Disusun Oleh:
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2022-2023
LAPORAN PENDAHULUAN BRONKOPNEUMONIA
2. Etiologi
Etiologi terjadinya bronkopneumonia dapat disebabkan dari beberapa
faktor. Berikut adalah penyebab bronkopneumonia antara lain:
a. Bakteri : Neumokokus, Streptokokus, Stafilokokus, Haemopilus influenza,
dan Klebsiela mycoplasma pneumonia.
b. Virus : virus adena, virus parainfluenza, virus influenza.
c. Jamur/fungi : Histoplasma, capsutu, koksidiodes.
d. Protozoa : penumokistis katini
e. Bahan kimia : aspirasi makanan/susu/isi lambung, keracunan hidrokarbon
(minyak tanah/ bensin).
(Riyadi, 2011 dalam Dewi & Erawati, 2016)
Faktor resiko penyebab bronkopneumonia antara lain :
a. Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA)
b. Kekurangan nutrisi
c. Tidak mendapat asi yang cukup
d. Polusi udara dan kepadatan tempat tinggal.
3. Gambaran Klinis
Gambaran klinis bronkopneumonia adalah sebagai berikut :
a. Biasanya didahului infeksi traktus respratori atas.
2
b. Demam (39 ⁰C – 40 ⁰C) kadang- kadang disertai kejang karena demam
yang tinggi.
c. Anak sangat geliasah dan adanya nyeri dada yang terasa di tusuk-tusuk,
yang dicetuskan oleh pernapasan dan batuk.
d. Pernapasan cepat dan dangkal disertai penapasan cuping hidung dan
sianosis sekitar hidung dan mulut.
e. Kadang - kadang disertai muntah dan diare.
f. Adanya bunyi tambahan pernapasan seperti ronchi dan wheezing.
g. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipokisia apabila infeksinya
serius.
h. Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mucus yang
menyebabkan ateletaksis absorbs
i. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan seperti : nyeri pleuritik, nafas
dangkal dan mendengkur, takipnea (nafas cepat)
j. Gerakan dada tidak simetris.
k. Diaforesis
l. Anoreksia
m. Malaise
n. Batuk kental, produktif. Sputum kuning kehijauan kemudian berubah
menjadi kemerahan atau berkarat.
(Wijyaningsih, 2013 dalam Dewi & Erawati, 2016)
4. Patofisiologi
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya
disebabkan oleh virus penyebab bronkopneumonia yang masuk ke saluran
pernapasan sehingga terjadi peradangan bronkus dan alveolus dan jaringan
sekitarnya. Inflamasi pada bronkus ditandai adanya penumpukan secret,
sehingga terjadi demam, batuk produktif ronchi positif dan mual. Setelah itu
mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradanan yang
meliputi empat stadium, yaitu:
a. Stadium I/Hiperemia (4-12 jam pertama/kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon perdangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini di tandai dengan
peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi
b. Stadium II/Hepatiasi Merah (48 jam berikutnya)
Disebut hepatiasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah
merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh pejamu (host) sebagai
3
bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh
karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit, dan cairan, sehingga
warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada
stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak
akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu
selama 48 jam.
c. Stadium III/Hepatisasi Kelabu (3-8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositostis sisa-
sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus
masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna menjadi pucat
kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
d. Stadium IV/resolusi (7-12 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis diabsorbsi oleh
makrofag sehingga jaringan kembali ke struktrunya semula. Inflamasi
pada bronkus ditandai adanya penumpukan secret, sehingga terjadi
demam, batuk produkif, ronchi positif dan mual.
(Wijayaningsih, 2013 dalam Dewi & Erawati, 2016)
4
5. Pathways
Virus, bakteri, jamur
Proses peradangan
Bronkopneumonia
Anoreksia hipoksia
Intake
Intoleransi
Defisit nutrisi aktivitas
Kurang dari
Kebutuhan tubuh
5
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada bronkopneumonia adalah sebagai berikut :
a. Foto thoraks
Pada foto thoraks bronkopneumonia terdapat bercak-bercak infiltrat pada
satu atau beberapa lobus.
b. Laboratorium
Leukositosis dapat mencapai 15.000 - 40.000 mm3 dengan pergeseran ke
kiri.
c. GDA: tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang
terlibat dan penyakit paru yang ada.
d. Analisa gas darah arteri bisa menunjukkan asidosis metabolik dengan atau
tanpa retensi CO2.
e. LED meningkat.
f. WBC (white blood cell) biasanya kurang dari 20.000 cells mm3
g. Elektrolit natrium dan klorida mungkin rendah.
h. Bilirubin mungkin meningkat.
i. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paruh terbuka menyatakan intranuklear
tipikal dan keterlibatan sistoplasmik.
(Padila, 2013 dalam Dewi & Erawati, 2016)
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis pada pasien bronkopneumonia adalah
1. Pasien diposisikan semi fowler 45⁰ untuk inspirasi maksimal.
2. Pemberian oksigen 1-5 lpm.
3. Infus KDN 1 500 ml/24 jam. jumlah cairan sesuai dengan berat badan,
kenaikan suhu dan status hidrasi.
4. Pemberian ventolin yaitu bonkodilator untuk melebarkan bronkus.
6
5. Pemberian antibiotic diberikan selama sekurang-kurangnya seminggu
sampai pasien tidak mengalami sesak nafas lagi selama tiga hari dan tidak
ada komplikasi lain.
6. Pemberian antipiretik untuk menurunkan demam
7. Pengobatan simtomatis, Nebulizer, Fisioterapi dada
8. Komplikasi
Komplikasi bronkopneumonia adalah sebagai berikut:
a. Atelektasis
Adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru akibat
kurangnya mobilisasi reflek batuk hilang apabila penumpukan sekret
akibat berkurangnya daya kembang paru-paru terus terjadi dan
penumpukan secret ini menyebabkan obstruksi bronkus intrinsic.
b. Emfisema
Adalah suatu keadaan di mana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura
terdapat di suatu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Abses paru
Adalah penumpukan pus dalam paru yang meradang.
d. Infeksi sistemik
e. Endocarditis
Adalah peradangan pada katup endokardial.
f. Meningitis
Adalah infeksi yang menyerang pada selaput otak.
(Ngastiyah, 2012 dalam Dewi & Erawati, 2016).
9. Tumbuh Kembang
Anak usia toddler adalah anak usia 12 – 36 bulan ( 1 – 3 tahun ) pada
periode ini anak berusaha mencari tahu bagaimana sesuatu bekerja dan
bagaimana menngontrol orang lain melalui kemarahan, penolakan, dan
tindakan keras kepala. Hal ini merupakan periode yang sangat penting untuk
mencapai pertumbuhan dan perkembangan intelektual secara optimal (Perry,
1998).
Pertumbuhan merupakan bertambah jumlah dan besarnya sel seluruh
bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur. Sedangkan perkembangan
merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai
melalui tumbuh kematangan belajar (Wong’s, 2000).
7
Usia 1 tahun merupakan usia yang penuh berbagai hal yang menarik
antara lain berubah dalam cara makan, cara bergerak, juga dalam keinginan
dan sikap atau perasaan si kecil apabila disuruh melakukan sesuatu yang tidak
ia sukai, ini akan menyatakan sikap dan nalurinya mengatakan “tidak” baik
dengan kata – kat maupun perbuatan, meskipun sebetulnya hal itu disukai
( psikolog menyebutnya negatifisme ). Kenyataan ini berbeda pada saat usia
di bawah satu tahun, si kecil akan menjadi seseorang penyidik yang sangat
menjengkelkan, mereka akan menyelinap masuk setiap sudut rumah,
menyentuh semua benda yang ditemukannya, menggoyangkan meja dan
kursi, menjatuhkan benda apapun yang bisa dijatuhkan, memanjat apa yang
bisa di oanjat, memasukkan benda kecil ke dalam benda yang lebih besar dan
sebagainya. (Hurlock, 2002)
Pada usia 2 tahun si kecil cenderung mengikuti orang tuanya kesana
kemari, ikut – ikutan menyapu, mengepel, menyiram tanaman, semua ini
dilakukan dengan penuh kesungguhan. Pada usia 2 tahun anak sudah mulai
belajar bergaul, ia senang sekali menonton anak lain bermain, perasaan tauk
dan cemas sering terjadi apabila orang tuanya meninggalkan anak sendiri.
Seandainya orang tua harus bepergian lama atau memutuskan untuk kembali.
Anak pada usia 3 tahun biasanya lebih mudah dikendalikan karena anak
sudah dalam perkembangan emosi, sehingga mereka mengenggap ayah dan
ibunya sebagai orang yang istimewa. Sikap permusuhan dan kebandelan yang
muncul pada usia antara 2,5 sampai 3 tahun tampaknya makin berkurang,
sikap pada orang tua bukan saja bersahabat tapi sangat ramah dan hangat.
Anak menjadi sangat patuh pada orang tuanya, sehingga mereka akan
bertingkah laku baik dan menurut sekali. Jika keinginan mereka bertentangan
dengan kehendak orang tuanya, karena mereka tetap mahluk hidup yang
mempunyai pendapat sendiri. Pada usia 3 tahun, anak cenderung meniru
siapapun yang dilakukan orang tuanya sehari – hari, disebut proses
identifikasi. Dalam proses inilah karakter anak dibentuk jauh lebih banyak
dibentuk dari petunjuk yang diterima dari orang tuanya, seperti membentuk
model diri mereka, membina kepribadian, membentuk sikap dasar bai
terhadap pekerjaan, orang tua dan dirinya sendiri (Hurlock, 2002).
g. Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik
Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada individu,
yaitu secara bertahap, berat dan tinggi anak senakin bertambah dan secara
simultan mengalami peningkatan untuk berfungsi baik secara kognitif,
psikososial, maupun spiritual (Supartini, 2000).
8
Anak usia toddler memiliki karakteristik tersendiri dalam berbagai
ranah pertumbuhan dan perkembangannya. Pertumbuhan dan
perkembangan biologis. Secara umum pertumbuhan baik dari segi berat
maupun tinggi badab berjalan cukup stabil atau lambat. Rata – rata
bertambah sekitar 2,3 kg/ tahun, sedangkan tinggi badan bertambah
sekitar 6 – 7 cm / tahun ( tungkai bawah lebih dominant untuk bertambah
dibanding anggota tubuh lainnya ). Hampir semua fungsi tubuh sudah
matang dan stabil sehingga dapat beradaptasi dengan berbagai perubahan
dan stress, sehingga saat inisudah bisa diajarkan toilet training.
h. Motorik Kasar
Perkembangan kemampuan motorik kasar adalah kemampuan yang
berhubungan dengan gerak – gerak kasar yang melibatkan sebagian besar
organ tubuh seperti berlari, dan melompat. Perkembangan motorik kasar
ini sangat dipengaruhi oleh proses kematangan anak juga bisa berbeda.
Pada fase ini perkembangan motorik sangat menonjol. Motorik kasar
anak umur 15 bulan antara lain sudah bisa berjalan sendiri tanpa bantuan
orang lain. Anak usia 18 bulan sudah mulai berlari tapi masih sering jatuh,
menarik-narik mainan, mulai senang naik tangga tetapi masih dengan
bantuan. Pada anak usia 24 bulan berlari sudah baik, dapat naik tangga
sendiri dengan kedua kaki tiap tahap. Sedangkan pada anak usia 36 bulan
sudah bisa naik turun tangga tanpa bantuan, memakai baju dengan
bantuan, mulai bisa naik sepeda beroda tiga.
i. Motorik Halus
Kemampuan motorik adalah kemampuan yang berhubungan
ketrampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata –
tangan. Saraf motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangakan melalui
kegiatan dan rangsangan yang kontinu secara rutin. Seperti bermain
puzzle, menyusuun balok, memasukkan benda ke dalam lubang sesuai
bentuknya, membuat garis, melipat kertas, dan sebagainya.
Motorik halus pada anak usia 15 bulan antara lain sudah bisa
memegangi cangkir, memasukkan jari ke lubang, membuka kotak,
melempar benda. Pada anak usia 18 bulan sudah bisa makan dengan
menggunakan sendok, bisa membuka halaman buku, belajar menyususun
balok-balok. Anak usia 24 bulan sudah bisa membuka pintu, membuka
kunci, menggunting sederhana, minum dengan menggunakan gelas atau
cangkir, sudah dapat menggunakan gelas atau cangkir, sudah dapat
menggunakan sendok dengan baik. Sedangkan pada anak usia 36 tahun
9
sudah bisa menggambar lingkaran, mencuci tangan nya sendiri,
menggosok gigi.
Anak pada usia 2 – 3 tahun memiliki beberapa kesamaan karakteristik
dengan masa sebelumnya. Secara fisik anak masih mengalami
pertumbuhan yang pesat. Beberapa karakteristik khusus yang dilalui anak
usia 2 – 3 tahun antara lain: anak sangat aktif mengeksplorasi benda –
benda yang ada di sekitarnya. Ia memiliki kekuatan observasi yang tajam
dan keinginan belajar yang luar biasa. Eksplorasi yang dilakukan oleh
anak terhadap benda – benda apa saja yang ditemui merupakan proses
belajar yang sangat efektif. Motivasi belajar anak pada usia tersebut
menempati grafik tertinggi dibanding sepanjang usianya bila tidak ada
hambatan dari lingkungan.
j. Bahasa
Perkembangan bahasa anak usia toddler secara umum pemerolehan
bahasa anak usia 1 – 3 tahun merupakan proses yang bersifat fisik dan
psikis. Secara fisik kemampuan anak dalam memproduksi kata – kata
ditandai oleh perkembangan bibir, lidah, dan gigi mereka yang sedang
tumbuh. Pada tahap tertentu pemerolehan bahasa ( kemampuan
mengucapkan dan memahami arti kata juga tidak lepas dari kemampuan
mendengarkan, melihat dan mengartikan symbol – simbolbunyi dengan
kematangan otaknya. Sedangkan secara psikis, kemampuan memproduksi
kata – kata dan variasi ucapan sangat ditentukan oleh situasi emosional
anak saat berlatih mengucapkan kata – kata.
Pada usia ini anak mulai mengembangkan kemampuan berbahasa.
Diawali dengan berceloteh, kemudian satu dua kata dan kalimat yang
belum jelas maknanya. Anak terus belajar dan berkomunikasi, memahami
pembicaraan orang lain dan belajar mengungkapkan isi hati dan pikiran.
Pada anak usia 13 bulan, anak sudah mulai dapat mengucapkan kata –
kata sederhana seperti “mama” atau “papa”. Pada usia 17 bulan,
umumnya anak sudah dapat mengucapkan kata gantidiri dan
merangkainya dengan beberapa kata sederhana dan mengutarakan pesan –
pesan seperti, “ Adik mau susu.” . Pada anak usia 18 – 23 bulan, anak
mengalami perkembangan yang pesat dalam mengucapkan kata – kata.
Perbendaharaan kata anak – anak pada usia ini mencapai 50 kata. Selain
itu anak sudah mulai sadar bahwa setiap benda memiliki nama sehingga
hal ini mendorongnya untuk melancarkan kemampuan bahasanya dan
belajar kata – kata baru lebih cepat.
10
10. Hospitalisasi pada Anak
Menurut (Nursalam, 2005 dalam Dewi & Erawati, 2016) stress yang
terjadi pada bayi usia pertengahan sampai anak usia 6-30 bulan adalah cemas
karena perpisahan. Apabila perpisahan dengan ibu akan menimbulkan rasa
kehilangan pada anak akan orang yang di kenal dan lingkungannya sehingga
akan menimbulkan perasaan tidak aman dan rasa cemas. Respon perilaku
pada anak akibat pepisahan yang di alami dibagi menjadi 3 tahap yaitu :
a. Tahap Protes (Phase of Protest)
Pada tahap ini anak akan menangis kuat, menjerit, memanggil ibunya atau
menggunakan tingkah laku agresif, seperti menendang, menggigit,
memukul, mencubit, mencoba untuk membuat orangtua tetap tinggal dan
menolak perhatian orang lain. Secara verbal anak biasanya marah, seperti
mengatak pergi. Hal terebut akan terus berlangsung sampai beberapa jam
dan jika merasa kelelahan anak akan berhenti sendiri.
b. Tahap putus asa (Phase of Despair)
Pada tahap ini anak nampak tegang, tangisnya berkurang, tidak aktif
kurang berminat untuk bermain, tidak nafsu makan, menarik diri, tidak
mau berkomunikasi, sedih, apatis, dan regresi (missal mengompol atau
menghisap ibu jari).
c. Tahap menolak (Phase of Denial)
Pada tahap ini, secara samar-samar anak menerima perpisahan, mulai
tertarik dengan apa yang ada di sekitarnya, dan membina hubungan
dangkal dengan orang lain. Anak mulai kelihatan gembira. Fase ini
biasanya terjadi setelah perpisahan yang lama.
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Umur : Bonkopnemonia merupakan penyakit yang di sebabkan oleh
virus yang sering menyebabkan kematian pada anak usia < 5 tahun
dan pada lansia > 65 tahun.
2) Jenis kelamin: secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan pada
penderita bronkopneumonia
3) Tempat tinggal : penyakit ini di temukan pada lingkungan yang padat
penduduk dan kurangnya ventilasi pada rumah.
b. Keluhan Utama
Penderita biasanya mengeluh sesak nafas, batuk berdahak, flu dan
11
badanya panas (peningkatan suhu tubuh)
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Penderita biasanya mengalami sesak nafas, batuk berdahak, pilek, sianosis
dan lemas, mual, muntah, penurunan nafsu makan dan kurang
pengetahuan.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Penderita biasanya sering mengalami penyakit saluran pernafasan atas
riwayat penyakit peradangan pernapasan dengan gejala bertahap dan
panjang yang di sertai degan wheezing pada pneumonia
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan difusi oksigen
antara alveoli dan membran kapiler.
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maalabsorbsi pada nafas
d. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses
infeksi, anoreksia, distensi abdomen
e. Hipertermi berhubungan dengan penyakit
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan insufisiensi O2 untuk aktivitas
sehari-hari
3. Intervensi
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan difusi oksigen
antara alveoli dan membran kapiler.
Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
Setelah dilakukan 1) Kaji frekuensi, 1) Manifestasi distress
tindakan kedalaman, dan pernafasan
keperawatan selama 3 kemudahan bernafas. tergantung pada
x 24 jam, diharapkan indikasi derajat
pertukaran gas klien keterlibatan paru
tidak terganggu dan status kesehatan
dengan kriteria hasil: 2) Observasi warna kulit, umum
1) GDA dalam membrane mukosa, 2) Sianosis kuku
rentang normal dan kuku. Catat menunjukan
2) Tidak ada adanya sianosis perifer vasokonstriksi atau
distress atau sirkulasi sentral respon tubuh
pernafasan terhadap demam /
3) Berpartisipasi menggigil. Namun,
pada tindakan sianosis daun telinga,
untuk membrane mukosa,
memaksimalkan dan kulit sekitar
oksigenasi mulut menunjukan
3) Awasi frekuensi hipoksemia sistemik
jantung / irama 3) Takikardia biasanya
ada karena demam/
dehidrasi. Tetapi
juga dapat
14
merupakan respon
4) Pertahankan istirahat terhadap hipoksemia
tidur. Dorong 4) Mencegah terlalu
menggunakan teknik lelah dan
relaksasi dan aktifitas menurunkan
senggang kebutuhan/
konsumsi oksigen
5) Tinggikan kepala dan untuk memudahkan
dorong untuk sering perbaikan infeksi
mengubah posisi, 5) Tindakan ini
nafas dalam dan batuk mengingatkan
efektif inspirasi maksimal,
meningkatkan
pengeluaran secret
untuk perbaikan
6) Berikan terapi oksigen ventilasi
dengan benar 6) Tujuan terapi
oksigen adalah
mempertahankan
PaO2 diatas 60
mmHg. Oksigen
diberikan dengan
metode yang
memberikan
pengiriman dengan
tepat dalam toleransi
pasien
15
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Malabsorbsi nafas
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Setelah dilakukan tindakan - Monitor frekuensi, 1) Mengevaluasi
keperawatan selama 3 x 24 jam, irama, kedalaman, keadaan umum
diharapkan cairan dan elektrolit dan upaya napas pasien
klien seimbang dengan kriteria - Monitor pola napas
hasil:
(seperti bradipnea,
- Dispne takipnea,
- Penggunaan hiperventilasi, 2) Mengoptimalkan
otot bantu Kussmaul, Cheyne- masukan oral
pernafasan Stokes, Biot, 3) Memberikan suplai
- Fase ekspirasi ataksik0 cairan tubuh
memanjang - Monitor
- Pola nafas kemampuan batuk
abnormal efektif
- Monitor adanya
produksi sputum
- Monitor adanya
sumbatan jalan
napas
- Palpasi
kesimetrisan
ekspansi paru
- Auskultasi bunyi
napas
- Monitor saturasi
oksigen
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil x-ray
toraks
Terapeutik
- Atur interval waktu
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
- Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu
-
Implementasi
5. Evaluasi
18
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang
memungkinkan perawat untuk menentukan apakah intervensi
keperawatan telah berhasil
DAFTAR PUSTAKA
19
Nurarif, A.H. & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC, Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta:
MediAction Publishing
Riyadi, Sujono & Sukarmin. 2009. Asuhan keperawatan ada anak. Jogjakarta: Graha
Ilmu.
Wulandari, Dewi & Meira Erawati. 2016. Buku Ajar Keperawatan Anak. Jogjakarta:
Pustaka Pelajar.
20