Anda di halaman 1dari 23

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

Oleh
Kelompok 1
Cantika Yustiara Indah Purnama 132235058
Nora Lailia 132235028
Sri Nur Aini 132235063
Julia Rahma Pramesti MP 132235066
Galuh Kirana 132235047
Rima Amalia Yulianti 132235009
Nabila Ochtarina Putri 132235025
Rizqi Salsabila P 132235019
Rochimatus Sholichah 132235055

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITASAIRLANGGA
2023

i
i
DAFTAR ISI

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK.................................................................................1


DAFTAR ISI .....................................................................................................................2
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN .............................................................................................................1
I.1. Latar Belakang ................................................................................................1
I.2. Tujuan .............................................................................................................2
BAB II ..............................................................................................................................3
TUJUAN TERAPI ............................................................................................................3
2.1 Tujuan Umum .................................................................................................3
2.2 Tujuan Khusus .............................................................................................................3
BAB III .............................................................................................................................5
PEMBAHASAN ...............................................................................................................5
3.1 Definisi Terapi Aktivitas Kelompok ................................................................5
3.2 Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok ................................................................5
3.3 Indikasi dan Kontra Indikasi Terapi Aktifitas Kelompok (Tak) ........................6
3.4 Komponen Kelompok ......................................................................................7
3.5 Tahap-Tahap Dalam Terapi Aktivitas Kelompok .............................................7
3.6 Macam-Macam Terapi Aktivitas Kelompok ....................................................9
3.7 Peran Perawat Dalam Terapi Aktivitas Kelompok.......................................... 12
3.8 Kerangka Teoritis Terapi Aktivitas Kelompok ............................................... 14
3.9 Terapis .......................................................................................................... 15
BAB IV ........................................................................................................................... 17
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI ...................................................... 17
BAB V ............................................................................................................................ 19
PENUTUP ...................................................................................................................... 19
V.1 Kesimpulan ................................................................................................... 19
V.2 Saran ............................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 20
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Manusia sebagai mahkluk sosial yang hidup berkelompok dimana satu


dengan yang lainnya saling behubungan untuk memenuhi kebutuhan sosial.
Kebutuhan sosial yang dimaksud antara lain : rasa menjadi milik orang lain
atau keluarga, kebutuhan pengakuan orang lain, kebutuhan penghargaan
orang lain dan kebutuhan pernyataan diri.Secara alamiah individu selalu
berada dalam kelompok, sebagai contoh individu berada dalam satu keluarga.
Dengan demikian pada dasarnya individu memerlukan hubungan timbal
balik, hal ini bisa melalui kelompok.

Penggunaan kelompok dalam praktek keperawatan jiwa memberikan


dampak positif dalam upaya pencegahan, pengobatan atau terapi serta
pemulihan kesehatan seseorang. Meningkatnya penggunaan kelompok
terapeutik, modalitas merupakan bagian dan memberikan hasil yang positif
terhadap perubahan perilaku pasien atau klien, dan meningkatkan perilaku
adaptif dan mengurangi perilaku maladaptif.

Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh individu atau klien melalui


terapi aktifitas kelompok meliputi dukungan (support), pendidikan
meningkatkan pemecahan masalah, meningkatkan hubungan interpersonal
dan juga meningkatkan uji realitas (reality testing) pada klien dengan
gangguan orientasi realitas (Birckhead, 1989). Terapi aktifitas kelompok
sering digunakan dalam praktek kesehatan jiwa, bahkan dewasa ini terapi
aktifitas kelompok merupakan hal yang penting dari ketrampilan terapeutik
dalam keperawatan. Terapi kelompok telah diterima profesi kesehatan.

Pimpinan kelompok dapat menggunakan keunikan individu untuk


mendorong anggota kelompok untuk mengungkapkan masalah dan

1
mendapatkan bantuan penyelesaian masalahnya dari kelompok, perawat juga
adaptif menilai respon klien selama berada dalam kelompok.

I.2. Tujuan

1. Untuk mengetahui tujuan terapi aktifitas kelompok


2. Untuk mengetahui definisi terapi aktifitas kelompok
3. Untuk mengetahui manfaat terapi aktifitas kelompok
4. Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi terapi aktifitas kelompok
5. Untuk mengetahui komponen kelompok terapi aktifitas kelompok
6. Untuk mengetahui tahap pelaksanaan terapi aktifitas kelompok
7. Untuk mengetahui macam-macam terapi aktifitas kelompok
8. Untuk mengetahui peran perawat dalam terapi aktifitas kelompok
9. Untuk mengetahui kerangka teoritis terapi aktifitas kelompok
10. Untuk mengetahui terapis dalam terapi aktifitas kelompok
11. Untuk mengetahui SOP terapi aktifitas kelompok
12. Untuk mengetahui penelitian terkait terapi aktifitas kelompok

2
BAB II

TUJUAN TERAPI

2.1 Tujuan Umum

Secara umum tujuan kelompok adalah :

1. Setiap anggota kelompok dapat bertukar pengalaman

2. Memberikan pengalaman dan penjelasan pada anggota lain

3. Merupakan proses menerima umpan balik

2.2 Tujuan Khusus

4. Mengembangkan stimulasi kognitif


Tipe: biblioterapy

Aktivitas: menggunakan artikel, sajak,puisi, buku, surat kabar untuk

merangsang dan mengembangkan hubungan dengan orang lain.

5. Mengembangkan stimulasi sensori


Tipe: music, seni, menari.

Aktivitas: menyediakan kegiatan, mengekspresikan perasaan.

Tipe: relaksasi

Aktivitas: belajar teknik relaksasi dengan cara napas dalam, relaksasi

otot dan imajinasi.

6. Mengembangkan orientasi realitas


Tipe: kelompok orientasi realitas, kelompok validasi.

3
Aktivitas: focus pada orientasi waktu,tempat dan orang, benar, salah
bantu memenuhi kebutuhan.

7. Mengembangkan sosialisasi
Tipe: kelompok remitivasi
Aktivitas: mengorientasikan klien yang menarik diri, regresiTipe: kelompok
mengingatkan
Aktivitas: focus pada mengingatkan untuk menetapkan arti positif.

4
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Definisi Terapi Aktivitas Kelompok

Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan


antara satu dengan yang lainnya, saling ketergantungan serta mempunyai
norma yang sama. Sedangkan kelompok terapeutik memberi kesempatan
untuk saling bertukar (Sharing) tujuan, misalnya membantu individu yang
berperilaku destruktif dalam berhubungan dengan orang lain,
mengidentifikasi dan memberikan alternatif untuk membantu merubah
perilaku destruktif menjadi konstruktif.

Setiap kelompok mempunyai struktur dan identitas tersendiri. Kekuatan


kelompok memberikan kontribusi pada anggota dan pimpinan kelompok
untuk saling bertukar pengalaman dan memberi penjelasan untuk mengatasi
masalah anggota kelompok. Dengan demikian kelompok dapat dijadikan
sebagai wadah untuk praktek dan arena untuk uji coba kemampuan
berhubungan dan berperilaku terhadap orang lain.

Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan


perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan
yang sama. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi, dan kelompok
digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika
interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi
laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk
memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.

3.2 Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok

Secara umum manfaat terapi aktivitas kelompok adalah :

5
3.2.1 Meningkatkan kemampuan uji realitas (reality
testing) melaluikomunikasi dan umpan balik
dengan atau dari orang lain.
3.2.2 Melakukan sosialisasi.
3.2.3 Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif.

Secara khusus manfaatnya adalah :

1. Meningkatkan identitas diri


2. Menyalurkan emosi secara konstruktif
3. Meningkatkan ketrampilan hubungan interpersonal atau social.

Di samping itu manfaat rehabilitasinya adalah :

1. Meningkatkan keterampilan ekspresi diri.


2. Meningkatkan keterampilan sosial.
3. Meningkatkan kemampuan empati.
4. Meningkatkan kemampuan atau pengetahuan pemecahan masalah.

3.3 Indikasi dan Kontra Indikasi Terapi Aktifitas Kelompok (Tak)

Adapun indikasi dan kontra indikasi terapi aktivitas kelompok (Depkes


RI (1997) adalah:
3.3.1 Semua klien terutama klien rehabilitasi perlu memperoleh terapi
aktifitas kelompok kecuali mereka yang : psikopat dan sosiopat,
selalu diam dan autistic, delusi tak terkontrol, mudah bosan.
3.3.2 Ada berbagai persyaratan bagi klien untuk bisa mengikuti terapi
aktifitas kelompok antara lain : sudah ada observasi dan diagnosis
yang jelas, sudah tidak terlalu gelisah, agresif dan inkoheren dan
wahamnya tidak terlalu berat, sehingga bisa kooperatif dan tidak
mengganggu terapi aktifitas kelompok.
3.3.3 Untuk pelaksanaan terapi aktifitas kelompok di rumah sakit jiwa di
upayakan pertimbangan tertentu seperti : tidak terlalu ketat dalam
tehnik terapi, diagnosis klien dapat bersifat heterogen, tingkat
kemampuan berpikir dan pemahaman relatif setara, sebisa mungkin
pengelompokan berdasarkan problem yang sama.

6
3.4 Komponen Kelompok

Kelompok terdiri dari delapan aspek, sebagai berikut (Kelliat, 2005) :


3.4.1 Struktur kelompok.
Struktur kelompok menjelaskan batasan, komunikasi, proses
pengambilan keputusan dan hubungan otoritas dalam kelompok. Struktur
kelompok menjaga stabilitas dan membantu pengaturan pola perilaku dan
interaksi. Struktur dalam kelompok diatur dengan adanya pemimpin dan
anggota, arah komunikasi dipandu oleh pemimpin, sedangkan keputusan
diambil secara bersama.
3.4.2 Besar kelompok.
Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil yang
anggotanya berkisar antara 5-12 orang. Jika angota kelompok terlalu
besar akibbatnya tidak semua anggota mendapat kesempatan
mengungkapkan perasaan, pendapat, dan pengalamannya. Jika terlalu
kecil, tidak cukup variasi informasi dan interaksi yang terjadi (Kelliat,
2005).
3.4.3 Lamanya sesi.
Waktu optimal untuk satu sesi adalah 20-40 menit bagi fungsi
kelompok yang rendah dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang
tinggi. Banyaknya sesi bergantung pada tujuan kelompok, dapat satu
kali/dua kali perminggu, atau dapat direncanakan sesuai dengan
kebutuhan (Kelliat, 2005).

3.5 Tahap-Tahap Dalam Terapi Aktivitas Kelompok

Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1995, fase – fase
dalam terapi aktivitas kelompok adalah sebagai berikut :
A. Pre kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi
leader, anggota, dimana, kapan kegiatan kelompok tersebut
dilaksanakan, proses evaluasi pada anggota dan kelompok,

7
menjelaskan sumber – sumber yang diperlukan kelompok seperti
proyektor dan jika memungkian biaya dan keuangan.
B. Fase awal
Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu
orientasi, konflik atau kebersamaan.
1. Orientasi.
Anggota mulai mengembangkan system social masing – masing,
dan leader mulai menunjukkan rencana terapi dan mengambil
kontrak dengan anggota.
2. Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai
memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana
peran anggota, tugasnya dan saling ketergantungan yang akan
terjadi.
3. Kebersamaan
Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah, anggota
mulai menemukan siapa dirinya.
C. Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan
engatif dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah dibina,
bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati, kecemasan
menurun, kelompok lebih stabil dan realistic, mengeksplorasikan lebih
jauh sesuai dengan tujuan dan tugas kelompok, dan penyelesaian
masalah yang kreatif.
D. Fase terminasi
Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok
mungkin mengalami terminasi premature, tidak sukses atau sukses.

8
3.6 Macam-Macam Terapi Aktivitas Kelompok

3.6.1 Terapi aktifitas kelompok stimulasi kognitif atau persepsi

Terapi aktifitas kelompok stimulus kognitif/persepsi adalah terapi yang


bertujuan untuk membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi,
menstimuli persepsi dalam upaya memotivasi proses berfikir dan afektif
serta mengurangi perilaku maladaptif.

Tujuan :

3.6.1.1 Meningkatkan kemampuan orientasi realita


3.6.1.2 Meningkatkan kemampuan memusatkan perhatian
3.6.1.3 Meningkatkan kemampuan intelektual
3.6.1.4 Mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain
3.6.1.5 Mengemukakan perasaanya karakteristik :
a. Penderita dengan gangguan persepsi yang berhubungan dengan
nilai-nilai
b. Menarik diri dari realitas
c. Inisiasi atau ide-ide negative
d. Kondisi fisik sehat, dapat berkomunikasi verbal, kooperatif dan
mau mengikuti kegiatan

3.6.2 Terapi aktifitas kelompok stimulasi sensori


Terapi aktifitas kelompok untuk menstimulasi sensori pada penderita
yang mengalami kemunduran fungsi sensoris. Teknik yang digunakan
meliputi fasilitasi penggunaan panca indera dan kemampuan
mengekpresikan stimulus baik dari internal maupun eksternal.
Tujuan :
3.6.2.1 Meningkatkan kemampuan sensori
3.6.2.2 Meningkatkan upaya memusatkan perhatian
3.6.2.3 Meningkatkan kesegaran jasmani
3.6.2.4 Mengekspresikan perasaan

9
3.6.3 Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas
Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas adalah pendekatan untuk
mengorientasikan klien terhadap situasi nyata (realitas). Umumnya
dilaksanakan pada kelompok yang menghalami gangguan orientasi
terhadap orang, waktu dan tempat. Teknik yang digunakan meliputi
inspirasi represif, interaksi bebas maupun secara didaktik.

Tujuan :
3.6.3.1 Penderita mampu mengidentifikasi stimulus internal (fikiran,
perasaan, sensasi somatik) dan stimulus eksternal (iklim,
bunyi, situasi alam sekitar)
3.6.3.2 Penderita dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan
3.6.3.3 Pembicaraan penderita sesuai realita
3.6.3.4 Penderita mampu mengenali diri sendiri
3.6.3.5 Penderita mampu mengenal orang lain, waktu dan
tempat Tahapan kegiatan :
3.6.3.5.1 Sesi I : Orientasi Orang
3.6.3.5.2 Sesi II : Orientasi Tempat
3.6.3.5.3 Sesi III : Orientasi
Waktu Karakteristik :
a. Penderita dengan gangguan orientasi realita (GOR); (halusinasi,
ilusi, waham, dan depresonalisasi ) yang sudah dapat berinteraksi
dengan orang lain
b. Penderita dengan GOR terhadap orang, waktu dan tempat yang
sudah dapat berinteraksi dengan orang lain
c. Penderita kooperatif
d. Dapat berkomunikasi verbal dengan baik
e. Kondisi fisik dalam keadaan sehat

3.6.4 Terapi aktifitas kelompok sosialisasi

10
Kegiatan sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan kemampuan
klien dalam melakukan interaksi sosial maupun berperan dalam
lingkungan social. Sosialisasi dimaksudkan memfasilitasi psikoterapis
untuk :
3.6.4.1 Memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal
3.6.4.2 Memberi tanggapan terhadap orang lain
3.6.4.3 Mengekspresikan ide dan tukar persepsi
3.6.4.4 Menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan

Tujuan umum :
Mampu meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota kelompok,
berkomunikasi, saling memperhatikan, memberi tanggapan terhadap
orang lain, mengekpresikan ide serta menerima stimulus eksternal.
Tujuan khusus :
a. Penderita mampu menyebutkan identitasnya
b. Menyebutkan identitas penderita lain
c. Berespon terhadap penderita lain
d. Mengikuti aturan main
e. Mengemukakan pendapat dan perasaannya
Karakteristik :
a. Penderita kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti
kegiatan ruangan
b. Penderita sering berada ditempat tidur
c. Penderita menarik diri, kontak sosial kurang
d. Penderita dengan harga diri rendah
e. Penderita gelisah, curiga, takut dan cemas
f. Tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab seperlunya,
jawaban sesuai pertanyaan
g. Sudah dapat menerima trust, mau berinteraksi, sehat fisik

3.6.5 Penyaluran energy

11
Penyaluran energi merupakan teknik untuk menyalurkan energi secara
kontruktif dimana memungkinkan penembanghan pola-pola penyaluran
energi seperti katarsis, peluapan marah dan rasa batin secara konstruktif
dengan tanpa menimbulkan kerugian pada diri sendiri maupun
lingkungan
Tujuan :
3.6.5.1 Menyalurkan energi; destruktif ke konstrukstif.
3.6.5.2 Mengekspresikan perasaan
3.6.5.3 Meningkatkan hubungan interpersonal

3.7 Peran Perawat Dalam Terapi Aktivitas Kelompok

Peran perawat jiwa professional dalam pelaksanaan terapi aktivitas


kelompok adalah :
3.7.1 Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok
Sebelum melaksanakan terapi aktivitas kelompok, perawat harus
terlebih dahulu, membuat proposal. Proposal tersebut akan dijadikan
panduan dalam pelaksanaan terapi aktivitas kelompok, komponen yang
dapat disusun meliputi : deskripsi, karakteristik klien, masalah
keperawatan, tujuan dan landasan teori, persiapan alat, jumlah perawat,
waktu pelaksanaan, kondisi ruangan serta uraian tugas terapis.
3.7.2 Tugas sebagai leader dan coleader
Meliputi tugas menganalisa dan mengobservasi pola-pola komunikasi
yang terjadi dalam kelompok, membantu anggota kelompok untuk
menyadari dinamisnya kelompok, menjadi motivator, membantu
kelompok menetapkan tujuan dan membuat peraturan serta
mengarahkan dan memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok.
3.7.3 Tugas sebagai fasilitator
Sebagai fasilitator, perawat ikut serta dalam kegiatan kelompok sebagai
anggota kelompok dengan tujuan memberi stimulus pada anggota
kelompok lain agar dapat mengikuti jalannya kegiatan.
3.7.4 Tugas sebagai observer

12
Tugas seorang observer meliputi : mencatat serta mengamati respon
penderita, mengamati jalannya proses terapi aktivitas dan menangani
peserta/anggota kelompok yang drop out.
3.7.5 Tugas dalam mengatasi masalah yang timbul saat
pelaksanaan terapi Masalah yang mungkin timbul adalah kemungkinan
timbulnya subkelompok, kurangnya keterbukaan, resistensi
baik individu ataukelompok dan adanya anggota kelompok
yang drop out.
Cara mengatasi masalah tersebut tergantung pada jenis kelompok
terapis, kontrak dan kerangka teori yang mendasari terapi aktivitas
tersebut.
3.7.6 Program antisipasi masalah
Merupakan intervensi keperawatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi keadaan yang bersifat darurat (emergensi dalam terapi)
yang dapat mempengaruhi proses pelaksanaan terapi aktivitas
kelompok.
Dari rangkaian tugas diatas, peranan ahli terapi utamanya adalah
sebagai fasilitator. Idealnya anggota kelompok sendiri adalah sumber primer
penyembuhan dan perubahan. Iklim yang ditimbulkan oleh kepribadian ahli
terapi adalah agen perubahan yang kuat. Ahli terapi lebih dari sekedar ahli
yang menerapkan tehnik; ahli terapi memberikan pengaruh pribadi yang
menarik variable tertentu seperti empati, kehangatan dan rasa hormat
(Kaplan & Sadock, 1997).
Sedangkan menurut Depkes RFI 1998, di dalam suatu kelompok, baik
itu kelompok terapeutik atau non terapeutik tokoh pemimpin merupakan
pribadi yang paling penting dalam kelompok. Pemimpin kelompok lebih
mempengaruhi tingkat kecemasan dan pola tingkah laku anggota kelompok
jika dibandingkan dengan anggota kelompok itu sendiri. Karena peranan
penting terapis ini, maka diperlukan latihan dan keahlian yang betul-betul
professional.
Stuart & Sundeen (1995) mengemukakan bahwa peran perawat psikiatri
dalam terapi aktivits kelompok adalah sebagai leader/co leader, sebagai
observer dan fasilitator serta mengevaluasi hasil yang dicapai dalam

13
kelompok. Untuk memperoleh kemampuan sebagai leader/co leader,
observer dan fasilitator dalam kegiatan terapi aktivitas kelompok, perawat
juga perlu mendapat latihan dan keahlian yang professional.

3.8 Kerangka Teoritis Terapi Aktivitas Kelompok

3.8.1 Model fokal konflik


Menurut Whiteaker dan Liebermen’s, terapi kelompok berfokus
pada kelompok dari pada individu.
Prinsipnya: terapi kelompok dikembangkan berdasarkan konflik yang
tidak disadari. Pengalaman kelompok secara berkasinambungan muncul
kemudian konfrontir konflik untuk penyelesaian masalah, tugas terapi
membantu anggota kelompok memahami konflik dan mencapai
penyelesaian konflik.
Menurut model ini pimpinan kelompok (leader) harus memfasilisati
dan memberikan kesempatan kepada anggota untuk mengekspresikan
perasaan dan mendiskusikannya untuk menyelesaiakan masalah.
3.8.2 Model komunikasi
Model komunikasi menggunakan prinsip-prinsip teori komunikasi
dan komunikasi terapeutik. Diasumsikan bahwa disfungsi atau
komunikasi tak efektif dalam kelompok akan menyebabkan ketidak
puasan anggota kelompok, umpan balik tidak sekuat dari kohesi atau
keterpaduan kelompok menurun. Dengan menggunakan kelompok ini
leader memfasilitasi komunikasi efektif, masalah individu atau
kelompok dapat diidentifikasi dan diselesaikan.
Leader mengajarkan pada kelompok bahwa:
3.8.2.1 Perlu berkomunikasi
3.8.2.2 Anggota harus bertanggung jawab pada semua level,
misalnyakomunikasi verbal, nonverbal, terbuka dan tertutup.
3.8.2.3 Pesan yang disampaikan dapat dipahami orang lain

14
3.8.2.4 Anggota dapat menggunakan teori komunikasi dalam
membantu satu dan yang lain untuk melakukan komunikasi efektif
Model ini bertujuan membantu meningkatkan keterampilan
interpersonal dan social anggota kelompok. Selain itu teori komunikasi
membantu anggota merealisasi bagaimana mereka berkomunikasi lebih
efektif. Selanjutnya leader juga perlu menjelaskan secara singkat
prinsip-prinsip komunikasi dan bagaimana menggunakan didalam
kelompok serta menganalisa proses komunikasi tersebut.
3.8.3 Model interpersonal
Sullivan mengemukakan bahwa tingkah laku (pikiran, perasaan dan
tindakan) dagambarkan melalui hubungan interpersonal.
Contoh: interaksi dalam kelompok dipandang sebagai proses sebab
akibat dari tingkah laku anggota lain.
Pada teori ini terapis bekerja dengan individu dan kelompok.
Anggota kelompok ini belajar dari interaksi antar anggota dan terapis.
Melalui ini kesalahan persepsi dapat dikoreksi dan perilaku social yang
efektif dipelajari. Perasaan cemas dan kesepian merupakan sasaran
untuk mengidentifikasi dan merubah tingkah laku/perilaku.
Contoh: tujuan salah satu aktivitas kelompok untuk meningkatkan
hubungan interpersonal. Pada saat konplik interpersonal muncul, leader
menggunakan situasi tersebut untuk mendorong anggota untuk
mendiskusikan perasaan mereka dan mempelajari konplik apa yang
membuat anggota merasa cemas dan menentukan perilaku apa
yangdigunakan untuk menghindari atau menurunkan cemas pada saat
terjadi konflik.
3.8.4 Model psikodrama
Dengan model ini memotivasi anggota kelompok untuk berakting
sesuai dengan peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang lalu.
Anggota memainkan peran sesuai dengan yang perna dialami. Contoh:
klien memerankan ayahnya yang dominin atau keras.

3.9 Terapis

15
Terapis adalah orang yang dipercaya untuk memberikan terapi kepada
klien yang mengalami gangguan jiwa. Adapun terapis antara lain :
a. Dokter
b. Psikiater
c. Psikolog
d. Perawat
e. Fisioterapis
f. Speech teraphis
g. Occupational teraphis
h. Sosial worker
Persyaratan dan kwalitas terapis
Menurut Globy, Kenneth Mark seperti yang dikutif Depkes RI
menyatakan bahwa persyaratan dan kualifikasi untuk terapi aktivitas
kelompok adalah :
a. Pengetahuan pokok tentang pikiran-pikiran dan tingkah laku normal dan
patologi dalam budaya setempat
b. Memiliki konsep teoritis yang padat dan logis yang cukup sesuai untuk
dipergunakan dalam memahami pikiran-pikiran dan tingkah laku yang
normal maupun patologis
c. Memiliki teknis yang bersifat terapeutik yang menyatu dengan konsep-
konsep yang dimiliki melalui pengalaman klinis dengan pasien
d. Memiliki kecakapan untuk menggunakan dan mengontrol institusi untuk
membaca yang tersirat dan menggunakannya secara empatis untuk
memahami apa yang dimaksud dan dirasakan pasien dibelakang kata-
katanya
e. Memiliki kesadaran atas harapan-harapan sendiri, kecemasan dan
mekanisme pertahanan yang dimiliki dan pengaruhnya terhadap teknik
terapeutiknya
f. Harus mampu menerima pasien sebagai manusia utuh dengan segala
kekurangan dan kelebihannya

16
BAB IV

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI

No. KEGIATAN: TAKS (Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi)


A. Tahap Pra-Interaksi
1. Mempersiapkan pasien yang dimasukkan dalam TAK sesuai dengan indikasi
2. Membuat kongtrak dengan pasien
3. Mempersiapkan alat/media yang dipakai TAK
B. Tahap Orientasi
1. Memberi salam terapeutik: salam dari terapis
2. Evaluasi/validasi: menanyakan perasaan pasien saat ini
3. Menanyakan identitas pasien
4. Melakukan kontrak :
a. Menjelaskan tujuan kegiatan
1) TAKS Sesi 1 (pasien mampu memperkenalkan diri dengan menyebut nama
lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi)
2) TAKS Sesi 2 (pasien mamu berkenalan dengan anggota kelompok)
3) TAKS Sesi 3 (pasien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok)
4) TAKS Sesi 4 (pasien mampu menyampaikan topic pembicaraan tertentu
dengan anggota kelompok
5) TAKS Sesi 5 (pasien mampu menyampaikan dengan membicarakan masalah
pribadi dengan orang lain)
6) TAKS Sesi 6 (pasien mampu bekerjasama dalam permainan sosialisasi
kelompok)
7) TAKS Sesi 7 (pasien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat
kegiatan kelompok yang telah dilakukan)
b. Menjelaskan aturan main
Pasien yang akan meninggalkan kelompok harus meminta izin kepada terapis, lama
kegiatan 45 menit, dan setiap pasien harus mengikuti kegiatan TAK dari awal
sampai selesai.

C. Tahap Kerja
TAKS Sesi 1
1. Menjelaskan kegiatan yaitu ketika suara music diputar/ketika mulai menyanyikan
lagu, bola diedarkan berlawanan dengan arah jarum jam (ke arah kanan yang sedang
memegang bola) dan pada saat music dihentikan maka anggota kelompok yang
memegang bola mendapat giliran untuk memperkenalkan diri.
2. Hidupkan music dan edarkan bola berlawanan dengan arah jarum jam.
3. Pada saat music dihentikan, anggota kelompok yang memegang bola mendapat
giliran untuk menyebutkan; salam, nama lengkap, nama panggilan, hobi, dan asal
dimana terapis sebagai contoh.
4. Tulis nama panggilan pada kertas/papan nama dan temple/pakai

17
5. Ulangi kegiatan 2,3,4 sampai semua anggota kelompok mendapat giliran
6. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk
tangan
D. Tahap Terminasi
Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK
2. Memberikan reinforcement atau pijian atas keberhasilan kelompok
Rencana Tindak Lanjut
3. Menganjurkan pasien latihan memperkenalkan diri kepada orang lain di kehidupan
sehari-hari
4. Memasukkan kegiatan TAK dalam kegiatan sehari-hari
5. Kontrak yang akan dating tentang waktu, topic, tempat.

18
BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan


antara satu dengan yang lainnya, saling ketergantungan serta mempunyai
norma yang sama. Sedangkan kelompok terapeutik memberi kesempatan
untuk saling bertukar (Sharing) tujuan, misalnya membantu individu yang
berperilaku destruktif dalam berhubungan dengan orang lain,
mengidentifikasi dan memberikan alternatif untuk membantu merubah
perilaku destruktif menjadi konstruktif.
Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan
yang sama. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi, dan kelompok
digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika
interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi
laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk
memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.

V.2 Saran

Sebagai perawat haruslah mengetahui tentang terapi aktivitas kelompok


serta dapat mengaplikasikannya dalam praktik keperawatan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Febriana, Nining; Eko Susilo dan Dewi Puspita. “PERBEDAAN TERAPI


AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) DENGAN MODEL INTERPERSONAL
DAN MODAL PSIKODRAMA TERHADAP PERUBAHAN DEPRESI
LANSIA BALAI RESOS ANAK ‘WIRA ADHI KARYA’ UNGARAN
UNIT PELAYANAN LANJUT USIA WENING WARDOYO
UNGARAN.”
Halawa, Aristina. “PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK:
STIMULASI PERSEPSI SESI 1-2 TERHADAP KEMAMPUAN
MENGONTROL HALUSINASI PENDENGARAN PADA
PASIENSKIZOFRENIA DI RUANG FLAMBOYAN RUMAH SAKIT
JIWAMENUR SURABAYA.”
Hartono. 2015. “PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK TERHADAP
PENINGKATAN KETRAMPILAN SOSIAL DASAR PADA PASIEN
SKIZOFRENIA DI RSJD Dr. RM. SOEDJARWADI PROVINSI JAWA
TENGAH TAHUN 2015,” 1–21.
Hidayah, Nur Afifah. 2015. “PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN
MENGONTROL HALUSINASI PADA PASIEN HALUSINASI DI RSJD
DR. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG” 8 No 1: 44–55.
Keliat, Budi dkk. 2012. Keperawatan kesehatan jiwakomunitas. Jakarta: EGC

Khamida, Meilisa. 2016. “TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)


STIMULASI PERSEPSI DALAM MENURUNKAN TINGKAT
KECEMASAN PADA LANSIA” 9: 121–128.
Musa, Sari Apriani dan Esrom Kanine Franly Onibala. 2015. “PENGARUH
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ORIENTASI REALITA TERHADAP
KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI STIMULUS PADA PASIEN
HALUSINASI DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR. V. L.
RATUMBUYSANG SULAWESI UTARA” 3.

Purba, Tiomarlina; Fathra Annis Nauli dan Sri Utami. “PENGARUH TERAPI

20
AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI TERHADAP
KEMAMPUAN PASIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RUMAH
SAKIT JIWA TAMPAN PROVINSI RIAU.”
Purwaningsih, Wahyu & Karlina Ina.2010.Asuhan Keperawatan
Jiwa.Jogjakarta:Nuha Medika.

Sri Widowati1, Nur Lailatul M, Widayanti. “PENGARUH TERAPI AKTIVITAS


KELOMPOK P (Keliat, Budi dkk, 2012)ENINGKATAN HARGA DIRI
TERHADAP HARGA DIRI KLIEN MENARIK DIRI DI RUANG SERUNI
RS JIWA DR RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWAN” 1 Nomor 1: 45–
49.
Surya Efendia, Atih Rahayuningsihb, Wan Muharyati. 2012. “Pengaruh
Pemberian Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap Perubahan
Perilaku Klien Isolasi Sosial” 8 NO 2: 105–114.

Susilowati, Kiki dan Arif Widodo. 2009. “PENGARUH TERAPI AKTIVITAS


KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP TINGKAT DEPRESI DI
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA.”
Sutinah. 2016. “PENERAPAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN DAN
TAK STIMULUS PERSEPSI TERHADAP KEMAMPUAN
MENGONTROL HALUSINASI” 10: 183–187.

21

Anda mungkin juga menyukai