OLEH:
KELOMPOK 4
ENARSI (P00320020060)
WISDA (P003200200)
YENI (P003200200)
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan
karunianya sehinnga kami dapat menyusun makalah ini yang akan membahas “Terapi Aktivitas
Kelompok”. Makalah ini ditulis berdasarkan beberapa kajian pustaka yang tertera pada daftar
pustaka.
Dalam penyusunan Makalah “Terapi Aktivitas Kelompok”, kami menyadari sepenuhnya masih
banyak kekurangan yang jauh dari kata sempurna,dan kami berharap adanya kritik dan saran dari
semua pihak yang nantinya dipergunakan untuk menyempurnakan makalah ini.
Akhir kata penulis sangat berharap semoga penyusunan makalah ini dapat menambah wawasan
dan manfaat pembaca pada umumnya, dan bagi mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................................3
B. Rumusan Masalah........................................................................................................3
C. Tujuan penulisan..........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi.........................................................................................................................5
B. Manfaat terapi aktivitas kelompok...............................................................................6
C. Tujuan terapi aktivitas kelompok.................................................................................6
D. Tahapan dalam terapi aktivitas kelompok ...................................................................7
E. Macam-macam terapi aktivitas kelompok...................................................................8
F. Kerangka teoritis terapi aktivitas kelompok.................................................................11
G. Peran perawat dalam teori aktivitas kelompok.............................................................12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................................................15
B. Saran ............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................16
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan antara satu dengan
yang lainnya, saling ketergantungan serta mempunyai norma yang sama. Sedangkan
kelompok terapeutik memberi kesempatan untuk saling bertukar (Sharing) tujuan, misalnya
membantu individu yang berperilaku destruktif dalam berhubungan dengan orang lain,
mengidentifikasi dan memberikan alternatif untuk membantu merubah perilaku destruktif
menjadi konstruktif. Setiap kelompok mempunyai struktur dan identitas tersendiri. Kekuatan
kelompok memberikan kontribusi pada anggota dan pimpinan kelompok untuk saling
bertukar pengalaman dan memberi penjelasan untuk mengatasi masalah anggota kelompok.
Dengan demikian kelompok dapat dijadikan sebagai wadah untuk praktek dan arena untuk
uji coba kemampuan berhubungan dan berperilaku terhadap orang lain. Terapi aktivitas
kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang
mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi, dan
kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi
yang saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat klien
berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
3
2. Untuk mengetahui manfaat dari terapi aktivitas kelompok
7. Untuk mengetahui apa saja peran perawat dalam terapi aktivitas kelompok
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Kesehatan jiwa menurut UU No. 18 tahun 2014 adalah kondisi dimana seorang individu
dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut
menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan
mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Jika seseorang tidak memiliki
karakteristik sehat jiwa maka dapat menjadi indikasi suatu gangguan jiwa.
Gangguan jiwa adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya
gangguan pada fungsi kehidupan, menimbulkan penderitaan pada individu dan atau
hambatan dalam melaksanakan peran sosial (Keliat, dkk 2014).
Kelompok adalah sekumpulan orang yang saling berhubungan, saling bergantung satu
sama lain dan menyepakati suatu tatanan norma tertentu. Individu dalam kelompok saling
mempengaruhi dan bertukar informasi melalui komunikasi. Dinamika dalam kelompok
bahkan dapat memfasilitasi perubahan perilaku anggota kelompoknya sehingga apabila
kelompok ini didesain secara sistematis dapat menjadi sarana perubahan perilaku maladaptif
menjadi perilaku adaptif atau dapat difungsikan sebagai perilaku (Kelliat dkk 2014).
Terapi kelompok adalah terapi psikologis yang dilakukan secara kelompok untuk
memberikan stimulasi bagi pasien dengan ganggan interpersonal (Yosep, 2008 dalam
Prabowo, 2017).
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada sekelompok pasien yang mepunyai masalah keperawatan yang sama.
Aktivitas digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan (Klliat,
2015).
Terapi aktivitas kelompok adalah salah satu upaya untuk memfasilitasi psikoterapis
terhadap sejumlah pasien pada waktu yang sama untuk memantau dan meningkatkan
hubungan antar anggota (Depkes RI, 1997 dalam Prabowo, 2017).
5
B. Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok
1. Terapeutik
a. Umum
1. Meningkatkan kemampuan kemampuan uji realitas (reality testing) melalui
komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain.
2. Melakukan sosialisasi
3. Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan efektif.
b. Khusus
1. Meningkatkan identitas diri
2. Menyalurkan emosi secara konstruktif
3. Meningkatkan ketrampilan hubungan interpersonal atau sosial
c. Rehabilitasi
1. Meningkatkan keterampilan ekspresi diri
2. Meningkatkan ketrampilan sosial
3. Meningkatkan kemempuan empati
4. Meningkatkan kemampuan/pengetahuan pemecahan masalah.
C. Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok
Tipe : Biblioterapy.
Aktifitas : menggunakan artikel, sajak, puisi, buku, surat kabar untuk merangsang dan
Tipe : relaksasi.
6
3. Mengembangkan orientasi realitas
Aktifitas : fokus pada orientasi waktu, tempat, dan orang, benar, salah.
4. Mengembangkan sosialisasi
Kelompok sama dengan individu, mempunyai kapasitas untuk tumbuh dan berkembang.
Kelompok akan berkembang melalui empat fase, yaitu : fase praklompok, fase awal
kelompok,fase kerja kelompok, fase terminasi kelompok (Prabowo, 2017).
1. Fase Prakelompok
Fase ini ditandai dengan ansietas karena masuknya kelompok baru, dan peeran baru.
Stuart dan Laria dalam Prabowo (2017) membagi fase ini menjadi tiga fase, yaitu
orientasi, konflik, dan kohesif.
a. Tahap Orientasi
b. Tahapan Konflik
7
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok. Pemimpin perlu memfasilitasi
ungkapan perasaan, baik positif maupun negative dan membantu kelompok
mengenali penyebab konflik. Serta mencegah prilaku yang tidak produktif.
c. Tahap Kohesif
Anggota kelompok merasa bebas membuka diri tentang informasi dan lebih intim
satu sama lain.
Pada fase ini kelompok sudah menjadi intim. Kelompok menjadi stabil dan realistis.
Pada akhir fase ini, anggota kelompok menyadari produktivitas dan kemampuan yang
bertambah disertai percaya diri dan kemandirian.
4. Fase Terminasi
Terminasi yang sukses ditandai oleh perasaan puas dan pengalaman kelompok akan
digunakan secara individual pada kehidupan sehari-hari. Terminasi dapat bersifat
sementara (temporal) atau akhir.
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah
dialami. Terapi aktivitas kelompok stimulus kognitif/ persepsi adalah terapi yang
bertujuan untuk membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi, menstimulasi
persepsi dalam uoaya memotivasi proses berpikir dan afektif serta mengurangi perilaku
maladaptif. Tujuan :
Karakteristik :
8
a. Klien dengan gangguan persepsi yang berhubungan dengan nilainilai
b. Menarik diri dari realitas
c. Inisiasi atau ide-ide negative
2. Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori
Klien di orientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien yaitu diri sendiri,
orang lain yang ada disekeliling klien atau orang yang dekat dengan klien, lingkungan
yang pernah mempunyai hubungan dengan klien dan waktu saat ini dan yang lalu. Terapi
aktivitas kelompok orientasi realitas adalah pendekatan untuk mengorientasikan klien
terhadap situasi nyata (realitas). Umumnya dilaksanakan pada kelompok yang mengalami
gangguan orientasi terhadap orang, waktu dan tempat. Teknik yang digunakan meliputi
inspirasi represif, interaksi bebas maupun secara didaktik. Tujuan :
9
Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar
klien. Kegiatan sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan kemampuan klien dalam
melakukan interaksi sosial maupun berperan dalam lingkungan sosial. Sosialisasi
dimaksudkan memfasilitasi psikoterapis untuk :
Tujuan khusus :
Karakteristik :
a. Klien kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti kegiatan Ruangan
b. Klien menarik diri, kontak sosial kurang
c. Klien dengan harga diri rendah
d. Klien curiga, gelisah, takut dan cemas
e. Tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab seperlunya,jawaban sesuai
pertanyaan
5. Teknik penyaluran energi
10
peluapan amarah dan rasa batin secara konstruktif dengan tanpa menimbulkan kerugian
pada diri sendiri maupun lingkungan. Tujuan :
2. Model komunikasi
a. Perlu berkomunikasi
b. Anggota harus bertanggung jawab pada semua level, misalnya komunikasi verbal,
nonverbal, terbuka dan tertutup.
c. Pesan yang disampaikan dapat dipahami orang lain
11
d. Anggota dapat menggunakan teori komunikasi dalam membantu satu dan yang
lain untuk melakukan komunikasi efektif
3. Model interpersonal
4. Model psikodrama
Dengan model ini memotivasi anggota kelompok untuk berakting sesuai dengan
peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang lalu. Anggota memainkan peran sesuai
dengan yang perna dialami. Contoh: klien memerankan ayahnya yang dominin atau
keras.
Peran perawat jiwa professional dalam pelaksanaan terapi aktivitas kelompok adalah :
12
1. Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok
Sebagai fasilitator, perawat ikut serta dalam kegiatan kelompok sebagai anggota
kelompok dengan tujuan memberi stimulus pada anggota kelompok lain agar dapat
mengikuti jalannya kegiatan.
13
Merupakan intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengantisipasi keadaan
yang bersifat darurat (emergensi dalam terapi) yang dapat mempengaruhi proses
pelaksanaan terapi aktivitas kelompok
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
a. Bagi Perawat
Bagi perawat di Rumah Sakit Jiwa diharapkan dapat menerapkan Terapi Aktivitas
Kelompok: Stimulasi Persepsi bagi pasien risiko perilaku kekerasan agar pasien
mampu mengontrol perilaku kekerasan yang dilakukan. Selain itu dalam
penerapannya perawat diharapkan dapat memodifikasi kegiatan Terapi Aktivitas
Kelompok: S timulasi Persepsi agar menghindari kebosanan yang dirasakan pasien
b. Bagi peneliti
15
DAFTAR PUSTAKA
Direja, Ade Herman S. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika.
Keliat, Budi Anna dkk, 2014-2015. Keperawatan Jiwa, Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta:
EGC.
16