Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH GIZI & DIET TENTANG

KEBUTUHAN NUTRISI PADA LANJUT USIA

(Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Gizi&Diet )

Dosen Pengampu: NovitaSari Tsamrotul F S.Kep.,Ners, M.Kep

Oleh :

Putri Kania Syahrani 191FK01090

Riri Rismawati 191FK01100

Suleha 191FK01127

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

BANDUNG

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji dan syukur atas khadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan Inayah-nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah Gizi & Diet Tentang Kebutuhan Nutrisi Pada lanjut Usia
dengan maksud untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Gizi & Diet

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kami berharap semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan manfaat bagi pembaca.

Bandung,07 Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menua merupakan masa perubahan yang dialami individu baik fisik


maupun psikologi akibat penurunan fungsi tubuh sehingga memerlukan
pemeliharaan yang berbeda dengan usia anak-anak, remaja, maupun dewasa
yang membutuhkan dukungan dari orang di sekitarnya. Lansia mengalami
penurunan fungsi tubuh akibat proses degenerasi, oleh karena itu diperlukan
usaha untuk mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf
setinggi-tingginya agar terhindar dari penyakit atau gangguan. Untuk
mencapai hal tersebut diperlukan wadah yang dapat memberikan sarana bagi
lansia yang dapat memelihara kesehatannya yaitu posyandu lansia. Pada
tempat tersebut dapat diperoleh manfaat antara lain, lansia dapat mengetahui
status kesehatannya juga kegiatan lain yang bermanfaat untuk mengisi
kegiatan para lansia. Dalam posyandu lansia, terdapat suatu kepedulian dan
perhatian yang didapat dari kontak sosial sehingga memberi harapan dan
semangat para lansia untuk terus dapat hidup mandiri dan menyadari bahwa di
usia senja mereka tetap prima. Tingkat usia yaitu midle age(45-59 tahun),
elderly age(60-70 tahun), old age(70-90 tahun), dan very old age(> 90 tahun).
Lansia yang beresiko tinggi adalah lansia yang berusia di atas 60 tahun. Pada
sebagian besar lansia banyak yang mengalami perubahan berbagai fungsi
tubuh baik secara fisiologis, psikologis dan perubahan psikososial. Dari
perubahan-perubahan tersebut sehingga timbulah suatu keluhan-keluhan pada
tubuhnya tetapi belum mengetahui penyakitnya secara pasti. Dengan
ditunjang oleh pola perilaku yang kurang tepat, seperti makan-makanan yang
tinggi garam, tinggi lemak, merokok, minum kopi, dan lain-lain semakin
menambah kompleksitas masalah lansia. Menurut UU No. 13 Tahun 1998
tentang kesejahteraan usia pada Bab Pasal 1 Ayat 2 yang berbunyi “lanjut usia
adalah seorang yang mencakup usia 60 tahun keatas”. Semua orang akan
mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia
yang terakhir, yang pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik,
mental dan sosial sedikit sampai tidak melakukan tugasnya sehari hari lagi
hingga bagi kebanyakan orang masa tua itu merupakan masa yang kurang
menyenangkan.

Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan


bahwa perubahan yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi
minatnya terhadap perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola
hidupnya. Bagaimana sikap yang ditunjukan apakah memuaskan atau tidak
memuaskan, hal ini tergantung dari pengaruh perubahan terhadap peran dan
pengalaman pribadinya. Perubahan yang diminati oleh para lanjut usia adalah
perubahan yang berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan, ekonomi
atau pendapatan dan peran sosial (Goldstein, 1992)

1.2 Rumusan Masalah

1. Pengertian Menua/Tua?

2. Batasan Lanjut Usia ?

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penuaan?

4. Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia ?

5. Penyakit Yang Sering Terjadi Pada Lanjut Usia?

6. Faktor- Faktor Yang Terkait Dengan Kebutuhan Lansia?

7. Aktifitas Lansia?
1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Pengertian Menua/Tua

2. Untuk Mengetahui Batasan Usia Lanjut

3. Untuk Mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penuaan

4. Untuk Mengetahui Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia

5. Untuk Mengetahui Penyakir-Penyakit Yang Sering Terjadi Pada Lanjut Usia

6. Untuk Mengetahui Faktor-Faktor Yang Terkait Dengan Kebutuhan Gizi Lansia

7. Untuk Mengetahui Aktfitas Lansia


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Menua/Tua


Menua atau menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. (Contantinides 1994).
Usia lanjut merupakan seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, baik
fisiknya masih berkemampuan (potensial) maupun karena permasalahan yang
tidak lagi mampu berperan secara konstruktif dalam pembangunan. (Depsos
RI 1997).
Usia lanjut merupakan seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, baik
fisiknya masih berkemampuan (potensial) maupun karena permasalahan yang
tidak lagi mampu berperan secara konstruktif dalam pembangunan. (Depsos
RI 1997).

2.2 Batasan Usia Lanjut Menurut WHO


1. Middle age (usia pertengahan) 45-59 tahun
2. Elderly (lanjut usia) 60-74 tahun
3. Old (lanjut usia tua) 75-90 tahun
4. Very Old (usia sangat tua) > 90 tahun

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penuaan


1. Hereditas: keturunan/ genetik
2. Nutrisi/ makanan
3. Status kesehatan
4. Lingkungan
5. Stress
2.4 Perubahan yang terjadi pada usia Lanjut
1. Perubahan Fisik
a. Sel
Jumlah lebih sedikit, ukuran lebih besar, mekanisme perbaikan sel
terganggu, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah
dan hati.
b. Sistem persyarafan
Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, mengecilnya saraf
panca indera, kurang sensitive terhadap sentuhan, hubungan
persarafan menurunan
c. Sistem pendengaran
Presbiakusis/ gangguan pendengaran, hilang kemampuan
pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap bunyi suara atau
nada yang tinggi dan tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, terjadi
pengumpulan ceruman dapat mengeras.
d. Sistem penglihatan
Spingter pupil timbul sclerosis, hilang respon terhadap sinar, kornea
lebih berbentuk sferis (bola), kekeruhan pada lensa, hilangnya daya
akomodasi, menurunnya daya membedakan warna biru dan hijau
pada skala, menurunnya lapangan pandang, menurunnya elastisitas
dinding aorta, katub jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan
jantung memompa darah menurun ± 1% pertahun, kehilangan
elastisitas pembuluh darah, TD meningkat.
e. Sistem pengaturan suhu tubuh
Temperatur tubuh menurun secara fisiologis, keterbatasan reflek
menggigitdan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga
terjadi penurunan aktivitas otot.
f. Sistem respirasi
Menurunnya kekuatan otot pernafasan dan aktivitas dari silia-silia
paruparu kehilangan elastisitas, alveoli ukurannya melebar,
menurunnya O2 pada arteri menjadi 75 mmHg, menurunnya batuk.
g. Sistem gastrointestinal
Terjadi penurunan selera makan rasa haus, asupan makanan dan
kalori, mudah terjadi konstipasi dan gangguan pencernaan lainnya,
terjadi penurunan produksi saliva, karies gigi, gerak peristaltik usus
dan pertambahan waktu pengosongan lambung.
h. Sistem genitourinaria
Ginjal mengecil aliran darah ke ginjal menurun, fungsi menurun,
fungsi tubulus berkurang, otot kandung kemih menjadi menurun,
vesikel vrinaria susah dikosongkan, perbesaran prostat, atrofi vulva.
i. Sistem endokrin
Produksi hormon menurun fungsi paratiroid dan sekresi tidak
berubah, menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya produksi
aldesteron, menurunnya sekresi hormon kelamin.
j. Sistem integument
Kulit mengerut/ keriput, permukaan kulit kasar dan bersisik, respon
terhadap trauma menurun, kulit kepala dan rambut menipis dan
berwarna kelabu, elastisitas kulit berkurang pertumbuhan kuku lebih
lambat, kuku menjadi keras dan seperti bertanduk, kelenjer keringat
berkurang.
k. Sistem muskulokeletal
Tulang kehilangan cairan dan makin rapuh, tafosis, tubuh menjadi
lebih pendek, persendian membesar dan menjadi kaku, tendon
mengerut dan menjadi sclerosis, atrofi serabut otot.
2. Perubahan Psikologi
Tidak semua fungsi-fungsi pada lansia mengalami penurunan, adapun
perubahan psikis yang terjadi menurut Stevens dan Hurlock 1980 adalah:
a. Pengamatan
Memerlukan waktu lebih lama untuk menyimak keadaan
sekelilingnya.
b. Daya ingat
Cenderung masih mengingat hal yang lama disbanding dengan hal
yang baru.
c. Berpikir dan argumentas
Terjadi penurunan dalam pengmbilan keputusan/ kesimpulan.
d. Belajar
Lebih berhati-hati dalam belajar, memerlukan waktu lebih lama untuk
dapat mengintegrasikan jawaban, kurang mampu mempelajari hal-hal
yang baru.
e. Perubahan sosial
Lanjut usia cenderung mengurangi bahkan berhenti dari kegiatan sosial
atau menarik diri dari pergaulan sosialnya, keadaan ini mengakibatkan
interaksi sosial lanjut usia menurun, secara kualitas maupun kuantitas,
yaitu: kehilangan peran, kontak sosial dan berkurangnya komitmen
karena merasa sudah tidak mampu (Hurlock, 1990).
f. Perubahan spiritual
Hubungan horizontal, antar pribadi berupaya menyerasikan hubungan
dengan dunia.

2.5 Penyakit Yang Sering Terjadi Pada Lanjut Usia


a Kurang bergerak: gangguan fisik, jiwa, dan faktor lingkungan dapat
menyebabkan lansia kurang bergerak. Penyebab yang paling sering
adalah gangguan tulang, sendi dan otot, gangguan saraf, dan penyakit
jantung dan pembuluh darah.
b Instabilitas: penyebab terjatuh pada lansia dapat berupa faktor intrinsik
(hal-hal yang berkaitan dengan keadaan tubuh penderita) baik karena
proses menua, penyakit maupun faktor ekstrinsik (hal-hal yang berasal
dari luar tubuh) seperti obat-obat tertentu dan faktor lingkungan.
Akibat yang paling sering dari terjatuh pada lansia adalah kerusakan
bahagian tertentu dari tubuh yang mengakibatkan rasa sakit, patah tulang,
cedera pada kepala, luka bakar karena air panas akibat terjatuh ke dalam
tempat mandi. Selain daripada itu, terjatuh menyebabkan lansia tersebut
sangat membatasi pergerakannya.
Walaupun sebahagian lansia yang terjatuh tidak sampai menyebabkan
kematian atau gangguan fisik yang berat, tetapi kejadian ini haruslah
dianggap bukan merupakan peristiwa yang ringan. Terjatuh pada lansia
dapat menyebabkan gangguan psikologik berupa hilangnya harga diri dan
perasaan takut akan terjatuh lagi, sehingga untuk selanjutnya lansia
tersebut menjadi takut berjalan untuk melindungi dirinya dari bahaya
terjatuh.
c. Beser: beser buang air kecil (bak) merupakan salah satu masalah yang
sering didapati pada lansia, yaitu keluarnya air seni tanpa disadari, dalam
jumlah dan kekerapan yang cukup mengakibatkan masalah kesehatan
atau sosial. Beser bak merupakan masalah yang seringkali dianggap
wajar dan normal pada lansia, walaupun sebenarnya hal ini tidak
dikehendaki terjadi baik oleh lansia tersebut maupun keluarganya.
Akibatnya timbul berbagai masalah, baik masalah kesehatan maupun
sosial, yang kesemuanya akan memperburuk kualitas hidup dari lansia
tersebut. Lansia dengan beser bak sering mengurangi minum dengan
harapan untuk mengurangi keluhan tersebut, sehingga dapat
menyebabkan lansia kekurangan cairan dan juga berkurangnya
kemampuan kandung kemih. Beser bak sering pula disertai dengan beser
buang air besar (bab), yang justru akan memperberat keluhan beser bak
tadi.
d. Gangguan intelektual: merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi
gangguan fungsi intelektual dan ingatan yang cukup berat sehingga
menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan sehari-hari.
Kejadian ini meningkat dengan cepat mulai usia 60 sampai 85 tahun atau
lebih, yaitu kurang dari 5 % lansia yang berusia 60-74 tahun mengalami
dementia (kepikunan berat) sedangkan pada usia setelah 85 tahun
kejadian ini meningkat mendekati 50 %. Salah satu hal yang dapat
menyebabkan gangguan interlektual adalah depresi sehingga perlu
dibedakan dengan gangguan intelektual lainnya.
e. Infeksi: merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada
lansia, karena selain sering didapati, juga gejala tidak khas bahkan
asimtomatik yang menyebabkan keterlambatan di dalam diagnosis dan
pengobatan serta risiko menjadi fatal meningkat pula.
Beberapa faktor risiko yang menyebabkan lansia mudah mendapat
penyakit infeksi karena kekurangan gizi, kekebalan tubuh:yang menurun,
berkurangnya fungsi berbagai organ tubuh, terdapatnya beberapa
penyakit sekaligus (komorbiditas) yang menyebabkan daya tahan tubuh
yang sangat berkurang. Selain daripada itu, faktor lingkungan, jumlah
dan keganasan kuman akan mempermudah tubuh mengalami infeksi.
f. Gangguan panca indera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit: akibat
prosesd menua semua pancaindera berkurang fungsinya, demikian juga
gangguan pada otak, saraf dan otot-otot yang digunakan untuk berbicara
dapat menyebabkn terganggunya komunikasi, sedangkan kulit menjadi
lebih kering, rapuh dan mudah rusak dengan trauma yang minimal.
g. Sulit buang air besar (konstipasi): beberapa faktor yang mempermudah
terjadinya konstipasi, seperti kurangnya gerakan fisik, makanan yang
kurang sekali mengandung serat, kurang minum, akibat pemberian
obatobat tertentu dan lain-lain.
h. Depresi: perubahan status sosial, bertambahnya penyakit dan
berkurangnya kemandirian sosial serta perubahan-perubahan akibat
proses menua menjadi salah satu pemicu munculnya depresi pada lansia.
Namun demikian, sering sekali gejala depresi menyertai penderita dengan
penyakit-penyakit gangguan fisik, yang tidak dapat diketahui ataupun
terpikirkan sebelumnya, karena gejala-gejala depresi yang muncul
seringkali dianggap sebagai suatu bagian dari proses menua yang normal
ataupun tidak khas.
Gejala-gejala depresi dapat berupa perasaan sedih, tidak bahagia, sering
menangis, merasa kesepian, tidur terganggu, pikiran dan gerakan tubuh
lamban, cepat lelah dan menurunnya aktivitas, tidak ada selera makan,
berat badan berkurang, daya ingat berkurang, sulit untuk memusatkan
pikiran dan perhatian, kurangnya minat, hilangnya kesenangan yang
biasanya dinikmati, menyusahkan orang lain, merasa rendah diri, harga
diri dan kepercayaan diri berkurang, merasa bersalah dan tidak berguna,
tidak ingin hidup lagi bahkan mau bunuh diri, dan gejala-gejala fisik
lainnya. Akan tetapi pada lansia sering timbul depresi terselubung, yaitu
yang menonjol hanya gangguan fisik saja seperti sakit kepala, jantung
berdebar-debar, nyeri pinggang, gangguan pencernaan dan lain-lain,
sedangkan gangguan jiwa tidak jelas.
i. Kurang gizi: kekurangan gizi pada lansia dapat disebabkan perubahan
lingkungan maupun kondisi kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa
ketidaktahuan untuk memilih makanan yang bergizi, isolasi sosial
(terasing dari masyarakat) terutama karena gangguan pancaindera,
kemiskinan, hidup seorang diri yang terutama terjadi pada pria yang
sangat tua dan baru kehilangan pasangan hidup, sedangkan faktor kondisi
kesehatan berupa penyakit fisik, mental, gangguan tidur, alkoholisme,
obat-obatan dan lain-lain.
Akibatnya, pengosongan isi usus menjadi sulit terjadi atau isi usus
menjadi tertahan. Pada konstipasi, kotoran di dalam usus menjadi keras
dan kering, dan pada keadaan yang berat dapat terjadi akibat yang lebih
berat berupa penyumbatan pada usus disertai rasa sakit pada daerah perut.
j. Tidak punya uang: dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan
fisik dan mental akan berkurang secara perlahan-lahan, yang
menyebabkan ketidakmampuan tubuh dalam mengerjakan atau
menyelesaikan pekerjaannya sehingga tidak dapat memberikan
penghasilan.
Untuk dapat menikmati masa tua yang bahagia kelak diperlukan paling
sedikit tiga syarat, yaitu :memiliki uang yang diperlukan yang paling
sedikit dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, memiliki tempat
tinggal yang layak, mempunyai peranan di dalam menjalani masa tuanya.
k. Penyakit akibat obat-obatan: salah satu yang sering didapati pada lansia
adalah menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan
obat yang lebih banyak, apalagi sebahagian lansia sering menggunakan
obat dalam jangka waktu yang lama tanpa pengawasan dokter dapat
menyebabkan timbulnya penyakit akibat pemakaian obat-obat yaqng
digunakan.
l. Gangguan tidur: dua proses normal yang paling penting di dalam
kehidupan manusia adalah makan dan tidur. Walaupun keduanya sangat
penting akan tetapi karena sangat rutin maka kita sering melupakan akan
proses itu dan baru setelah adanya gangguan pada kedua proses tersebut
maka kita ingat akan pentingnya kedua keadaan ini.
Jadi dalam keadaan normal (sehat) maka pada umumnya manusia dapat
menikmati makan enak dan tidur nyenyak. Berbagai keluhan gangguan
tidur yang sering dilaporkan oleh para lansia, yakni sulit untuk masuk
dalam proses tidur. Tidurnya tidak dalam dan mudah terbangun, tidurnya
banyak mimpi, jika terbangun sukar tidur kembali, terbangun dinihari,
lesu setelah bangun dipagi hari.
m. Daya tahan tubuh yang menurun: daya tahan tubuh yang menurun pada
lansia merupakan salah satu fungsi tubuh yang terganggu dengan
bertambahnya umur seseorang walaupun tidak selamanya hal ini
disebabkan oleh proses menua, tetapi dapat pula karena berbagai keadaan
seperti penyakit yang sudah lama diderita (menahun) maupun penyakit
yang baru saja diderita (akut) dapat menyebabkan penurunan daya tahan
tubuh seseorang. Demikian juga penggunaan berbagai obat, keadaan gizi
yang kurang, penurunan fungsi organ-organ tubuh dan lain-lain.
n. Impotensi: merupakan ketidakmampuan untuk mencapai dan atau
mempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan sanggama yang
memuaskan yang terjadi paling sedikit 3 bulan.
Menurut Massachusetts Male Aging Study (MMAS) bahwa penelitian
yang dilakukan pada pria usia 40-70 tahun yang diwawancarai ternyata
52 % menderita disfungsi ereksi, yang terdiri dari disfungsi ereksi total
10 %, disfungsi ereksi sedang 25 % dan minimal 17 %.
Penyebab disfungsi ereksi pada lansia adalah hambatan aliran darah ke
dalam alat kelamin sebagai adanya kekakuan pada dinding pembuluh
darah (arteriosklerosis) baik karena proses menua maupun penyakit, dan
juga berkurangnya sel-sel otot polos yang terdapat pada alat kelamin serta
berkurangnya kepekaan dari alat kelamin pria terhadap rangsangan

2.6 Faktor- Faktor Yang Terkait Dengan Kebutuhan Lansia


1. Faktor Makanan
Usia tua sudah di mulai pada umur 40 tahun, karena perkembangan fisik
akan menurun, tapi perkembangan mental terus berlangsung. Mulai saat
itulah kita harus bisa menahan diri untuk tidak mengkonsumsi makanan
yang hanya di sukai dan yang memberi kepuasan, karena enak di mulut.
Tapi memikirkan akibatnya dalam tubuh, karena bukan lagi kesehatan
jadi baik, tapi sudah membuat penyakit di tubuh kita. Bagi lansia
sebaiknya mengkonsumsi makanan seperti sayuran segar yang di cuci
bersih dengan pestisida, buah segar, tahu, tempe yang berprotein tinggi.
Terutama hati yang banyak mengandung gizi seperti kalsium, fosfor,
besi, vitamin A, B1, B2, B12 dan vitamin C.
2. Faktor Istirahat
Istirahat yang cukup sangat di butuhkan dalam tubuh kita. Orang lansia
harus tidur lima sampai enam jam sehari. Banyak orang kurang tidur jadi
lemas, tidak ada semangat, lekas marah, dan stress. Bila kita kurang tidur
hendaknya di isi dengan ekstra makan. Dan bila tidur terganggu perlu
konsultasi ke dokter. Hobi untuk menonton televisi boleh saja, tapi
jangan sampai larut malam.
3. Olahraga
Olahraga yang teratur apapun itu, baik untuk kesehatan kita seperti
senam, berenang, jalan kaki, yoga, taichi, dan lain-lain. Berolahraga
bersama orang lain lebih menguntungkan, karena dapat bersosialisasi,
berjumpa dengan teman-teman, dan mendapat kenalan baru, mengadakan
kegiatan lainnya, seperti bisa berwisata dan makan bersama. Kebanyakan
olahraga dilakukan pada pagi hari setelah subuh. Dimana udara masih
bersih. Berolahraga dapat menurunkan kecemasan dan mengurangi
perasaan depresi dan lowself esteem. Selain fisik sehat jiwa juga terisi,
membuat kita merasa muda dan sehat di usia tua.
4. Faktor Perilaku
a Perilaku yang dianjurkan
 Mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
 Mau menerima keadaan, sabar, dan optimis serta meningkat rasa
percaya diri dengan melakukan kegiatan yang sesuai dengan
kemampuan.
 Menjalin hubungan yang teratur dengan keluarga dan sesama
manusia.
 Makan sedikit tapi sering, dan pilih makanan yang sesuai serta
banyak minum.
 Berhenti merokok dan minum minuman keras.
 Minum obat sesuai dengan anjuran dokter/ petugas kesehatan yang
lain.
 Mengembangkan hobi sesuai kemampuan.
 Tetap memelihara dan bergairah dalam kehidupan sex.
 Memeriksakan kesehatan dan gigi secara teratur.
b Perilaku yang kurang baik
 Kurang berserah diri.\
 Pemarah, merasa tidak puas, murung, dan putus asa.
 Menyendiri.
 Kurang gerak.
 Makan yang tidak teratur dan kurang tidur.
 Melanjutkan kebiasaan merokok dan minum minuman keras.
 Minum obat penenang dan penghilang rasa sakit tanpa aturan.
 Melakukan kegiatan yang melebihi kemampuan.
 Menganggap kehidupan sex tidak diperlukan lagi dimasa tua.
 Tidak memeriksakan kesehatan dan gigi secara teratur.

Diantara manfaat yang bisa didapat dengan menerapkan pola hidup


sehat pada usia Lansia adalah hidup akan menjadi lebih taqwa dan tenang,
tetap ceria dan mengisi waktu luang, keberadaannya tetap diakui keluarga
dan masyarakat, kesegaran dan kebugaran tubuh tetap terpelihara, terhindar
dari kegemukan/ kekurusan dan penyakit yang berbahaya di masa tua,
penyakit jantung, paru-paru, dan kanker paruparu dapat dicegah, mencegah
keracunan obat dan efek ssamping lainnya, mengurang stress, kecemasan
dan membuat merasa awet muda, hubungan harmonis tetap terpelihara,
gangguan kesehatan dapat diketahui dan diatasi sesegera mungkin.

2.7 Aktivitas lanisa


Lansia bila memungkinkam dianjurkan untuk berlatih senam tiga kali
seminggu. Latihan yang bermanfaat itu minimal 20 menit, dan maksimal 60
menit. Seperti telah disebutkan, sebaiknya senam dikombinasikan dengan
olahraga jalan bergantian, misalnya hari pertama senam, hari kedua jalan kaki,
hari ketiga senam, hari keempat jalan kaki, hari kelima senam, hari keenam
dan hari ketujuh istirahat. Setiap latihan fisik harus diawali dengan pemanasan
untuk:
a Menyiapkan otot dan urat agar meregang perlahan dan mantap
sehingga mencegah terjadinya cedera,
b Meningkatkan denyut nadi, pernapasan, dan suhu tubuh sedikit demi
sedikit,
c Menyelaraskan koordinasi gerakan tubuh dengan keseimbangan gerak,
dan Menimbulkan rasa santai.

Kegiatan ini dilakukan selama 10 menit dengan jalan ditempat,


gerakan kepala, bahu, siku, dan tangan, kaki, lutut, dan pinggul.
Kemudian lakukan peregangan selama kira-kira 5 menit. Latihan
peregangan akan menghasilkan kelenturan otot dan kemudahan gerakan
sendi. Latihan ini dilakukan secara lembut, berhati-hati dan bertahap,
jangan sampai menyebabkan cedera. Biasanya dimulai dengan peregangan
otot-otot lengan, dada, punggung, tungkai atas dan bawah, serta otot-otot
kaki.

Latihan inti, kira-kira 20 menit, merupakan kumpulan gerak bersifat


ritmis atau berirama agak cepat sehingga mempunyai nilai latihan yang
bermanfaat. Biasanya diiringi lagu-lagu yang berirama khusus, terkenal,
dan menyenangkan. Utamakan gerakan, tarikan, dan tekanan pada daerah
tulang yang sering mengalami osteoporosis, yaitu tulang punggung, tulang
paha, tulang panggul, dan tulang pergelangan tangan.

Setelah latihan inti, harus dilakukan pendinginan dengan mengulangi


gerakan peregangan seperti pada awal pemanasan, dan lakukan gerakan-
gerakan menarik nafas atau ambil nafas dan buang nafas secara teratur.

Jenis kegiatan yang biasa dilakukan lansia:

a. Psikodrama
Bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia. Tema dapat dipilih
sesuai dengan masalah lansia.
b. Terapi aktivitas kelompok (TAK)
Bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan, bersosialisasi, bertukar
pengalaman, dan mengubah perilaku. Untuk terlaksananya terapi ini
dibutuhkan leader, coleader, dan fasilitator. Misalnya cerdas cermat,
tebak gambar,dan lain-lain.
c. Terapi musik
Bertujuan untuk menghibur lansia sehingga meningkatkan gairah
hidup dan dapat mengenang masa lalu.
d. Terapi berkebun
Bertujuan untuk melatih kesabaran, kebersamaan, dan memanfaatkan
waktu luang.
e. Terapi dengan binatang peliharaan
Bertujuan untuk meningkatkan rasa kasih sayang dan mengisi hari-hari
sepinya dengan bermain bersama binatang.
f. Terapi okupasi
Bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan
produktivitas dengan membuat atau menghasilkan karya dari bahan
yang telah disediakan.
g. Terapi kognitif
Bertujuan agar daya ingat tidak menurun. Seperti mengisi TTS, dll.
h. Life review therapy
Bertujuan untuk meningkatkan gairah hidup dan harga diri dengan
menceritakan pengalaman hidupnya.
i. Rekreasi
Bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi, gairah hidup, menurunkan
rasa bosan, dan melihat pemandangan.
j. Terapi keagamaan

Bertujuan untuk kebersamaan, pesiapan menjelang kematian, dan


meningkatkan rasa nyaman. Seperti mengadakan pengajian (bagi yang
muslim), kebaktian (bagi yang nasrani), dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai