Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

“DEKUBITUS”

disusun oleh Kelompok 2:

1. Monique Indah Tri Ana Santi (201811001)


2. Adrianus Janson (201811002)
3. Agata Cynthia (201811003)
4. Aisyia Muktisari (201811004)
5. Anastasia Noverina Suryoputri (201811006)
6. Angelina Ajeng Lestari Kunu (201811007)
7. Angie Pratiwi (201811008)
8. Arnida Putri Agustina (201811009)
9. Cicilia Eka N (201811010)
10. Cindy Dwi Lestari (201811011)
11. Corrina Jessie (201811012)
12. Dea Rachel Noela (201811013)
13. Deyana Paramita A. (201811015)
14. Divana Rizky Aprilia (201811017)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES ST. ELISABETH SEMARANG
TAHUN AJAR 2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dekubitus merupakan masalah kesehatan sekunder yang terjadi sebagai dampak
lanjut terhadap masalah kesehatan yang menyebabkan penderita mengalami imobilisasi,
salah satunya adalah stroke. Dekubitus merupakan kondisi dimana terjadi kerusakan atau
kematian kulit sampai jaringan dibawahnya bahkan dapat menembus otot sampai
mengenai tulang. Dekubitus dapat terjadi pada semua kelompok usia, tetapi akan menjadi
masalah yang khusus bila terjadi pada seorang lanjut usia (lansia). Kekhususannya
terletak pada insiden kejadiannya yang erat kaitannya dengan imobilisasi. Dekubitus
terjadi sebagai akibat adanya penekanan pada suatu area secara terus menerus sehingga
mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat. Timbulnya luka dekubitus diawali
dengan terjadinya kompresi berkepanjangan pada jaringan lunak antara tonjolan tulang
dan permukaan yang padat. Insiden dan prevalensi dekubitus di Indonesia mencapai 40%
atau yang tertinggi diantara negara-negara besar ASEAN lainnya. Kejadian dekubitus
terdapat pada tatanan perawatan akut (acute care) sebesar 5-11%, pada tatanan perawatan
jangka panjang (long term care) sebesar 15-25%, dan tatanan perawatan dirumah (home
health care) sebesar 7-12%. Khusus kejadian dekubitus pada perawatan dirumah,
diperkirakan lebih dari 53% insiden dekubitus terjadi pada kelompok lansia akibat
imobilisasi.(1)
Stroke merupakan penyakit sistem persyarafan yang paling banyak terjadi saat ini,
stroke menyebabkan kelemahan dan kelumpuhan pada pasien sehingga
membutuhkan perawatan cukup lama.(2) Stroke sebagai bagian dari penyakit
kardioserebrovaskular yang digolongkan ke dalam penyakit katastropik karena
mempunyai dampak luas secara ekonomi dan sosial. Stroke menjadi penyebab kematian
nomor satu di dunia setiap tahunnya. Data menunjukkan 1 dari 4 orang mengalami
stroke, jangan sampai kita menjadi salah satu diantaranya. karena sesungguhnya stroke
dapat dicegah. Data Riskesdas 2013 prevalensi stroke nasional 12,1 per mil, sedangkan
pada Riskesdas 2018 prevalensi stroke 10,9 per mil, tertinggi di Provinsi Kalimantan
Timur (14,7 per mil), terendah di Provinsi Papua (4,1 per mil).(3)
Sebagian besar pasien stroke dirawat dengan kondisi tirah baring lama yang
dapat mencetuskan terjadinya luka dekubitus. Angka kejadian dekubitus pada
pasien stroke cukup banyak terjadi. Tingginya angka kejadian ini akibat banyaknya
faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya dkubitus pada pasien stroke.
Penderita stroke sering mengalami kelemahan atau kelumpuhan sehingga harus
menjalani tirah baring selama perawatan. Komplikasi yang dapat terjadi akibat
tirah baring lama tersebut bisa berupa jatuh, kontraktur, nyeri, depresi dan luka
dekubitus. Kelemahan dan keterbatasan menyebabkan pasien stroke mengalami
ketergantungan pada perawat atau orang lain. Semakin meningkat tingkat
ketergantungannya maka resiko dekubitus makin tinggi. Faktor resiko dekubitus
cukup banyak diantaranya gangguan syaraf vasomotorik, sensorik dan motorik,
kontraktur sendi dan spastisitas, gangguan sirkulasi perifer, malnutrisi dan
hipoproteinemia, anemia, keadaan patologis kulit pada gangguan hormonal
(oedema), laserasi dan infeksi, hygine kulit yang buruk, inkontinensia alvi dan
urine, penurunan kesadaran. Proses penyembuhan luka dekubitus membutuhkan
waktu yang cukup lama dan menjadi masalah yang serius karena dapat
mempengaruhi kualitas hidup penderita, memperlambat program rehabilitasi
penderita, memperberat penyakit primer dan menimbulkan masalah keuangan atau
finansial keluarga karena harus mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk
perawatan luka, selain itu komplikasi yang lain berupa sepsis, sellulitis, infeksi
kronis dan kematian pada usia lanjut (2)
Oleh karena itu, sebagai seorang perawat kita perlu memberikan asuhan
keperawatan yang tepat secara komprehensif baik bio, psiko, sosial dan kultural kepada
semua pasien degan masalah keperawatannya, khususnya dekubitus agar pasien mencapai
kesembuhannya.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mempelajari dan menganilisa asuhan keperawatan dan
kasus etik legal tentang decubitus terkait sistem integumen.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar decubitus.
b. Mahasiswa diharapkan mampu memahami pathway dan asuhan
keperawatan berhubungan dengan dekubitus.
c. Mahasiswa mampu memahami dan menganalisis asuhan keperawatan
terkait sistem integumen tentang dekubitus.
d. Mahasiswa bisa menganalisis kasus etik legal terkait sistem integumen.

C. Manfaat
Dapat mengetahui mengenai konsep dasar dan asuhan keperawatan pada pasien
dengan penyakit dekubitus.
BAB II
KONSEP TEORI
BAB III
PEMBAHASAN ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus Dekubitus

Seorang laki-laki usia 45 tahun, menderita stroke, pasien hanya bisa berbaring di tempat tidur.
Sudah sebulan pasien dirawat di rumah sakit. Karena luka dekubitus yang luas di daerah sacrum.
Terdapat cairan purulent dan bau tidak sedap. Saat perawatan luka terlihat sampai ke jaringan
otot dan tulang. Di bagian tumit terdapat kemerahan yang tidak hilang.
Analisa etik legal:
Pasien direncanakan untuk dilakukan debridement tetapi keluarga masih mempertimbangkan.

A. FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN


Nama perawat yang mengkaji : Ns. Yaya
Unit : Unit Penyakit Dalam
Ruang/ kamar : Ruang Mega / 01
Tanggal/ waktu masuk RS : 1 Januari 2020 / 10.00
Tanggal/ waktu pengkajian : 15 Januari 2020 / 16.00
Cara pengkajian : Anamnesa
B. Identitas Klien
Nama : Tn. B
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 45 tahun
Tempat/ tgl lahir : Semarang, 3 Maret 1975
Pendidikan : D3
Pekerjaan : pegawai Bank
Status Perkawinan : kawin
Agama : islam
Suku : jawa
Alamat : jalan mekar no. 04
Dx Medis : decubitus dan stroke

C. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Ny. L
Alamat : jalan mekar no. 04
Hubungan dengan klien : istri

D. Riwayat Keperawatan Masa Lalu


1. Penyakit yang pernah diderita
Keluarga Pasien mengatakan mengalami stroke sejak 6 bulan yang lalu.
2. Penyakit keturunan
Keluarga Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan.
3. Operasi yang pernah dilakukan
Keluarga Pasien mengatakan pasien tidak pernah dioperasi sebelumnya
4. Alergi
Keluarga Pasien mengatakan pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan,
obat, debu maupun suhu.
5. Imunisasi
Keluarga Pasien mengatakan imunisasi pasien lengkap.
6. Kebiasaan buruk
Keluarga Pasien mengatakan jarang minum air putih dan tidak pernah melakukan
pergantian posisi.
7. Obat-obatan
Keluarga Pasien mengatakan bahwa pasien mengkonsumsi aspirin dan amlodipine.

E. Riwayat Keperawatan Saat Ini

1. Alasan masuk rumah sakit


Tn.B dibawa ke RS pada tanggal 1 Januari 2020 pukul 10.00 WIB dengan luka decubitus
yang luas di daerah sacrum karena banyak berbaring dan tidak pernah bergerak. Pada
luka terdapat purulent dan bau tidak sedap. Hasil pemeriksaan TTV didapatkan TD
150/80mmHg, nadi 100x/menit, RR 20x/menit, suhu 36°C, SPO2 98%. Ketika dilakukan
perawatan luka terlihat sampai ke jaringan otot dan tulang. Tindakan yang sudah
diberikan oleh tenaga medis yaitu pemberian infus RL, alih baring, Tissue plasminogen
activator, Amlodipine dan balutan luka.
2. Keluhan Utama
Keluarga pasien mengatakan seperti mulai muncul bau tidak sedap dari tubuh pasien dan
ada bekas berwarna kuning di baju pasien setiap ganti pakaian.
3. Keluhan Penyerta
Keluarga pasien mengatakan di bagian tumit terdapat kemerahan yang menetap.
F. Kebutuhan
1. Udara/oksigen
Sebelum masuk RS :keluarga Pasien mengatakan tidak mengalami sesak nafas ketika
melakukan kegiatan apapun.
Selama berada di RS : Pasien tidak mendapat terapi oksigen karena tidak mengalami
sesak nafas dengan hasil pemeriksaan SPO2 98% dan RR 20x/menit.
2. Cairan
Sebelum masuk RS :keluarga Pasien mengatakan jarang minum air putih dan nafsu
makan turun sehingga makan sehari 1-2kali.
Selama berada di RS :

IWL = (15 x berat badan) : 24 jam


= (15 x 50 kg) : 24 jam
= 31,25 cc/jam = 750 cc/24jam.

Intake cairan (24 jam)


Makan = 3 x 300cc = 900cc
Minum = 5 x 250cc= 1.250cc
Infus = 500cc

Output cairan (24 jam)


BAB = 3 x 100cc = 300cc
BAK = 65cc/jam = 1.560cc
IWL = 750cc
Balance cairan = intake cairan – output cairan
= 2.650 – 2.610
= 40cc
3. Nutrisi
Sebelum masuk RS :

A (Antropometri) : BB : 45 kg
TB : 160 cm
BBI = (TB – 100) - 10% (TB-100)
= (160 -100) – 10 % (160-100)
= 60 - 6
= 54
IMT = Berat badan = 60 kg
Tinggi badan = 160 cm = 1,6 m
= Berat badan / (tinggi badan x tinggi badan)
= 45 / (1,6 X 1,6)
= 17,5 (underweight)
B (Biochemical) : -
C (Clinical Sign) : -
D (Diet) : -
Selama berada di RS :
A (Antropometri) : BB : 50 kg
TB : 160 cm
BBI = (TB – 100) - 10% (TB-100)
= (160 -100) – 10 % (160-100)
= 60 - 6
= 54
IMT = Berat badan = 50 kg
Tinggi badan = 160 cm = 1,6 m
= Berat badan / (tinggi badan x tinggi badan)
= 50 / (1,6 X 1,6)
= 19,5 (normal)
B (Biochemical) :

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan


Natrium 147mEq/liter 135 - 145mEq/liter

LDL 163 >160

Albumin 2g/dL 3-5g/dL

C (Clinical Sign) : Keadaan Fisik = Lemah, hanya berbaring dan dibantu


untuk alih baring setiap 2jam
Berat Badan = Mengalami peningkatan

D (Diet) : Diet tinggi protein dengan tekstur cair dan dimasukkan melalui
NGT. Kuantitas Nutrisi = Pasien makan sehari 3 kali

4. Eliminasi fekal

Frekuensi Konsistensi Warna Bau Keluhan


Sebelum 1x sehari Padat dan Coklat tua Bau Tidak
masuk RS keras khas ada
Sesudah 2-3x Normal Kekuningan Bau Tidak
masuk RS sehari khas ada
5. Eliminasi urin

Frekuensi Warna Bau Keluhan


Sebelum 3x kali sehari Kuning Khas urin Tidak ada
masuk RS keruh
Sesudah 1.560cc/24ja Kuning Khas urin Tidak ada
masuk RS m jernih
6. Aktivitas

Sebelum Selama
Aktivitas Keterangan
masuk RS masuk RS

Dapat mengerjakan sendiri

Mandi Pada bagian tertentu dibantu

Memerlukan bantuan  
Seluruhnya tanpa dibantu

Berpakaian Pada kondisi tertentu dibantu

Seluruhnya memerlukan bantuan  

Dapat mengerjakan sendiri

Toilet Memerlukan bantuan

Tidak dapat pergi ke toilet  

Tanpa bantuan
Berpindah atau
Dengan bantuan
berjalan
Tidak dapat melakukan  

Dapat mengontrol
BAB dan BAK
Kadang - kadang ngompol

Dibantu seluruhnya  

Makan Tanpa bantuan

Dapat makan sendiri kecuali hal - hal


tertentu

Seluruhnya dibantu  

SKOR G G

Keterangan :

A : Mandiri untuk 6 fungsi


B : Mandiri untuk 5 fungsi
C : Mandiri kecuali mandi
D : Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan fungsi lain
E : Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, pergi ke toilet dan fungsi lainnya
F : Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, pergi ke toilet, berpindah dan fungsi lainnya
G : Tergantung untuk 6 fungsi
7. Tidur
Sebelum masuk RS : keluarga Pasien mengatakan tidur malam selama 8 jam/hari.
Selama berada di RS : pasien tidur selama 2-3 jam pada siang hari dan malam hari
selama 6 jam namun banyak terbangun karena merasa kurang nyaman akibat terpasang
NGT dan harus berpindah posisi setiap 2 jam sekali.
8. Seksualitas
Sebelum masuk RS : Pasien memiliki 1 istri dan 3 orang anak. Selama di rumah pasien
dirawat oleh istri dan anak pertama (SMP), dikarenakan 2 anak lainnya masih SD dan
TK.
Selama berada di RS : Pasien selalu ditemani oleh istri. Ketiga anaknya berada di rumah
neneknya.
9. Interaksi sosial
Sebelum masuk RS : keluarga Pasien mengatakan dapat berkomunikasi dengan
keluarga namun kurang jelas yang dikatakan.
Selama berada di RS : Pasien lebih banyak diam dan sesekali hanya berkomunikasi
dengan istrinya namun kurang jelas yang dikatakan.
10. Pencegahan masalah kesehatan
Sebelum masuk RS : keluarga pasien mengatakan tidak mengetahui bahwa pasien
stroke perlu dilakukan alih baring.
Selama berada di RS : keluarga pasien mengetahui cara alih baring dan perawatan luka
dekubitus.
11. Promosi kesehatan dan konsep diri
Sebelum masuk di RS :keluarga Pasien mengatakan tidak pernah mendapatkan
penyuluhan kesehatan mengenai stroke.
Selama berada di RS :keluarga pasien mendapatkan pendidikan dan promosi kesehatan
mengenai cara perawatan luka dekubitus dan alih baring.
12. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : pasien tampak lemah dan hanya berbaring, selama dirawat di
rumah sakit tubuhnya mengalami peningkatan sebanyak 5kg, dan pasien terpasang
NGT untuk membantunya dalam mengkonsumsi makanan/minuman.
b. Kesadaran : Apatis E4M4V4
c. TTV
Tekanan Darah = 150/80 mmHg.
Frekuensi nadi = 100x/menit.
Frekuensi nafas = 20x/menit.
Suhu tubuh = 360C.
SPO2 = 98%
d. Head to toe : Hasil pengkajian Fisik
i. Kepala
Inspeksi: rambut hitam, bersih tidak ada kotoran.
Palpasi : tidak ada benjolan.
ii. Mata
Inspeksi: simetris dan tidak ada kelainan pada bola mata.
Palpasi : konjungtiva ananemis.
iii. Hidung :
Inspeksi: mancung, tidak ada luka dan bekas luka.
Palpasi : tidak ada benjolan pada tulang.
iv. Mulut
Inspeksi: tebal, asimetris, suara tidak jelas dan ada karang gigi.
Palpasi : tidak ada benjolan.
v. Telinga
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada luka.
Palpasi : tidak ada benjolan.
vi. Wajah
Inspeksi: bentuk wajah bulat asimetris, tidak ada luka dan bekas luka.
Palpasi : tidak ada benjolan.
vii. Leher
Inspeksi: tidak ada pembesaran JVP.
Palpasi : JVP <4cm, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan getah bening.
viii. Dada
 Paru-paru
Inspeksi : tidak ada kelainan tulang dada.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : bunyi di sonor semua lapang paru
Auskultasi : tidak ada bunyi nafas tambahan
 Jantung
Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat di CS 5 mid clavikula sinistra.
Palpasi : iktus kordis teraba di CS 5 di mid clavikula
Perkusi : terdengar suara pekak di batas jantung
Auskultasi : tidak ada bunyi S3
 Abdomen
Inspeksi : perut tidak buncit
Palpasi : saat ditekan tidak keras
Perkusi : bunyi timpani 4 kuadran
Auskultasi : bising usus normal 15x/menit
ix. Ekstrimitas
Ekstremitas atas : tidak ada kebiruan, kulit elastis.
Ekstremitas bawah : bagian tumit terdapat kemerahan yang menetap.
Kekuatan otot :

No Prosedur
Jenis Pemeriksaan Nilai
.

a. Meminta klien melakukan fleksi


Kekuatan otot pada lengan dan beri tahanan.
1. ekstremitas atas b. Lakukan prosedur yang sama untuk 1
Otot bahu gerakan ekstensi lengan dan beri
tahanan

a. Minta klien melakukan gerakan


fleksi pada siku dan beri tahanan
2. Otot siku b. Lakukan prosedur yang sama untuk 1
gerakan ekstensi siku dan beri
tahanan

3. Otot pergelangan a. Letakkan lengan bawah klien di atas 1


tangan meja dengan telapak tangan
menghadap atas
b. Minta klien melakukan gerakan
fleksi telapak tangan dengan
melawan tahanan

Otot jari-jari a. Minta klien menggunakan jari-jari


4. 1
tangan melawan tahanan

a. Atur posisi tidur klien (supine)


Kekuatan oto b. Minta klien melakukan gerakan
5. ekstremitas bawah fleksi dengan tungkai, aduksi- 1
Otot panggul abduksi tungkai dan melawan
tahanan

a. Minta klien untuk melakukan


6. Otot lutut gerakan fleksi lutut dan melawanan 1
tahanan

a. Minta klien melakukan gerakan


7. Otot tumit 1
plantar fleksi

a. Minta klien melakukan gerakan


8. Otot jari-jari kaki 1
fleksi ekstensi dan melawan tahanan

- Terlihat/teraba getaran otot


Keterangan
- Tidak ada gerakan ekstremitas

x. Pemeriksaan Diagnostik
Hasil Pemeriksaan DESIGN-R
Hari, tanggal = 2 Januari 2020
Waktu = 16.00 WIB
Bagian = sacrum

Depth

0 Tidak ada lesi dan 3 Lesi mencapai subkutan


kemerahan pada kulit
1 Kemerahan menetap  4 Lesi mencapi otot, tendon dan
tulang

2 Lesi mencapai dermis 5 Lesi mencapai antrikuler atau


rongga tubuh atau tidak
mungkin diukur

Exudate

1 Ringan = tidak perlu  6 Banyak = perlu megganti


mengganti dressing dressing lebih dari 2 kali
setiap hari setiap hari

3 Sedang = perlu
mengganti dressing
setiap hari

Size

3 Kurang dari 4 cm 9 36 - <64cm

6 4 cm - <16 cm 15 >100cm
 8 16 - <36 cm

Infection

Tanda-tanda yang jelas dari


0 Tidak ada infeksi  2 infeksi lokal (contohnya
inflamasi, pus, dan bau)

Ada tanda dari inflamasi


(demam, kemerahan, Adanya pengaruh sistemik,
1 3
bengkak, dan nyeri seperti demam
disekitar luka)

Granulation issue
Jaringan granulasi tidak 10% atau lebih (namun
dapat dikaji karena luka kurang dari 50%) dari luka
0 3
sembuh atau terlalu telah terisi oleh jaringan
dangkal granulasi)

Kurang dari 10% luka


90% dari luka telah diisi
1  4 tertutup oleh jaringan
oleh jaringan granulasi
granulasi

50% lebih(namun
kurang dari 90%) dari
2 5 Tidak ada jaringan granulasi
luka telah terisi oleh
jaringan granulasi

Nekrotik

Ada jaringan nekrotik yang


0 Tidak ada  1
lembut

Terdapat jaringan nekrotik


2 yang nekrotik yang keras dan
tebal melekat pada luka

Pocket

1 Lebih kecil dari 4cm2


 4cm2 atau lebih, tetapi
2
lebih kecil dari 16cm2

16cm2 atau leih, tapi


3
lebih kecil dari 36cm2

4 36cm2 atau lebih


Pemeriksaan DESIGN-R
Hari, tanggal = 2 Januari 2020
Waktu = 16.00 WIB
Bagian = tumit

Depth

0 Tidak ada lesi dan 3 Lesi mencapai subkutan


kemerahan pada kulit
 1 Kemerahan menetap 4 Lesi mencapi otot, tendon dan
tulang

2 Lesi mencapai dermis 5 Lesi mencapai antrikuler atau


rongga tubuh atau tidak
mungkin diukur

Exudate

1 Ringan = tidak perlu 6 Banyak = perlu megganti


mengganti dressing dressing lebih dari 2 kali
setiap hari setiap hari

3 Sedang = perlu
mengganti dressing
setiap hari

Size
 3 Kurang dari 4 cm 9 36 - <64cm

6 4 cm - <16 cm 15 >100cm

8 16 - <36 cm

Infection

Tanda-tanda yang jelas dari


0 Tidak ada infeksi 2 infeksi lokal (contohnya
inflamasi, pus, dan bau)
 1 Ada tanda dari inflamasi 3 Adanya pengaruh sistemik,
(demam, kemerahan,
bengkak, dan nyeri seperti demam
disekitar luka)

Granulation issue

Jaringan granulasi tidak 10% atau lebih (namun


dapat dikaji karena luka kurang dari 50%) dari luka
0 3
sembuh atau terlalu telah terisi oleh jaringan
dangkal granulasi)

Kurang dari 10% luka


90% dari luka telah diisi
1 4 tertutup oleh jaringan
oleh jaringan granulasi
granulasi

50% lebih(namun
kurang dari 90%) dari
2 5 Tidak ada jaringan granulasi
luka telah terisi oleh
jaringan granulasi

Nekrotik
 Ada jaringan nekrotik yang
0 Tidak ada 1
lembut

Terdapat jaringan nekrotik


2 yang nekrotik yang keras dan
tebal melekat pada luka

Pocket

1 Lebih kecil dari 4cm2

4cm2 atau lebih, tetapi


2
lebih kecil dari 16cm2

16cm2 atau leih, tapi


3
lebih kecil dari 36cm2

4 36cm2 atau lebih


xi. Terapi Farmakologi

Nama Obat Dosis Rute Kegunaan

Tissue 1x1 intravena menghancurkan gumpalan darah


plasminogen penyumbat pembuluh darah
activator

Amlodipine 1x1 NGT melemaskan dinding pembuluh darah


sehingga memperlancar aliran darah
menuju jantung dan mengurangi
tekanan darah

Infus RL 500mL intravena Menyeimbangkan cairan dalam tubuh


ANALISA DATA

No Data Fokus Problem Etiologi


1. DS: Kerusakan Integritas Kemerahan, kerusakan
1. Keluarga pasien mengatakan pasien Jaringan jaringan, kelembapan,
memiliki luka yang sangat luas di status nutrisi tidak
punggung bagian bawah dengan seimbang, kurang
kondisi luka berbau busuk dan pengetahuan tentang
terdapat cairan nanah. pemeliharaan
2. Keluarga pasien mengatakan tumit integritas jaringan,
pasien terdapat kemerahan yang kurang pengetahuan
tidak kunjung hilang tentang perlindungan
3. Keluarga pasien mengatakan belum integritas jaringan,
mengerti tentang cara mobilisasi di hambatan mobilitas
tempat tidur fisik
4. Keluarga pasien mengatakan belum
pernah mendapatkan pendidikan
kesehatan perawatan stroke
5. Keluarga pasien mengatakan belum
pernah mendapatkan pendidikan
kesehatan perawatan luka decubitus
DO:
1. Terlihat adanya luka decubitus yang
luas di daerah secrum pasien.
Decubitus stadium 4.
2. Luka decubitus terlihat sampai ke
jaringan otot dan tulang.
3. Kondisi luka berbau busuk dan
terdapat cairan purulent
4. Tumit pasien terlihat berwarna
kemerahan. Decubitus stadium 1
5. Hasil TTV:
TD: 120/80 mmHg
HR: 100 x/menit
RR: 20 x/menit
S : 360C
6. Indeks KATZ: G
7. Hasil Pemeriksaan Radiologi:
Pemeriksaan komponen dalam purulent
2. DS: Ketidakseimbangan Berat badan di bawah
1. Keluarga pasien mengatakan pasien Nutrisi: Kurang dari rentang berat badan
tidak nafsu makan Kebutuhan Tubuh ideal, asupan diet
2. Keluarga pasien mengatakan pasien kurang
memiliki luka yang sangat luas di
punggung bagian bawah dengan
kondisi luka berbau busuk dan
terdapat cairan nanah.
DO:
1. Berat badan pasien di bawah dari
normal.
2. Terlihat adanya luka decubitus
yang luas di daerah secrum pasien.
Decubitus stadium 4.
3. Hasil pemeriksaan biochemical:
Albumin: 2g/dL

Diagnosa Keperawatan

1. Kerusakan Integritas Jaringan berhubungan dengan kemerahan, kerusakan jaringan,


kelembapan, status nutrisi tidak seimbang, kurang pengetahuan tentang pemeliharaan
integritas jaringan, kurang pengetahuan tentang perlindungan integritas jaringan,
hambatan mobilitas fisik ditandai dengan keluarga pasien mengatakan pasien memiliki
luka yang sangat luas di punggung bagian bawah dengan kondisi luka berbau busuk dan
terdapat cairan nanah, keluarga pasien mengatakan tumit pasien terdapat kemerahan yang
tidak kunjung hilang, eluarga pasien mengatakan belum mengerti tentang cara mobilisasi
di tempat tidur, keluarga pasien mengatakan belum pernah mendapatkan pendidikan
kesehatan perawatan stroke, keluarga pasien mengatakan belum pernah mendapatkan
pendidikan kesehatan perawatan luka decubitus, terlihat adanya luka decubitus yang luas
di daerah secrum pasien. Decubitus stadium 4, luka decubitus terlihat sampai ke jaringan
otot dan tulang, kondisi luka berbau busuk dan terdapat cairan purulent, tumit pasien
terlihat berwarna kemerahan. Decubitus stadium 1, hasil TTV: TD: 120/80 mmHg, HR:
100 x/menit, RR: 20 x/menit, S : 360C, Indeks KATZ: G, Hasil Pemeriksaan Radiologi:
Pemeriksaan komponen dalam purulent
Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan Berat
badan di bawah rentang berat badan ideal, asupan diet kurang ditandai dengan berat
badan pasien di bawah dari normal, terlihat adanya luka decubitus yang luas di daerah
secrum pasien. Decubitus stadium 4, hasil pemeriksaan biochemical: Albumin: 2g/dL
INTERVENSI BESERTA RASIONALNYA

Tangga No Tujuan dan Outcome Intervensi Rasional


l
dan
Waktu
15 1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Perawatan Luka Tekan (3520) 1. Perawatan Luka Tekan
Januari 7x24 jam masalah keperawatan kerusakan Monitor: (3520)
2020 integritas jaringan dapat diatasi dengan kriteria a. Monitor warna, suhu, udem, Monitor:
Jam hasil: kelembaban, dan kondisi area sekitar a. Mengidentifikasi dan
16.30 Domain : Keamanan/perlindungan (11) luka megindikasi adanya
WIB Kelas : Cedera fisik (2) b. Monitor tanda dan gejala infeksi infeksi
Outcome: Integritas jaringan: kulit dan membran diarea luka b. Mengidentifikasi
mukosa (1101) c. Monitor status nutrisi Tanda dan gejala
Indikator A T Keterangan infeksi pada area luka
Eritema 2 4 1=Sangat Merah akan tidak semakin
2=Kemerahan melebar
3=Sedikit Kemerahan c. Status nutrisi tinggi
4=Kemerahan mulai protein dan tinggi
hilang kalori yang tercukupi
5=Normal dapat membantu
penyembuhan
Intergitas 2 4 1=sangat terganggu Mandiri: Mandiri:
kulit 2=banyak terganggu a. Catat karakteristik luka tekan a. Hasil pencatatan atau
3=cukup terganggu setiap hari, meliputi dokementasi dari luka
4=sedikit terganggu ukuran(panjangxlebarxdalam), tekan dapat menjadi
5=tidak terganggu tingkat luka (I-IV), lokasi, acuan untuk perawatan
eksudet, granulasi atau jaringan luka selanjutnya
Outcome: Status sirkulasi (0401) nekrotik dan epitelisasi b. Luka lembab dapat
Indikator A T Keterangan b. Jaga agar luka tetap lembab untuk membantu proses
Luka bagian 1 3 1= Berat membantu proses penyembuhan penyembuhan
tubuh (daerah 2= Cukup berat c. Catat karakteristik cairan luka c. Karakteristik cairan
sacrum) 3= Sedang d. Bersihkan luka dengan cairan yang tidak bernanah
4= Ringan yang tidak berbahaya, lakukan dan tidak berbau
5= Tidak ada pembersihan dengan gerakan menunjukkan bahwa
sirkuler dari dalam keluar luka dalam proses
Kemerahan 1 4
1= Berat e. Ubah posisi setiap 1-2 jam sekali penyembuhan
pada kaki 2= Cukup berat untuk mencegah penekanan d. Cairan yang tidak
3= Sedang f. Gunakan tempat tidur khusus anti berbahaya tidak akan
4= Ringan dekubitus menginfeksi luka
5= Tidak ada e. Perubahan posisi dapat
Outcome : Penyembuhan Luka: Sekunder (1103) mengurangi uka tekan
Indikator A T Keterangan f. Kasur dekubitus
Ukuran luka 1 3 1= 64cm2-<100cm2 menguramgi luka tekan
berkurang 2= 36 cm2-<64cm2 Edukasi: Edukasi:
3= 16 cm2-<36 cm2 a. Anjurkan pasien dan keluarga a. Prosedure perawatan
4= 4 cm2-<16 cm2 mengenai perawatan luka luka yang benar dapat
5= <4 cm2- Tidak ada membantu
Luka penyembuhan luka
pada pasien
Kolaborasi: Kolaborasi:
Lubang 1 4 1=Sangat dalam a. Rujuk pada ahli diet dengan tepat a. Pemberian diet dan
pada luka menembus tulang b. Kolaborasi dengan dokter pemberian protein
dan otot (Grade 4) mengenai obat antibiotik dan tinggi dapat membantu
2=Dalam menembus salep penyembuhan luka
hopdermis (Grade 3) c. Kolaborasi dengan dokter bedah b. Pemberian salep daoat
3=Cukup dalam mengenai debridement membantu
menembus dermis penyembuhan luka dan
(Grade 2) antibiotic untuk
4=Sedikit dalam melawan bakteri pada
menembus luka
epidermis (Grade 1) c. Tindakan pembedahan
5= Tidak ada luka untuk mengangkat
Nekrosis 1 4 1=Sangat Parah jaringan yang mati dan
2=Parah membersihkan luka
3=Cukup Parah kotor
4=Sedikit Parah
5= Sembuh 2. ManajemenTekanan
2. Manajemen Tekanan (3500) (3500)
Bau busuk 2 3 1: Berat Monitor : Monitor :
luka 2: Cukup berat a. Monitor mobilitas dan aktivitas a. Karena pasien
3: Sedang pasien mengalami stroke maka
4: Ringan b. Monitor nutrisi pasien dilakukan monitor
5: Tidak ada c. Monitor sumber tekanan dan mobilitas dan aktivtas
Lubang 2 3 1= Berat gesekan untuk mengetahui
pada luka 2= Cukup berat kebutuhan ADL pasien
3= Sedang b. Karena pasien
4= Ringan mengalami luka
5= Tidak ada decubitus maka
Outcome: Perfusi jaringan: Seluler (0416) dilakukan monitor
Indikator A T Keterangan nutrisi yang akan
Penurunan 1 4 1= Sopor mempengaruhi proses
tingkat GCS (5-6) penyembuhan luka
kesadaran 2= Somnollen c. Untuk mengetahui
GCS (7-9) penyebab dari luka
3= Delirium tekan pada pasien
GCS (10-11) Mandiri :
4= Apatis Mandiri : a. Karena pasien
GCS (12-13) a. Berikan pakaian yang tidak ketat mengalami luka tekan
5= Composmentis pada pasien maka pasien diberikan
GCS (14-15) b. Balikkan posisi pasien minimal pakaian yang tidak
Outcome: Konsekuensi Imobilitas: Fisiologi setiap 2 jam sesuai jadwal khusu ketat agar tidak
(0204) memperparah kondisi
Indikator A T Keterangan luka
Kekuatan 1 4 1= Lumpuh Total b. Karena pasien
Otot 2= Tidak gerakkan, mengalami
teraba atau terlihat keterbatasan gerak
adanya kontraksi otot maka dilakukan tirah
3= Ada gerakkan pada baring ditempat tidur
sendi tetapi tidak bisa untuk membantu
melawan gravitasi pasien dalam
4= Bisa melawan melakukan pergerakan
gravitasi Edukasi:
5= Bisa bergerak tapi Edukasi : Penyuluhan mengenai
lemah sampai dapat a. Berikan penyuluhan kepada matras dapat menbantu
melawan tekanan keluarga mengenai matras dan dalam proses
secara maksimal tempat tidur terapeutik saat berada penyembuhan luka pasien
dirumah. Kolaborasi:
Agar pasien dapat
Kolaborasi : melakukan pergerakan
Kolaborasi dengan fisioterapi sehingga bisa mencegah
dalam memenuhi kebutuhan ADL keparahan luka decubitus
pasien

3. Kontrol infeksi (6540)


Monitor:
-
3. Kontrol infeksi (6540) Mandiri:
Monitor: a. Istirahat dapat
- membuat badan
Mandiri: menjadi stabil
a. Dorong untuk istirahat b. Cuci tangan dapat
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah membantu dalam
kegiatan perawatan pasien meminimlkan bakteri
c. Pakai sarung tangan steril dengan c. Sarung tangan dapat
tepat menjadi alat untuk
merawat luka sehingga
tangan tetap steril
Edukasi:
Edukasi: a. Antibiotik membantu
a. Anjurkan pasien untuk meminum dalam melawan bakteri
antibiotik seperti yang dan membantu dalam
diresepkan proses penyembuhan
b. Ajarkan pasien dan keluarga b. Dengan menghindari
mengenai bagaimana infeksi maka luka akan
menghindari infeksi cepat pulih

Kolaborasi:
Kolaborasi: -
- 4. Pengaturan posisi (0840)
Monitor:
a. Status oksigenasi
4. Pengaturan posisi (0840) mempengaruhi keadaan
Monitor: pasien saat melakukan
a. Monitor status oksigenasi pasien perubahan posisi
(pasien sebelum dan setelah Mandiri:
perubahan posisi) a. Posisi terapeutik dapat
menentukan
Mandiri: kenyamanan pasien
a. Tempatkan pasien dalam posisi b. Latihan ROM aktif dan
terapeutik yang sudah dirancang pasif pada pasien
b. Dorong latihan ROM aktif dan membantu pergerakan
pasif otot dan sendi
c. Jangan memposisikan pasien c. Posisi yang menekan
dengan penekanan pada luka luka pasien akan
d. Sanggah dengan sandaran yang menimbulkan luka
sesuai semakin dalam
d. Sanggahan dengan
sandaran mengurangi
tekanan luka pasien
Edukasi:
Pengetahuan tentang
Edukasi: menggunakan postur tubuh
Intruksikan pasien bagaimana yang baik dapat membantu
menggunakan postur tubuh dan pasien dan keluarga
mekanika tubuh yang baik Kolaborasi:
Ahli fisioteraphy
membantu pasien dalam
melakukan pergerakan otot
dan sendi agar tidak fraktur
Kolaborasi:
Kolaborasikan dengan ahli fisiotearpy 5. Monitor Tanda Tanda
Vital (6680)
Monitor
a. Memonitor perubahan
status pasien dalam
5. Monitor Tanda Tanda Vital (6680) keadaan normal atau dalam
Monitor: tahap kegawatan
a. Monitor tekanan darah, nadi, suhu b. Mengindikasi adanya
dan status pernafasan dengan tepat Perubahan temperature
b. Monitor dan laporkan tanda dan tubuh akibat adanya reaksi
gejala hipotermia dan hipotermi atigen dan antibody di
Mandiri: dalam tubuh.
Identifikasi kemungkinan penyebab Mandiri:
perubahan tanda-tanda vital Perubahan tanda tanda vital
menjadi salah satu indikasi
perubahan status keadaan
pasien.
15 2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Terapi Nutrisi (1120) 1. Terapi Nutrisi (1120)
Januari 7x24 jam masalah keperawatan Monitor: Monitor:
2020 ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan a. Monitor instruksi diet sesuai a. Agar pasien
Jam tubuh dapat diatasi dengan kriteria hasil: kebutuhan pasien, seperti diet mendapatkan diet
16.30 Domain : Nutrisi (2) tinggi protein nutrisi yang sesuai
WIB Kelas : Makan (1) b. Kaji kebutuhan nutisi enteral kebutuhan
Outcome: Status Nutrisi : Energi (1007) dengan pemberian NGT b. Karena pasien
Indikator A T Keterangan c. Monitor hasil laboratorium yang mengalami stroke dan
Daya tahan 2 4 1=Sangat mengarah pada masalah nutrisi kebutuhan nutrisinya
menyimpang dari harus tetap terjaga
rentang normal maka dilakukan
2= Banyak pemberian nutrisi
menyimpang dari melalui NGT
rentang normal c. Untuk memantau
3= Cukup keadaan pasien melalui
menyimpang dari hasil laboratorium
rentang normal Mandiri: Mandiri:
4= Sedikit a. Lengkapi pengkajian nutrisi a. Untuk memantau
menyimpang dari b. Sediakan pasien makanan dan nutrisi pasien
rentang normal minuman bernutrisi yang tinggi b. Karena pasien
5= Sepenuhnya protein mengalami decubitus
adekuat c. Berikan nutrisi yang maka diberikan diet
dibutuhkan sesuai batas diet protein untuk
Penyembuhan 2 4 1=Sangat membantu
Jaringan menyimpang dari penyembuhan luka
rentang normal pasien
2= Banyak c. Untuk memenuhi
menyimpang dari kebutuhan nutrisi
rentang normal pasien dan membantu
3= Cukup penyembuhan
menyimpang dari decubitus
rentang normal Edukasi:
4= Sedikit Edukasi: a. Agar pasien dan
menyimpang dari a. Ajarkan pasien dan keluarga keluarga mengetahui
rentang normal mengenai diet yang dianjurkan kebutuhan nutrisi yang
5= Sepenuhnya harus dipenuhi
adekuat Kolaborasi:
Kolaborasi: a. Untuk membantu
Outcome: Status Nutrisi: Asupan Makanan dan a. Kolaborasi dengan ahli gizi memenuhi kebutuhan
Cairan (1008) dalam mengatur diet pasien nutrisi pasien
Indikator A T Keterangan b. Kolaborasi dengan dokter b. Kolaborasi dengan
Asupan 3 5 1= Tidak adekuat dalam pemberian suplemen tenaga medis lain untuk
makan 2= Sedikit adekuat makanan tinggi protein membantu menangani
secara 3= Cukup adekuat masalah nutrisi pasien
tube 4= Sebagian besar
feeding adekuat 2. Pemberian Makan
5= Sepenuhnya adekuat 2. Pemberian Makan dengan Tabung dengan Tabung Enteral
Enteral (1056) (1056)
Monitor: Monitor:
a. Monitor penempatan selang yang a. Untuk memastikan agar
tepat dengan memeriksa rongga selang NGT terpasang
mulut, residu lambung, suara dengan baik dan benar
udara saat dimasukkan atau b. Agar nutrisi yang
ditarik, sesuai prosedur diberikan dapat
b. Monitor pasien jika merasa diterima dengan baik
kenyang, mual, dan muntah oleh pasien
Mandiri:
a. Gunakan teknik yang bersih dalam Mandiri:
memberikan makanan lewat a. Untuk menjamin
selang makanan dan minuman
b. Periksa sisa makanan setiap 4 yang diberikan tidak
sampai 6 jam untuk 24 jam terkontaminasi
pertama, kemudian setiap 8 jam b. Untuk memastikan
selama pemberian makanan yang bahwa sisa makanan di
berkelanjutan selang pasien tidak
banyak
Edukasi:
Edukasi: a. Agar pasien dan
a. Jelaskan prosedur kepada pasien keluarga mengetahui
dan keluarga prosedur pemberian
b. Jelaskan mengenai diet yang nutrisi yang akan
diberikan kepada pasien dilakukan
b. Agar pasien dan
keluarga mengetahui
diet nutrisi yang
diberikan kepada pasien
Kolaborasi:
Kolaborasi: a. Untuk membantu
a. Konsultasikan dengan anggota tim memilih jenis dan
perawatan kesehatan lainnya prosentase makanan
dalam membantu menganani yang akan diberikan
nutrisi pasien kepada pasien
ANALISIS KASUS ETIK LEGAL

1. Otonomi (Kebebasan)

Otonomi adalah kemampuan untuk menentukan sendiri. Menghargai otonomi


berarti memberikan kesempatan seseorang untuk memutuskan tindakannya sendiri.
Perawat yang menghargai otonomi pasien secara tidak langsung menghargai pasien
yang memiliki harga diri dan martabat yang mampu menentukan sesuatu bagi
dirinya. Oleh karena itu perawat harus selalu melibatkan pasien dalam mengambil
segala keputusan tentang perawatan diri pasien itu sendiri.Undang - undang untuk
otonomi tercantum dalam :

a. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan


Pasal 4 : “Setiap orang berhak atas kesehatan.”

b. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan


Pasal 5 :

1) “Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas
sumber daya di bidang kesehatan.

2) Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan


yang aman, bermutu, dan terjangkau.

3) Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan


sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.”

c. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan


Pasal 7 : “Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi
tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab.”

d. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan


Pasal 8 : “Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan
dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan
diterimanya dari tenaga kesehatan.”
e. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
Pasal 56 :

1) “Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh


tindakan pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah menerima
dan memahami informasi mengenai tindakan tersebut secara lengkap.

2) Hak menerima atau menolak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
berlaku pada:

a. Penderita penyakit yang penyakitnya dapat secara cepat menular ke


dalam masyarakat yang lebih luas;

b. Keadaan seseorang yang tidak sadarkan diri; atau

c. Gangguan mental berat.

3) Ketentuan mengenai hak menerima atau menolak sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.”

2. Beneficience (Berbuat Baik)

Beneficience adalah melakukan yang baik dan tidak merugikan orang lain.
Beneficience juga merupakan kewajiban untuk melakukan hal tidak membahayakan
pasien/ orang lain dan secara aktif berkontribusi bagi kesehatan dan kesejahteraan
pasiennya. Undang - undang untuk beneficience tercantum dalam :

a. Undang - Undang Republik Indonesia no.36 tahun 2014 tentang Kesehatan Pasal
60 ayat c : “bersikap dan berperilaku sesuai dengan etika profesi”

b. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan


Pasal 35 :

1) “Dalam keadaan darurat untuk memberikan pertolongan pertama, Perawat dapat


melakukan tindakan medis dan pemberian obat sesuai dengan
kompetensinya.
2) Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk
menyelamatkan nyawa Klien dan mencegah kecacatan lebih lanjut.
3) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan keadaan yang
mengancam nyawa atau kecacatan Klien.
4) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Perawat
sesuai dengan hasil evaluasi berdasarkan keilmuannya.
5) Ketentuan lebih lanjut”
3. Justice (keadilan)

Keadilan adalah memperlakukan sama pada seluruh pasien tanpa memandang


suku, agama, ras, dan ekonomi. Nilai ini direfleksikan dalam praktek professional
ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan
keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. Keadilan
terdapat pada pasal:

a. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan


Pasal 16 : “Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya di
bidang kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat untuk
memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.”

b. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan


Pasal 170 :

1) “Pembiayaan kesehatan bertujuan untuk penyediaan pembiayaan


kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi,
teralokasi secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil guna dan
berdaya guna untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan
agar meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.

2) Unsur-unsur pembiayaan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


terdiri atas sumber pembiayaan, alokasi, dan pemanfaatan.

3) Sumber pembiayaan kesehatan berasal dari Pemerintah, pemerintah


daerah, masyarakat, swasta dan sumber lain.”
4. Tidak Merugikan (Non - Maleficient)

Tidak merugikan adalah tidak melukai, tidak membahayakan, dan tidak


mencederai orang lain. Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik
dan psikologis pada klien. Undang - undang untuk non - maleficient tercantum
dalam :

a. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan


Pasal 35 :

1) “Dalam keadaan darurat untuk memberikan pertolongan pertama, Perawat


dapat melakukan tindakan medis dan pemberian obat sesuai dengan
kompetensinya.
2) Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk
menyelamatkan nyawa Klien dan mencegah kecacatan lebih lanjut.
3) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan keadaan yang
mengancam nyawa atau kecacatan Klien.
4) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Perawat
sesuai dengan hasil evaluasi berdasarkan keilmuannya.
5) Ketentuan lebih lanjut”
b. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
Pasal 53 :

1) Pelayanan kesehatan perseorang ditujukan untuk menyembuhkan penyakit dan


memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga.

2) Pelayanan kesehatan masyarakat ditujukan untuk memelihara dan


meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit suatu kelompok dan
masyarakat.

3) Pelaksanaan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus


mendahulukan pertolongan keselamatan nyawa pasien dibanding kepentingan
lainnya.

5. Veracity (Kejujuran)
Kejujuran adalah menyatakan hal yang sebenarnya dan tidak berbohong. Nilai ini
bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki oleh seluruh pemberi
layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setia klien untuk
meyakinkan agar klien mengerti. Informasi yang diberikan harus akurat,
komprehensif, dan objektif. Kebenaran merupakan dasar membina hubungan saling
percaya. Klien memiliki otonomi sehingga mereka berhak mendapatkan informasi
yang ia ingin tahu.
Undang - undang untuk non - maleficient tercantum dalam : UU Keperawatan no.
38 tahun 2014 tentang Kesehatan Pasal 37e “ Memberikan informasi yang lengkap,
jujur, benar,jelas, dan mudah dimengerti mengenai tindakan Keperawatan kepada
Klien dan/atau keluarganyasesuai dengan batas kewenangannya.”

6. Fidelity (Menepati Janji)

Menepati janji adalah tanggung jawab untuk setia terhadap segala sesuatu yang
telah disepakati bersama. Menepati janji merupakan tanggung jawab besar seorang
perawat adalah meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan
kesehatan, dan meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu perawat harus
memiliki komitmen menepati janji dan menghargai komitmennya kepada orang
lain.
Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2014 Tentang Kesehatan Pasal
61 : “Dalam menjalankan praktik, Tenaga Kesehatan yang memberikan pelayanan
langsung kepada Penerima Pelayanan Kesehatan harus melaksanakan upaya terbaik
untuk kepentingan Penerima Pelayanan Kesehatan dengan tidak menjanjikan hasil.”

7. Confidentiality (Rahasia)

Rahasia adalah informasi tentang klien harus dijaga privacy klien. Segala
sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh
dibaca dalam rangka pengobatan klien. Namun, diskusi tentang klien diluar
area pelayanan harus dihindari. Rahasia terdapat pada pasal :
a. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2014 Tentang Kesehatan
Pasal 37 ayat 3 : “Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik wajib: Menjaga
kerahasiaan kesehatan Penerima Pelayanan Kesehatan”

b. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan


Pasal 57 :

1) “Setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan pribadinya yang telah
dikemukakan kepada penyelenggara pelayanan kesehatan.

2) Ketentuan mengenai hak atas rahasia kondisi kesehatan pribadi sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal:

a) Perintah undang-undang;

b) Perintah pengadilan;

c) Izin yang bersangkutan;

d) Kepentingan masyarakat; atau

e) Kepentingan orang tersebut.”

8. Tanggungjawab

Tanggung jawab adalah Eksekusi terhadap tugas-tugas yang berhubungan dengan


peran tertentu dari perawat. Tanggung jawab berarti perawat bersedia
menyelesaikan tugas sesuai dengan kewajiban dan bergerak dibawah hukum.
Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2014 Tentang Kesehatan Pasal
37 ayat 1: “Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik wajib: Memberikan
pelayanan kesehatan sesuai dengan Standar Profesi, Standar Pelayanan Profesi,
Standar Prosedur Operasional, dan etika profesi serta kebutuhan kesehatan
Penerima Pelayanan Kesehatan”

Analisa etik legal:


Pasien direncanakan untuk dilakukan debridement tetapi keluarga masih mempertimbangkan.
NO KOMPONEN ETIK ANALISIS
LEGAL
1. Otonomi Kalimat terkait : Pasien direncanakan untuk dilakukan
debridement tetapi keluarga masih mempertimbangkan
Analisis: Prinsip otonomi ( autonomy ) didasarkan pada
keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu
membuat keputusan sendiri. Berdasarkan kasus tersebut,
kami menganalisa bahwa, pasien dalam kasus ini diwakilkan
oleh kelurganya mempunyai hak untuk mempertimbangkan
dan memutuskan mengenai tindakan keperawatan yang
akan diterimanya sesuai kondisi kesehatan dan
penyakitnya. Oleh karena itu perawat harus selalu
melibatkan pasien dan keluarga dalam mengambil segala
keputusan tentang perawatan diri pasien itu sendiri

Kesimpulan :

Berdasarkan kasus di atas, kelompok kami menganalisa bahwa yang paling menonjol adalah
otonomi. Karena otonomi ( autonomy ) memiliki prinsip yang didasarkan pada kemampuan
untuk menentukan sendiri dan memberikan kesempatan seseorang untuk memutuskan
tindakannya sendiri keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu membuat
keputusan sendiri. Dari kasus terlihat keluarga masih mempertimbangkan perencannaan
debridement yang rencananya akan di lakukan oleh pasien, dalam kasus pasien mengalami stroke
dan pasien hanya bisa berbaring ditempat tidur, maka dalam hal ini peran keluarga dalam
memutuskan dan menentukan tindakan keperawatan atau perawatan diri pasien sangat diperlukan
dan keluarga mempunyai hak untuk menolak maupaun menerima rencana debridement yang
akan dilakuakan oleh anggota keluarganya yang sedang dirawat, sehingga diharapkan pasien
mendapatkan tindakan keperawatan yang tidak merugikan pasien. Berdasarkan Undang -
Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 56 : “Setiap orang
berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh tindakan pertolongan yang akan diberikan
kepadanya setelah menerima dan memahami informasi mengenai tindakan tersebut secara
lengkap.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dekubitus merupakan kondisi dimana terjadi kerusakan atau kematian kulit sampai
jaringan dibawahnya bahkan dapat menembus otot sampai mengenai tulang. Sebagian besar
pasien stroke dirawat dengan kondisi tirah baring lama yang dapat mencetuskan terjadinya
luka decubitus. Proses penyembuhan luka dekubitus membutuhkan waktu yang cukup
lama dan menjadi masalah yang serius karena dapat mempengaruhi kualitas hidup
penderita dan komplikasi yang lain berupa sepsis, sellulitis, infeksi kronis dan kematian pada
usia lanjut. Pengobatan dan tindakan yang tepat dari tenaga kesehatan sangat dibutuhkan dalam
proses pemulihan pada pseien decubitus.

B. Saran
1. Bagi petugas kesehatan atau instansi kesehatan agar lebih meningkatkan pelayanan kesehatan
terutama pada pasien dekubitus untuk pencapaian kualitas keperawatan secara optimal.
2. Bagi mahasiswa keperawatan, diharapkan mampu memahami dan menerapkan tindakan
asuhan keperawatan yang benar pada klien dengan diagnosa decubitus .
DAFTAR PUSTAKA

1. Sulidah.,Susilowati.2017. Pengaruh Tindakan Pencegahan Terhadap Kejadian Dekubitus


Pada Lansia Imobilisasi. Kalimantan Utara:Universitas Borneo Tarakan
2. Puguh.,Alimansyur.2019.Faktor Risiko dekubitus pada pasien stroke.Kediri: Akademi
Keperawatan Dharma Husada Kediri
3. http://www.p2ptm.kemkes.go.id/artikel-sehat/hari-stroke-sedunia-2019-otak-sehat-sdm-
unggul diakeses tanggal 19 Oktober 2020 pukul 10.30 WIB
4. Herdman dkk., Nanda-1 Diagnosis Keperawatan. Edisi11.Jakarta:EGC.
5. Moorhead dkk., Nursing Outcomes Classification. Edisi 5. Yogyakarta: Moco Media.
6. Bulechek dkk., Nursing Interventions Classification. Edisi 6. Yogyakarta: Moco Media.
7. Wahjoepramono, Eka J. 2010. 171 Tanya Jawab Tentang Stroke. Jakarta : PT Gramedia.
8. Rismawan, Wawan. 2014. Hubungan tingkat pengetahuan keluarga klien tentang
pencegahan dekubitus. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 12 No 1.
9. Said, Sunandar dkk. 2013. Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Dekubitus pada
Pasien. Makassar : Jurnal Volume 2 No 1.

Anda mungkin juga menyukai