3. Terapi musik
Menghibur para lansia sehinggameningkatkan gairah hidup dan dapatmengenang
masa lalu
4. Terapi berkebun
melatih kesabaran, kebersamaan, danmemamfaatkan waktu luang
5. Life review therapi
meningkatkan
gairah
pengalamanhidupnya
hidup
dan
hargadiri
dengan
menceritakan
gairah
hidup,menurunkan
rasa
bosan
dan
9. Terapi kognitif
Bertujuan agar daya ingat tidak menurun.Serpert mengadakan cerdas cermat,
mengisiTTS, dll
10. Terapi keagamaan
bertujuan
untuk
kebersamaan,
meningkatkanpengajian, kebaktian, dll
SUMBER LAIN
Terapi Lansia
persiapanmenjelang
kematian
dan
Terapi Lansia
Terapi modalitas merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang
bagi lansia.
Tujuan
Mengisi waktu luang bagi lansia.
Meningkatkan kesehatan lansia.
Meningkatkan produktivitas lansia.
Meningkatkan interaksi sosial antarlansia.
Jenis kegiatan
1. PSIKODRAMA
Bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia. Tema dapat dipilih
sesuai dengan masalah lansia.
2. TERAPI BERKEBUN
Bertujuan untuk melatih kesabaran, kebersamaan, dan memanfaatkan
waktu luang
3. TERAPI OKUPASI
Bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan
produktivitas dengan membuat atau menghasilakan karya dari bahan yang telah
disediakan.
4. TERAPI KOGNITIF
Bertujuan agar daya ingat tidak menurun. Seperti mengadakan cerdas
cermat, mengisi TTS, dan lain-lain.
5. REKREASI
Bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi, gairah hidup, menurunkan rasa
bosan, dan melihat pemandangan.
6. TERAPI KEAGAMAAN
Bertujuan untuk kebersamaan, persiapan menjelang kematian,
dan meningkatkan rasa nyaman. Seperti mengadakan pengajian, kebaktian, dan
lain-lain.
8. TERAPI MUSIK
Bertujuan untuk menghibur para lansia sehingga meningkatkan
gairah hidup dan dapat mengenang masa lalu.
Terapi musik menggunakan daya tarik universal bunyi ritmik untuk
mengkomunikasikan, mengeksplorasi, dan menyembuhkan. Terapi musik dapat
berupa menciptakan musik, bernyanyi, bergerak mengikuti musik atau hanya
mendengarkan. Terapi musik dapat bermanfaat bagi pasien yang menderita
ketidakmampuan perkembangan, gangguan kesehatan jiwa demensia adiksi
terhadap zat, dan nyeri kronis.
Implementasi
Pilih hewan peliharaan yang berprilaku baik dan memiliki peragai yang baik.
Hewan peliharaan yang telah mengikuti pelatihan kepatuan yang merupakan
pilihan ideal.
Pastikan hewan peliharaan telah dibersihkan oleh dokter hewan dan imunisasinya
telah diperbarui.
Pastikan jika hewan peliharaan dipilih sebagai maskot untuk fasilitas, minta orang
yang bertanggung jawab membuat jadwal untuk penghuni yang tertarik merawat
hewan peliharaan tersebut .
Delta Society organisasi hewan peliharaan nasional, mempunyai cabang
sebagaian di kota besar. Hewan dan pemiliknya harus menjalani pengujian yang
ketat sebelum diberikan sertifikat sebagai tim terapi hewan peliharaan yang
dapat berkunjung ke fasilitas. Tidak ada biaya yang dikenakan untuk terapi
hewan peliharaan melalui organisasi ini.
Biarkan pasien bermain bersama dan memeluk hewan peliharaan tersebut.
Dorongan pasien untuk bicara dengan hewan peliharaan tersebut dan bercerita
mengenai hewan peliharaan yang pernah ia miliki. Berikan sebanyak mungkin
waktu yang dibutuhkan pasien dengan hewan peliharaan jika mungkin.
Pertimbangan khusus
Pastikan lingkungan layak untuk terapi hewan peliharaan. Fasilitas
harus mempunyai area tempat hewan peliharaan dapat beristirahat dan
dijauhkan dari pasien yang alergi terhadap hewan, tidak tertarik dengan hewan
peliharaan, atau takut terhadap hewan peliharaan.
Pertimbangan khusus
Lansia yang terganggu secara psikologis dapat menolak atau tidak mampu
untuk mengenang hidup dengan lancer. Ia mungkin perlu bantuan dalam
mengungkapkan pengalaman hidupnya.
Pertimbangan Khusus
Pertimbangan Khusus
Beberapa aspek yoga yang lebih khusus dapat menyebabkan cedera otak jika
tidak dilakukan dengan tepat.
kebutuhan
semua
orang
tanpa
Peralatan
Sumber oksigen (unit di dinding, silinder, tabungan cairan, atau konselator).
Meteran aliran.
Adapter jika memakaiunit di dinding, atau pengukur penurun tekanan jika
menggunakan silinder.
Air steril yang diuapkan.
Tanda HATI-HATI OKSIGEN.
sistem pemberian oksigen yang tepat (kanula hidung, masker sederhana,
masker rebreather parsial, atau masker nonrebreatheruntuk aliran rendah atau
berbagai konsentrasi oksigenmasker Venturi, masker aerosol, kolartrakeostomi,
slang T, tenda atau tudung aliran tinggi dan konsentrasi oksigen yang spesifik).
Slang penghubung diameter kecil dan diameter besar.
Lapisan kassa dan plester (untuk masker oksigen).
Adapter pancaran udara untuk masker enturi (jika menambah kelembapan).
Pilihan: penganalisa untuk oksigen dan adapter humidifikasi steril, monitor
oksigen nadi, mesin Bipap (dapat digunakan untuk pasien dengan masalah paru
kronis).
Implementasi
Periksa port saluran keluar oksigen untuk memastikan aliran. Pencet slang dekat
percabangannya untuk memastikan bahwa alarm yang dapat didengar akan
berbunyi jika aliran oksigen berhenti.
Kaji kondisis pasien. Pada keadaan darurat, pastikan bahwa jalan nafas pasien
terbuka sebelum memberikan oksigen.
Periksa kamar pasien untuk memastikan kamarnya aman untuk pemberian
oksigen. Jika mungkin, ganti elektronik dengan alat yang nonelektronikdan
ditempatkan tanda DILARANG MEROKOK di kamar pasien. Oksigen mendukung
terjadinya kebakaran dan percikan api yang terkecil pun dapat menyebabkan
api.
Tempatkan tanda HATI-HATI OKSIGEN di tempat tidur pasien dan pintu masuk
kamar pasien.
Bantu dalam memasang alat penghantar oksigen pada pasien. Pastikan alat ini
terpasang dengan baik dan stabil.
Pantau respons pasien terhadap terapi oksigen. Periksa nilai gas darah arteri
pasien selama penyesuaian awal terhadap aliran oksigen. Ketika pasien
distabilisasi, Anda dapat menggunakan oksimetri nadi. Periksa pasien dengan
sering apakah ada tanda-tanda hipoksia, seperti penurunan tingkat kesadaran,
peningkatan frekuensi jantung, aritmia, kegelisahan, perspirasi, dispnea,
penggunaan otot tambahan, terus menguap atau nafas cuping hidung, sianosis,
dan kulit dingin serta lembap.
Komplikasi
Konsentrasi oksigen yang tinggi selama periode lama dapat
menyebabkan kerusakan pada jalan napas dan paru. Henti napas merupakan
komplikasi yang mungkin terjadi jika konsentrasi oksigen terlalu tinggi untuk
pasien yang menderita penyakit paru obstruktif kronis.
Komplikasi
Bahaya utama terapi trombolitik adalah perdarahan, lisis lambat,
dan okulasi berulang. Ketika miokardium mengalami reperfusi, dapat juga terjadi
aritmia.
Intervensi keperawatan
Sebelum terapi
Sebelum diberikan terapi trombolitik, ambil sampel serum untuk pemeriksaan
golongan darah dan pencocokan silang serta untuk menentukan waktu
protrombin dan waktu tromboplastin parsial.
Dapatkan elektrokardiogram (EKG) dasar, dan dapatkan hasil elektrolit, gas darah
arteri, nitrogen urea darah, kreatinin, serta kadar enzim jantung.
Periksa temuan berikutnya terhadap nilai dasar secara teratur selama terapi.
Mulai pemasangan jalur I.V yang adekuat (biasanya minimal 4) dan kateter urin
menetap.
Sebelum memulai terapi trombolitik, lakukan MRI atau CT Scan otak untuk
memastikan bahwa perubahan status mental merupakan akibat oklusi dan bukan
hemoragi serebral.
Selama terapi
Pada awal terapi, perhatikan apakah ada tanda-tanda hipersensitivitas: hipotensi,
napas pendek, mengo, merasa sesak dan tekanan pada dada, serta angiodema.
Pertahankan alat resusitasi darurat selalu tersedia.
Selama terapi, pantau EKG secara continue dan bandingkan dengan pembacaan
dasar untuk mendeteksi kemungkinan aritmia. Informasikan dokter jika terdapat
antikoagulan
untuk
mencegah
kekambuhan
PENYULUHAN PASIEN
Jelaskan prosedur kepada pasien dan jelaskan manfaat dan risikonya.
Instruksikan pasien untuk segera melapor jika ada perdarahan, seperti dari
tempat pungsi vena atau gusi atau dalam feses.
Implementasi
Selain minyak alami yang tepat, terapi aroma memerlukan peralatan lain, yang
bergantung pada cara minyak diberikan (sebagai contoh, masase, inhalasi,
mandi, atau difusi).
Masase membutuhkan minyak perantara dan untuk masase seluruh tubuh, perlu
meja masase. Masase mencakup mengencerkan minyak alami dengan minyak
perantara yang sesuai dan mengoleskannya ke bagian tubuh yang tampak atau
ke seluruh tubuh dengan menggunakan teknik masase.
Inhalasi membutuhkan semangkuk air hangat dan sebuah handuk besar. Dengan
handuk yang mengandung beberapa tetes minyak alami. Pasien menghirup uap
air selama beberapa menit.
Untuk mandi, pasien membutuhkan bak mandi yang diisi dengan air hangat.
Pasien menambahkan beberapa tetes minyak alami ke permukaan air hangat
dan kemudian berendam ke dalam bak mandi selama 10 sampai 20 menit,
dengan menghirup uap air saat ia berendam.
Difusi membutuhkan micromist atau alat difusi lilin atau cincin keramik yang
dapat diletakkan di lampu pijar. Metode ini mencakup memberikan beberapa
tetes minyak alami pada alat difusi dan menyalakan sumber panas untuk
mendifusikan partikel-partikel mikro minyak ke udara. Terapi rata-rata
membutuhkan waktu 30 menit.
Pertimbangan khusus
Minyak sitrus tidak boleh dipakai sebelum dijemur di bawah sinar matahari.
Anjurkan pasien untuk menghindari mengoleskan minyak kayu manis atau
cengkeh pada kulit. Hati-hati terhadap minyak tertentu seperti kemangi, adas,
daun jeruk, rosmeri, dan verbena dapat menyebabkan iritasi jika pasien memiliki
kulit sensitif.
Metode pemakaian yang berbeda membutuhkan tindakan kewaspadaan
keamanan khusus. Ketika menggunakan terapi inhalasi, pasien harus menjaga
wajahnya cukup jauh dari permukaan air untuk menghindari cedera luka bakar.
Ketika menggunakan metode difusi, ia setidaknya harus 1 m jauhnya dari alat.
Terapi aroma dikontraindikasikan selama kehamilan karena mengandung risiko
tosik pada ibu dan janin. Terapi aroma harus digunakan dengan hati-hati pada
bayi dan anak-anak di bawah usia 5 tahun karena banyak minyak alami bersifat
toksik bagi pasien dalam usia ini.
Peringatan pasien untuk menjaga minyak alami jauh dari mata dan membran
mukosa untuk menghindari iritasi. Jika terjadi kontak, pasien harus membasuh
dengan banyak air, jika pembasuhan tidak meredakan nyeri, ia harus mencari
bantuan medis.
Eukaliptus
(Eucalyptus radiata)
Geranium
(Pelargonium
x
asperum)
Lavender
(Lavandula
angustifolia)
Peppermint
(Mentha piperita)
Rosmeri
(Rosmarinus
officinalis)
Daun teh
(Melanieuca
alternifolia)
DAFTAR PUSTAKA
Jaime L. Stockslager, Lia Schaeffer. 2007. Askep Geriatrik. Edisi 2.
Jakarta : EGC
Surini Pudjiastuti, Sri, SMPh, S.Pd. 2003. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta :
EGC
Maryam, R.Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.
Jakarta : Salemba Medika