikasi akibat tubuh pasien
8. Suhu kulit membaik hipertermia. 3. Untuk mengetahui kadar
elektrolit
4. Untuk mengetahui
haluaran Urin
5. Untuk mengetahui
Komplikasi akibat
hipertermia
Terapeutik:
Terapeutik:
1. Untuk mengurangi
1. Sediakan lingkungan
terjadinya demam pada
yang dingin
pasien
2. Longgarkan atau lepaskan
2. Untuk meringankan
pakaian
kondisi hipertemia pada
3. Basahi dan kipasi
pasien
permukaan tubuh
3. Untuk mengurangi
4. Berikan cairan oral
demam pada tubuh
5. Ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika mengalami pasien
hyperhidrosis (keringat 4. Untuk mengganti cairan
berlebih) yang hilang dan agar
6. Lakukan pendinginan tidak terjadinya
eksternal (mis: selimut dehidrasi
hipotermia atau kompres 5. Untuk mengurangi efek
dingin pada dahi, leher, dada, demam pada pasien
abdomen, aksila) 6. Untuk mengurangi
7. Hindari pemberian terjadinya penguapan
antipiretik atau aspirin pada tubuh pasien
8. Berikan oksigen, jika perlu 7. Agar tidak
Menyebabkan
perdarahan lambung
atau penurunan jumlah
trombosit lanjut.
8. Untuk membantu proses
sirkulasi darah agar tidak
terjadi syok
hipovelomik.

Edukasi: Edukasi:

1. Anjurkan tirah baring 1. Agar pasien merasa


nyaman
Kolaborasi: Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian cairan 1. Untuk mengganti
dan elektrolit intravena, jika kekurangan cairan atau
perlu. elektrolit pada tubuh,
memberikan kebutuhan
air, elektrolit dan
kebutuhan akan zat-zat
makanan untuk
kebutuhan dalam tubuh
sehari-hari.

Regulasi Temperatur (I.14578) Regulasi Temperatur


Observasi: (I.14578)
1. Monitor tekanan darah, Observasi:
frekuensi pernapasan dan nadi 1. Untuk mengetahui
2. Monitor warna dan suhu kulit. tekanan darah,
3. Monitor dan catat tanda dan frekuensi pernapasan
gejala hipertermia. dan nadi
2. Untuk mengetahui
warna dan suhu kulit
3. Untuk mengetahui
tanda dan gejala
hipertermia.
Terapeutik: Terapeutik:
1. Pasang alat pemantau suhu 1. Untuk mengetahui
kontinu, jika perlu Suhu tubuh secara
2. Tingkatkan asupan cairan dan kontinu.
nutrisi yang adekuat. 2. Untuk mengetahui
3. Gunakan matras asupan cairan dan
penghangat, selimut nutrisi yang adekuat.
hangat, dan 3. Untuk menstabilkan
penghangat ruangan untuk suhu tubuh pasien.
menaikkan suhu tubuh, jika 4. Untuk menurunkan
perlu suhu tubuh pasien.
4. Gunakan Kasur pendingin, 5. Agar pasien merasa
water circulating blankets, ice nyaman.
pack, atau gel pad dan
intravascular cooling
cathetherization untuk
menurunkan suhu tubuh
5. Sesuaikan suhu
lingkungan dengan
kebutuhan pasien.
Edukasi: Edukasi:
1. Jelaskan cara pencegahan heat 1. Untuk mengetahui cara
exhaustion dan heat stroke. mencegah heat
exhaustion dan heat
stroke.

Kolaborasi: Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian 1. Untuk mengurangi dan
antipiretik, jika perlu meredakan demam pada
pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Ranuh, I.G.N,Dkk. 2001. Buku Imunisasi Di Indonesia. Jakarta: Satgas Imunisasi Ikatan
Dokter Anak Indonesia.

Rodolfh.Dkk. 2016. Buku Ajar Pediatri Rodolfh Edisi 20 Volume I. Jakarta: EGC

Santosa, B. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006. Jakarta: Prima Medika.

Setiawati, S. (2017). Keterampilan Khusus Praktik Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba


Medika.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai