Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONCHOPNEUMONIA

DISUSUN OLEH
NAMA : GILANG NUR FADHILAH
NIM : B2019032

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERISTAS ‘AISYIYAH SURAKARTA
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
BRONCHOPNEUMONIA
A. PENGERTIAN
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu
peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai
bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya, yang sering terjadi pada
anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti
bakteri, virus, jamur dan benda asing. Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan
oleh mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah penyebab non infeksi yang perlu
dipertimbangkan. Bronkopneumonia lebih sering merupakan infeksi sekunder
terhadap berbagai keadaan yang melemahkan daya tahan tubuh tetapi bisa juga
sebagai infeksi primer yang biasanya kita jumpai pada anak-anak dan orang
dewasa (Bennete, 2018).
Bronchopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai
pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di
dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya.
(Smeltzer & Suzanne C, 2017).
Bronchopneomonia adalah penyebaran daerah infeksi yang berbercak
dengan diameter sekitar 3 sampai 4 cm mengelilingi dan juga melibatkan
bronchi. (Sylvia A. Price & Lorraine M.W, 2016).
Bronkhopneumonia adalah salah satu peradangan paru yang terjadi pada
jaringan paru atau alveoli yang biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratus
bagian atas selama beberapa hari. Yang dapat disebabkan oleh bermacam-
macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing lainnya. (Dep. Kes.
2016 : Halaman 106).
Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi didalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di
sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak.
(Smeltzer,2017).
Jadi bronkopneumonia adalah radang paru terutama pada bagian bronkus
dan alveolus yang berada di sekitarnya, serta terjadi konsolidasi area berbercak,
yang sebelumnya didahului dengan adanya infeksi pada saluran pernapasan
bagian atas.
B. ETIOLOGI
Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah (Bradley et.al., 2016) :
1. Faktor Infeksi
a) Pada neonatus: Streptokokus group B, Respiratory Sincytial Virus
(RSV).
b) Pada bayi :
 Virus: Virus parainfluensa, virus influenza, Adenovirus, RSV,
Cytomegalovirus.
 Organisme atipikal: Chlamidia trachomatis, Pneumocytis.
 Bakteri: Streptokokus pneumoni, Haemofilus influenza, Mycobacterium
tuberculosa, Bordetella pertusis.
c) Pada anak-anak :
 Virus : Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSV
 Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia
 Bakteri: Pneumokokus, Mycobakterium tuberculosis
d) Pada anak besar – dewasa muda :
 Organisme atipikal: Mycoplasma pneumonia, C. trachomatis
 Bakteri: Pneumokokus, Bordetella pertusis, M. tuberculosis
2. Faktor Non Infeksi.
Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi
a) Bronkopneumonia hidrokarbon :
Terjadi oleh karena aspirasi selama penelanan muntah atau sonde
lambung (zat hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah dan bensin).
b) Bronkopneumonia lipoid :
Terjadi akibat pemasukan obat yang mengandung minyak secara
intranasal, termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan yang mengganggu
mekanisme menelan seperti palatoskizis, pemberian makanan dengan
posisi horizontal, atau pemaksaan pemberian makanan seperti minyak
ikan pada anak yang sedang menangis. Keparahan penyakit tergantung
pada jenis minyak yang terinhalasi. Jenis minyak binatang yang
mengandung asam lemak tinggi bersifat paling merusak contohnya
seperti susu dan minyak ikan. Selain faktor di atas, daya tahan tubuh
sangat berpengaruh untuk terjadinya bronkopneumonia. Menurut sistem
imun pada penderita-penderita penyakit yang berat seperti AIDS dan
respon imunitas yang belum berkembang pada bayi dan anak merupakan
faktor predisposisi terjadinya penyakit ini.
3. Faktor Predisposisi
a. Usia
b. Genetik
4. Faktor Presipitasi
a. Gizi buruk/kurang
b. Berat badan lahir rendah (BBLR)
c. Tidak mendapatkan ASI yang memadai
d. Imunisasi yang tidak lengkap
e. Polusi udara
f. Kepadatan tempat tinggal
C. MANIFESTASI KLINIS
Bronkopneumonia secara khas diawali dengan menggigil, demam yang
timbul dengan cepat (39,5°C sampai 40,5°C), sakit kepala, gelisah, malaise,
nafsu makan berkurang dan nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk. Gejala umum
infeksi saluran pernafasan bawah berupa batuk, espektorasi sputum, dengan
takhipnea sangat jelas (25 sampai 45 kali/menit) disertai dengan pernafasan
mendengkur, pernafasan cuping hidung dan penggunaan otot otot aksesori
pernafasan, sputum hijau dan purulen, dipsnea dan sianosis. Pasien yang
mengalami tanda pneumonia berupa retraksi yaitu perkusi pekak, fremitus
melemah, suara napas melemah, ronki dan wheezing (Arief Mansjoer, 2017).
D. PATHWAYS
E. KOMPLIKASI
Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :
1. Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
yang merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang
2. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalm rongga
pleura yang terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dala jaringan paru yang meradang
4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial
5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
(Whaley & Wong, 2019)
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis yang dapat diberikan adalah:
1. Oksigen 2 liter/menit (sesuai kebutuhan klien)
2. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap melalui
selang nasogastrik dengan feeding drip
3. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
dan beta agonis untuk transpor muskusilier
4. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit (Arief Mansjoer,
2017).
G. PENATALAKSANAAN KEPERWATAN
Penatalaksanaan Keperawatan yang dapat diberikan pada klien
bronkopneumonia adalah:
1. Menjaga kelancaran pernapasan
2. Kebutuhan istirahat
3. Kebutuhan nutrisi dan cairan
4. Mengontrol suhu tubuh
5. Mencegah komplikasi atau gangguan rasa nyaman dan nyaman (Arief
Mansjoer, 2017).
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sinar X : mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan abses
luas/infiltrat, empiema(stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi
(bakterial); atau penyebaran /perluasan infiltrat nodul (virus). Pneumonia
mikoplasma sinar X dada mungkin bersih.
2. GDA : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat
dan penyakit paru yang ada. Mungkin menunjukkan hipoksemia dan
hipokarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.
3. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsy jarum,
aspirasi transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsi pembukaan paru untuk
mengatasi organisme penyebab.
4. JDL : leukositosis biasanya ada, meski sel darah putih rendah terjadi pada
infeksi virus, kondisi tekanan imun memungkinkan berkembangnya
pneumonia bakterial. Infeksi virus: leukosit normal atau meningkat (tidak
lebih dari 20.000/mm3 dengan limfosit predominan) dan infeksi bakteri;
leukosit meningkat 15.000-40.000/mm3 dengan neutrofil yang predominan.
5. Pemeriksaan serologi : titer virus atu legionella, aglutinin dingin.
6. LED : meningkat
7. Pemeriksaan fungsi paru : volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps
alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain menurun,
hipoksemia.
8. Elektrolit : natrium dan klorida mungkin rendah
9. Bilirubin : mungkin meningkat
10. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka :menyatakan intranuklear
tipikal dan keterlibatan sitoplasmik(CMV) (Doenges, 2018)
I. ASUHAN KEPERAWATAN MENURUT TEORI
1. Fokus Pengkajian
Usia bronkopneumoni sering terjadi pada anak. Kasus terbanyak sering
terjadi pada anak berusia dibawah 3 tahun dan kematian terbanyak terjadi
pada bayi berusia kurang dari 2 bulan, tetapi pada usia dewasa juga masih
sering mengalami bronkopneumonia.
2. Keluhan Utama : sesak nafas
3. Riwayat Penyakit
a) Pneumonia Virus : didahului oleh gejala-gejala infeksi saluran nafas,
termasuk renitis (alergi) dan batuk, serta suhu badan lebih rendah daripada
pneumonia bakteri.
b) Pneumonia Stafilokokus (bakteri) : didahului oleh infeksi saluran
pernapasan akut atau bawah dalam beberapa hari hingga seminggu,
kondisi suhu tubuh tinggi, batuk mengalami kesulitan pernapasan.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Sering menderita penyakit saluran pernapasan bagian atas riwayat penyakit
fertusis yaitu penyakit peradangan pernapasan dengan gejala bertahap
panjang dan lama yang disertai wheezing (pada Bronchopneumonia).
5. Pengkajian Fisik
a) Inspeksi : Perlu diperhatikan adanya takhipnea, dispnea, sianosis
sirkumoral, pernafasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula
non produktif menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu menarik
nafas pada pneumonia berat, tarikan dinding dada akan tampak jelas.
b) Palpasi : Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar,
fremitus raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit dan nadi mengalami
peningkatan.
c) Perkusi : Suara redup pada sisi yang sakit.
d) Auskultasi : Pada pneumoniakan terdengar stidor suara nafas berjurang,
ronkhi halus pada sisi yang sakit dan ronkhi pada sisi yang resolusi,
pernafasan bronchial, bronkhofoni, kadang-kadang terdenar bising gesek
pleura.
6. Data Fokus
a) Pernapasan
- Gejala : takipneu, dispneu, progresif, pernapasan dangkal, penggunaan
obat aksesoris, pelebaran nasal.
- Tanda : bunyi napas ronkhi, halus dan melemah, wajah pucat atau
sianosis bibir atau kulit
b) Aktivitas atau istirahat
- Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
- Tanda : penurunan toleransi aktivitas, letargi
c) Integritas ego : banyaknya stressor
d) Makanan atau cairan
- Gejala : kehilangan napsu makan, mual, muntah
- Tanda : distensi abdomen, hiperperistaltik usus, kulit kering dengan tugor
kulit buruk, penampilan kakeksia (malnutrisi)
e) Nyeri atau kenyamanan
- Gejala : sakit kepala, nyeri dada (pleritis), meningkat oleh batuk, nyeri
dada subternal (influenza), maligna, atralgia.
- Tanda : melindungi area yang sakit (pasien umumnya tidur pada posisi
yang sakit untuk membatasi gerakan) (Doengos,2018).
7. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang lazim muncul, yaitu (Nurarif,2018):
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d peningkatan produksi sputum
2. Ketidakefektifan pola napas b.d hiperventilasi.
3. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane alveolus kapiler.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
yang berhubungan dengan toksin bakteri 19aud an rasa sputum.
5. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d. kehilangan cairan berlebih.
6. Intoleransi aktivitas b.d insufisiensi O2 untuk aktivitas sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Arief Mansjoer (2017). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4, Jakarta: Media
Bennete M.J. 2018. Pediatric Pneumonia. Diakses pada tanggal 21 Juli 2018
Bradley JS, Byington CL, Shah SS, Alverson B, Carter ER, Harrison C, Kaplan SL et
all. The Management of Community-Acquired Pneumonia in Infants and
Children Older Than 3 Month of Age:Clinical Practice Guidelines by the
Pediatric Infectious Diseases Society and the Infectious Diseas Society of
America. Clin Infect Dis. 2017; 53 (7): 617-630.
Dahlan Z. 2016. Pneumonia, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Suyono S. (ed).
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Departemen Kesehatan RI.2016. Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, Jakarta
:Depkes.
Doenges M. 2018. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakata : EGC.
http://emedicine.medscape.com/article/967822-overview.
Price, Wilson (2015). Patofisiologi Vol 2 Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit.
Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda GB. 2017. Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. Vol
1. Jakarta: EGC.
Smetlzer SC, Bare BG. 2017. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddart . Jakarta: EGC,
Sylvia A. Price & Lorraine M.W. 2016.Patofisiologi konsep klinis dan prosesproses
penyakit. Jakarta: ECG.
Whaley dan Wong, (2019). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, edisi 2, Jakarta : EGC.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN BRONCHOPNEUMONIA
DI ICU RS MUHAMMADIYAH SELOGIRI

DISUSUN OLEH
NAMA : GILANG NUR FADHILAH
NIM : B2019032

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERISTAS ‘AISYIYAH SURAKARTA
2021
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GADAR
Nama : Ny. S Keluhan utama : PAIN : TRIAGE Alloanamnesa (v)
Umur : 74 tahun Pasien (v) Ya ( ) No : Autoanamnesa ( )
Tgl pengkajian : 28 mengatakan QUALITY : □□v□□
Desember 2021 sesak napas, (v) Tumpul ( )
Jam : 21.00 perut sakit, Tajam ( )
Alamat : Sukoharjo pusing, lemas, Terbakar
Dx medis : serak, dan belum REGION :
Bronchopneumonia BAB selama 3 Bagian abdomen
hari. SKALA (1-10) :
TD : 166/123 Skala 4
mmHg TIME :
N : 71 x/menit ( ) Continuous
S : 36,7oC (v) Intermittent
RR : 26 x/menit
SpO2 : 92%

INNITIAL ASSESMENT (PRIMARY SURVEY)


AIRWAY BREATHING CIRCULATION DISABILITY EXPOSURE
Bicara : ( ) spontan Sesak : (v) ya ( ) Nadi : (v) teraba Respon : ( ) A (v) Hipotermia ( ) ya
(v) vokalisasi tidak no ( ) tak teraba V()P()U (v) no
jelas Cuping hidung : Irama : (v) Kesadaran : Deformitas ( ) ya
Batuk : (-) efektif (-) (v) ya ( ) no regular ( ) ( ) CM (v) (v) no
tidak efektif (-) Pursed Lip : (v) irregular somnolen ( ) Hematoma ( ) ya
suction ya ( ) no Denyut : (v) kuat delirium (-) sopor (v) no
Obstruksi : (-) lidah Pola Nafas : ( ) ( ) lemah (-) soporus koma Penetrasi ( ) ya
(v) teratur (v) tidak Akral : (v) hangat (-) koma (v) no
cairan/muntahan/darah Irama : ( ) normal ( ) dingin Pupil : (v) isokor Laserasi ( ) ya (v)
(-) benda asing (-) (v) cepat ( ) Warna kulit : ( ) (-) anisokor no
lain-lain dalam normal (v) pucat Reflek cahaya : Contusio ( ) ya
Suara nafas : (-) Retraksi dada : ( ) jaundice ( ) +/+ (v) no
snoring (-) stridor (v) (v) ya ( ) no sianosis GCS : E (3) V (3) Abrasi ( ) ya (v)
Gurgling Sianosis : (v) ya Edema : (-) <1 cm M (4) no
Artifisial Airway : (-) ( ) no (-) >1 cm Edema ( ) ya (v)
OPA (-) ETT (v) lain- Bunyi nafas CRT : (v) <3 no
lain (NRM) tambahan : (v) ya detik Nyeri (v) ya ( ) no
( ) no ( ) >3 detik
Penggunaan otot
bantu nafas : (v)
ya (-) no

PEMERIKSAAN SISTEM TUBUH


BRAIN BLOOD BREATH BOWEL BONE BLADDER
I : bentuk I : ictus cordis I : retraksi I : bentuk - -
kepala kuat angkat dinding dada simetris, tidak
simetris, P : ictus cordis kanan dan kiri ada massa dan,
pertumbuhan terdapat pada simetris tidak terdapat
rambut merata, spatium P : tidak ada bekas operasi
sedikit kusam intercostal V nyeri tekan, bagian
dan bentuk disebelah ekspansi dada abdomen
leher simetris medial simetris, vocal A : bising usus
P : tidak ada midclavikula fremitus teraba normal
benjolan pada dekstra sama P : tidak
kepala dan P : terdengar P : suara terdapat nyeri
leher, tidak ada resonance gurgling tekan
pembesaran A : bunyi A : gurgling P : terdengar
kelenjar tiroid jantung I dan suara tympani
II (normisi
regular)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
RONGTEN EKG LAB MRI USG
Hasil rongten Hasil EKG DARAH - -
menunujukkan menunjukkan Hb : 11,7
kemungkinan irama Hmt : 35
mengidap Sinus Ritme AT : 167
bronchopneumonia (SR) AL : 9,9
AE : 4,20

TERAPI
1. Infus Asering 16 tpm
2. Ceftazidim 2x1
3. Dexametason 6 mg
4. Metamizol 500/8 jam
5. Omeprazole 40 mg
6. Sucralfat 3x1
7. OBH 3x1
8. Rejuvit 3x1
MONITORING SETIAP JAM
ANALISA DATA
No Hari/Tgl/Jam Data Fokus Problem Etiologi
1. Selasa, 28 DS : Pola Nafas Hambatan Upaya
Desember Pasien mengatakan Tidak Efektif Nafas
2021 sesak napas, perut
sakit, pusing, lemas,
21.00 serak, dan belum BAB
selama 3 hari.
DO :
- Pasien tampak
menggunakan otot
bantu nafas
- Suara nafas
terdengar gurgling
- TTV
TD : 166/123 mmHg
N : 71 x/menit
S : 36,7oC
RR : 26 x/menit
SpO2 : 92%
2. Selasa, 28 DS : Intoleransi Ketidakseimbangan
Desember Pasien mengatakan Aktivitas Antara Suplai Dan
2021 sesak napas, perut Kebutuhan
sakit, pusing, lemas, Oksigen
21.00 serak, dan belum BAB
selama 3 hari.
DO :
- Pasien tampak
lemas
- Pasien terpasang
NRM
- TTV
TD : 166/123 mmHg
N : 71 x/menit
S : 36,7oC
RR : 26 x/menit
SpO2 : 92%

DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS DIAGNOSA


No Hari/Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Prioritas
1. Selasa, 28 1. Pola Nafas Tidak Efektif b.d Hambatan Pola Nafas Tidak
Desember Upaya Nafas Efektif b.d Hambatan
2021 2. Intoleransi Aktivitas b.d Ketidakseimbangan Upaya Nafas
21.00 Antara Suplai Dan Kebutuhan Oksigen

RENCANA KEPERAWATAN
No Hari/Tgl/J Diagnosa SDKI/Tujuan/Kriteria SIKI TTD
am Keperawatan Hasil
1. Selasa, 28 Pola Nafas Tidak Setelah dilakukan Observasi : Gilang
Desember Efektif b.d tindakan keperawatan Monitor pola nafas
2021 Hambatan Upaya selama 2x24 jam
Nafas diharapkan pola nafas Teraupetik :
22.00 membaik dengan Berikan Oksigen
kriteria hasil :
- Penggunaan otot Edukasi :
bantu nafas Ajarkan teknik batuk efektif
menurun
- Frekuensi nafas Kolaborasi :
membaik Kolaborasi pemberian
- Ttv dalam bronkodilator, ekspektoran,
kondisi normal mukolitik
TD : 125/80 mmHg
N : 85 x/menit
S : 36oc
RR : 20 x/menit
SpO2 : 100%
2. Selasa, 28 Intoleransi Setelah dilakukan Observasi : Gilang
Desember Aktivitas b.d tindakan keperawatan Identifikasi gangguan fungsi
2021 Ketidakseimbang selama 2x24 jam tubuh yang mengakibatkan
an Antara Suplai diharapkan toleransi kelelahan
22.00 Dan Kebutuhan aktivitas meningkat
Oksigen dengan kriteria hasil : Teraupetik :
- Perasaan lemah Lakukan latihan rentang
menurun gerak pasif/aktif
- Frekuensi nadi Edukasi :
meningkat Anjurkan tirah baring
- Tekanan darah
membaik Kolaborasi :
- Saturasi oksigen Kolaborasi dengan ahli gizi
meningkat tentang cara meningkatkan
asupan makanan

IMPLEMENTASI
No Hari/ Diagnosa Implementasi Respon TTD
Tgl/Jam
1. Selasa, 28 Pola Nafas Tidak Memonitor pola nafas S: Gilang
Desember Efektif b.d pasien mengatakan sesak
2021 Hambatan Upaya nafas
Nafas O:
21.15 Pasien tampak
menggunakan otot bantu
pernapasan
TTV
TD : 166/123 mmHg
N : 71 x/menit
S : 36,7oC
RR : 26 x/menit
SpO2 : 92%
21.30 Memberikan Oksigen S: Gilang
Pasien mengatakan
bersedia diberikan oksigen
O:
Pasien tampak terpasang
NRM 7 lpm
21.45 Berkolaborasi S: Gilang
pemberian Pasien bersedia untuk
bronkodilator, dilakukan tindakan
ekspektoran, mukolitik nebulizer
O:
Pasien tampak terpasang
Nebulizer
22.00 Intoleransi Mengidentifikasi S: Gilang
Aktivitas b.d gangguan fungsi tubuh Pasien mengatakan sesak
Ketidakseimbangan yang mengakibatkan napas, perut sakit, pusing,
Antara Suplai Dan kelelahan lemas, serak, dan belum
Kebutuhan BAB selama 3 hari.
Oksigen O:
Pasien tampak lemas
Pasien terbaring ditempat
tidur
Melakukan latihan S: Gilang
rentang gerak Pasien bersedia diberikan
pasif/aktif ROM
O:
Pasien tampak sulit untuk
bergerak
Berkolaborasi dengan S: Gilang
ahli gizi tentang cara -
meningkatkan asupan O:
makanan Pasien tampak
mendapatkan diet makan
bubur
2. Rabu, 29 Pola Nafas Tidak Memonitor pola nafas S: Gilang
Desember Efektif b.d pasien mengatakan sesak
2021 Hambatan Upaya nafas
07.00 Nafas O:
Pasien tampak
menggunakan otot bantu
pernapasan
TTV
TD : 161/74 mmHg
N : 120 x/menit
S : 36,7oC
RR : 37 x/menit
SpO2 : 97%
08.00 Berkolaborasi S: Gilang
pemberian Pasien bersedia untuk
bronkodilator, dilakukan tindakan
ekspektoran, mukolitik nebulizer
O:
Pasien tampak terpasang
Nebulizer
08.30 Intoleransi Mengidentifikasi S: Gilang
Aktivitas b.d gangguan fungsi tubuh Pasien mengatakan sesak
Ketidakseimbangan yang mengakibatkan napas, perut sakit, pusing,
Antara Suplai Dan kelelahan lemas, serak, dan belum
Kebutuhan BAB selama 4 hari.
Oksigen O:
Pasien tampak lemas
Pasien terbaring ditempat
tidur
09.00 Melakukan latihan S: Gilang
rentang gerak Pasien bersedia diberikan
pasif/aktif ROM
O:
Pasien tampak sulit untuk
bergerak
10.00 Berkolaborasi dengan S: Gilang
ahli gizi tentang cara -
meningkatkan asupan O:
makanan Pasien tampak
mendapatkan diet makan
bubur

EVALUASI FORMATIF
No Hari/Tgl/Jam Diagnosa Evaluasi TTD
1. Selasa, 28 Pola Nafas Tidak S: Gilang
Desember Efektif b.d Pasien mengatakan sesak
2021 Hambatan Upaya napas, perut sakit, pusing,
Nafas lemas, serak, dan belum BAB
21.00 selama 3 hari.
O:
- Pasien tampak
menggunakan otot bantu
nafas
- Suara nafas terdengar
gurgling
- TTV
TD : 166/123 mmHg
N : 71 x/menit
S : 36,7oC
RR : 26 x/menit
SpO2 : 92%
A:
Masalah Pola Nafas Tidak
efektif belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi :
- Memonitor pola nafas
- Berkolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik
2. Selasa, 28 Intoleransi S: Gilang
Desember Aktivitas b.d Pasien mengatakan sesak
2021 Ketidakseimbangan napas, perut sakit, pusing,
Antara Suplai Dan lemas, serak, dan belum BAB
21.00 Kebutuhan selama 3 hari.
Oksigen O:
- Pasien tampak lemas
- Pasien terpasang NRM
A:
Masalah Intoleransi Aktivitas
belum tertasi
P:
Lanjutkan intervensi :
- Mengidentifikasi
gangguan fungsi tubuh
yang mengakibatkan
kelelahan
- Melakukan latihan
rentang gerak pasif/aktif
- Berkolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

EVALUASI SUMATIF
No Hari/Tgl/Jam Diagnosa Evaluasi TTD
1. Rabu, 29 Pola Nafas Tidak S: Gilang
Desember Efektif b.d Pasien mengatakan sesak
2021 Hambatan Upaya napas, perut sakit, pusing,
Nafas lemas, serak, dan belum BAB
21.00 selama 3 hari.
O:
- Pasien tampak
menggunakan otot bantu
nafas
- Suara nafas terdengar
gurgling
- TTV
TD : 161/74 mmHg
N : 120 x/menit
S : 36,7oC
RR : 37 x/menit
SpO2 : 97%
A:
Masalah Pola Nafas Tidak
efektif belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi :
- Memonitor pola nafas
- Berkolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik
2. Rabu, 29 Intoleransi S: Gilang
Desember Aktivitas b.d Pasien mengatakan sesak
2021 Ketidakseimbangan napas, perut sakit, pusing,
Antara Suplai Dan lemas, serak, dan belum BAB
21.00 Kebutuhan selama 4 hari.
O:
- Pasien tampak lemas
- Pasien terpasang NRM
A:
Masalah Intoleransi Aktivitas
belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi :
- Mengidentifikasi
gangguan fungsi tubuh
yang mengakibatkan
kelelahan
- Melakukan latihan
rentang gerak pasif/aktif
- Berkolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

Anda mungkin juga menyukai