Anda di halaman 1dari 17

“TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK “

Dosen Mata Kuliah : Akhmad, SST.,M.Kes

OLEH:

KELOMPOK 4

ABDUL JAMAL (P003200200)

ANATRI INTAN JAYANI (P00320020051)

DESI ASTARINA (P00320020056)

DWI YULAN AISYAH (P003200200)

ENARSI (P00320020060)

FADLUN WAMBES (P0032001900)

FRIDA WULANDARI (P00210020063)

PUTRI DWI ASIH (P00320020078)

SITI HADIJAH SUFANDY (P00320020087)

WISDA (P003200200)

YENI (P003200200)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES KENDARI

TAHUN AJARAN 2022\2023


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan
karunianya sehinnga kami dapat menyusun makalah ini yang akan membahas “Terapi Aktivitas
Kelompok”. Makalah ini ditulis berdasarkan beberapa kajian pustaka yang tertera pada daftar
pustaka.

Dalam penyusunan Makalah “Terapi Aktivitas Kelompok”, kami menyadari sepenuhnya masih
banyak kekurangan yang jauh dari kata sempurna,dan kami berharap adanya kritik dan saran dari
semua pihak yang nantinya dipergunakan untuk menyempurnakan makalah ini.

Akhir kata penulis sangat berharap semoga penyusunan makalah ini dapat menambah wawasan
dan manfaat pembaca pada umumnya, dan bagi mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari.

Kendari, 25 Agustus 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................................3
B. Rumusan Masalah........................................................................................................3
C. Tujuan penulisan..........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi.........................................................................................................................5
B. Manfaat terapi aktivitas kelompok...............................................................................6
C. Tujuan terapi aktivitas kelompok.................................................................................6
D. Tahapan dalam terapi aktivitas kelompok ...................................................................7
E. Macam-macam terapi aktivitas kelompok...................................................................8
F. Kerangka teoritis terapi aktivitas kelompok.................................................................11
G. Peran perawat dalam teori aktivitas kelompok.............................................................12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................................................15
B. Saran ............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................16

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan antara satu dengan
yang lainnya, saling ketergantungan serta mempunyai norma yang sama. Sedangkan
kelompok terapeutik memberi kesempatan untuk saling bertukar (Sharing) tujuan, misalnya
membantu individu yang berperilaku destruktif dalam berhubungan dengan orang lain,
mengidentifikasi dan memberikan alternatif untuk membantu merubah perilaku destruktif
menjadi konstruktif. Setiap kelompok mempunyai struktur dan identitas tersendiri. Kekuatan
kelompok memberikan kontribusi pada anggota dan pimpinan kelompok untuk saling
bertukar pengalaman dan memberi penjelasan untuk mengatasi masalah anggota kelompok.
Dengan demikian kelompok dapat dijadikan sebagai wadah untuk praktek dan arena untuk
uji coba kemampuan berhubungan dan berperilaku terhadap orang lain. Terapi aktivitas
kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang
mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi, dan
kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi
yang saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat klien
berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.

B. Rumusan Masalah

1. jelaskan definisi dari terapi aktivitas kelompok ?

2. Apa manfaat dari terapi aktivitas kelompok?

3. Apa saja tujuan dari terapi aktifitas kelompok?

4. apa saja tahapan dalam terapi aktivitas kelompok?

5. apa saja macam-macam dari terapi aktivitas kelompok?

6. Jelaskan kerangka teoritis dari terapi aktivitas kelompok?

7. apa peran perawat dalam terapi aktivitas kelompok?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui definisi dari terapi aktivitas

3
2. Untuk mengetahui manfaat dari terapi aktivitas kelompok

3. Untuk mengetahui tujuan dari terapi aktivitas kelompok

4. Untuk mengetahui tahapan dalam terapi aktifitas kelompok

5. Untuk mengetahui apa saja maca-macam terapi aktivitas kelompok

6. Untuk mengetahui kerangka teoritis terapi aktivitas kelompok

7. Untuk mengetahui apa saja peran perawat dalam terapi aktivitas kelompok

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Kesehatan jiwa menurut UU No. 18 tahun 2014 adalah kondisi dimana seorang individu
dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut
menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan
mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Jika seseorang tidak memiliki
karakteristik sehat jiwa maka dapat menjadi indikasi suatu gangguan jiwa.

Gangguan jiwa adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya
gangguan pada fungsi kehidupan, menimbulkan penderitaan pada individu dan atau
hambatan dalam melaksanakan peran sosial (Keliat, dkk 2014).

Kelompok adalah sekumpulan orang yang saling berhubungan, saling bergantung satu
sama lain dan menyepakati suatu tatanan norma tertentu. Individu dalam kelompok saling
mempengaruhi dan bertukar informasi melalui komunikasi. Dinamika dalam kelompok
bahkan dapat memfasilitasi perubahan perilaku anggota kelompoknya sehingga apabila
kelompok ini didesain secara sistematis dapat menjadi sarana perubahan perilaku maladaptif
menjadi perilaku adaptif atau dapat difungsikan sebagai perilaku (Kelliat dkk 2014).

Terapi kelompok adalah terapi psikologis yang dilakukan secara kelompok untuk
memberikan stimulasi bagi pasien dengan ganggan interpersonal (Yosep, 2008 dalam
Prabowo, 2017).

Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada sekelompok pasien yang mepunyai masalah keperawatan yang sama.
Aktivitas digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan (Klliat,
2015).

Terapi aktivitas kelompok adalah salah satu upaya untuk memfasilitasi psikoterapis
terhadap sejumlah pasien pada waktu yang sama untuk memantau dan meningkatkan
hubungan antar anggota (Depkes RI, 1997 dalam Prabowo, 2017).

5
B. Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok

Manfaat terapi aktivitas kelompok menurut (Direja, 2011)

1. Terapeutik
a. Umum
1. Meningkatkan kemampuan kemampuan uji realitas (reality testing) melalui
komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain.
2. Melakukan sosialisasi
3. Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan efektif.
b. Khusus
1. Meningkatkan identitas diri
2. Menyalurkan emosi secara konstruktif
3. Meningkatkan ketrampilan hubungan interpersonal atau sosial
c. Rehabilitasi
1. Meningkatkan keterampilan ekspresi diri
2. Meningkatkan ketrampilan sosial
3. Meningkatkan kemempuan empati
4. Meningkatkan kemampuan/pengetahuan pemecahan masalah.
C. Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok

Tujuan terapi aktivitas kelompok menurut (Direja, 2011) :

1. Mengembangkan stimulasi kognitif

Tipe : Biblioterapy.

Aktifitas : menggunakan artikel, sajak, puisi, buku, surat kabar untuk merangsang dan

mengembangkan hubungan dengan orang lain.

2. Mengembangkan stimulasi sensoris

Tipe : musik, seni, menari.

Aktifitas : menyediakan kegiatan, mengekpresikan perasaan.

Tipe : relaksasi.

Aktifitas : belajar teknik relaksasi dengan cara nafas dalam.

6
3. Mengembangkan orientasi realitas

Tipe : kelompok orientasi realitas, kelompok validasi.

Aktifitas : fokus pada orientasi waktu, tempat, dan orang, benar, salah.

4. Mengembangkan sosialisasi

Tipe : kelompok remotivasi.

Aktifitas : mengorientasikan klien yang menarik diri, regresi.

D. Tahapan Dalam Terapi Aktivitas Kelompok

Kelompok sama dengan individu, mempunyai kapasitas untuk tumbuh dan berkembang.
Kelompok akan berkembang melalui empat fase, yaitu : fase praklompok, fase awal
kelompok,fase kerja kelompok, fase terminasi kelompok (Prabowo, 2017).

1. Fase Prakelompok

Dimulai dengan membuat tujuan, menentukan leader, jumlah anggota, kriteria


anggota, tempat dan waktu kegiatan, media yang digunakan. Menurut Yosep dalam
Prabowo (2017), jumlah kelompok yang ideal dengan cara verbalisasi biasanya 7 – 8
orang. Sedang jumlah minimum 4 dan maksimum 10. Kriteria anggota yang memenuhi
syarat untuk mengikuti TAK adalah : sudah punya diagnosa yang jelas, tidak terlalu
gelisah, tidak agresif, waham tidak terlalu berat.

2. Fase Awal Kelompok

Fase ini ditandai dengan ansietas karena masuknya kelompok baru, dan peeran baru.
Stuart dan Laria dalam Prabowo (2017) membagi fase ini menjadi tiga fase, yaitu
orientasi, konflik, dan kohesif.

a. Tahap Orientasi

Anggota mulai mencoba mengembangkan system sosial masing-masing, leader


menunjukan rencana terapi dan menyepakati kontrk dengan anggota.

b. Tahapan Konflik

7
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok. Pemimpin perlu memfasilitasi
ungkapan perasaan, baik positif maupun negative dan membantu kelompok
mengenali penyebab konflik. Serta mencegah prilaku yang tidak produktif.

c. Tahap Kohesif

Anggota kelompok merasa bebas membuka diri tentang informasi dan lebih intim
satu sama lain.

3. Fase Kerja Kelompok

Pada fase ini kelompok sudah menjadi intim. Kelompok menjadi stabil dan realistis.
Pada akhir fase ini, anggota kelompok menyadari produktivitas dan kemampuan yang
bertambah disertai percaya diri dan kemandirian.

4. Fase Terminasi

Terminasi yang sukses ditandai oleh perasaan puas dan pengalaman kelompok akan
digunakan secara individual pada kehidupan sehari-hari. Terminasi dapat bersifat
sementara (temporal) atau akhir.

E. Macam-Macam Terapi Aktivitas Kelompok

Menurut Purwaningsih (2012) terdapat beberapa macam terapi aktivitas kelompok


diantaranya :

1. Terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif / persepsi

Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah
dialami. Terapi aktivitas kelompok stimulus kognitif/ persepsi adalah terapi yang
bertujuan untuk membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi, menstimulasi
persepsi dalam uoaya memotivasi proses berpikir dan afektif serta mengurangi perilaku
maladaptif. Tujuan :

a. Meningkatkan kemampuan orientasi realita


b. Meningkatkan kemampuan memusatkan perhatian
c. Meningkatkan kemampuan intelektual
d. Mengemukakan pendapat dan menerika pendapat orang lain
e. Mengemukakan perasaannya

Karakteristik :

8
a. Klien dengan gangguan persepsi yang berhubungan dengan nilainilai
b. Menarik diri dari realitas
c. Inisiasi atau ide-ide negative
2. Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori

Aktivitas digunakan untuk memberikan stimulasi pada sensasi klien,kemudian di


observasi reaksi sensori klien berupa ekspresi emosi atau perasaan melalui gerakan tubuh,
ekspresi muka dan ucapan kelompok untuk menstimulasi sensori pada Klien yang
mengalami kemunduran fungsi sensoris. Teknik yang digunakan meliputi fasilitasi
penggunaan panca indera dan kemampuan mengekspresikan stimulus baik dari internal
maupun eksternal. Tujuan :

a. Meningkatkan kemampuan sensori


b. Meningkatkan upaya memusatkan perhatian
c. Meningkatkan kesegaran jasmani
d. Mengekspresikan perasaan.
3. Terapi aktivitas kelompok orientasi realitas

Klien di orientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien yaitu diri sendiri,
orang lain yang ada disekeliling klien atau orang yang dekat dengan klien, lingkungan
yang pernah mempunyai hubungan dengan klien dan waktu saat ini dan yang lalu. Terapi
aktivitas kelompok orientasi realitas adalah pendekatan untuk mengorientasikan klien
terhadap situasi nyata (realitas). Umumnya dilaksanakan pada kelompok yang mengalami
gangguan orientasi terhadap orang, waktu dan tempat. Teknik yang digunakan meliputi
inspirasi represif, interaksi bebas maupun secara didaktik. Tujuan :

a. Klien mampu mengidentifikasi stimulus internal (pikiran, perasaan, sensari somatik)


dan stimulus eksternal (iklim, bunyi, situasi alam sekitar)
b. Klien dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan
c. Pembicaraan Klien sesuai realitas
d. Klien mampu mengenali diri sendiri
e. Klien mampu mengenal orang lain, waktu dan tempat
4. Terapi aktivitas kelompok sosialisasi

9
Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar
klien. Kegiatan sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan kemampuan klien dalam
melakukan interaksi sosial maupun berperan dalam lingkungan sosial. Sosialisasi
dimaksudkan memfasilitasi psikoterapis untuk :

a. Memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal


b. Memberi tanggapan terhadap orang lain
c. Mengekspresikan ide dan tukar persepsi
d. Menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan.

Tujuan umum : Mampu meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota kelompok,


berkomunikasi, saling memperhatikan, memberi tanggapan terhadap orang lain,
mengekspresikan ide serta menerima stimulus eksternal.

Tujuan khusus :

a. Klien mampu menyebutkan identitasnya


b. Menyebutkan identitas anggota kelompok
c. Berespon terhadap anggota kelompok
d. Mengikuti aturan main.
e. Mengemukakan pendapat dan perasaannya

Karakteristik :

a. Klien kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti kegiatan Ruangan
b. Klien menarik diri, kontak sosial kurang
c. Klien dengan harga diri rendah
d. Klien curiga, gelisah, takut dan cemas
e. Tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab seperlunya,jawaban sesuai
pertanyaan
5. Teknik penyaluran energi

Penyaluran energi merupakan teknik untuk menyalurkan energi secara konstruktif


dimana memungkinkan pengembangan pola-pola penyaluran energi seperti katarsis,

10
peluapan amarah dan rasa batin secara konstruktif dengan tanpa menimbulkan kerugian
pada diri sendiri maupun lingkungan. Tujuan :

a. Menyalurkan energi, destruktif ke konstruktif


b. Mengekspresikan perasaan
c. Meningkatkan hubungan interpersonal
F. Kerangka Teoritis Terapi Aktivitas Kelompok

Berikut ini adalah kerangka teoritis terapi aktivitas kelompok yaitu:

1. Model fokal konflik

Menurut Whiteaker dan Liebermen’s, terapi kelompok berfokus pada kelompok


dari pada individu. Prinsipnya terapi kelompok dikembangkan berdasarkan konflik yang
tidak disadari. Pengalaman kelompok secara berkasinambungan muncul kemudian
konfrontir konflik untuk penyelesaian masalah, tugas terapi membantu anggota
kelompok memahami konflik dan mencapai penyelesaian konflik Menurut model ini
pimpinan kelompok (leader) harus memfasilisati dan memberikan kesempatan kepada
anggota untuk mengekspresikan perasaan dan mendiskusikannya untuk menyelesaiakan
masalah.

2. Model komunikasi

Model komunikasi menggunakan prinsip-prinsip teori komunikasi dan


komunikasi terapeutik. Diasumsikan bahwa disfungsi atau komunikasi tak efektif dalam
kelompok akan menyebabkan ketidakpuasan anggota kelompok, umpan balik tidak
sekuat dari kohesi atau keterpaduan kelompok menurun. Dengan menggunakan
kelompok ini leader memfasilitasi komunikasi efektif, masalah individu atau kelompok
dapat diidentifikasi dan diselesaikan Leader mengajarkan pada kelompok bahwa:

a. Perlu berkomunikasi
b. Anggota harus bertanggung jawab pada semua level, misalnya komunikasi verbal,
nonverbal, terbuka dan tertutup.
c. Pesan yang disampaikan dapat dipahami orang lain

11
d. Anggota dapat menggunakan teori komunikasi dalam membantu satu dan yang
lain untuk melakukan komunikasi efektif

Model ini bertujuan membantu meningkatkan keterampilan interpersonal dan


social anggota kelompok. Selain itu teori komunikasi membantu anggota merealisasi
bagaimana mereka berkomunikasi lebih efektif. Selanjutnya leader juga perlu
menjelaskan secara singkat prinsip-prinsip komunikasi dan bagaimana menggunakan
didalam kelompok serta menganalisa proses komunikasi tersebut.

3. Model interpersonal

Sullivan mengemukakan bahwa tingkah laku (pikiran, perasaan dan tindakan)


dagambarkan melalui hubungan interpersonal. Contoh: interaksi dalam kelompok
dipandang sebagai proses sebab akibat dari tingkah laku anggota lain. Pada teori ini
terapis bekerja dengan individu dan kelompok. Anggota kelompok ini belajar dari
interaksi antar anggota dan terapis. Melalui ini kesalahan persepsi dapat dikoreksi dan
perilaku social yang efektif dipelajari. Perasaan cemas dan kesepian merupakan sasaran
untuk mengidentifikasi dan merubah tingkah laku/perilaku. Contoh: tujuan salah satu
aktivitas kelompok untuk meningkatkan hubungan interpersonal. Pada saat konplik
interpersonal muncul, leader menggunakan situasi tersebut untuk mendorong anggota
untuk mendiskusikan perasaan mereka dan mempelajari konplik apa yang membuat
anggota merasa cemas dan menentukan perilaku apa yangdigunakan untuk menghindari
atau menurunkan cemas pada saat terjadi konflik.

4. Model psikodrama

Dengan model ini memotivasi anggota kelompok untuk berakting sesuai dengan
peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang lalu. Anggota memainkan peran sesuai
dengan yang perna dialami. Contoh: klien memerankan ayahnya yang dominin atau
keras.

G. Peran Perawat Dalam Terapi Aktivitas Kelompok

Peran perawat jiwa professional dalam pelaksanaan terapi aktivitas kelompok adalah :

12
1. Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok

Sebelum melaksanakan terapi aktivitas kelompok, perawat harus terlebih dahulu,


membuat proposal. Proposal tersebut akan dijadikan panduan dalam pelaksanaan terapi
aktivitas kelompok, komponen yang dapat disusun meliputi : deskripsi, karakteristik
klien, masalah keperawatan, tujuan dan landasan teori, persiapan alat, jumlah perawat,
waktu pelaksanaan, kondisi ruangan serta uraian tugas terapis.

2. Tugas sebagai leader dan coleader.

Meliputi tugas menganalisa dan mengobservasi pola-pola komunikasi yang terjadi


dalam kelompok, membantu anggota kelompok untuk menyadari dinamisnya kelompok,
menjadi motivator, membantu kelompok menetapkan tujuan dan membuat peraturan
serta mengarahkan dan memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok.

3. Tugas sebagai fasilitator.

Sebagai fasilitator, perawat ikut serta dalam kegiatan kelompok sebagai anggota
kelompok dengan tujuan memberi stimulus pada anggota kelompok lain agar dapat
mengikuti jalannya kegiatan.

4. Tugas sebagai observer.

Tugas seorang observer meliputi : mencatat serta mengamati respon penderita,


mengamati jalannya proses terapi aktivitas dan menangani peserta/anggota kelompok
yang drop out.

5. Tugas dalam mengatasi masalah yang timbul saat pelaksanaan terapi.

Masalah yang mungkin timbul adalah kemungkinan timbulnya sub kelompok,


kurangnya keterbukaan, resistensi baik individu atau kelompok dan adanya anggota
kelompok yang drop out. Cara mengatasi masalah tersebut tergantung pada jenis
kelompok terapis, kontrak dan kerangka teori yang mendasari terapi aktivitas tersebut.

6. Program antisipasi masalah.

13
Merupakan intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengantisipasi keadaan
yang bersifat darurat (emergensi dalam terapi) yang dapat mempengaruhi proses
pelaksanaan terapi aktivitas kelompok

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Stimulasi Persepsi diberikan secara berkesinambungan terbukti mampu mengenal dan


mengontrol perilaku kekerasan yang dirasakan pasien. Selain itu terapi aktivitas
kelompok: stimulasi persepsi dapat merubah sikap maladaptif menjadi perilaku adaptif
dalam menghadapi perilaku kekerasan yang dirasakan pasien. Terapi ini berhasil jika
lingkungan yang baik dan kemauan pasien untuk berpartisipasi dapat mendukung
merubah perilakunya. Dalam pemberikan Terapi Aktivitas Kelompok: Stimulasi Persepsi
memodifikasi jalannya TAK sangat penting untuk menghindari kebosanan pasien yang
sudah terpapar TAK berkali – kali.

B. Saran

a. Bagi Perawat

Bagi perawat di Rumah Sakit Jiwa diharapkan dapat menerapkan Terapi Aktivitas
Kelompok: Stimulasi Persepsi bagi pasien risiko perilaku kekerasan agar pasien
mampu mengontrol perilaku kekerasan yang dilakukan. Selain itu dalam
penerapannya perawat diharapkan dapat memodifikasi kegiatan Terapi Aktivitas
Kelompok: S timulasi Persepsi agar menghindari kebosanan yang dirasakan pasien

b. Bagi peneliti

Peneliti yang akan melakukan penelitian diharapkan dapat mengembangkan


penelitian ini sehingga menemukan inovasi baru dalam Penerapan Terapi Aktivitas
Kelompok: Stimulasi Persepsi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Direja, Ade Herman S. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika.

Keliat, Budi Anna dkk, 2014-2015. Keperawatan Jiwa, Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta:
EGC.

Prabowo, 2017. Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang : Universitas

16

Anda mungkin juga menyukai