Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMONIA DI RS PKU MUHAMMADIYAH ROGOJAMPI

Di Susun Untuk Memenuhi Penugasan PLKK Kegawat Daruratan Program Studi


S1 Keperawatan STIKES Banyuwangi Tahun 2021/2022

DISUSUN OLEH :

Noviani Ika Enggar Pratiwi

2018. 02.086

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
BANYUWANGI
2022
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan PLKK Keperawatan
Kritis & Kegawatdaruratan “Pneumonia”
Sebagai pemenuhan tugas PLKK Keperawatan Kegawatdaruratan Program Studi
S1 Keperawatan yang dilaksanakan pada 04 juli 2022- 16 juli 2022 di RS PKU
Nama : Noviani Ika Enggar Pratiwi
NIM : 2018.02.086
Prodi : S1 Keperawatan
Mahasiswa

NOVIANI IKA ENGGAR PRATIWI

Banyuwangi, 04 juli 2022

Telah di setujui dan di periksa pada tanggal……Juli 2022

Pembimbing institusi Pembimbing Klinik

Ns. Riyan Dwi P.,S.Kep.,M.Kep Dewi Indah Sari.,Amd.Kep


NIK: 06.132.1119 NIK: 20007.38
A. Definisi
Pneumonia adalah peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh mikroorganisme
seperti bakteri, virus, jamur dan parasit. Pneumonia juga disebabkan oleh bahan kimia dan
paparan fisik seperti suhu atau radiasi. (Djojodibroto,2014).
Pneumonia merupakan infeksi pada paru yang bersifat akut. Penyebabnya adalah
bakteri,virus,jamur,parasit, bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru, dan bisa juga
disebabkan pengaruh dari penyakit lainnya. Pneumonia disebabkan oleh bakteri Streptococcus
dan Mycoplasma pneumonia. Sedangkan virus yang menyebabkan pneumonia yaitu
adenoviruses, Rhinovirus,Influenza virus, Respiratory syncytial virus (RSV) dan pada influenza (
Athena & Ika,2014).
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi yang mengenai saluran pernapasan
bawah dengan tanda dan gejala seperti batuk dan sesak napas. Hal ini diakibatkan oleh adanya
agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing yang
berupa eksudat (cairan) dan konsolidasi (bercak berawan) pada paru-paru (Khasanah, 2017).
B. Etiologi
Menurut Padila (2013) etiologi pneumonia
1. Bakteri
Pneumonia bakteri didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram positif seperti :
Streptococcus pyogeesis. Bakteri gram negativ seperti Haemophilus influenza,
klebsiella pneumonia dan P.Aeruginosa.
2. Virus
Disebabkan virus influenza yang menyebar melalui droplet. Penyebab utama
pneumonia virus ini yaitu Cytomegalovirus.
3. Jamur
Di sebabkan oleh jamur hitoplasma yang menyebar melalui udara yang mengandung
spora dan ditemukan pada kotoran burung, tanah ,serta kompos.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya pneumocystis carini (CPC). Biasanya pada pasien yang
mengalami immunosupresi. ( Reeves,2013). Penyebaran infeksi melalui droplet dan
disebabkan oleh streptococcus pneumonia, melalui selang infus yaitu stapilacoccus
aureus dan pemakaian ventilator oleh Aeruginosa dan enterobacter. Dan bisa terjadi
karena kekebalan tubuh juga mempunyai riwayat penyakit kronis.
Selain diatas penyebab terjadinya pneumonia yaitu dari Non mikroorganisme :
 Bahan kimia
 Paparan fisik seperti suhu dan radiasi ( Djojodibroto,2014)
 Merokok
 Debu, bau-bauan, dan polusi lingkungan (Ikawati,2016).
C. Klasifikasi
Menurut pendapat Amin & Hardi (2015)
1. Berdasarkan anatomi :
a. Pneumonia lobaris yaitu terjadi pada seluruh tubuh atau sebagian besar dari
lobus paru. Disebut pneumonia bilateral atau ganda apabila kedua paru terkena.
b. Pneumonia lobaris, terjadi pada ujung bronkhiolus yang tersumbat oleh eksudat
mukopurulen dan membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada di
dekatnya.
c. Pneumonia interstitial, proses inflamasi yang terjadi didalam dinding alveolar
dan interlobular.
2. Berdasarkan inang dan lingkungan
a. Pneumonia komunitas
Terjadi pasien perokok dan mempunyai penyakit penyerta kardiopulmonal.
b. Pneumonia aspirasi
Disebabkan oleh bahan kimia yaitu bahan toksik, dan akibat aspirasi cairan dari
cairan makanan atau lambung.
c. Pneumonia pada gangguan imun
Terjadi akibat proses penyakit dan terapi. Disebabkan oleh kuman pathogen
atau mikroorganisme seoerti bakteri,protozoa, parasite, virus jamur dan cacing.

D. Manifestasi Klinis
1. Menggigil mendadak dan dengan cepat berlanjut menjadi demam (38,5º C sampai
40º C ).
2. Nyeri dada pleuritik yang semakin berat ketika bernafas dan batuk.
3. Pasien yang sakit parah mengalami takipnea berat (25 sampai 45 kali pernapasan
/menit) dan dyspnea , prtopnea ketika di sangga.
4. Nadi cepat dan memantul dapat meningkat 10 kali/menit per satu derajat peningkatan
suhu tubuh
5. Bradikardia relatif untuk tingginya demam menunjukkan infeksi virus, infeksi
mikroplasma atau infeksi organisme legionella.
6. Tanda lain : infeksi saluran nafas atas, sakit kepala, demam derajat rendah, nyeri
pleuritik, myalgia, ruam faringitis, setelah bebrapa hari, sputum mucoid atau
mukopurulen dikeluarkan.
7. Pneumonia berat: pipi memerah , bibir dan bantalan kuku menunjukkan sianosis
sentral.
8. Sputum purulen, berwarna seperti bercampur darah, kental atau hijau, bergantung
pada agen penyebab.
9. Nafsu makan buruk dan pasien mengalami diaphoresis dan mudah lelah.
10. Tanda dan gejala pneumonia dapat juga bergantung pada kondisi utama pasien
( misal, yang menjalani terapi imunosupresan yang menurunkan resistensi terhadap
infeksi.
E. Patofisiologis
Menurut pendapat Sujono & Sukarmin, kuman masuk ke dalam jaringan paru-paru
melalui saluran nafas bagian atas menuju ke bronkiolus dan alveolus. Setelah bakteri masuk
dapat menimbulkan reaksi peradangan dan menghasilkan cairan edema yang kaya protein.
Kuman pneumococcus dapat meluas dari alveoli ke seluruh segmen atau lobus. Eritrosit dan
leukosit mengalami peningkatan, sehingga alveoli penuh dengan cairan edema yang berisi
eritrosit, fibrin dan leukosit sehingga kapiler alveoli menjadi melebar, paru-paru menjadi tidak
berisi udara. Pada tingkat lebih lanjut, aliran darah menurun sehingga alveoli penuh dengan
leukosit dan eritrosit menjadi sedikit.
Setelah itu paru tampak berwarna abu-abu kekuningan. Perlahan sel darah merah yang
akan masuk ke alveoli menjadi mati dan terdapat eksudat pada alveolus sehingga membrane dari
alveolus akan mengalami kerusakan yang dapat mengakibatkan gangguan proses difusi osmosis
oksigen dan bedampak pada penurunan jumlah oksigen yang dibawa oleh darah.
Secara klinis penderita mengalami pucat sampai sianosis. Terdapatnya cairan purulent
pada alveolus menyebabkan peningkatan tekanan pada paru, dan terdapat penurunan kemampuan
mengambil oksigen dari luar serta mengakibatkan berkurangnya kapasitas paru. Sehingga
penderita akan menggunakan otot bantu pernafasan yang dapat meningbulkan retraksi dada.
Secara hematogen mamou lewat penyebaran sel , mikroorganisme yang ada di paru akan
menyebar ke brokus sehingga terjadi fase peradangan lumen brokus. Hal ini mengakibatkan
terjadinya peningkatan produksi mukosa dan peningkatan gerakan silia sehingga timbul reflek
batuk.
F. Pathway
Virus, Bakteri, Jamur, Aspirasi

Terhirup

Bronchiolus
Stimulasi
Alveolus chemoreseptor
hipotalamus
Infeksi Proses peradangan
Konsentrasi Set poin
Kerja sel goblet Eksudat & serous protein cairan bertambah
masuk dalam alveoli alveoli Respon
Produksi sputum
SDM & leukosit menggigil
meningkat
PMN mengisi alveoli
Rangsang Akumulasi sputum Reaksi
batuk di jalan nafas Konsolidasi di peningkatan
Tekanan hidrostatik suhu tubuh
alveoli
tekanan osmotik
Nyeri pleurik Gangguan
ventilasi Compliance Hipertermi
paru menurun
Gangguan rasa Frekuensi nafas
Difusi
nyaman Bersihan jalan Evaporasi
(D.0074) napas tidak efektif Akumulasi
(D.0001) cairan di alveoli Cairan tubuh
berkurang
Ketidakefektifan
pola nafas Gangguan Risiko
pertukaran gas ketidakseimbangan
Ansietas cairan (D.0036)
(D.0080)
O2 jaringan

Susah tidur
Kelemahan

Gangguan pola
tidur (D.0055) Intoleransi Aktivitas
(D.0056)
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X
Mengindetifikasi distribusi, luas abses, atau infliltrate, empyema ( stapilococcus),
dan penyebaran infiltrate.
2. GDA
Jika terdapat penyakit paru biasanya GDA tidak normal tergantung pada luas paru
yang sakit.
3. JDL leukosit
Sel darah putih rendah karena terjadi infeksi virus, dan kondisi imun.
4. LED meningkat
Terjadi karena hipoksia, volume menurun, tekanan jalan nafas meningkat
H. Komplikasi
Komplikasi pneumonia meliputi hipoksemia, gagal respiratorik, efusi pleura, empyema,
abses paru dan bacteremia, disertai penyebaran infeksi ke bagian tubuh lain yang menyebabkan
meningitis, endocarditis dan pericarditis, (Paramita,2011)
I. Penatalaksaan
Penatalaksaan medis secara umum untuk pneumonia menurut Manurung dkk (2009)
adalah :
1) Pemberian antibiotic seperti, penicillin, cephalosporin pneumonia
2) Pemberian antipiretik, analgetik, bronkodilator
3) Pemberian oksigen
4) Pemberian cairan parental sesuai indikasi . sedangkan untuk peneybab pneumonia
bervariasi sehingga penangannya disesuaikan dengan penyebab tersebut. Selain itu,
pengobatan pneumonia tergantung dari tingkat keparahan gejala yang timbul
(Shaleh,2013).
1. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh bakteri
Dengan pemberian antibiotic yang tepat. Pengobatan harus komplit sampai
benar-benar tidak lagi muncul gejala pada penderita. Selain itu, hasil
pemeriksaan X-Ray dan sputum tidak tampak adanya bakteri pneumonia
(Shaleh,2013).
a) Untuk bakteri Streptococcus pneumonia
Dengan pemberian vaksin dan antibiotik. Ada 2 vaksin yaitu
pneumococcal polysaccharide vaccine direkomendasikan bagi ornag
dewasa. Antibiotic yang digunakan dalam perawatan tipe pneumonia
ini yaitu penicillin, amoxicillin, dan clavulanic acid, serta macrolide
antibiotic.(Shaleh,2013)
b) Untuk bakteri Hemophilus influenzer
Antibiotik cephalosporius kedua dan ketiga, amoxillin dan clavulanic
acid, fluoroquinolones, maxifloxacinoral, gatifloxacin oral, serta
sulfamethozole. (Shaleh,2013)
c) Untuk bakteri Mycoplasma
Dengan antibiotic macrolides, antibiotik ini diresepkan untuk
mycoplasma pneumonia, (Shaleh,2013)
2. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh virus
Pengobatannya sama dengan pengobatan pada pederita flu, yaitu banyak
beristirahat dan pemberian nutrsi yang baik untuk membantu daya tahan tubuh.
Sebab bagaimana pun juga virus akan dikalahkan juga daya tahan tubuh yang
sangat baik. (Shaleh,2013)
3. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh jamur
Cara pengobatannya akan sama denga cara mengobati penyakit jamur lainnya.
Hal ini yang paling penting adalah pemberian obat anti jamur agar bisa
mengatasi pneumonia. (Shaleh,2013)

J. Konsep Askep
 PENGKAJIAN
Menurut Hidayat (2012), pengkajian adalah langkah awal dari tahapan proses
keperawatan, yang harus memperhatikan data dasar dari pasien untuk mendapatkan informasi
yang diharapkan. Pengkajian dilakukan pada (individu, keluarga, komunitas) terdiri dari data
objektif dari pemeriksaan diagnostik serta sumber lain. Pengkajian individu terdiri dari riwayat
kesehatan (data subyektif) dan pemeriksaan fisik (data objektif). Terdapat dua jenis pengkajian
yang dilakukan untuk menghasilkan diagnosis keperawatan yang akurat: komprehensif dan
fokus. Pengkajian komprehensif mencangkup seluruh aspek kerangka pengkajian keperawatan
seperti 11 pola kesehatan fungsional Gordon dan pengkajian fokus mencangkup pemeriksaan
fisik.
a. Keluhan uttama pasien dengan pneumonia adalah sesak nafas, batuk, dan
peningkatan suhu tubuh atau demam.
b. Riwayat penyakit saat ini
Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Apabila klien
mengatakan batuk, maka perawat harus menanyakan sudah berapa lama, dana lama
keluhan batuk muncul. Keluhan batuk biasanya timbul mendadak dan tidak
berkurang setelah minum obat. Pada awalnya keluhan batuk non produktif, lama
kelamaan menjadi batuk produktif dengan mucus purulent kekuningan, kehijauan,
kecoklatan, atau kemerahan dan sering kali baerbau busuk. Klien biasanya mengeluh
mengalami demam tinggi dan menggigil serta sesak nafas, peningkatan frekuensi
pernafasan dan lemas.
c. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit diarahkan pada waktu sebelumnya ,apakah klien pernah mengalami infeksi
saluran nernapasan atas (ISPA)dengan gejala seperti luka tenggorokan , kongesti
nasal, bersin, dan demam ringan.
d. Riwayat keperawatan berdasarkan pola kesehatan fungsional
 Keluarga persepsi sehat-penatalaksanaan sehat
Keluarga sering menganggap seperti batuk biasa, dan menganggap benar-benar
sakit apabila sudah mengalami sesak nafas.
 Pola metabolik nutrisi
Sering anoreksia (akibat respon sistemik melalui kontrol saraf pusat) mual
muntah karena terjadi peningkatan rangsangan gaster dari dampak peningkatan
toksik mikroorganisme.
 Pola tidur-istirahat
Data yang muncul adalah pasin kesulitan tidur karena sesak nafas, penampilan
lemah, sering menguap, dan tidak bisa tidur di malam hari karena tidak
kenyamanan tersebut.
 Pola aktifitas-latihan
Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernsh disampaikan biasanya
sesaat akibat penurunan asupan nutrisi dan oksigenasi pada otak.
 Pola persepsi diri-konsep diri
Tampak gambaran keluarga terhadap pasien ,karena pasien diam.
 Pola peran hubungan
Pasien terlihat malas jika diajak bicara dengan keluarga, pasien lebih banyak
diam
 Pola toleransi stress-koping
Aktivitas yang sering tampak saat menghadapi stress adalah pasien selalu
diam dan mudah marah.
 Pola nilai-kepercayaan
Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan kebutuhan untuk mendapat
sumber kesembuhan dari Allah SWT.
Sedangkan pengkajian fokusnya yaitu :
a) Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum umum klien dengan pneumonia dapat dilakukan
dengan menilai keadaan fisik bagian tubuh. Hasil pemeriksaan tanda-
tanda vital pada klien dengan pneumonia pemeriksaan fisik biasnaya
mengalami peningkatan suhu tubuh yaitu lebih dari 40 C frekuensi
nafas meningkat .
2. Pola pernafasan
Inspeksi : bentuk dada dan gerak pernafasan. Pada klien dengan
pneumonia sering ditemukan peningkatan frekuensi nafas cepat dan
dangkal. Nafas cuping hidung dan sesak berat. Batuk produktif
disertai dengan peningkatan produksi secret yang berlebih.
Perkusi : klien dengan pneumonia tanpa disertai komplikasi, di
dapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru.
Auskultasi : di dapatkan bunyi nafas melemah dan adanya suara nafas
tambahan ronkhi basah pada sisi yang sakit. Penting bagi perawat
untuk mendokumentasikan hasil auskultasi di daerah mana di
dapatkan adanya ronkhi.
3. Sistem neurologi : klien dengan pneumonia yang berat sering terjadi
penurunan kesadaran, pada pengkajian objektif wajah klien tampak
meringis, menangis, merintih (Muttaqin,2008).
 DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon manusia terhadap gangguan
kesehatan atau proses kehidupan, atau kerentangan respon dari seorang individu, keluarga,
kelompok, atau komunitas. Diagnosa keperawatan biasanya berisi dua bagian yaitu deskription
atau pengubah, fokus diagnosis, atau konsep kunci dari diagnosis (Hermand dkk, 2015). Masalah
keperawatan pada pasien Pneumonia yaitu:
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
ditandai dengan PCO2 meningkat/menurun
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas ditandai
dengan sputum berlebih
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen ditandai dengan mengeluh lelah
 INTERVENSI
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
ditandai dengan PCO2 meningkat/menurun
Kriteria : Pertukaran gas (L.01003)
- Dispnea (5)
- Bunyi napas tambahan (5)
- PCO2 (5)
- PO2 (5)
- pH arteri (5)
Intervensi : Pemantau respirasi (I. 01014)
Observasi :
a. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
b. Monitor pola napas (seperti takipnea, hiperventilasi, kussmaul, dsb)
c. Monitor adanya produksi sputum
d. Monitor saturasi oksigen
Terapeutik :
a. Atur interval sesuai kondisi pasien
b. Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi :
a. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
b. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas ditandai
dengan sputum berlebih
Kriteria : Bersihan jalan napas (L.01001)
- Produksi sputum (5)
- Mengi (5)
- Wheezing (5)
- Frekuensi napas (5)
- Pola napas (5)
Intervensi : Manajemen jalan napas (I.01011)
Observasi :
a. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
b. Monitor bunyi napas tambahan (mis, gurgling, mengi, wheezing )
c. Monitor sputum ( warna, jumlah, aroma)
Terapeutik :
a. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift
b. Posisikan semi-fowler atau fowler
c. Berikan minum hangat
d. Lakukan penghisapan lendir kurang lebih 15 detik
Edukasi :
a. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak ada kontraindikasi
b. Ajarkan tehnik batuk efektif
Kolaborasi :
a. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen ditandai dengan mengeluh lelah
Kriteria : Toleransi aktivitas (L.05047)
- Frekuensi nadi (5)
- Keluhan lelah (5)
- Dispnea saat aktivitas (5)
- Tekanan darah (5)
- Frekuensi napas (5)
Intervensi : Manajemen energi (I. 05178)
Observasi :
a. Monitor kelelahan fisik dan emosional
b. Monitor pola jam tidur
c. Monitor lokasi ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik :
a. Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus (mis, cahaya,suara,
kunjungan )
b. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/ atau aktif
c. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
d. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi :
a. Anjurkan tirah baring
b. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Kolaborasi :
a. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
 EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalah. (Meirisa,
2013). Pada tahap evaluasi, perawat dapat mengetahui seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan, dan pelaksanaan telah tercapai. Evaluasi dalam keperawatan adalah kegiatan
dalam menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan
kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Farida, Y., Trisna A., & Nur, D.(2017) .Study Antibiotic Use on Pneumonia Patient ini
Surakarta Referal Hospital . JPCR: Journal of Pharmaceutical Science and Clinical
Research, 2(01),44.https:// doi.org/10.209661/jpscr.vi201.5240

Anda mungkin juga menyukai