Oleh
Kelompok 1
Cantika Yustiara Indah Purnama 132235058
Nora Lailia 132235028
Sri Nur Aini 132235063
Julia Rahma Pramesti MP 132235066
Galuh Kirana 132235047
Rima Amalia Yulianti 132235009
Nabila Ochtarina Putri 132235025
Rizqi Salsabila P 132235019
Rochimatus Sholichah 132235055
i
i
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1
mendapatkan bantuan penyelesaian masalahnya dari kelompok, perawat juga
adaptif menilai respon klien selama berada dalam kelompok.
I.2. Tujuan
2
BAB II
TUJUAN TERAPI
Tipe: relaksasi
3
Aktivitas: focus pada orientasi waktu,tempat dan orang, benar, salah
bantu memenuhi kebutuhan.
7. Mengembangkan sosialisasi
Tipe: kelompok remitivasi
Aktivitas: mengorientasikan klien yang menarik diri, regresiTipe: kelompok
mengingatkan
Aktivitas: focus pada mengingatkan untuk menetapkan arti positif.
4
BAB III
PEMBAHASAN
5
3.2.1 Meningkatkan kemampuan uji realitas (reality
testing) melaluikomunikasi dan umpan balik
dengan atau dari orang lain.
3.2.2 Melakukan sosialisasi.
3.2.3 Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif.
6
3.4 Komponen Kelompok
Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1995, fase – fase
dalam terapi aktivitas kelompok adalah sebagai berikut :
A. Pre kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi
leader, anggota, dimana, kapan kegiatan kelompok tersebut
dilaksanakan, proses evaluasi pada anggota dan kelompok,
7
menjelaskan sumber – sumber yang diperlukan kelompok seperti
proyektor dan jika memungkian biaya dan keuangan.
B. Fase awal
Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu
orientasi, konflik atau kebersamaan.
1. Orientasi.
Anggota mulai mengembangkan system social masing – masing,
dan leader mulai menunjukkan rencana terapi dan mengambil
kontrak dengan anggota.
2. Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai
memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana
peran anggota, tugasnya dan saling ketergantungan yang akan
terjadi.
3. Kebersamaan
Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah, anggota
mulai menemukan siapa dirinya.
C. Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan
engatif dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah dibina,
bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati, kecemasan
menurun, kelompok lebih stabil dan realistic, mengeksplorasikan lebih
jauh sesuai dengan tujuan dan tugas kelompok, dan penyelesaian
masalah yang kreatif.
D. Fase terminasi
Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok
mungkin mengalami terminasi premature, tidak sukses atau sukses.
8
3.6 Macam-Macam Terapi Aktivitas Kelompok
Tujuan :
9
3.6.3 Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas
Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas adalah pendekatan untuk
mengorientasikan klien terhadap situasi nyata (realitas). Umumnya
dilaksanakan pada kelompok yang menghalami gangguan orientasi
terhadap orang, waktu dan tempat. Teknik yang digunakan meliputi
inspirasi represif, interaksi bebas maupun secara didaktik.
Tujuan :
3.6.3.1 Penderita mampu mengidentifikasi stimulus internal (fikiran,
perasaan, sensasi somatik) dan stimulus eksternal (iklim,
bunyi, situasi alam sekitar)
3.6.3.2 Penderita dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan
3.6.3.3 Pembicaraan penderita sesuai realita
3.6.3.4 Penderita mampu mengenali diri sendiri
3.6.3.5 Penderita mampu mengenal orang lain, waktu dan
tempat Tahapan kegiatan :
3.6.3.5.1 Sesi I : Orientasi Orang
3.6.3.5.2 Sesi II : Orientasi Tempat
3.6.3.5.3 Sesi III : Orientasi
Waktu Karakteristik :
a. Penderita dengan gangguan orientasi realita (GOR); (halusinasi,
ilusi, waham, dan depresonalisasi ) yang sudah dapat berinteraksi
dengan orang lain
b. Penderita dengan GOR terhadap orang, waktu dan tempat yang
sudah dapat berinteraksi dengan orang lain
c. Penderita kooperatif
d. Dapat berkomunikasi verbal dengan baik
e. Kondisi fisik dalam keadaan sehat
10
Kegiatan sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan kemampuan
klien dalam melakukan interaksi sosial maupun berperan dalam
lingkungan social. Sosialisasi dimaksudkan memfasilitasi psikoterapis
untuk :
3.6.4.1 Memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal
3.6.4.2 Memberi tanggapan terhadap orang lain
3.6.4.3 Mengekspresikan ide dan tukar persepsi
3.6.4.4 Menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan
Tujuan umum :
Mampu meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota kelompok,
berkomunikasi, saling memperhatikan, memberi tanggapan terhadap
orang lain, mengekpresikan ide serta menerima stimulus eksternal.
Tujuan khusus :
a. Penderita mampu menyebutkan identitasnya
b. Menyebutkan identitas penderita lain
c. Berespon terhadap penderita lain
d. Mengikuti aturan main
e. Mengemukakan pendapat dan perasaannya
Karakteristik :
a. Penderita kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti
kegiatan ruangan
b. Penderita sering berada ditempat tidur
c. Penderita menarik diri, kontak sosial kurang
d. Penderita dengan harga diri rendah
e. Penderita gelisah, curiga, takut dan cemas
f. Tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab seperlunya,
jawaban sesuai pertanyaan
g. Sudah dapat menerima trust, mau berinteraksi, sehat fisik
11
Penyaluran energi merupakan teknik untuk menyalurkan energi secara
kontruktif dimana memungkinkan penembanghan pola-pola penyaluran
energi seperti katarsis, peluapan marah dan rasa batin secara konstruktif
dengan tanpa menimbulkan kerugian pada diri sendiri maupun
lingkungan
Tujuan :
3.6.5.1 Menyalurkan energi; destruktif ke konstrukstif.
3.6.5.2 Mengekspresikan perasaan
3.6.5.3 Meningkatkan hubungan interpersonal
12
Tugas seorang observer meliputi : mencatat serta mengamati respon
penderita, mengamati jalannya proses terapi aktivitas dan menangani
peserta/anggota kelompok yang drop out.
3.7.5 Tugas dalam mengatasi masalah yang timbul saat
pelaksanaan terapi Masalah yang mungkin timbul adalah kemungkinan
timbulnya subkelompok, kurangnya keterbukaan, resistensi
baik individu ataukelompok dan adanya anggota kelompok
yang drop out.
Cara mengatasi masalah tersebut tergantung pada jenis kelompok
terapis, kontrak dan kerangka teori yang mendasari terapi aktivitas
tersebut.
3.7.6 Program antisipasi masalah
Merupakan intervensi keperawatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi keadaan yang bersifat darurat (emergensi dalam terapi)
yang dapat mempengaruhi proses pelaksanaan terapi aktivitas
kelompok.
Dari rangkaian tugas diatas, peranan ahli terapi utamanya adalah
sebagai fasilitator. Idealnya anggota kelompok sendiri adalah sumber primer
penyembuhan dan perubahan. Iklim yang ditimbulkan oleh kepribadian ahli
terapi adalah agen perubahan yang kuat. Ahli terapi lebih dari sekedar ahli
yang menerapkan tehnik; ahli terapi memberikan pengaruh pribadi yang
menarik variable tertentu seperti empati, kehangatan dan rasa hormat
(Kaplan & Sadock, 1997).
Sedangkan menurut Depkes RFI 1998, di dalam suatu kelompok, baik
itu kelompok terapeutik atau non terapeutik tokoh pemimpin merupakan
pribadi yang paling penting dalam kelompok. Pemimpin kelompok lebih
mempengaruhi tingkat kecemasan dan pola tingkah laku anggota kelompok
jika dibandingkan dengan anggota kelompok itu sendiri. Karena peranan
penting terapis ini, maka diperlukan latihan dan keahlian yang betul-betul
professional.
Stuart & Sundeen (1995) mengemukakan bahwa peran perawat psikiatri
dalam terapi aktivits kelompok adalah sebagai leader/co leader, sebagai
observer dan fasilitator serta mengevaluasi hasil yang dicapai dalam
13
kelompok. Untuk memperoleh kemampuan sebagai leader/co leader,
observer dan fasilitator dalam kegiatan terapi aktivitas kelompok, perawat
juga perlu mendapat latihan dan keahlian yang professional.
14
3.8.2.4 Anggota dapat menggunakan teori komunikasi dalam
membantu satu dan yang lain untuk melakukan komunikasi efektif
Model ini bertujuan membantu meningkatkan keterampilan
interpersonal dan social anggota kelompok. Selain itu teori komunikasi
membantu anggota merealisasi bagaimana mereka berkomunikasi lebih
efektif. Selanjutnya leader juga perlu menjelaskan secara singkat
prinsip-prinsip komunikasi dan bagaimana menggunakan didalam
kelompok serta menganalisa proses komunikasi tersebut.
3.8.3 Model interpersonal
Sullivan mengemukakan bahwa tingkah laku (pikiran, perasaan dan
tindakan) dagambarkan melalui hubungan interpersonal.
Contoh: interaksi dalam kelompok dipandang sebagai proses sebab
akibat dari tingkah laku anggota lain.
Pada teori ini terapis bekerja dengan individu dan kelompok.
Anggota kelompok ini belajar dari interaksi antar anggota dan terapis.
Melalui ini kesalahan persepsi dapat dikoreksi dan perilaku social yang
efektif dipelajari. Perasaan cemas dan kesepian merupakan sasaran
untuk mengidentifikasi dan merubah tingkah laku/perilaku.
Contoh: tujuan salah satu aktivitas kelompok untuk meningkatkan
hubungan interpersonal. Pada saat konplik interpersonal muncul, leader
menggunakan situasi tersebut untuk mendorong anggota untuk
mendiskusikan perasaan mereka dan mempelajari konplik apa yang
membuat anggota merasa cemas dan menentukan perilaku apa
yangdigunakan untuk menghindari atau menurunkan cemas pada saat
terjadi konflik.
3.8.4 Model psikodrama
Dengan model ini memotivasi anggota kelompok untuk berakting
sesuai dengan peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang lalu.
Anggota memainkan peran sesuai dengan yang perna dialami. Contoh:
klien memerankan ayahnya yang dominin atau keras.
3.9 Terapis
15
Terapis adalah orang yang dipercaya untuk memberikan terapi kepada
klien yang mengalami gangguan jiwa. Adapun terapis antara lain :
a. Dokter
b. Psikiater
c. Psikolog
d. Perawat
e. Fisioterapis
f. Speech teraphis
g. Occupational teraphis
h. Sosial worker
Persyaratan dan kwalitas terapis
Menurut Globy, Kenneth Mark seperti yang dikutif Depkes RI
menyatakan bahwa persyaratan dan kualifikasi untuk terapi aktivitas
kelompok adalah :
a. Pengetahuan pokok tentang pikiran-pikiran dan tingkah laku normal dan
patologi dalam budaya setempat
b. Memiliki konsep teoritis yang padat dan logis yang cukup sesuai untuk
dipergunakan dalam memahami pikiran-pikiran dan tingkah laku yang
normal maupun patologis
c. Memiliki teknis yang bersifat terapeutik yang menyatu dengan konsep-
konsep yang dimiliki melalui pengalaman klinis dengan pasien
d. Memiliki kecakapan untuk menggunakan dan mengontrol institusi untuk
membaca yang tersirat dan menggunakannya secara empatis untuk
memahami apa yang dimaksud dan dirasakan pasien dibelakang kata-
katanya
e. Memiliki kesadaran atas harapan-harapan sendiri, kecemasan dan
mekanisme pertahanan yang dimiliki dan pengaruhnya terhadap teknik
terapeutiknya
f. Harus mampu menerima pasien sebagai manusia utuh dengan segala
kekurangan dan kelebihannya
16
BAB IV
C. Tahap Kerja
TAKS Sesi 1
1. Menjelaskan kegiatan yaitu ketika suara music diputar/ketika mulai menyanyikan
lagu, bola diedarkan berlawanan dengan arah jarum jam (ke arah kanan yang sedang
memegang bola) dan pada saat music dihentikan maka anggota kelompok yang
memegang bola mendapat giliran untuk memperkenalkan diri.
2. Hidupkan music dan edarkan bola berlawanan dengan arah jarum jam.
3. Pada saat music dihentikan, anggota kelompok yang memegang bola mendapat
giliran untuk menyebutkan; salam, nama lengkap, nama panggilan, hobi, dan asal
dimana terapis sebagai contoh.
4. Tulis nama panggilan pada kertas/papan nama dan temple/pakai
17
5. Ulangi kegiatan 2,3,4 sampai semua anggota kelompok mendapat giliran
6. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk
tangan
D. Tahap Terminasi
Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK
2. Memberikan reinforcement atau pijian atas keberhasilan kelompok
Rencana Tindak Lanjut
3. Menganjurkan pasien latihan memperkenalkan diri kepada orang lain di kehidupan
sehari-hari
4. Memasukkan kegiatan TAK dalam kegiatan sehari-hari
5. Kontrak yang akan dating tentang waktu, topic, tempat.
18
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
V.2 Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
Purba, Tiomarlina; Fathra Annis Nauli dan Sri Utami. “PENGARUH TERAPI
20
AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI TERHADAP
KEMAMPUAN PASIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RUMAH
SAKIT JIWA TAMPAN PROVINSI RIAU.”
Purwaningsih, Wahyu & Karlina Ina.2010.Asuhan Keperawatan
Jiwa.Jogjakarta:Nuha Medika.
21