Implementasi
Pertimbangan khusus
Terapi kelompok memberikan lansia kesempatan untuk
mendiskusikan bagaimana penyakit atau kematian pasangan
memengaruhi hidup mereka dan memberikan kesempatan pada mereka
untuk saling membantu dengan berbagi pemecahan masalah yang
berhasil digunakan. Bentuk terapi kesehatan jiwa ini berbeda psikoterapi
yaitu kelompok yang terdiri atas teman sebaya atau anggota keluarga
yang mempunyai pengalaman yang sama dan professional kesehatan
jiwa dapat terlibat didalam kelompok sebagai fasilitator untuk memantau
dan memfokuskan diskusi. Pertemuan kelompok biasanya dilakukan di
tempat ibadah, pusat lansia, rumah sakit, sekolah, dan tempat umum
lainnya. Kelompok tersebut dapat bebas biaya atau memerlukan biaya
tertentu
3. Terapi musik
Menghibur para lansia sehingga meningkatkan gairah hidup dan
dapat mengenang masa lalu.
Terapi musik menggunakan daya tarik universal bunyi ritmik untuk
mengkomunikasikan, mengeksplorasi, dan menyembuhkan. Terapi
musik dapat berupa menciptakan musik, bernyanyi, bergerak mengikuti
musik atau hanya mendengarkan. Terapi musik dapat bermanfaat bagi
pasien yang menderita ketidakmampuan perkembangan, gangguan
kesehatan jiwa demensia adiksi terhadap zat, dan nyeri kronis.
Music juga telah berhasil digunakan untuk berkomunikasi dengan
pasien yang menderita Alzheimer dan korban yang mengalami cedera
kepala ketika pendekatan lainnya gagal. Pada sebuah penelitian
mengenai efek music pada pasien yang menderita Alzheimer, mereka
yang mendengar music band besar selama satu hari lebih waspada dan
bahagia serta mempunyai ingatan jangka panjang yang lebih banyak
dibandingkan pada kelompok pengendali. Selama sakit, music dapat
mengorientasikan kembali pasien yang konfusi. Pada tahap lanjut
penyakit, music memberikan kenyamanan psikologis.
Implementasi
Pertimbangan khusus
Musik khususnya efektif sebagai metode terapi kenangan untuk
lansia. Pada banyak pasien, musik yang mereka nikmati dimasa muda
mereka tidak lagi menjadi dari bagian hidup mereka selama puluhan
tahun.
4. Terapi Berkebun
Bertujuan Untuk Melatih kesabaran, kebersamaan, dan
memamfaatkan waktu luang.
Implementasi
Pertimbangan khusus
Lansia yang terganggu secara psikologis dapat menolak atau
tidak mampu untuk mengenang hidup dengan lancer. Ia mungkin perlu
bantuan dalam mengungkapkan pengalaman hidupnya.
Implementasi
Pertimbangan khusus
Pastikan lingkungan layak untuk terapi hewan peliharaan. Fasilitas
harus mempunyai area tempat hewan peliharaan dapat beristirahat dan
dijauhkan dari pasien yang alergi terhadap hewan, tidak tertarik dengan
hewan peliharaan, atau takut terhadap hewan peliharaan.
7. Terapi Okupasi
Bertujuan untuk Memamfaatkan waktu luang dan meningkatkan
produktifitas dengan membuat atau menghasilkan karya dari bahan yang
telah disediakan.
8. Rekreasi
Bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi, gairah hidup,
menurunkan rasa bosan dan melihat pemandangan.
9. Terapi kognitif
Bertujuan agar daya ingat tidak menurun. Serperti mengadakan
cerdas cermat, mengisi TTS, dll
Implementasi
Pertimbangan Khusus
Karena berdansa merupakan aktivitas aerobik, perhatikan apakah
ada tanda-tanda gaangguan kardiovaskular , seperti pusing, kemerahan,
keringat yang banyak, dan disorientasi. Gerakan yang sangat cepat dapat
menyebabkan pusing. Bantu lansia yang pusing untuk duduk jika perlu
dan periksa tanda-tanda vitalnya
Implementasi
Peralatan
Implementasi
Komplikasi
Konsentrasi oksigen yang tinggi selama periode lama dapat
menyebabkan kerusakan pada jalan napas dan paru. Henti napas
merupakan komplikasi yang mungkin terjadi jika konsentrasi oksigen
terlalu tinggi untuk pasien yang menderita penyakit paru obstruktif kronis.
Implementasi
Komplikasi
Bahaya utama terapi trombolitik adalah perdarahan, lisis lambat,
dan okulasi berulang. Ketika miokardium mengalami reperfusi, dapat juga
terjadi aritmia.
Intervensi keperawatan
Sebelum terapi
a. Sebelum diberikan terapi trombolitik, ambil sampel serum untuk
pemeriksaan golongan darah dan pencocokan silang serta untuk
menentukan waktu protrombin dan waktu tromboplastin parsial.
b. Dapatkan elektrokardiogram (EKG) dasar, dan dapatkan hasil
elektrolit, gas darah arteri, nitrogen urea darah, kreatinin, serta kadar
enzim jantung.
c. Periksa temuan berikutnya terhadap nilai dasar secara teratur selama
terapi.
d. Mulai pemasangan jalur I.V yang adekuat (biasanya minimal 4) dan
kateter urin menetap.
e. Sebelum memulai terapi trombolitik, lakukan MRI atau CT Scan otak
untuk memastikan bahwa perubahan status mental merupakan akibat
oklusi dan bukan hemoragi serebral.
Selama terapi
a. Pada awal terapi, perhatikan apakah ada tanda-tanda hipersensitivitas:
hipotensi, napas pendek, mengo, merasa sesak dan tekanan pada dada,
serta angiodema. Pertahankan alat resusitasi darurat selalu tersedia.
b. Selama terapi, pantau EKG secara continue dan bandingkan dengan
pembacaan dasar untuk mendeteksi kemungkinan aritmia.
Informasikan dokter jika terdapat abnormalitas, dan bersiap untuk
memberikan lidokain atau prokainamid, sesuai program.
c. Dengan cermat kaji pasien apakah ada tanda-tanda perdarahan. Pantau
setiap 15 menit selama satu jam pertama, setiap 30 menit setiap 7 jam
berikutnya, dan kemudian setiap 8 jam setelahnya. Jika Anda
mendeteksi perdarahan, hentikan terapi dan hubungi dokter. Pastikan
packed red blood cell, darah lengkap, dan asam aminokaproat siap
tersedia untuk mengatasi kemungkinan hemoragi.
d. Periksa tanda-tanda vital pasien dengan sering, dan pantau nadi, warna,
serta fungsi sensorik pada ekstremitas setiap jam.
e. Karena pasien cenderung mengalami memar selama terapi, tengani
pasien dengan lembut dan seminimal mungkin. Pertahankan prosedur
invasive dan pungsi vena dilakukan seminimal mungkin, gunakan
manset tekanan darah manual, serta beri bantalan pada sisi pengaman
tempat tidur untuk mencegah cedera.
Setelah terapi
a. Programkan pemberian antikoagulan untuk mencegah kekambuhan
thrombosis.
Penyuluhan Pasien
a. Jelaskan prosedur kepada pasien dan jelaskan manfaat dan risikonya.
b. Instruksikan pasien untuk segera melapor jika ada perdarahan, seperti
dari tempat pungsi vena atau gusi atau dalam feses.
Pertimbangan khusus
a. Minyak sitrus tidak boleh dipakai sebelum dijemur di bawah sinar
matahari. Anjurkan pasien untuk menghindari mengoleskan minyak
kayu manis atau cengkeh pada kulit. Hati-hati terhadap minyak
tertentu seperti kemangi, adas, daun jeruk, rosmeri, dan verbena dapat
menyebabkan iritasi jika pasien memiliki kulit sensitif.
b. Metode pemakaian yang berbeda membutuhkan tindakan kewaspadaan
keamanan khusus. Ketika menggunakan terapi inhalasi, pasien harus
menjaga wajahnya cukup jauh dari permukaan air untuk menghindari
cedera luka bakar. Ketika menggunakan metode difusi, ia setidaknya
harus 1 m jauhnya dari alat.
c. Terapi aroma dikontraindikasikan selama kehamilan karena
mengandung risiko tosik pada ibu dan janin. Terapi aroma harus
digunakan dengan hati-hati pada bayi dan anak-anak di bawah usia 5
tahun karena banyak minyak alami bersifat toksik bagi pasien dalam
usia ini.
d. Peringatan pasien untuk menjaga minyak alami jauh dari mata dan
membran mukosa untuk menghindari iritasi. Jika terjadi kontak, pasien
harus membasuh dengan banyak air, jika pembasuhan tidak meredakan
nyeri, ia harus mencari bantuan medis.
DAFTAR PUSTAKA
Jaime L. Stockslager, Lia Schaeffer. 2007. Askep Geriatrik. Edisi 2. Jakarta : EGC
Surini Pudjiastuti, Sri, SMPh, S.Pd. 2003. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta : EGC
Maryam, R.Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta :
Salemba Medika