Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

MORBILI
1. Definisi
Morbili adalah penyakit infeksi virus akut yang ditandai oleh 3 stadium yaitu
stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi.
Morbili adalah penyakit virus akut dengan demam, radang selaput lendir dan
timbulnya erupsi kulit berupa bercak dan bintik merah, disusul pengelupasan.
Morbili adalah suatu penyakit yang sangat menular karena paramyxovirus yang
ditandai oleh prodromal infeksi saluran pernafasan atas dan bercak koplik yang
diikuti dengan rash makula popular kehitaman.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa morbili adalah
penyakit infeksi virus akut yang sangat menular yang ditandai dengan 3 stadium
yaitu stadium kataral, stadium erupsi dan stadium konvalensi yang pada umumnya
menyerang pada anak.
2. Etiologi
Penyebab morbili adalah virus morbili yang berasal dari sekret saluran
pernafasan, darah dan urine dari yang terinfeksi.
Penyebaran infeksi melalui kontak langsung dengan droplet dari orang yang
terinfeksi. Masa inkubasi selama 10 – 20 hari, dimana periode yang sangat menular
adalah dari hari pertama hingga hari keempat setelah timbulnya rash (pada
umumnya pada stadium kataral).
3. Manifestasi klinis
a. Stadium Prodromal (kataral)
Demam, malaise, batuk, konjungtivitis, coryza terdapat bercak koplik
berwarna putih kelabu sebesar ujung jarum dikelilingi oleh eritema terletak di
mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah, timbul dua hari sebelum
munculnya rash. Stadium ini berlangsung selama 4 – 5 hari.
b. Stadium Erupsi
Coryza dan batuk bertambah, terjadi eritema yang berbentuk makula popula
disertai meningkatnya suhu tubuh. Mula-mula eritema terletak di belakang
telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut, dan bagian belakang
bawah. Kadang terdapat pendarahan ringan di bawah kulit. Pembesaran kelenjar
getah bening di sudut mandibula dan di daerah belakang leher.
c. Stadium Konvalensi
Erupsi berkurang dan meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua
(hiperpigmentasi) yang akan menghilang dengan sendirinya. Selanjutnya diikuti
gejala anorexia, malaise, limfedenopati.
4. Patofisiologi
Penularan virus yang infeksius sangat efektif, dengan sedikit virus yang infeksius
sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Penularan campak terjadi secara
droplet melalui udara, terjadi antara 1 – 2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai
4 hari setelah timbul ruam. Lesi utama tampak ditemukan pada kulit penderita,
mukosa nasofarink, bronkus, saluran cerna dan konjungtiva serta masuk ke dalam
limfatik lokal. Virus memperbanyak diri dengan sangat perlahan dan di situ mulai
penyebaran ke sel jaringan limforetikular seperti limfa. Sel mono nuklear yang
terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel raksasa berinti banyak. Virus masuk ke
dalam pembuluh darah dan menyebar ke permukaan epitel orofarink, konjungtiva,
saluran nafas, kulit, kandung kemih, dan usus. Pada hari ke 9 – 10 fokus infeksi
yang berada di epitel saluran nafas dan konjungtiva, satu sampai dua lapisan
mengalami nekrosis. Virus yang masuk ke pembuluh darah menimbulkan
manifestasi klinis dari sistem saluran nafas adalah batuk, pilek, disertai
konjungtivitis, demam tinggi, ruam menyebar ke seluruh tubuh, timbul bercak
koplik. Pada hari ke-14 sesudah awal infeksi akan muncul ruam makulopopular dan
saat itu antibodi humoral dapat dideteksi. Daya tahan tubuh akan menurun sebagai
akibat respon terhadap antigen virus terjadilah ruam pada kulit. Daerah epitel yang
nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan memberikan kesempatan serangan
infeksi bakteri sekunder berupa bronkopnemoni, otitis dan lain-lain, 2002).
5. Pathway penyakit:

Virus morbili

Droplet infection

Eksudat yang serius, droliferasi


sel mononukleus,
polimorfonukleus

Reaksi Inflamasi : Demam,


suhu naik, Hipertermia
metabolisme naik, RR naik,
IWL naik

Penyebaran ke berbagai organ


melalui hematogen

Saluran cerna
Kulit menonjol
sekitar sebasea dan
folikel rambut
Saluran nafas Konjungtiva
Terdapat bercak koplik
berwarna Radang
kelabu dikelilingi eritema pada
mukosa bukalis, berhadapan Eritema membentuk
pada Batuk, pilek macula papula di
molar, palatum durum, mole kulit normal
Konjungtivitis

Bronchopneumonia
Rash, ruam pada daerah
Mulut pahit timbul anoreksia balik telinga, leher, pipi,
muka, seluruh tubuh ,
deskuamasi rasa gatal
Ketidakefektifan
Ketidakseimbangan nutrisi
bersihan jalan nafas
kurang dari kebutuhan tubuh

Kerusakan integritas kulit


6. Pemeriksaan penunjang
Virus campak dapat ditelusuri melalui isolasi terhadap virus diswab/usap
tenggorok pada lapisan mukosa hidung. Konfirmasi diagnosa dengan peningkatan
antibodi netralisasi terhadap virus dilakukan pemeriksaan senologi didapatkan IgM
spesifik. Sediaan apus darah dapat menunjukkan adanya limfosit abnormal serta
pemeriksaan imunologis lainnya yang juga dapat membantu (Bagian Ilmu
Kesehatan Anak, 2002).

7. Penatalaksanaan medis dan keperawatan


Masalah yang sering terjadi pada anak dengan campak adalah:
a. Hipertermia
b. Kurang nutrisi
c. Risiko komplikasi
Pasien campak tanpa komplikasi dapat berobat jalan, pengobatan bersifat
simtomatik dengan pemberian antipiretik, antitusif, ekspektoran, dan antikonvulsan
bila diperlukan. Indikasi rawat inap untuk penderita campak yaitu hiperpireksia
(suhu >39 °C), dehidrasi, kejang, asupan oral sulit atau adanya komplikasi.
Beberapa anak membutuhkan suplemen vitamin A. Anak-anak dengan defisiensi
vitamin A lebih mudah untuk terkena infeksi, termasuk campak. WHO
merekomendasikan vitamin A untuk semua anak dengan campak disetiap negara
dimana defisiensi vitamin A menjadi masalah dan berhubungan dengan angka
kematian. Serum dengan konsentrasi vitamin A yang rendah ditemukan pada anak-
anak dengan campak yang berat. Ribavirin merupakan obat anti virus, yang dapat
membantu mengobati penyakit campak yang berat atau saat anak dengan daya tahan
tubuh yang lemah.
Untuk pencegahan dapat diberikan imunisasi. Imunisasi yang diberikan dapat
berupa pasif dan aktif sebagai berikut :
a. Imunisasi aktif
Imunisasi aktif dapat dirangsang dengan memberikan virus campak hidup
yang dilemahkan, yang tidak menyebar melalui kontak dengan individu yang
divaksin. Imunisasi campak awal dapat diberikan pada usia 12-15 bulan tetapi
mungkin diberikan lebih awal pada daerah dimana penyakit lebih sering terjadi.
Imunisasi kedua terhadap campak biasanya diberikan sebagai campak-parotitis-
rubella terindikasi. Dosis ini dapat diberikan ketika anak masuk sekolah dasar
atau nanti pada saat masuk sekolah menengah.
b. Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif dengan kumpulan serum orang dewasa, kumpulan serum
konvalesen, globulin plasenta, atau gamma globulin plasma. Campak dapat
dicegah dengan menggunakan immunoglobulin serum (gamma globulin) dengan
dosis 0,25 mL/kg diberikan secara intramuskuler dalam 5 hari sesudah
pemajanan tetapi lebih baik sesegera mungkin.
Tidak ada terapi terbaru bagi pasien yang tidak mengalami komplikasi.
Walaupun ribavirin menghambat replikasi virus campak invitro, tidak terlihat hasil
yang nyata pada pemberian invivo. Penggunaan antipiretik yang bijaksana untuk
demam tinggi dan obat penekan batuk mungkin bermanfaat secara simptomatik.
Pemberian pengobatan yang lebih spesifik seperti pemberian anti mikroba yang
tepat harus digunakan untuk mengobati komplikasi infeksi bakteri sekunder.
Oleh karena campak jelas menurunkan cadangan vitamin A, yang menimbulkan
tingginya insiden xeroftalmia dan ulkus kornea pada anak yang kurang gizi, WHO
menganjurkan supplement vitamin A dosis tinggi di semua daerah dengan defisiensi
vitamin A. Supplement vitamin A juga telah memperlihatkan penurunan frekuensi
dan keparahan pneumonia dan laringotrakeobronkitis akibat kerusakan virus campak
pada epitel traktus respiraturius bersilia. Pada bayi usia di bawah 1 tahun diberi
vitamin A sebanyak 100.000 IU dan untuk pasien lebih tua diberikan 200.000 IU.
Dosis ini diberikan segera setelah diketahui terserang campak. Dosis kedua
diberikan hari berikutnya, bila terlihat tanda kekurangan vitamin A dimata dan
diulangi 1 sampai 4 minggu kemudian.

8. Asuhan keperawatan pada klien dengan campak


a. Pengkajian
1) Identitas penderita
Meliputi nama anak, umur : rentan pada anak berumur 1-14 th dengan
status gizi yang kurang dan sering mengalami penyakit infeksi, jenis kelamin
(L dan P pervalensinya sama), suku bangsa, no register, tanggal masuk
rumah sakit, diagnosa medis.
2) Keluhan utama
Anak masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan adanya eritema
dibelakang telinga, di bagaian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan
bagian belakang bawah, badan panas, enantema ( titik merah ) dipalatum
durum dan palatum mole.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Pada anak yang terinfeksi virus campak biasanya ditanyakan pada orang
tua atau anak tentang kapan timbulnya panas, batuk, konjungtivitis, koriza,
bercak koplik dan enantema serta upaya yang telah dilakukan untuk
mengatasinya.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Anak belum pernah mendapatkan vaksinasi campak dan pernah kontak
dengan pasien campak.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anak belum mendapatkan vaksinasi campak.
6) Riwayat imunisasi
Imunisasi apa saja yang sudah didapatkan misalnya BCG, POLIO I,II,
III; DPT I, II, III; dan campak.
7) Riwayat nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori
untuk umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan
ideal menggunakan rumus 8 + 2n.
Status Gizi klasifikasinya sebagai berikut :
a) Gizi buruk kurang dari 60%
b) Gizi kurang 60 % - <80 %
c) Gizi baik 80 % - 110 %
d) Obesitas lebih dari 120 %
b. Pemeriksaan fisik ( had to toe )
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan, dan tanda-
tanda vital.
2) Kepala dan leher
Inspeksi : Kaji bentuk kepala, keadan rambut, kulit kepala, konjungtivitis,
fotofobia, adakah eritema dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk,
sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.
Palpasi : adakah pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan
didaerah leher belakang,
3) Mulut
Inspeksi : Adakah bercak koplik di mukosa bukalis berhadapan dengan
molar bawah, enantema di palatum durum dan palatum mole, perdarahan
pada mulut dan traktus digestivus.
4) Toraks
Inspeksi : Bentuk dada anak, Adakah batuk, secret pada nasofaring,
perdarahan pada hidung. Pada penyakit campak, gambaran penyakit secara
klinis menyerupai influenza.
Auskultasi : Ronchi / bunyi tambahan pernapasan.
5) Abdomen
Inspeksi : Bentuk dari perut anak. Ruam pada kulit.
Auskultasi: Bising usus.
Perkusi : Perkusi abdomen hanya dilakukan bila terdapat tanda abnormal,
misalnya masa atau pembengkakan.
6) Kulit
Inspeksi : Eritema pada kulit, hiperpigmentasi, kulit bersisik.
Palpasi : Turgor kulit menurun

c. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


1) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
2) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan infeksi, sekresi
yang tertahan
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat
4) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sensasi

d. Nursing Care Planning (NCP)


N Diagnosa NOC NIC
O keperawatan (Nursing Outcomes) (Nursing Intervention
Classification)
1 Hipertermi Setelah dilakukan tindakan Fever Treatment
berhubungan keperawatan selama 1 x 24 1. Monitor suhu sesering
dengan proses jam diharapkan suhu klien mungkin
penyakit dalam rentang normal dengan
kriteria hasil; 2. Monitor IWL
Thermoregulation
3. Monitor TTV
Indikator I E
R R
4. Monitor penurunan
 Temperatur
kesadaran
tubuh sesuai
yang diharapkan
5. Monitor Hb, WBC dan
 Tidak ada nyeri
otot 6. Monitor intake dan
 Denyut nadi output
sesuai yang
diharapkan 7. Berikan antipiretik
 Hidrasi adekuat
 Pernafasan 8. Berikan cairan intra vena
sesuai yang
diharapkan 9. Kompres pasien pada

 Melaporkan lipat paha dan aksila

kenyamanan
10. Tingkatkan sirkulasi
suhu tubuh
udara
Keterangan :
1. Keluhan ekstrim 11. Bedrest
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas
bersihan jalan keperawatan selama 2x24 jam 1. Pertahankan kepatenan
nafas diharapkan gangguan jalan nafas dengan
berhubungan pertukaran gas teratasi, melakukan pengisapan
dengan infeksi, dengan kriteria hasil : lendir.
sekresi yang Status pernafasan
tertahan Indikator I E 2. Pantau status pernafasan
R R dan oksigenasi sesuai

 Frekuensi dengan kebutuhan.

pernafasan
3. Auskultasi jalan nafas
 Irama
untuk mengetahui adanya
pernafasan
penurunan ventilasi.
 Kedalaman
inspirasi
4. Kolaborasi dengan dokter
 Kepatenan jalan
untuk pemeriksaan AGD
nafas
dan pemakaian alat bantu
 Saturasi oksigen
nafas

Keterangan
5. Berikan oksigenasi sesuai
1. Deviasi berat dari kisaran
kebutuhan.
normal
2. Deviasi yang cukup berat
dari kisaran normal
3. Deviasi sedang dari
kisaran normal
4. Deviasi ringan kisaran
normal
5. Tidak ada deviasi dari
kisaran normal
3 Ketidakseimbang Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
an nutrisi kurang keperawatan selama 1 x 24, 1. Kaji adanya alergi
dari kebutuhan diharapkan klien dapat makanan
tubuh terpenuhi kebutuhan
berhubungan nutrisinya. 2. Kolaborasi dengan ahli
dengan Faktor Kriteria hasil : gizi untuk menentukan
Biologis Nutritional Status jumlah kalori dan nutrisi
Indikator I E yang dibutuhkan pasien
R R
 Intake zat 3. Berikan makanan yang

gizi terpilih (sudah

(nutrien) dikonsultasikan dengan


ahli gizi)
 Intake
makanan
4. Ajarkan pasien
dan cairan
bagaimana membuat
 Energy
catatan makanan harian
 Masa tubuh
 Berat badan
5. Monitor jumlah nutrisi
 Ukuran dan kandungan kalori
kebutuhan
nutrisi 6. Berikan informasi
secara tentang kebutuhan nutrisi
biokimia 7. Kaji kemampuan pasien
Keterangan: untuk mendapatkan
1. Kuat nutrisi yang dibutuhkan
2. Berat
3. Sedang Monitor Nutrisi
4. Ringan 1. BB pasien dalam batas
5. Tidak ada normal

2. Monitor adanya
penurunan BB

3. Monitor tipe dan jumlah


aktivitas yang biasa
dilakukan

4. Monitor lingkungan
Selama makan

5. Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak selama
jam makan

6. Monitor mual dan


muntah

7. Monitor kadar albumin,


protein total, Hb dan
kadar Ht
4 Kerusakan Setelah dilakukan tindakan Perawatan Kulit :
integritas kulit keperawatan selama 1 x 24, Pengobatan Topikal
berhubungan diharapkan integritas kulit 1. Pakaikan pasien pakaian
dengan gangguan normal. yang longgar
sensasi Kriteria hasil :
Integritas Jaringan : Kulit 2. Pakaikan popok yang
& Membran Mukosa longgar dengan tepat
Indikator I E
R R 3. Berikan bedak kering

 Suhu kulit kedalam lipatan kulit


 Sensasi 4. Berikan antibiotic ; anti
 Elastisitas inflamasi topical untuk

 Hidrasi daerah yang terkena

 Tekstur dengan tepat

 Integritas
5. Berikan pembersih
kulit
topical pada daerah yang
Keterangan:
terkena dengan tepat
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
6. Periksa kulit setiap hari
3. Cukup terganggu
bagi pasien yang berisiko
4. Sedikit terganggu
mengalami kerusakan
5. Tidak terganggu
kulit

7. Dokumentasikan derajat
kerusakan kulit
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN MORBILI (CAMPAK)

A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS DATA
Nama : An. T
Tempat / Tanggal lahir : Medan / 08 februari 2010
Umur : 5 Th
Nama Ayah : Tn.B
Nama Ibu : Ny.A
Pekerjaan Ayah : Pengacara
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Medan
Agama : Khatolik
Suku / Bangsa : Batak / Indonesia
Pendidikan Ayah : Sarjana Hukum
Pendidikan Ibu : D3 – Komputer

2. KELUHAN UTAMA
Pada tanggal 20 Maret 2014 dilakukan pengkajian dengan keluhan utama
gatal dan timbul bintik-bintik merah (rash) pada bagian hamper seluruh
tubuh.

3. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN


a. Prenatal : ibu mengatakan pada waktu hamil mengalami
mual,muntah dan badan terasa lemas.
b. Intranatal : Ibu mengatakan pada saat melahirkan perdarahan
masih dalam batas normal.
c. Postnatal : Ibu mengatakan BB baru lahir 3,4 kg, TB: 50 cm,
LK: 35 cm, Lingkar Lengan Atas: 12 cm, Lingkar Dada: 31 cm.

4. RIWAYAT MASA LALU


a. Penyakit waktu kecil : Demam, flu, batuk
b. Riwayat MRS : Tidak pernah MRS sebelumnya
c. Obat - obatan yang pernah digunakan : Bodrexin, paracetamol
d. Tindakan Operasi : Tidak pernah operasi.
e. Alergi : Tidak ada alergi
f. Kecelakaan : Tidak mengalami kecelakaan
g. Imunisasi : Imunisasi Dasar Lengkap
5. RIWAYAT SOSIAL
a. Yang mengasuh : Kedua orang tua dan pengasuhnya
b. Hubungan dengan anggota keluarga : Baik, banyak keluarga yang
mengunjunginya saat dia sakit.
c. Hubungan dengan teman sebaya : Kurang bersosialisasi dengan
lingkungan sekitarnya.
d. Pembawaan secara umum : Anak sangat aktif
e. Lingkungan rumah : Daerah sekitar rumah bersih

6. KEBUTUHAN DASAR
a. Makanan yang disukai : Ayam goreng, mie goring, sup
ayam.
b. Alat makan yang dipakai : Menggunakan sendok dan piring
c. Pola makan : Pola makan belom teratur, sering
minta makan diluar jam makan.
d. Kebiasaan tidur : Selain tidur malam setiap hari
tidur siang tetapi belom teratur.
e. Mandi : 2 x sehari.
f. Eliminasi : Rutin, 1 x sehari

7. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


a. Diagnosa Medis : Morbili
b. Tindakan Operasi : Tidak ada tindakan operasi
c. Status Nutrisi : Nafsu makan anaka menurun,
hanya menghabiskan 4 sendok bubur setiap kali makan.
d. Status Cairan : Cairan Infus Ring as 10 tpm
e. Obat – obatan : Sanmol 10 ml 3x/hari/oral

8. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : Compos mentis
b. TB/BB : 80 cm/16 kg
c. Mata
- Simetris KA/KI
- Conjungtivitis
- Sekres : Dalam batas normal
- Purulen : Tidak terdapat purulen
- Strabismus: Tidak ada strabismus
- Joundic : Tidak ada joundic
- Gerakan bola mata : Tidak ada kelainan pada gerakan pada
bola mata.
d. Hidung
- Bentuk : Simetris
- Cuping Hidung : Tidak ada kelainan
e. Mulut , Gusi, dan Gigi
- Bentuk mulut : Tidak ada kelainan, mukusa bibir kering
- Saliva : Mulut terasa pahit
- Palatum : Tampak Kering
- Lidah : Tampak kering, kotor, merah bagian belakang
f. Telinga
- Bentuk : Simetris KA/KI
- Cairan : Masih dibatas normal
g. Tengkuk : Normal (tidak ada kelainan)
h. Dada : Normal (tidak ada kelainan)
i. Jantung : Dalam batas normal
j. Genetalia : Tidak ada kelainan pada genetalia
k. Ekstreamitas : Tidak ada kelainan
l. Kulit : banyak bintiki merah pada kulit (Rush)

9. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKERMBANGAN


a. Kemandirian dan Pergaulan : Anak bergantung pada orangtuanya
b. Motorik Halus : Menggambar dan memegang pensil
(Tidak ada kelainan)
c. Motorik Kasar : Mulai berlari, bermain, lompat-lompatan
(Tidak ada kelainan)

10. ANALISA DATA

HARI / TANGGAL DATA


Jum’at/21-03-2014 DS:
- Ibu pasien mengatakan anak rewel dengan
timbulnya bintik pada tubuhnya
DO:
- Banyak terdapat rush pada tubuh dan terasa
gatal
- Nadi = 80x/mnt , Suhu = 39oC , TD = 100/60
mmhg
Jum’at/21-03-2014 DS:
- Ibu pasien mengatakan nafsu makan berkurang
karena terasa pahit dan lidahnya kotor.
-
DO:
- BB anak 15 kg
- Posi makan 4 sendok makan (bubur)
- Nadi = 80x/mnt , Suhu = 39oC , TD = 100/60
mmhg
Jum’at/21-03-2014 DS:
- Ibu pasien mengatakan anaknya mengalami
peningkatan suhu tubuh
DO:
- Hipertermi
- Akral terasa hangat
- Nadi = 80x/mnt , Suhu = 39oC , TD = 100/60
mmhg

11. DIAGNOSA KEPARWATAN


a. Gangguan integritas kulit b.d adanya rush (erupsi kulit)
b. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia
c. Gangguan rasa nyaman : peningkatan suhu tubuh b.d proses
inflamasi/infeksi/virus.
12. INTERVENSI DAN RASIONAL

TANGGAL DIAGNOSA PERENCANAAN


TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Jumat, 20-03- Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan kuku 1. Untuk mencegah
2014 b.d adanya rush (erupsi keperawatan selama 2x24 anak tetap pendek, terjadinya luka pada saat
kulit) jam bintik – bintik merah menjelaskan pada anak menggaruk.
pada kulit akan hilang. anak untuk tidak
Dengan Kriteria Hasil: menggaruk rush,
1. Pasien tidak 2. Berikan obat anti 2. Agar tidak merasakan
merasakan gatal dan pruritus topical, dan gatal dan sakit pada kulit
nyaman dengan anestesi topical. pasien.
keadaannya. 3. Mandikan anak 3. Untuk mencegah infeksi.
2. Rush pada kulit dengan
berkurang. mengguankan sabun
yang tidak perih. 4. Agar tidak merasakan
4. Kolaborasi gatal dan sakit pada kulit.
pemberian
antihistamin
Jumat, 29-03- Gangguan kebutuhan nutrisi Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan banyak 1. Untuk mengkompensasi
2014 kurang dari kebutuhan b.d keperawatan selama 2x24 minum (sari buah- adanya peningkatan suhu
anoreksia jam pasien menununjukkan buahan, sirup yang tubuh dan merangsang
peningkatan nafsu makan. tidak memakai es). nafsu makan.
Dengan Kriteria Hasil: 2. Untuk memenuhi
1. BB meningkat. kebutuhan nutrisi melalui
2. Nafsu makan 2. Berikan susu porsi cairan bernutrisi.
meningkat (dapat sedikit tapi sering
menghabiskan 1 porsi (susu dibuat encer 3. Untuk memudahkan
untuk anak). dan tidak terlalu mencerna makanan dan
manis). meningkatkan asupan
3. Berikan makanan
lunak, misalnya makanan.
bubur yang memakai
kuah, dengan porsi
sedikit tetapi dengan
kuantitas yang
sering.
Jumat, 20-03- Gangguan rasa nyaman : Setelah dilakukan tindakan 1. Libatkan keluarga 1. Agar keluarga lebih
2014 peningkatan suhu tubuh b.d keperawatan selama 2x24 dalam perawatan kooperatif dalam terapi.
proses jam diharapkan suhu badan serta ajari cara
inflamasi/infeksi/virus. pasien berkurang, menurunkan suhu
Dengan Kriteria Hasil: tubuh. 2. Untuk membantu dalam
1. Suhu tubuh 36,5- 2. Berikan kompres penurunan suhu tubuh
37,5oC. hangat. pada pasien.
2. Nadi Normal 3. Suhu ruangan/jumlah
3. Badan tidak terasa 3. Pantau suhu selimut harus diubah
panas. lingkungan, batasi untuk mempertahankan
4. Akral normal. atau tambahkan suhu tubuh.
linen tempat tidur 4. Untuk mengetahui
sesuai indikasi. perubahan suhu dan
4. Monitor perubahan merencanakan intervensi
suhu tubuh. selanjutnya.
13. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

HARI/ DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI


TANGGA
L
Jum’at/20- Gangguan integritas kulit b.d adanya 1. Mempertahankan kuku anak tetap pendek, S : Pasien mengatakan rasa gatalnya
03-2014 rush (erupsi kulit) menjelaskan pada anak untuk tidak masih ada
menggaruk rush, O : Ditandai dengan jarangnya
2. Memberikan obat anti pruritus topical, dan pasien menggaruk kulit
anestesi topical. A : Masalah belum teratasi
3. Memandikan anak dengan mengguankan P : Lanjutkan intervensi
sabun yang tidak perih. 1. Mempertahankan kuku anak
4. Memberikan kolaborasi obat antihistamin tetap pendek, menjelaskan
pada anak untuk tidak
menggaruk rush,
2. Memberikan obat anti
pruritus topical, dan anestesi
topical.
3. Memandikan anak dengan
mengguankan sabun yang
tidak perih.
4. Memberikan kolaborasi obat
antihistamin

Jum’at/ Gangguan kebutuhan nutrisi kurang 1. Memberikan banyak minum (sari buah- S : Ibu pasien mengatakan anaknya
20-03- dari kebutuhan b.d anoreksia buahan, sirup yang tidak memakai es). masih merasakan pahit pada
2014 2. Memberikan susu porsi sedikit tapi sering mulutnya sewaktu makan
(susu dibuat encer dan tidak terlalu manis). O : Ditandai dengan kurang nafsu
3. Memberikan makanan lunak, misalnya bubur makan pada anak
yang memakai kuah, dengan porsi sedikit A : Masalah belum teratasi
tetapi dengan kuantitas yang sering. P : Lanjutkan Intervensi
1. Memberikan banyak minum
(sari buah-buahan, sirup
yang tidak memakai es).
2. Memberikan susu porsi
sedikit tapi sering (susu
dibuat encer dan tidak terlalu
manis).
3. Memberikan makanan lunak,
misalnya bubur yang
memakai kuah, dengan porsi
sedikit tetapi dengan
kuantitas yang sering.

Jum’at/20- Gangguan rasa nyaman : 1. Melibatkan keluarga dalam perawatan serta S : Ibu pasien mengatakan badannya
03-2014 peningkatan suhu tubuh b.d proses ajari cara menurunkan suhu tubuh. sudah tidak panas lagi
inflamasi/infeksi/virus. 2. Memberikan kompres hangat O : Ditandai dengan pengukuran
3. Memantau suhu lingkungan, batasi atau suhu tubuh normal 37oC
tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi. A : Masalah teratasi
4. Memoonitor perubahan suhu tubuh. P : Hentikan intervensi

Sabtu/21- Gangguan integritas kulit b.d adanya 1. Mempertahankan kuku anak tetap pendek, S : Ibu pasien mengatakan rasa
03-2014 rush (erupsi kulit) menjelaskan pada anak untuk tidak gatalnya berkurang
menggaruk rush, O : Ditandai dengan jarangnya anak
2. Memberikan obat anti pruritus topical, dan menggaruk kulit
anestesi topical. A : Masalah teratasi sebagian
3. Memandikan anak dengan mengguankan P : Lanjutkan intervensi
sabun yang tidak perih. 1. Memberikan obat anti
4. Memberikan kolaborasi obat antihistamin pruritus topical, dan anestesi
topical.
2. Memberikan kolaborasi obat
antihistamin
Sabtu/21- Gangguan kebutuhan nutrisi kurang 1. Memberikan banyak minum (sari buah- S : Ibu pasien mengatakan anaknya
03-2014 dari kebutuhan b.d anoreksia buahan, sirup yang tidak memakai es). sudah tidak merasakan pahit pada
2. Memberikan susu porsi sedikit tapi sering mulutnya sewaktu makan
(susu dibuat encer dan tidak terlalu manis). O : ditandai dengan meningkatnya
3. Memberikan makanan lunak, misalnya bubur nafsu makan pada anak dan lidah
yang memakai kuah, dengan porsi sedikit terlihat bersih
tetapi dengan kuantitas yang sering. A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
1. Memberikan banyak minum
(sari buah-buahan, sirup yang
tidak memakai es).
2. Memberikan susu porsi sedikit
tapi sering (susu dibuat encer
dan tidak terlalu manis).

Minggu/ Gangguan integritas kulit b.d adanya 1. Memberikan obat anti pruritus topical, dan S : Ibu pasien mengatakan rasa
21-03- rush (erupsi kulit) anestesi topical. gatalnya hilang
2014 2. Memberikan kolaborasi obat antihistamin O : Ditandai dengan pasien tenang
08.00 dan tidak menggaruk kulit
A : Masalah teratasi
P : hentikan intervensi
Minggu/ Gangguan kebutuhan nutrisi kurang 1. Memberikan banyak minum (sari buah- S : Ibu pasien mengatakan anaknya
21-03- dari kebutuhan b.d anoreksia buahan, sirup yang tidak memakai es). sudah tidak merasakan pahit pada
2014 2. Memberikan susu porsi sedikit tapi sering mulutnya sewaktu makan
(susu dibuat encer dan tidak terlalu manis). O : ditandai dengan meningkatnya
nafsu makan pada anak dan lidah
terlihat bersih
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall dan Moyet, 2010. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.
Edisi 13. EGC : Jakarta
Herdman, Heather T dan Kamitsuru, Shigemi, 2017. Diagnosis Keperawatan
Definisi dan Klasifikasi 2015 – 2017. Edisi 10. EGC : Jakarta
Hidayat A.A. 2009 Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika
McGee, P., 2013. Measles, mumps, and rubella. Diversity and Equality in Health
and Care, Volume 10, pp. 123-5
Riyadi S & Sukarmin. 2009 Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Sodikin. 2012. Prinsip Perawatan Demam Pada Anak. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Syaifuddin, 2011. Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan dan Kebidanan. Edisi 4.
EGC : Jakarta.
Wilkinson, Judith M. 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9. Jakarta :
EGC.
Wong, L., Donna. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong, Ed. 6, Vol.2.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai