VARICELLA ZOSTER
Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Mata Kuliah Keperawatan Anak
Disusun Oleh :
1
LEMBAR PENGESAHAN
2
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Cacar air, chickenpox atau istilah medisnya varisela, adalah suatu infeksi yang
disebabkan oleh virus varicella-zoster(VVZ). Virus ini sering menyerang anak-anak,
terutama dibawah 12 tahun. Setelah seseorang terkena cacar air, maka virus menjadi tidak
aktif (dorman) dan bersembunyi pada sistem saraf. Virus akan menjadi aktif di kemudian
hari dan akan menimbulkan penyakit herpes zoster.
Klasifikasi varicella
Klasifikasi varicella dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Varicella congenial
Varicella congenial adalah sindrom yang terdiri atas parut sikatrisial, atrofi
ekstremitas, serta kelainan mata dan susunan syaraf pusat. Sering terjadi ensefalitis
sehingga menyebabkan kerusakan neuropatik. Resiko terjadinya varicella congenial
sangat rendah (2,2%), walaupun pada kehamilan tremesterpertama ibu menderita
varicella intrauterin. Tidak diketahui apakah pengobatan dengan antivirus pada ibu
dapat mencegah kelainan fetus.
2. Varicella neonatal
Varicella neonatal terjadi bila varicella maternal antara 5 hari sebelum sampai
2 hari sesudah kelahiran. Kurang lebih 20% bayi yang terpajan akan menderita
varicella neonatal, sebelum penggunaan varicella zoster immune globulin (VZIG),
kematian varicella neonatal sekitar 30% namun neonatus dengan lesi pada saat lahir
atau dalam 5 hari pertama sejak lahir jarang menderita varicella berat karena
mendapat antibody dari ibunya. Neonates dapat pula tertular dari anggota keluarga
lainnya selain ibunya. Neonatus yang lahir dalam masa rfesiko tinggi harus diberikan
profilaksis VZIG pada saat lahir atau saat awitaninfeksi maternal bila timbul dalam
2 hari setelah lahir, varicella neonatal biasanya timbul dalam 5-10 hari walaupun
telah diberikan VZIG. Bila terjadi varicella progresif ( ensefalitis, pneumonia,
varicella, hepatitis, diathesis pendarahan) harus diobati dengan asiklovir intravena.
Bayi yang terpajan dengan varicella maternal dalam 2 bulan sejak lahir harus diawasi.
3
Tidak ada indikasi klinis untk memberikan antivirus pada varicella neonatal atau
asiklovir profilaksis bila terpajan varicella maternal.
B. MANIFESTASI KLINIS
Konvalescen:
Lesi biasanya pecah membentuk krusta setelah 6 hari (2-12 hari) dan sembuh sempurna
dalam 16 hari (7-34 hari). Erupsi yang berkepanjangan atau lamanya pembentukan krusta
dan penyembuhan dapat terjadi pada imunitas seluler yang tidak cocok.
4
C. ETIOLOGI
Varisela merupakan penyakit infeksi akut, disebabkan oleh varicella zoster virus (VZV).
VZV adalah virus DNA yang tergolong dalam group herpesvirus, subfamily
Alphaherpesvirinae. VZV mempunyai DNA sekuens sendiri dan amplop glikoprotein.
VZV sulit diisolasikan pada kultur sel dan tumbuh paling baik tetapi lambat pada human
diploid fibroblast cells (Mehta, 2006; Fox & Sande, 2001, CDC, 2005).
Penyebab dari varisela adalah virus varisela-zoster.
Penamaan virus ini memberi pengertian bahwa infeksi primer virus ini menyebabkan
timbulnya penyakit varisela, sedangkan reaktivasi (keadaan kambuh setelah sembuh dari
varisela) menyebabkan herves zoster.
D. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi cacar air (varicella) dimulai pada saat varicella-zoster virus (VZV) masuk
ke tubuh melalui mukosa saluran nafas atau orofaring. Pada fase viremia pertama terjadi
penyebaran virus dari lokasi masuknya virus menuju ke pembuluh darah dan limfe.
Selanjutnya VZV akan berkembang biak di sel retikuloendotelial. Pada kebanyakan
kasus, virus dapat mengatasi mekanisme sistem imunitas tubuh non-spesifik seperti
interferon.
Fase viremia kedua terjadi 14-16 hari kemudian ketika virus kembali memasuki aliran
darah. Pada saat ini akan muncul demam dan malaise. Terjadi penyebaran virus ke seluruh
tubuh, khususnya kulit dan mukosa. Infeksi VZV pada lapisan Malphigi menghasilkan
edema intraselular dan edema interselular yang memberi gambaran khas pada bentuk
vesikel. Pada keadaan normal siklus ini akan berakhir setelah 3 hari akibat berhasilnya
sistem kekebalan humoral dan selular spesifik. Timbulnya penyulit diakibatkan kegagalan
respons imun tubuh mengatasi replikasi dan penyebaran virus.
Paparan VZV pada individu dengan sistem imunitas yang baik menghasilkan kekebalan
tubuh berupa antibodi immunoglobulin G (IgG), immunoglobulin M (IgM) dan
immunoglobulin A (IgA) yang memberikan efek proteksi seumur hidup. Pada umumnya
individu hanya mengalami satu kali infeksi varicella sepanjang hidupnya. Jika terjadi
infeksi VZV kembali mungkin berupa penyebaran ke kulit pada herpes zoster.
Setelah infeksi primer, VZV diduga bersembunyi dalam fase latennya di ganglion dorsalis
neuron sensoris. Reaktivasi virus VZV menimbulkan sekumpulan gejala yang disebut
5
herpes zoster atau ruam saraf (shingles), yaitu berupa : lesi vesikuler pada kulit yang
terdistribusi hanya pada dermatom neuron sensoris tertentu. Reaktivasi virus VZV
biasanya terjadi pada usia dewasa dan bertahun-tahun setelah infeksi pertama cacar air.
Penderita herpes zoster juga dapat menularkan cacar air kepada orang lain, khususnya
yang belum pernah menderita cacar air.
6
NYERI
7
NYERI
F. PENCEGAHAN
Pengobatan cacar air bertujuan untuk mengurangi keparahan gejala yang dialami oleh
pasien, dengan atau tanpa bantuan obat. Ada beberapa pengobatan mandiri yang bisa dilakukan
untuk meringankan gejala, yaitu:
Sebagai upaya pencegahan penyakit cacar air, dianjurkan untuk melakukan vaksinasi
cacar air atau vaksin varicella. Di Indonesia sendiri, vaksinasi cacar air tidak termasuk dalam
daftar imunisasi rutin lengkap, tapi tetap dianjurkan untuk diberikan.
G. PENATALAKSANAAN
1. Umum
Varicella dan herpes zoster pada anak imunokompeten, biasanya tidak diperlikan
pengobatan yang spesifik dan pengobatan yang diberikan bersifat simtomatis yaitu:
a. Lesi masih berbentuk vesikel, dapat diberikan bedak agar tidak mudah pecah.
b. Vesikel yang sudah pecah atau sudah terbentuk krusta, dapat diberikan salep
antibiotic untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder.
c. Dapat diberikan antipiretik, tetapi tidak boleh golongan salisilat (aspirin) utuk
menghindari terjadinya sindrom.
d. Kuku jari tangan harus di potong untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder
akibat garukan
2. Obat anti virus
a. Pemberian anti virus dapat mengurangi lama sakit, keparahan dan waktu
penyembuhan akan lebih singkat.
b. Pemberian anti virus sebaiknya dalam jangka waktu kurang dari 48-72 jam setelah
erupsi dikulit muncul
c. Golongan anti virus yang dapat diberikan yaitu asiklovir, valasiklovir dan
famasiklovir
d. Dosis anti virus (oral) untuk pengobatan varicella dan herpes zoster:
8
Neonatus : asiklovir 500 mg/m IV setiap 8 jam selama 10 hari
Anak (2-12 tahun) asiklovir 4 kali 20 mg / kg BB / hari / oral selama 5 hari.
Pubertas dan dewasa : asiklovir 5 kali 800 mg / hari / oral selama 7 hari atau
valasiklovir 3 kali 1 gr / hari / oral selama 7 hari atau famasiklovir 3 kali 500
mg / hari / oral selama 7 hari
H. KOMPLIKASI
Komplikasi penyakit cacar air rentan dialami oleh bayi yang baru lahir, lansia, serta
penderita dengan sistem kekebalan tubuh lemah. Beberapa komplikasi tersebut meliputi:
• Infeksi bakteri sekunder yang menyerang kulit, jaringan lunak, tulang, sendi atau
aliran darah (sepsis)
• Pneumonia, terutama pada penderita cacar air dewasa yang merokok
• Dehidrasi
• Radang otak atau ensefalitis Toxic shock syndrome.
Ibu hamil yang terkena cacar air juga berisiko mengalami komplikasi. Cacar air pada
kehamilan juga berisiko menimbulkan komplikasi. Komplikasi cacar air pada awal
kehamilan dapat menyebabkan bayi berat badan lahir rendah, serta cacat lahir berupa
ukuran kepala yang kecil atau ganguan intelektual. Apabila cacar air terjadi seminggu
sebelum melahirkan atau beberapa hari pasca persalinan, maka bayi yang lahir berisiko
mengalami infeksi serius.
Jika usianya sudah mencapai 3-6 bulan, Si Kecil biasanya sudah dapat dirangsang untuk
memiringkan tubuhnya bahkan tengkurap. Gunakan media cermin sebagai alat bantu stimulasi.
9
Ia akan terkesima melihat wajahnya sendiri. Ajak Si Kecil bermain cilukba’, ia pasti senang
sekali.
Saat Si Kecil menginjak usia 6-9 bulan, ajarkan ia posisi duduk lalu berdiri sambil
berpegangan. Bunda juga dapat melatihnya untuk bersalaman dan tepuk tangan. Biasakan
untuk membacakan cerita pengantar tidur untuknya. Ini akan mengasah kecerdasan Si Kecil.
Bunda bisa mulai melatih Si Kecil untuk semakin mengenal namanya sendiri saat Si
Kecil berusia 9-12 bulan. Ajarkan juga istilah lain untuk memanggil anggota keluarga misalnya
mama, papa, kakak, dan lainnya. Ia juga dapat dilatih berdiri dan berjalan sambil berpegangan.
Selain itu, Si Kecil sudah mulai bisa diajarkan untuk minum dari gelas, memasukkan mainan
kembali ke tempatnya, dan menggelindingkan bola.
Menyusun balok, atau puzzle sederhana bisa mulai diperkenalkan pada Si Kecil usia 12-
18 bulan. Ia juga sudah mulai bisa memegang sendok garpu, pensil untuk mencoret-coret
kertas, memasukkan dan mengeluarkan benda ke wadahnya, juga bermain boneka.
Pada tahap usia ini ini, rata-rata anak sudah dapat berjalan tanpa berpegangan lagi. Ajari ia
untuk menaiki tangga, mengerti dan melakukan perintah sederhana, serta menyebutkan dan
menunjuk benda-benda.
Pada usia 18-24 bulan, Si Kecil bisa diajarkan nama-nama bagian tubuh seperti mata,
hidung, mulut, dan telinga. Dengan bertambahnya kosa katanya, ia sudah dapat menghafal
beberapa nama binatang dan benda-benda sederhana. Latih Si Kecil untuk melakukan kegiatan
sehari-hari secara mandiri seperti makan, minum, mencuci tangan, dan lain-lain.
Perkembangan usia 2-3 tahun akan semakin rumit. Setidaknya Si Kecil sudah memiliki
perbendaharaan 50 kata serta bisa membuat kalimat sendiri yang terdiri dari tiga kata. Ia bisa
menemukan barang yang disembunyikan, berlari, dan naik-turun tangga sendiri. Latih Si Kecil
10
untuk mengenali dan menghapal nama-nama warna, menggambar bentuk, dan buang air di
toilet.
Saat usianya jelang 3 tahun, pastikan Bunda membina kemandirian dan berbagi dengan
teman. Tak hanya itu, stimulasi Si Kecil untuk menambah kemampuan diri bidang menulis
dengan mengajarkannya cara memegang pensil dengan benar, mengenal huruf dan angka serta
melakukan perintah sederhana. Semua hal ini akan berguna dalam memersiapkan diri Si Kecil
untuk masuk masa sekolah.
Kini Bunda sudah tahu bahwa jenis stimulasi yang diberikan pada Si Kecil harus sesuai
dengan usia agar tumbuh kembangnya optimal. Tentunya stimulasi tidak bisa dilakukan secara
asal-asalan, semuanya harus memiliki manfaat bagi kecerdasan Si Kecil. Apa saja tipe-tipe
kecerdasan? Bagaimana caranya memberikan stimulasi yang benar? Temukan semua
jawabannya di situs Morinaga MI Play Plan. Di sana, Bunda dapat mencari tahu tipe kecerdasan
apa yang dominan ada pada Si Kecil serta ide-ide aktivitas bermain seru yang akan
menstimulasinya.
11
2. Keluhan Utama
Klaien mengatakan kulitnya merasakan gatal setiap kali, berkeringat dan kulit
kemerahan
3. Riwayat Penyakit Sekarang klien diantar ibunya datang ke dokter dengan keluhan
bintik-bintik kemerahan diwajah dan seluruh badan sejak 3 hari yang lalu. Bintik-
bintik kemerehan dibagian wajah dan badan beberapa sudah berubah menjadi
lepuhberisi cairan bening dan klien mengeluhkan rasa gatal diseluruh
tubuh,disertai demam dan pusing.keluhan lain terdapat benjolan dibelakang kedua
telinga.
4. Riwayat Penyakit Masa Lalu Tidak
ada 5. Riwayat Imunisasi
BCG: lengkap
DPT: lengkap
Polio 1: lengkap
Polio 2 : lengkap
Polio 3 : lengkap
Polio 4 : lengkap
Campak : lengkap
TT 1 : lengkap
TT 2 : lengkap
6. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola nutrisi
12
Untuk tekanan darah 100/70 mmHg, pernafasan 24 kali/menit dan suhu 38C,
denyut nadi 87 kali/menit c. Status gizi / pertumbuhan
Kaji berat badan dan panjang badan, ukur lingkar lengan, dada, dan kepala pada
klien.
d. Pemeriksaan cepalo caudal
1. Kepala dan rambut
• Inspeksi : tidak ada pernafasan cuping hidung, warna kulit sama dengan
area sekitar,tidak ada lesi.
13
• Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan
7. Dada / thorax
a. Pemeriksaan paru
i. Inspeksi : bentuk dada simetris, adanya retraksi oto dada, dan tidak
ada kelainan pada tulang dada.
ii. Palpasi : tulang dada teraba lunak, tidak ada benjolan pada tulang
dada, dan tidak adanya krepitasi.
iii. Perkusi :terdengar pekak
iv. Auskultasi : tidak ada suara ronki, stridor, atau mengi
b. Pemeriksaan jantung
i. Inspeksi : tidak ada pembengkakan di tungkai atau di organ lain.
ii. Palpasi : tidak adanya penumpukan cairan
iii. Perkusi : normal
iv. Auskultasi : normal
8. Abdomen
Inspeksi : tidak ada luka inspeksi
Palpasi : TFU 3 jari bawah pusat, kontraksiuterus baik
Perkusi : kontraksi positif
Auskultasi : bising usus
9. Genetalia
Inspeksi : tidak ada massa dan tidak ada benjolan, tidak ada jejas, didak
ada lesi, tidak ada cairan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada benjolan
10. Anus
Inspeksi : lubang anus: ada, tidak ada kelainan
Kebersihan : terjaga bersih
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan
11. Ekstremitas Inspeksi :
Ekstremitas atas : bentuk simetris, tidak edema, kuku tidak cyanosis, tangan
kanan/kiri tidak pucat, tidak ada sindaktili, tidak ada polidaktili.
14
Ektremitas bawah : bentuk simetris, tidak edema, kuku tidak cyanosis, tangan
kanan/kiri tidak pucat, tidak ada sindaktili, tidak ada polidaktili. palpasi :
ekstremitas atas dan bawah: tidak adanya benjolan,edema atau nyeri tekan
12. Muskuluskeletal
Inspeksi : tidak ada atropi atau hipertropi
Palpasi : denyutan arteri dapat diraba
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang jarang diperlukan untuk menegakkan diagnosis cacar air
(varicella) apabila pemeriksaan penunjang diperlukan dapat dilakukan tes tzanck,
tes serologi, maupun radiologi.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen pencedera kimiawi
2. Kerusakan integritas kulit b/d perubahan sirkulasi
3. Hipertermi b/d proses penyakit
3. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen pencedera kimiawi kriteria
hasil :
1. Keluhan nyeri menurun
2. Meringis menurun
3. Sikap protektif menurun
4. Gelisah menurun
5. Kesulitan tidur menurun
6. Frekuensi nadi membaik
Intervensi :
Observasi :
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respons nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
15
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasipengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik :
Edukasi
Kolaborasi
Intervensi :
Observasi :
16
1. Identifikaasi penyebab gangguan integritas kulit (mis, perubahan sirkulasi,
perubahan status nutrisi, penurunan kelembaban, suhu lingkungan ekstrem,
penurunan mobilitas)
Terapeutik :
1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
2. Lakukan pemijatanpada area penonjolan tulang jika perlu
3. Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare
4. Gunakan produk berbahan petroleum atau minyak pada kulit kering
5. Gunakan produk berbahan ringan atau alami dan hipoalergik pada kulit
sensitive
6. Hindari produk berbahan dasar alcohol pada kulit kering
Edukasi :
17
3. Monitor tanda dan gejala akibat hipotermia (hipotermia ringan: takipnea,
disartria, menggigil, hipertensi, dluresis. Hipotermia sedang: aritmia hipotensi,
apatis, koagulopati, reflex menurun. Hipotermia berat: oliguria, reflex
menghilang, edema paru, asam-basa abnormal)
Terapeutik :
1. sediakan lingkungan yang hangat 9 mis, atur suhu ruangan, incubator)
2. ganti pakaian dan atau linen yang basah
3. lakukan penghangatan pasif (mis, selimut, menutup kepala, pakaian tebal)
4. lakukan penghangatan aktif eksternal (mis, kompres hangat, botol hangat,
selimut hangat, perawatan metode kangguru
5. lakukan penghangatan aktif internal (mis, infuse cairan hangat, oksigen hangat,
lavase peritoneal dengan cairan hangat)
Edukasi :
1. anjurkan makan/ minum hangat
J. LEMBAR KONSUL
NO TANGGAL REVISI PARAF
18
DAFTAR PUSTAKA
Dr. dr. Ariani Widodo, SpA(K). 2019. (Online). Apakah itu Cacar Air. Diakses pada 10
19
Hardhi Kusuma, S. Kep.,Ns. 2016. (Offline). Pathway varicella zoster. Di akses pada 11 Agustus 2020. Di
ambil dari buku jilid 2 halaman 329
dr. Tjin Willy . 2018. (Online). Pencegahan. Di akses pada 11 Agustus 2020. Di ambil dari
https://www.alodokter.com/cacar-air
Amin huda nurarif, S. Kep.,Ns. 2016. (Offline). Penatalaksanaan varicella zoster. Di akses pada
11 Agustus 2020. Di ambil dari buku jilid 2 halaman 327 dr. Tjin Willy . 2018. (Online). Komplikasi.
Di akses pada 11 Agustus 2020. Di ambil dari https://www.alodokter.com/cacar-air/komplikasi
Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2016.(Offlien). Diagnosa. Di akses pada 12 agustus 2020
Tim pokja SIKI DPP PPNI. 2018. (Offlien). Intervensi. Di akses pada 12 agustus 2020
20