“DEKUBITUS”
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dekubitus merupakan masalah kesehatan sekunder yang terjadi sebagai dampak
lanjut terhadap masalah kesehatan yang menyebabkan penderita mengalami imobilisasi,
salah satunya adalah stroke. Dekubitus merupakan kondisi dimana terjadi kerusakan atau
kematian kulit sampai jaringan dibawahnya bahkan dapat menembus otot sampai
mengenai tulang. Dekubitus dapat terjadi pada semua kelompok usia, tetapi akan menjadi
masalah yang khusus bila terjadi pada seorang lanjut usia (lansia). Kekhususannya
terletak pada insiden kejadiannya yang erat kaitannya dengan imobilisasi. Dekubitus
terjadi sebagai akibat adanya penekanan pada suatu area secara terus menerus sehingga
mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat. Timbulnya luka dekubitus diawali
dengan terjadinya kompresi berkepanjangan pada jaringan lunak antara tonjolan tulang
dan permukaan yang padat. Insiden dan prevalensi dekubitus di Indonesia mencapai 40%
atau yang tertinggi diantara negara-negara besar ASEAN lainnya. Kejadian dekubitus
terdapat pada tatanan perawatan akut (acute care) sebesar 5-11%, pada tatanan perawatan
jangka panjang (long term care) sebesar 15-25%, dan tatanan perawatan dirumah (home
health care) sebesar 7-12%. Khusus kejadian dekubitus pada perawatan dirumah,
diperkirakan lebih dari 53% insiden dekubitus terjadi pada kelompok lansia akibat
imobilisasi.(1)
Stroke merupakan penyakit sistem persyarafan yang paling banyak terjadi saat ini,
stroke menyebabkan kelemahan dan kelumpuhan pada pasien sehingga
membutuhkan perawatan cukup lama.(2) Stroke sebagai bagian dari penyakit
kardioserebrovaskular yang digolongkan ke dalam penyakit katastropik karena
mempunyai dampak luas secara ekonomi dan sosial. Stroke menjadi penyebab kematian
nomor satu di dunia setiap tahunnya. Data menunjukkan 1 dari 4 orang mengalami
stroke, jangan sampai kita menjadi salah satu diantaranya. karena sesungguhnya stroke
dapat dicegah. Data Riskesdas 2013 prevalensi stroke nasional 12,1 per mil, sedangkan
pada Riskesdas 2018 prevalensi stroke 10,9 per mil, tertinggi di Provinsi Kalimantan
Timur (14,7 per mil), terendah di Provinsi Papua (4,1 per mil).(3)
Sebagian besar pasien stroke dirawat dengan kondisi tirah baring lama yang
dapat mencetuskan terjadinya luka dekubitus. Angka kejadian dekubitus pada
pasien stroke cukup banyak terjadi. Tingginya angka kejadian ini akibat banyaknya
faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya dkubitus pada pasien stroke.
Penderita stroke sering mengalami kelemahan atau kelumpuhan sehingga harus
menjalani tirah baring selama perawatan. Komplikasi yang dapat terjadi akibat
tirah baring lama tersebut bisa berupa jatuh, kontraktur, nyeri, depresi dan luka
dekubitus. Kelemahan dan keterbatasan menyebabkan pasien stroke mengalami
ketergantungan pada perawat atau orang lain. Semakin meningkat tingkat
ketergantungannya maka resiko dekubitus makin tinggi. Faktor resiko dekubitus
cukup banyak diantaranya gangguan syaraf vasomotorik, sensorik dan motorik,
kontraktur sendi dan spastisitas, gangguan sirkulasi perifer, malnutrisi dan
hipoproteinemia, anemia, keadaan patologis kulit pada gangguan hormonal
(oedema), laserasi dan infeksi, hygine kulit yang buruk, inkontinensia alvi dan
urine, penurunan kesadaran. Proses penyembuhan luka dekubitus membutuhkan
waktu yang cukup lama dan menjadi masalah yang serius karena dapat
mempengaruhi kualitas hidup penderita, memperlambat program rehabilitasi
penderita, memperberat penyakit primer dan menimbulkan masalah keuangan atau
finansial keluarga karena harus mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk
perawatan luka, selain itu komplikasi yang lain berupa sepsis, sellulitis, infeksi
kronis dan kematian pada usia lanjut (2)
Oleh karena itu, sebagai seorang perawat kita perlu memberikan asuhan
keperawatan yang tepat secara komprehensif baik bio, psiko, sosial dan kultural kepada
semua pasien degan masalah keperawatannya, khususnya dekubitus agar pasien mencapai
kesembuhannya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mempelajari dan menganilisa asuhan keperawatan dan
kasus etik legal tentang decubitus terkait sistem integumen.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar decubitus.
b. Mahasiswa diharapkan mampu memahami pathway dan asuhan
keperawatan berhubungan dengan dekubitus.
c. Mahasiswa mampu memahami dan menganalisis asuhan keperawatan
terkait sistem integumen tentang dekubitus.
d. Mahasiswa bisa menganalisis kasus etik legal terkait sistem integumen.
C. Manfaat
Dapat mengetahui mengenai konsep dasar dan asuhan keperawatan pada pasien
dengan penyakit dekubitus.
BAB II
KONSEP TEORI
BAB III
PEMBAHASAN ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus Dekubitus
Seorang laki-laki usia 45 tahun, menderita stroke, pasien hanya bisa berbaring di tempat tidur.
Sudah sebulan pasien dirawat di rumah sakit. Karena luka dekubitus yang luas di daerah sacrum.
Terdapat cairan purulent dan bau tidak sedap. Saat perawatan luka terlihat sampai ke jaringan
otot dan tulang. Di bagian tumit terdapat kemerahan yang tidak hilang.
Analisa etik legal:
Pasien direncanakan untuk dilakukan debridement tetapi keluarga masih mempertimbangkan.
Nama : Ny. L
Alamat : jalan mekar no. 04
Hubungan dengan klien : istri
A (Antropometri) : BB : 45 kg
TB : 160 cm
BBI = (TB – 100) - 10% (TB-100)
= (160 -100) – 10 % (160-100)
= 60 - 6
= 54
IMT = Berat badan = 60 kg
Tinggi badan = 160 cm = 1,6 m
= Berat badan / (tinggi badan x tinggi badan)
= 45 / (1,6 X 1,6)
= 17,5 (underweight)
B (Biochemical) : -
C (Clinical Sign) : -
D (Diet) : -
Selama berada di RS :
A (Antropometri) : BB : 50 kg
TB : 160 cm
BBI = (TB – 100) - 10% (TB-100)
= (160 -100) – 10 % (160-100)
= 60 - 6
= 54
IMT = Berat badan = 50 kg
Tinggi badan = 160 cm = 1,6 m
= Berat badan / (tinggi badan x tinggi badan)
= 50 / (1,6 X 1,6)
= 19,5 (normal)
B (Biochemical) :
D (Diet) : Diet tinggi protein dengan tekstur cair dan dimasukkan melalui
NGT. Kuantitas Nutrisi = Pasien makan sehari 3 kali
4. Eliminasi fekal
Sebelum Selama
Aktivitas Keterangan
masuk RS masuk RS
Memerlukan bantuan
Seluruhnya tanpa dibantu
Tanpa bantuan
Berpindah atau
Dengan bantuan
berjalan
Tidak dapat melakukan
Dapat mengontrol
BAB dan BAK
Kadang - kadang ngompol
Dibantu seluruhnya
Seluruhnya dibantu
SKOR G G
Keterangan :
No Prosedur
Jenis Pemeriksaan Nilai
.
x. Pemeriksaan Diagnostik
Hasil Pemeriksaan DESIGN-R
Hari, tanggal = 2 Januari 2020
Waktu = 16.00 WIB
Bagian = sacrum
Depth
Exudate
3 Sedang = perlu
mengganti dressing
setiap hari
Size
6 4 cm - <16 cm 15 >100cm
8 16 - <36 cm
Infection
Granulation issue
Jaringan granulasi tidak 10% atau lebih (namun
dapat dikaji karena luka kurang dari 50%) dari luka
0 3
sembuh atau terlalu telah terisi oleh jaringan
dangkal granulasi)
50% lebih(namun
kurang dari 90%) dari
2 5 Tidak ada jaringan granulasi
luka telah terisi oleh
jaringan granulasi
Nekrotik
Depth
Exudate
3 Sedang = perlu
mengganti dressing
setiap hari
Size
3 Kurang dari 4 cm 9 36 - <64cm
6 4 cm - <16 cm 15 >100cm
8 16 - <36 cm
Infection
Granulation issue
50% lebih(namun
kurang dari 90%) dari
2 5 Tidak ada jaringan granulasi
luka telah terisi oleh
jaringan granulasi
Nekrotik
Ada jaringan nekrotik yang
0 Tidak ada 1
lembut
Diagnosa Keperawatan
Kolaborasi:
Kolaborasi: -
- 4. Pengaturan posisi (0840)
Monitor:
a. Status oksigenasi
4. Pengaturan posisi (0840) mempengaruhi keadaan
Monitor: pasien saat melakukan
a. Monitor status oksigenasi pasien perubahan posisi
(pasien sebelum dan setelah Mandiri:
perubahan posisi) a. Posisi terapeutik dapat
menentukan
Mandiri: kenyamanan pasien
a. Tempatkan pasien dalam posisi b. Latihan ROM aktif dan
terapeutik yang sudah dirancang pasif pada pasien
b. Dorong latihan ROM aktif dan membantu pergerakan
pasif otot dan sendi
c. Jangan memposisikan pasien c. Posisi yang menekan
dengan penekanan pada luka luka pasien akan
d. Sanggah dengan sandaran yang menimbulkan luka
sesuai semakin dalam
d. Sanggahan dengan
sandaran mengurangi
tekanan luka pasien
Edukasi:
Pengetahuan tentang
Edukasi: menggunakan postur tubuh
Intruksikan pasien bagaimana yang baik dapat membantu
menggunakan postur tubuh dan pasien dan keluarga
mekanika tubuh yang baik Kolaborasi:
Ahli fisioteraphy
membantu pasien dalam
melakukan pergerakan otot
dan sendi agar tidak fraktur
Kolaborasi:
Kolaborasikan dengan ahli fisiotearpy 5. Monitor Tanda Tanda
Vital (6680)
Monitor
a. Memonitor perubahan
status pasien dalam
5. Monitor Tanda Tanda Vital (6680) keadaan normal atau dalam
Monitor: tahap kegawatan
a. Monitor tekanan darah, nadi, suhu b. Mengindikasi adanya
dan status pernafasan dengan tepat Perubahan temperature
b. Monitor dan laporkan tanda dan tubuh akibat adanya reaksi
gejala hipotermia dan hipotermi atigen dan antibody di
Mandiri: dalam tubuh.
Identifikasi kemungkinan penyebab Mandiri:
perubahan tanda-tanda vital Perubahan tanda tanda vital
menjadi salah satu indikasi
perubahan status keadaan
pasien.
15 2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Terapi Nutrisi (1120) 1. Terapi Nutrisi (1120)
Januari 7x24 jam masalah keperawatan Monitor: Monitor:
2020 ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan a. Monitor instruksi diet sesuai a. Agar pasien
Jam tubuh dapat diatasi dengan kriteria hasil: kebutuhan pasien, seperti diet mendapatkan diet
16.30 Domain : Nutrisi (2) tinggi protein nutrisi yang sesuai
WIB Kelas : Makan (1) b. Kaji kebutuhan nutisi enteral kebutuhan
Outcome: Status Nutrisi : Energi (1007) dengan pemberian NGT b. Karena pasien
Indikator A T Keterangan c. Monitor hasil laboratorium yang mengalami stroke dan
Daya tahan 2 4 1=Sangat mengarah pada masalah nutrisi kebutuhan nutrisinya
menyimpang dari harus tetap terjaga
rentang normal maka dilakukan
2= Banyak pemberian nutrisi
menyimpang dari melalui NGT
rentang normal c. Untuk memantau
3= Cukup keadaan pasien melalui
menyimpang dari hasil laboratorium
rentang normal Mandiri: Mandiri:
4= Sedikit a. Lengkapi pengkajian nutrisi a. Untuk memantau
menyimpang dari b. Sediakan pasien makanan dan nutrisi pasien
rentang normal minuman bernutrisi yang tinggi b. Karena pasien
5= Sepenuhnya protein mengalami decubitus
adekuat c. Berikan nutrisi yang maka diberikan diet
dibutuhkan sesuai batas diet protein untuk
Penyembuhan 2 4 1=Sangat membantu
Jaringan menyimpang dari penyembuhan luka
rentang normal pasien
2= Banyak c. Untuk memenuhi
menyimpang dari kebutuhan nutrisi
rentang normal pasien dan membantu
3= Cukup penyembuhan
menyimpang dari decubitus
rentang normal Edukasi:
4= Sedikit Edukasi: a. Agar pasien dan
menyimpang dari a. Ajarkan pasien dan keluarga keluarga mengetahui
rentang normal mengenai diet yang dianjurkan kebutuhan nutrisi yang
5= Sepenuhnya harus dipenuhi
adekuat Kolaborasi:
Kolaborasi: a. Untuk membantu
Outcome: Status Nutrisi: Asupan Makanan dan a. Kolaborasi dengan ahli gizi memenuhi kebutuhan
Cairan (1008) dalam mengatur diet pasien nutrisi pasien
Indikator A T Keterangan b. Kolaborasi dengan dokter b. Kolaborasi dengan
Asupan 3 5 1= Tidak adekuat dalam pemberian suplemen tenaga medis lain untuk
makan 2= Sedikit adekuat makanan tinggi protein membantu menangani
secara 3= Cukup adekuat masalah nutrisi pasien
tube 4= Sebagian besar
feeding adekuat 2. Pemberian Makan
5= Sepenuhnya adekuat 2. Pemberian Makan dengan Tabung dengan Tabung Enteral
Enteral (1056) (1056)
Monitor: Monitor:
a. Monitor penempatan selang yang a. Untuk memastikan agar
tepat dengan memeriksa rongga selang NGT terpasang
mulut, residu lambung, suara dengan baik dan benar
udara saat dimasukkan atau b. Agar nutrisi yang
ditarik, sesuai prosedur diberikan dapat
b. Monitor pasien jika merasa diterima dengan baik
kenyang, mual, dan muntah oleh pasien
Mandiri:
a. Gunakan teknik yang bersih dalam Mandiri:
memberikan makanan lewat a. Untuk menjamin
selang makanan dan minuman
b. Periksa sisa makanan setiap 4 yang diberikan tidak
sampai 6 jam untuk 24 jam terkontaminasi
pertama, kemudian setiap 8 jam b. Untuk memastikan
selama pemberian makanan yang bahwa sisa makanan di
berkelanjutan selang pasien tidak
banyak
Edukasi:
Edukasi: a. Agar pasien dan
a. Jelaskan prosedur kepada pasien keluarga mengetahui
dan keluarga prosedur pemberian
b. Jelaskan mengenai diet yang nutrisi yang akan
diberikan kepada pasien dilakukan
b. Agar pasien dan
keluarga mengetahui
diet nutrisi yang
diberikan kepada pasien
Kolaborasi:
Kolaborasi: a. Untuk membantu
a. Konsultasikan dengan anggota tim memilih jenis dan
perawatan kesehatan lainnya prosentase makanan
dalam membantu menganani yang akan diberikan
nutrisi pasien kepada pasien
ANALISIS KASUS ETIK LEGAL
1. Otonomi (Kebebasan)
1) “Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas
sumber daya di bidang kesehatan.
2) Hak menerima atau menolak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
berlaku pada:
Beneficience adalah melakukan yang baik dan tidak merugikan orang lain.
Beneficience juga merupakan kewajiban untuk melakukan hal tidak membahayakan
pasien/ orang lain dan secara aktif berkontribusi bagi kesehatan dan kesejahteraan
pasiennya. Undang - undang untuk beneficience tercantum dalam :
a. Undang - Undang Republik Indonesia no.36 tahun 2014 tentang Kesehatan Pasal
60 ayat c : “bersikap dan berperilaku sesuai dengan etika profesi”
5. Veracity (Kejujuran)
Kejujuran adalah menyatakan hal yang sebenarnya dan tidak berbohong. Nilai ini
bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki oleh seluruh pemberi
layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setia klien untuk
meyakinkan agar klien mengerti. Informasi yang diberikan harus akurat,
komprehensif, dan objektif. Kebenaran merupakan dasar membina hubungan saling
percaya. Klien memiliki otonomi sehingga mereka berhak mendapatkan informasi
yang ia ingin tahu.
Undang - undang untuk non - maleficient tercantum dalam : UU Keperawatan no.
38 tahun 2014 tentang Kesehatan Pasal 37e “ Memberikan informasi yang lengkap,
jujur, benar,jelas, dan mudah dimengerti mengenai tindakan Keperawatan kepada
Klien dan/atau keluarganyasesuai dengan batas kewenangannya.”
Menepati janji adalah tanggung jawab untuk setia terhadap segala sesuatu yang
telah disepakati bersama. Menepati janji merupakan tanggung jawab besar seorang
perawat adalah meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan
kesehatan, dan meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu perawat harus
memiliki komitmen menepati janji dan menghargai komitmennya kepada orang
lain.
Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2014 Tentang Kesehatan Pasal
61 : “Dalam menjalankan praktik, Tenaga Kesehatan yang memberikan pelayanan
langsung kepada Penerima Pelayanan Kesehatan harus melaksanakan upaya terbaik
untuk kepentingan Penerima Pelayanan Kesehatan dengan tidak menjanjikan hasil.”
7. Confidentiality (Rahasia)
Rahasia adalah informasi tentang klien harus dijaga privacy klien. Segala
sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh
dibaca dalam rangka pengobatan klien. Namun, diskusi tentang klien diluar
area pelayanan harus dihindari. Rahasia terdapat pada pasal :
a. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2014 Tentang Kesehatan
Pasal 37 ayat 3 : “Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik wajib: Menjaga
kerahasiaan kesehatan Penerima Pelayanan Kesehatan”
1) “Setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan pribadinya yang telah
dikemukakan kepada penyelenggara pelayanan kesehatan.
a) Perintah undang-undang;
b) Perintah pengadilan;
8. Tanggungjawab
Kesimpulan :
Berdasarkan kasus di atas, kelompok kami menganalisa bahwa yang paling menonjol adalah
otonomi. Karena otonomi ( autonomy ) memiliki prinsip yang didasarkan pada kemampuan
untuk menentukan sendiri dan memberikan kesempatan seseorang untuk memutuskan
tindakannya sendiri keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu membuat
keputusan sendiri. Dari kasus terlihat keluarga masih mempertimbangkan perencannaan
debridement yang rencananya akan di lakukan oleh pasien, dalam kasus pasien mengalami stroke
dan pasien hanya bisa berbaring ditempat tidur, maka dalam hal ini peran keluarga dalam
memutuskan dan menentukan tindakan keperawatan atau perawatan diri pasien sangat diperlukan
dan keluarga mempunyai hak untuk menolak maupaun menerima rencana debridement yang
akan dilakuakan oleh anggota keluarganya yang sedang dirawat, sehingga diharapkan pasien
mendapatkan tindakan keperawatan yang tidak merugikan pasien. Berdasarkan Undang -
Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 56 : “Setiap orang
berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh tindakan pertolongan yang akan diberikan
kepadanya setelah menerima dan memahami informasi mengenai tindakan tersebut secara
lengkap.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dekubitus merupakan kondisi dimana terjadi kerusakan atau kematian kulit sampai
jaringan dibawahnya bahkan dapat menembus otot sampai mengenai tulang. Sebagian besar
pasien stroke dirawat dengan kondisi tirah baring lama yang dapat mencetuskan terjadinya
luka decubitus. Proses penyembuhan luka dekubitus membutuhkan waktu yang cukup
lama dan menjadi masalah yang serius karena dapat mempengaruhi kualitas hidup
penderita dan komplikasi yang lain berupa sepsis, sellulitis, infeksi kronis dan kematian pada
usia lanjut. Pengobatan dan tindakan yang tepat dari tenaga kesehatan sangat dibutuhkan dalam
proses pemulihan pada pseien decubitus.
B. Saran
1. Bagi petugas kesehatan atau instansi kesehatan agar lebih meningkatkan pelayanan kesehatan
terutama pada pasien dekubitus untuk pencapaian kualitas keperawatan secara optimal.
2. Bagi mahasiswa keperawatan, diharapkan mampu memahami dan menerapkan tindakan
asuhan keperawatan yang benar pada klien dengan diagnosa decubitus .
DAFTAR PUSTAKA