Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK A

DENGAN BRONKOPNEUMONIA DI RUANG EBONI RSUD KOTA


TANGERANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Profesi Ners Stase Keperawatan Anak

Pembimbing : Ns. Vike Dwi Hapsari, M.Kep

Disusun Oleh :

ANDRIANI AZHRI AMAZIA

NIM 231030230771

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TAHUN 2023/ 2024


BAB 1

TINJAUAN TEORI

1. Definisi Bronkopneumonia
Bronkopneumonia adalah peradangan parenkim paru yang di sebabkan
oleh bakteri, virus, jamur, ataupun benda asing yang di tandai dengan
gejala panas tinggi gelisah dipsnea, napas cepat dan dangkal, muntah,
diare serta batuk kering dan produktif (Hidayat, 2009 dalam Dewi &
Erawati, 2016) Bronkopneumonia adalah suatu cadangan pada parenkim
paru yang meluas sampai bronkioli atau penyebaran langsung melalui
saluran pernapasan melalui hematogen sampai ke bronkus (Sujono &
Riyadi, 2009 dalam lailul muna 2019). Bronkopneumonia adalah suatu
radang paru-paru yang mempunyai penyebaran bercak, teratur dalam satu
area atau lebih yang berlokasi di dalam bronki dan meluas ke parenkim
paru (Smeltzer, 2003 dalam lailul muna 2019).

2. Etiologi
Etiologi terjadinya bronkopneumonia dapat disebabkan dari beberapa
faktor. Berikut adalah penyebab bronkopneumonia antara lain:
a. Bakteri : Neumokokus, Streptokokus, Stafilokokus, Haemopilus
influenza, dan Klebsiela mycoplasma pneumonia.
b. Virus : virus adena, virus parainfluenza, virus influenza.
c. Jamur/fungi : Histoplasma, capsutu, koksidiodes.
d. Protozoa : penumokistis katini
e. Bahan kimia : aspirasi makanan/susu/isi lambung, keracunan
hidrokarbon (minyak tanah/ bensin).
(Riyadi, 2011 dalam lailul muna 2019) Faktor resiko penyebab
bronkopneumonia antara lain :
a. Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA)
b. Kekurangan nutrisi
c. Tidak mendapat asi yang cukup
d. Polusi udara dan kepadatan tempat tinggal.

3. Gambaran Klinis
Gambaran klinis bronkopneumonia adalah sebagai berikut :
a. Biasanya didahului infeksi traktus respratori atas.
b. Demam (39 ⁰C – 40 ⁰C) kadang- kadang disertai kejang karena
demam yang tinggi.
c. Anak sangat geliasah dan adanya nyeri dada yang terasa di tusuk-
tusuk, yang dicetuskan oleh pernapasan dan batuk.
d. Pernapasan cepat dan dangkal disertai penapasan cuping hidung dan
sianosis sekitar hidung dan mulut.
e. Kadang - kadang disertai muntah dan diare.
f. Adanya bunyi tambahan pernapasan seperti ronchi dan wheezing.
g. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipokisia apabila infeksinya
serius.
h. Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mucus yang
menyebabkan ateletaksis absorbs
i. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan seperti : nyeri pleuritik,
nafas dangkal dan mendengkur, takipnea (nafas cepat)
j. Gerakan dada tidak simetris.
k. Diaforesis
l. Anoreksia
m. Malaise
n. Batuk kental, produktif. Sputum kuning kehijauan kemudian berubah
menjadi kemerahan atau berkarat. (Wijyaningsih, 2013 dalam lailul
muna 2019 ).

4. Patifisiologi
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan
oleh virus penyebab bronkopneumonia yang masuk ke saluran pernapasan
sehingga terjadi peradangan bronkus dan alveolus dan jaringan sekitarnya.
Inflamasi pada bronkus ditandai adanya penumpukan secret, sehingga
terjadi demam, batuk produktif ronchi positif dan mual. Setelah itu
mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradanan yang
meliputi empat stadium, yaitu:
a. Stadium I/Hiperemia (4-12 jam pertama/kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon perdangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini di tandai
dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat
infeksi
b. Stadium II/Hepatiasi Merah (48 jam berikutnya)
Disebut hepatiasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel
darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh pejamu (host)
sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi
padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit, dan cairan,
sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti
hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal
sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat
singkat, yaitu selama 48 jam.
c. Stadium III/Hepatisasi Kelabu (3-8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan
fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi
fagositostis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai
diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit,
warna menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami
kongesti.
d. Stadium IV/resolusi (7-12 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis diabsorbsi
oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke struktrunya semula.
Inflamasi pada bronkus ditandai adanya penumpukan secret, sehingga
terjadi demam, batuk produkif, ronchi positif dan mual.
5. Manifestasi Klinis
tanda dan gejala bronkopneumonia adalah sebagai berikut :
a. Biasanya didahului dengan adanya infeksi traktus respratori atas.
b. Demam (39C-40C) kadang juga disertai kejang akibat demam
tinggi.
c. Anak sangat geliasah dan terdapat nyeri dada seperti di tusuk-
tusuk, yang disebabkan karena pernapasan dan batuk.
d. Pernapsan cepat, dangkal, disertai penapasan cuping hidung.
e. Kadang juga disertai muntahdan diare.
f. Adanya bunyi tambahan pernapasan seperti ronchi dan wheezing.
g. Menyebabkan ateletaksis absorbs. (Wijayaningsih, 2013 dalam
lailil muna 2019 )
6. Komplikasi
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian
atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39–
40°C dan mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat
gelisah, dispnu, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping
hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak
dijumpai di awal penyakit, anak akan mendapat batuk setelah beberapa
hari, dimana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi
produktif.

Pneumonia virus umumnya lebih sering dikaitkan dengan batuk, mengi,


atau stridor; demam kurang menonjol dibandingkan dengan pneumonia
bakteri. Kongesti mukosa dan peradangan saluran napas bagian atas
menunjukkan infeksi virus. Pneumonia bakteri biasanya berhubungan
dengan demam tinggi, menggigil, batuk, dispnea, dan temuan auskultasi
konsolidasi paru. Pneumonia atipikal pada bayi muda ditandai dengan
takipnea, batuk, dan ronki pada auskultasi. Tanda-tanda lain dari gangguan
pernapasan termasuk pelebaran hidung, retraksi interkostal dan subkostal,
dan mendengus.
Asimetri atau pernapasan dangkal mungkin karena belat dari rasa sakit.
Hiperekspansi, umum pada asma tetapi juga sering menyertai infeksi virus
saluran pernapasan bawah, dapat menyebabkan diafragma rendah yang
terlihat pada rontgen dada. Ekskursi diafragma yang buruk dapat
menunjukkan paru-paru yang hiperekspansi atau ketidakmampuan untuk
ekspansi karena konsolidasi atau efusi yang besar. Perkusi redup mungkin
karena infiltrat lobar atau segmental atau cairan pleura. Auskultasi
mungkin normal pada pneumonia awal atau sangat fokal, tetapi adanya
ronki, ronki, dan mengi yang terlokalisir dapat membantu mendeteksi dan
menemukan lokasi pneumonia. Bunyi reath yang jauh dapat menunjukkan
area konsolidasi atau cairan pleura yang berventilasi buruk.
Gejala bronkopneumonia bervariasi, tergantung pada keparahan kondisi,
gejala tersebut sebagai berikut :
a) Demam tinggi.
b) Kesulitan bernapas mis. sesak nafas/sesak nafas, pernapasan cepat •
Detak jantung cepat.
c) Mengi
d) Nyeri dada yang mungkin bertambah parah dengan batuk atau
bernapas dalam
e) Batuk berlendir kuning atau hijau
f) Menggigil atau menggigil
g) Sakit kepala
h) Energi rendah dan kelelahan
i) Kehilangan selera makan
j) Mual dan muntah
k) Anak yang tampak sakit yang mudah lelah
l) Dehidrasi
m) Iritabilitas
n) Kresek

Menurut buku pedoman Respirologi Anak IDAI, gambaran klinis


pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat-ringanna infeksi,
tetapi secara umum adalah sebagai berikut :

a) Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise,


penurunan nafsu makan, keluhan gastrointestinal seperti mual,
muntah atau diare, kadang-kadang ditemukan gejala infeksi
ekstrapulmonar.
b) Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak nafas, retraksi dada,
takipneu, nafas cuping hidng, air hunger, merintih dan sianosis.

7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis pada pasien bronkopneumonia adalah :
a. Pasien diposisikan semi fowler 45⁰ untuk inspirasi maksimal.
b. Pemberian oksigen 1-5 lpm.
c. Infus KDN 1 500 ml/24 jam. jumlah cairan sesuai dengan berat
badan, kenaikan suhu dan status hidrasi.
d. pemberian ventolin yaitu bonkodilator untuk melebarkan bronkus.
e. Pemberian antibiotic diberikan selama sekurang-kurangnya
seminggu sampai pasien tidak mengalami sesak nafas lagi selama
tiga hari dan tidak ada komplikasi lain.
f. Pemberian antipiretik untuk menurunkan demam
g. Pengobatan simtomatis, Nebulizer, Fisioterapi dada.

8. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada bronkopneumonia adalah sebagai berikut :
a. Foto thoraks Pada foto thoraks bronkopneumonia terdapat bercak-
bercak infiltrat pada satu atau beberapa lobus.
b. Laboratorium Leukositosis dapat mencapai 15.000 - 40.000 mm 3
dengan pergeseran ke kiri.
c. GDA: tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang
terlibat dan penyakit paru yang ada.
d. Analisa gas darah arteri bisa menunjukkan asidosis metabolik dengan
atau tanpa retensi CO2.
e. LED meningkat.
f. WBC (white blood cell) biasanya kurang dari 20.000 cells mm3
g. Elektrolit natrium dan klorida mungkin rendah.
h. Bilirubin mungkin meningkat.
i. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paruh terbuka menyatakan
intranuklear tipikal dan keterlibatan sistoplasmik. (Padila, 2013
dlaalm lailul muna 2019).
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Umur : Bonkopnemonia merupakan penyakit yang di sebabkan oleh
virus yang sering menyebabkan kematian pada anak usia < 5 tahun
dan pada lansia > 65 tahun.
b. Jenis kelamin: secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan pada
penderita bronkopneumonia
c. Tempat tinggal : penyakit ini di temukan pada lingkungan yang padat
penduduk dan kurangnya ventilasi pada rumah.
2. Keluhan utama
Penderita biasanya mengeluh sesak nafas, batuk berdahak, flu dan
badanya panas (peningkatan suhu tubuh).
3. Riwayat Penyakit sekarang
Penderita biasanya mengalami sesak nafas, batuk berdahak, pilek, sianosis
dan lemas, mual, muntah, penurunan nafsu makan dan kurang
pengetahuan. Penderita biasanya sering mengalami penyakit saluran
pernafasan atas riwayat penyakit peradangan pernapasan dengan gejala
bertahap dan panjang yang di sertai degan wheezing pada pneumonia.
4. Riwayat peyakit keluarga
Riwayat adanya penyakit bronkopneumonia di dalam keluarga yang lain
(yang tinggal di dalam satu rumah atau beda rumah dengan jarak rumah
yang berdekatan) sangat menentukan karena ditularkan melalui bakteri,
virus, dan jamur.
5. Riwayat penyakit lingkungan
Bronkopneumoni di tularkan melalui Bakteri, Virus, Protozoa dan Bahan
kimia dan penyebaran melalui makan, peralatan pernafasan yang
terkontaminasi dan melalui percikan mukus.

6. Pemeriksaan fisik
a. Keluhan umum sesak nafas, adanya peningkatan suhu tubuh, batuk
pilek.
b. Sistem penapasan / Respirasi (Breath / B1) Sesak nafas, pernafasan
cuping hidung, pernapasan nagkal, pergerakan simetris, terdapat
mukus, pada auskultasi terdengar ronchi, perkusi sonor
c. Sistem cardiovascular (Blood / B2) Kelemahan fisik, denyut nadi
perifer melemah, batas jantung tidak mengalami pergeseran, tekanan
darah biasanya normal. Bunyi jantung tambahan biasanya tidak di
temukan.
d. Persarafan (Brain/B3) Terjadi penurunan kesadaran, sianosis perifer
pada pengkajian objektif wajah klien tampak meringis, menangis,
merintih.
e. Perkemihan-eliminasi urine (Bladder / B4) Tidak ada gangguan
elminasi dan pengukuran volume urine berhubungan dengan intake
cairan. Perawat perlu memonitor adanya oliguria, karena awal
terjadinya syok.
f. Pencernaan / Gastrointestinal (Bowel / B5) Mual muntah, penuruan
nafsu makan, penuruan berat badan. Membran mukosa kering
tampak sianosis dapat terjdi terdapat pendarahan.
g. Integument (Bone / B6) Warna kulit kemerahan, bibir kering, turgor
kulit tidak elastis, terdapat sianosis, akral panas kering merah CRT
>2 detik, odema, panas batuk berdahak, pilek.

7. Pengkajian Primer
a. Airway
b. Kaji: bersihan jalan nafas, ada/tidaknya sumbatan pada jalan nafas,
distress pernafasan, tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan,
edema laring
c. Breathing
d. Kaji: frekuensi nafas, usaha, dan pergerakan dinding dada, suara
pernafasan melalui hidung dan mulut, udara yang dikeluarkan dari
jalan nafas
e. Circulation
f. Kaji: denyut nadi karotis, tekanan darah, warna dan kelembaban
kulit, tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal
g. Disability
h. Kaji: tingkat kesadaran, gerakan ekstremitas, GCS, ukuran pupil dan
responnya terhadap Cahaya
i. Exposure
Kaji: tanda-tanda trauma yang ada.
8. Pemeriksaan tingkat perkembangan
a. Adaptasi Sosial Pada anak usia toddler (1-3 tahun) mampu mentolelir
perpisahan dari orang asing dan meniru orang tua
b. Bahasa Pada anak usia toddler (1-3 tahun) mengatakan empat
sampai enam kata termasuk nama-nama “meminta” objek dengan
menunjukknya, memahami peritah sederana. Dapat menggunkan
gerakan berjabat tangan mengatakan “tidak” dan menggunakan kata
“tidak” meskipun menyetujui permintaan.
c. Motorik halus Pada anak usia toddler (1-3 tahun) yang secara
konstan menjatuhkan objek ke lantai, membangun menara dari dua
kotak, memegang dua kotak dalam satu tangan, melepaskan butir-
butir kedalam leher botol yang sempit, mencoret-coret secara
spontan, menggunakn cangkir dengan baik tetapi memutarkan
sendok.
d. Pada anak todler (1-3 tahun) mampu berjalan tanpa bantuan (biasanya
sejak usia 1,3 bulan ).
B. Diagnosa keperawatan
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum.
2. Hipertermi berhubungan dengan penyakit.

C. Intervensi
Intervensi keperawayan merupakan segala bentuk terapi yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai peningkatan, pencegahan, dan pemulihan kesehatan klien, individu,
keluarg dan komunitas (Yuliastati & Arnis, 2016).
1. Tujuan dan kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam,
diharapkan jalan nafas klien kembali efektif dengan kriteria hasil:
a) Batuk efektif meningkat (5)
b) Produksi sputum menurun (5)
c) Gelisah menurun (5)
d) Frekuensi napas membaik (5)
e) Pola nafas membaik(5)
2. Intervensi
a) Identifikasi kemampuan batuk
b) Monitor adanya retensi sputum
c) Jelaskan kepada orang tua penyebab ketidak efektifan jalan nafas.
d) Berikan posisi yang nyaman pada pasien, misalnya semifowler.
e) Lakukan fisioterapi dada
f) Berikan anak susu hangat.
g) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian nebulizer dengan obat
ventolin 3 cc.
3. Implementasi Keperawatan
Menurut (Khulfi Mawadah,2020) implementasi merupakan tindakan
yang sudah direncanakan dalam rencana keperawatan. Tindakan
keperawatan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.

Tindakan mandiri adalah aktivitas perawat yang didasarkan pada


kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk
atau perintah dari ptugas kesehatan lain. Sedangkan tindakan
kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan bersama,
seperti dokter dan petugas kesehatan lain.

4. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan


keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil
yang perawat buat pada tahap perencanaan, (Khulfi Mawadah, 2020).
DAFTAR PUSTAKA

World Health Organization. Pocket book of hospital care for children. Second.
WHO, Bangladesh; 2013.
Schemes M. Bronchopneumonia in Children. CMScript; 2019.
Ebeledike C, Ahmad T. Pediatric Pneumonia [Internet]. Statpearls (Internet).
USA: NCBI StatPearls Publishing LLC; 2022. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK536940/?report=classic
Muhammad Waseem. Pediatric Pneumonia: Practice Essentials, Background,
Pathophysiology [Internet]. Medscape. Medscape; 2016. p. 1–17.

Anda mungkin juga menyukai