Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (DHF)

Disusun dalam rangka memenuhi tugas Stase Keperawatan Medikal Bedah


II

Di susun oleh:

YENI HASRI UTAMI JALIL


14420212210

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


2021
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Demam Berdarah Dengue (DBD) ialah penyakit yang ditularkan oleh
nyamuk Aedes aegypti yang memiliki gejala pendarahan pada bagian
hidung, gusi, mulut, sakit pada ulu hati terus menerus dan memar di
kulit (A., 2018).

2. Klasifikasi derajat penyakit infeksi virus dengue:

DD/ der Derajad labarotorium


DBD aja
d
DD Demam disertai 2 atau lebih Leukopenia
tanda; myalgia, sakit Trobisitopenia, tidak
kepala, nyeri retro orbital, ditemukan bukti ada
srtralgia kebocoran plasma

DBD I Demam disertai 2 atau lebih Trombositopenia


tanda; myalgia, sakit (<100.000/ul) bukti
kepala, nyeri retro orbital, ada kebocoran
srtralgia ditamba uji plasma
bending positif
DBD II Gejala diatas ditambah
perdarahan spontan

DBD III Gejala diatas ditambah


kegagalan sirkulasi (kulit
dingin dan lembab serta
gelisah)
BDB IV Syok berat disertai dengan
tekanan darah dan nadi
tidak Terukur
(Nurarif & Kusuma, 2015)
3. Etiologi
Demam berdarah disebabkan oleh virus Dengue yang dibawa oleh
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Virus tersebut akan
masuk ke aliran darah manusia melalui gigitan nyamuk. Biasanya, jenis
nyamuk ini menggigit di pagi hari sampai sore menjelang petang.

Penularan virus Dengue terjadi bila seseorang yang terinfeksi


digigit oleh nyamuk perantara. Virus dari orang yang terinfeksi akan
dibawa oleh nyamuk, dan menginfeksi orang lain yang digigit nyamuk
tersebut. Virus Dengue hanya menular melalui nyamuk, dan tidak dari
orang ke orang.
Virus Dengue terbagi menjadi empat tipe, yaitu DEN 1, DEN 2,
DEN 3, dan DEN 4. Ketika seseorang terinfeksi salah satu tipe virus
Dengue dan berhasil pulih, maka tubuhnya akan membentuk kekebalan
seumur hidup terhadap tipe virus tersebut. Akan tetapi, kekebalan
terhadap salah satu virus tidak menutup kemungkinan terjadinya infeksi
oleh tipe virus Dengue yang lain. Bahkan, seseorang yang pernah
terinfeksi virus Dengue lebih berisiko terinfeksi untuk kedua kalinya
(Trixie Salawati, Rahayu Astuti, 2017)
4. Patofisiologi
Virus dengue masuk ke dalam tubuh kemudian akan beraksi dengan
antibody dan terbentukalah kompleks virus antibody, dalam sirkulasi
akan mengaktivasi system komplemen, akibat aktivasi C3 dan C5 akan
dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan
histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meninggi
pemeabilitas dinding pembuluh darah. Peningkatan permeabilitas dinding
kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, sehingga terjadi
hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan
(syok) (Nelwan, 2018).
5. Pathway
Arbovirus (melalui nyamuk aedes aegypti)
Beredar dalam Infeksi virus dengue
asciCV
aliran darah (viremia)

Membentuk & Mengaktifkan sistem


PGE2 hipothalamus
melepaskan zat c3a, komplemen
C5a
Permeabelitas
hipertermi membram meningkat Na* dan H2O
Peningkatan reabsorbsi

Agresi trombosit Kerusakan endotel pembuluh darah


Resiko syok hipovolemik

trombositopeni Merangsang & mengaktivasi faktor Renjatan


pembekuanhipovolemik dan hipotensi

DIC

Resiko pendarahan perdarahan

Resiko perfusi jaringan tidak efektif

Asidosis metabolik

Hipoksia jaringan

Resiko syok (hipovolemik Kekurangan vol. cairan Ke extravaskuler

Paru-paru hepar abdomen

Efusi pleura hepametogali ascites

Mual, muntah
Penekanan intraabdomen
Ketidak seimbangan
nutrisi krg dr keb.
nyeri
6. Manifestasi klinis
Demam berdarah adalah kondisi yang dapat mengakibatkan
kerusakan dan kebocoran pembuluh darah, serta menurunkan kadar
trombosit atau sel keping darah. Kondisi ini berbahaya dan dapat
menyebabkan kematian, sehingga harus segera ditangani.
Gejala demam berdarah, antara lain adalah demam, nyeri perut,
muntah, dan tubuh lemas. Penderita demam berdarah juga mengalami
perdarahan, seperti pada hidung, gusi, atau di bawah kulit, sehingga
tampak seperti memar. Darah juga bisa terdapat dalam urine, feses, atau
muntah. Segera cari pertolongan medis, bila timbul sesak napas atau
keringat dingin.
Sedangkan demam dengue adalah bentuk ringan dari infeksi
virus Dengue. Sama halnya dengan demam berdarah, demam dengue
dimulai dengan gejala demam. Gejalanya muncul 4-7 hari sejak gigitan
nyamuk (masa inkubasi DBD), dan bisa berlangsung selama 10 hari.
Sejumlah gejala demam dengue meliputi:
a. Suhu badan tinggi yang bisa mencapai 40 derajat Celsius atau lebih
b. Sakit kepala berat
c. Nyeri pada sendi, otot, dan tulang
d. Hilang nafsu makan
e. Nyeri pada bagian belakang mata
f. Mual dan muntah
g. Pembengkakan kelenjar getah bening
h. Ruam kemerahan (muncul sekitar 2-5 hari setelah demam)
(Butarbutar, Sumampouw, & Pinontoan, 2019)
7. Komplikasi
Demam berdarah yang tidak tertangani dapat menimbulkan komplikasi
serius, seperti dengue shock syndrome (DSS). Selain menampakkan
gejala demam berdarah, DSS juga memunculkan gejala seperti:
a. Tekanan darah menurun
b. Pelebaran pupil
c. Napas tidak beraturan
d. Mulut kering
e. Kulit kering
f. Kulit basah dan terasa dingin
g. Denyut nadi lemah
h. Jumlah urine menurun
8. Pemeriksaan pemunjang
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai sebagai berikut.
a. Hb dan PCV meningkat (> 20 %).
b. Trmbisitopenia (< 100.000/ml).
c. Leukopenia (mungkin normal atau lekositosis)
d. Ig.D dengue positif
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia,
hipokloremia, hiponatremia.
f. Urin dan pH darah mungkin meningkat.
g. Asidosis metabolik: pCO2 < 35-40 mmHg, HCO3 rendah.
h. SGOT/SGPT mungkin meningkat. (Nelwan, 2018)
9. Penatalaksanaan
Menurut WHO, (2009) Tatalaksana DHF yaitu :
a. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue tanpa syok Anak dirawat di
rumah sakit
Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air
sirup, susu, untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran
plasma, demam, muntah/diare. Berikan parasetamol bila demam.
Jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena obat-obatan ini dapat
merangsang terjadinya perdarahan.
Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:
1) Berikan hanya larutan isotonic seperti Ringer laktak/asetat
2) Kebutuhan cairan parenteral
Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam
Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam Berat badan > 40 kg : 3
ml/kgBB/jam
3) Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa
laboratorium (hematokrit, trombosit, leukosit dan
hemoglobin) tiap 6 jam.
4) Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik,
turunkan jumlah cairan secara bertahap sampai keadaan stabil.
Cairan intravena biasanya hanya memerlukan waktu 24–48
jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah
pemberian cairan. Apabila terjadi perburukan klinis berikan
tatalaksana sesuai dengan tata laksana syok terkompensasi
(compensated shock).

b. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue dengan Syok

Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4


L/menit secarra nasal. Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti
Ringer laktat/asetat secepatnya. Jika tidak menunjukkan perbaikan
klinis, ulangi pemberian kristaloid 20 ml/kgBB secepatnya (maksimal
30 menit) atau pertimbangkan pemberian koloid 10-20ml/kgBB/jam
maksimal 30 ml/kgBB/24 jam. Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi
hematokrit dan hemoglobin menurun pertimbangkan terjadinya
perdarahan tersembunyi; berikan transfuse darah/komponen.

Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer


mulai membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga
10 ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan
tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan laboratorium. Dalam
banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam.
Ingatlah banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang
terlalu banyak daripada pemberian yang terlalu sedikit.
c. Tatalaksana komplikasi perdarahan
Jika terjadi perdarahan berat segera beri darah bila
mungkin. Bila tidak, beri koloid dan segera rujuk (Bachrudin &
Najib, 2016).
10. Prognosis
prognosis deman dengue/DHF umunya baik, dnegan angka mortalitas
kurnag dari 1%, namun apabila terjadi syok, maka angka mortalitas bisa
lebih buruk (Nelwan, 2018).

B. KONSEP ASUHAN KEPEPERAWATAN


1. Pengkajian Fisik
a. Anamnesis
b. Status kesehatan
1) Status kesehatan saat ini
2) Status Kesehatan Masa Lalu
c. Pola Fungsi Kesehatan
d. Riwayat Kesehatan dan Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
2) TTV
e. Pemeriksaan Penunjanh
f. Pemeriksaan penunjang diagnostik lain.
2. Analisa Data
3. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi
Definisi : suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh
b. Resiko pendarahan
Definisi : Berisiko mengalami kehilangan darah baik internal
(terjadi didalalm tubuh ) maupun eksternal (terjadi hingga keluar
tubuh)
c. Resiko syok
Definisi : beresiko mengalami ketidak cukupan aliran darah
kejaringan tubuh yang dapat mengakibatkan disfungsi seluler
yang mngancam jiwa.
d. Hipovolemia
Definisi : penurunan volume cairan intravascular, interstisial,
dan/atau intraselular
e. Nyeri
Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan actual atau fugsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga erat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan.
f. Deficit nutrisi
Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme.
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
4. Intervensi
N Diagnosa Tujuan dan kriteria intervensi Rsional
o hasil
Keperawa
tan
1 hipertermi Setelah dilakukan Manajemen hipertermia a. Agar mengetahui perubahan
tindakan intervensi, a. Monitor suhu tubuh suhu yang dialami pasien
diharapkan dan jika tidak ada
termoregulsi perubahan atau ke arah
membaik dengan yang lebih buruk dapat
kriteri hasil: diberikan medikasi yang
- Menggigil menurun b. Berikan cairan oral sesuai
- Suhu tubuh membaik b. untuk meningkatkan asupan
cairan
c. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit c. agar terjadi kesimbangan
cairan
2 Resiko Setelah dilakukan Pecegehan perdarahan
perdaraha tindakan intervensi, a. Monitor tanda dan gejala a. agar dapat menilai jumlah
n diharapkan tingkat perdarahan penurunan trombosit yang
perdarahan menurun kurang
dengan kriteri hasil: b. Batasi tindakan invasif, jika b. untuk mengantisipasi
d. Hemoglobin perlu perkembangan penyakit
membaik c. Anjurkan segera melapor jika c. untuk mencegah terjadinya
terjadi perdarahan perdarahan
d. Kolaboarsi pemberian obat d. untuk memberikan tindakan
pengontrol darah, jika perlu keperawatan dengan
mengatasi kontrol darah
3 Resiko Setelah dilakukan Manajemen syok
syok
tindakan intervensi, a. Pasamg jalur IV a. untuk memberikan cairan
diharapkan tingkat ketika pasien kehilangan
syok menurun cairan
dengan kriteri hasil: b. Kolaborasipemberian transfuse b. untuk meningkat jumlah
e. Kekuatan nadi darah, jika perlu darah
meningkat
f. Akral dingin
menurun
4 hivopale Setelah dilakukan Manajemen Hivoplolemia
mia
tindakan intervensi, a. Periksa tanda-tanda gejala a. untuk mengetahui tanda dan
diharapkan status hivopolemia gejala hivopolemia
cairan
membaik dengan b. Hitung kebutuhan cairan b. untuk membantu kebutuhan
kriteri hasil: cairan dalam tubuh
g. Kekuatan nadi c. Anjurkan meperbanyak asupan c. Untuk memberikan
meningkat cairan tindakan keperawatan
h. Dipsnea menurun mengatasi mual muntah
d. Kolbaroasi pemberian cairan IV d. untuk meningkatkan asupan
isotonis. cairan melalui cairan IV
5 Nyeri Setelah dilakukan
tindakan intervensi, a. identifikasi lokasi, karakteristik, a. untuk mengidentifikasi
diharapkan tingkat durasi, frekuensi, kualitas tindankan apa yang akan
nyeri menurun intensitas nyeri dilakukakn oleh perawat
dengan kriteri hasil:
e. Keluhan nyeri b. berikan teknik nonfarmakologis b. untuk mengurangi
menurun untuk mnegurangi rasa nyeri rangsangan nyeri yayng
f. Gelisah menurun dialami
6 Defsisit Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
nutrisi
tindakan intervensi, a. Identifikasi status nutrisi a. untuk mengetahui status
diharapkan status nutrisi klien sehingga
nutrisi dapat
membaik dengan menentukan intervensi
kriteri hasil: yang diberikan
c. Porsi mkanan b. Berikan makanan tinggi kalori b. untuk meningkatkan asupan
dihabiskan dan tinggi protein kalori dan protein
d. Membrane mukosa (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018)
membaik
(PPNI, 2018)
DAFTAR PUSTAKA
A., S. (2018). Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Demam Berdarah
Dengue ( DBD ) Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
Bachrudin, & Najib. (2016). KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1. Pusat
Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
Butarbutar, R. N., Sumampouw, O. J., & Pinontoan, O. R. (2019). TREND
KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA MANADO Demam
Berdarah Dengue ( DBD ). 8(6), 364–370.
Nelwan, E. J. (2018). Early Detection of Plasma Leakage in Dengue
Hemorrhagic Fever. Acta Medica Indonesiana, 50(3), 183–184.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic--Noc (2nd ed.). Jogjakarta.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Edisi 1 Ce). Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan perawat nasional indonesi.
Trixie Salawati, Rahayu Astuti, H. N. (2017). KEJADIAN DEMAM
BERDARAH DENGUE BERDASARKAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN
PRAKTIK
PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (Studi Kasus Di Wilayah Kerja
Puskesmas Srondol Kecamatan Banyumanik Kota Semarang). 6(1), 57–66.

Anda mungkin juga menyukai