1 BLOK 13 KELOMPOK H
A. Skenario
Seorang laki-laki gelandangan berusia sekitar 60 tahun dibawa polisi ke IGD RS karena dikatakan
tertabrak motor di jalan 2 jam yang lalu. Tidak ada saksi yang melihat kejadian dan polisi tidak tahu
pasti detail kecelakaan tersebut.
Pada pemeriksaan didapatkan pasien dengan tampilan kotor, pakaian compang-camping, celana
basah dan bau pesing. Selama pemeriksaan pasien beberapa kali berteriak “Sakit! Beraninya keroyokan!
Semua mukuli saya!” sambil memegang kepalanya. Pasien juga berkata-kata kotor dan memaki-maki.
Pasien meronta-ronta saat dipegangi untuk diikat kaki dan tangannya di tempat tidur oleh perawat dan
petugas keamanan. Meski berteriak dan meronta-ronta, mata pasien cenderung menutup seperti sedang
mengantuk. Pasien hanya membuka mata bila dipegangi dengan kuat atau diberi rangsangan nyeri dan
tidak menjawab saat ditanya.
Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 180/110 mmHg, HR 96x/menit, RR 20x/menit, Suhu
38,7OC. Pemeriksaan kepala menunjukkan adanya konjungtiva anemis, hematoma berdiameter 5x3cm di
pelipis kanan. Pada pemeriksaan laboratorium, didapatkan BUN 40 mg/dL dan SC 8 mg/dL. Dokter IGD
kemudian berkonsultasi dengan dokter spesialis untuk menanyakan apakah pasien membutuhkan
pemeriksaan CT scan kepala atau analisis LCS. Selain itu, ia juga menghubungi beberapa pihak untuk
mengkoordinasikan pembiayaan dan administrasi penanganan pasien ini.
B. Klarifikasi Istilah
1. Konjungtiva anemis
Nicholas Jirezra Gianevan 202010101139
Konjungtiva sendiri adalah selaput bening yang menutupi bagian putih mata (sklera) dan bagian
dalam kelopak mata. Anemis adalah Terlalu sedikitnya sel darah merah sehat karena kadar zat besi
terlalu sedikit dalam tubuh. Sehingga konjungtiva anemis menyebabkan pucat pada konjungtiva
seseorang.
2. Hematoma
Ghaiska Najma Amnur 202010101109
Hematoma adalah kumpulan dari ekstravasasi darah yang terjadi akibat trauma atau external forces,
hematoma bisa terjadi di pembuluh darah apapun, termasuk vena, arteri, dan kapiler
3. Analisis LCS
Luthfiyyah Nuur Haniifah 202010101038
Liquor Cerebrospinalis (LCS) adalah cairan jernih yang menyelimuti susunan saraf pusat
yang menggenangi otak dan medula spinalis. Fungsi utama LCS adalah sebagai alat pelindung bila
terjadi hantaman keras pada tengkorak yang dapat menyebabkan cedera berat. Liquor
cerebrospinalis juga dapat digunakan untuk menentukan penyebab penyakit yang menyerang
susunan saraf pusat.
Analisis LCS dapat membantu untuk menetapkan diagnosis. Perubahan karakteristik pada
LCS, seperti kadar leukosit, protein, glukosa, serta penampakan makroskopisnya dapat memberikan
gambaran mengenai penyakit yang diderita pasien. Medianya bisa menggunakan kultur dan
pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) juga dapat dilakukan pada LCS untuk
mengidentifikasi patogen penyebab penyakit. Diagnosis yang pasti sebelum memulai terapi,
mengakibatkan pemberian obat dapat dilakukan dengan tepat untuk mencegah adanya efek samping
obat yang tidak perlu.
intrakranialnya
● Mikroskopis ⇒ Jumlah leukosit dan jenisnya àapakah didominasi netrofil, limfosit (virus)
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana interpretasi pemeriksaan tampilan pasien (tampilan kotor, pakaian compang, camping,
celana basah, dan bau pesing)?
Kusnul Amalia 18201010115
● Celana basah dan bau pesing → gangguan dalam berkemih/gangguan dalam sistem urin
yang menyebabkan kesulitan dalam BAK, biasanya karena kelemahan otot-otot kandung
frontalis, sistem limbik). Letak neuron di tegmentum ventral mesensefalon, medial dan
⇒ kemudian kita evaluasi pasien menggunakan skala GCS (Glasgow Coma Scale) untuk
Pada penjelasan pasien meronta – ronta saat dipegangi untuk diikat kaki dan tangannya. Bisa
diasumsikan bahwa pasien menarik kaki dan tangannya menjauhi rangsangan nyeri yang diberikan.
Cedera kepala diklasifikasikan berdasarkan nilai Glasgow Coma Scale (GCS) :
● COR (cedera otak ringan) → 14-15
Jadi, GCS : 8 → COB (cedera otak berat) → karena pada GCS diklasifikasi menjadi COB
sebaiknya dilakukan CT Scan sebagai pemeriksaan lanjutan terkait intracranial bleeding yang
7. Mengapa dokter IGD berkonsultasi dengan dokter spesialis untuk menanyakan apakah pasien
membutuhkan pemeriksaan CT scan kepala atau analisis LCS? Bagaimana indikasinya?
Putri Ayu Ardiani 202010101032
Pasien dengan nyeri kepala hebat (pada scenario ditujukan pasien teriak kesakitan sambal
memgangi kepalanya) tiba-tiba (thunderclap headache), perlu menjalani pemeriksaan CT-scan untuk
mendeteksi perdarahan subarachnoid atau perdarahan intraserebral. Bila ditemukan perdarahan
subaraknoid, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan menggunakan CT angiography untuk mencari
aneurisma. Bila CT-scan non-kontras menunjukkan hasil negatif, dapat dilakukan pungsi lumbal
dalam 48 jam untuk mengeksklusi kemungkinan perdarahan subaraknoid. LCS (Liquor Cerebro-
Spinal) terletak di subarchnoid yang diproduksi oleh plexus choroideus.
CT-scan juga dapat mendeteksi berbagai perdarahan intrakranial lainnya. CT-scan otak juga
berperan untuk mendeteksi lesi massa atau hidrosefalus, dan untuk mendeteksi apakah pungsi lumbal
aman dilakukan. Sebagian besar tumor intrakranial yang dapat menyebabkan nyeri kepala dapat
dideteksi dengan CT-scan nonkontras, karena telah tumbuh cukup besar dan atau menunjukkan efek
desak ruang disertai edema peri-tumoral. CT-scan lanjutan dengan kontras dapat mengkonfirmasi
keberadaan tumor tersebut. Lumbal Pungsi : Prosedur pengambilan CSF dengan indikasi:
● Meningeal infection
● Subarachnoid Hemorrhage
● Primer/metastatic malignancy
● Demyelinating disease
Lokasi Pungsi : antara vert. L 3,4 dan 5 (Setinggi krista Iliac Crest)
Hrishi, A. P. dan M. Sethuraman. 2019. Cerebrospinal fluid ( csf ) analysis and interpretation in
neurocritical care for acute neurological conditions. 2–6.
Prinsip penanganan awal meliputi survei primer dan survei sekunder. Dalam penatalaksanaan
survei primer hal-hal yang diprioritaskan antara lain airway, breathing, circulation, disability, dan
exposure, yang kemudian dilanjutkan dengan resusitasi. Pada penderita cedera kepala khususnya
dengan cedera kepala berat survei primer sangatlah penting untuk mencegah cedera otak sekunder
dan mencegah homeostasis otak (Ariwibowo, 2008).
Tidak semua pasien cedera kepala perlu di rawat inap di rumah sakit. Indikasi rawat yaitu,
amnesia post traumatica jelas (lebih dari 1 jam), riwayat kehilangan kesadaran (lebih dari 15 menit),
penurunan tingkat kesadaran, nyeri kepala sedang hingga berat, Intoksikasi alkohol atau obat,
fraktura tengkorak, kebocoran CSF, otorrhea atau rhinorrhea, cedera penyerta yang jelas, CT scan
abnormal (Ghazali, 2007).
Indikasi tindakan operatif → jika volume massa hematom mencapai lebih dari 40 ml di
daerah supratentorial atau lebih dari 20 cc di daerah infratentorial, kondisi pasien yang semula
sadar semakin memburuk secara klinis, terdapat tanda fokal neurologis semakin berat, terjadi
gejala sakit kepala, mual, dan muntah yang semakin hebat, terdapat pendorongan garis tengah
sampai lebih dari 3 mm, terjadi kenaikan tekanan intrakranial lebih dari 25 mmHg, terjadi
penambahan ukuran hematom pada pemeriksaan ulang CT scan, dan terdapat gejala akan
terjadinya herniasi otak/ terjadi kompresi / obliterasi sisterna basalis (Bernath, 2009).
i.
ii. Tangani kondisi medis umum dan keluhan terkait penggunaan zat
b. Terapi kejang listrik (TKL)/electroconvulsive therapy (ECT)
c. Psikoedukasi
d. Psikoterapi
TRAUMA KAPITIS – HEMATOMA SUBDURAL – CEDERA OTAK BERAT (GCS 8)
Tatalaksana Awal (di Ruang Gawat Darurat)
1. Survei Primer, untuk menstabilkan kondisi pasien:
a. Airway (jalan nafas)
i. Pastikan tidak ada benda asing atau cairan yang menghalangi jalan napas
ii. Melakukan intubasi + control ventilasi → head tilt, chin lift, jaw thrust, mayo
2. Survei sekunder, dilakukan setelah pasien stabil: Head to Toe Examination (kepala, leher,
thorax, abdomen dan ekstremitas) → GCS? Lihat masuk dalam Cedera Otak
Ringan/Sedang/Berat
a. Pemeriksaan laboratorium (DL, BGA, GDA, cross match) dan radiologi → CT-scan
kepala tanpa kontras (pilihan). Jika tidak ada, dapat dilakukan foto polos kepala posisi
https://sippn.menpan.go.id/pelayanan-publik/lampung/kabupaten-pesisir-barat/dinas-sosial/
pelayanan-penanganan-gelandangan-dan-pengemis
D. Learning Objective
1. Neuroanatomi SSP (makro dan mikro)
2. Histologi SSP
3. Fisiologi SSP
a. Refleks
b. Sistem Motorik
c. Fungsi Luhur
4. Patologi
a. Trauma Kapitis
b. Hematoma (EDH, SDH, SAH, ICH)
c. Fraktur Basis Cranii
d. Cerebrovascular accident
e. Skizofrenia
f. Bell’s palsy
g. Gangguan Mental Organik
h. Gangguan Waham
i. Gangguan Psikotik
j. Encephalopathy Hipertensi
k. Infark Cerebri
l. Psikotik Akut
m. Skizoafektif
5. Manajemen kejiwaan segala aspek
6. Medikolegal pasien trauma kepala
Dosen Pengampu Mahasiswa
dr. Ancah Caesarina N.M., Ph.D. dr. Inke Kusumastuti, M. Biomed, Sp. KJ