Disusun Oleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Tindakan Keperawatan Pada Lansia”. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai salah satu
metode pembelajaran bagi mahasiswa sekolah tinggi D-III Keperawatan rustida
krikilan.
Adapun makalah ini kami susun berdasarkan pengamatan kami dari buku.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari adanya bantuan pihak
tertentu. Oleh karena itu, kami tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih kepada
dosen pembimbing yang telah membantu kami menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
kelemahannya serta jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, harapan kami agar
tulisan ini dapat diterima dan dapat berguna bagi semua pihak. Untuk itu kami
mengharapkan adanya kritik dan saran membanhun dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai mahkluk sosial yang hidup berkelompok dimana satu dengan
yang lainnya saling behubungan untuk memenuhi kebutuhan sosial. Kebutuhan sosial
yang dimaksud antara lain : rasa menjadi milik orang lain atau keluarga, kebutuhan
pengakuan orang lain, kebutuhan penghargaan orang lain dan kebutuhan pernyataan
diri.
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh individu atau klien melalui terapi
aktifitas kelompok meliputi dukungan (support), pendidikan meningkatkan
pemecahan masalah, meningkatkan hubungan interpersonal dan juga meningkatkan
uji realitas (reality testing) pada klien dengan gangguan orientasi realitas (Birckhead,
1989).
Musik dapat berfungsi sebagai ungkapan perhatian, kualitas dari musik yang
memiliki andil terhadap fungsi fungsi dalam pengungkapan perhatian terletak pada
struktur dan urutan matematis yang dimiliki. Lansia dilatih dengan mendengarkan
musik terutama musik yang disenangi.
Ada beberapa manfaat yang diberikan musik di dalam proses stimulasi ini, antara lain
adalah:
Tujuan dari proses ini diharapkan respon klien menjadi lebih adaptif dalam
berbagai stimulus. Aktifitas yang akan dilakukan berupa stimulus dan persepsi. Ada
beberapa stimulus yang diberikan mulai dari membaca majalah, menonton televisi,
pengalaman dari masa lalu, dan masih banyak lainnya.
Di orientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien, yaitu diri sendiri,
orang lain yang ada disekeliling klien atau orang yang dekat dengan klien, dan
lingkungan yang pernah mempunyai hubungan dengan klien. Demikian pula dengan
orientasi waktu saat ini, waktu yang lalu, dan rencana kedepan. Aktivitasnya dapat
berupa: orientasi orang, waktu, tempat, benda yang ada disekitar dan semua kondisi
nyata.
d. Sosialisasi klien
di bantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar klien.
Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal ( satu persatu),
kelompok, dan massa. Aktifitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok.
e. Terapi Berkebun
Memiliki tujuan untuk bisa melatih kesabaran, kebersamaan, serta bagaimana
memanfaatkan waktu luang. Ada beberapa kegiatan yang dilakukan semisal
penanaman kangkung, lombok, bayam, dan lainnya.
Terapi ini memiliki tujuan untuk bisa meningkatkan rasa kasih sayang serta
mengisi kesepian di sehari-harinya dengan cara bermain bersama binatang. Semisal
memiliki peliharaan kucing, bertenak ayam, sapi, dan lainnya. Hal ini ,merupakan
cara pencegah gangguan jiwa pada lansia yang cukup efektif.
g. Rekreasi
h. Terapi Okupasi
Terapi ini memiliki tujuan untuk bisa memanfaatkan waktu luang yang
dimiliki lansia serta meningkatkan produktivitas yang nantinya dapat dimanfaatkan
untuk membuat dan menghasilkan karya dari hal-hal yang sudah disediakan. Misalnya
saja membuat kipas, membuat sulak, membuat bunga, menjahit,
1) Pre kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi pemimpin,
anggota, dimana, kapan kegiatan kelompok tersebut dilaksanakan, proses evaluasi
pada anggota dan kelompok, menjelaskan sumber-sumber yang diperlukan kelompok
(biaya dan keuangan jika memungkinkan, proyektor dan lain-lain).
2) Fase awal
Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi, yaitu orientasi, konflik
atau kebersamaan.
3) Orientasi.
Anggota mulai mengembangkan system sosial masing – masing, dan leader mulai
menunjukkan rencana terapi dan mengambil kontak dengan anggota. Pada tahap ini
pemimpin kelompok lebih aktif dalam memberi pengarahan. Pemimpin kelompok
mengorientasikan anggota pada tugas utama dan melakukan kontrak yang terdiri dari
tujuan, kerahasiaan, waktu pertemuan, struktur, kejujuran, dan aturan komunikasi,
misalnya hanya satu orang yang bicara pada satu waktu, norma perilaku, rasa
memiliki, atau kohesif antara anggota kelompok diupayakan terbentuk pada fase
orientasi.
4) Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai memikirkan siapa yang
berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya dan saling
ketergantungan yang akan terjadi.
5) Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan nengatif dikoreksi
dengan hubungan saling percaya yang telah dibina, bekerjasama untuk mencapai
tujuan yang telah disepakati, kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan realistik,
mengeksplorasikan lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugas kelompok, dan
penyelesaian masalah yang kreatif. Kekuatan terapeutik dapat tampak seperti
dijelaskan oleh Yalom dan Vinogradov (1989) dalam Stuart dan Laraia (2001), yaitu
11 (sebelas) faktor: memberi informasi, instalansi harapan, kesamaan, altruisme,
koreksi pengalaman, pengembangan teknik interaksi sosial, peniruan perilaku, belajar
hubungan interpersonal, faktor eksistensi, katarsis, dan kekohesifan kelompok.
6) Fase terminasi
Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok mungkin
mengalami terminasi premature, tidak sukses atau sukses.
G. Perubahan kognitif
Berikut ini perubahan Kognitif pada lansia yaitu sebuah proses menua yang secara sehat
atau normal aging. Pengaruh pada beberapa aspek seperti menurunnya daya ingat, seperti
memori dalam kehidupan sehari – hari. Karena itu mengapa usia tua identik dengan
kepikunan atau lupa akan segala hal. Selain itu juga peran orak sebelah kanan mengalami
kemunduran lebih cepat dibanding dengan otak sebelah kiri. Akibatnya akan mengalami
gangguan fungsi kewaspadaan juga perhatian. Penurunan kognitif pada lansia juga
bergantung pada faktor usia juga jenis kelamin khususnya pada wanita, dikarenakan pada
wanita ada peranan hormon seks endogen dalam perubahan fungsi kognitif serta fungsi
reseptor esterogen di otak yang berperandalam pada fungsi belajar dan memori.
a. Fungsi Kognitif
Pada umumnya kognitif pada lansia memiliki beberapa peranan, contohnya dalam
perubahan kognitif pada lansia. Berikut contohnya:
1. Proses penuaan akibat kinerja otak, terdapat adanya perubahan pada otak yang
berhubungan dengan usia. Setiap tahun terjadi pengurangan volume pada masing –
masing area lobus frontalis juga lobus tempora. Hal inilah yang menjadi volume
otak disertai dengan menurunnya fungsi kognitif.
2. Faktor usia, dengan bertambahnya usia seseorang maka semakin banyak terjadi
perubahan pada sistem tubuh dan organnya, salah satunya yaitu penurunan fungsi.
Dalam hal ini pengaruh pada fungsi kognitif yaitu menurunnya kemampuan
intelektual, kemampuan transmisi saraf otak menjadi lambat dan hilangnya
memori juga informasi yang ada.
3. Perubahan Fungsi Kognitif pada LansiaPerubahan Kognitif pada lansia dapat
diketahui dari beberapa fungsinya yaitu :
4. Memori atau daya ingat, yaitu menurunnya daya ingat yang merupakan salah satu
fungsi kognitif. Ingatan jangka panjang tidak terlalu mangalami perubahan, namun
Craven, R.F & Hirnle, C.J. 2003. Fundamental of nursing: Human health ang function. (4th
ed.), Philadelphia: Lippincott.
Sarif La Ode. 2012. Asuhan Keperawatan Gerontik Berstandar Nanda, NIC, NOC,
Dilengkapi dengan Teori dan Contoh Kasus Askep. Jakarta: Nuha Medika