Anda di halaman 1dari 13

KEPERAWATAN GERONTIK

TINDAKAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

Disusun Oleh :

Alfiatus Mutmainnah 1440120004


Charisma Anggun Safitri 1440120009
Diah Kusumaningtiyas 1440120013
Ishmatul Azizah 1440120022
Lantang Caesar A. 1440120024
Marisa 1440120027
Mega Safitri 1440120028
Nila Lazuar Diah 1440120034
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Tindakan Keperawatan Pada Lansia”. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai salah satu
metode pembelajaran bagi mahasiswa sekolah tinggi D-III Keperawatan rustida
krikilan.
Adapun makalah ini kami susun berdasarkan pengamatan kami dari buku.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari adanya bantuan pihak
tertentu. Oleh karena itu, kami tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih kepada
dosen pembimbing yang telah membantu kami menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
kelemahannya serta jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, harapan kami agar
tulisan ini dapat diterima dan dapat berguna bagi semua pihak. Untuk itu kami
mengharapkan adanya kritik dan saran membanhun dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai mahkluk sosial yang hidup berkelompok dimana satu dengan
yang lainnya saling behubungan untuk memenuhi kebutuhan sosial. Kebutuhan sosial
yang dimaksud antara lain : rasa menjadi milik orang lain atau keluarga, kebutuhan
pengakuan orang lain, kebutuhan penghargaan orang lain dan kebutuhan pernyataan
diri.

Secara alamiah individu selalu berada dalam kelompok, sebagai contoh


individu berada dalam satu keluarga. Dengan demikian pada dasarnya individu
memerlukan hubungan timbal balik, hal ini bisa melalui kelompok.

Penggunaan kelompok dalam praktek keperawatan jiwa memberikan dampak


positif dalam upaya pencegahan, pengobatan atau terapi serta pemulihan kesehatan
seseorang. Meningkatnya penggunaan kelompok terapeutik, modalitas merupakan
bagian dan memberikan hasil yang positif terhadap perubahan perilaku pasien atau
klien, dan meningkatkan perilaku adaptif dan mengurangi perilaku maladaptif.

Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh individu atau klien melalui terapi
aktifitas kelompok meliputi dukungan (support), pendidikan meningkatkan
pemecahan masalah, meningkatkan hubungan interpersonal dan juga meningkatkan
uji realitas (reality testing) pada klien dengan gangguan orientasi realitas (Birckhead,
1989).

Terapi aktifitas kelompok sering digunakan dalam praktek kesehatan jiwa,


bahkan dewasa ini terapi aktifitas kelompok merupakan hal yang penting dari
ketrampilan terapeutik dalam keperawatan. Terapi kelompok telah diterima profesi
kesehatan.
Pimpinan kelompok dapat menggunakan keunikan individu untuk mendorong
anggota kelompok untuk mengungkapkan masalah dan mendapatkan bantuan
penyelesaian masalahnya dari kelompok, perawat juga adaptif menilai respon klien
selama berada dalam kelompok.
B. Rumusan masalah
Adakah pengaruh terapi aktivitas kelompok terhadap tingkat kesepian pada lansia
a. tujuan umum
menunjukkan pengaruh terapi aktivitas kelompok tingkat kesepian pada lansia
b. tujuan khusus
mengidentifikasi tingkat kesepian pada lansia sebelum dilakukan terapi aktivitas
kelompok
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Terapi aktifitas kelompok (TAK) lanjut usia merupakan salah satu cara agar lanjut
usia berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang dapat mempengaruhi psikososialnya (Juniati
S,2001). Terapi aktifitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan
perawat terhadap sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.
Aktifitas digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan.
Didalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantungan, saling
membutuhkan, dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adptif
untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif (Keliat, 2004).
Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam rancangan
waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu. Fokus terapi
kelompok adalah membuat sadar diri, peningkatan hubungan interpersonal, membuat
perubahan, atau ketiganya. Kelompok terapeutik membantu mengatasi stress emosi,
penyakit fisik krisis, tumbuh ± kembang atau penyesuaian sosial, mis: kelompok wanita
hamil yang akan menjadi ibu, individu yang kehilangan, dan penyakit terminal (Keliat,
2004).
B. Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok Pada Lansia
Tujuan umum dari terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi agar
para lansia mampu untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan
stimulus kepadanya.
Aktivitas kelompok merupakan sekumpulan individu yang mana memiliki relasi
satu sama lainnya yang berkaitan serta bersama-sama mengikuti aturan dan norma yang
sama. Theraphy aktivitas kelompok atau TAK adalah kegiatan yang ditujukan pada
sekelompok klien yang mana memiliki tujuan untuk bisa memberikan terapi bagi seluruh
anggota di dalam kelompok tersebut.Dengan adanya kelompok terapi tersebut maka
dapat meningkatkan kualitas hidup serta meningkatkan respon sosial. Terapi aktivitas
kelompok ini berupaya memfasilitasi beberapa klien yang bertujuan untuk membina
hubungan sosial sehingga nantinya dapat menolong klien untuk berhubungan sosial
dengan orang lainnya semisal mengajukan pertanyaan, menceritakan dirinya sendiri,
berdiskusi, menyapa teman kelompok, dan masih banyak lainnya.
Ada beberapa tujuan yang didapatkan dari terapi aktivitas kelompok, antara lain adalah:

1) Mengembangkan stimulasi persepsi


2) Mengembangkan orientasi realitas
3) Mengembangkan stimulasi sensoris
4) Mengembangkan sosialisasi.

C. Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok Bagi Lansia


Ada bebrapa manfaat yang bisa dirasakan bagi kaum lansia yang mengikuti terapi
aktivitas kelompok, antara lain adalah:
a. Agar anggota di dalam kelompok tersebut merasa diakui, dimiliki, serta dihargai
eksistensinya oleh anggota lainnya di dalam kelompok
b. Membantu agar anggota kelompok lain yang berhubungan satu sama lainnya dan
merubah sikap dan perilaku yang maladaptive dan destrkutif
c. Sebagai tempat yang digunakan untuk berbagi pengalamn serta saling memantau satu
sama lainnya yang dipertuntukkan untuk menemukan solusi menyelsaikan masalah.
D. Peran Perawat Dalam Terapi Aktivitas Kelompok
Peran perawat dalam mempersiapkan terapi aktifitas kelompok adalah:
a. Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok.
b. Sebagai leader dan co leader
1. Sebagai Leader
Tugasnya:
a) Menyusun rencana pembuatan proposal
b) Memimpin jalannya therapi aktifitas kelompok
c) Merencanakan dan mengontrol terapi aktifitas kelompok
d) Membuka aktifitas kelompok
e) Memimpin diskusi dan terapi aktifitas kelompok
f) Leader memperkenalkan diri dan mempersilahkan anggota diskusi lainnya
untuk memperkenal kan diri
g) Membacakan tujuan terapi aktivitas kelompok
h) Membacakan tata tertib
2. Co-leader
Tugasnya:
a) Membantu leader mengorganisasi anggota
b) Apabila terapi aktivitas pasif diambil oleh Co-leader
c) Menggerakkan anggota kelompok
d) Membacakan aturan main
3. Sebagai fasilitator
Tugasnya :
a) Ikut serta dalam kegiatan kelompok untuk aktif jalannya permainan
b) Memfasilitasi anggota dalam diskusi kelompok
4. Sebagai observer
Tugasnya :
a) Mengobservasi jalannya terapi aktifitas kelompok mulai dari persiapan, proses
dan penutup.
b) Mencari serta mengarahkan respon klien
c) Mencatat semua proses yang terjadi
d) Memberi umpan balik pada kelompok
e) Melakukan evaluasi pada terapi aktifitas kelompok
f) Membuat laporan jalannya aktivitas kelompok
g) Membacakan kontrak waktu
5. Mengatasi masalah yang timbul pada saat pelaksana
E. Jenis Terapi Aktivitas Kelompok Pada Lansia
a. Stimulasi Sensori ( Musik )

Musik dapat berfungsi sebagai ungkapan perhatian, kualitas dari musik yang
memiliki andil terhadap fungsi fungsi dalam pengungkapan perhatian terletak pada
struktur dan urutan matematis yang dimiliki. Lansia dilatih dengan mendengarkan
musik terutama musik yang disenangi.

Ada beberapa manfaat yang diberikan musik di dalam proses stimulasi ini, antara lain
adalah:

1. Musik memberikan banyak pengalaman yang ada di dalam stuktur


2. Musik memberikan pengalaman untuk mengorganisasi diri
3. Musik memberikan kesempatan yang digunakan untuk pertemuan kelompok yang
mana di dalamnya individu telah mengutamakan kepentingan kelompok dibanding
kepentingan individu.
b. Stimulasi persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang
pernah di alami. Proses ini di harapkan mengembangkan respon lansia terhadap
berbagai stimulus dalam kehidupan dan menjadi adaptif. Aktifitas berupa stimulus dan
persepsi. Stimulus yang disediakan: seperti membaca majalah, menonton acara
televisi. Stimulus dari pengalaman masa lalu yang menghasilkan proses persepsi
lansia yang mal adaptif atau destruktif misalnya kemarahan dan kebencian.

Tujuan dari proses ini diharapkan respon klien menjadi lebih adaptif dalam
berbagai stimulus. Aktifitas yang akan dilakukan berupa stimulus dan persepsi. Ada
beberapa stimulus yang diberikan mulai dari membaca majalah, menonton televisi,
pengalaman dari masa lalu, dan masih banyak lainnya.

c. Orientasi realita lansia

Di orientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien, yaitu diri sendiri,
orang lain yang ada disekeliling klien atau orang yang dekat dengan klien, dan
lingkungan yang pernah mempunyai hubungan dengan klien. Demikian pula dengan
orientasi waktu saat ini, waktu yang lalu, dan rencana kedepan. Aktivitasnya dapat
berupa: orientasi orang, waktu, tempat, benda yang ada disekitar dan semua kondisi
nyata.

Klien nantinya akan diorientasikan kepada kenyataan yang ada di sekitarnya,


mulai dari diri sendiri, orang lain yang ada di sekitar klien, hingga lingkungan yang
memiliki hubungan dan kaitanya dengan klien. Hal ini juga berlaku pada orientasi
waktu di saat ini, waktu yang lalu, hingga rencana di masa depan. Aktivitas yang
dilakukan dapat berupa orientasi orang, tempat, waktu, benda, serta kondisi yang
nyata.

d. Sosialisasi klien

di bantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar klien.
Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal ( satu persatu),
kelompok, dan massa. Aktifitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok.

e. Terapi Berkebun
Memiliki tujuan untuk bisa melatih kesabaran, kebersamaan, serta bagaimana
memanfaatkan waktu luang. Ada beberapa kegiatan yang dilakukan semisal
penanaman kangkung, lombok, bayam, dan lainnya.

f. Terapi Dengan Binatang

Terapi ini memiliki tujuan untuk bisa meningkatkan rasa kasih sayang serta
mengisi kesepian di sehari-harinya dengan cara bermain bersama binatang. Semisal
memiliki peliharaan kucing, bertenak ayam, sapi, dan lainnya. Hal ini ,merupakan
cara pencegah gangguan jiwa pada lansia yang cukup efektif.

g. Rekreasi

Memiliki tujuan untuk bisa meningkatkan sosialiasi, gairah hidup,


menghilangkan rasa bosan, bahkan dapat melihat pandangan yang mana digunakan
sebagai cara mengatasi stres dan depresi. Ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan
mulai dari mengikuti senam lansia, bersepesa, posyandu lansia, rekreasi ke kebun
raya, mengunjungi saudara, dan masih banyak lainnya.

h. Terapi Okupasi

Terapi ini memiliki tujuan untuk bisa memanfaatkan waktu luang yang
dimiliki lansia serta meningkatkan produktivitas yang nantinya dapat dimanfaatkan
untuk membuat dan menghasilkan karya dari hal-hal yang sudah disediakan. Misalnya
saja membuat kipas, membuat sulak, membuat bunga, menjahit,

F. Tahap Terapi Aktivitas Kelompok

1) Pre kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi pemimpin,
anggota, dimana, kapan kegiatan kelompok tersebut dilaksanakan, proses evaluasi
pada anggota dan kelompok, menjelaskan sumber-sumber yang diperlukan kelompok
(biaya dan keuangan jika memungkinkan, proyektor dan lain-lain).

2) Fase awal
Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi, yaitu orientasi, konflik
atau kebersamaan.

3) Orientasi.

Anggota mulai mengembangkan system sosial masing – masing, dan leader mulai
menunjukkan rencana terapi dan mengambil kontak dengan anggota. Pada tahap ini
pemimpin kelompok lebih aktif dalam memberi pengarahan. Pemimpin kelompok
mengorientasikan anggota pada tugas utama dan melakukan kontrak yang terdiri dari
tujuan, kerahasiaan, waktu pertemuan, struktur, kejujuran, dan aturan komunikasi,
misalnya hanya satu orang yang bicara pada satu waktu, norma perilaku, rasa
memiliki, atau kohesif antara anggota kelompok diupayakan terbentuk pada fase
orientasi.

4) Konflik

Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai memikirkan siapa yang
berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya dan saling
ketergantungan yang akan terjadi.

5) Fase kerja

Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan nengatif dikoreksi
dengan hubungan saling percaya yang telah dibina, bekerjasama untuk mencapai
tujuan yang telah disepakati, kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan realistik,
mengeksplorasikan lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugas kelompok, dan
penyelesaian masalah yang kreatif. Kekuatan terapeutik dapat tampak seperti
dijelaskan oleh Yalom dan Vinogradov (1989) dalam Stuart dan Laraia (2001), yaitu
11 (sebelas) faktor: memberi informasi, instalansi harapan, kesamaan, altruisme,
koreksi pengalaman, pengembangan teknik interaksi sosial, peniruan perilaku, belajar
hubungan interpersonal, faktor eksistensi, katarsis, dan kekohesifan kelompok.

6) Fase terminasi
Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok mungkin
mengalami terminasi premature, tidak sukses atau sukses.

G. Perubahan kognitif
Berikut ini perubahan Kognitif pada lansia yaitu sebuah proses menua yang secara sehat
atau normal aging. Pengaruh pada beberapa aspek seperti menurunnya daya ingat, seperti
memori dalam kehidupan sehari – hari. Karena itu mengapa usia tua identik dengan
kepikunan atau lupa akan segala hal. Selain itu juga peran orak sebelah kanan mengalami
kemunduran lebih cepat dibanding dengan otak sebelah kiri. Akibatnya akan mengalami
gangguan fungsi kewaspadaan juga perhatian. Penurunan kognitif pada lansia juga
bergantung pada faktor usia juga jenis kelamin khususnya pada wanita, dikarenakan pada
wanita ada peranan hormon seks endogen dalam perubahan fungsi kognitif serta fungsi
reseptor esterogen di otak yang berperandalam pada fungsi belajar dan memori.

a. Fungsi Kognitif
Pada umumnya kognitif pada lansia memiliki beberapa peranan, contohnya dalam
perubahan kognitif pada lansia. Berikut contohnya:

1. Proses penuaan akibat kinerja otak, terdapat adanya perubahan pada otak yang
berhubungan dengan usia. Setiap tahun terjadi pengurangan volume pada masing –
masing area lobus frontalis juga lobus tempora. Hal inilah yang menjadi volume
otak disertai dengan menurunnya fungsi kognitif.
2. Faktor usia, dengan bertambahnya usia seseorang maka semakin banyak terjadi
perubahan pada sistem tubuh dan organnya, salah satunya yaitu penurunan fungsi.
Dalam hal ini pengaruh pada fungsi kognitif yaitu menurunnya kemampuan
intelektual, kemampuan transmisi saraf otak menjadi lambat dan hilangnya
memori juga informasi yang ada.
3. Perubahan Fungsi Kognitif pada LansiaPerubahan Kognitif pada lansia dapat
diketahui dari beberapa fungsinya yaitu :
4. Memori atau daya ingat, yaitu menurunnya daya ingat yang merupakan salah satu
fungsi kognitif. Ingatan jangka panjang tidak terlalu mangalami perubahan, namun

untuk ingatan jangka pendek mengalami penurunan.


5. IQ, salah satu fungsi intelektual yang dapat mengalami penurunan dalam hal
mengingat, menyelesaikan masalah, kecepatan respon juga tidak fokus.
6. Kemampuan belajar juga bisa menurun, karena menurunnya beberapa fungsi
organ tubuh. Hal ini mengapa banyak dianjurkan lansia banyak berlatih dan terapi
dalam meningkatkan kemampuan belajar walau butuh waktu.
7. Kemampuan pemahaman juga pada lansia bisa menurun, hal ini yang menjadi
salah satu Perubahan Kognitif pada lansia yang mulai menurun. Seperti fokus dan
daya ingat yang mulai mengendur.
8. Sulit memecahkan masalah, dalam hal memecahkan masalah, lansia juga agak
sukar untuk melakukan hal tersebut. Hal ini dikarenakan sistem fungsi organ yang
menurun sesuai dengan usia.
9. Pengambilan keputusan juga begitu lambat, karena secara kognitif peranan yang
mulai menurun dan berkurang.
10. Perubahan motivasi dalam diri, yang baik itu motivasi yang kognitif dan afektif
dalam memperoleh suatu yang cukup besar. Namun motivasi tersebut seringnya
kurang memperoleh dukungan karena kondisi fisik dan juga psikologis.
DAFTAR PUSTAKA

Craven, R.F & Hirnle, C.J. 2003. Fundamental of nursing: Human health ang function. (4th
ed.), Philadelphia: Lippincott.

Sarif La Ode. 2012. Asuhan Keperawatan Gerontik Berstandar Nanda, NIC, NOC,
Dilengkapi dengan Teori dan Contoh Kasus Askep. Jakarta: Nuha Medika

NANDA, 2014. North American Nursing Diagnosis Association, Nursing Diagnosis,


Definition dan Classification 2015-2017. Pondicherry, India. Sarif La Ode. 2012. Asuhan
Keperawatan Gerontik Berstandar Nanda, NIC, NOC, Dilengkapi dengan Teori dan Contoh
Kasus Askep. Jakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai