Anda di halaman 1dari 41

RESUME ASKEP CAMPAK DAN KEJANG DEMAM

(Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas tamta kuliah Keperawatan anak)

Dosen Pengampu: Yuyun S, S.Kep., Ners., M.Kep

Disusun :

SULEHA

191FK01127

3B

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG

2021
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian

Morbili ialah penyakit infeksi virus yang akut dan menular yang pada
umumnya menyerang anak-anak, ditandai oleh tiga stadium prodromal, stadium
erupsi dan stadium konvalensi (Suriadi, 2010). Morbili adalah virus akut menular
yang disebabkan oleh virus morbili (paramiksovirus) yang terdapatpada sekret
nasofaring dan darah selama masa prodromal selama 24 jam setelah timbul bercak-
bercak (Pudiastuti, 2011). Morbili (campak) adalah infeksi virus akut, ditandai oleh
demam tinggi dan ruam makulopapel yang timbul secara berurutan mulai dari
leher, wajah, badan, anggota atas dan bawah (Widagdo, 2012).

Berdasarkan dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa morbili adalah


penyakit infeksi oleh virus yang akut dan menular yang pada umumnya menyerang
anak-anak, ditandai oleh tiga stadium yaitu stadium prodromal, stadium erupsi dan
stadium konvalensi, dengan gejala-gejala berupa bercak koplik pada mukosa dan
faring, ruam ditandai dengan suhu tubuh meningkat, konjungtivitas, sampai dengan
ruam menghitam dan mengelupas.
2. Etiologi
Penyakit Campak (morbili) disebabkan oleh infeksi virus yang sangat
menular, yaitu paramiksovirus. Virus morbili yang berasal dari sekret saluran
pernafasan, darah dan urine dari orang yang terinfeksi. Penyebaran infeksi melalui
kontak langsung dengan droplet dari orang yang terinfeksi. Masa inkubasi selama
10-20 hari, dimana periode yang sangat menular adalah dari hari pertama hingga
hari ke 4 setelah timbulnya rash (pada umumnya pada stadium kataral) (Pudiastuti
2011 dan Suriadi 2010).
3. Manifestasi Klinis
Masa tunas/inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih 10-20 hari dan
kemudian timbul gejala – gejala yang dibagi dalam 3 stadium, yaitu:
a. Stadium prodromal (Catarrhal) Stadium ini berlangsung selama 4-5 hari
ditandai oleh demam, malaise, batuk, konjungtivitis, koriza, terdapat bercak
koplik berwarna putih kelabu sebesar ujung jarum dikelilingi oleh eritema,
terletak di mukosa bukalis berhadapan dengan molor bawah, timbul dua hari
sebelum munculnya rash.
b. Stadium erupsi Koriza dan batuk – batuk bertambah, terjadi eritema yang
berbentuk makula papula disertai meningkatnya suhu badan. Mula mula
eritema muncul dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang
rambut dan bagian belakang bawah. Kadang – kadang terdapat perdarahan
ringan di bawah kulit, pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula
dan di daerah belakang leher.
c. Stadium konvalensi Erupsi berkurang dan meninggalkan bekas yang berwarna
lebih (hiperpigmentasi) yang akan menghilang dengan sendirinya. Selanjutnya
diikuti gejala anorexia, malise, limfadenopati.
4. Patofisiologi
Lesi esensial campak terdapat di kulit, membran mukosa nasofaring,
bronkus dan saluran cerna dan pada konjungtiva yang tersebar oleh virus morbili
melalui udara. Proliferasi sel mononuklear dan beberapa sel polimorfonuklear
terjadi sekitar kapiler. Terjadi reaksi inflamasi berupa peningkatan suhu tubuh dan
metabolisme tubuh sehingga terjadi resiko defisit volume cairan. Virus morbili
menyebar ke berbagai organ melalui hematogen. Reaksi radang menyeluruh
berupa bercak koplik berwarna kelabu dikelilingi eritema pada mukosa bukal dan
faring. Pada saat reaksi radang pada saluran cerna maka hygiene harus sangat
dijaga agar tidak menyebabkan diare pada anak. Reaksi inflamasi akan meluas ke
dalam jaringan limfoid dan membrana mukosa trakeobronkial ditandai dengan
pilek, batuk serta peningkatan frekuensi nafas. Hal tersebut dapat menjadi
komplikasi berupa bronkopneumonia oleh infeksi bakteri sekunder.
Virus Morbili
5. Pathway

Droplet infection

Eksudat yang serius, proliferasi sel


mononukleus, polimorfonukleus

Reaksi inflamasi: demam, suhu naik,


metabolisme naik, RR naik, IWL naik

Gangguan rasa
nyaman: peningkatan
suhu tubuh
Penyebaran ke berbagai Resiko kurang
organmelalui volume cairan
hematogen

Saluran nafas:
Konjutiva Radang
Saluran cerna Inflamasi Kulit menonjol
saluran nafas
sekitar sebasea
atas: bercak
Terdapat bercak dan folikel rambut
koplik pada Konjungtivitis
koplik berwarna mukosa bukalis
kelabu dikelilingi meluas ke jari
eritema pada Eritema Gangguan
trakeobronkial
mukosa bukalis, membentuk Persepsi sensori:
berhadapan macula papula di visual
Batuk, Pilek,
padamolar, kulit normal
RR
platum durum
Bronkopneumonia Integritas
Mulut pahit,
anoreksia kulit
Gangguan pola
Gangguan nafas, Ketidak
kebutuhan efektifan istiraha
nutrisi: kurang bersihan jalan ttidur
dari kebutuhan nafas
tubuh

Hygiene tidak
dijaga dan Absorsi turun Diare Defisit volume cairan
imunitas kurang
akan meluas
Gangguan Integritas
padasaluran BAB terus menerus
cerna bagian kulit
bawah (usus)

Ranuh (2013)
6. Komplikasi
Menurut IDAI (2010), komplikasi yang bisa terjadi pada anak dengan morbili
adalah, sebagai berikut:
a. Laringitis akut Timbul karena adanya edema hebat pada mukosa saluran
nafas, yang bertambah parah pada saat demam mencapai puncaknya. Ditandai
dengan distres pernafasan, sesak, sianosis dan stridor. Ketika demam turun
keadaan akan membaik dan gejala akan menghilang.
b. Bronkopneumonia Dapat disebabkan oleh virus campak maupun akibat invasi
bakteri. Ditandai dengan batuk, meningkatnya frekuensi nafas dan adanya
ronki basah halus. Pada saat suhu turun, apabila disebabkan oleh virus, gejala
pneumonia akan menghilang, kecuali batuk yang masih dapat berlanjut
sampai beberapa hari lagi.
c. Ensefalitis Biasanya terjadi pada hari ke 4-7 setelah timbulnya ruam. Kejadian
ensefalitis sekitar 1 dalam 1.000 kasus campak, dengan mortalitas antara 30-
40%. Terjadinya ensefalitis dapat melalui mekanisme imunologik maupun
melalui invasi langsung virus campak ke dalam otak.
d. Otitis media Invasi virus ke dalam telinga tengah umumnya terjadi pada
campak. Gendang telinga biasanya hiperemis pada fase prodromal dan
stadium erupsi. Jika terjadi invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang
rusak karena invasi virus akan terjadi otitis media purulenta.
e. Enteritis Beberapa anak yang menderita campak mengalami muntah dan
mencret pada fase prodromal. Keadaan ini akibat invasi virus ke dalam sel
mukosa usus.
f. Konjungtivitis Pada hampir semua kasus campak terjadi konjungtivitis, yang
ditandai dengan adanya mata merah, pembengkakan kelopak mata, lakrimasi
dan fotopobia. Kadang-kadang terjadi infeksi sekunder oleh bakteri. Virus
campak atau antigennya dapat dideteksi pada lesi konjungtiva pada hari-hari
pertama sakit.
7. Pencegahan
Menurut Rampengan (2008), morbili dapat dicegah dengan pemberian
imunisasi, yang meliputi:
a. Imunisasi aktif
Vaksin yang diberikan ialah “Live Attenuated Measles Vaccine”. Mula-mula
diberikan strain Edmonson B, tetapi strain ini dapat menimbulkan panas tinggi
dan eksantema pada hari ke-7 sampai ke-10 pascavaksinasi sehingga strain
vaksin ini sering diberikan bersama-sama dengan gamma globulin di lengan
lain. Sekarang digunakan strain Schwarz dan Moraten dan tidak diberikan
bersama gamma globulin.
Vaksin ini diberikan secara subkutan dan dapat menimbulkan kekebalanyang
berlangsung lama. Di Indonesia, digunakan vaksin buatan perum Biofarma
yang terdiri dari virus morbili hidup yang sudah dilarutkan mengandung virus
morbili tidak kurang dari 1000 TCID50 dan Neomisin B sulfat tidak lebih dari
50 mikrogram. Vaksin ini diberikan secara subkutan sebanyak 0,5 ml pada
umur 9 bulan. Pada anak di bawah umur 9 bulan umumnya tidak dapat
memberikan kekebalan yang baik, karena gangguan dari antibodi yang dibawa
sejak lahir. Pemberian vaksin ini akan menyebabkan alergi terhadap
tuberculin selama 2 bulan setelah vaksinasi. Bila anak telah mendapat
immunoglobulin atau transfusi darah sebelumnya, vaksin ini harus
ditangguhkan sekurangkurangnya 3 bulan.
Program pemerintah Indonesia menganjurkan pemberian vaksin campak
sebanyak 1 dosis pada usia 9 bulan, tetapi beberapa ahli berpendapat bahwa
pemberian vaksin campak dosis ke-2 pada usia 15 bulan (bisa diberikan
Measles Mumps Rubella (MMR)) akan memberikan cakupan imunitas lebih
dari 90%. Beberapa negara Eropa menganjurkan pemberian vaksin campak
2 dosis dengan dasar pemikiran dosis ke-2 untuk memberikan proteksi bagi
mereka yang tidak mengalami serokonversi pada imunisasi pertama.Vaksinasi
campak tidak boleh dilakukan bila:
1) Menderita infeksi saluran nafas akut atau infeksi akut lainnya yang disertai
dengan demam lebih dari 38˚C
2) Riwayar kejang demam
3) Defisiensi imunologik
4) Sedang mendapat pengobatan kortikosteroid dan imunosupresif
Adapun efek samping dari pemberian imunisasi adalah, sebagai berikut:
1) Hiperpireksia (5-15%)
2) Gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas (10-20%)
3) Kejang demam (0,2%)
4) Ensefalitis (1 di antara 1,16 juta anak)
5) Demam (13,95)
b. Imunisasi Pasif
1) Globulin imun Antibodi kekebalan yang diperoleh hanya bersifat
sementara. Biasanya antibodi tersebut diberikan pada bayi usia kurang
dari 1 tahun yang terpapar campak, wanita hamil dan anak dengan
immunocompromise.
2) Globulin imun intravena
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Serologi
Pada kasus atopic, dapat dilakukan pemeriksaan serologi untuk
memastikannya. Tehnik pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah fiksasi
complement, inhibisi hemaglutinasi, metode antibody fluoresensi tidak
langsung.
b. Patologi anatomi
Pada organ limfoid dijjumpai : hyperplasia folikuler yang nyata, senterum
germinativum yang besar, sel Warthin-Finkeldey ( sel datia berinti banyak
yang tersebar secara acak, sel ini memiliki nucleus eosinofilik dan jisim
inklusi dalam sitoplasma, sel ini merupakan tanda patognomonik sampak ).
Pada bercak koplik dijumpai : nekrosis, neutrofil, neovaskularisasi.
c. Darah tepi
Jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi
bakteri.
d. Pemeriksaan antibody IgM anti campak.
e. Pemeriksaan untuk komplikasi
Ensefalopati / ensefalitis (dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal, kadar
elektrolit darah dan analisis gas darah), enteritis ( feces lengkap),
bronkopneumonia (dilakukan pemeriksaan foto dada dan analisis gas darah).
9. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Kecuali tindakan pendukung umum, tidak ada terapi terbaru bagi pasien
yang tidak mengalami komplikasi. Walaupun ribavirin menghambat replikasi
virus campak invitro, tidak terlihat hasil yang nyata pada pemberian invivo.
Penggunaan antipiretik yang bijaksana untuk demam tinggi dan obat penekan
batuk mungkin bermanfaat secara simptomatik.Pemberian pengobatan yang
lebih spesifik seperti pemberian anti mikroba yang tepat harus digunakan
untuk mengobati komplikasi infeksi bakteri sekunder.
Oleh karena campak jelas menurunkan cadangan vitamin A, yang
menimbulkan tingginya insiden xeroftalmia dan ulkus kornea pada anak yang
kurang gizi, WHO menganjurkan supplement vitamin A dosis tinggi di semua
daerah dengan defisiensi vitamin A. supplement vitamin A juga telah
memperlihatkan penurunan frekuensi dan keparahan pneumonia dan
laringotrakeobronkitis akibat kerusakan virus campak pada epitel traktus
respiraturius bersilia. Pada bayi usia di bawah 1 tahun diberi vitamin A
sebanyak 100.000 IU dan untuk pasien lebih tua diberikan 200.000 IU.Dosis
ini diberikan segera setelah diketahui terserang campak. Dosis kedua
diberikan hari berikutnya, bila terlihat tanda kekurangan vitamin A dimata dan
diulangi 1 sampai 4 minggu kemudian.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Penyakit campak merupakan penyakit yang mudah sekali menular. Selain itu
sering menyebabkan kematian jika mengenai anak yang keadaan gizinya
buruk sehingga mudah sekali mendapatkan komplikasi terutama
bronkopneumonia. Pasien campak dengan bronkopnumonia perlu dirawat di
rumah sakit karena memerlukan perawatan yang yang memadai ( kadang perlu
infuse atau oksigen ). Masalah yang perlu diperhatikan ialah kebutuhannutrisi,
gangguan suhu tubuh, gangguan rasa aman nyaman, risiko terjadinya
komplikasi.
1) Kebutuhan Nutrisi
Campak menyebabkan anak menderita malaise dan anoreksia. Anak
sering mengeluh mulut pahit sehingga tidak mau makan atau minum.
Demam yang tinggi menyebabkan pengeluaran cairan lebih banyak.
Keadaan ini jika tidak diperhatikan agar anak mau makan ataupun minim
akan menambah kelemahan tubuhnya dan memudahkan timbulnya
komplikasi.
2) Gangguan Suhu Tubuh
Campak selalu didahului demam tinggi. Demam yang disebabkan infeksi
virus ini pada akhirnya akan turun dengan sendirinya setelah campaknya
keluar banyak, kecuali bila terjadi komplikasi demam akan tetap
berlangsung lebih lama. Untuk menurunkan suhu tubuh biasanya
diberikan antipiretik dan jika tinggi sekali diberiakan sedative untuk
mencegah terjadinya kejang.
3) Gangguan Rasa Aman Nyaman
Gangguan ini dirasakan anak karena adanya demam, tak enak badan,
pusing, mulut terasa pahit dan kadang muntah-muntah. Biasanya anak
juga tidak tahan meluhat sinar karena silau, batuk bertambah banyak dan
akan berlangsung lebih lama dari campaknya sendiri. Anak kecil akan
sangat rewel, pada waktu malam anak sering minta digendong saja. Jika
eksantem telah keluar anak akan merasa gatal, hal ini juga menambah
gangguan aman dan kenyamanan anak. Untuk mengurangi rasa gatal
tubuh anak dibedaki dengan bedak salisil 1% atau lainnya ( atas resep
dokter ). Selama masih demam tinggi jangan dimandikan tetapi sering-
sering dibedaki saja.
4) Resiko Terjadinya Komplikasi
Campak sering menyebabkan daya tahan tubuh sangat menurun. Hal ini
dapat dibuktikan dengan uji tuberculin yang semula positif berubah
menjadi negative. Ini menunjukkan bahwa antigen antibody pasien sangat
kurang kemampuannya untuk bereaksi terhadap infeksi. Oleh karena itu
resiko terjadinya komplikasi lebih besar terutama jika keadaan
umum anak kurang baik, seperti pada pasien dengan malnutrisi atau
dengan penyakit kronik lainya.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan
yang mempunyai 2 kegiatan pokok yaitu :
a. Pengumpulan Data
1) Anamnesa
a) Identitas penderita
Meliputi nama anak, umur : rentan pada anak berumur 1-14 th dengan
status gizi yang kurang dan sering mengalami penyakit infeksi, jenis
kelamin (L dan P pervalensinya sama), suku bangsa, no register,
tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis.
b) Keluhan utama
Anak masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan adanya eritema
dibelakang telinga, di bagaian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut
dan bagian belakang bawah, badan panas, enantema ( titik merah )
dipalatum durum dan palatum mole.
c) Riwayat kesehatan sekarang
Pada anak yang terinfeksi virus campak biasanya ditanyakan pada
orang tua atau anak tentang kapan timbulnya panas, batuk,
konjungtivitis, koriza, bercak koplik dan enantema serta upaya yang
telah dilakukan untuk mengatasinya.
d) Riwayat kesehatan dahulu
Anak belum pernah mendapatkan vaksinasi campak dan pernah
kontak dengan pasien campak.
e) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anak belum mendapatkan vaksinasi campak.
f) Riwayat imunisasi
Imunisasi apa saja yang sudah didapatkan misalnya BCG, POLIO I,II,
III; DPT I, II, III; dan campak.
g) Riwayat nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori
untuk umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat
badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n.
Status Gizi
Klasifikasinya sebagai berikut :
- Gizi buruk kurang dari 60%
- Gizi kurang 60 % <80%
- Gizi baik 80%-110%
- Obestitas lebih dari 120%
h) Riwayat Tumbuh Kembang Anak
- Tahap Pertumbuhan
Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram
mengikuti patokan umur 1-6 tahun yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8.
Tapi ada rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg, pada usia 4
tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra
sekolah rata – rata pertambahan berat badan 2,3
kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan tinggi badan dalam senti
meter menggunakan patokan umur 2- 12 tahun yaitu umur ( tahun
) x 6 + 77.Tapi ada rata-rata TB pada usia pra sekolah yaitu3 tahun
95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm. Rata-rata pertambahan
TB pada usia ini yaitu 6 – 7,5 cm/tahun.Pada anak usia 4-5 tahun
fisik cenderung bertambah tinggi.
- Tahap Perkembangan
 Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa
bersalah.Anak punya insiatif mencari pengalaman baru dan
jika anak dimarahi atau diomeli maka anak merasa bersalah
dan menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan
yang menantang ketrampilan motorik dan bahasanya.
 Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada
fase oedipal/ falik ( 3-5 tahun ).Biasanya senang bermain
dengan anak berjenis kelamin berbeda.Oedipus komplek (laki-
laki lebih dekat dengan ibunya ) dan Elektra komplek (
perempuan lebih dekat ke ayahnya ).
 Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap
preoperasional yaitu fase preconseptual ( 2- 4 tahun ) dan fase
pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada tahap ini kanan- kiri
belum sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu
belum benar dan magical thinking.
 Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu
mulai melakukan kebiasaan prososial : sharing, menolong,
melindungi, memberi sesuatu, mencari teman dan mulai bisa
menjelaskan peraturanperaturan yang dianut oleh keluarga.
 Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan
keagamaan dari ortu atau guru dan belajar yang benar – salah
untuk menghindari hukuman.
 Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik,
jelek,pendek-tinggi,baik-nakal, bermain sesuai peran jenis
kelamin, membandingkan ukuran tubuhnya dengan
kelompoknya.
 Perkembangan sosial yaitu berada pada fase “ Individuation –
Separation “. Dimana sudah bisa mengatasi kecemasannya
terutama pada orang yang tak di kenal dan sudah bisa
mentoleransi perpisahan dari orang tua walaupun dengan
sedikit atau tidak protes.
 Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih
dari 2100 kata pada akhir umur 5 tahun. Mulai bisa merangkai
3- 4 kata menjadi kalimat. Sudah bisa menamai objek yang
familiar seperti binatang, bagian tubuh, dan nama-nama
temannya. Dapat menerima atau memberikan perintah
sederhana.
 Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan
permintaannya, lebih banyak bergaul, mulai menerima bahwa
orang lain mempunyai pemikiran juga, dan mulai menyadari
bahwa dia mempunyai lingkungan luar.
 Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain
yang mempunyai permainan yang mirip.Berkaitan dengan
pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik halus yaitu
melompat, berlari, memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga.
2) Pemeriksaan Fisik
a) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan,
dan tanda-tanda vital.
b) Kepala dan leher
- Inspeksi :
Kaji bentuk kepala, keadan rambut, kulit kepala, konjungtivitis,
fotofobia, adakah eritema dibelakang telinga, di bagian atas lateral
tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.
- Palpasi :
Adakah pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibuladan
didaerah leher belakang,
c) Mulut
Inspeksi : Adakah bercak koplik di mukosa bukalis berhadapan
dengan molar bawah, enantema di palatum durum dan palatum mole,
perdarahan pada mulut dan traktus digestivus.
d) Toraks
- Inspeksi : Bentuk dada anak, Adakah batuk, secret padanasofaring,
perdarahan pada hidung. Pada penyakitcampak, gambaran
penyakit secara klinis menyerupai influenza.
- Auskultasi : Ronchi / bunyi tambahan pernapasan.
e) Abdomen
- Inspeksi : Bentuk dari perut anak. Ruam pada kulit.
- Auskultasi
Bising usus.
- Perkusi
Perkusi abdomen hanya dilakukan bila terdapat tanda abnormal,
misalnya masa atau pembengkakan.
f) Kulit
- Inspeksi : Eritema pada kulit, hiperpigmentasi, kulit bersisik.
- Palpasi : Turgor kulit menurun
b. Analisa Data
Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokkan dan dilakukan analisa
serta sintesa data. Dalam mengelompokkan data dibedakan atas data subyektif
objektif. Data yang telah dikelompokkan tadi dianalisa sehingga dapat diambil
kesimpulan tentang masalah keperawatan dan kemungkinan penyebab.
2. Diagnosa
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien campak (Nanda 2005-
2006) adalah sebagai berikut :
a. Gangguan termoregulasi b/d penyakit yang dialami.
b. Ketidak efektifan jalan napas : ketidak mampuan mengeluarkan secret b/d
penumpukan secret pada nasofaring.
c. Kerusakan integritas kulit b/d infeksi virus morbili.
d. Kekurangan volume cairan tubuh b/d demam, diare, muntah.
e. Gangguan rasa aman dan nyaman b/d rasa gatal.
f. Resiko terjadinya komplikasi : bronkopneumonia b/d keadaan umum anak
kurang baik.
3. Intervensi (Nic-Noc 2006)
a. Diagnosa 1 : Gangguan termoregulasi b/d penyakit yang dialami.
Tujuan : : pemeliharaan ( mempertahankan ) suhu tubuh dalam rentang yang
normal.
Dengan criteria hasil :
1) Suhu tubuh anak dalam rentang yang normal.
2) Anak bebas dari demam.
Intervensi
No. Intervensi Rasional
1. Monitor perubahan suhu tubuh, Sebagai pengawasan terhadap
denyut nadi. adanya perubahan keadaan umum
pasien sehingga dapat diakukan
penanganan dan perawatan secara
cepat dan tepat.
2. Lakukan tindakan yang dapat Upaya – upaya tersebut dapat
menurunkan suhu tubuh sperti membantu menurunkan suhu
lakukan kompres, berikan tubuh pasien serta meningkatkan
pakaian tipis dalam kenyamanan pasien.
memudahkan proses penguapan
3. Libatkan keluarga dalam Meningkatkan rasa nyaman anak.
perawatan serta ajari cara
menurunkan suhu dan
mengevaluasi perubahan suhu
tubuh.
4. Kaji sejauh mana pengetahuan Mengetahui kebutuhan infomasi
keluarga dan anak tentang dari pasien dan keluargamengenai
hypertermia perawatan pasien
dengan hypertemia.
5. Kolaborasi dengan dokter Antipiretik
dengan memberikan antipiretik menurunkan/mempertahankan
dan antibiotic sesuai dengan suhu tubuh anak.
ketentuan

b. Diagnosa II :Ketidak efektifan jalan napas : ketidak mampuan mengeluarkan


secret b/d penumpukan secret pada nasofaring.
Tujuan : bersihan jalan napas efektif
Dengan criteria hasil :
1) Tidak mengalami aspirasi
2) Menunjukkan batuk yang efektif dan peningkatan pertukaran udara
dalam paru.
Intervensi
No. Intervensi Rasional
1. Kaji fungsi pernapasan, Ronci, mengi menunjukkan
contoh bunyi napas, akumulasi secret/ ketidakmampuan
kecepatan, irama dan untuk membersihkan jalan napas
kedalaman dan penggunaan yang dapat menimbulkan
otot aksesori. penggunaan otot aksesori
pernapasan dan peningkatan kerja
pernapasan
2. Catat kemampuan untuk Pengeluaran secret sulit bila secret
batuk efektif sangat tebal ( mis. Efek infeksi dan
atau tidak adekuat hidrasi ).
3. Berikan posisi semi fowler Posisi membantu memaksimalkan
tinggi. Bantu klien untuk ekspansi paru dan menurunkanupaya
batuk dan latihan napas pernapasan.
dalam
4. Bersihkan secret dari mulut Mencegah obstruksi atau aspirasi.
dan trakea ; pengisapan Pengisapan dilakukan bila klien
sesuai keperluan. tidak mampu mengeluarkan secret.
5. Pertahankan masukan cairan Pemasukan tinggi cairan membantu
untk mengencerkan secret.
6. Berikan lingkungan yang Meningkatkan kenyamanan untuk
aman anak

c. Kerusakan integritas kulit b/d infeksi virus morbili.


Tujuan : keutuhan structural dan fungsi fisiologis dari kulit dan membrane
mukosa. Dengan criteria hasil :
1) Terbebas dari adanya lesi jaringan.
2) Suhu, elastisitas, hidrasi dan warna jaringan dalam rentang yang
diharapkan.
Intervensi
No. Intervensi Rasional
1. Pantau kulit dari adanya: Mengetahui perkembangan penyakit
ruam dan lecet, warna dan dan mencegah terjadinya komplikasi
suhu, kelembaban dan melalui deteksi dini pada kulit.
kekeringan yang berlebih,
area kemerahan dan rusak.
2. Mandikan dengan air hangat Mempertahankan kebeersihan tanpa
dan sabun ringan mengiritasi kulit.
3. Dorong klien untuk Membantu mencegah friksi / trauma
menghindari menggaruk kulit
dan menepuk kulit
4. Balikkan atau ubah posisi Meningkatkan sirkulasi dan
dengan sering mencegah tekanan pada kulit /
jaringan yang tidak perlu
5. Ajarkan anggota keluarga / Mengetahui terjadinya infeksi /
memberi asuhan tentang komplikasi lebih cepat.
tanda kerusakan kulit, jika
diperlukan.
6. Konsultasi pada ahli gizi Perbaikan nutrisi klien agar terhindar
tentang makanan tinggi dari infeksi karena kulit dapat
protein, mineral, kalori dan menjadi barier utama yang dapat
vitamin. memperberat kondisi anak

d. Kekurangan volume cairan tubuh b/d demam, diare, muntah.


Tujuan : intike cairan seimbang, keseimbangan volume cairan dalam tubuh.
Dengan criteria hasil :
1) Memperlihatkan tidak adanya tanda dan gejala kekurangan volume
cairan.
Intervensi
No. Intervensi Rasional
1. Pantau berat badan, suhu, Mengontrol keseimbangan output.
kelembaban pada rongga
oral, volume konsentrasi
urin.
2. Ukur berat jenis urine Menunjukkan status hidrasi dan
perubahan pada fungsi ginjal, yang
mewaspadakan terjadinya gagal
ginjal akut pada respon terhadap
hipovolemia
3. Observasi kulit/membrane Hipovolemia, perpindahan cairan
mukosa untuk kekeringan, dan kekurangan nutrisi
turgor. memperburuk turgor kulit
4. Hilangkan tanda bau dari Menurunkan rangsangan pada gaster
lingkungan dan respon muntah
5. Ubah posisi dengan sering, Adanya gangguan sirkulasi
berikan perawatan kulit cenderung merusak kulit.
dengan sering dan
pertahankan tempat tidur
kering dan bebas lipatan.
6. Berikan : a. Bentuk-bentuk Menarik minat anak agar mau
cairan yang menarik ( sari minum banyak
buah, sirup tanpa es, susu )

e. Gangguan rasa aman dan nyaman b/d rasa gatal.


Tujuan : anak merasa nyaman
Dengan criteria hasil :
1) Anak dapat beristirahat dengan nyaman.
2) Rewel berkurang.
Intervensi :
No. Intervensi Rasional
1. Tubuh anak dibedaki Mengurangi rasa gatal.
dengan bedak salisil 1%
atau lainya ( atas resep
dokter )
2. Tidurkan anak ditempat Mencegah silau dan menambah
yang agak jauh dari lampu ( kenyamanan anak.
jangan tepat dibawah lampu
)

f. Resiko terjadinya komplikasi : bronkopneumonia b/d keadaan umum anak


kurang baik.
Tujuan : mengurangi dan mencegah terjadinya komplikasi, mempercepat
penyembuhan.
Dengan criteria hasil :
1) Anak bisa sembuh tanpa keluhan tambahan
2) Penyakit anak tidak bertambah parah.
Intervensi
No. Intervensi Rasional
1. Cuci tangan sebelum dan Mengurangi risiko kontaminasi
sesudah kontak perawatan silang.
dilakukan. Intruksikan klien
/ orang terdekat untik
memcuci tangan sesuai
indikasi
2. Berikan lingkungan yang Mengurangi pathogen pada system
bersih dan berventilasi baik. imun dan mengurangi kemungkinan
pasien mengalami infeksi
nosokomial.
3. Diskusikan tingkat dan Meningkatkan kerja sama dengan
rasional isolasi pencegahan cara hidup dan mengurangi rasa
dan mempertahankan terisolasi.
kesehatan pribadi
4. Pantau tanda-tanda vital Memberikan informasi data-data
dasar, awian atau peningkatan suhu
secara berulang-ulang dari demam
yang terjadi untuk menunjukkan
bahwa tubuh bereaksi pada proses
infeksi.
5. Kaji frekuensi /kedalaman Kongesti / distress pernapasan dapat
pernapasan, perhatikan mengindikasikan perkembangan
batuk spasmodic kering PCP, penyakit yang umum
pada inspirasi dalam, terjadi.meskipun demikian, TB paru
perubahan karakteristik mengalami peningkatan dan infeksi
sputum dan adanya mengi jamur lainnya, viral, dan bakteri yang
atau ronchi. Lakukan isolasi dapat terjadi yang membahayakan
pernapasan bila etiologi system pernapasan.
batuk produktif tidak
diketahui.
6. Ubah sikap baring beberapa Mencegah penyebaran infeksi
kali sehari dan berikanbantal bertambah parah dan mencegah
utnuk meninggikan terjadinya dekubitus.
Kepala
7. Dudukkan anak pada waktu Mencegah aspirasi
Minum
8. Berikan obat yang tepat Mencegah penyakit bertambah parah
9. Bawa berobat kembali jika Untuk menentukan tindakan
anak terlihat selalu tidur, pengobatan selanjutnya.
tidak mau makan minum,
semakin lemah, suhu tetap
tinggi, kesadaran menurun.

4. Implementasi
Implementasi keperawatan pada pasien campak sesuai dengan
intervensi yangtelah disusun.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian akhir dari proses keperawatan. Evaluasi
dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan tindakan yang telah
dilakukan. Disamping itu evaluasi dapat dijadikan sebagai bahan
pengkajian untuk proses berikutnya. Perawat mempunyai tiga alternative
dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai :
a. Berhasil Prilaku anak sesuai pernyataan tujuan dalam waktu atau
tanggal yang ditetapkan di tujuan.
b. Tercapai sebagian Anak menunjukkan prilaku tetapi tidak sebaik yang
ditentukan dalam pernyataan tujuan.
c. Belum tercapai Pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan perilaku
yangdiharapkan sesuai dengan pernyataan tujuan.
1) Definisi
Kejang merupaka suatu perubaha fugsi pada otak secara medadak da sangat
singat atau sementara yang dapat disebabkan oleh aktifitas yang abnormal serta adanya
pelepasan listrik serebal yang sangat berlebihan. Kejang demam adalah bangkitan
kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38 ˚C ) yang
disebabkan oleh proses ekstrakranium (barara & jaumar 2013 ).
Menurut wulandari & erawati (2016) kejang demam merupakan kelainan
neurologis yang sering ditemukan pada anak, terutama pada golongananak umur 6
bulan sampai 4 tahun.

2) Anatomi dan Fisiologi

Seperti yang dikemukakan Syaifuddin (1997), bahwa system saraf terdiri dari
system saraf pusat (sentral nervous system) yang terdiridari cerebellum, medulla
oblongata dan pons (batang otak) sertamedulla spinalis (sumsum tulang belakang),
system saraf tepi (peripheral nervous system) yang terdiri dari nervus cranialis (saraf-
saraf kepala) dan semua cabang dari medulla spinalis, system saraf gaib(autonomic
nervous system) yang terdiri dari sympatis (sistem saraf simpatis) dan
parasymphatis(sistem saraf parasimpatis).
Otak berada di dalam rongga tengkorak (cavum cranium) dan dibungkus oleh
selaput otak yang disebut meningen yang berfungsi untuk melindungi struktur saraf
terutama terhadap resikobenturan atau guncangan. Meningen terdiri dari 3 lapisan yaitu
duramater, arachnoid dan piamater. Sistem saraf pusat (Central Nervous System) terdiri
dari :
1) Cerebrum (otak besar)
Merupakan bagian terbesar yang mengisi daerah anterior dan superior rongga
tengkorak di mana cerebrum ini mengisi cavum cranialis anterior dan cavum
cranial.
Cerebrum terdiri dari dua lapisan yaitu : Corteks cerebri dan medulla cerebri.
Fungsi dari cerebrum ialah pusat motorik, pusat bicara, pusat sensorik, pusat
pendengaran / auditorik, pusat penglihatan / visual, pusat pengecap dan
pembau serta pusat pemikiran.
Sebagian kecil substansia gressia masuk ke dalam daerah substansia alba
sehingga tidak berada di corteks cerebri lagi tepi sudah berada di dalam daerah
medulla cerebri. Pada setiap hemisfer cerebri inilah yang disebut sebagai
ganglia basalis termasuk termasuk padaganglia basalis ini adalah :

a) Thalamus
Menerima semua impuls sensorik dari seluruh tubuh, kecuali impuls
pembau yang langsung sampai ke cerebri.
Fungsi thalamus terutama penting untuk integrasi semua impuls
sensorik.Thalamus juga merupakan pusat panas dan rasa nyeri.
b) Hypothalamus
Terletak di inferior thalamus, di dasar ventrikel III hypothalamus terdiri
dari beberapa nukleus yang masingmasing mempunyai kegiatan fisiologi
yang berbeda. Hypothalamus merupakan daerah penting untuk mengatur
fungsi alat demam seperti mengatur metabolisme, alat genital, tidur dan
bangun, suhu tubuh, rasa lapar dan haus, saraf otonom dan sebagainya. Bila
terjadi gangguan pada tubuh, maka akan terjadi perubahan-perubahan.
Seperti pada kasus kejang demam, hypothalamus berperan penting dalam
proses tersebut karena fungsinya yang mengatur keseimbangan suhu tubuh
terganggu akibat adanya proses-proses patologik ekstrakranium.
c) Formation Riticularis
Terletak di inferior dari hypothalamus sampai daerah batang otak (superior
dan pons varoli) ia berperan untuk mempengaruhi aktifitas cortex cerebri
di mana pada daerah formatio reticularis ini terjadi stimulasi / rangsangan
dan penekanan impuls yang akan dikirimke cortex cerebri.
2) Serebellum
Merupakan bagian terbesar yang mengisi daerah anterior dan superior rongga
tengkorak di mana cerebrum ini mengisi cavum cranialis anterior dan cavum
cranial.
Nervus cranialis ada 12 pasang :

1) N. I : Nervus Olfaktorius

2) N. II : Nervus Optikus

3) N. III : Nervus Okulamotorius

4) N. IV : Nervus Troklearis

5) N. V : Nervus Trigeminus
6) N. VI : Nervus Abducen

7) N. VII : Nervus Fasialis

8) N. VIII : Nervus Akustikus

9) N. IX : Nervus Glossofaringeus

10) N. X : Nervus Vagus

11) N. XI : Nervus Accesorius

12) N. XII : Nervus Hipoglosus.

Merupakan bagian terbesar yang mengisi daerah anterior dan superior rongga
tengkorak di mana cerebrum ini mengisi cavum cranialis anterior dan cavum
cranial.
1. Pusat saraf di medulla servikalis, torakalis, lumbal dan seterusnya.
2. Ganglion simpatis dan serabut-serabutnya yang disebut trunkus symphatis.
3. Pleksus pre vertebral : Post ganglionik yg dicabangkan dari ganglion
kolateral.
System saraf parasimpatis ada 2 bagian yaitu :

1. Pusat saraf di medulla servikalis, torakalis, lumbal dan seterusnya.


2. Ganglion simpatis dan serabut-serabutnya yang disebut trunkus symphatis.

3) Etiologi

1) Demam yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia,
gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih, kejang tidak selalu timbul pada suhu yang
tinggi.
2) Efek produk toksik daripada mikroorganisme.
3) Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.
4) Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.
5) Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan, yang tidak diketahui atau
enselofati toksik sepintas.(Mansjoer, Dkk,2000: 434).

4. Manifestasi klinis

Seperti yang dikemukakan Syaifuddin (1997), bahwa system saraf terdiri dari
system saraf pusat (sentral nervous system) yang terdiridari cerebellum, medulla
oblongata dan pons (batang otak) sertamedulla spinalis (sumsum tulang belakang),
system saraf tepi (peripheral nervous system) yang terdiri dari nervus cranialis (saraf-
saraf kepala) dan semua cabang dari medulla spinalis, system saraf gaib(autonomic
nervous system) yang terdiri dari sympatis (sistem saraf simpatis) dan
parasymphatis(sistem saraf parasimpatis).
Kejang demam terkait dengan kenaikan suhu tubuh yang tinggi dan biasanya
berkembang bila suhu tubuh mencapai 390 C atau lebih ditandai dengan adanya kejang
khas menyeluruh tionik kloni lama beberapa detik sampai 10 menit. Kejang demam
yang menetap ≥ 15 menit menunjukkan penyebab organic seperti proses infeksi atau
toksik, selain itu juga dapat terjadi mata terbalik keatas dengan disertai kekakuan dan
kelemahan serta gerakan sentakan berulang. (Behman, 2000: 843).
Tanda dan Gejala :
1) Peningkatan suhu tubuh yang tinggi (suhu rektal diatas 38 0C).
2) Kejang yang bersifat kejang kolonik atau tonik - kolonik bilateral.
3) Mata terbalik keatas disertai kekakuan atau kelemahan.
4) Gerakan sentakan berulang tanpa di dahului kekakuan atau hanya sentakan atau
kekuatan fokal.
5) Pada sebagian kejang disertai hemiparesis sementara yang berlangsung beberapa
jam sampai beberapa hari atau juga bersifat menetap (Mansjoer A, 2000 : 434

5. Klasifikasi Kejang

Kejang yang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan tonus badan dan tungkai
dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu : kejang, klonik, kejang tonik dan kejang
mioklonik.

1) Kejang Tonik
Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat badan rendah
dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi dengan komplikasi
prenatal berat.Bentuk klinis kejang ini yaitu berupa pergerakan tonik satu
ekstrimitas atau pergerakan tonik umum dengan ekstensi lengan dan tungkai yang
menyerupai deserebrasi atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah dengan
bentuk dekortikasi. Bentuk kejang tonik yang menyerupai deserebrasi harus di
bedakan dengan sikap epistotonus yang disebabkan oleh rangsang meningkat
karena infeksi selaput otak atau kernikterus
2) Kejang Klonik
Kejang Klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan pemulaan fokal
dan multifokal yang berpindah-pindah.Bentuk klinis kejang klonik fokal
berlangsung 1 – 3 detik, terlokalisasi dengan baik, tidak disertai gangguan
kesadaran dan biasanya tidak diikuti oleh fase tonik.Bentuk kejang ini dapat
disebabkan oleh kontusio cerebri akibat trauma fokal pada bayi besar dan cukup
bulan atau oleh ensepalopati metabolik.
3) Kejang Mioklonik
Gambaran klinis yang terlihat adalah gerakan ekstensi dan fleksi lengan atau
keempat anggota gerak yang berulang dan terjadinya cepat. Gerakan tersebut
menyerupai reflek moro. Kejang ini merupakan pertanda kerusakan susunan saraf
pusat yang luas dan hebat.Gambaran EEG pada kejang mioklonik pada bayi tidak
spesifik (Mansjoer,2000).

6. Patofisologi

Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel / organ otak diperlukanenergi


yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting
adalah glucose,sifat proses itu adalah oxidasi dengan perantara pungsi paru-paru dan
diteruskan keotak.Berdasarkan hal diatas bahwa energi otak adalah glukosa yang
melalui proses oxidasi, dan dipecah menjadi karbon dioksidasi dan air. Sel dikelilingi
oleh membran sel. Yang terdiri dari permukaan dalam yaitu limford dan permukaan
luar yaitu tonik.Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui oleh
ionNA+dan elektrolit lainnya, kecuali ion clorida.
Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi NA+ rendah.
Sedangkan didalam sel neuron terdapat keadaan sebaliknya,karena itu perbedaan jenis
dan konsentrasi ion didalam dan diluar sel. Maka terdapat perbedaan membran yang
disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial
membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim NA, K, ATP yang terdapat pada
permukaansel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah dengan perubahan
konsentrasi ion diruang extra selular, rangsangan yang datangnya mendadak misalnya
mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya.Perubahan dari patofisiologisnya
membran sendiri karena penyakit/keturunan.Pada seorang anak sirkulasi otak mencapai
65 % dari seluruh tubuh dibanding dengan orang dewasa 15 %. Dan karena itu pada
anak tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dalam singkat
terjadi dipusi di ion K+ maupun ion NA+ melalui membran tersebut dengan akibat
terjadinya lepasnya muatan listrik.
Lepasnya muatan listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas
keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut
neurotransmitter sehingga mengakibatkan terjadinya kejang. Kejang yang yang
berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala
sisa.Tetapi kejang yang berlangsung lama lebih 15 menit biasanya disertai apnea, NA
meningkat, kebutuhan O2 dan energi untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi
hipoxia dan menimbulkan terjadinya asidosis. (Hasan dan Alatas, 1985: 847 dan
Ngastiyah, 1997: 229) WOC

7. Pencegahan

1) Pencegahan berulang

a Mengobati infeksi yang mendasari kejang.


b Penkes tentang : Tersedianya obat penurun panas yang didapat atas resep
dokter,Tersedianya alat pengukur suhu dan catatan penggunaan termometer, cara
pengukuran suhu tubuh anak, serta keterangan batas-batas suhu normal pada anak
(36-370 C)

2) Mencegah cedera saat kejang berlangsung kegiatan ini meliputi:

a. Baringkan pasien pada tempat yang rata.

b. Kepala dimiringkan untuk menghindari aspirasi cairan tubuh.

c. Pertahankan lidah untuk tidak menutupi jalan nafas.

d. Lepaskan pakaian yang ketat.

e. Jangan melawan gerakan pasien guna menghindari cedera.

8. Penatalaksanaan

1) Penatalaksanaan Keperawatan:

a) Baringkan pasien ditempat yang rata dan pasang gudel.


b) Singkirkan benda-benda yang ada didekat pasien, lepaskan pakaian pasien yang
mengganggu pernafasan.
c) Hisap lendir sampai bersih dan beri O2.
d) Bila suhu tinggi berikan kompres hangat.
e) Setelah pasien bangun dan sadar, berikan minum air hangat kuku.
f) Jika dengan tindakan ini tidak berhenti, hubungi dokter.

2) Penatalaksaan Medis:

a) Segera diberikan diazepam intravena dosis rata-rata 0,3 mg/ kg.


b) Diazepam rektal dosis ≤ 10 kg = 5 mg/kg.
c) Parasetamol 10mg/kgBB/kali kombinasi diazepam oral 0,3 mg/kgBB.
d) Memberikan cairan yang cukup bila kejang berlangsung cukup lama ( 10 menit
) dengan IV: D5 ¼, D5, RL.

9. Komplikasi

1) Kerusakan Otak
Terjadi melalui mekanisme eksitoksik neuron saraf yang aktif sewaktu kejang
melepaskan glutamat yang mengikat resptor MMDA (M Metyl D Asparate) yang
mengakibatkan ion kalsium dapat masuk ke sel otak yang merusak sel neuron secara
irrevesible.
2) Retardasi Mental
Dapat terjadi karena deficit neurologis pada demam neonatus. (Mansjoer,2000).

10. Pemeriksaan penunjang

1) Elektroensefalogram (EEG) : dipakai unutk membantu menetapkan jenis dan


fokus dari kejang.
2) Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri biasanya
untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3) Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan
menggunakan lapanganmagnetik dan gelombang radio, berguna untuk
memperlihatkan daerah – daerah otak yang itdak jelas terliht bila menggunakan
pemindaian CT.
4) Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasi kejang
yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau
alirann darah dalam otak.
5) Uji laboratorium
6) Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler.
7) Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit.
8) Panel elektrolit
9) Skrining toksik dari serum dan urin.
10) GDA
11. Asuhan keperawatan teoritas

A. Pengkajian
Proses pengkajian pertama dilakukan adalah pengumpulan data :
1) Identitas pasien
Biasanya berisikan tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat, diagnose medis
dan tanggal masuk serta tanggal pengakajian dan identitas penanggung jawab
a) Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang

Demam, suhu > 38oC, muntah, kaku , kejang-kejang, sesak

nafas, kesadaran menurun, ubun-ubun cekung, bibir kering,

bak lidah ada, BAB mencret.

2) Riwayat kesehatan dahulu

Umumnya penyakit ini terjadi sebagai akibat komplikasi perluasan


penyakit lain. Yang sering ditemukan adalah ISPA, ionsililis, olilis nedia,
gastroeniecilis, meningitis.

3) Riwayat kesehatan keluarga

Kemungkinan ada anggota keluarga yang mengalami penyakit infeksi


seperti ISPA dan meningitis.serta memiliki riwayat kejang yang sama
dengan pasien

c) Data tumbuh kembang

Data tumbuh kembang dapat diperoleh dari hasil pengkajian dengan


mengumpulkan data lumbang dan dibandindingkan dengan ketentua-
ketentuan perkembangan normal.Perkembangan motorik, perkembangan
bahasa perkembang kognitif, perkembangan emosional, perkembangan
kepribadian dan perkembangan sosial.

d) Data fisik
Pada penyakit demam kejang sederhana didapatkan data fisik :

1) Suhu meningkat
2) Frekuensi nafas naik
3) Kesadaran menurun
4) Nadi naik
5) Kejang bersifat umum dan berlangsung sebentar
6) Lemah, letih, lesu dan gelisah.
7) Susah tidur.
e) Pemeriksaan Fisik Persystem

a System pernafasan
Karena pada kejang yang berlangsung lama misalnya lebih 15 menit
biasanya disertai apnea, Na meningkat, kebutuhan O2 dan energi meningkat
untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi hipoxia dan
menimbulkan terjadinya asidosis. Akibat langsung yang timbul apabila
terjadi kejang demam adalah gerakan mulut dan lidah tidak terkontrol.Lidah
dapat seketika tergigit, dan atau berbalik arah lalu menyumbat saluran
pernapasan.
b Sistem sirkulasi
Karena gangguan peredaran darah mengakibatkan hipoksia sehingga
meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang
mngakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah medial
lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama
dapat menjadi matang dikemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi
spontan, karena itu kejang demam yang berlangsung lama dapat
menyebabkan kelainan anatomis diotak hingga terjadi epilepsi.
c Sistem pencernaan
Sensitivitas terhadap makanan, mual dan muntah yang berhubungan dengan
aktivitas kejang, kerusakan jaringan lunak / gigi.
d Sistem perkemihan
Kontinensia episodik, peningkatan tekanan kandung kemih dan tonus
spinkter
e Sistem persyarafan
Aktivitas kejang berulang, riwayat truma kepala dan infeksi serebra
f Aktivitas / istirahat : keletihan, kelemahan umum, perubahan tonus /
kekuatan otot. Gerakan involunter.
g Integritas ego : stressor eksternal / internal yang berhubungan dengan
keadaan dan atau penanganan, peka rangsangan.
h Riwayat jatuh / trauma
i Data laboratorium
1) Leukosit meningkat

2) Pada pemeriksaan tumbal punksi ditemukan cairan jernih glukosa normal dan
protein normal.

j Data laboratorium
Hubungan ibu dan anak sangat dekat sehingga perpisahan dengan ibu
menimbulkan rasa kehilangan orang yang terdekat bagi anakanak
lingkungan tidak dikenal akan menimbulkan perasaan tidak aman, berduka
cita dan cemas. Akibat sakit yang dirawat bagi anak menimbulkan perasaan
kehilangan kebebasan, pergerakan terbatas menyebabkan anak merasa
frustasi sehingga akan mengekspresikan reaksi kecemasan secara bertahap
yaitu proses, putus asa dan menolak.
k Data sosial ekonomi
Demam kejang dapat mengenal semua tingkat ekonomi dan sosial.Penyakit
ini disebabkan oleh sanitasi lingkungan yang buruk dan disebabkan oleh
kurangnya perhatian orang tua.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul (Roger M.D.M.P.H diagnosis
pedriatri : 231) :
1. Resiko tinggi trauma / cidera b/d kelemahan, perubahan kesadaran, kehilangan
koordinasi otot.
2. Gangguan rasa nyaman b.d peningkatan suhu tubuh.
3. Resiko kejang berulang b.d peningkatan suhu.
4. Resiko Defisit volume cairan bd kondisi demam.
5. Kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi, prognosis, penatalaksanaan dan
kebutuhan pengobatan bd kurangnya informasi
C. Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Resiko terjadinya trauma Tujuan : - Berikan pengaman pads sisi - Meminimalkan injury saat
fisik b.d kurangnya
Tidak terjadinya trauma fisik tempat tidur dan pengguna kejang
koordinasi otot.
selama keperawatan Kriteria tempat tidur yang rendah -
Meningkatkan keamanan
hasil :
- Tinggallah bersama klien klien menurunkan resiko
-
Tidak terjadi trauma fisik selama fase kejang trauma pada mulut
selama perawatan
mempertahankan tindakan - Berikan tongue spatel diantara Membantu menurunkan
-
yang mengontrol aktivitas
gigi atas dan bawah resiko injuri fisik pada
kejang
ekremitas ketika kontrol
- Letakkan klin ditempat yang
otot volunter berkurang
lembut
2. Gangguan rasa nyaman Tujuan : Kaji faktor terjadinya -
b.d hipertermi -
Rasa nyaman terpenuhi hipertermi Mengetahui penyebab

Kriteria Hasil terjadinya hipertermi


Observasi tanda-tanda
TTV dalam batas normal - karena penambahan
vital tiap 4 jam
S = 36,5-37,5⁰C
Pertahanan suhu tubuh pakaian/selimut dapat
N = 80-150x/i
normal menghambat penurunan
P = 30-60 x/i -
Ajarkan pada keluarga suhu tubuh

memberikan kompres Pemantauan TTV yang

teratur dapat menentukan


pada kepala dan ketiak
perkembangan
Anjurkan klien
untuk
menggunakan baju tipis - keperawatan yang
yang terbuat dari katun
selanjutnya

Suhu tubuh dapat

dipengaruhi oleh tingkat


aktivitas dan suhu

lingkungan

- Proses konduksi atau

perpindahan panas dengan

suatu bahan perantara

- Proses hilangnya panas akan


terhalang oleh pakaian tebal
dan tidak dapat menyerap
keringat

3. Resiko terjadinya kejang Tujuan: Klien- Longgarkan berikan


berulang berhubungan tidak kejang pakaian yang mudah
dengan peningkatan suhu berhubungan keringat. - Proses konveksi akan terhalang
tubuh. hipertermi. oleh pakaian yang ketat dan
- Berikan kompres
panas. tidak menyerap keringat.

- pakaian, yang tipis menyerap


Kriteria hasil: Tidak - Perpindahan suhu secara
terjadi kejang ulang - Berikan ekstra cairan sesuai konduksi.
, TTV dalam batas indikasi.
- Saat demam kebutuhan cairan
normal. S: 36,5 –
- Observasi kejang dan tanda vital tubuh meningkat.
37,5
tiap 4 jam.
Celcius.
- Pemantauan yang teratur
N: 80 – 150x/i
- Batasi aktivitas selama anak menentukan tindakan yang akan
P: 30-60x/i
panas. di lakukan.

- Aktivitas dapat
- Berikan anti piretika dan meningkatkan
pengobatan sesuai advis. metabolisme dan
meningkatkan panas.

- Menurunkan panas pada pusat


hipotalamus dan sebagai
4. Kurangnya pengetahuan Tujuan : Keluarga
- Kaji tingkat pengetahuan
propilaksi.
keluarga berhubungan memahami keluarga.
dengan keterbatasan
- Beri penjelasan kepada
- Mengetahui sejauh
manapengetahuan yang dimiliki
keluarga dan
informasi. penyakit yang dialami keluarga sebab dan akibat kebenaran informasi
klien. demam kejang. yang didapat.

Kriteria hasil:
- Penjelasan tentang kondisi yang
Keluarga tidak sering - Jelaskan setiap tindakan yang
dialami dapat membantu
bertanya tentang penyakit akan dilakukan.
menambah wawasan keluarga.
anaknya,keluarga mampu - Berikan health education tentang
ikut serta dalam proses - Agar keluarga mengetahui tujuan
cara menolong anak kejang dan
keperawatan, keluarga dapat setiap tindakan perawatan yang
mencegah kejang demam.
menaati setiap proses dilakukan.
- Berikan health education agar
keperawatan. - Sebagai upaya alih informasi dan
selalu sedia obat penurun panas
mendidik keluarga agar dapat
di rumah.
mandiri.
- Jaga anak tidak terkena penyakit
infeksi dengan menghindari - Mencegah peningkatan suhu
orang atau teman yang tubuh lebih tinggi dan serangan
menderita penyakit menular kejang ulang.
sehingga tidak mencetus
kenaikan suhu. - Sebagai upaya preventif
5 Resiko kekurangan cairan Tujuan: - Anjurkan klien memakan serangan ulang.
dan elektrolit kurang dari Cairan dan elektrolit makanan yang tidak - Makan yang mengandung serat
kebutuhan tubuh
seimbang. mengandung serat. dapat memperlancar BAB.
berhubungan dengan
output yang berlebihan. Kriteria Hasil: - Berikan makanan - Agar tidak merangsang kerja
Mukosa mulut klien basah yang lunak. lambung dan usus.
dan tidak kering.
- Berikan cairan melalui
Elastisitas kulit baik. infus.
- Memenuhi kebutuhan cairan dan
elektrolit.
- Anjurkan klien banyak
minum.
- Memenuhi kebutuhan cairan
klien.
- Anjurkan klien makan
sedikit tapi sering. - Meningkatkan nutrisi klien.
D. Implementasi keperawatan
Tindakan keperawatan ( implementasi ) adalah katagori dari prilaku keperawatan di
mana yang di perlukan untukmencapai tujuan dan hasil yang di perkirakan dari
asuhan keperawatn yang di lakukan dan di selesaikan . implementasi mencakup
melakukan, membantu, mengarahkan kinerja aktivitas kehidupan sehari-hari,
memberkan asuhan keperawtan untuk tujuan yang berpusat kepada klien (Darto
suharso 2013).
E. Evaluasu keperawatan
Evaluasi adalah respon pasien terhadap tindakan dan kemajuan mengarahkan
pencapaian hasil yang di harapkan. Aktivitas ini berfungsi sebagai umpan balik dan
bagian control proses keperawatan, melalui status pernyataan diagnostic pasien
secara individual di nilai untuk diselesaikan, di lanjutkan, atau memerlukan
perbaikan (Darto suharso 2013).
DAFTAR PUSTAKA

1. Hasan,R.2005. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Bagian Ilmu


Kesehatan Anak Fakultas Universitas Indonesia.
2. Hidayat, Aziz Alimul A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta
: Salemba Medika.
3. Ranuh, I.G.N,Dkk. 2001. Buku Imunisasi Di Indonesia. Jakarta: Satgas
Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Rodolfh.Dkk. 2006. Buku Ajar
Pediatri Rodolfh Edisi 20 Volum I. Jakarta :EGC
4. Santosa,B. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006.
Jakarta : Prima Medika.
5. Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Dengan
Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC
6. Wariani, I. (2017). Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan
Dasar Pada An. A Dengan Gangguan Sistem Pernapasan:
Bronkopneumonia Di Paviliun Badar Rumah Sakit Islam Cempaka
Putih Jakarta Pusat. Universitas Muhammadia Jakarta, 4(1), 9–15.

7. Ball, Jane, Bindler, Ruth.1995. PediatrikNursing : Caring For Children Appleton


lange.

8. Betz, Cecily Lynn.2009. Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.

9. Dongoes, Marilyn E (2000). DiagnosaKeperawatan. Edisi 3.Jakarta : EGC

10. ________. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3 Jakarta; EGC.

11. Jacobson, Anette, RN, MSN,.1995.”Clinical Care plans. Pediatric Nursing” Mc.
Grow Hill Internasional Edition, Singapura

12. Mansjoer, Arif., et all. (2000). KapitaSelektaKedokteran.FakultasKedokteranUI :


MediaAescullapius.

13. Markum, A. H. . 1991. Bukuajarilmukesehatananak, Jilidpertama.


BagianIlmuKesehatan UI, Jakarta

14. Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta; EGC.

15. Nursalam Dr. et. Al. 2005. Asuhann Keperawatan Bayi dan Anak. Edisi I. Jakarta :
Salemba Medika. PersatuanAhliPenyakitdalam Indonesia, .1996.Buku Ajar

Anda mungkin juga menyukai