DISUSUN OLEH:
NAMA : DELLA AYU SETYORINI
NIM : 92022040032
KELOMPOK : 2
B. ETIOLOGI
Etiologi terjadinya bronkopneumonia dapat disebabkan dari beberapa
faktor. Berikut adalah penyebab bronkopneumonia antara lain:
a. Bakteri : Neumokokus, Streptokokus, Stafilokokus, Haemopilus
influenza, dan Klebsiela mycoplasma pneumonia.
b. Virus : virus adena, virus parainfluenza, virus influenza.
c. Jamur/fungi : Histoplasma, capsutu, koksidiodes.
d. Protozoa : penumokistis katini
e. Bahan kimia : aspirasi makanan/susu/isi lambung, keracunan
hidrokarbon (minyak tanah/ bensin). (Hidayat,2015).
Faktor resiko penyebab bronkopneumonia antara lain :
a. Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA)
b. Kekurangan nutrisi
c. Tidak mendapat asi yang cukup
d. Polusi udara dan kepadatan tempat tinggal.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis pada pasien bronkopneumonia adalah
1. Pasien diposisikan semi fowler 45⁰ untuk inspirasi maksimal.
2. Pemberian oksigen 1-5 lpm.
3. Infus KDN 1 500 ml/24 jam. jumlah cairan sesuai dengan berat badan,
kenaikan suhu dan status hidrasi.
4. Pemberian ventolin yaitu bonkodilator untuk melebarkan bronkus.
5. Pemberian antibiotic diberikan selama sekurang-kurangnya seminggu
sampai pasien tidak mengalami sesak nafas lagi selama tiga hari dan
tidak ada komplikasi lain.
6. Pemberian antipiretik untuk menurunkan demam
7. Pengobatan simtomatis, Nebulizer, Fisioterapi dada
1. Komplikasi
Komplikasi bronkopneumonia adalah sebagai berikut:
a. Atelektasis
Adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
akibat kurangnya mobilisasi reflek batuk hilang apabila penumpukan
sekret akibat berkurangnya daya kembang paru-paru terus terjadi dan
penumpukan secret ini menyebabkan obstruksi bronkus intrinsic.
b. Emfisema
Adalah suatu keadaan di mana terkumpulnya nanah dalam rongga
pleura terdapat di suatu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Abses paru
Adalah penumpukan pus dalam paru yang meradang.
d. Infeksi sistemik
e. Endocarditis
Adalah peradangan pada katup endokardial.
f. Meningitis
Adalah infeksi yang menyerang pada selaput otak (Sujono & Riyadi,
2013).
2. Tumbuh Kembang
Anak usia toddler adalah anak usia 12 – 36 bulan ( 1 – 3 tahun ) pada
periode ini anak berusaha mencari tahu bagaimana sesuatu bekerja dan
bagaimana menngontrol orang lain melalui kemarahan, penolakan, dan
tindakan keras kepala. Hal ini merupakan periode yang sangat penting
untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan intelektual secara
optimal.
Pertumbuhan merupakan bertambah jumlah dan besarnya sel seluruh
bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur. Sedangkan
perkembangan merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang
dapat dicapai melalui tumbuh kematangan belajar.
Usia 1 tahun merupakan usia yang penuh berbagai hal yang menarik
antara lain berubah dalam cara makan, cara bergerak, juga dalam
keinginan dan sikap atau perasaan si kecil apabila disuruh melakukan
sesuatu yang tidak ia sukai, ini akan menyatakan sikap dan nalurinya
mengatakan “tidak” baik dengan kata – kat maupun perbuatan, meskipun
sebetulnya hal itu disukai ( psikolog menyebutnya negatifisme ).
Kenyataan ini berbeda pada saat usia di bawah satu tahun, si kecil akan
menjadi seseorang penyidik yang sangat menjengkelkan, mereka akan
menyelinap masuk setiap sudut rumah, menyentuh semua benda yang
ditemukannya, menggoyangkan meja dan kursi, menjatuhkan benda
apapun yang bisa dijatuhkan, memanjat apa yang bisa di oanjat,
memasukkan benda kecil ke dalam benda yang lebih besar dan sebagainya.
Pada usia 2 tahun si kecil cenderung mengikuti orang tuanya kesana
kemari, ikut – ikutan menyapu, mengepel, menyiram tanaman, semua ini
dilakukan dengan penuh kesungguhan. Pada usia 2 tahun anak sudah
mulai belajar bergaul, ia senang sekali menonton anak lain bermain,
perasaan tauk dan cemas sering terjadi apabila orang tuanya meninggalkan
anak sendiri. Seandainya orang tua harus bepergian lama atau memutuskan
untuk kembali.
Anak pada usia 3 tahun biasanya lebih mudah dikendalikan karena
anak sudah dalam perkembangan emosi, sehingga mereka mengenggap
ayah dan ibunya sebagai orang yang istimewa. Sikap permusuhan dan
kebandelan yang muncul pada usia antara 2,5 sampai 3 tahun tampaknya
makin berkurang, sikap pada orang tua bukan saja bersahabat tapi sangat
ramah dan hangat. Anak menjadi sangat patuh pada orang tuanya,
sehingga mereka akan bertingkah laku baik dan menurut sekali. Jika
keinginan mereka bertentangan dengan kehendak orang tuanya, karena
mereka tetap mahluk hidup yang mempunyai pendapat sendiri. Pada usia 3
tahun, anak cenderung meniru siapapun yang dilakukan orang tuanya
sehari – hari, disebut proses identifikasi. Dalam proses inilah karakter anak
dibentuk jauh lebih banyak dibentuk dari petunjuk yang diterima dari
orang tuanya, seperti membentuk model diri mereka, membina
kepribadian, membentuk sikap dasar bai terhadap pekerjaan, orang tua dan
dirinya sendiri.
3. Hospitalisasi pada Anak
Stress yang terjadi pada bayi usia pertengahan sampai anak usia 6-30
bulan adalah cemas karena perpisahan. Apabila perpisahan dengan ibu
akan menimbulkan rasa kehilangan pada anak akan orang yang di kenal
dan lingkungannya sehingga akan menimbulkan perasaan tidak aman dan
rasa cemas. Respon perilaku pada anak akibat pepisahan yang di alami
dibagi menjadi 3 tahap yaitu :
a. Tahap Protes (Phase of Protest)
Pada tahap ini anak akan menangis kuat, menjerit, memanggil ibunya
atau menggunakan tingkah laku agresif, seperti menendang,
menggigit, memukul, mencubit, mencoba untuk membuat orangtua
tetap tinggal dan menolak perhatian orang lain. Secara verbal anak
biasanya marah, seperti mengatak pergi. Hal terebut akan terus
berlangsung sampai beberapa jam dan jika merasa kelelahan anak
akan berhenti sendiri.
b. Tahap putus asa (Phase of Despair)
Pada tahap ini anak nampak tegang, tangisnya berkurang, tidak aktif
kurang berminat untuk bermain, tidak nafsu makan, menarik diri,
tidak mau berkomunikasi, sedih, apatis, dan regresi (missal
mengompol atau menghisap ibu jari).
c. Tahap menolak (Phase of Denial)
Pada tahap ini, secara samar-samar anak menerima perpisahan, mulai
tertarik dengan apa yang ada di sekitarnya, dan membina hubungan
dangkal dengan orang lain. Anak mulai kelihatan gembira. Fase ini
biasanya terjadi setelah perpisahan yang lama.
H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
nomor registrasi, diagnose medis, dan tanggal medis.
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering muncul adalah gejala sesak nafas
atau peningkatan frekuensi nafas. Secara umum perlu dikaji tentang
gambaran secara menyeluruh apakah klien tampak takut, mengalami
sianosis, dan apakah tampak mengalami kesukaran bernafas, batuk
berdahak, flu dan badannya panas.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Penderita biasanya mengalami sesak nafas, batuk berdahak, pilek,
sianosis dan lemas, mual, muntah, penurunan nafsu makan dan
kurang pengetahuan.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Penderita biasanya sering mengalami penyakit saluran pernafasan
atas riwayat penyakit peradangan pernapasan dengan gejala
bertahap dan panjang yang di sertai degan wheezing pada
pneumonia
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat adanya penyakit bronkopneumonia di dalam keluarga
yang lain (yang tinggal di dalam satu rumah atau beda rumah
dengan jarak rumah yang berdekatan) sangat menentukan karena
ditularkan melalui bakteri, virus, dan jamur
f. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Bronkopneumoni di tularkan melalui Bakteri, Virus, Protozoa dan
Bahan kimia dan penyebaran melalui makan, peralatan pernafasan
yang terkontaminasi dan melalui percikan mukus.
g. Pemeriksaan Fisik
1) Keluhan umum sesak nafas, adanya peningkatan suhu tubuh,
batuk pilek.
2) Sistem penapasan / Respirasi (Breath / B1)
Sesak nafas, pernafasan cuping hidung, pernapasan nagkal,
pergerakan simetris, terdapat mukus, pada auskultasi
terdengar ronchi, perkusi sonor
3) Sistem cardiovascular (Blood / B2)
Kelemahan fisik, denyut nadi perifer melemah, batas jantung
tidak mengalami pergeseran, tekanan darah biasanya normal.
Bunyi jantung tambahan biasanya tidak di temukan.
4) Persarafan (Brain/B3)
Terjadi penurunan kesadaran, sianosis perifer pada
pengkajian objektif wajah klien tampak meringis, menangis,
merintih.
5) Perkemihan-eliminasi urine (Bladder / B4)
Tidak ada gangguan elminasi dan pengukuran volume urine
berhubungan dengan intake cairan. Perawat perlu memonitor
adanya oliguria, karena awal terjadinya syok.
6) Pencernaan / Gastrointestinal (Bowel / B5)
Mual muntah, penuruan nafsu makan, penuruan berat badan.
Membran mukosa kering tampak sianosis dapat terjdi
terdapat pendarahan.
7) Integument (Bone / B6)
Warna kulit kemerahan, bibir kering, turgor kulit tidak
elastis, terdapat sianosis, akral panas kering merah CRT >2
detik, odema, panas batuk berdahak, pilek.
h. Pengkajian Primer
1) Airway
Kaji: bersihan jalan nafas, ada/tidaknya sumbatan pada jalan
nafas, distress pernafasan, tanda-tanda perdarahan di jalan
nafas, muntahan, edema laring
2) Breathing
Kaji: frekuensi nafas, usaha, dan pergerakan dinding dada,
suara pernafasan melalui hidung dan mulut, udara yang
dikeluarkan dari jalan nafas
3) Circulation
Kaji: denyut nadi karotis, tekanan darah, warna dan
kelembaban kulit, tanda-tanda perdarahan eksternal dan
internal
4) Disability
Kaji: tingkat kesadaran, gerakan ekstremitas, GCS, ukuran
pupil dan responnya terhadap cahaya
5) Exposure
Kaji: tanda-tanda trauma yang ada
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi dan Outcome yang dilakukan berdasarkan Standar Luaran
Keperawatan Indonesia dan Standar Intervensi Keperawatan sebagai
berikut:(Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018)(Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018)
DAFTAR PUSTAKA