Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONKOPNEUMONIA PADA AN.D DI RUANG PICU – NICU


RSUD dr. LOEKMONO HADI

Disusun Guna Memenuhi Tugas Program Studi Professi Ners


Stase Anak

DISUSUN OLEH:
NAMA : DELLA AYU SETYORINI
NIM : 92022040032
KELOMPOK : 2

PROGRAM PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
Jalan Ganesha l Purwosari Kudus, Jawa Tengah, 59316 | Email: umkudus.ac.id
A. PENGERTIAN
Bronkopenumonia merupakan radang dari saluran pernapasan yang
terjadi pada bronkus sampai dengan alveolus paru. Bronkopneumonia lebih
sering dijumpai pada anak kecil dan bayi, biasanya sering disebabkan oleh
bakteri streptokokus pneumonia dan Hemofilus influenza yang sering
ditemukan pada dua pertiga dari hasil isolasi. Berdasarkan data WHO,
kejadian infeksi pneumonia di Indonesia pada balita diperkirakan antara 10-
20% pertahun (Samuel, 2014).
Bronkopneumonia adalah peradangan parenkim paru yang di sebabkan
oleh bakteri, virus, jamur, ataupun benda asing yang di tandai dengan gejala
panas tinggi gelisah dipsnea, napas cepat dan dangkal, muntah, diare serta
batuk kering dan produktif (Hidayat,2015).
Bronkopneumonia adalah suatu cadangan pada parenkim paru yang
meluas sampai bronkioli atau penyebaran langsung melalui saluran
pernapasan melalui hematogen sampai ke bronkus (Sujono & Riyadi, 2013).
Bronkopneumonia adalah suatu radang paru-paru yang mempunyai
penyebaran bercak, teratur dalam satu area atau lebih yang berlokasi di dalam
bronki dan meluas ke parenkim paru (Hidayat,2015).

B. ETIOLOGI
Etiologi terjadinya bronkopneumonia dapat disebabkan dari beberapa
faktor. Berikut adalah penyebab bronkopneumonia antara lain:
a. Bakteri : Neumokokus, Streptokokus, Stafilokokus, Haemopilus
influenza, dan Klebsiela mycoplasma pneumonia.
b. Virus : virus adena, virus parainfluenza, virus influenza.
c. Jamur/fungi : Histoplasma, capsutu, koksidiodes.
d. Protozoa : penumokistis katini
e. Bahan kimia : aspirasi makanan/susu/isi lambung, keracunan
hidrokarbon (minyak tanah/ bensin). (Hidayat,2015).
Faktor resiko penyebab bronkopneumonia antara lain :
a. Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA)
b. Kekurangan nutrisi
c. Tidak mendapat asi yang cukup
d. Polusi udara dan kepadatan tempat tinggal.

C. TANDA & GEJALA/MANIFESTASI KLINIS


a. Biasanya didahului infeksi traktus respratori atas.
b. Demam (39 ⁰C – 40 ⁰C) kadang- kadang disertai kejang karena
demam yang tinggi.
c. Anak sangat geliasah dan adanya nyeri dada yang terasa di tusuk-
tusuk, yang dicetuskan oleh pernapasan dan batuk.
d. Pernapasan cepat dan dangkal disertai penapasan cuping hidung dan
sianosis sekitar hidung dan mulut.
e. Kadang - kadang disertai muntah dan diare.
f. Adanya bunyi tambahan pernapasan seperti ronchi dan wheezing.
g. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipokisia apabila infeksinya
serius.
h. Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mucus yang
menyebabkan ateletaksis absorbs
i. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan seperti : nyeri pleuritik,
nafas dangkal dan mendengkur, takipnea (nafas cepat)
j. Gerakan dada tidak simetris.
k. Diaforesis
l. Anoreksia
m. Malaise
n. Batuk kental, produktif. Sputum kuning kehijauan kemudian berubah
menjadi kemerahan atau berkarat. (Wulandari & Meira, 2016).
D. PATHOFISIOLOGI
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya
disebabkan oleh virus penyebab bronkopneumonia yang masuk ke saluran
pernapasan sehingga terjadi peradangan bronkus dan alveolus dan jaringan
sekitarnya. Inflamasi pada bronkus ditandai adanya penumpukan secret,
sehingga terjadi demam, batuk produktif ronchi positif dan mual. Setelah itu
mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradanan yang
meliputi empat stadium, yaitu:
a. Stadium I/Hiperemia (4-12 jam pertama/kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon perdangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini di tandai dengan
peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi
b. Stadium II/Hepatiasi Merah (48 jam berikutnya)
Disebut hepatiasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah
merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh pejamu (host) sebagai
bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh
karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit, dan cairan, sehingga
warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada
stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak
akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu
selama 48 jam.
c. Stadium III/Hepatisasi Kelabu (3-8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan
fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi
fagositostis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai
diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit,
warna menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami
kongesti.
d. Stadium IV/resolusi (7-12 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis diabsorbsi
oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke struktrunya semula.
Inflamasi pada bronkus ditandai adanya penumpukan secret, sehingga
terjadi demam, batuk produkif, ronchi positif dan mual. . (Wulandari &
Meira, 2016).
E. PATHOFLOW

Sumber: (Hidayat, 2015)


F. PEMERIKSAAN PENUNJANG MEDIS
Pemeriksaan penunjang pada bronkopneumonia adalah sebagai berikut :
a. Foto thoraks
Pada foto thoraks bronkopneumonia terdapat bercak-bercak infiltrat
pada satu atau beberapa lobus.
b. Laboratorium
Leukositosis dapat mencapai 15.000 - 40.000 mm 3 dengan pergeseran
ke kiri.
c. GDA: tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang
terlibat dan penyakit paru yang ada.
d. Analisa gas darah arteri bisa menunjukkan asidosis metabolik dengan
atau tanpa retensi CO2.
e. LED meningkat.
f. WBC (white blood cell) biasanya kurang dari 20.000 cells mm3
g. Elektrolit natrium dan klorida mungkin rendah.
h. Bilirubin mungkin meningkat.
i. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paruh terbuka menyatakan
intranuklear tipikal dan keterlibatan sistoplasmik. (Samuel, 2014)

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis pada pasien bronkopneumonia adalah
1. Pasien diposisikan semi fowler 45⁰ untuk inspirasi maksimal.
2. Pemberian oksigen 1-5 lpm.
3. Infus KDN 1 500 ml/24 jam. jumlah cairan sesuai dengan berat badan,
kenaikan suhu dan status hidrasi.
4. Pemberian ventolin yaitu bonkodilator untuk melebarkan bronkus.
5. Pemberian antibiotic diberikan selama sekurang-kurangnya seminggu
sampai pasien tidak mengalami sesak nafas lagi selama tiga hari dan
tidak ada komplikasi lain.
6. Pemberian antipiretik untuk menurunkan demam
7. Pengobatan simtomatis, Nebulizer, Fisioterapi dada
1. Komplikasi
Komplikasi bronkopneumonia adalah sebagai berikut:
a. Atelektasis
Adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
akibat kurangnya mobilisasi reflek batuk hilang apabila penumpukan
sekret akibat berkurangnya daya kembang paru-paru terus terjadi dan
penumpukan secret ini menyebabkan obstruksi bronkus intrinsic.
b. Emfisema
Adalah suatu keadaan di mana terkumpulnya nanah dalam rongga
pleura terdapat di suatu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Abses paru
Adalah penumpukan pus dalam paru yang meradang.
d. Infeksi sistemik
e. Endocarditis
Adalah peradangan pada katup endokardial.
f. Meningitis
Adalah infeksi yang menyerang pada selaput otak (Sujono & Riyadi,
2013).
2. Tumbuh Kembang
Anak usia toddler adalah anak usia 12 – 36 bulan ( 1 – 3 tahun ) pada
periode ini anak berusaha mencari tahu bagaimana sesuatu bekerja dan
bagaimana menngontrol orang lain melalui kemarahan, penolakan, dan
tindakan keras kepala. Hal ini merupakan periode yang sangat penting
untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan intelektual secara
optimal.
Pertumbuhan merupakan bertambah jumlah dan besarnya sel seluruh
bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur. Sedangkan
perkembangan merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang
dapat dicapai melalui tumbuh kematangan belajar.
Usia 1 tahun merupakan usia yang penuh berbagai hal yang menarik
antara lain berubah dalam cara makan, cara bergerak, juga dalam
keinginan dan sikap atau perasaan si kecil apabila disuruh melakukan
sesuatu yang tidak ia sukai, ini akan menyatakan sikap dan nalurinya
mengatakan “tidak” baik dengan kata – kat maupun perbuatan, meskipun
sebetulnya hal itu disukai ( psikolog menyebutnya negatifisme ).
Kenyataan ini berbeda pada saat usia di bawah satu tahun, si kecil akan
menjadi seseorang penyidik yang sangat menjengkelkan, mereka akan
menyelinap masuk setiap sudut rumah, menyentuh semua benda yang
ditemukannya, menggoyangkan meja dan kursi, menjatuhkan benda
apapun yang bisa dijatuhkan, memanjat apa yang bisa di oanjat,
memasukkan benda kecil ke dalam benda yang lebih besar dan sebagainya.
Pada usia 2 tahun si kecil cenderung mengikuti orang tuanya kesana
kemari, ikut – ikutan menyapu, mengepel, menyiram tanaman, semua ini
dilakukan dengan penuh kesungguhan. Pada usia 2 tahun anak sudah
mulai belajar bergaul, ia senang sekali menonton anak lain bermain,
perasaan tauk dan cemas sering terjadi apabila orang tuanya meninggalkan
anak sendiri. Seandainya orang tua harus bepergian lama atau memutuskan
untuk kembali.
Anak pada usia 3 tahun biasanya lebih mudah dikendalikan karena
anak sudah dalam perkembangan emosi, sehingga mereka mengenggap
ayah dan ibunya sebagai orang yang istimewa. Sikap permusuhan dan
kebandelan yang muncul pada usia antara 2,5 sampai 3 tahun tampaknya
makin berkurang, sikap pada orang tua bukan saja bersahabat tapi sangat
ramah dan hangat. Anak menjadi sangat patuh pada orang tuanya,
sehingga mereka akan bertingkah laku baik dan menurut sekali. Jika
keinginan mereka bertentangan dengan kehendak orang tuanya, karena
mereka tetap mahluk hidup yang mempunyai pendapat sendiri. Pada usia 3
tahun, anak cenderung meniru siapapun yang dilakukan orang tuanya
sehari – hari, disebut proses identifikasi. Dalam proses inilah karakter anak
dibentuk jauh lebih banyak dibentuk dari petunjuk yang diterima dari
orang tuanya, seperti membentuk model diri mereka, membina
kepribadian, membentuk sikap dasar bai terhadap pekerjaan, orang tua dan
dirinya sendiri.
3. Hospitalisasi pada Anak
Stress yang terjadi pada bayi usia pertengahan sampai anak usia 6-30
bulan adalah cemas karena perpisahan. Apabila perpisahan dengan ibu
akan menimbulkan rasa kehilangan pada anak akan orang yang di kenal
dan lingkungannya sehingga akan menimbulkan perasaan tidak aman dan
rasa cemas. Respon perilaku pada anak akibat pepisahan yang di alami
dibagi menjadi 3 tahap yaitu :
a. Tahap Protes (Phase of Protest)
Pada tahap ini anak akan menangis kuat, menjerit, memanggil ibunya
atau menggunakan tingkah laku agresif, seperti menendang,
menggigit, memukul, mencubit, mencoba untuk membuat orangtua
tetap tinggal dan menolak perhatian orang lain. Secara verbal anak
biasanya marah, seperti mengatak pergi. Hal terebut akan terus
berlangsung sampai beberapa jam dan jika merasa kelelahan anak
akan berhenti sendiri.
b. Tahap putus asa (Phase of Despair)
Pada tahap ini anak nampak tegang, tangisnya berkurang, tidak aktif
kurang berminat untuk bermain, tidak nafsu makan, menarik diri,
tidak mau berkomunikasi, sedih, apatis, dan regresi (missal
mengompol atau menghisap ibu jari).
c. Tahap menolak (Phase of Denial)
Pada tahap ini, secara samar-samar anak menerima perpisahan, mulai
tertarik dengan apa yang ada di sekitarnya, dan membina hubungan
dangkal dengan orang lain. Anak mulai kelihatan gembira. Fase ini
biasanya terjadi setelah perpisahan yang lama.

H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
nomor registrasi, diagnose medis, dan tanggal medis.
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering muncul adalah gejala sesak nafas
atau peningkatan frekuensi nafas. Secara umum perlu dikaji tentang
gambaran secara menyeluruh apakah klien tampak takut, mengalami
sianosis, dan apakah tampak mengalami kesukaran bernafas, batuk
berdahak, flu dan badannya panas.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Penderita biasanya mengalami sesak nafas, batuk berdahak, pilek,
sianosis dan lemas, mual, muntah, penurunan nafsu makan dan
kurang pengetahuan.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Penderita biasanya sering mengalami penyakit saluran pernafasan
atas riwayat penyakit peradangan pernapasan dengan gejala
bertahap dan panjang yang di sertai degan wheezing pada
pneumonia
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat adanya penyakit bronkopneumonia di dalam keluarga
yang lain (yang tinggal di dalam satu rumah atau beda rumah
dengan jarak rumah yang berdekatan) sangat menentukan karena
ditularkan melalui bakteri, virus, dan jamur
f. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Bronkopneumoni di tularkan melalui Bakteri, Virus, Protozoa dan
Bahan kimia dan penyebaran melalui makan, peralatan pernafasan
yang terkontaminasi dan melalui percikan mukus.
g. Pemeriksaan Fisik
1) Keluhan umum sesak nafas, adanya peningkatan suhu tubuh,
batuk pilek.
2) Sistem penapasan / Respirasi (Breath / B1)
Sesak nafas, pernafasan cuping hidung, pernapasan nagkal,
pergerakan simetris, terdapat mukus, pada auskultasi
terdengar ronchi, perkusi sonor
3) Sistem cardiovascular (Blood / B2)
Kelemahan fisik, denyut nadi perifer melemah, batas jantung
tidak mengalami pergeseran, tekanan darah biasanya normal.
Bunyi jantung tambahan biasanya tidak di temukan.
4) Persarafan (Brain/B3)
Terjadi penurunan kesadaran, sianosis perifer pada
pengkajian objektif wajah klien tampak meringis, menangis,
merintih.
5) Perkemihan-eliminasi urine (Bladder / B4)
Tidak ada gangguan elminasi dan pengukuran volume urine
berhubungan dengan intake cairan. Perawat perlu memonitor
adanya oliguria, karena awal terjadinya syok.
6) Pencernaan / Gastrointestinal (Bowel / B5)
Mual muntah, penuruan nafsu makan, penuruan berat badan.
Membran mukosa kering tampak sianosis dapat terjdi
terdapat pendarahan.
7) Integument (Bone / B6)
Warna kulit kemerahan, bibir kering, turgor kulit tidak
elastis, terdapat sianosis, akral panas kering merah CRT >2
detik, odema, panas batuk berdahak, pilek.
h. Pengkajian Primer
1) Airway
Kaji: bersihan jalan nafas, ada/tidaknya sumbatan pada jalan
nafas, distress pernafasan, tanda-tanda perdarahan di jalan
nafas, muntahan, edema laring
2) Breathing
Kaji: frekuensi nafas, usaha, dan pergerakan dinding dada,
suara pernafasan melalui hidung dan mulut, udara yang
dikeluarkan dari jalan nafas
3) Circulation
Kaji: denyut nadi karotis, tekanan darah, warna dan
kelembaban kulit, tanda-tanda perdarahan eksternal dan
internal
4) Disability
Kaji: tingkat kesadaran, gerakan ekstremitas, GCS, ukuran
pupil dan responnya terhadap cahaya
5) Exposure
Kaji: tanda-tanda trauma yang ada

i. Pemeriksaan tingkat perkembangan


1) Adaptasi Sosial
Pada anak usia toddler (1-3 tahun) mampu mentolelir
perpisahan dari orang asing dan meniru orang tua
2) Bahasa
Pada anak usia toddler (1-3 tahun) mengatakan empat
sampai enam kata termasuk nama-nama “meminta” objek
dengan menunjukknya, memahami peritah sederana. Dapat
menggunkan gerakan berjabat tangan mengatakan “tidak”
dan menggunakan kata “tidak” meskipun menyetujui
permintaan.
3) Motorik halus
Pada anak usia toddler (1-3 tahun) yang secara konstan
menjatuhkan objek ke lantai, membangun menara dari dua
kotak, memegang dua kotak dalam satu tangan, melepaskan
butir-butir kedalam leher botol yang sempit, mencoret-coret
secara spontan, menggunakn cangkir dengan baik tetapi
memutarkan sendok.
4) Pada anak todler (1-3 tahun) mampu berjalan tanpa bantuan
(biasanya sejak usia 1,3 bulan ).
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada anak
dengan Bronkopneumonia yaitu: (Tim pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d peningkatan produksi sputum
(D.0001)
b. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan difusi oksigen antara
alveoli dan membran kapiler (D.0003)
c. Resiko ketidak seimbangan cairan b.d disfungsi intestinal (D.0036)
d. Risiko deficit nutrisi b.d intake menurun (D.0032)
e. Hipertermia b.d peningkatan suhu tubuh (D.0130)
f. Intoleransi aktivitas b.d fatique (D.0056)

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi dan Outcome yang dilakukan berdasarkan Standar Luaran
Keperawatan Indonesia dan Standar Intervensi Keperawatan sebagai
berikut:(Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018)(Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018)

Diagnosa Tujuan Intervensi


Keperawatan
Bersihan jalan Setelah dilakukan Manajemen Jalan napas (I.01011)
napas tidak intervensi keperawatan 1) Monitor pola napas dengan melihat
efektif diharapkan bersihan jalan monitor
(D.0001) napas Meningkat dengan 2) Monitor bunyi napas tambahan (mis.
kriteria hasil (L.01001): Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi)
1) Batuk efektif 3) Monitor sputum
meningkat 4) Posisikan 60°
2) Produksi sputum 5) Berikan minumair hangat
menurun 6) Lakukan fisioterapi dada
3) Mengi menurun 7) Lakukan penghisapan lendir kurang dari
4) Wheezing menurun 15 detik
5) Dispnea menurun 8) Hiperoksigenasi
6) Gelisah menurun 9) Ajarkan batuk efektif
7) Frekuensi napas 10) Kolaborasi pemberian bronkodilator,
membaik ekspetoran, mukolitik, jika perlu
8) Pola napas membaik Pemantauan Respirasi (I.01014)
1) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
2) Auskultasi bunyi napas
3) Monitor saturasi oksigen
4) Dokumentasikan hasil pemantauan
Gangguan Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi (I.01014)
pertukaran intervensi keperawatan 1) Monitor frekuensi, irama, kedalaman
gas (D.0003) diharapkan pertukaran gas dan upaya napas dengan melihat ke
meningkat dengan monitor
kriteria hasil (L.01003): 2) Monitor pola napas( seperti bradipnea,
Tingkat takipnea, hiperventilasi, kussmaul,
1) kesadaran meningkat cheyne-stokes, biot, atksik)
2) Dispnea menurun 3) Monitor kemampuan batuk efektif
3) Bunyi napas 4) Monitor adanya sumbatan jalan napas
tambahan menurun 5) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
4) Pusing menurun 6) Auskultasi bunyi napas
5) diaforesis menurun 7) Monitor saturasi oksigen
6) Gelisah menurun 8) Monitor nilai AGD
7) Napas cuping hidung 9) Monitor hasil X-ray Toraks
menurun 10) Atur interval pemantauan respirasi sesuai
8) PCO2 membaik kondisi pasien
9) PO2 membaik 11) Dokumnetasikan hasil pemantauan
10) Takikardia membaik 12) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
11) Ph membaik Terapi Oksigen (I.01026)
12) Sianosis membaik 1) Monitor kecepatan aliran oksigen
13) Pola napas membaik 2) Monitor efktifitas terapi oksigen
14) Warna kulit membaik 3) Monitor tanda-tanda hipoventilasi
4) Bersihkan secret pada mulut, hidung, dan
trakea jika perlu
5) Pertahankan kepatenan jalan napas
6) Berikan oksigen tambahan
7) Ajarkan teknik relaksasi
8) Kolaborasi penentuan dosis oksigen
Resiko Setelah dilakukan Manajemen Cairan (I.03098)
ketidak tindakan keperawatan 1) Monitor status hidrasi ( mis, frek nadi,
seimbangan diharapkan kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler,
cairan ketidakseimbangan cairan kelembapan mukosa, turgor kulit, tekanan
(D.0036) membaik dengan kriteria darah)
hasil (L.03020): 2) Monitor berat badan harian
1) Keseimbangan cairan 3) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
meningkat (mis. Hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis
2) Output urin urin , BUN)
meningkat 4) Monitor status hemodinamik ( Mis. MAP,
3) Membrane mukosa CVP, PCWP jika tersedia)
lembap meningkat 5) Catat intake output dan hitung balans
4) Asupan makan cairan dalam 24 jam
meningkat 6) Berikan  asupan cairan sesuai kebutuhan
7) Berikan cairan intravena bila perlu
8) Kolaborasi pemberian diuretik,  jika perlu

Risiko deficit Setelah dilakukan Manajemen gangguan makan (I.03111)


nutrisi tindakan keperawatan 1) Monitor asupan dan keluarnya makanan
(D.0032) diharapkan status nutrisi dan cairan serta kebutuhan kalori
membaik (L.03030) 2) Diskusikan perilaku makan dan jumlah
Kriteria Hasil: aktifitas fisik
1) Porsi makan yang 3) Damping ke kamar mandi untuk
dihabiskan meningkat pengamatan perilaku memuntahkan
2) Berat badan atau IMT kembali makanan
meningkat 4) Ajarkan pengaturan diet yang tepat
3) Frekuensi makan 5) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
meningkat target berat badan, kebutuhan kalori dan
4) Nafsu makan pilihan makanan
meningkat
Hipertermia Setelah dilakukan Regulasi Temperature (I.14578)
(D.0130) intervensi keperawatan 1) Monitor suhu tubuh anak tiap dua
diharapkan masalah jam, jika perlu
termogulasi tidak efektif 2) Monitor tekanan darah, frekuensi
dapat teratasi pernafasan dan nadi
(L.14134) 3) Monitor warna dan suhu kulit
Kriteria Hasil : 4) Monitor dan catat tanda gejala
1) Pucat menurun hipotermia atau hipetermia
2) Vasokonstiksi perifer 5) Pasang alat pemantau suhu kontinu, jka
menurun perlu
3) Kadar glukosa darah 6) Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi
membaik yang ade kuat
4) Tekanan darah 7) Sesuaikan suhu lingkungan dengan
membaik kebutuhan pasien
5) Pengisian kapiler 8) Jelaskan cara pencegahan heat
membaik exhaustion dan heat stroke
6) Suhu tubuh membaik 9) Jelaskan cara pencegahan
hipotermi karena terpapar udara
dingin
10) Kolaborasi pemberian antipiretik,
jika perlu
Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen Energi (I.05178)
aktivitas intervensi keperawatan 1.) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
(D.0056) diharapkan diharapkan mengakibatkan kelelahan
intoleransi aktivitas 2.) Monitor pola dan jam tidur
meningkat (L.05047) 3.) Monitor kelelahan fisik dan emosional
dengan kriteria hasil : 4.) Anjurkan tirah baring
1) Kemudahan dalam 5.) Anjurkan melakukan aktivitas secara
melakukan aktivitas bertahap
sehari-hari meningkat 6.) Lakukan latihan rentang gerak pasif atau
2) Kekuatan tubuh aktif
bagian atas dan 7.) Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur
bawah meningkat
3) Keluhan lelah
menurun
4) Dyspnea saat aktivitas
menurun

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. A. (2015). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Salemba Medika.


Nurarif, A.H. & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC, Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta:
MediAction Publishing
Riyadi, Sujono & Sukarmin. 2013. Asuhan keperawatan ada anak. Jogjakarta:
Graha Ilmu.
Samuel, A. (2014). BRONKOPNEUMONIA ON PEDIATRIC PATIENT. Jurnal
Kesehatan Kedokteran UNILA, 185-189.
Tim pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Wulandari, Dewi & Meira Erawati. 2016. Buku Ajar Keperawatan Anak.
Jogjakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai