Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

M (31 TAHUN) DENGAN DEMAM TYPOID


DI RUANG PERAWATAN UMUM LANTAI 4
RUMAH SAKIT PROVITA JAYAPURA

Oleh:
Nama: Monica Ria Lobo
NIP:
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya,
sehingga dapat menyelesaikan Laporan kasus ini. Laporan kasus yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA Tn. M (31 TAHUN) DENGAN DEMAM TYPOID DI RUANG
PERAWATAN UMUM LANTAI 4 RUMAH SAKIT PROVITA JAYAPURA” ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk penilaian perawatan umum 3.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu
dalam menyelesaikan tugas Laporan kasus ini.
BABI
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Thypoid fever adalah penyakit demam akut yang disebabkan bakteri salmonella thypi
(WHO, 2018). Didunia pada tanggal 27 September 2011 sampai dengan 11 Januari 2012 WHO
mencatat sekitar 42.564 orang menderita Typhoid dan 214 orang meninggal. Typhoid
merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella
paratyphi A, salmonella paratyphi B, salmonella typhi C.
Penyakit ini mempunyai tanda - tanda khas berupa perjalanan yang cepat yang
berlangsung kurang lebih 3 minggu disertai gejala demam, nyeri perut, dan erupsi kulit.
Penyakit ini termasuk dalam penyakit daerah tropis dan penyakit ini sangat sering di jumpai di
Asia termasuk di Indonesia. (Widodo Djoko,2019). Menurut KEMENKO PMK,2021
Ditemukan data sejak januari-maret 2021 pada kasus di Papua, jayapura terdapat 293 kasus
demam thypoid, sedangkan 3-5 bulan terakhir data yang ditemukan di RS Provita jayapura
sekitar 20% hingga 30% kasus demam thypoid.
Dewasa ini, perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran telah banyak menyelamatkan
nyawa manusia. Penyakit yang selama ini tidak terdiagnosis dan terobati, sekarang sudah
banyak teratasi. Tetapi untuk memperbaiki taraf kesehatan secara global tidak dapat
mengandalkan hanya pada tindakan kuratif, karena penyakit yang memerlukan biaya mahal itu
sebagian besar dapat dicegah dengan pola hidup sehat dan menjauhi pola hidup beresiko.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan ini adalah mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien
sesuai dengan diagnosis keperawatan yang muncul.

2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan pengkajian menyeluruh pada pasien dengan demam tyfoid
b. Menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan kondisi klinis pasien
c. Menegakkan intervensi keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah
ditentukan pada pasien dengan demam tyfoid
d. Melakukan Implementasi keperawatan pada pasien dengan demam tyfoid
e. Melakukan Evaluasi keperawatan setelah dilakukan implementasi keperawatan pada
pasien dengan demam tyfoid
BAB II
KONSEP DASAR
A. Medis
1. Definisi

Demam Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus, yang disebabkan oleh salmonella
typhi, salmonella paratyphi A, salmonella paratyphi B, salmonella paratyphi C, paratifoid
biasanya lebih ringan, dengan gambaran klinis sama. ( Widodo Djoko, 2013)
Menurut Soedarto (2015) Penyakit infeksi usus yang disebut juga sebagai Tifus abdominalis
atau Typhoid Fever ini disebabkan oleh kuman Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A, B
dan C. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di Indonesia maupun di daerah-
daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia.
Beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa penyakit demam tifoid atau tifus
abdominalis adalah suatu penyakit infeksi akut yang menyerang manusia khususnya pada saluran
pencernaan yaitu pada usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonellatyphi yang masuk
melalui makanan atau minuman yang tercemar dan ditandai dengan demam berkepanjangan lebih
dari satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan, dan lebih diperburuk dengan gangguan
penurunan kesadaran.

2. Etiologi

Demam Typhoid merupakan penyakit yang ditularkan melalui makanan dan minuman yang
tercemar oleh bakteri Salmonella typhosa. Seseorang yang sering menderita penyakit demam
typhoid menandakan bahwa ia mengonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri
ini.

3. Manifestasi Klinis

Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan gejala serupa dengan
penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu : demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia,
mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak diperut, batuk dan epistaksis. Pada
pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu tubuh meningkat. Sifat demam adalah meningkat
perlahan - lahan dan terutama pada sore hingga malam hari. (Widodo Djoko, 2013).
4. Patofisiologi

Kuman masuk melalui mulut, sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung oleh
asam lambung. Sebagian kuman lagi masuk ke usus halus, ke jaringan limfoid dan
berkembang biak menyerang usus halus. Kemudian kuman masuk ke peredaran darah
(bakterimia primer), dan mencapai sel-sel retikulo endoteleal, hati, limpa dan organ lainnya.
Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikulo endoteleal
melepaskan kuman ke dalam peredaran darah dan menimbulkan bakterimia untuk kedua
kalinya. Selanjutnya kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh terutama limpa,
usus,dan kandung empedu.
Pada minggu pertama sakit, terjadi hiperplasia plaks player. Ini terjadi pada kelenjar
limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga terjadi ulserasi
plaks player. Pada minggu keempat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan
sikatrik. Ulkus dapat menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain itu
hepar, kelenjar-kelenjar mesentrial dan limpa membesar. Gejala demam disebabkan oleh
endotoksil, sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus
halus (Suriadi &Yuliani,2016,hal:254).
5. Pathway
6. Komplikasi

Menurut Widagdo (2011, hal:220-221) Komplikasi dari demam tifoid dapat digolongkan
dalam intra dan ekstra intestinal.

1. Komplikasi intestinal diantaranya ialah:


a. Perdarahan
Dapat terjadi pada 1-10 % kasus, terjadi setelah minggu pertama dengan ditandai antara
lain oleh suhu yang turun disertai dengan peningkatan denyut nadi.
b. Perforasi usus
Terjadi pada 0,5-3% kasus, setelah minggu pertama didahului oleh perdarahan berukuran
sampai beberapa cm di bagian distal ileum ditandai dengan nyeri abdomen yang kuat,
muntah, dan gejala peritonitis.

2. Komplikasi ekstraintestinal diantaranya ialah:


c. Sepsis
Ditemukan adanya kuman usus yang bersifat aerobic
d. Hepatitis dan kholesistitis Ditandai dengan gangguan uji fungsi hati,pada pemeriksaan
amilase serum menunjukkan peningkatan sebagai petunjuk adanya komplikasi
pankreatitis.
e. Pneumonia atau bronchitis
Sering ditemukan yaitu kira-kira sebanyak 10%,umumnya disebabkan karena adanya
superinfeksi selain oleh salmonella
f. Miokarditis toksik
Ditandai oleh adanya aritmia, blok sinoatrial, dan perubahan segmen ST dan gelombang
T, pada miokard dijumpai infiltrasi lemak dan nekrosis.
g. Trombosis dan flebitis
Jarang terjadi, komplikasi neurologis jarang menimbulkan gejala residual yaitu termasuk
tekanan intrakranial meningkat, trombosis serebrum, ataksia serebelum akut, tuna
wicara, tuna rungu, mielitis tranversal, dan psikosis
h. Komplikasi lain
Pernah dilaporkan ialah nekrosis sumsum tulang, nefritis, sindrom nefrotik, meningitis,
parotitis, orkitis, limfadenitis, osteomilitis, dan artritis

7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Suriadi & Yuliani (2016) pemeriksaan penunjang demam tifoid adalah:
1. Pemeriksaan darah tepi
Leukopenia, limfositosis, aneosinofilia, anemia, trombositopenia
2. Pemeriksaan sumsum tulang
Menunjukkan gambaran hiperaktif sumsum tulang
3. Biakan empedu
Terdapat basil salmonella typhosa pada urin dan tinja. Jika pada pemeriksaan selama dua
kali berturut-turut tidak didapatkan basil salmonella typhosa pada urin dan tinja,maka pasien
dinyatakan betul-betul sembuh

4. Pemeriksaan widal
Didapatkan titer terhadap antigen 0 adalah 1/200 atau lebih, sedangkan titer terhadap antigen
H walaupun tinggi akan tetapi tidak bermakna untuk menegakkan diagnosis karema titer H
dapat tetap tinggi setelah dilakukan imunisasi atau bila penderita telah lama sembuh.

B. Keperawatan
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Pencernaan (Demam
Thipoid)

1. Pengkajian

Menurut Nursalam (2008) adalah sebagai berikut:

a. Identitas klien
b. Keluhan utama
Perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing kurang bersemangat serta nafsu
makan berkurang (terutama selama masa inkubasi).
c. Suhu tubuh
Pada kasus yang khas, demam berlangsung selama 3 minggu,bersifat febris remiten, dan
suhunya tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik
tiap harinya, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam
hari. Pada minggu kedua, pasien terus berada dalam keadaan demam.Pada.
d. Kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun berapa dalam, yaitu apatis sampai
samnolen. Jarang terjadi sopor, koma, atau gelisah (kecuali bila penyakitnya berat dan
terlambat mendapatkan pengobatan). Disamping gejala-gejala tersebut mungkin terdapat
gejala lainnya. Pada punggung dan anggota gerak terdapat reseola, yaitu bintik-bintik
kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit yang ditemukan dalam minggu
pertama demam. Kadang-kadang ditemukan pula bradikardi dan epitaksis pada anak
besar.
e. Pemeriksaan fisik

1) Mulut
Terdapat nafas yang berbau tidak sedap serta bibir kering dan pecah-pecah (ragaden),
lidah tertutup selaput putih, sementara ujung dan tepinya bewarna kemerahan, dan
jarang disertai tremor.

2) Abdomen
Dapat ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus), bisa terjadi konstipasi atau
mungkin diare atau normal.
3) Hati dan Limfe
Membesar disertai nyeri pada perabaan

f. Pemeriksaan Laboratorium

1) Pada pameriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopenia, limfositosis,relatif pada


permukaan sakit
2) Darah untuk kultur (biakan, empedu) dan widal
3) Biakan empedu hasil salmonella typhi dapat ditemukan dalam darah pasien pada
minggu pertama sakit, selanjutnya lebih sering ditemukan dalam feces dan urine
g. Pemeriksaan widal

Untuk membuat diagnosis, pemeriksaan yang diperlukan ialah titer zat anti terhadap
antigen 0, titer yang bernilai 1/200 atau lebih menunjukkan kenaikan yang progresif.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Diagnosa yang biasanya muncul pada demam tifoid menurut Nnda NIC-NOC(2014)
adalah sebagai berikut:
b. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi salmonella typhi
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak adekuat
d. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
e. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan malabsorbsi nutrien
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
3. Intervensi Keperawatan

a. Hipertermia berhubungan denganproses infeksi salmonella typhi Tujuan: suhu tubuh


kembali normal
Hasil yang diharapkan: Pasien mempertahankan suhu tubuh normal yaitu 36°C-37 ℃
dan bebas dari demam.
Intervensi:
1) Pantau suhu tubuh klien tiap 3 jam sekali
Rasional: suhu tubuh 38°C-40℃ menunjukkan proses penyakit infeksi akut
2) Beri kompres hangat
Rasional:kompres dengan air hangat akan menurunkan demam
3) Anjurkan kepada ibu klien agar klien memakai pakaian tipis dan menyerap keringat
Rasional:memberi rasa nyaman, pakaian tipis membantu mengurangi penguapan
tubuh
4) 4) Beri banyak minum 1.500-2.000 cc/hari
Rasional: membantu memelihara kebutuhan cairan dan menurunkan resiko dehidrasi
5) Kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik dan antibiotik
Rasional: antipiretik untuk mengurangi demam, antibiotik untuk membunuh kuman
infeksi.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak adekuat
Tujuan : volume cairan terpenuhi
Hasil yang diharapkan: status cairan tubuh adekuat, ditandai dengan membran mukosa
lembab, turgor kulit elastis, tanda-tanda vital normal
Intervensi:
1) Monitor tanda-tanda vital
Rasional: mengetahui suhu, nadi, dan pernafasan
2) Kaji pemasukan dan pengeluaran cairan
Rasonal:mengontrol keseimbangan cairan
3) Kaji status dehidrasi
Rasional: mengetahui derajat status dehidrasi
4) Beri banyak minum
Rasional: membantu memelihara kebutuhan cairan dan menurunkan resiko dehidrasi

c. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis


Tujuan: menunjukkan nyeri berkurang atau hilang

Hasil yang diharapkan:terlihat tenang dan rileks dan tidak ada keluhan nyeri
Intervensi:
1) Kaji tingkat, frekuensi, intensitas, dan reaksi nyeri Rasional: suatu hal yang amat
penting untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan
dari terapi yang diberikan
2) Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi nafas dalam Rasional: menurunkan intensitas
nyeri, meningkatkan oksigenasi darah,dan menurunkan inflamasi
3) Libatkan keluarga dalam tata laksana nyeri dengan memberikan kompres hangat
Rasional: menurunkan atau menghilangkan rasa nyeri, membuat otot tubuh lebih
rileks, dan memperlancar aliran darah.
4) Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien Rasional: posisi yang
nyaman membuat klien melupakan rasa nyerinya
5) Kolaborasi pemberian obat analgetik sesuai indikasi
Rasiona: untuk membantu mengurangi rasa nyeri dan mempercepat proses
penyembuhan.
d. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan denganmalabsorbsi nutrient Tujuan:
tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi
Hasil yang diharapkan: nafsu makan meningkat, makan habis satu porsi, berat badan
klien meningkat
Intervensi:
1) Kaji status nutrisi anak
Rasional: mengetahui langkah pemenuhan nutrisi
2) Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil
tapi sering
Rasional: meningkatkan jumlah masukan dan mengurangi mual dan muntah
3) Timbang berat badan klien setiap 3 hari Rasional:mengetahui peningkatan dan
penurunan berat badan
4) Pertahankan kebersihan mulut anak
Rasional: menghilangkan rasa tidak enak pada mulut atau lidah dan dapat
meningkatkan nafsu makan
5) Beri makanan lunak
Rasional: mencukupi kebutuhan nutrisi tanpa memberi beban yang tinggi pada usus
6) Jelaskan pada keluarga pentingnya intake nutrisi yang adekuat
Rasional: memberikan motivasi pada keluarga untuk memberikan makanan sesuai
kebutuhan.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Tujuan:dapat beraktivitas secara mandiri
Hasil yang diharapkan: memperlihatkan kemajuan khusus tingkat aktivitas yang lebih
tinggi dari mobilitas yang mugkin Intervensi:
1) Kaji toleransi terhadap aktivitas Rasional: menunjukkan respon fisiologis pasien
terhadap stres aktivitas
2) Kaji kesiapan meningkatkan aktivitas Rasional: stabilitas fisiologis pada istirahat
penting untuk memajukan tingkat aktivitas individual
3) Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjuran menggunakan kursi mandi, menyikat
gigi atau rambut
Rasional: teknik penggunaan energi menurunkan penggunaan energi
4) Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam memiliki periode aktivitas Rasional:seperti
jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan mencegah kelemahan
BAB III
TINJAUAN KASUS
RESUME MEDIS

Pasien datang ke IGD dengan keluhan nyeri uluh hati dan nyeri kepala dengan skala nyeri 6,
wajah tampak meringis dan memegang perut dan juga kepala. pasien sempat demam hilang timbul
dirumah 3 hari sebelum masuk RS, mual ada, muntah tidak. nafsu makan berkurang.

A. PENGKAJIAN
ASESMEN KEPERAWAT

Asesmen dimulai : Tanggal 12 Maret 2022, Pukul: 17.06 WIT


Diperoleh dari : Pasien dan Keluarga.
Cara masuk : Dengan kursi roda
Sebagai pasien : IGD

I. Status sosial, Ekonomi, Agama, Suku/Budaya, Nilai Kepercayaan dan Kebutuhan Privasi
1. Pekerjaan pasien : Pegawai BUMN
Pekerjaan penanggung jawab : Pegawai BUMN
Pendidikan pasien : Pasca Sarjana
Pendidikan Penanggung Jawab : Pasca Sarjana
2. Spiritual(agama) : Islam
3. Mengungkapkan keprihatinan yang berhubungan dengan rawat inap : Tidak
4. Suku/budaya : Jawa
5. Nilai-nilai kepercayaan pasien/keluarga : Tidak ada
6. Kebutuhan privasi pasien : Tidak

II. Anamnesis
1. Diagnosa medis saat masuk: Typoid fever
2. Keluhan Utama: Nyeri
3. Riwayat penyakit sekarang: Pasien mengatakan nyeri ulu hati, Nyeri kepala saat beraktivitas dan
mengeluhdemam dirasakan empat hari SMRS, mual ada, muntah tidak, nafsu makan berkurang,
BAB cair tidak ada.
4. Riwayat penyakit dahulu termasuk riwayat pembedahan:
a. Pernah dirawat : Tidak pernah
b. Pernah operasi/tindakan : Tidak pernah
c. Masalah operasi/pembiusan :Tidak
5. Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada
6. Obat dari rumah : Tidak ada
7. Apakah pernah mendapat obat pengencer darah (aspirasi, warfarin, plavix dll): Tidak
8. Riwayat alergi: Tidak ada
9. Nyeri : Ada karena proses penyakit, terasa berdenyut di bagian kepala, tidak menyebar, skala 3
dengan durasi 2-3 menit menit hilang timbul.
10.Riwayat transfusi darah: Tidak pernah Timbul reaksi: Tidak.
11.Golongan darah: A positif
12.Khusus pasien dengan riwayat kemoterapi & radioterapi:Tidak pernah
13.Riwayat merokok : Ya
14.Riwayat minum minuman keras: Tidak
15.Riwayat penggunaan obat penenang : Tidak
16.Riwayat pernikahan : Menikah, 2 tahun, Pernikan pertama

III. Pemeriksaan fisik


1. Keadaan umum : Sakit sedang
2. Kesadaran:compos mentis
3. GCS:E4,M6,V5
4. Tanda-tanda vital: Tekanan darah: 120/80 mmHg, Suhu: 37,8 0C, Nadi : 91 x/menit,
Pernapasan : 20x/menit
5. Antropometri : BB sebelum masuk RS : 68 kg, BB setelah masuk RS67,3 kg, TB : tidak diukur,
LK: Tidak d ukur, LD: tidak d ukur, LP: Tidak d ukur

Pengkajian Persistem dan Pengkajian Fungsi.


Sistem susunan saraf pusat : Kepala tidak ada kelainan, Ubun-ubun datar, wajah tidak ada kelainan,
leher tidak ada kelainan, kejang tidak, sensorik: tidak ada kelainan, motorik tidak ada kelainan.

Sistem penglihatan/Mata: Gangguan penglihatan tidak ada kelainan, posisi mata simetris, pupil
isokor, kelopak mata tidak ada kelainan, konjungtiva tidak ada kelainan, sklera tidak ada kelainan, alat
bantu penglihatan: Tidak. Sistem pendengaran: Tidak ada kelainan, dan tidak menggunakan alat bantu
dengar. Sistem Penciuman: Tidak ada kelainan.

Sistem pernapasan: Pola napas normal, retraksi tidak ada, NCH tidak ada, jenis pernapasan dada,
irama napas teratur, tidak terpasang WSD, tidak ada kesulitan bernapas, tidak ada batuk dan sekresi
atau sputum, suara Sistem kardiovaskuler jantung:

Sistem pernapasan: Pola napas normal, retraksi tidak ada, NCH tidak ada, jenis pernapasan dada,
napas vesikuler, perkusi sonor.

Sistem kardiovaskuler jantung: warna kulit normal, clubbing finger tidak, nyeri dada tidak, denyut
nadi teratur, sirkulasi akral hangat, pulsasi nadi kuat, CRT <2 detik, bunyi jantung normal.
Sistem pencernaan: Mulut tidak ada kelainan, gigi tidak ada kelainan, lidah bersih,tenggorokan tidak
ada kelainan, abdomen tidak ada kelainan,nyeri ulu hati, peristaltik usus tidak ada kelainan, anus tidak
ada kelainan, BAB tidak ada kelainan.

Sistem genital urinaria: Bersih, tidak ada kelainan, BAK tidak ada kelainan, palpasi tidak ada
kelainan, perkusi tidak ada kelainan.

Sistem reproduksi: Sirkumsisi : Tidak Prostat:Tidak

Sistem integumen: turgor kulit baik dan elastis, warna tidak ada kelainan, integritas utuh dan tidak
beresiko dekubitus.

Sistem muskuloskeletal: pergerakan sendi: bebas, kekuatan otot baik, nyeri sendi tidak ada, oedema
tidak ada, fraktur tidak ada, parese tidak ada, posturtubuh normal.

Sistem endokrin metabolik: Mata tidak ada kelainan, leher tidak ada kelainan, extremitas tidak ada
kelainan.

IV. Pengkajian Fungsi Kognitif Dan Motorik


1. Kognitif: orientasi penuh
2. Motorik
a. Aktivitas sehari-hari: mandiri
b. Berjalan: tidak ada kesulitan
c. Riwayat patah tulang: tidak ada
d. Alat ambulan: tidak menggunakan
e. Ekstremitas atas: tidak ada kesulitan
f. Ekstremitas bawah: tidak ada kesulitan
g. Kemampuan menggenggam: tidak ada kesulitan
h. Kemampuan kordinasi: tidak ada kelainan
i. kesimpulan gangguan fungsi: tidak (tidak perlu konsul DPJP)

3. Pengkajian Risiko pasien jatuh


Risiko jatuh morse (pasien dewasa dan pasien yang dirawat d ruang non intensif) risiko sedang
25-44

4. Proteksi
a. Status mental:kooperatif
b. Penggunaan restrain: tidak.

5. Psikologis: status psikologis tenang.


6. Kebutuhan pendidikan/komunikasi dan pengajaran
a. Bicara : Normal
b. Bahasa sehari-hari : Indonesia
c. Penerjemah : tidak
d. Hambatan belajar : tidak
e. Cara belajar yang tidak disukai : Membaca
f. Pasien atau keluarga menginginkan informasi/bersedia : Bersedia
g. Pasien menginkan informasi tentang : Proses penyakit, terapi atau obat, tindakan,
manajemen nyeri.

SKRINING GIZI OLEH PERAWAT

Dewasa (berdasarkan Nutritional Risk Screening/NRS-2002)

1. Penurunan BB sebesar >5% : Tidak (skor : 0)


2. Atau ada penurunan asupan makan dan kebutuhan dalam seminggu terakhir : tidak (skor : 0)
3. Ada penyakit penyerta/kebutuhan khusus : Tidak (skor : 0)
4. Usia pasien <70 Tahun (skor : 0)
5. Resiko Nutrisi : Tidak (total skor 1-2)

Masalah Keperawatan: Nyeri akut,hipertermi


Rencana Keperawatan:

1. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital


2. Ajarkan pasien ternik relaksasi
3. Anjurkan pasien untuk banyak minum air putih
4. Libatkan keluarga dalam mebantu ADL
5. Kolaborasi dengan DPJP dalam pemberian terapi

Perencanaan Perawatan Interdisiplin/Referal

1. Diet dan nutrisi : Tidak


2. Rehabilitasi medic : Tidak
3. Farmasi : Ya (DPO)
4. Perawatan Luka : Tidak
5. Manajemen Nyeri : Ya (Teknik relaksasi nafas dalam)
6. Lain-lain : Tidak

Perencanaan Pulang/Discharge Planning

Pasien dan keluarga dijelaskan tentang perencanaan pulang: Ya

Lama perawatan rata-rata: 3-5 hari, tanggal rencana pulang: 18 Maret 2022.

Asesmen transportasi

1. Transportasi pulang : Mandiri


2. Transportasi yang digunakan : Kendaraan pribadi (mobil).
Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium tanggal 13/03/2022 Jam 17.30 wit

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan

Hematologi

Hemoglobin 14,7 11,7-15,5 g/dL

Hematokrit 37,6 35,0-47,0 %

Lekosit 12.600 3.600-11.000 /uL

Trombosit 254.000 150.000-440.000 /uL

Serologi
SALMONELLA
POSITIF NEGATIF -
TYPHI IgM
Hitung jenis Diff
Count
Basofil 0 0-1 %

Eusinophil 0 1-3 %

Batang 0 3-6 %

Segmen 88 50-70 %

Limfosit 8 25-40 %

Monosit 4 2-8 %

Urinalisa

Warna Kuning muda Kuning muda-tua -

Kejernihan Jernih Jernih -

Berat jenis 1.020 1,010-1,030 -

Ph 7,5 7,0 Netral -

Protein urinalisa NEGATIF NEGATIF -

Glukosa NEGATIF NEGATIF -

Keton NEGATIF NEGATIF -

Bilirubin NEGATIF NEGATIF -

Urobilinogen 3.4 3,40-17,0 Umol/L

Lekosit esterase NEGATIF NEGATIF -


Nitrit NEGATIF NEGATIF -

Blood NEGATIF NEGATIF -

Lekosit 4-5 1-6 /LPB

Eritrosit 1-2 0-1 /LPB

Ephitel sel POSITIF POSITIF /LPB

Silinder NEGATIF NEGATIF /LPB

Kristal NEGATIF NEGATIF /LPB

Bakteri NEGATIF NEGATIF /LPB

Ragi NEGATIF NEGATIF

Imunoserologi

Dengue antigen NS 1 NEGATIF NEGATIF -


Terapi:

13/03/2022 14/03/2022 15/03/2022 16/03/2022

IVFD NaCL 0,9% IVFD NaC10,9%: IVFD NaC1 0,9%: IVFD NaCL 0,9%:
1500/24 jam kaEN3B 1500 cc/hari kaEN3B 1500 cc/har kaEN3B
Vivena 1AMP/hari 1500 CC/hari

Drip Vivena 1AMP/hari Dalam NaCL 0,9% Vivena 1AMP/hari


vivena1AMPdalam dalamNaCL 0,9%500 cc 500 cc dalam NaCL 0,9%
cairan NaCL 0,9% 500CC

Inj.Terfacef 1x3 gr Inj. Terfacef 1x3 gr Inj.Terfacef 1x3 gr Inj Terfacef 1x3 gr
dalam Ns 100 cchabis dalam dalam Ns 100 cc habis dalam Ns 100 CC
dalam 30 mnt Ns 100 cc habis dalam 30 dalam 30 mnt habis dalam 30 mnt.
mnt
 Inj.Ondancentron3x -Sanmol 4x1 tab(PO)kp  Sanmol 4x1 tab(PO) Sanmol 4x 1 tab
4 mg/kp muntah. panas kp panas (PO) kp panas

(IV).
 Extra 1 gr Farmadol drip  Extra 1 gr Farmadol Extra 1 gr Farmadol
 Pumpitor 2x1 jika suhu>38,5℃ Drip Jika drip jika suhu 38,5

vial (IV) suhu>38,5°C ℃

 Pumpitor 2x1 vial IV


 Sanmol 4x1 tab.  Ondancentron 3x4 mg  Pumpitor 2x1 vial IV Pumpitor 2x1 vial IV

(PO)kp demam IV kp muntah  ondancentron 3x4mg ondancentron 3x4mg


 Sanadryl 3x10 ML IV kp muntah IV kp muntah

 Extra 1 gr PCT drip  Probiostin 1x1  Sanadryl 3x10ml Sanadryl 3x10ml

jika suhu > 38,5℃  Probiostin 1x1 Probiostin 1x1

 Milanta3x10 ML  Milanta3x10ml
Milanta 3x10 ml Milanta 3x10 ml lain
B. KLASIFIKASI DATA

Nama Pasien/Umur:Tn.D/30 Tahun


Ruangan/Nomor kamar:Perawatan Umum/306
Nomor Rekam Medis:0.02.48.49

Masalah
Tanggal Data Subyektif Data Obyektif
Keperawatan

22/10/2022 -Pasien mengatakan nyeri kepala -Pasien tampak memegang Nyeri akut

dan perut kepala.

P:saat beraktivitas dan - Pasien mengubah posisi

berbaring untuk mencari posisi yang

Q:Nyeri terasa seperti nyaman.

berdenyut pada kepala dan -Wajah pasien tampak

tertusuk tusuk pada perut meringis menahan nyeri

R:nyeri di bagian kepla -Tanda-tanda vital:

S:dengan VAS 3 Tekanan darah:110/70

T:1-3 menit hilang timbul mmHg,Suhu:38,60 C,nadi:

93 x/menit,pernapasan:

20x/menit.
23/10/2022 Pasien mengatakan:Badan terasa -Pasien tampak lemah dan Hipertemi

demam menutupi badannya dengan

selimut

-Suhu 38,6℃
C. ANALISA DATA

NO Data Etiologi Masalah


1. Data Subyektif Nyeri Akut
Salmonella typhi

-Pasien mengatakan nyeri kepala


Berkembang biak di usus
P:saat beraktivitas

Q:Nyeri terasa seperti berdenyut


Imunitas humoral (Imunoglobulin
R:nyeridi bagian kepla

S:dengan VAS3 A)kurang baik

T:2-3menithilang timbul
Menembus sel epitel
Data Obyektif

 Pasien tampak memegang kepala.


Berkembang biak di lamina propia
 Pasien mengubah posisi untuk mencari
posisi yang nyaman.
 Wajah pasien tampak meringis Ditelan(makrofag)sel fagosif

menahan nyeri
 Tanda-tanda vital: Plaques payeri
 T/D:110/70 mmHg,Suhu: 38,6C
nasi :93x/menit Mikrofag hiperaktif

Melepas sintokin reaksi

Inflamasi sitemik

Gejala nyeri dan demam

Nyeri akut
NO Data Etiologi Masalah
2. Data Subyektif: Salmonella typhi Hipertermi

Pasien mengatakan: badan terasa


Berkembang biak di usus
demam
Imunitas humoral
Data Obyektif:

-Pasien tampak lemah dan (Imunoglobulin A) kurang

menutupi badannya dengan selimut. baik

-Suhu:38,60 C.
Menembus sel epitel

Berkembang biak di lamina

propia

Ditelan(makrofag) sel fagosif

Plaques payeri

Kelenjar getah bening

masenterika

Sirkulsi darah

Organ retikuloendotelial hati &

limpa

Bakteremia II Symtomatik

Metabolisme meningkat

Hipertermi
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
2. 2.Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.
E. E INTERVENSI KEPERAWATAN
.

Rencana Asuhan Keperawatan

Nama Pasien/Umur : Tn. M/31 T


Nomor kamar : 306
Nomor rekam medis: 0.02.48.49
Tanggal masuk RS : 22/10/2022
Tanggal pengkajian : 22/10/2022

No. Rencana Asuhan Keperawatan


Prioritas Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil
DX Intervensi Rasional

1. Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan Dengan kriteria 1. Observasi Tanda- 1. Mengetahui tingkat
Tanda Vital dan nyeri sehingga dapat
inflamasi tindakan keperawatan hasil: keluhan nyeri menetukan intervensi
3x24jam masalah -Skala nyeri menggunakan yang tepat
Data Subyektif PQRST 2. Posisi yang nyaman
keperawatan nyeri aktivitas/istirahat 2. Atur posisi nyaman dapat menurunkan
-Pasien mengatakan nyeri kepala
dan akut dapat teratasi. 0/0 pasien skala nyeri.
3. Edukasi cara 3. Pasien dapt
perut -Wajah pasien menurunkan nyeri mengetahui dan
tidak meringis non farmakologis melakukan Teknik
P:saat beraktivitas dan berbaring dengan teknik relaksasi
-Tanda-tanda vital relaksasi 4. Keluarga dapat
Q:Nyeri terasa seperti
dalam batas normal 4. Libatkan keluarga mengetahui Teknik
Berdenyut dan tertusuk-tusuk saat mengajarkan relaksasi yang
teknik relaksasi digunakan
R: nyeri di bagian kepla dan perut 5. Kolaborasi dengan 5. Untuk
dalam pemberian membantuMengurangi
S:dengan VAS 3 terapi rasa nyeri dan
T:1-3 menit hilang timbul mempercepat proses
penyembuhan.
Data Obyektif
-Pasien tampak memegang kepala.
-Pasien mengubah posisi untuk
mencari posisi yang nyaman.
-Wajah pasien tampak meringis
menahan nyeri
-Tanda-tanda vital:
T/D:110/70 mmHg,Suhu:38,90℃
nadi:93x/m
pernapasan:20x/m

2. Hipertermi berhubungan dengan Setelah dilakukan Dengan kriteria 1.Observasi suhu 1.Mengetahui suhu
hasil:
proses penyakit. tindakan keperawatan badan pasien badan pasien
- Suhu badan dalam
Data Subyektif: 3x24 jam masalah 2.Anjurkan pasien 2.Memberi rasa
batas normal 36,5-
Pasien mengatakan: badan terasa keperawatan untuk menggunakan nyaman, pakaian tipis
370C.
demam hipertermi dapat pakaian yang tipis membantu
Data Obyektif: teratasi danmudah menyerap mengurangi
Pasien tampak lemah dan keringat. penguapan tubuh
menutupi badannya dengan 3.Edukasi kepada 3.kompres dengan air
selimut. keluarga untuk hangat akan
Suhu:38,60 C. kompres dengan air menurunkan demam
hangat 4.membantu
4.Libatkan keluarga kebutuhan cairan dan
untuk meberikan menurunkan resiko
minum kepada pasien dehidrasi
5 Kolaborasi 5.pemberian terapi
pemberian terapi membantu dalam
antipiretik proses penyembuhan
dan menurunkan
suhu tubuh.
F. FIMPELEMENTASI KEPERAWATAN

No
Tanggal/Jam Implementasi Respon Nama
Diagnosa
1.
22/10/2022
1. Mengobservasi tanda-tanda vital dan keluhan nyeri 1.DS : pasien mengatakan Sr.welmin
08.00 menggunakan PQRST P: Nyeri saat beraktivitas

09.00 2. Mengatur posisi nyaman pasien Q:Nyeri terasa seperti


3. Meberikan edukasi cara menurunkan nyeri non berdenyut
13.00 farmakologis dengan teknik relaksasi dengan R:Di area kepala S:
menggunakan metode diskusi dan demonstrasi dan dengan VAS 3
14.00
menggunakan leflet T:1-3 menit hilang timbul
4. Melibatkan keluarga saat mengajarkan teknik DO:Tanda-tanda vital
relaksasi, dengan menggunakan metode diskusi dan Tekanandarah:110/70
demonstrasi, dengan menggunakan leflet
mmHg
5. Melakukan kolaborasi dengan dalam pemberian
Nadi:89x/menit Suhu
terapi, dengan memberikan terapi injeksi.
badan:38,6 0C
Pernapasan:20x/menit
SpO2:99%
2.DS:Pasienmengatakan
nyaman
DO:pasien tampak
nyaman dengan posisi
semifolwer
3.DS:pasien mengatakan
mengerti dan mengikuti
anjuran
DO:pasien kooperatif dan
mengikuti anjuran
4.DS:keluarga pasien
mengatakan mengerti
DO:keluarga pasien
kooperatif dan bias
mengikutinya.
5.DS:-
DO:terlampir.
2. 22/10//2022
1.DS:pasien mengataka
08.00 1. mengobservasi suhu badan pasien
demam
2. Menganjurkan pasien untuk menggunakan pakaian
09.00 DO:Suhu badan:38,60C
yang tipis dan mudah menyerap keringat.
10.00 2.DS:pasien mengatakan
3. Melakukan edukasi kepada keluarga untuk kompres
pasien mengerti
dengan air hangat dengan metode diskusi, dan
DO:pasien tampak
11.00 dengan menggunakan leflet
Menggunakan pakian yang
4. Melibatkan keluarga untuk meberikan minum
tipis.
kepada pasien
3.DS:keluarga pasien
5. Melakukan kolaborasi pemberian terapi antipiretik,
mengatakan mengerti
dengan pemberian terapi
4.DS:Keluarga pasien
mengatakan mengerti
DO:Pasien diberikan
minum oleh keluarganya
5.DS:-
DO:Terlampir
No
Tanggal/Jam Implementasi Respon Nama
Diagnosa

1. 23/10/2022

08.00 1. Mengobservasi tanda-tanda vital dan keluhan nyeri 1.DS:pasien mengatakan Sr.welmin
menggunakan PQRST nyeri berkurang P:Nyeri
09.00
2. .Mengatur posisi nyaman pasien saat beraktivitas
10.00
3. Meberikan edukasi cara menurunkan nyeri non Q:Nyeri terasa seperti
13.00 farmakologis dengan teknik relaksasi dengan berdenyut

14.00 menggunakan metode diskusi dan demonstrasi dan R:Di area kepala

dengan menggunakan leflet. S:dengan VAS 1

4. Melibatkan keluarga saat mengajarkan teknik T: 1 menit hilang timbul

relaksasi DO:Tanda-tanda vital

5. Melakukan kolaborasi dalam pemberian terapi, Tekanan darah:110/70

dengan memberikan terapi injeksi mmHg Nadi:89x/menit


Suhu badan: 37,10C
Pernapasan:20x/menit
SpO2:99%
2.DS:Pasien mengatakan
nyaman
DO:pasien tampak
nyaman dengan posisi
semifolwer
3.DS: pasien
mengatakan mengerti dan
mengikuti anjuran
DO:pasien kooperatif dan
mengikuti anjuran
4.DS: keluarga pasien
mengatakan mengerti
DO:keluarga pasien
kooperatif dan bias
mengikutinya.
5.DS:-
DO:terlampir

2. 23/10/2022

08.00 1.mengobservasi suhu badan pasien 1.DS:pasien mengatakan

09.00 2. Menganjurkan pasien untuk menggunakan pakaian demam DO:Suhu badan:

10.00 yang tipis dan mudah menyerap keringat. 37,10C

11.00 3. Melakukan edukasi kepada keluarga untuk kompres 2.DS:pasien mengatakan

dengan air hangat, dengan menggunakan metode diskusi pasien mengerti

4. Melibatkan keluarga untuk meberikan minum kepada DO:pasien tampak

pasien menggunakan pakian yang

5. Melakukan kolaborasi pemberian terapi antipiretik. tipis.


3.DS:keluarga pasien

mengatakan mengerti DO:

keluarga kooperatif

4.DS:keluarga pasien

mengatakan mengerti

DO:pasien diberikan

minum oleh keluargany.

5.DS:-

DO:Terlampir.
No
Tanggal/Jam Implementasi Respon Nama
Diagnosa
1.
24/10/2022

08.00 1. Mengobservasi tanda-tanda vital dan keluhan nyeri 1.DS:pasien mengatakan Sr.welmin

09.00 menggunakan PQRST nyeri tidak

13.00 2.Mengatur posisi nyaman pasien P:0

14.00 3. Meberikan edukasi cara menurunkan nyeri non Q:0

farmakologis dengan teknik relaksasi dengan R:0

menggunakan metode demonstrasi dan diskusi dan S:0

dengan menggunakan leflet T:0

4. Melibatkan keluarga saat mengajarkan teknik DO:Tanda-tanda vital

relaksasi Tekanan darah:110/70

5. Melakukan kolaborasi dengan dalam pemberian mmHg Nadi:89x/menit

terapi,pemberian terapi injeksi Suhu badan:37,1 0C

Pernapasan:20x/menit

SpO2:99%

2.DS:Pasien mengatakan

nyaman

DO:pasien tampak
nyaman dengan posisi

semifolwer

3.DS:pasien mengatakan

mengerti dan mengikuti

anjuran

DO:pasien kooperatif dan

mengikuti anjuran

4.DS:keluarga pasien

mengatakan mengerti

DO:keluarga pasien

kooperatif dan bias

mengikutinya.

5.DS:-

DO:terlampir
2.
24/10/2022 1.Mengobservasi suhu badan pasien 1.DS:pasien mengatakan

2. Menganjurkan pasien untuk menggunakan demam hialng timbul

menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap DO:Suhu badan:36,5℃

keringat. 2.DS:pasien mengatakan

3. Melakukan edukasi kepada keluarga untuk kompres pasien mengerti

dengan air hangat dengan metode demonstrasi dan DO:pasien tampak

menggunakan leflet menggunakan pakian yang

4. Melibatkan keluarga untuk meberikan minum kepada tipis.

pasien 3.DS:keluarga pasien

5. Melakukan kolaborasi pemberian terapi antipiretik. mengatakan mengerti DO:

keluarga kooperatif

4.DS:keluarga pasien

mengatakan mengerti

DO:pasiendiberikan

minum oleh keluarganya

5.DS:-

DO:Terlampir.
G. EVALUASI KEPERAWATAN

Review dan Verifikasi


DPJP(Nama,
Hasil Assesment IAR Penatalaksanaan Pasien Instruksi PPA termasuk
Profesional TTEKANAN DARAH
Tanggal (Tulis dengan format SOAP/ ADIME disertai Pasca Bedah (Instruksi
Pemberi dan tgl,waktu) DPJP
dan Waktu sasaran, tulis nama, beri paraf pada akhir ditulis dengan rinci dan
Asuhan harus
catatan) jelas)
membaca/merivew
seluruh asuhan

22/10/2022 S: Pasien mengatakan nyeri di bagian ulu hati dan

kepala berkurang, demam tidak .


14.00 wit Perawat
O: Keadaan umum: sedang, kesadaran:comnpos

mentis, GCS: 15 E4M6V5, akral hangat, nadi

kuat dan teratur, CRT

<2detik, pasien tampak meringis dan memegang

kepala, retraksi tidak ada, Napas cuping hidung

tidak ada, mukosa bibir lembab, turgor kulit

elastis, Terpasang IVFD di metacarpal sinistra


NaCl

2000cc/24 jam, tetesan lancar, BAB dan BAK

spontan. Tekanan darah:110/70 mmHg,

Nadi:93x/menit,pernapasan:20x/menit,Suhu
badan:37,1 0C,Sp02:99%

A:Dx I Nyeri Akut belum teratasi

Dx II Hipertermi belum belum teratasi P:Intervensi

dilanjutkan

23/10/2022 S:Pasien mengatakan nyeri di bagian kepala


berkurang demam tidak .
14.00 wit Perawat
O: Keadaan umum: sedang, kesadaran:compos
mentis, GCS: 15 E4M6V5, akral hangat, nadi
kuat dan teratur, CRT
<2detik, pasien tampak meringis dan memegang
kepala, retraksi tidak ada,
Napas cuping hidung tidak ada, mukosa
bibir lembab, turgor kulit elastis,
Terpasang IVFD di metacarpal sinistra NaCl
1500cc/24 jam, tetesan lancar, BAB dan BAK
spontan. Tekanan darah: 110/70 mmHg,
Nadi:93x/menit,pernapasan:20x/menit,Suhu
badan:37,1 0C,Sp02:99%
A:Dx I Nyeri Akut belum teratasi Dx II Hipertermi
belum teratasi
P:intervensi dilanjutkan
24/10/2022 S: Pasien mengatakan nyeri di bagian kepala tidak,

14.00 Perawat demam tidak.


O:Keadaan umum: sedang, kesadaran: compos
mentis, GCS: 15 E4M6V5, akral hangat, nadi
kuat dan teratur, CRT<2detik,pasien tampak
meringis dan memegang kepala, retraksi tidak ada,
Napas cuping hidung tidak ada, mukosa bibir
lembab, turgor kulit elastis,Terpasang IVFD
di metacarpal sinistra NaCl 2000cc/24 jam,tetesan
lancar, BAB dan BAK spontan. Tekanan darah:
110/70 mmHg,
Nadi:93x/menit, pernapasan:20x/menit,Suhu
badan:36,7 0C,Sp02:99%
A:Dx I Nyeri Akut teratasi Dx II Hipertermi
teratasi
P:intervensi dihentikan
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Pada BAB ini merupakan pembahasan dari asuhan keperawatan pada pasien dengan demam typoid di
ruang perawatan umum lantai 3 Rumah Sakit Provita. Dalam bab ini penulisan membahas lima proses
keperawatan yang dilakukan kepada pasien dari pengkajian, diagnosis, intervensi, implementasi dan evaluasi
mengenai kasus yang penulis angkat.
Pengkajian merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Penulis melakukan pengkajian mengikuti
lembar asesmen penerimaan pasien baru milik rumah sakit, pengumpulan informasi dari pasien melalui
wawancara dan observasi. Pada pasien dengan demam typoid menurut teori manifestasi klinis yang akan sering
muncul adalah demam nyeri kepala, pusing nyeri otot, mual, muntah , noreksia, dan diare. Pada kasus Tn.D
berdasarkan pengkajian, didapatkan hasil yang sama dengan teori hanya saja pada kasus Tn.D tidak disertai diare
mual dan muntah hanya nyeri kepala dan hipertermi.
Diagnosis keperawatan merupakan tahap kedua dalam proses keperawatan. Penulis melakukan
penegakkan diagnosis keperawatan dengan cara menyususn analisa data terlebih dahulu. Diagnosis keperawatan
yang penulis angkat yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis dan hipertermi berhubungan
dengan proses penyakit.
Intervensi keperawatan merupakan tahap ketiga dalam proses keperawatan. Penulis menentukan intervensi
yang akan diberikan kepada pasien berdasarkan diagnosis keperawatan. Proses keperawatan keempat yaitu
Implementasi keperawatan, penulis melakukan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai intervensi yang sudah
disusun sebelumnya. Setelah melakukan tindakan, penulis melakukan evaluasi tindakan yang diberikan kepada
pasien dengan demam typoid.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demam typoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh salmonella typhi,
Manifestasi klinis yang sering terjadi pada pasien adalah nyeri kepala, demam, pusing mual muntah,
anoreksia,serta diare. Penyakit ini bila tidak ditangani dengan tepat akan menyebabkan miokarditis
(peradangan pada otot jantung) dan berpengaruh pada penderitanya. Sehingga diperlukan asuhan
keperawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya miokarditis.

B. Manfaat
Untuk memperoleh pengalaman dalam hal penanganan pasien dengan demam tyfoid dan dapat
memberikan asuhan keperawatan pada pasien demam tyfoid dengan tepat bagi penulis.

C. Saran
Mengkaji pasien secara menyeluruh untuk mendapatkan data terakurat sehingga sebagai perawat dapat
mencegah atau mendeteksi sedini mungkin keparahan akibat demam typoid.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges,Maryllin. 2003.Rencana Asuhan Keperawatan.

Edisi 3.Alih Bahasa:Yasmin Asih. Jakarta: EGC.

Manjsoer,Arif.2002.Kapita Selekta Kedokteran.Edisi III.

Jakarta: EGC. Ngastiyah. 2005. IlmuPenyakitDalam.Edisi I.Jakarta:EGC.

Nikmatur,R., & Saiful,W. 2016.Proses Keperawatan Teori & Aplikasi.

Jogjakarta:AR-Ruz Media

WHO.World Health Statistics,2015.World Health Organization, 2015.

Williams,L & Wilkins,2012. Nurshing: Memahami Berbagai Macam Penyakit.Alih Bahasa Pramita.

Jakarta:PT.Indeks

Widodo Joko. 2009. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Zulkoni Akhsin.2011.Parasitologi.

Sudoyo.2009.Buku Ajar Penyakit Dalam.

Anda mungkin juga menyukai