Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

KLIEN DENGAN TRAUMA KEPALA

OLEH KELOMPOK 6 :

• KARMILA SARI
• FRIDA WULANDARI
• ST HADIJAH SUFANDI
• SISKA
• RASNI
PENGERTIAN TRAUMA KEPALA
Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak
atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada
kepala.
INSIDEN
Klasifikasi trauma kepala berdasarkan Nilai Skala Glasgow Coma Scale (GCS):
1.Minor
• GCS 13 – 15.
• Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari 30 menit.
• Tidak ada kontusio tengkorak, tidak ada fraktur cerebral, hematoma.
2. Sedang
• GCS 9 – 12.
• Kehilangan kesadaran dan atau amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24 jam.
• Dapat mengalami fraktur tengkorak.
3. Berat
• GCS 3 – 8.
• Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam.
• Juga meliputi kontusio serebral, laserasi, atau hematoma intrakranial.
ETIOLOGI
1. Kecelakaan, jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor atau sepeda, dan
mobil
2. Kecelakaan pada saat olah raga, anak dengan ketergantungan.
3. Cedera akibat kekerasan.

MANIFESTASI KLINIK
• Hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit atau lebih
• Kebungungan
• Iritabel
• Pucat
• Mual dan muntah
• Pusing kepala
• Terdapat hematoma
• Kecemasan
• Sukar untuk dibangunkan
• Bila fraktur, mungkin adanya ciran serebrospinal yang keluar dari
hidung (rhinorrohea) dan telinga (otorrhea) bila fraktur tulang temporal.
FAKTOR RESIKO
1. Edema serebral dan herniasi
2. Defisit neurologik dan psikologik
3. Komplikasi lain secara traumatic :
• Infeksi sitemik (pneumonia, SK, sepsis)
• Infeksi bedah neurologi (infeksi luka, osteomielitis, meningitis, ventikulitis,abses otak)
• Osifikasi heterotropik (nyeri tulang pada sendi sendi)
4. Komplikasi lain:
• Peningkatan TIK
• Hemorarghi
• Kegagalan nafas
• Diseksi ekstrakranial
PATOFISIOLOGI
Cedera memegang peranan yang sangat besar dalam menentukan
berat ringannya konsekuensi patofisiologis dari suatu trauma kepala. Cedera
percepatan (aselerasi) terjadi jika benda yang sedang bergerak membentur
kepala yang diam, seperti trauma akibat pukulan benda tumpul, atau karena
kena lemparan benda tumpul. Cedera perlambatan (deselerasi) adalah bila
kepala membentur objek yang secara relatif tidak bergerak, seperti badan
mobil atau tanah. Kedua kekuatan ini mungkin terjadi secara bersamaan bila
terdapat gerakan kepala tiba-tiba tanpa kontak langsung, seperti yang terjadi
bila posisi badan diubah secara kasar dan cepat. Kekuatan ini bisa dikombinasi
dengan pengubahan posisi rotasi pada kepala, yang menyebabkan trauma
regangan dan robekan pada substansi alba dan batang otak.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
2. CT-scan : mengidentifikasi adanya hemoragik dan
menentukan pergeseranjaringan otak.
3. Foto Rontgen : Mendeteksi perubahan struktur tulang
(fraktur) perubahanstruktur garis (perdarahan/edema),
fragmen tulang.
4. MRI : sama dengan CT-scan dengan/ tanpa kontras.
5. Angiografi serebral : menunjukan kelainan sirkulasi serebral,
perdarahan.
6. Pemeriksaan pungsi lumbal: mengetahui kemungkinan
perdarahan subarahnoid
TERAPI PENGOBATAN
1. Manitol IV. Dosis awal 1 g / kg BBEvaluasi 15-20 menit (bila belum ada perbaikan
tambahan dosis0,25 g / kg BB). Hati-hati terhadap kerusakan ginjal
2. Steroid. Digunakan untuk mengurangi edema otak
3. Bikarbonas Natrikus. Untuk mencegah terjadinya asidosis
4. Antikonvulsan. Masih bersifat kontroversial. Tujuan : untuk profilaksis kejang
5. Terapi Koma. Merupakan langkah terakhir untuk mengendalikan TIK
secarakonservatif. Terapi ini menurunkan metabolisme otak,mengurangiedema &
menurunkan TIK. Biasanya dilakukan 24-48 jam.
6. Antipiretik . Demam akan memperburuk keadaan karena akan
meningkatkanmetabolisme dan dapat terjadi dehidrasi, kerusakan otak. Jika
penyebab infeksi tambahkan antibiotic.
7. Sedasi. Gaduh, gelisah merupakan gejala yang sering ditemukan pada penderita
cidera otak dan dapat meningkatkan TIK. Lorazepam(ativan) 1-2 mg IV/IM dapat
diberikan dan dapat diulang pemberiannya dalam 24 jam. Kerugian : tidak dapat
memantau kesadaran penderita.8)
8. Antasida-AH2. Untuk mencegah perdarahan GIT : simetidin, ranitidin,
famotidin.Furosemid adakalanya diberikan bersama dengan obat anti edemalain.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN

a. Riwayat kesehatan: waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian, status kesadaran
saat kejadian, pertolongan yang diberikan segera setelah kejadian.
b. Pemeriksaan fisik
• Sistem respirasi
• Kardiovaskuler
• Sistem saraf :- Kesadaran. - Fungsi saraf kranial. - Fungsi sensori-motor
• Sistem pencernaan: Bagaimana sensori adanya makanan di mulut, refleks menelan,
kemampuan mengunyah, adanya refleks batuk, mudah tersedak..
• Kemampuan bergerak : kerusakan area motorikhemiparesis/plegia, gangguan gerak volunter,
ROM, kekuatan otot.
• Kemampuan komunikasi : kerusakan pada hemisfer dominandisfagia atau afasia akibat
kerusakan saraf hipoglosus dan saraf fasialis.
• Psikososial data ini penting untuk mengetahui dukungan yang didapat pasien dari keluarga.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah:
a. Resiko tidak efektifnya bersihan jalan nafas dan tidak efektifnya pola
nafas berhubungan dengan gagal nafas, adanya sekresi, gangguan fungsi
pergerakan, dan meningkatnya tekanan intrakranial.
b. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema
serebral dan peningkatan tekanan intrakranial.
c. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan
menurunnya kesadaran.
d. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan mual dan muntah.
e. Resiko injuri berhubungan dengan menurunnya kesadaran atau
meningkatnya tekanan intrakranial.
f. Nyeri berhubungan dengan trauma kepala.
g. Resiko infeksi berhubungan dengan kondisi penyakit akibat trauma kepala.
h. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi.
INTERVENSI
Resiko tidak efektifnya jalan nafas dan tidak efektifnya pola nafas berhubungan
dengan gagal nafas, adanya sekresi, gangguan fungsi pergerakan, dan
meningkatnya tekanan intrakranial.
Tujuan: Pola nafas dan bersihan jalan nafas efektif yang ditandai dengan tidak
ada sesak atau kesukaran bernafas, jalan nafas bersih, dan pernafasan dalam
batas normal.
Intervensi:
● Kaji Airway, Breathing, Circulasi.
● Kaji, apakah ada fraktur cervical dan vertebra. Bila ada hindari
memposisikan kepala ekstensi dan hati-hati dalam mengatur posisi bila ada
cedera vertebra
● Pastikan jalan nafas tetap terbuka dan kaji adanya sekret. Bila ada secret
segera lakukan pengisapan lendir.
● Kaji status pernafasan kedalamannya, usaha dalam bernafas.
● Bila tidak ada fraktur servikal berikan posisi kepala sedikit ekstensi dan
tinggikan 15 – 30 derajat.
● Pemberian oksigen sesuai program.
EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi
adalah kegiatan yang di sengaja dan terus-menerus dengan melibatkan klien,
perawat, dan anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini diperlukan
pengetahuan tentang kesehatan, patofisiologi, dan strategi evaluasi. Tujuan
evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan
tercapai atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang.

Anda mungkin juga menyukai