Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN TYHPOID

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktik Klinik Keperawatan Anak

Dosen pembimbing: 1. Ibu Hj. Sri Kusmiati, S. Kp., M. Kes


2. Ibu Hj. Henny Cahyaningsih, M. Kes.,AIFO
3. Ibu Nursyamsiyah, M. Kep
4. Ibu Metia Ariyanti, M. Kep., Ns. Sp. Kep. An.

Disusun oleh:

Sandra Rahma Kamila

NIM. P17320121081

Tingkat 2-A

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

JURUSAN KEPERAWATAN BANDUNG

PRODI D-III KEPERAWATAN

2023
1. Konsep Dasar Penyakit
A. Pengertian
Demam thypoid merupakan infeksi sistemik yang disebabkan oleh salmonella
enterica serovar thypi (S typhi). salmonella enterica serovar thypi A, B. dan C kuman-
kuman tersebut menyerang pada sistem pencernaan, terutama pada perut dan usus yang
dapat menyebabkan terjadinya infeksi yang disebut demam parathypoid. Demam
thypoid dan parathypoid termasuk ke dalam demam enterik. Sekitar 90% dari demam
enterik adalah demam thypoid. Kuman-kuman tersebut menyerang pada sistem
pencernaan, dan ditandai adanya demam suhu tubuh yang meningkat (hipertermi) yang
berkepanjagan (Nelwan, 2012).
Demam typhoid adalah penyakit infeksi bakteri yang menyerang sistem pencernaan
manusia yang disebabkan oleh Salmonella typhi dengan gejala demam satu minggu
atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan
kesadaran (Ulfa dan Handayani 2018)
Demam tifoid disebarkan melalui jalur fekal-oral dan hanya menginfeksi manusia
yang mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri
Salmonella typhi. Ada dua sumber penularan Salmonella typhi, yaitu penderita demam
tifoid dan karier. Seseorang yang karier adalah orang yang pernah menderita demam
tifoid dan terus membawa penyakit ini untuk beberapa waktu atau selamanya (Nadyah,
2014)
B. Etiologi
Menurut Inawati (2017) demam thypoid timbul akibat dari infeksi oleh bakteri
golongan salmonella yang memasuki tubuh penderita melalui sistem saluran
pencernaan (mulut, esofagus, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar) yang akan
masuk kedalam tubuh manusia bersama bahan makanan atau minuman yang sudah
tercemar, Cara penyebarannya untuk bakteri ini yaitu pada muntahan manusia, urine,
dan kotoran-kotoran dari penderita thypoid yang kemudian secara pasif terbawa oleh
lalat (kaki-kaki lalat) yang sudah hinggap ditempat kotor, dan lalat itu mengontaminasi
makanan, minuman, sayuran, maupun buah-buah segar. Sumber utama yang akan
terinfeksi adalah manusia yang selalu mengeluarkan mikroorganisme penyebab
penyakitnya, baik ketika ia sedang sakit atau sedang dalam masa penyembuhan demam
thypoid, sehingga penderita masih mengandung salmonella didalam kandung empedu
atau didalam ginjalnya. Bakteri salmonella thypi ini hidup dengan baik pada suhu 37°C,
dan dapat hidup pada air steil yang beku dan dingin, air tanah, air laut dan debu selama
berminggu-minggu, dan juga dapat hidup berbulan- bulan dalam telur yang
terkontaminasi dan tiram beku.
C. Patofisiologi
Penularan salmonella thypi dapat juga ditularkan melalui berbagai cara, yang
dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus
(muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses. Feses dan muntah pada penderita thypoid
dapat menularkan kuman salmonella typhi kepada orang lain, kuman tersebut dapat
ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan
dikosumsi oleh orang yang sehat. Apabila makanan tersebut kurang memperhatikan
kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar salmonella
tyhpi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke
dalam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai
jaringan limpoid. Didalam jaringan limpoid ini kuman akan berkembang biak, lalu
masuk ke aliran darah untuk mencapai sel-sel retikuloendotetial. Sel-sel
retikuleondetial ini kemudian akan melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan
menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus, dan kandung
ampedu (Padila, 2013).
Demam dan gejala pada thypoid ini disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi
berdasarkan penelitian sperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan penyebab
utama pada demam thypoid. Endotoksemia berperan pada patogenis thypoid, karena
akan membantu pasien inflamasi lokal pada usus halus. Demam ini disebabkan
salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepsan zat pirogen oleh
leukosit pada jaringan yang meradang (Padila.2013).
D. WOC

E. Manifestasi Klinis
Gejala klinis demam typhoid menurut (Wulandari dan Erawati 2016) yang terjadi
ialah pada anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan dengan penderita dewasa.
Masa tunas rata-rata 10-20 hari. Masa tunas tersingkat adalah empat hari, jika infeksi
terjadi melalui makanan. Sedangkan, jika infeksi melalui mimuman masa tunas terlama
berlangsung 30 hari. Selama masa inkubasi, mungkin ditemukan gejala prodromal,
yaitu perasaan yang tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat
yang kemudian disusul dengan gejala-gejala klinis sebagai berikut:
a. Demam
Demam khas (membentuk pelana kuda) berlangsung 3 minggu, sifat febris
remitten dan suhu seberapa tinggi. Minggu pertama suhu meningkat setiap hari,
menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Minggu
ketiga suhu tubuh berangsur turun dan normal pada akhir minggu ketiga
b. Gangguan pada saluran pencernaan
Napas berbau tidak sedap, bibir kering, dan pecah-pecah, lidah tertutup
selaput putih kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang diseratai tremor,
anoreksia, mual, dan perasaan tidak enak di perut. Abdomen kembung.
hepatomegali, dan spenomegali, kadang normal, dapat terjadi diare.
c. Gangguan keasadaran
Kesadaran menurun yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi supor,
koma atau gelisah. (Ardiansyah, 2012). Masa tunas typhoid adalah sekitar 10-
14 hari dengan rincian sebagai berikut:
1) Minggu 1
Pada umumnya demam berangsur naik, terutama pada sore hari dan
malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot. nyeri kepala,
anoreksia, dan mual batuk, epistaksis, obstipasi atau diare, perasaan
tidak enak diperut.
2) Minggu ke-2
Pada minggu ke-2 gejala sudah jelas dapat berupa demam,
bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor, pingginya hiperemi),
hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid menurut (Wulandari dan
Erawati 2016) adalah pemeriksaan laboratorium yang terdiri dari:
a. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam thypoid terdapat
leucopenia dan limpositosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah
sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam thypoid. jumlah leukosit pada
sediaan darah tetapi pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat
leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder.
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT pada demain thypoid sering kali meningkat tetapi dapat
kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
c. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila
biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan terjadi demam typhoid. Hal
ini karena hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor yaitu:
1) Teknik pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium
yang lain. Hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang
digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam
tinggi. yaitu pada saat Bakterimia berlangsung.
2) Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit
Biakan darah terdapat Salmonella typhi terutama positif pada minggu
pertama dan berkurang pada mingu-minggu berikutnya. Pada waktu
kambuh biarkan darah dapat positif kembali.
3) Vaksinasi dimasa lampau
Vaksinasi terdapat demam typhoid dimasa lampau dapat menimbulkan
antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakterimia sehingga
biakan darah negative.
4) Pengobatan dengan obat antimikroba
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti
mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat danhasil
biakan mungkin negatif.
d. Uji widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antiodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terdapat Salmonella typi terdapat dalam
serum klien dengan typhoid juga terdapat pada organ yang pernah
divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
Salmonella yang sudah dimatikan dan diolah dilaboratorium. Tujuan dari uji
widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutini dalam serum klien yang
disangka menderita typhoid. Terdapat 2 macam pemeriksaan Tes Widal, yaitu:
1) Widal care tabung (konvensional)
2) Salmonella Slide Test (cara slides)
Nilai sensitivitas, spesifisitas serta ramal reaksi widal tes sangat
bervariasi dari satu laboratorium dengan laboratorium lainnya. Disebut
tidak sensitif karena adanya sejumlah penderita dengan hasil biakan positif
tetapi tidak pernah dideteksi adanya titer antibody sering titer naik sebelum
timbul gejala klinis, sehingga sulit untuk memperlihatkan terjadinya
kenaikan titer yang berarti. Disebut tidak spesifikasi oleh karena semua
grup D Salmonella mempunyai antigen O, demikian juga grup A dan B
Salmonella. Semua grup D salmonella mempunyai fase H antigen yang
sama dengan Salmonella refosa, titer I tetap meningkat dalam waktu
sesudah infeksi. Untuk dapat memberikan hasil yang akurat, widal tes
sebaiknya tidak hanya dilakukan satu kali saja melainkan perlu satu seri
pemeriksaan kecuali bila hasil tersebut sesuai atau melewati nilai standar
setempat. Nilai titer pada penderita typoid adalah:
a) Jika hasil tirer widal tes terjadi pada antigen O positif (+) lebih dari
1/200 maka sedang aktif.
b) Jika hasil titer widal tes terjadi pada antigen H dan VI positif (-)
lebih dari 1 200 maka dikatan infeksi lama. (Wijaya & Putri, 2013)
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penyakit typhoid menurut (Wulandari dan Erawati 2016) dibagi
menjadi tiga yaitu:
a. Istirahat dan perawatan
Tirah baring dan perawatan profesional bertujuan untuk mencegah
komplikasi. Tirah baring dengan perawatan sepenuhnya di tempat seperti makanan,
minuman, mandi, buang air kecil dan besar akan mempercepat masa penyembuhan
dalam perawatan perlu sekali dijaga kebersihan tempat tidur. pakaian dan
perlengkapan yang dipakai. Posisi pasien perlu diawasi untuk mencegah dekubitus
dan pneumonia ortostatik serta hygiene perorangan tetap perlu diperhatikan dan
dijaga.
b. Diet dan terapi penunjang
Diet merupakan hal yang cukup penting dalam proses penyembuhan penyakit
dalam typhoid, karena makanan yang kurang akan menurunkan keadaan umum dan
gizi penderita akan semakin turun dan proses penyembuhan penyakit dalam typhoid
diberi bubur saring, kemudian ditingkatkan menjadi bubur kasar dan akhirnya
diberi nasi. perubahan diet tersebut disesuaikan dengan tingkat kesembuhan pasien.
Pemberian bubur saring tersebut ditujukan untuk menghindari komplikasi
pendarahan saluran cerna atau perforasi usus. Hal ini disebabkan ada pendapat
bahwa usus harus distirahatkan. Beberapa peneliti menunjukan bahwa pemberian
makanan padat dini yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (menghindari
sementara sayuran yang berserat) dapat diberikan dengan aman pada penderita
demam typhoid.
c. Pemberian antibiotic
1) Antimikroba
a) Klroramfenikol 4 X500 mg sehari IV
b) Tiamfenikol 4X500 mg sehari oral
c) Kotrimoksazol 2 X2 tablet sehari oral (1 tablet-sulfa metoksazol 400 mg -
trimetropin 80 mg atau dosis yang sama IV, dilarutkan dalam 250 ml cairan
infus).
d) Ampisilin atau amoksilin 100 mg/kg BB sehari oral/IV, dibagi dalam 3 atau
4 dosis
e) Antimikroba diberikan selama 14 hari atau sampai 7 hari bebas demam.
2) Antipieritik seperlunya,
3) Vitamin B kompleks dan vitamin C.
2. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Merupakan data dasar klien yang komprehensif mencakup riwayat kesehatan,
pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan diagnostik dan laboratorium serta informasi dari
tim kesehatan serta keluarga klien yang meliputi:
1. Data umum identitas klien
Penyakit ini sering ditemukan pada semua usia dari bayi di atas satu tahun hingga
dewasa. Dalam data umum ini meliputi nama klien, jenis kelamin, alamat, agama,
bahasa yang dipakai, suku, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi,
golongan darah, nomor register, tanggal MRS dan diagnosa medis (wahid,2013).
2. Kesehatan umum
a. Keluhan utama
Merupakan alasan utama masuk rumah sakit atau keluhan utama klien
masuk dengan menderita demam thypoid yaitu alasan spesifik masuk rumah
sakit untuk kunjungan klinik atau rumah sakit. Dengan adanya berbagai
keluhan tersebut dapat dipandang sebagai topik dari penyakit saat ini sebagai
deskripsi masalah tersebut (Wong, 2009).
Pada klien penderita demam thypoid keluhan utama yang akan muncul
berupa demam tinggi (hipertermi) yang berkepanjangan, perasaan tidak enak
badan, lesu, nyeri kepala, pusing, dan kurang bersemangat, serta nafsu makan
berkurang (terutama pada masa inkubasi) (Sodikin, 2011).
b. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang merupakan keluhan utama dari paling awal saat
dirumah, lalu saat di rumah sakit, pada saat pengkajian dan sampai
perkembangan saat ini yang membantu untuk membuat rencana tindakan
keperawatan (Wong, 2009).
Pada kasus yang khas, demam berlangsung selama 3 minggu, bersifat
febris, dan suhunya tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama suhu tubuh
berangsur-angsur baik pada setiap harinya, biasanya menurun pada pagi hari
dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Pada minggu kedua. pasien terus
berada dalam keadan demam. Saat minggu ketiga, suhu berangsur turun dan
normal kembali pada akhir minggu ketiga (Sodikin, 2011).
c. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit dahulu berisi tentang informasi yang berhubungan
dengan adanya semua aspek status kesehatan klien yang telah ada sebelumnya
dan memfokuskan untuk beberapa area yang umumnya dihilangkan dalam
pengkajian riwayat orang dewasa, seperti riwayat kelahiran, riwayat pemberian
makanan secara rinci, imunisasi dan pertembuhan dan perkembangan (Wong,
2010). Untuk mengetahui lebih lanjut riwayat dahulu apakah sebelumnya
pasien pernah mengalami sakit thypoid. sebelumnya masuk rumah sakit dan
juga untuk mengetahui adanya relaps.
d. Riwayat penyakit keluarga
Pada saat pengkajian perlu ditanyakan pada pasien maupun anggota
keluarga apakah sebelumnya ada keluarga yang menderita demam thypoid
sehingga bisa terjadi adanya penularan.
3. Pola Kesehatan Sehari-hari
a. Nutrisi
Kecenderungan berat badan penderita demam thypoid ini akan mengalami
perubahan terjadinya berat badan karena mengalami penurunan nafsu makan.
Pada penderita pasien demam thypoid ini yang akan dirasakannya berupa gejala
yang muncul yaitu rasa mual, muntah, anorexia kemungkinan juga nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh (Nugroho, 2011).
b. Eliminasi
Pada demam thypoid ini biasanya terjadi konstipasi dan diare atau mungkin
normal. Pada sistem integumen dengan demam thypoid ditemukan gejala
seperti dada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan reseola (bintik-
bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kepiler kulit yang dapat ditemukan
pada minggu pertama demam (Sodikin. 2011).
c. Aktivitas sehari-hari
Data yang sering muncul pada pasien demam thypoid adalah mengalami
kesulitan untuk tidur karena adanya peningkatan suhu tubuh sehingga pasien
merasa gelisah pada saat untuk beristirahat ataupun saatnya untuk tidur. Klien
mengalami penurunan pada aktivitas. Karena badan klien sangat lemah dan
klien dianjurkan istirahat karena adanya peningkatan suhu tubuh yang
berkepanjangan.
d. Personal Hygiene
Untuk memenuhi kebutuhan kebersihan badan pasien demam thypoid ini
akan di bantu oleh keluarga atau perawat, karena pasien merasa lemas sehingga
menghambat dalam melakukan kegiatan perawatan badan.
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Pasien lemas dan akral panas
b. Tingkat kesadaran
Perlu di observasi karna akan mengalami penurunan kesadaran seperti
apatis atau samnollen walaupun tidak merosot.
c. TTV
Tekanan darah pada penderita demam thypoid normal 110/80-120/80
mmHg, dan suhu tubuh akan meningkat yang disebabkan oleh salmonella thypi
hingga 39°C-40°C, respirasi akan mengalami peningkatan atau tidak karna
pasien demam thypoid bisa mengalami sesak nafas, nadi akan normal/tidak.
d. Pemeriksaan kepala
e. Pemeriksaan mata
f. Pemeriksaan hidung
g. Pemeriksaan mulut dan Faring
Biasanya pada penderita thypoid mukosa bibirnya pecah-pecah dan kering,
ujung lidah kotor dan tepinya berwarna kemerahan.
h. Pemeriksaan thorax
1) Pemeriksaan paru
2) Pemeriksaan jantung
Biasanya pada pasien dengan demam thypoid ini ditemukan tekanan
darah yang meningkat akan tetapi didapatkan takikardi saat pasien
mengalami peningkatan suhu tubuh.
i. Pemeriksaan Abdomen
j. Pemeriksaan integument
k. Pemeriksaan anggota gerak
l. Pemeriksaan genetalia dan sekitar anus
Pada penderita demam thypoid ini biasanya kadang-kadang terjadi diare
atau konstipasi, produksi kemih pasien akan mengalami penurunan.
5. Pemeriksaan Diagnostik
B. Kemungkinan Diagnostik Keperawatan
Diagnosa keperawatan (PPNI 2017) sebagai berikut:
a. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi penyakit.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
c. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan kehilangan nafsu makan.
C. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah suatu langkah-langkah pemecah masalah dan
prioritasnya, perumusan tujuan, rencana tindakan dan penilaian asuhan keperawatan
pada pasien berdasarkan analisis data dan diagnosa keperawatan (Dinarti & Yuli
Mulyanti, 2017).
Intervensi memiliki tujuan untuk mengindividualkan perawatan dengan memenuhi
semua kebutuhan pasien serta harus menyertakan data pasien yang telah diidentifikasi
bila memungkinkan.

No Diagnos Tujuan dan Intervensi Rasional


. a Kriteria Hasil
1. Hiperter Setelah Manajemen Hipertensi 1. Jika mengetahui
mi b.d dilakukan Observasi penyebabnya,
inflamasi tindakan 1) Identifikasi intervensi yang akan
penyakit. keperawatan penyebab dilakukan bisa secara
selama ...x24 jam hipertermi mudah dilakukan
diharapkan 2) Monitor suhu untuk mencapai hasil
termoregulasi tubuh yang diinginkan.
Terapeutik
membaik dengan 3) Longgarkan/lepas 2. Untuk mengetahui
kriteria hasil: kan pakaian apakah setelah
a. Suhu Edukasi intervensi adakah
tubuh 4) Anjurkan tirah perubahan suhu
membaik baring tubuh/tidak.
b. Suhu Kolaborasi 3. Untuk menjaga agar
kulit 5) Kolaborasi pasien merasa
membaik pemberian cairan nyaman, dan
c. Menggigi dan elektrolit melonggarkan/melepa
l intravena, jika skan pakaian untuk
menurun perlu membantu penguapan
d. Kulit tubuh.
merah 4. Untuk menghindari
menurun aktivitas fisik yang
dapat membuat suhu
tubuh meningkat
5. Peningkatan suhu
tubuh mengakibatkan
penguapan tubuh
meningkat sehingga
perlu diimbangi
dengan asupan cairan
yang banyak untuk
mencegah terjadinya
dehidrasi.
2. Intoleran Setelah Manajemen Energi 1. Membatasi aktifitas
si dilakukan Observasi yang ingin dilakukan .
aktivitas tindakan 1) Identifikasi 2. Untuk mengatur
b.d keperawatan gangguan fungsi kebutuhan istirahat
kelemaha selama ...x24 jam tubuh yang tidur yang cukup.
n diharapkan
kebutuhan mengakibatkan 3. Agar pasien merasa
sehari-hari kelelahan nyaman dan tenang
terpenuhi dengan 2) Monitor pola pada saat beristirahat.
kriteria hasil: tidur 4. Untuk menghindari
a. Mampu Terapeutik aktivitas fisik yang
melakuka 3) Sediakan berlebih.
n aktifitas lingkungan 5. Ahar dapat menambah
fisik. nyaman dan energi jika asupan
b. Bisa rendah stimulus makan terpenuhi.
bergerak (mis. Cahaya,
dan suara, kunjungan)
menunju Edukasi
kan 4) Anjurkan tirah
peningkat baring
an Kolaborasi
kekuatan 5) Kolaborasi
otot. dengan ahli gizi
tentang cara
meningkatkan
asupan makan
3. Risiko Setelah Manajemen Nutrisi 1. Untuk mengetahui
deficit dilakukan Observasi apakah setelah
nutrisi tindakan 1) Monitor asupan intervensi adakah
b.d keperawatan makanan perubahan
kehilang selama ...x24 jam 2) Monitor berat 2. Agar menetahui tidak
an nafsu diharapkan status badan adanya penurunan
makan nutrisi membaik Terapeutik berat badan
dengan kriteria 3) Berikan makanan 3. Untuk menghindari
hasil: tinggi serat untuk terjadinya komplikasi
a. Porsi mencegah 4. Untuk menambah
makanan konstipasi nafsu makan
yang 4) Berikan suplemen 5. Sebaiknya jika makan
dihabiska makanan, jika dengan posisi duduk
n perlu 6. Untuk memenuhi
meningka Edukasi kebutuhan nutrisi yang
t. 5) Anjurkan posisi seimbang
b. Berat duduk, jika
badan mampu
membaik Kolaborasi
c. Indeks 6) Kolaborasi
Masa dengan ahli gizi
Tubuh untuk
(IMT) menentukan
membaik. jumlah kalori dan
jenis nutrisi yang
dibutuhkan, jika
perlu

DAFTAR PUSTAKA
Aizah, S., & Wati, S. E. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK YANG
MENGALAMI THYPOID DENGAN DEFISIT NUTRISI DI RUANG ANGGREK
RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI (STUDI LITERATUR) (Doctoral dissertation,
Universitas Nusantara PGRI Kediri).
Hartini, W., & Istiqomah, S. (2019). Asuhan Keperawatan pada An. R Usia Sekolah dengan
Thypoid Di Ruang Arya Kemuning RSUD Gunung Jati Cirebon. Jurnal Akper Buntet:
Jurnal Ilmiah Akper Buntet Pesantren Cirebon, 3(1), 59-68.

PPNI. Tim Pokja SDK! DPP. 2017. Standar Diagnosts Keperawatan Indonesia. 1 ed. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI. Tim Pokja SIKI DPP 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. 1 ed. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai