BRONKOPNEUMONIA
OLEH :
SITI HADIJAH SYAM
14420212165
CI LAHAN CI INSTITUSI
(………………………….………) (………………………….………)
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan adalah adalah mengumpulkan data pasien
secara objektif dan subjektif yang dilakukan penilaian secara keseluruhan
(fisik, psikosisosial, spiritual dan kultural) serta mengumpulkan informasi
peluang promosi kesehatan, risiko dan potensi masalah keperawatan
lainnya. (Herdman & Kamitsuru, 2015)
a. Identitas
Bronchopneumonia lebih sering terjadi pada bayi dan anak-anak.
Umumnya anak dengan daya tahan terganggu akan menderita
pneumonia berulang atau tidak dapat mengatasi penyakit ini dengan
sempurna. Selain itu daya tahan tubuh yang menurun akibat KEP,
penyakit menahun, trauma pada paru, anesthesia, aspirasi dan
pengobatan antibiotik yang tidak berhasil.
Anak laki-laki adalah faktor resiko yang mempengaruhi kesakitan
pneumonia. Hal ini disebabkan diameter saluran pernapasan anak laki-
laki lebih kecil dibandingkan dengan anak perempuan atau adanya
perbedaan dalam daya tahan tubuh anak laki-laki dan perempuan
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Pasien sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal,
batuk-batuk disertai bunyi ronchi saat auskultasi, pernapasan
cuping hidung, serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang
disertai muntah dan diare, anoreksia dan muntah.
2) Riwayat penyakit sekarang
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran
pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat
naik sangat mendadak sampai 39-40°C dan kadang disertai kejang
karena demam yang tinggi.
3) Riwayat penyakit dahulu
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem
imun menurun.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran
pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang
lainnya.
5) Riwayat kesehatan lingkungan
Pneumonia sering terjadi pada musim hujan dan awal musim
semi.
6) Imunisasi
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk
mendapat penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah
karena system pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk
melawan infeksi sekunder.
7) Nutrisi
Riwayat gizi buruk
Kekurangan gizi akan menurunkan kapasitas kekebalan untuk
merespon infeksi pneumonia termasuk gangguan fungsi granulosit,
penurunan fungsi komplemen, dan juga menyebabkan kekurangan
mikronutrein.
8) Usia
Bayi dan balita memiliki mekanisme pertahanan tubuh yang
masih rendah dibanding orang dewasa, sehingga balita masuk
kedalam kelompok yang rawan terhadap infeksi seperti influenza
dan pneumonia, anak-anak berusia 0-24 bulan lebih rentan
terhadap penyakit pneumonia dibanding anak-anak berusia diatas 2
tahun. Hal ini disebabkan imunitas yang belum sempurna dan
saluran pernapasan yang relatif sempit
9) Faktor Lingkungan
Pemeliharaan kesehatan dan kebersihan lingkungan yang
kurang juga bisa menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan
pabrik atau banyak asap dan debu ataupun lingkungan dengan
anggota keluarga perokok. Lingkungan rumah seperti kondisi
jendela, luas ventilasi kamar balita, jenis lantai rumah, jarang
membuka jendela setiap pagi, dan penggunaan obat nyamuk dapat
beresiko anak terserang Bronchopneumonia.
10) Menentukan kebutuhan cairan menurut berat badan
Kebutuhan cairan pada anak dapat dihitung berdasarkan berat
badan yaitu :
a) Berat badan < 10kg = 100mL/kgBB
b) Berat badan 10-20kg = 1000 + 50mL/kg BB untuk setiap
kilogram berat badan diatas 10kg
c) Berat badan > 20kg = 1500 + 20mL/kg BB untuk setiap
kilogram berat badan diatas 20kg
c. Pemeriksaan head to toe
1) Keadaan umum : Keadaan umum pada pasien dengan
bronchopneumonia adalah pasien terlihat lemah, pucat dan sesak
nafas
2) Tanda-tanda vital : didapatkan suhu meningkat (39-400C), nadi
cepat dan kuat, pernafasan cepat dan dangkal
3) Kulit : Tampak pucat, sianosis, biasanya turgor jelek
4) Kepala : pada pemeriksaan kepala dapat dilakukan inspkesi pada
bentuk kepala, lingkar kepala, warna dan tekstur rambut, keadaan
ubun-ubun (anterior dan posterior)
5) Mata : didapatkan hasil inspeksi konjungtiva anemis, sklera putih
6) Hidung : pada pasien bronchopneumonia didapatkan adanya secret,
ada pernafasan cuping hidung, dan sianosis
7) Mulut : pucat, sianosis, membrane mukosa kering, bibir kering,
dan pucat
8) Telinga : inspeksi adanya peradangan atau tidak. Peradangan
menandakan sudah terjadi komplikasi
9) Leher : inspeksi dan palpasi adanya pembesaran limfe atau tidak
10) Dada : ada tarikan dinding dada, pernafasan cepat dan dangkal
11) Jantung : jika terjadi komplikasi ke endokarditis, terjadi bunyi
tambahan
12) Paru-paru : suara nafas ronchi, whezing )
13) Abdomen : Bising usus (+), lembek/kembung/tegang, distensi
abdomen
14) Ekstremitas : pada pasien dengan bronchopneumonia didapatkan
pasien tampak lemah, penurunan aktifitas, sianosis pada ujung jari
dan kaki, akral hangat
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis pada respons
seseorang terhadap masalah kesehatan dan proses kehidupan yang dialami
baik individu, keluarga, kelompok ataupun komunitas.(Herdman &
Kamitsuru, 2015)
Diagnosis keperawatan terdiri atas dua jenis diagnosis yaitu,
Diagnosis negatif yang menunjukkan keadaan klien/pasien dalam keadaan
sakit ataupun berisiko. Diagnosis ini terdiri dari Diagnosis aktual,
Diagnosis risiko. Sedangkan jenis diagnosis yang kedua yaitu Diagnosis
positif yang menunjukkan bahwa pasien dalam kondisi sehat, diagnosis ini
disebut Diagnosis promosi kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Diagnosis keperawatan yang muncul untuk penyakit
bronkopneumonia adalah :
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi
trakebronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane
alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah,
gangguan pengiriman oksigen.
c. Pola nafas tidak efektif
d. Hipertermi
e. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan kebutuhan metabolik
sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia yang
berhubungan dengan toksin bakteri bau dan rasa sputum, distensi
abdomen atau gas.
f. Risiko ketidakseimbangan cairan
3. Intervensi Keperawatan
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
Diagnosa keperawatan Luaran keperawatan Intervensi keperawatan
Bersihan jalan nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Manejemen jalan nafas
a. Tanda Mayor keperawatan selama 2 x 24 jam maka, Observasi
Subjektif (tidak ada) bersihan jalan nafas meningkat 1. Monitor pola nafas
Objektif dengan criteria hasil : 2. Monitor bunyi nafas tambahan
1) Batuk tidak efektif 1. Baruk efektif meningkat 3. Monitor sputum
2) Tidak mampu batuk 2. Produksi sputum menurun Terapeutik
3) Sputum berlebihan 3. Mengi menurunwheezing 4. Pertahankan kepatenan jalan nafas
4) Mengi, wheezing dan/atau menurun 5. Posisikan semi fowler
ronkhi kering Mekonium menurun 6. Berikan minum hangat
5) Mekonium di jalan nafas 7. Lakukan fisioterapi dada jika
(neonatus) perlu
b. Tanda minor 8. Lakukan penghispan lender
Sujektif kurang dari 15 detik
1) Dispnea 9. Lakukan hiperoksigenasi sebelum
2) Sulit bicara penghispan endo trakeal
3) Ortopnea 10. Keluarkan sumbatan benda padat
Objektif dengan forsep McGill
1) Gelisah 11. Berikan oksigen jika perlu
2) Sianosis Edukasi
3) Bunyi nafas menurun 12. Anjurkan asupan cairan 2000 ml
4) Frekuensi napas berubah per hari, jika tidak kontraindikasi
Pola napas berubah 13. Ajarkan tehnik batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator,
enspektoran, mukolitik, jika perlu
Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan Pemantauan respirasi
a. Tanda mayor keperawatan selama 2 x 24 jam maka, Observasi
Subjektif pertukaran gas meningkat dengan 1. Monitor frekuensi, irama,
1) Dispnea kriteria hasil : kedalaman dan upaya nafas
Objektif 1. Dispnea menurun 2. Monitor pola nafas
1) PCO2 meningkat/menurun 2. Bunyi nafas tambahan menurun 3. Monitor kemampuan batuk efektif
2) PO2 menurun 3. PCO2 membaik 4. Monitor adanya produksi sputum
3) Takikardia 4. PO2 membaik 5. Monitor adanya sumbatan jalan
4) pH arteri meningkat/menurun 5. Takikardia membaik nafas
5) Bunyi napas tambahan 6. pH arteri 6. Palpasi kesimetrisan ekspansi
b. Tanda minor paru
Subjektif 7. Auskultasi bunyi nafas
1) Pusing 8. Monitor saluran oksigen
2) Penglihatan kabur 9. Monitor nilai AGD
Objektif 10. Monitor X-ray toraks
1) Sianosis Terapeutik
2) Diaphoresis 11. Atur interval pemantauan
3) Gelisah respirasi sesuai kondisi pasien
4) Napas cuping hidung 12. Dokumentasi hasil pemantauan
5) Pola napas abnormal Edukasi
(cepat/lambat, regular/ireguler, 13. Jelaskan tujuan prosedur
dalam/dangkal) pemantauan
6) Warna kulit abnormal (mis. 14. Informasikan hasil pemantauan
Pucat, kebiruan)
7) Kesadaran menurun
Pola Nafas tida efektif Setelah dilakukan tindakan Edukasi Teknik napas
a. Tanda mayor keperawatan selama 2 x 24 jam maka, Observasi
Objektif pertukaran gas meningkat dengan 1. Identifikasi kesiapan dan
1) Penggunaan otot bantu kriteria hasil : kemampuan menerima informasi
2) Fase ekspirasi memanjang 1. Pola napas membaik Terapeutik
3) Pola nafas abnormal (misal: 2. Berat badan meningkat 2. Sediakan materi dan media
takipnea, bradypnea) 3. Keseimbangan asam-basa baik Pendidikan Kesehatan
Subjektif 4. Konservasi energi meningkat 3. Jadwalkan Pendidikan Kesehatan
1) Dispnea 5. Status neurologis baik sesuai kesepakatan
b. Tanda minor 6. Tingkat ansietas menurun 4. Berikan kesempatan untuk bertanya
Objektif 7. Tingkat keletihan menurun Edukasi
1) Pernapasan pursed- lip 8. Tingkat nyeri menurun 5. Jelaskan tujuan dan manfaat Teknik
2) Pernapasan cuping hidung napas
3) Diameter thoraks anterior- 6. Jelaskan prosedur Teknik naps
posterior meningkat 7. Anjurkan memposisikan tubuh
4) Ventilasi semenit menurun senyaman mungkin (mis. Duduk,
5) Kapasitas vital menurun baring)
6) Tekanan ekspirasi menurun 8. Anjurkan menutup mata dan
7) Tekanan inspirasi menurun berkonsentrasi penuh
8) Ekskursi dada menurun 9. Ajarkan melakukan ekspirasi
dengan menghembuskan udara
mulut mencucu secara perlahan
10. Demonstrasikan menarik napas
selama 4 detik, menahan napas
selama 2 detik dan menghembuskan
nafas selama 8 detik.
Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Manegemen nyeri
a. Tanda mayor keperawatan selama 2 x 24 jam maka,
Subjektif (tidak tersedia) termoregulasi membaik dengan Observasi
Objektif criteria hasil: 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
1) Suhu tubuh diatas normal 1. Kekuatan nadi meningkat durasi, frekuensi, kualitas,
b. Tanda minor 2. Meringis menurun intensitas nyeri
Subkeltif (tidak ada) 3. Gelisah menurun 2. Identifikasi skala nyeri
Objektif 4. Frekuensi nadi membaik 3. Identifikasi respon nyeri
1) Kulit merah nonverbal
2) Kejang 4. Identifikasi faktor yang
3) Takikardi memperberat dan memperingan
4) Takipnea nyeri
5) Kulit terasa hangat 5. Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
9. Monitor efeksampign penggunaan
analgetik
Terapeutik
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisidan Indikator Diagnostik (Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan (Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI.