Oleh :
Kelompok 4
1. Dwi Minarti 201811018
2. Dwi Saputri 201811019
3. Elvira Dewi Nugraheni 201811021
4. Erisa Wiji Astuti 201811022
5. Eva Dwi Fransiska 201811023
6. Finoria Pinto 201811024
7. Fransiska Dhiu 201811025
8. Fransisko Loi 201811026
9. Galuh Putri Pamungkas 201811027
10. Hesti Listiyaningrum 201811028
11. Joelino Da Costa Bareto 201811029
12. Johanita Ela Cornalia 201811030
13. Kasihan Mawati Halawa 201811032
14. Laila Nurjanah 201811034
15. Levinia Kurniawan 201811035
A. Latar Belakang
Medulla spinalis (spinal cord) merupakan bagian susunan saraf pusat yang terletak di
dalam kanalis vertebralis dan menjulur dari foramen magnum ke bagian atas region lumbalis
(dapat dilihat pada figure 3-1 dan 3-2). Cedera medulla spinalis adalah masalah Kesehatan
utama dengan perkiraan 10.000 kecelakaan baru yang terjadi setiap tahun. Akibat yang
ditimbulkan oleh cedera medulla spinalis tergantung pada medulla spinalis tergantung pada
tingkat medulla yang menggalami cedera. Tipe cedera mengacu pada keparahan cedera yang
terjadi pada medulla itu sendiri.
Definisi cedera medulla spinalis merupakan efek yang ditimbulkan dan kerusakan
pada medulla spinalis, terjadi baik komplit atau Sebagian, dan menyebabkan perubahan
fungsi (motorik, sensorik, autonom, dan reflek).diperkirakan sebanyak 183,000 – 230.000
kasus cedera medulla spinalis traumatika setiap tahunnya Amerika serikat, dan 80% nya
terjadi pada laki – laki sebanyak 55% cedera medulla spinalis traumatika terjadi pada kisaran
usia 16 – 30 tahun. Cedera medulla spinalis tidak hanya menyebabkan tingginya biaya
Kesehatan untuk memulihkan atau menyesuaikan kondisi fisik pasca cedera, namun juga
menyebabkan bertambahnya pos pengeluaran untuk sistem pelayanan Kesehatan dan social.
Cedera medulla spinalis tidak hanya memiliki dampak psikososial langsung pada pasien
namun juga berdampak pada keluarga dan teman pasien.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mempelajari dan menganilisa asuhan keperawatan dan kasus etik
legal tentang cedera medulla spinalis terkait sistem persyarafan
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar cedera medula spinalis
b. Mahasiswa diharapkan mampu memahami pathway dan asuhan keperawatan
berhubungan dengan cedera medula spinalis.
c. Mahasiswa mampu memahami dan menganalisis asuhan keperawatan terkait sistem
persyarafan tentang cedera medula spinalis.
d. Mahasiswa bisa menganalisis kasus etik legal terkait sistem persyarafan
C. Manfaat
Dapat mengetahui mengenai konsep dasar dan asuhan keperawatan pada pasien dengan
penyakit cedera medula spinalis
BAB II
KONSEP TEORI
B. Pathway khusus
CMS ( Cidera Medula Spinalis) Kecelakaan lalu lintas
Trauma
Hiperfleksi
Cidera medulla spinalis
(CMS) kerusakan fungsi
neurologis Renggangan yang berlebihan dari
medula spinalis
Vertebrae pecah
Thalamus
Ketorolac
3x30 mg
Proses pelepasan
mediator kimia
(Bradikinin)
C5-C6 C7-C8
Nyeri skala
8 Hilang fungsi motoric Hilang fungsi
ekstremitas atas ekstremitas bawah
Paraplegia
MK : Hambatan Moblitas
Fisik
ogis : sensori tulang punggung / fungsi
yeri
n/ ambulasi
watan diri
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS :
Tn. A dirawat dengan diagnosa cedera medulla spinalis, pasien dirawat di rumah sakit
akibat kecelakaan dan menimbulkan trauma pada tulang belakang. Hasil scan
menunjukan abnormalitas jaringan otot dan tulang rawan, cedera ligamen. Pasien merasa
nyeri skala 8, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri sering muncul, nyeri di daerah tulang
belakang. Pasien tidak bisa melakukan aktivitas apapun.
Etik legal:
Pasien saat ini akan dilakukan MRI dan keluarga setuju
I. Identitas Klien
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 40 tahun
Tempat/tgl lahir : Bandung, 17 Maret 1980
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Khatolik
Suku : Jawa
Alamat : Kawi II
Dx Medis : Cedera Medula Spinalis
V. Kebutuhan
a. Oksigen
Sebelum sakit :Pasien mengatakan sebelum sakit pasien tidak pernah mengalami
gangguan pernapasan
Saat Sakit : Pasien tidak mengalami gangguan pernafasan dan pasien tidak
terpasang oksigen
b. Cairan
Sebelum sakit : Keluarga Pasien mengatakan ia minum sebanyak 8 gelas setiap
harinya
Saat Sakit : Keluarga Pasien mengatakan ia minum 4 gelas dan pada tangan
pasien terpasang infus
c. Nutrisi (Pengkajian A, B, C, D)
Sebelum sakit:
A (Antropometri):
BB : 60 kg
TB : 160 cm
BBI = (TB-100)-10%(TB-100)
=(160-100)-10%(160-100)
= 60-6 =54 kg
BBN = BBI+ (10% x BBI)
= 54+ (10% x 54)
= 54+ 5,4
= 48,6 - 59,4 Kg
LiLa = 24 cm
B (Biochemical) : tidak terkaji
C (Clinical sign): tidak terkaji
D (Diet) :
pola diet : makan 3 kali sehari, nasi dan lauk, dan sayur sedangkan buah jarang
Saat Sakit :
A:
BB : 55 kg
TB : 160 cm
BBI = (TB-100)-10%(TB-100)
=(160-100)-10%(160-100)
= 60-6 =54 kg
BBN = BBI+ (10% x BBI
= 54 + (10% x 54)
= 54 + 5,4
= 48,6 – 59,4 Kg
LiLa = 24 cm
B : tidak terkaji
C : Terlampir pada pemeriksaan fisik
D : Lunak
d. Eliminasi Fekal
Frekuensi Konsistensi Warna Bau Keluhan
Sebelum 2x/ hari Padat Kuning Bau Tidak ada
sakit kecoklatan khas sakit atau
nyeri
Saat sakit Belum BAB - - - -
e. Eliminasi Urin
Frekuensi Warna Bau Keluhan
Sebelumsaki 5 – 6 x/hari Kuning Khas Tidak ada
t jernih keluhan
Saat sakit 4 x/hari Kuning Khas Tidak ada
keruh keluhan
f. Aktivitas
Sebel Saat
Aktivitas Keterangan um sakit
sakit
Mandi Dapat mengerjakan sendiri √
Pada bagian tertentu dibantu
Memerlukan bantuan √
Berpakaian Seluruhnya tanpa dibantu √
Pada kondisi tertentu dibantu
Seluruhnya memerlukan bantuan √
Pergi ke toilet Dapat mengerjakan sendiri √
Memerlukan bantuan
Tidak dapat pergi ketoilet √
Berpindah atau berjalan Tanpa bantuan √
Dengan bantuan
Tidak dapat melakukan √
BAB dan BAK Dapat mengontrol √
Kadang-kadang ngompol
Dibantu seluruhnya √
Makan Tanpa bantuan √
Dapat makan sendiri kecuali hal-
hal tertentu
Seluruhnya dibantu √
SKOR A G
Ket :
A : Mandiri untuk 6 fungsi
B : Mandiri untuk 5 fungsi
C : Mandiri, kecuali mandi dan fungsi lain
D : Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan fungsi lain
E : Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, pergi ke toilet dan fungsi lainnya
F : Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, pergi ke toilet, berpindah dan fungsi lainnya
G : Tergantung untuk 6 fungsi.
Dari data tersebut untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sebelum sakit klien mandiri
untuk 6 fungsi, dan saat sakit pasien tergantung untuk 6 fungsi.
g. Tidur
Sebelum sakit : Pasien mengatakan tidur 8 jam sehari, nyenyak saat malam hari ,
setelah bangun tidak merasa mengantuk.
Saat Sakit : Pasien mengatkan tidur 5 jam sehari dan sering terbangun karena
merasa sakit
h. Seksualitas
Sebelum sakit : Pasien mengatakan pasien memiliki 1 istri dan 3 anak, tidak ada
kelainan seksualitas
Saat sakit : Pasien mengatakan pasien memiliki 1 istri dan 2 anak, mengalami
penurunan seksualitas
i. Interaksi Sosial
Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit dapat berinteraksi dengan
baik di lingkungannya
Saat Sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien jarang berinteraksi dengan
keluarga ataupun pasien lain karena nyeri
Keterangan : 0 0
Do :
- Pasien tidak bisa melakukan
aktivitas apapun
- Hasil scan abnormalitas jaringan
lunak yaitu otot, tulang rawan,
cedera ligament.
TTV:
- TD : 110/70 mmHg
- N : 77x /menit
- SpO2: 97%
- RR : 21x/menit
- T : 370C
- Kekuatan otot ekstremitas atas dan
bawah kanan dan kiri 0
- Indeks KATZ G
DIAGNOSA KEPERAWATAN
2. Ekspresi nyeri 2 4 1= Menangis sebelum dilakukan tindakan mengurangi nyeri yang dikeluhkan
wajah 2= Merintih yang menimbulkan nyeri pada pasien
Edukasi: Edukasi:
a. Instruksikan pasien a. Dengan instruksi yang aman
aman
Kolaborasi: Kolaborasi:
a. Konsultasikan pada ahli terapi a. Dengan mengkonsultasikan pada ahli
fisik mengenai rencana ambulasi terapi untuk pelatihan ambulasi sesuai
sesuai kebutuhan
dengan kebutuhan pasien
3. Manajemen Energi (0180)
3. Manjemen Energi (0180)
Monitor:
a. Monitor / catat waktu Monitor:
lama tidur/istirahat a. Membantu meningkat imun
pasien dan memperbaiki tubuh
Mandiri
1. Gunakan instrumen yang Mandiri
Valid untuk mengukur
1. Sehingga tingkat kelelahan dapat
kelelahan teridentifikasi sehingga dapat
2. Pilih intervensi untuk dianjurkan untuk meningkatkan
istirahat
mengurangi kelelahan
2. Terdapat beberapa cara untuk
baik secara farmakologi mengurangi kelelahan pemilihan
maupun non farmakologi intervensi dapat dilakukan sesuai
secara tepat dengan tingkat kelelahan pasien
3. Agar pasien tidak mengalami
3. Buat batasan untuk kelelahan berlebih sehingga
aktifitas klien energinya tercukupi
4. Anjurkan pasien untuk 4. Pembatasan aktifitas dapat
membantu penghematan energy
memilih aktifitas yang
pasien
membangun ketahanan
Edukasi
a. Ajarkan pasien mengenai
Edukasi:
pengelolaan kegiatan dan
a. Terdapat beberapa cara untuk
teknik manajemen waktu
mengurangi kelelahan pemilihan
untuk mencegah kelelahan intervensi dapat dilakukan sesuai
Kolaborasi dengan tingkat kelelahan pasien
a. Konsultasikan dengan ahli
gizi mengenai cara Kolaborasi
meningkatkan asupan energi a. Setiap orang memiliki kebutuhan
dari makanan energy yang berbeda sehingga
makanan yang diperlukanpun
4. Bantuan Perawatan Diri berbeda
(1800)
4. Bantuan perawatan diri (1800)
Monitor :
a. Monitor kemampuan
perawatan diri secara mandiri Monitor :
a. Untuk mengetahui bantuan yang
Mandiri : diperlukan pasien
1. Berikan bantuan sampai
pasien mampu melakukan Mandiri
perawatan diri mandiri 1. Selain membantu pasien dalam
2. Bantu pasien menerima memenuhi aktivitas sehari hari juga
kebutuhan terkait dengan dapat membantu pasien untuk
kondisi tertentu mandiri.
3. Dorong kemandirian pasien 2. Dengan kondisi keterbatasan
tapi bantu saat tidak mampu tertentu memiliki bantuan aktivitas
4. Ciptakan rutinitas aktifitas sehari hari yang berbeda-beda
perawatan diri 3. Disamping melatih pasien untuk
mandiri tetapi tidak memaksa untuk
melakukan aktifitas yang pasien
tidak bisa
Edukasi : 4. Agar melatih kemandirian pasien
1. Ajarkan orang tua atau Edukasi:
keluarga untuk 1. Support dari orang terdekat
mendukung kemandirian dapat meningkatkan semangat
pasien pasien untuk mandiri
Kolaborasi : -
Kolaborasi:-
5. Terapi Latihan: Kontrol
Otot (0226) 5. Terapi Latihan: Kontrol Otot
Manitor : (0226)
Mandiri :
a. Beri pakaian tidak Mandiri:
yang
menghambat pergerakan pasien 1. Agar pasien lebih nyaman
1. Otonomi (Kebebasan)
Otonomi adalah kemampuan untuk menentukan sendiri. Menghargai otonomi berarti
memberikan kesempatan seseorang untuk memutuskan tindakannya sendiri. Perawat yang
menghargai otonomi pasien secara tidak langsung menghargai pasien yang memiliki harga
diri dan martabat yang mampu menentukan sesuatu bagi dirinya. Oleh karena itu perawat
harus selalu melibatkan pasien dalam mengambil segala keputusan tentang perawatan diri
pasien itu sendiri.Undang - undang untuk otonomi tercantum dalam :
a. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 4 :
“Setiap orang berhak atas kesehatan.”
b. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 5 :
1) “Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber
daya di bidang kesehatan.
2) Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu, dan terjangkau.
3) Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri
pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.”
c. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 7 :
“Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang
seimbang dan bertanggung jawab.”
d. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 8 :
“Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk
tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanya dari tenaga
kesehatan.”
e. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 56 :
1) “Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh tindakan
pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah menerima dan memahami
informasi mengenai tindakan tersebut secara lengkap.
2) Hak menerima atau menolak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku
pada:
a. Penderita penyakit yang penyakitnya dapat secara cepat menular ke dalam
masyarakat yang lebih luas;
b. Keadaan seseorang yang tidak sadarkan diri; atau
c. Gangguan mental berat.
3) Ketentuan mengenai hak menerima atau menolak sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”
2. Beneficience (Berbuat Baik)
Beneficience adalah melakukan yang baik dan tidak merugikan orang lain. Beneficience
juga merupakan kewajiban untuk melakukan hal tidak membahayakan pasien/ orang lain dan
secara aktif berkontribusi bagi kesehatan dan kesejahteraan pasiennya. Undang - undang
untuk beneficience tercantum dalam :
a. Undang - Undang Republik Indonesia no.36 tahun 2014 tentang Kesehatan Pasal 60 ayat c
: “bersikap dan berperilaku sesuai dengan etika profesi”
b. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 35 :
1) “Dalam keadaan darurat untuk memberikan pertolongan pertama, Perawat dapat
melakukan tindakan medis dan pemberian obat sesuai dengan
kompetensinya.
2) Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk
menyelamatkan nyawa Klien dan mencegah kecacatan lebih lanjut.
3) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan keadaan yang
mengancam nyawa atau kecacatan Klien.
4) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Perawat sesuai
dengan hasil evaluasi berdasarkan keilmuannya.
5) Ketentuan lebih lanjut”
3. Justice (keadilan)
Keadilan adalah memperlakukan sama pada seluruh pasien tanpa memandang suku, agama,
ras, dan ekonomi. Nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika perawat bekerja
untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar untuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. Keadilan terdapat pada pasal:
a. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 16 :
“Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang
adil dan merata bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.”
b. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 170 :
1) “Pembiayaan kesehatan bertujuan untuk penyediaan pembiayaan kesehatan yang
berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan
termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna untuk menjamin
terselenggaranya pembangunan kesehatan agar meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat setinggi-tingginya.
2) Unsur-unsur pembiayaan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas
sumber pembiayaan, alokasi, dan pemanfaatan.
3) Sumber pembiayaan kesehatan berasal dari Pemerintah, pemerintah daerah,
masyarakat, swasta dan sumber lain.”
4. Tidak Merugikan (Non - Maleficient)
Tidak merugikan adalah tidak melukai, tidak membahayakan, dan tidak mencederai orang
lain. Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
Undang - undang untuk non - maleficient tercantum dalam :
a. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 35 :
1) “Dalam keadaan darurat untuk memberikan pertolongan pertama, Perawat dapat
melakukan tindakan medis dan pemberian obat sesuai dengan kompetensinya.
2) Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk
menyelamatkan nyawa Klien dan mencegah kecacatan lebih lanjut.
3) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan keadaan yang
mengancam nyawa atau kecacatan Klien.
4) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Perawat
sesuai dengan hasil evaluasi berdasarkan keilmuannya.
5) Ketentuan lebih lanjut”
b. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 53 :
1) Pelayanan Pelayanan kesehatan perseorang ditujukan untuk menyembuhkan
penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga.
2) Pelayanan kesehatan masyarakat ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah penyakit suatu kelompok dan masyarakat.
3) Pelaksanaan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
mendahulukan pertolongan keselamatan nyawa pasien dibanding kepentingan
lainnya.
5. Veracity (Kejujuran)
Kejujuran adalah menyatakan hal yang sebenarnya dan tidak berbohong. Nilai ini bukan
cuman dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki oleh seluruh pemberi layanan kesehatan
untuk menyampaikan kebenaran pada setia klien untuk meyakinkan agar klien mengerti.
Informasi yang diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif. Kebenaran merupakan
dasar membina hubungan saling percaya. Klien memiliki otonomi sehingga mereka berhak
mendapatkan informasi yang ia ingin tahu.
Undang - undang untuk non - maleficient tercantum dalam : UU Keperawatan no. 38 tahun
2014 tentang Kesehatan Pasal 37e “ Memberikan informasi yang lengkap, jujur, benar,jelas,
dan mudah dimengerti mengenai tindakan Keperawatan kepada Klien dan/atau
keluarganyasesuai dengan batas kewenangannya.”
6. Fidelity (Menepati Janji)
Menepati janji adalah tanggung jawab untuk setia terhadap segala sesuatu yang telah
disepakati bersama. Menepati janji merupakan tanggung jawab besar seorang perawat adalah
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan, dan meminimalkan
penderitaan. Untuk mencapai itu perawat harus memiliki komitmen menepati janji dan
menghargai komitmennya kepada orang lain.
Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2014 Tentang Kesehatan Pasal 61 :
“Dalam menjalankan praktik, Tenaga Kesehatan yang memberikan pelayanan langsung
kepada Penerima Pelayanan Kesehatan harus melaksanakan upaya terbaik untuk
kepentingan Penerima Pelayanan Kesehatan dengan tidak menjanjikan hasil.”
7. Confidentiality (Rahasia)
Rahasia adalah informasi tentang klien harus dijaga privacy klien. Segala sesuatu
yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka
pengobatan klien. Namun, diskusi tentang klien diluar area pelayanan harus dihindari.
Rahasia terdapat pada pasal :
a. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2014 Tentang Kesehatan Pasal 37 ayat
3 : “Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik wajib: Menjaga kerahasiaan kesehatan
Penerima Pelayanan Kesehatan”
b. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 57 :
1) “Setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan pribadinya yang telah
dikemukakan kepada penyelenggara pelayanan kesehatan.
2) Ketentuan mengenai hak atas rahasia kondisi kesehatan pribadi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal:
a) Perintah undang-undang;
b) Perintah pengadilan;
c) Izin yang bersangkutan;
d) Kepentingan masyarakat; atau
e) Kepentingan orang tersebut.”
8. Tanggungjawab
Tanggung jawab adalah Eksekusi terhadap tugas-tugas yang berhubungan dengan peran
tertentu dari perawat. Tanggung jawab berarti perawat bersedia menyelesaikan tugas sesuai
dengan kewajiban dan bergerak dibawah hukum.
Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2014 Tentang Kesehatan Pasal 37 ayat
1: “Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik wajib: Memberikan pelayanan kesehatan
sesuai dengan Standar Profesi, Standar Pelayanan Profesi, Standar Prosedur Operasional, dan
etika profesi serta kebutuhan kesehatan Penerima Pelayanan Kesehatan”
NO KOMPONEN ANALISIS
ETIK LEGAL
1. Beneficient Kalimat terkait : Pasien saat ini akan dilakukan MRI
dan keluarga setuju
Analisis : melakukan yang baik dan tidak merugikan
orang lain. Beneficience juga merupakan kewajiban
untuk melakukan hal tidak membahayakan pasien/
orang lain dan secara aktif berkontribusi bagi
kesehatan dan kesejahteraan pasiennya.
KESIMPULAN :
Berdasarkan kasus diatas , kelompok kami menganalisa bahwa yang paling menonjol
adalah beneficient. Karena (beneficient) ini memberikan kebermanfaatan untuk menunjang
kesembuhan pasien dan tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien. Hal
ini berkaitan dengan Undang - undang untuk beneficient tercantum dalam Undang - Undang
Republik Indonesia no.36 tahun 2014 tentang Kesehatan Pasal 60 ayat c : “bersikap dan
berperilaku sesuai dengan etika profesi”
DAFTAR PUSTAKA