Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN MORBILI PADA ANAK

OLEH :

AHMAD WAHID ANWARUDIN, S.Kep


NIM : 20.300.0094

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

UNIVERSITAS CAHAYA BANGSA BANJARMASIN

TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
DENGAN MORBILI PADA ANAK

Banjarmasin,

Mengetahui

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

(Ria Anggara Hamba , S.Kep., Ns., M.MKes) (Ristati Ningsih, S.Kep., NS)
LAPORAN PENDAHULUAN
DENGAN MORBILI PADA ANAK
A. Pengertian
Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium,
yaitu (1) stadium kataral, (2) stadium erupsi dan (3) stadirum konvelensi. Campak,
measles atau rubeola adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh virus campak.
(Hardjiono, 2009).
B. Eiologi
Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam famili
paramyxovirus yaitu genus virus morbili. Virus ini sangat sensitif terhadap panas dan
dingin, dan dapat diinaktifkan pada suhu 30oC dan -20oC, sinar matahari, eter, tripsin,
dan beta propiolakton. Sedang formalin dapat memusnahkan daya infeksinya tetapi tidak
mengganggu aktivitas komplemen.
Penyebab morbili adalah virus morbili yang berasal dari sekret saluran pernafasan,
darah dan urine dari yang terinfeksi. Penyebaran infeksi melalui kontak langsung dengan
droplet dari orang yang 2 terinfeksi. Masa inkubasi selama 10 – 20 hari, dimana periode
yang sangat menular adalah dari hari pertama hingga hari keempat setelah timbulnya
rash (pada umumnya pada stadium kataral). (Rampengan, 2011).
C. Manifestasi Klinis
1. Stadium Prodromal (kataral) Demam, malaise, batuk, konjungtivitis, coryza terdapat
bercak koplik berwarna putih kelabu sebesar ujung jarum dikelilingi oleh eritema
terletak di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah, timbul dua hari sebelum
munculnya rash. Stadium ini berlangsung selama 4 – 5 hari.
2. Stadium Erupsi Coryza dan batuk bertambah, terjadi eritema yang berbentuk makula
popula disertai meningkatnya suhu tubuh. Mula-mula eritema terletak di belakang
telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut, dan bagian belakang
bawah. Kadang terdapat pendarahan ringan di bawah kulit. Pembesaran kelenjar
getah bening di sudut mandibula dan di daerah belakang leher.
3. Stadium Konvalensi Erupsi berkurang dan meninggalkan bekas yang berwarna lebih
tua (hiperpigmentasi) yang akan menghilang dengan sendirinya. Selanjutnya diikuti
gejala anorexia, malaise, limfedenopati (Suriadi, 2010).
D. Patofisiologi
Penularan virus yang infeksius sangat efektif, dengan sedikit virus yang infeksius
sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Penularan campak terjadi secara
droplet melalui udara, terjadi antara 1 – 2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari
setelah timbul ruam. Lesi utama tampak ditemukan pada kulit penderita, mukosa
nasofarink, bronkus, saluran cerna dan konjungtiva serta masuk ke dalam limfatik lokal.
Virus memperbanyak diri dengan sangat perlahan dan di situ mulai penyebaran ke sel
jaringan limforetikular seperti limfa. Sel mono nuklear yang terinfeksi menyebabkan
terbentuknya sel raksasa berinti banyak.
Virus masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebar ke permukaan epitil orofarink,
konjungtiva, saluran nafas, kulit, kandung kemih, dan usus. Pada hari ke 9 – 10 fokus
infeksi yang berada di epitel saluran nafas dan konjungtiva, satu sampai dua lapisan
mengalami nekrosis. Virus yang masuk ke pembuluh darah menimbulkan manifestasi
klinis dari sistem saluran nafas adalah batuk, pilek, disertai konjungtivitis, demam tinggi,
ruam menyebar ke seluruh tubuh, timbul bercak koplik.
Pada hari ke-14 sesudah awal infeksi akan muncul ruam makulopopular dan saat itu
antibodi humoral dapat dideteksi. Daya tahan 3 tubuh akan menurun sebagai akibat
respon terhadap antigen virus terjadilah ruam pada kulit. Daerah epitel yang nekrotik di
nasofaring dan saluran pernafasan memberikan kesempatan serangan infeksi bakteri
sekunder berupa bronkopnemoni, otitis dan lain-lain.
E. Patway Morbili
Virus Morbili

Droplet infection

organ melalui hematogen


Penyebaran ke berbagai
Eksudat yang serius, proliferasi sel
mononukleus, polimorfonukleus

Reaksi inflamasi: demam, suhu naik,


metabolisme naik, RR naik, IWL naik
Gangguan rasa nyaman: peningkatan
suhu tubuh

dan folikel rambut

Kulit menonjol
sekitar sebasea

volume cairan
Resiko kurang
Saluran cerna
Konjutiva Radang

Saluran nafas:
Inflamasi saluran
nafas atas:

Terdapat bercak koplik


berwarna kelabu Konjungtivitis
dikelilingi eritema pada
mukosa bukalis,
berhadapan pada molar, Eritema Gangguan
platum durum dan mole membentuk Persepsi sensori:
macula papula di visual
Batuk, Pilek,
kulit normal
RR

Gangguan
Mulut pahit, Rash, ruam pada Integritas
anoreksia Bronkopneumonia
daerah balik kulit
telinga, leher,
Gangguan kebutuhan Gangguan pola pipi, muka dan Gangguan
nutrisi: kurang dari nafas, Ketidak seluruh tubuh,
kebutuhan tubuh istirahat
efektifan rasa gatal tidur
bersihan jalan
nafas

Hygiene tidak dijaga


dan imunitas kurang
akan meluas pada
Absorsi turun Diare Defisit volume cairan
saluran cerna bagian
bawah (usus)
Gangguan Integritas
BAB terus menerus
kulit

Sumber: Halim, 2016. Morbili pada anak

F. Pemeriksaan Penunjang

5
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
1. Gambaran klinis yang khas
2. Pemeriksaan laboratorium
3. Pada pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan leukopeni
4. Dalam spuntum, sekresi nasal, sedimen urine dapat ditemukan adanya
multinucleated giant cells yang khas
5. Pada pemeriksaan serologis dengan cara hemagglutination inhibition test dan
complemen fixation test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam
1-3 hari setelah timbulnya rash dan mencapai puncaknya pada 2-4 minggu
kemudian. (Rampengan, 2011 : 94).
6. Dalam sputum, sekresi nasal, sediment urine dapat ditemukan adanya
multinucleated giant sel yang khas.
7. Pada pemeriksaan serologi dengan cara hemaglutination inhibition test dan
complement fiksatior test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik
dalam 1 – 3 hari setelah timbulnya ras dan mencapai puncaknya pada 2
minggu kemudian.
G. Komplikasi
Menurut IDAI (2008), komplikasi yang bisa terjadi pada anak dengan morbili
adalah, sebagai berikut:
a. Laringitis akut
Timbul karena adanya edema hebat pada mukosa saluran nafas, yang
bertambah parah pada saat demam mencapai puncaknya. Ditandai dengan
distres pernafasan, sesak, sianosis dan stridor. Ketika demam turun keadaan
akan membaik dan gejala akan menghilang.
b. Bronkopneumonia
Dapat disebabkan oleh virus campak maupun akibat invasi bakteri. Ditandai
dengan batuk, meningkatnya frekuensi nafas dan adanya ronki basah halus.
Pada saat suhu turun, apabila disebabkan oleh virus, gejala pneumonia akan
menghilang, kecuali batuk yang masih dapat berlanjut sampai beberapa hari
lagi.

c. Ensefalitis
Biasanya terjadi pada hari ke 4-7 setelah timbulnya ruam. Kejadian ensefalitis
sekitar 1 dalam 1.000 kasus campak, dengan mortalitas antara 30-40%.

6
Terjadinya ensefalitis dapat melalui mekanisme imunologik maupun melalui
invasi langsung virus campak ke dalam otak.
d. Otitis media
Invasi virus ke dalam telinga tengah umumnya terjadi pada campak. Gendang
telinga biasanya hiperemis pada fase prodromal dan stadium erupsi. Jika
terjadi invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang rusak karena invasi virus
akan terjadi otitis media purulenta.
e. Enteritis
Beberapa anak yang menderita campak mengalami muntah dan mencret pada
fase prodromal. Keadaan ini akibat invasi virus ke dalam sel mukosa usus.
f. Konjungtivitis
Pada hampir semua kasus campak terjadi konjungtivitis, yang ditandai dengan
adanya mata merah, pembengkakan kelopak mata, lakrimasi dan fotopobia.
Kadang-kadang terjadi infeksi sekunder oleh bakteri. Virus campak atau
antigennya dapat dideteksi pada lesi konjungtiva pada hari-hari pertama sakit.
H. Pencegahan
Menurut Rampengan (2007), morbili dapat dicegah dengan pemberian imunisasi,
yang meliputi:
a. Imunisasi aktif
Vaksin yang diberikan ialah “Live Attenuated Measles Vaccine”. Mula-
mula diberikan strain Edmonson B, tetapi strain ini dapat menimbulkan panas
tinggi dan eksantema pada hari ke-7 sampai ke-10 pascavaksinasi sehingga
strain vaksin ini sering diberikan bersama-sama dengan gamma globulin di
lengan lain. Sekarang digunakan strain Schwarz dan Moraten dan tidak
diberikan bersama gamma globulin. Vaksin ini diberikan secara subkutan dan
dapat menimbulkan kekebalan yang berlangsung lama. Di Indonesia,
digunakan vaksin buatan perum Biofarma yang terdiri dari virus morbili
hidup yang sudah dilarutkan mengandung virus morbili tidak kurang dari
1000 TCID50 dan Neomisin B sulfat tidak lebih dari 50 mikrogram.
Vaksin ini diberikan secara subkutan sebanyak 0,5 ml pada umur 9 bulan.
Pada anak di bawah umur 9 bulan umumnya tidak dapat memberikan
kekebalan yang baik, karena gangguan dari antibodi yang dibawa sejak lahir.
Pemberian vaksin ini akan menyebabkan alergi terhadap tuberculin selama 2
bulan setelah vaksinasi. Bila anak telah mendapat immunoglobulin atau
7
transfusi darah sebelumnya, vaksin ini harus ditangguhkan sekurang-
kurangnya 3 bulan.
Program pemerintah Indonesia menganjurkan pemberian vaksin campak
sebanyak 1 dosis pada usia 9 bulan, tetapi beberapa ahli berpendapat bahwa
pemberian vaksin campak dosis ke-2 pada usia 15 bulan (bisa diberikan
Measles Mumps Rubella (MMR)) akan memberikan cakupan imunitas lebih
dari 90%. Beberapa negara Eropa menganjurkan pemberian vaksin campak 2
dosis dengan dasar pemikiran dosis ke-2 untuk memberikan proteksi bagi
mereka yang tidak mengalami serokonversi pada imunisasi pertama.
Vaksinasi campak tidak boleh dilakukan bila:
1. Menderita infeksi saluran nafas akut atau infeksi akut lainnya yang
disertai dengan demam lebih dari 38˚C
2. Riwayar kejang demam
3. Defisiensi imunologik
4. Sedang mendapat pengobatan kortikosteroid dan imunosupresif
Adapun efek samping dari pemberian imunisasi adalah, sebagai berikut:
1. Hiperpireksia (5-15%)
2. Gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas (10-20%)
3. Morbili form rash (3-15%)
4. Kejang demam (0,2%)
5. Ensefalitis (1 di antara 1,16 juta anak) 6) Demam (13,95)
b. Imunisasi Pasif
1. Globulin imun
Antibodi kekebalan yang diperoleh hanya bersifat sementara. Biasanya
antibodi tersebut diberikan pada bayi usia kurang dari 1 tahun yang
terpapar campak, wanita hamil dan anak dengan immunocompromise.
2. Globulin imun intravena
I. Penatalaksanaan
Sesungguhnya tidak ada pengobatan yang spesifik untuk mengatasi penyakit
campak. Pada kasus yang ringan, tujuan terapi hanya untuk mengurangi demam
dan batuk, sehingga penderita merasa lebih nyaman dan dapat beristirahat dengan
lebih baik. Dengan istirahat yang cukup dan gizi yang baik, penyakit campak
(pada kasus yang ringan) dapat sembuh dengan cepat tanpa menimbulkan
komplikasi yang berbahaya. Bila ringan, penderita campak tidak perlu dirawat.

8
Penderita dapat dipulangkan dengan nasehat agar selalu mengupayakan
peningkatan daya tahan tubuh, dan segera kontrol bila penyakit bertambah berat.
Umumnya dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut :
1. Isolasi untuk mencegah penularan
2. Tirah baring dalam ruangan yang temaram (agar tidak menyilaukan)
3. Jaga agar penderita tetap merasa hangat dan nyaman
4. Diet bergizi tinggi dan mudah dicerna. Bila tidak mampu makan banyak,
berikan porsi kecil tapi sering (small but frequent).
5. Asupan cairan harus cukup untuk mencegah dehidrasi
6. Kompres hangat bila panas badan tinggi
7. Humidikasi ruangan bagi penderita laringitis atau batuk mengganggu dan
lebih baik mempertahanakan suhu ruangan yang hangat..
8. Obat-obat yang dapat diberikan antara lain:
a. Penurun panas (antipiretik): Parasetamol atau ibuprofen
b. Pengurang batuk (antitusif)
c. Vitamin A dosis tunggal :
1. Di bawah 1 tahun: 100.000 unit
2. Di atas 1 tahun: 200.000 unit
d. Antibiotika
Antibiotika hanya diberikan bila terjadi komplikasi berupa infeksi
sekunder (seperti otitis media dan pnemonia).
e. Kortikosteroid dosis tinggi biasany diberikan pada penderita morbili dengan
ensefalitis.
f. Hidrokortison 100-200 mg/hr selama 3-4 hari
g. Prednison 2 mg/kgBB/hr selama 1 minggu.
J. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1. DS: Proses Infeksi Hipertermi
 Ibu Klien mengatakan
anaknya sejak 2 hari
yang lalu mengalami
demam dan tidak nafsu
makan dan minum

9
sebelum masuk Rumah
Sakit,
 Ibu Klien mengatakan
anakya nangis trus
DO:
 Terjadi peningkatan suhu
35,6C- 38,6C
 Pulse (Nadi) : 97 x/Menit
 Respiratory : 24 x/Menit
 Kulitnya teraba hangat
2. DS: Anoreksia Ketidakseimba
 Ibu klien mengatakan ngan nutrisi
anaknya tidak nafsu kurang dari
makan dan minum dan kebutuhan
nangis terus tubuh
 DO:
 Pasien tampak tidak mau
makan
 Tampak lemas
 Klien tampak nangis
terus
 BB turun:
Sebelum sakit = 25 kg
Setelah sakit = 23 kg

K. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat

L. NURSING CARE PLANNING (NURSING CARE PLANNING (NCP)

10
NIC
Diagnosa NOC (Nursing
No
Keperawatan (Nursing Outcome) Intervention
Clasification)
1 Hipertermi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam, sesering mungkin
dengan proses diharapkan suhu klien dalam 2. Monitor IWL
infeksi rentang normal 3. Monitor warna dan
Kriteria Hasil : suhu kulit
Indikator IR ER
4. Monitor tekanan
a. Temperatur 3 5
darah, nadi dan RR
kulit sesuai
5. Monitor penurunan
yang
tingkat kesadaran
diharapkan
6. Monitor intake dan
b. Temperatur 3 5
output
tubuh sesuai
7. Berikan antipiretik
yang
8. Berikan pengobatan
diharapkan
untuk mengatasi
c. Tidak ada 3 5
penyebab demam
sakit
9. Selimuti pasien
d. Denyut nadi 3 5
10. Lakukan tapid
sesui yang di
sponge
harapkan
11. Berikan cairan
e. Tidak ada
3 5 intra vena
perubahan
12. Kompres pasien
warna kulit
pada lipat paha dan
f. Melapor 3 5
aksila
kenyamanan
13. Tingkatkan
suhu tubuh
Keterangan: sirkulasi udara
1. Keluhan ekstrim 14. Beadrest
2. Keluhan berat 15. Berikan
3. Keluhan sedang pengobatan untuk
4. Keluhan ringan mencegah
5. Tidak ada keluhan terjadinya

11
menggigil
2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya alergi
nutrisi kurang dari keperawatan selama 3 x 24 jam, makanan
kebutuhan tubuh diharapkan klien dapat 2. Kolaborasi dengan
berhubungan memenuhi kebutuhan ahli gizi untuk
dengan anoreksia nutrisinya menentukan
Kriteria hasil: jumlah kalori dan
Indikator IR ER nutrisi yang
a. Intake makanan 3 5 dibutuhkan pasien
dan cairan 3. Anjurkan pasien
b. Energi 3 5 untuk
c. Berat badan 3 5 meningkatkan
Keterangan: protein dan
1. Keluhan ekstrim vitamin C
2. Keluhan berat 4. Yakinkan diet
3. Keluhan sedang yang dimakan
4. Keluhan ringan mengandung tinggi
5. Tidak ada keluhan serat untuk
mencegah
konstipasi
5. Berikan makanan
yang terpilih
(sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
6. Ajarkan klien
bagaimana
membuat catatan
makanan harian
7. Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
8. Berikan informasi
tentang kebutuhan

12
nutrisi
Nutritional
Monitoring (Monitor
nutrisi)
1. BB klien dalam
batas normal
2. Monitor adanya
penurunan berat
badan
3. Monitor tiee dan
jumlah aktivitas
yang biasa
dilakukan
4. Monitor
lingkungan selama
makan
5. Monitor makanan
kesukaan
6. Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
7. Monitor kalori
dam intake nutrisi

Daftar Pustaka

13
Halim R.G. Campak Pada Anak. 2016 CDK 238. 2016: 43 (3): 86-8.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). (2008). Buku Ajar Respirologi anak, edisi
pertama. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
Suriadi, Yuliani, Rita.2010. Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi 2. Jakarta:
CV. Sagung Seto
Markum.AH. 2009. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta
Rampengan, T.H. (2007). Infeksi Tropik Pada Anak Edisi 2. Jakarta: EGC.
Amin Huda Nurarif. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan diagnose
medis & NANDA NIC-NOC.Jakarta : Med Action Publishing

14

Anda mungkin juga menyukai