Anda di halaman 1dari 14

KUIS PERTEMUAN KE-15

TERAPI MODALITAS PADA LANSIA

SOAL
1. Sebutkan pengertian Terapi modalitas?
2. Jelaskan manfaat terapi modalitas bagi lansia?
3. Uraikan jenis terapi modalitas untuk lansia?
4. Sebutkan jenis obat-obatan Herbal yang dapat diberikan pada lanjut usia yang berguna
untuk mendukung manfaat dari terapi modalitas/ untuk meningkatkan daya imunitasnya?
5. Jelaskan 1 jenis terapi modalitas yang dapat diterapkan pada lanjut usia?
(jelaskan mulai dari pengertian, manfaat/tujuan terapi, Langkah-langkah/ prosedur terapi
modalitas sesuai yang Anda pilih)

JAWABAN
Nama : SULEHA
NIM :191FK01127
1. Terapi Modalitas adalah suatu kegiatandalam memberikan askep baik di
institusipelayanan maupun di masyarakat yangbermanfaat bagi kesla dan
berdampakterapeutik. Pencapaian tujuan terapi modalitas tergantung pada keadaan
kesehatan klien dan tingkat dukungan yang tersedia. Terapi yang dilakukan untuk mengisi
waktu luang bagi lansia.
2. Terapi modalitas merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengisi
waktu luang bagi lansia yang bertujuan meningkatkan kesehaan,
meningkatkan produktivitas lansia, dan meningkatkan interaksi sosial
antar lansia.
3. Jenis Kegiatan Terapi Modalitas.
1. Psikodrama
Bertujuan untuk Mengekspresikan perasaan lansia. Tema dapat dipilih sesuai
dengan masalah klien.

2. Terapi Aktifitas Kelompok


Terapi Aktivitas Kelompok Bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan,
bersosialisasi, bertukar pengalaman, dan mengubah perilaku. Untuk terlaksananya
terlaksananya terapi ini dibutuhkan leader, co-leader, dan fasilitator. Misalnya
cerdas cermat, tebak gambar, dan lain-lain.
Terapi kelompok dapat lebih praktis dan diterima dibandingkan terapi
individual bagi mereka yang mengalami distress psikologis dan dengan keterbatasan
pendapatan. Perasaan terasing dan tidak berguna berkurang dengan saling berbagi
masalah yang umum dihadapi. Terapi kelompok digunakan untuk mengurangi
kecemasan terkait stres terapi jangka pendek penyakit tertentu, reaksi berduka, dan
resolusi konflik. Dengan dipandu oleh pemimpin kelompok (yang mungkin seorang
professional kesehatan jiwa), sekelompok individu yang mengalami masalah
emosional yang serupa bertemu untuk saling mendiskusikan masalah mereka.

Implementasi

a. Pemimpin kelompok harus menentukan ketepatan kelompok untuk masing-


masing anggota yang bermasalah.
b. Idealnya, kelompok terapi harus terdiri dari sekitar 8 sampai 12 anggota.
c. Pertemuan harus dilakukan antara satu kali seminggu sampai satu kali sehari
selama 1 sampai 1 ½ jam. Pertemuan kelompok dapat berlangsung selama
beberapa bulan sampai bertahun-tahun, bergantung pada kebutuhan anggota.
d. Peran pemimpin kelompok adalah memberikan bimbingan dan klarifikasi
mengenai topik yang sedang dibahas.
e. Ketika kelompok tersebut mengalami kemajuan, pemimpin kelompok terapi.
Anggota kelompok dapat melakukan sebaian fungsi kepemimpinan ketika
kelompok terapi berkembang dan hanya membutuhkan sedikit bantuan.

Pertimbangan khusus
Terapi kelompok memberikan lansia kesempatan untuk mendiskusikan
bagaimana penyakit atau kematian pasangan memengaruhi hidup mereka dan
memberikan kesempatan pada mereka untuk saling membantu dengan berbagi
pemecahan masalah yang berhasil digunakan. Bentuk terapi kesehatan jiwa ini
berbeda psikoterapi yaitu kelompok yang terdiri atas teman sebaya atau anggota
keluarga yang mempunyai pengalaman yang sama dan professional kesehatan jiwa
dapat terlibat didalam kelompok sebagai fasilitator untuk memantau dan
memfokuskan diskusi. Pertemuan kelompok biasanya dilakukan di tempat ibadah,
pusat lansia, rumah sakit, sekolah, dan tempat umum lainnya. Kelompok tersebut
dapat bebas biaya atau memerlukan biaya tertentu

3. Terapi musik
Menghibur para lansia sehingga meningkatkan gairah hidup dan dapat
mengenang masa lalu.
Terapi musik menggunakan daya tarik universal bunyi ritmik untuk
mengkomunikasikan, mengeksplorasi, dan menyembuhkan. Terapi musik dapat
berupa menciptakan musik, bernyanyi, bergerak mengikuti musik atau hanya
mendengarkan. Terapi musik dapat bermanfaat bagi pasien yang menderita
ketidakmampuan perkembangan, gangguan kesehatan jiwa demensia adiksi
terhadap zat, dan nyeri kronis.
Music juga telah berhasil digunakan untuk berkomunikasi dengan pasien yang
menderita Alzheimer dan korban yang mengalami cedera kepala ketika pendekatan
lainnya gagal. Pada sebuah penelitian mengenai efek music pada pasien yang
menderita Alzheimer, mereka yang mendengar music band besar selama satu hari
lebih waspada dan bahagia serta mempunyai ingatan jangka panjang yang lebih
banyak dibandingkan pada kelompok pengendali. Selama sakit, music dapat
mengorientasikan kembali pasien yang konfusi. Pada tahap lanjut penyakit, music
memberikan kenyamanan psikologis.

Implementasi

a. Atur sebuah lingkungan yang nyaman.


b. Pilih musik yang tepat untuk pasien dan tujuan sesi. Musik tersebut harus
bermakna untuk peserta.
c. Jika sesi yang Anda lakukan akan meliputi pembuatan musik, kumpulkan
instrument yang tepat untuk kelompok tersebut.
d. Untuk sesi yang mencakup bernyanyi, pilih musik yang diketahui oleh anggota
kelompok tersebut. Berikan syair lagu tersebut, baik dengan menulisnya atau
dengan menulisnya atau dengan mengulanginya ke kelompok.
e. Perkenalkan peserta satu sama lain. Jelaskan tujuan sesi dan dorong setiap orang
untuk berpartisipasi sebisa yang dapat mereka lakukan.
f. Ketika kelompok sudah siap, mulai musik dan posisi diri Anda sehingga Anda
mengharap ke kelompok.
g. Jika kelompok akan mendengarkan musik, perhatikan reaksi peserta. Jika
mereka membuat musik berkelilinglah di antara anggota kelompok dan berilah
dukungan individual.
h. Dorong peserta untuk membahas perasaan yang mereka alami ketika
mendengarkan musik. Beri pujian atas upaya mereka.
i. Setelah sesi selesai, dokumentasikan aktivitas dan respons kelompok.

Pertimbangan khusus
Musik khususnya efektif sebagai metode terapi kenangan untuk lansia. Pada
banyak pasien, musik yang mereka nikmati dimasa muda mereka tidak lagi menjadi
dari bagian hidup mereka selama puluhan tahun.

4. Terapi Berkebun
Bertujuan Untuk Melatih kesabaran, kebersamaan, dan memamfaatkan waktu
luang.

5. Life review therapi


Bertujuan untukMeningkatkan gairah hidup dan hargadiri dengan
menceritakan pengalaman hidupnya. Life-review berkaitan dengan peninjauan
memori yang jauh tersimpan, pengungkapan perasaan yang terkait memori tersebut,
pengakuan konflik-konflik, dan pelepasan sudut pandang yang membatasi diri.
Selama periode krisis dan transisi, meninjau hidup terjadi secara alami pada banyak
orang.
Meninjau hidup dengan efektif dapat memecahkan, setidaknya sebagaian,
beberapa konflik-konflik pada masa lalu yang menyimpan hal-hal penting untuk
masa sekarang dan masa yang akan sekarang dan masa yang akan datang. Pada
lansia yang sangat tua, terapi ini kemungkinan akan banyak merubah pandangan
mengenai apa yang telah terjadi bukan apa yang akan terjadi.
Terapi ini tidak hanya bermanfaat untuk lansia, tetapi juga untuk dewasa
muda. Anak-anak dapat ikut bersama lansia dan mendengar mengenai sejarah dari
lansia yang dulu berada di sana dan ikut mengalami peristiwa sejarah.

Implementasi

a. Berikan kesempatan bagi pasien untuk untuk memberikan iktisar peristiwa-


peristiwa di dalam kehidupannya.
b. Dorong pencarian makna, pemecahan masalah, dan kepuasan emosional.
c. Fasilitas ekspresi dengan membagi beberapa pengalaman hidup Anda sendiri.
d. Fasilitas hubungan antara harapan pada masa lalu, peristiwa saat ini, dan
pengharapan pada masa yang akan datang.

Pertimbangan khusus
Lansia yang terganggu secara psikologis dapat menolak atau tidak mampu
untuk mengenang hidup dengan lancer. Ia mungkin perlu bantuan dalam
mengungkapkan pengalaman hidupnya.

6. Terapi dengan binatang


Meningkatkan rasa kasih sayang dan mengisi hari-hari sepinya dengan
bermain bersama binatang.
Hewan peliharaan dapat melawan kesepian pada pasien lansia dan membantu
menjembatani jarak antara pasien dan pemberi perawatan kesehatan. Umumnya
digunakan di fasilitas perawatan jangka panjang, terapi hewan peliharaan membantu
pasien lansia mengatasi apatis dan depresi sert memperbaiki interaksi dengan
orang lain.
Jika dibanding dengan orang yang tidak mempunyai hewan peliharaan, lansia
yang tinggal dikomunitas yang mempunyai hewan peliharaan telah terbukti
memiliki tingkat aktivitas harian yang lebih baik, toleransi terhadap latihan yang
lebih baik dan kadar kolesterol serum yang lebih rendah. Selain itu, mereka jarang
masuk ke sistem perawatan kesehatan. Mereka juga menunjukkan penurunan stres
dan kesepian, peningkatan status emosional, dan kemampuan koping yang lebih
baik.
Implementasi

a. Pilih hewan peliharaan yang berprilaku baik dan memiliki peragai yang baik.
Hewan peliharaan yang telah mengikuti pelatihan kepatuan yang merupakan
pilihan ideal.
b. Pastikan hewan peliharaan telah dibersihkan oleh dokter hewan dan
imunisasinya telah diperbarui.
c. Pastikan jika hewan peliharaan dipilih sebagai maskot untuk fasilitas, minta
orang yang bertanggung jawab membuat jadwal untuk penghuni yang tertarik
merawat hewan peliharaan tersebut .
d. Delta Society organisasi hewan peliharaan nasional, mempunyai cabang
sebagaian di kota besar. Hewan dan pemiliknya harus menjalani pengujian yang
ketat sebelum diberikan sertifikat sebagai tim terapi hewan peliharaan yang
dapat berkunjung ke fasilitas. Tidak ada biaya yang dikenakan untuk terapi
hewan peliharaan melalui organisasi ini.
e. Biarkan pasien bermain bersama dan memeluk hewan peliharaan tersebut.
Dorongan pasien untuk bicara dengan hewan peliharaan tersebut dan bercerita
mengenai hewan peliharaan yang pernah ia miliki. Berikan sebanyak mungkin
waktu yang dibutuhkan pasien dengan hewan peliharaan jika mungkin.

Pertimbangan khusus
Pastikan lingkungan layak untuk terapi hewan peliharaan. Fasilitas harus
mempunyai area tempat hewan peliharaan dapat beristirahat dan dijauhkan dari
pasien yang alergi terhadap hewan, tidak tertarik dengan hewan peliharaan, atau
takut terhadap hewan peliharaan.

7. Terapi Okupasi
Bertujuan untuk Memamfaatkan waktu luang dan meningkatkan produktifitas
dengan membuat atau menghasilkan karya dari bahan yang telah disediakan.

8. Rekreasi
Bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi, gairah hidup, menurunkan rasa
bosan dan melihat pemandangan.
9. Terapi kognitif
Bertujuan agar daya ingat tidak menurun. Serperti mengadakan cerdas cermat,
mengisi TTS, dll

10. Terapi keagamaan


Bertujuan untuk kebersamaan, persiapan menjelang kematian dan
meningkatkan pengajian, kebaktian, dll

11. Terapi Dansa


Dikenal juga sebagai terapi gerakan dansa, terapi dansa memanfaatkan
hubungan langsung antara gerakan tubuh dan pikiran. Aspek khusus terapi dansa,
seperti musik, irama, dan gerakan yang singkron, mengubah status alam perasaan,
menyadarkan kembali ingatan dan perasaan yang lalu dan mengurangi isolasi. Pada
kelompok lansia lainnya, tetapi dansa digunakan untuk mempertahankan fungsi fisik,
meningkatkan nilai diri, membina hubungan, dan membantu mereka meningkatkan
ketakutan dan kesedihannya.
Bermacam gangguan dan ketidakmampuan dapat ditangani dengan
menggunakan terapi dansa. Biasanya, pasien yang akan ditangani mempunyai
masalah sosial, emosional, kognitif atau fisik. Terapi dansa bahkan digunakan sebagai
metode pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan diantara pasien yang sehat.
Selain itu, terapi ini digunakan untuk mengurangi stress oleh pemberi perawatan dan
pasien yang menderita kanker, AIDS, dan penyakit Alzheimer. Teapi dansa
meningkatkan, fleksibilitas, menguatkan otot, memperbaiki fungsi kardiovaskular,
dan meningkatkan fungsi paru. Selain itu, terapi dansa memberi sentuhan, sosialisasi,
dan rasa keterkaitan.
Rutinitas dansa berkisar dari hanya bertepuk tangan dan melambaikan tangan
sampai sesi aerobik yang rumit. Musik harus sesuai dengan kelompak lansia, baik
kecepatannya maupun penampilan estetisnya. Music rock and roll dengan gerakan
cepat mungkin kurang disenangi kelompok lansia yang tangkas dibandingkan polka
cepat. Gunakan musik yang cepat untuk menstimulasi kelompok tersebut, dan music
yang lambat untuk efek menenangkan.

Implementasi
a. Atur ruangan untuk mengakmodasi gerakan bebas peserta.
b. Atur kursi disekitar pinggiran bagi mereka yang tidak dapat berdiri atau menjadi
lelah selama sesi terapi.
c. Kaji kelompk apakah ada faktor-faktor resiko. Faktor-faktor resiko untuk
pertimbangan mencakup status kardiovaskular yang buruk, riwayat penyakit paru
obstruktif, atau masalah otot degeneratif.
d. Jelaskan tujuan sesi tersebut, dan dorong setiap lansia untuk berpartisipasi sampai
tahapan mereka mampu melakukannya.
e. Ketika kelompok lansia telah siap, mulai musik dan posisikan diri Anda agar
menghadap kearah kelompok.
f. Jika rutinitas terstruktur digunakan, peragakan gerakan yang Anda minta lakukan
dan dorong kelompok untuk meniru gerakan Anda.
g. Jika anda meminta ekspresi yang bebas, beredarlah ke dalam kelompok dengan
memberikan dorongan dan motivasi kepada mereka yang ragu-ragu.
h. Puji upaya peserta dan dorong mereka untuk mendiskusikan perasaan yang
mereka alami selama berdansa.
i. Setelah sesi terapi, dokumentasikan tipe aktivitas dan respons kelompok.

Pertimbangan Khusus
Karena berdansa merupakan aktivitas aerobik, perhatikan apakah ada tanda-
tanda gaangguan kardiovaskular , seperti pusing, kemerahan, keringat yang banyak,
dan disorientasi. Gerakan yang sangat cepat dapat menyebabkan pusing. Bantu lansia
yang pusing untuk duduk jika perlu dan periksa tanda-tanda vitalnya

12. Terapi Yoga


Di antara praktik kesehatan yang dikenal baik oleh lansia, yoga (berarti
“persatuan” dalam bahasa Sansekerta) adalah integrasi energy fisik, mental dan
spiritual untuk meningkatkan kesehatan serta kesejahteraan. Tujuan pernafasan dalam
yoga adalah membuat proses selembut dan selentur mungkin. Asumsinya adalah
irama pikiran tercermin pada irama pernafasan. Dengan mempertahankan pernafasan
stabil dan berirama, pikiran akan tetap tenang dan terfokus.
Di antara manfaat yoga dan diperhitungkan adalah perbaikan kesehatan,
vitalitas, dan kedamaian pemikiran individu. Yoga berhasil digunakan untuk
merdakan stres dan kecemasan, menurunkan tekanan darah, meredakan nyeri,
memperbaiki keterampilan motorik, mengobati adiksi, meningkatkan persepsi
pendengaran dan penglihatan, serta memperbaiki fungsi metabolic dan respiratorik.
Yoga juga efektif dalam mengobati gangguan metabolic dan penyakit paru. Selain itu,
yoga dapat meningkatkan kapasitas paru dan menurunkan frekuensi pernafasn.
Yoga telah dipercaya dapat menurunkan kolesterol serum dan meningkatkan
kadar histamine untuk melawan alergi. Kemampuannya membantu pengguna
mengatur aliran darah sedang diteliti pada terpi kanker. Para ilmuan sangat ingin
membuktikan apakah pembatasan aliran darah ke daerah tumor akan memperlambat
pertumbuhan tumor.

13. Terapi Oksigen


Pasien membutuhkan terapi oksigen ketika mengalami hipoksemia yang
disebabkan oleh kedaruratan pernafasan atau jantung atau peningkatn fungsi
metabolik. Pada kedaruratan pernapasan, pemberian oksigen memungkinkan pasien
mengurangi ventilasinya. Ketika penyakit, seperti atelektasis atau sindrom distress
pernapasan dewasa, kerusakan difusi, atau ketika volume paru berkurang akibat
hipoventilasi, prosedur ini menaikkan kadar oksigen alveolar.
Ketika kebutuhan metabolik tinggi seperti pada kasus trauma massif, luka
bakar, atau demam tinggi pemberian oksigen menyuplai tubuh dengan cukup oksigen
memenuhi kebutuhan selular. Keadekuatan terapi oksigen ditentukan oleh analisis gas
darah arteri (AGD), pemantauan oksimetri, dan pemeriksaan klinis. Penyakit pasien,
kondisi fisik, dan usia akan menentukan metode pemberian yang paling tepat.

14. Terapi Trombolitik


Obat-obatan trombolitik memberikan koreksi masalah trombik akut dan
ekstensif dengan cepat. Obat trombolitik diberikan I.V. awal pada infark miokart akut
untuk mencegah pembentukan thrombus primer atau sekunder dalam pembuluh darah
di sekitar daerah yang nekrotik, sehingga meminimalkan kerusakan miokart.
Tujuannya adalah (sebagai skema di American Heart Association algoritma untuk
nyeri dada iskemik) menghantarkan agnes fibrinolitik dalam 30 menit kedatangan di
unit gawat darurat. Obat trombolitik juga digunakan untuk mengobati stroke.
Poin penting Pasien yang berusia 75 tahun dan lebih beresiko tinggi
mengalami hemoragi karena mereka lebih cenderung menderita penyakit
serebrovaskular sebelumnya.

15. Terapi Aroma


Terapi aroma berhubungan dengan inhalasi atau pemakaian minyak alami
yang diuapkan dari berbagai tanaman. Mereka yang menggunakan terapi aroma
mengatakan terapi aroma efektif dalam menurunkan stress, mencegah penyakit, dan
bahkan mengobati penyakit tertentu – baik fisik maupun psikologis.
Terapi aroma sangat populer di Eropa, minyak alami dapat dihirup, dimasase
ke kulit, atau dimasukkan kedalam air mandi untuk menciptakan sensasi
menyenangkan, meningkatkan relaksasi. Terapi aroma dapat digunakan baik sendiri
atau dengan terapi lain, seperti masase atau terapi herbal untuk mengobati infeksi
bakteri atau virus, kecemasan, nyeri, masalah otot, arthritis, herpes simpleks, herpes
zoster, masalah kulit, sakit kepala, dan dyspepsia. (lihat efek terapeutik minyak
alami).
Terapi aroma dapat dipakai sendiri atau diberikan oleh terapis aroma yang
terlatih. Walaupun tidak ada bukti ilmiah yang membuktikan terapi aroma mencegah
atau menyembuhkan penyakit, perawat yang dilatih terapi aroma dapat menganjurkan
minyak khusus sebagai tambahan terapi konvensional, mengajarkan pasien bagaimana
menggunakan minyak tersebut, dan memberikan perawatan.

4. Merujuk Buku Pedoman Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tentang 'Obat
Tradisional untuk Memelihara Daya Tahan Tubuh', masyarakat diimbau untuk berhati-
hati dalam memilih obat tradisional berbahan herbal. Dalam buku pedoman itu, BPOM
menegaskan bahwa obat tradisional berbahan herbal dapat dinyatakan berkhasiat dan
efektif meningkatkan daya tahan tubuh jika sudah melalui penelitian ilmiah, antara lain
uji klinis.

Salah satu suplemen berbahan herbal yang dapat meningkatkan imunitas tubuh dan telah
teruji klinis adalah suplemen yang mengandung Echinacea Purpurea.
5. Terapi Oksigen
Pasien membutuhkan terapi oksigen ketika mengalami hipoksemia yang disebabkan oleh
kedaruratan pernafasan atau jantung atau peningkatn fungsi metabolik. Pada kedaruratan
pernapasan, pemberian oksigen memungkinkan pasien mengurangi ventilasinya. Ketika
penyakit, seperti atelektasis atau sindrom distress pernapasan dewasa, kerusakan difusi,
atau ketika volume paru berkurang akibat hipoventilasi, prosedur ini menaikkan kadar
oksigen alveolar.
Ketika kebutuhan metabolik tinggi seperti pada kasus trauma massif, luka bakar, atau
demam tinggi pemberian oksigen menyuplai tubuh dengan cukup oksigen memenuhi
kebutuhan selular. Keadekuatan terapi oksigen ditentukan oleh analisis gas darah arteri
(AGD), pemantauan oksimetri, dan pemeriksaan klinis. Penyakit pasien, kondisi fisik, dan
usia akan menentukan metode pemberian yang paling tepat
Peralatan

a. Sumber oksigen (unit di dinding, silinder, tabungan cairan, atau konselator).


b. Meteran aliran.
c. Adapter jika memakaiunit di dinding, atau pengukur penurun tekanan jika
menggunakan silinder.
d. Air steril yang diuapkan.
e. Tanda HATI-HATI OKSIGEN.
f. sistem pemberian oksigen yang tepat (kanula hidung, masker sederhana, masker
rebreather parsial, atau masker nonrebreatheruntuk aliran rendah atau berbagai
konsentrasi oksigenmasker Venturi, masker aerosol, kolartrakeostomi, slang T,
tenda atau tudung aliran tinggi dan konsentrasi oksigen yang spesifik).
g. Slang penghubung diameter kecil dan diameter besar.
h. Lapisan kassa dan plester (untuk masker oksigen).
i. Adapter pancaran udara untuk masker enturi (jika menambah kelembapan).
j. Pilihan: penganalisa untuk oksigen dan adapter humidifikasi steril, monitor
oksigen nadi, mesin Bipap (dapat digunakan untuk pasien dengan masalah paru
kronis).

Implementasi
a. Periksa port saluran keluar oksigen untuk memastikan aliran. Pencet slang dekat
percabangannya untuk memastikan bahwa alarm yang dapat didengar akan
berbunyi jika aliran oksigen berhenti.
b. Kaji kondisis pasien. Pada keadaan darurat, pastikan bahwa jalan nafas pasien
terbuka sebelum memberikan oksigen.
c. Periksa kamar pasien untuk memastikan kamarnya aman untuk pemberian
oksigen. Jika mungkin, ganti elektronik dengan alat yang nonelektronikdan
ditempatkan tanda DILARANG MEROKOK di kamar pasien. Oksigen
mendukung terjadinya kebakaran dan percikan api yang terkecil pun dapat
menyebabkan api.
d. Tempatkan tanda HATI-HATI OKSIGEN di tempat tidur pasien dan pintu masuk
kamar pasien.
e. Bantu dalam memasang alat penghantar oksigen pada pasien. Pastikan alat ini
terpasang dengan baik dan stabil.
f. Pantau respons pasien terhadap terapi oksigen. Periksa nilai gas darah arteri
pasien selama penyesuaian awal terhadap aliran oksigen. Ketika pasien
distabilisasi, Anda dapat menggunakan oksimetri nadi. Periksa pasien dengan
sering apakah ada tanda-tanda hipoksia, seperti penurunan tingkat kesadaran,
peningkatan frekuensi jantung, aritmia, kegelisahan, perspirasi, dispnea,
penggunaan otot tambahan, terus menguap atau nafas cuping hidung, sianosis,
dan kulit dingin serta lembap.

Poin penting karena beberapa lansia tidak menjadi sianosis ketika mengalami
hipoksia, Anda perlu untuk mengevaluasi tanda-tanda lainnya.

a. Ketika memantau respons pasien terhadap perubahan aliran oksigen, periksa


monitor oksimetri nadi atau ukur nilai AGD 20 sampai 30 menit setelah
penyesuaian aliran. Pada keadaan ini, pantau pasien dengan ketat apakah ada
respons yang merugikan terhadap aliran oksigen.
b. Observasi integritas kulit pasien untuk mencegah kerusakan kulit pada titik-titik
penekanan akibat alat penghantar oksigen. Lap uap atau perspirasi dari wajah
pasien dan masker jika perlu.
c. Jika pasien akan mendapatkan oksigen pada konsentrasi di atas 60% selama lebih
dari 24 jam, perhatikan dengan cermat apakah ada tanda-tanda toksisitas terhadap
oksigen. Ingatkan pasien untuk batuk dan bernafas dalam mencegah atelektasis.
Selain itu untuk mencegah kerusakan paru yang serius, ukur nilai AGD secara
berulang untuk menentukan apakah konsentrasi oksigen yang tinggi masih
diperlukan.
d. Jangan memberikan oksigen lebih dari 2 L/menit melalui kanula hidung untuk
pasien yang menderitapenyakit paru kronis kecuali Anda mempunyai instruksi
khusus untuk melakukannya. Hal ini dikarenakan beberapa pasien yang menderita
penyakit paru kronis menjadi bergantung pada keadaan hiperkapnia dan hipoksia
untuk merangsang pernafasan mereka; sehingga, oksigen tambahan dapat
menyebabkan mereka berhenti bernafas. Akan tetapi, terapi oksigen jangka
panjang selama 12 sampai 17 jam sehari dapat membantu pasien yang menderita
penyakit paru kronis tidur lebih baik, bertahan hidup lebih lama, dan mengalami
penurunan ansiden penurunan hipertensi paru.

Komplikasi
Konsentrasi oksigen yang tinggi selama periode lama dapat menyebabkan
kerusakan pada jalan napas dan paru. Henti napas merupakan komplikasi yang
mungkin terjadi jika konsentrasi oksigen terlalu tinggi untuk pasien yang menderita
penyakit paru obstruktif kronis.
DAFTAR PUSTAKA

Jaime L. Stockslager, Lia Schaeffer. 2007. Askep Geriatrik. Edisi 2. Jakarta : EGC

Surini Pudjiastuti, Sri, SMPh, S.Pd. 2003. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta : EGC

Maryam, R.Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba
Medika

Anda mungkin juga menyukai