Anda di halaman 1dari 20

2.

4 Terapi Modalitas Pada Lansia


2.4.1 Definisi Terapi Modalitas
Terapi Modalitas adalah suatu kegiatandalam memberikan askep baik
di institusipelayanan maupun di masyarakat yangbermanfaat bagi kesla dan
berdampakterapeutik. Pencapaian tujuan terapi modalitas tergantung pada
keadaan kesehatan klien dan tingkat dukungan yang tersedia. Terapi yang
dilakukan untuk mengisi waktu luang bagi lansia.

2.4.2 Tujuan Terapi Modalitas


1. Mengisi waktu luang bagi lansia
2. Meningkatkan kesehatan lansia
3. Meningkatkan produktifitas lansia
4. Meningkatkan interaksi sosialantara lansia

Menurut “Gostetamy 1973” Tujuan Yang Spesifik Dariterapi


Modalitas:
1. Menimbulkan kesadaran terhadap salah satuperilaku klien
2. Mengurangi gejala
3. Memperlambat kemunduran
4. Membantu adaptasi dengan situasi yang sekarang
5. Membantu keluarga dan orang-orang yang berarti
6. Mempengaruhi keterampilan merawat diri sendiri
7. Meningkatkan aktifitas
8. Meningkatkan kemandirian

2.4.3 Lingkup Terapi Modalitas


1. Terapi lingkungan (berkebun, bermain dengan binatang,rekreasi)
2. Terapi keluarga (rekreasi)
3. Terapi modifikasi perilaku (mendengarkan musik)
4. Terapi rehabilitasi (Okupasi “keterampilan/kejuruan, kegiatanfisik”)
5. Psikoanalisa psikoterapi (kegiatan keagamaan)
6. Terapi psikodarma (drama, cerita “pengalaman pribadi (life review
terapi)
7. Terapi aktivitas kelompok (cerdas cermat, mengisi TTS, prakarya)

2.4.4 Jenis Kegiatan Terapi Modalitas.


1. Psikodrama
Bertujuan untuk Mengekspresikan perasaan lansia. Tema dapat
dipilih sesuai dengan masalah klien.

2. Terapi Aktifitas Kelompok


Terapi Aktivitas Kelompok Bertujuan untuk meningkatkan
kebersamaan, bersosialisasi, bertukar pengalaman, dan mengubah
perilaku. Untuk terlaksananya terlaksananya terapi ini dibutuhkan leader,
co-leader, dan fasilitator. Misalnya cerdas cermat, tebak gambar, dan
lain-lain.
Terapi kelompok dapat lebih praktis dan diterima dibandingkan
terapi individual bagi mereka yang mengalami distress psikologis dan
dengan keterbatasan pendapatan. Perasaan terasing dan tidak berguna
berkurang dengan saling berbagi masalah yang umum dihadapi. Terapi
kelompok digunakan untuk mengurangi kecemasan terkait stres terapi
jangka pendek penyakit tertentu, reaksi berduka, dan resolusi konflik.
Dengan dipandu oleh pemimpin kelompok (yang mungkin seorang
professional kesehatan jiwa), sekelompok individu yang mengalami
masalah emosional yang serupa bertemu untuk saling mendiskusikan
masalah mereka.

Implementasi

a. Pemimpin kelompok harus menentukan ketepatan kelompok untuk


masing-masing anggota yang bermasalah.
b. Idealnya, kelompok terapi harus terdiri dari sekitar 8 sampai 12
anggota.
c. Pertemuan harus dilakukan antara satu kali seminggu sampai satu
kali sehari selama 1 sampai 1 ½ jam. Pertemuan kelompok dapat
berlangsung selama beberapa bulan sampai bertahun-tahun,
bergantung pada kebutuhan anggota.
d. Peran pemimpin kelompok adalah memberikan bimbingan dan
klarifikasi mengenai topik yang sedang dibahas.
e. Ketika kelompok tersebut mengalami kemajuan, pemimpin
kelompok terapi. Anggota kelompok dapat melakukan sebaian fungsi
kepemimpinan ketika kelompok terapi berkembang dan hanya
membutuhkan sedikit bantuan.

Pertimbangan khusus
Terapi kelompok memberikan lansia kesempatan untuk
mendiskusikan bagaimana penyakit atau kematian pasangan
memengaruhi hidup mereka dan memberikan kesempatan pada mereka
untuk saling membantu dengan berbagi pemecahan masalah yang
berhasil digunakan. Bentuk terapi kesehatan jiwa ini berbeda psikoterapi
yaitu kelompok yang terdiri atas teman sebaya atau anggota keluarga
yang mempunyai pengalaman yang sama dan professional kesehatan
jiwa dapat terlibat didalam kelompok sebagai fasilitator untuk memantau
dan memfokuskan diskusi. Pertemuan kelompok biasanya dilakukan di
tempat ibadah, pusat lansia, rumah sakit, sekolah, dan tempat umum
lainnya. Kelompok tersebut dapat bebas biaya atau memerlukan biaya
tertentu

3. Terapi musik
Menghibur para lansia sehingga meningkatkan gairah hidup dan
dapat mengenang masa lalu.
Terapi musik menggunakan daya tarik universal bunyi ritmik untuk
mengkomunikasikan, mengeksplorasi, dan menyembuhkan. Terapi
musik dapat berupa menciptakan musik, bernyanyi, bergerak mengikuti
musik atau hanya mendengarkan. Terapi musik dapat bermanfaat bagi
pasien yang menderita ketidakmampuan perkembangan, gangguan
kesehatan jiwa demensia adiksi terhadap zat, dan nyeri kronis.
Music juga telah berhasil digunakan untuk berkomunikasi dengan
pasien yang menderita Alzheimer dan korban yang mengalami cedera
kepala ketika pendekatan lainnya gagal. Pada sebuah penelitian
mengenai efek music pada pasien yang menderita Alzheimer, mereka
yang mendengar music band besar selama satu hari lebih waspada dan
bahagia serta mempunyai ingatan jangka panjang yang lebih banyak
dibandingkan pada kelompok pengendali. Selama sakit, music dapat
mengorientasikan kembali pasien yang konfusi. Pada tahap lanjut
penyakit, music memberikan kenyamanan psikologis.

Implementasi

a. Atur sebuah lingkungan yang nyaman.


b. Pilih musik yang tepat untuk pasien dan tujuan sesi. Musik tersebut
harus bermakna untuk peserta.
c. Jika sesi yang Anda lakukan akan meliputi pembuatan musik,
kumpulkan instrument yang tepat untuk kelompok tersebut.
d. Untuk sesi yang mencakup bernyanyi, pilih musik yang diketahui
oleh anggota kelompok tersebut. Berikan syair lagu tersebut, baik
dengan menulisnya atau dengan menulisnya atau dengan
mengulanginya ke kelompok.
e. Perkenalkan peserta satu sama lain. Jelaskan tujuan sesi dan dorong
setiap orang untuk berpartisipasi sebisa yang dapat mereka lakukan.
f. Ketika kelompok sudah siap, mulai musik dan posisi diri Anda
sehingga Anda mengharap ke kelompok.
g. Jika kelompok akan mendengarkan musik, perhatikan reaksi peserta.
Jika mereka membuat musik berkelilinglah di antara anggota
kelompok dan berilah dukungan individual.
h. Dorong peserta untuk membahas perasaan yang mereka alami ketika
mendengarkan musik. Beri pujian atas upaya mereka.
i. Setelah sesi selesai, dokumentasikan aktivitas dan respons kelompok.

Pertimbangan khusus
Musik khususnya efektif sebagai metode terapi kenangan untuk
lansia. Pada banyak pasien, musik yang mereka nikmati dimasa muda
mereka tidak lagi menjadi dari bagian hidup mereka selama puluhan
tahun.

4. Terapi Berkebun
Bertujuan Untuk Melatih kesabaran, kebersamaan, dan
memamfaatkan waktu luang.

5. Life review therapi


Bertujuan untukMeningkatkan gairah hidup dan hargadiri dengan
menceritakan pengalaman hidupnya. Life-review berkaitan dengan
peninjauan memori yang jauh tersimpan, pengungkapan perasaan yang
terkait memori tersebut, pengakuan konflik-konflik, dan pelepasan sudut
pandang yang membatasi diri. Selama periode krisis dan transisi,
meninjau hidup terjadi secara alami pada banyak orang.
Meninjau hidup dengan efektif dapat memecahkan, setidaknya
sebagaian, beberapa konflik-konflik pada masa lalu yang menyimpan
hal-hal penting untuk masa sekarang dan masa yang akan sekarang dan
masa yang akan datang. Pada lansia yang sangat tua, terapi ini
kemungkinan akan banyak merubah pandangan mengenai apa yang telah
terjadi bukan apa yang akan terjadi.
Terapi ini tidak hanya bermanfaat untuk lansia, tetapi juga untuk
dewasa muda. Anak-anak dapat ikut bersama lansia dan mendengar
mengenai sejarah dari lansia yang dulu berada di sana dan ikut
mengalami peristiwa sejarah.

Implementasi

a. Berikan kesempatan bagi pasien untuk untuk memberikan iktisar


peristiwa-peristiwa di dalam kehidupannya.
b. Dorong pencarian makna, pemecahan masalah, dan kepuasan
emosional.
c. Fasilitas ekspresi dengan membagi beberapa pengalaman hidup Anda
sendiri.
d. Fasilitas hubungan antara harapan pada masa lalu, peristiwa saat ini,
dan pengharapan pada masa yang akan datang.

Pertimbangan khusus
Lansia yang terganggu secara psikologis dapat menolak atau
tidak mampu untuk mengenang hidup dengan lancer. Ia mungkin perlu
bantuan dalam mengungkapkan pengalaman hidupnya.

6. Terapi dengan binatang


Meningkatkan rasa kasih sayang dan mengisi hari-hari sepinya
dengan bermain bersama binatang.
Hewan peliharaan dapat melawan kesepian pada pasien lansia dan
membantu menjembatani jarak antara pasien dan pemberi perawatan
kesehatan. Umumnya digunakan di fasilitas perawatan jangka panjang,
terapi hewan peliharaan membantu pasien lansia mengatasi apatis dan
depresi sert memperbaiki interaksi dengan orang lain.
Jika dibanding dengan orang yang tidak mempunyai hewan
peliharaan, lansia yang tinggal dikomunitas yang mempunyai hewan
peliharaan telah terbukti memiliki tingkat aktivitas harian yang lebih
baik, toleransi terhadap latihan yang lebih baik dan kadar kolesterol
serum yang lebih rendah. Selain itu, mereka jarang masuk ke sistem
perawatan kesehatan. Mereka juga menunjukkan penurunan stres dan
kesepian, peningkatan status emosional, dan kemampuan koping yang
lebih baik.

Implementasi

a. Pilih hewan peliharaan yang berprilaku baik dan memiliki peragai


yang baik. Hewan peliharaan yang telah mengikuti pelatihan
kepatuan yang merupakan pilihan ideal.
b. Pastikan hewan peliharaan telah dibersihkan oleh dokter hewan dan
imunisasinya telah diperbarui.
c. Pastikan jika hewan peliharaan dipilih sebagai maskot untuk fasilitas,
minta orang yang bertanggung jawab membuat jadwal untuk
penghuni yang tertarik merawat hewan peliharaan tersebut .
d. Delta Society organisasi hewan peliharaan nasional, mempunyai
cabang sebagaian di kota besar. Hewan dan pemiliknya harus
menjalani pengujian yang ketat sebelum diberikan sertifikat sebagai
tim terapi hewan peliharaan yang dapat berkunjung ke fasilitas.
Tidak ada biaya yang dikenakan untuk terapi hewan peliharaan
melalui organisasi ini.
e. Biarkan pasien bermain bersama dan memeluk hewan peliharaan
tersebut. Dorongan pasien untuk bicara dengan hewan peliharaan
tersebut dan bercerita mengenai hewan peliharaan yang pernah ia
miliki. Berikan sebanyak mungkin waktu yang dibutuhkan pasien
dengan hewan peliharaan jika mungkin.

Pertimbangan khusus
Pastikan lingkungan layak untuk terapi hewan peliharaan. Fasilitas
harus mempunyai area tempat hewan peliharaan dapat beristirahat dan
dijauhkan dari pasien yang alergi terhadap hewan, tidak tertarik dengan
hewan peliharaan, atau takut terhadap hewan peliharaan.

7. Terapi Okupasi
Bertujuan untuk Memamfaatkan waktu luang dan meningkatkan
produktifitas dengan membuat atau menghasilkan karya dari bahan yang
telah disediakan.

8. Rekreasi
Bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi, gairah hidup,
menurunkan rasa bosan dan melihat pemandangan.

9. Terapi kognitif
Bertujuan agar daya ingat tidak menurun. Serperti mengadakan
cerdas cermat, mengisi TTS, dll

10. Terapi keagamaan


Bertujuan untuk kebersamaan, persiapan menjelang kematian dan
meningkatkan pengajian, kebaktian, dll

11. Terapi Dansa


Dikenal juga sebagai terapi gerakan dansa, terapi dansa
memanfaatkan hubungan langsung antara gerakan tubuh dan pikiran.
Aspek khusus terapi dansa, seperti musik, irama, dan gerakan yang
singkron, mengubah status alam perasaan, menyadarkan kembali ingatan
dan perasaan yang lalu dan mengurangi isolasi. Pada kelompok lansia
lainnya, tetapi dansa digunakan untuk mempertahankan fungsi fisik,
meningkatkan nilai diri, membina hubungan, dan membantu mereka
meningkatkan ketakutan dan kesedihannya.
Bermacam gangguan dan ketidakmampuan dapat ditangani dengan
menggunakan terapi dansa. Biasanya, pasien yang akan ditangani
mempunyai masalah sosial, emosional, kognitif atau fisik. Terapi dansa
bahkan digunakan sebagai metode pencegahan penyakit dan peningkatan
kesehatan diantara pasien yang sehat. Selain itu, terapi ini digunakan untuk
mengurangi stress oleh pemberi perawatan dan pasien yang menderita
kanker, AIDS, dan penyakit Alzheimer. Teapi dansa meningkatkan,
fleksibilitas, menguatkan otot, memperbaiki fungsi kardiovaskular, dan
meningkatkan fungsi paru. Selain itu, terapi dansa memberi sentuhan,
sosialisasi, dan rasa keterkaitan.
Rutinitas dansa berkisar dari hanya bertepuk tangan dan
melambaikan tangan sampai sesi aerobik yang rumit. Musik harus sesuai
dengan kelompak lansia, baik kecepatannya maupun penampilan
estetisnya. Music rock and roll dengan gerakan cepat mungkin kurang
disenangi kelompok lansia yang tangkas dibandingkan polka cepat.
Gunakan musik yang cepat untuk menstimulasi kelompok tersebut, dan
music yang lambat untuk efek menenangkan.

Implementasi

a. Atur ruangan untuk mengakmodasi gerakan bebas peserta.


b. Atur kursi disekitar pinggiran bagi mereka yang tidak dapat berdiri
atau menjadi lelah selama sesi terapi.
c. Kaji kelompk apakah ada faktor-faktor resiko. Faktor-faktor resiko
untuk pertimbangan mencakup status kardiovaskular yang buruk,
riwayat penyakit paru obstruktif, atau masalah otot degeneratif.
d. Jelaskan tujuan sesi tersebut, dan dorong setiap lansia untuk
berpartisipasi sampai tahapan mereka mampu melakukannya.
e. Ketika kelompok lansia telah siap, mulai musik dan posisikan diri
Anda agar menghadap kearah kelompok.
f. Jika rutinitas terstruktur digunakan, peragakan gerakan yang Anda
minta lakukan dan dorong kelompok untuk meniru gerakan Anda.
g. Jika anda meminta ekspresi yang bebas, beredarlah ke dalam
kelompok dengan memberikan dorongan dan motivasi kepada mereka
yang ragu-ragu.
h. Puji upaya peserta dan dorong mereka untuk mendiskusikan perasaan
yang mereka alami selama berdansa.
i. Setelah sesi terapi, dokumentasikan tipe aktivitas dan respons
kelompok.

Pertimbangan Khusus
Karena berdansa merupakan aktivitas aerobik, perhatikan apakah
ada tanda-tanda gaangguan kardiovaskular , seperti pusing, kemerahan,
keringat yang banyak, dan disorientasi. Gerakan yang sangat cepat dapat
menyebabkan pusing. Bantu lansia yang pusing untuk duduk jika perlu
dan periksa tanda-tanda vitalnya

12. Terapi Yoga


Di antara praktik kesehatan yang dikenal baik oleh lansia, yoga
(berarti “persatuan” dalam bahasa Sansekerta) adalah integrasi energy
fisik, mental dan spiritual untuk meningkatkan kesehatan serta
kesejahteraan. Tujuan pernafasan dalam yoga adalah membuat proses
selembut dan selentur mungkin. Asumsinya adalah irama pikiran tercermin
pada irama pernafasan. Dengan mempertahankan pernafasan stabil dan
berirama, pikiran akan tetap tenang dan terfokus.
Di antara manfaat yoga dan diperhitungkan adalah perbaikan
kesehatan, vitalitas, dan kedamaian pemikiran individu. Yoga berhasil
digunakan untuk merdakan stres dan kecemasan, menurunkan tekanan
darah, meredakan nyeri, memperbaiki keterampilan motorik, mengobati
adiksi, meningkatkan persepsi pendengaran dan penglihatan, serta
memperbaiki fungsi metabolic dan respiratorik. Yoga juga efektif dalam
mengobati gangguan metabolic dan penyakit paru. Selain itu, yoga dapat
meningkatkan kapasitas paru dan menurunkan frekuensi pernafasn.
Yoga telah dipercaya dapat menurunkan kolesterol serum dan
meningkatkan kadar histamine untuk melawan alergi. Kemampuannya
membantu pengguna mengatur aliran darah sedang diteliti pada terpi
kanker. Para ilmuan sangat ingin membuktikan apakah pembatasan aliran
darah ke daerah tumor akan memperlambat pertumbuhan tumor.

Implementasi

a. Berikan lingkungan yang pribadi dan tenang, yang bebas dari


ketegangan.
b. Partisipasi harus memiliki ruangan yang cukup untuk bergerak tanpa
menyentuh atau mendistraksi anggota lainnya.
c. Masing-masing partisipan akan membutuhkan selimut kecil atau
handuk besar untuk digunakan pada beberapa postur.
d. Jelaskan tujuan sesi tersebut dan uraikan rencana latihan serta
manfaatnya.
e. Jawab setiap pertanyaan, dan ingatkan pasien bahwa mereka tidak
perlu melakukan postur yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan.
f. Ketika kelompok siap, bicara kepada mereka melalui posisi atau teknik
pernapasan, yang ditunjukkan satu persatu.
g. Ketika mereka semua telah dalam posisi atau mulai pola pernapasan,
berkeliling di antara murid untuk menyesuaikan teknik mereka, sesuai
kebutuhan.
h. Berikan pujian untuk semua upaya mereka.
i. Setelah Anda memimpin mereka selama semua latihan yang
direncanakan, tutup sesi dengan meminta mereka bernapas dalam dan
lambat.
j. Dokumentasikan sesi, teknik yang digunakan, dan respons pasien.
Pertimbangan Khusus

a. Beberapa aspek yoga yang lebih khusus dapat menyebabkan cedera


otak jika tidak dilakukan dengan tepat.
b. Terdapat teknik yoga yang memenuhi kebutuhan semua orang tanpa
memperhatikan kondisi fisiknya.

13. Terapi Oksigen


Pasien membutuhkan terapi oksigen ketika mengalami hipoksemia
yang disebabkan oleh kedaruratan pernafasan atau jantung atau peningkatn
fungsi metabolik. Pada kedaruratan pernapasan, pemberian oksigen
memungkinkan pasien mengurangi ventilasinya. Ketika penyakit, seperti
atelektasis atau sindrom distress pernapasan dewasa, kerusakan difusi, atau
ketika volume paru berkurang akibat hipoventilasi, prosedur ini
menaikkan kadar oksigen alveolar.
Ketika kebutuhan metabolik tinggi seperti pada kasus trauma
massif, luka bakar, atau demam tinggi pemberian oksigen menyuplai tubuh
dengan cukup oksigen memenuhi kebutuhan selular. Keadekuatan terapi
oksigen ditentukan oleh analisis gas darah arteri (AGD), pemantauan
oksimetri, dan pemeriksaan klinis. Penyakit pasien, kondisi fisik, dan usia
akan menentukan metode pemberian yang paling tepat.

Peralatan

a. Sumber oksigen (unit di dinding, silinder, tabungan cairan, atau


konselator).
b. Meteran aliran.
c. Adapter jika memakaiunit di dinding, atau pengukur penurun tekanan
jika menggunakan silinder.
d. Air steril yang diuapkan.
e. Tanda HATI-HATI OKSIGEN.
f. sistem pemberian oksigen yang tepat (kanula hidung, masker
sederhana, masker rebreather parsial, atau masker nonrebreatheruntuk
aliran rendah atau berbagai konsentrasi oksigenmasker Venturi, masker
aerosol, kolartrakeostomi, slang T, tenda atau tudung aliran tinggi dan
konsentrasi oksigen yang spesifik).
g. Slang penghubung diameter kecil dan diameter besar.
h. Lapisan kassa dan plester (untuk masker oksigen).
i. Adapter pancaran udara untuk masker enturi (jika menambah
kelembapan).
j. Pilihan: penganalisa untuk oksigen dan adapter humidifikasi steril,
monitor oksigen nadi, mesin Bipap (dapat digunakan untuk pasien
dengan masalah paru kronis).

Implementasi

a. Periksa port saluran keluar oksigen untuk memastikan aliran. Pencet


slang dekat percabangannya untuk memastikan bahwa alarm yang
dapat didengar akan berbunyi jika aliran oksigen berhenti.
b. Kaji kondisis pasien. Pada keadaan darurat, pastikan bahwa jalan
nafas pasien terbuka sebelum memberikan oksigen.
c. Periksa kamar pasien untuk memastikan kamarnya aman untuk
pemberian oksigen. Jika mungkin, ganti elektronik dengan alat yang
nonelektronikdan ditempatkan tanda DILARANG MEROKOK di
kamar pasien. Oksigen mendukung terjadinya kebakaran dan percikan
api yang terkecil pun dapat menyebabkan api.
d. Tempatkan tanda HATI-HATI OKSIGEN di tempat tidur pasien dan
pintu masuk kamar pasien.
e. Bantu dalam memasang alat penghantar oksigen pada pasien. Pastikan
alat ini terpasang dengan baik dan stabil.
f. Pantau respons pasien terhadap terapi oksigen. Periksa nilai gas darah
arteri pasien selama penyesuaian awal terhadap aliran oksigen. Ketika
pasien distabilisasi, Anda dapat menggunakan oksimetri nadi. Periksa
pasien dengan sering apakah ada tanda-tanda hipoksia, seperti
penurunan tingkat kesadaran, peningkatan frekuensi jantung, aritmia,
kegelisahan, perspirasi, dispnea, penggunaan otot tambahan, terus
menguap atau nafas cuping hidung, sianosis, dan kulit dingin serta
lembap.

Poin penting karena beberapa lansia tidak menjadi sianosis ketika


mengalami hipoksia, Anda perlu untuk mengevaluasi tanda-tanda lainnya.

a. Ketika memantau respons pasien terhadap perubahan aliran oksigen,


periksa monitor oksimetri nadi atau ukur nilai AGD 20 sampai 30
menit setelah penyesuaian aliran. Pada keadaan ini, pantau pasien
dengan ketat apakah ada respons yang merugikan terhadap aliran
oksigen.
b. Observasi integritas kulit pasien untuk mencegah kerusakan kulit pada
titik-titik penekanan akibat alat penghantar oksigen. Lap uap atau
perspirasi dari wajah pasien dan masker jika perlu.
c. Jika pasien akan mendapatkan oksigen pada konsentrasi di atas 60%
selama lebih dari 24 jam, perhatikan dengan cermat apakah ada tanda-
tanda toksisitas terhadap oksigen. Ingatkan pasien untuk batuk dan
bernafas dalam mencegah atelektasis. Selain itu untuk mencegah
kerusakan paru yang serius, ukur nilai AGD secara berulang untuk
menentukan apakah konsentrasi oksigen yang tinggi masih diperlukan.
d. Jangan memberikan oksigen lebih dari 2 L/menit melalui kanula
hidung untuk pasien yang menderitapenyakit paru kronis kecuali Anda
mempunyai instruksi khusus untuk melakukannya. Hal ini dikarenakan
beberapa pasien yang menderita penyakit paru kronis menjadi
bergantung pada keadaan hiperkapnia dan hipoksia untuk merangsang
pernafasan mereka; sehingga, oksigen tambahan dapat menyebabkan
mereka berhenti bernafas. Akan tetapi, terapi oksigen jangka panjang
selama 12 sampai 17 jam sehari dapat membantu pasien yang
menderita penyakit paru kronis tidur lebih baik, bertahan hidup lebih
lama, dan mengalami penurunan ansiden penurunan hipertensi paru.

Komplikasi
Konsentrasi oksigen yang tinggi selama periode lama dapat
menyebabkan kerusakan pada jalan napas dan paru. Henti napas
merupakan komplikasi yang mungkin terjadi jika konsentrasi oksigen
terlalu tinggi untuk pasien yang menderita penyakit paru obstruktif kronis.

14. Terapi Trombolitik


Obat-obatan trombolitik memberikan koreksi masalah trombik akut
dan ekstensif dengan cepat. Obat trombolitik diberikan I.V. awal pada
infark miokart akut untuk mencegah pembentukan thrombus primer atau
sekunder dalam pembuluh darah di sekitar daerah yang nekrotik, sehingga
meminimalkan kerusakan miokart. Tujuannya adalah (sebagai skema di
American Heart Association algoritma untuk nyeri dada iskemik)
menghantarkan agnes fibrinolitik dalam 30 menit kedatangan di unit gawat
darurat. Obat trombolitik juga digunakan untuk mengobati stroke.

Poin penting Pasien yang berusia 75 tahun dan lebih beresiko


tinggi mengalami hemoragi karena mereka lebih cenderung menderita
penyakit serebrovaskular sebelumnya.

Implementasi

a. Setelah pemasangan kateter I.V., agnes trombolitik diinfudkan sesuai


dengan petunjuk pabrik pembuatnya.
b. Untuk melarutkan trombus dalam kateter arterivenosa, dokter
menginfuskan jumlah obat yang diinginkan ke dalam kateter sampai
trombus larut.

Komplikasi
Bahaya utama terapi trombolitik adalah perdarahan, lisis lambat,
dan okulasi berulang. Ketika miokardium mengalami reperfusi, dapat juga
terjadi aritmia.

Diagnosis keperawatan utama dan kriteria hasil

a. Ansietas yang berhubungan dengan kemungkinan komplikasi berat


Kriteria hasil tindakan: pasien akan menunjukkan penurunan tanda-
tanda fisik rasa takut.
b. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan aritmia reperfusi
Kriteria hasil tindakan: pasien akan mencapai atau mempertahankan
curah jantung yang adekuat.
c. Risiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan
kemungkinan perdarahan
Kriteria hasil tindakan: pasien tidak menunjukkan tanda atau gejala
perdarahan.

Intervensi keperawatan

Sebelum terapi
a. Sebelum diberikan terapi trombolitik, ambil sampel serum untuk
pemeriksaan golongan darah dan pencocokan silang serta untuk
menentukan waktu protrombin dan waktu tromboplastin parsial.
b. Dapatkan elektrokardiogram (EKG) dasar, dan dapatkan hasil
elektrolit, gas darah arteri, nitrogen urea darah, kreatinin, serta kadar
enzim jantung.
c. Periksa temuan berikutnya terhadap nilai dasar secara teratur selama
terapi.
d. Mulai pemasangan jalur I.V yang adekuat (biasanya minimal 4) dan
kateter urin menetap.
e. Sebelum memulai terapi trombolitik, lakukan MRI atau CT Scan otak
untuk memastikan bahwa perubahan status mental merupakan akibat
oklusi dan bukan hemoragi serebral.

Selama terapi
a. Pada awal terapi, perhatikan apakah ada tanda-tanda hipersensitivitas:
hipotensi, napas pendek, mengo, merasa sesak dan tekanan pada dada,
serta angiodema. Pertahankan alat resusitasi darurat selalu tersedia.
b. Selama terapi, pantau EKG secara continue dan bandingkan dengan
pembacaan dasar untuk mendeteksi kemungkinan aritmia.
Informasikan dokter jika terdapat abnormalitas, dan bersiap untuk
memberikan lidokain atau prokainamid, sesuai program.
c. Dengan cermat kaji pasien apakah ada tanda-tanda perdarahan. Pantau
setiap 15 menit selama satu jam pertama, setiap 30 menit setiap 7 jam
berikutnya, dan kemudian setiap 8 jam setelahnya. Jika Anda
mendeteksi perdarahan, hentikan terapi dan hubungi dokter. Pastikan
packed red blood cell, darah lengkap, dan asam aminokaproat siap
tersedia untuk mengatasi kemungkinan hemoragi.
d. Periksa tanda-tanda vital pasien dengan sering, dan pantau nadi, warna,
serta fungsi sensorik pada ekstremitas setiap jam.
e. Karena pasien cenderung mengalami memar selama terapi, tengani
pasien dengan lembut dan seminimal mungkin. Pertahankan prosedur
invasive dan pungsi vena dilakukan seminimal mungkin, gunakan
manset tekanan darah manual, serta beri bantalan pada sisi pengaman
tempat tidur untuk mencegah cedera.
Setelah terapi
a. Programkan pemberian antikoagulan untuk mencegah kekambuhan
thrombosis.

Penyuluhan Pasien
a. Jelaskan prosedur kepada pasien dan jelaskan manfaat dan risikonya.
b. Instruksikan pasien untuk segera melapor jika ada perdarahan, seperti
dari tempat pungsi vena atau gusi atau dalam feses.

15. Terapi Aroma


Terapi aroma berhubungan dengan inhalasi atau pemakaian minyak
alami yang diuapkan dari berbagai tanaman. Mereka yang menggunakan
terapi aroma mengatakan terapi aroma efektif dalam menurunkan stress,
mencegah penyakit, dan bahkan mengobati penyakit tertentu – baik fisik
maupun psikologis.
Terapi aroma sangat populer di Eropa, minyak alami dapat dihirup,
dimasase ke kulit, atau dimasukkan kedalam air mandi untuk menciptakan
sensasi menyenangkan, meningkatkan relaksasi. Terapi aroma dapat
digunakan baik sendiri atau dengan terapi lain, seperti masase atau terapi
herbal untuk mengobati infeksi bakteri atau virus, kecemasan, nyeri,
masalah otot, arthritis, herpes simpleks, herpes zoster, masalah kulit, sakit
kepala, dan dyspepsia. (lihat efek terapeutik minyak alami).
Terapi aroma dapat dipakai sendiri atau diberikan oleh terapis
aroma yang terlatih. Walaupun tidak ada bukti ilmiah yang membuktikan
terapi aroma mencegah atau menyembuhkan penyakit, perawat yang
dilatih terapi aroma dapat menganjurkan minyak khusus sebagai tambahan
terapi konvensional, mengajarkan pasien bagaimana menggunakan minyak
tersebut, dan memberikan perawatan.
Implementasi

a. Selain minyak alami yang tepat, terapi aroma memerlukan peralatan


lain, yang bergantung pada cara minyak diberikan (sebagai contoh,
masase, inhalasi, mandi, atau difusi).
b. Masase membutuhkan minyak perantara dan untuk masase seluruh
tubuh, perlu meja masase. Masase mencakup mengencerkan minyak
alami dengan minyak perantara yang sesuai dan mengoleskannya ke
bagian tubuh yang tampak atau ke seluruh tubuh dengan menggunakan
teknik masase.
c. Inhalasi membutuhkan semangkuk air hangat dan sebuah handuk
besar. Dengan handuk yang mengandung beberapa tetes minyak alami.
Pasien menghirup uap air selama beberapa menit.
d. Untuk mandi, pasien membutuhkan bak mandi yang diisi dengan air
hangat. Pasien menambahkan beberapa tetes minyak alami ke
permukaan air hangat dan kemudian berendam ke dalam bak mandi
selama 10 sampai 20 menit, dengan menghirup uap air saat ia
berendam.
e. Difusi membutuhkan micromist atau alat difusi lilin atau cincin
keramik yang dapat diletakkan di lampu pijar. Metode ini mencakup
memberikan beberapa tetes minyak alami pada alat difusi dan
menyalakan sumber panas untuk mendifusikan partikel-partikel mikro
minyak ke udara. Terapi rata-rata membutuhkan waktu 30 menit.

Pertimbangan khusus
a. Minyak sitrus tidak boleh dipakai sebelum dijemur di bawah sinar
matahari. Anjurkan pasien untuk menghindari mengoleskan minyak
kayu manis atau cengkeh pada kulit. Hati-hati terhadap minyak
tertentu seperti kemangi, adas, daun jeruk, rosmeri, dan verbena dapat
menyebabkan iritasi jika pasien memiliki kulit sensitif.
b. Metode pemakaian yang berbeda membutuhkan tindakan kewaspadaan
keamanan khusus. Ketika menggunakan terapi inhalasi, pasien harus
menjaga wajahnya cukup jauh dari permukaan air untuk menghindari
cedera luka bakar. Ketika menggunakan metode difusi, ia setidaknya
harus 1 m jauhnya dari alat.
c. Terapi aroma dikontraindikasikan selama kehamilan karena
mengandung risiko tosik pada ibu dan janin. Terapi aroma harus
digunakan dengan hati-hati pada bayi dan anak-anak di bawah usia 5
tahun karena banyak minyak alami bersifat toksik bagi pasien dalam
usia ini.
d. Peringatan pasien untuk menjaga minyak alami jauh dari mata dan
membran mukosa untuk menghindari iritasi. Jika terjadi kontak, pasien
harus membasuh dengan banyak air, jika pembasuhan tidak meredakan
nyeri, ia harus mencari bantuan medis.

DAFTAR PUSTAKA

Jaime L. Stockslager, Lia Schaeffer. 2007. Askep Geriatrik. Edisi 2. Jakarta : EGC

Surini Pudjiastuti, Sri, SMPh, S.Pd. 2003. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta : EGC

Maryam, R.Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta :
Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai