Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH KELOMPOK 17 TENTANG CACINGAN

Diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah Gizi dan Diet

Dosen pengampu :

Novita, S.Kep., Ners., M.Kep

Oleh:

Fahmy Adhia Putra 191FK01041

Moch Fachry RN 191FK01075

Tingkat 3B

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................... i

BAB I ......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2

1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 2

1.4 Manfaat........................................................................................................................ 2

BAB II........................................................................................................................................ 3

PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3

2.1 Pengertian ................................................................................................................ 3

2.2 Jenis – Jenis Cacing ................................................................................................. 3

2.3 Gejala – Gejala Cacingan ........................................................................................ 5

2.4 Dampak .................................................................................................................... 6

2.5 Cara Penularan ......................................................................................................... 6

2.6 Pencegahan .............................................................................................................. 7

BAB III ...................................................................................................................................... 9

PENUTUP.................................................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 10

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Prevalensi angka kecacingan di Indonesia masih cukup tinggi, antara 45 – 65%, bahkan
pada daerah –daerah tertentu yang kondisi lingkungannya buruk bisa mencapai 80%, angka
tersebut tergolong tinggi. Di beberapa daerah di Indonesia terutama di daerah pedalam
belum semua mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak, kasus infeksi cacing yang
kronik banyak ditemukan di daerah pedalaman yang secara latar belakang pengetahuan
kesehatan dan pendidikan rendah.
Ada beberapa factor yang mempengaruhi tingginya angka kecacingan pada masyarakat
Indonesia selain karena kondisi lingkungan geografis, juga karena factor kersadaran untuk
melakukan pola hidup bersih dan sehat, rendahnya pengetahuan kesehatan, dan kurangnya
penyuluhan kepada masyarakat terutama di daerah terpencil memberi kontribusi tingginya
angka kecacingan di Indonesia.
Apabila dicermati lebih lanjut, infeksi cacing ini sepele, tetapi pengaruhnya bisa sangat
mengganggu terutama pada anak-anak yang dalam masa pertumbuhan, infeksi ringan
mengakhibatkan anemia dengan berbagai manifestasi kilinis, baik yang terlihat secara
nyata maupun yang tidak terlihat. Kasus infeksi yang sedang sampai berat bisa
mengakhibatkan adanya gangguan penyerapan pada usus dan gangguan beberapa fungsi
organ dalam. Apabila hal ini terjadi pada masa anak-anak terutama disekolah, maka akan
sangat mengganggu proses belajar mengajar, secara nyata anak bisa mengalami
kemunduran prestasi, yang disadari atau tidak hal tersebut mempengaruhi masa depan
mereka. Kasus infeksi pada orang dewasa biasanya tidak disadari, contoh kasus pada
infeksi filaria, membutuhkan waktu yang cukup panjang dari infeksi sampai
terjadinya elephantiasis (Kaki gajah) beberapa kasus menunjukkan bahwa orang yang
terinfeksi mengetahui bahwa dirinya terkena elephantiasis setelah kakinya membesar.
Fenomena infeksi cacing ini seperti gunging es, yang muncul ke permukaan kecil, tetapi
sebenarnya banyak kasus dan kejadian infeksi cacing yang tidak terekspos. Kita sebagai
warga masyarakat kesehatan yang mengetahui tentang hal ini idealnya turut memberi
sumbangan terhadap peningkatan derajat kesehatan, dalam hal ini adalah menekan kejadian
infeksi cacing.

1
1.2 Rumusan Masalah

Adapun masalah yang kami bahas pada makalah ini :


1. Apa pengertian cacingan
2. Cacing-cacing apa sajakah yang menyebabkan caingan ?
3. Bagaimana gejala-gejala jika manusia mengalami cacingan ?
4. Bagaimana dampak dari cacingan ?
5. Bagaimana cara penularan cacingan ?
6. Bagaimana cara pencegahan agar terhindar dari penyakit cacingan ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini :


1. Pembaca dapat memahami dan mengerti apa yang dimaksud dengan penyakit cacingan.
2. Pembaca dapat mengetahui dan memahami jenis-jenis cacing yang menyebabkan
cacingan.
3. Dapat mengetahui gejala-gejala pada manusia jika mengidap penyakit cacingan.
4. Mengetahui dampak dari penyakit cacingan.
5. Mengetahui cara pencegahan untuk menghindari penyakit cacingan

1.4 Manfaat

Bagi pembaca : Dapat mengetahui dan memahami mengenai penyakit cacingan,


sehingga dapat mencegah untuk terpapar penyakit cacingan. Makalah ini juga dapat
dijadika referensi bagi makalah selanjutnya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Infeksi cacing atau biasa disebut dengan penyakit cacingan termasuk dalam infeksi
yang di sebabkan oleh parasit. Parasit adalah mahluk kecil yang menyerang tubuh inangnya
dengan cara menempelkan diri (baik di luar atau di dalam tubuh) dan mengambil nutrisi
daritubuh inangnya. Pada kasus cacingan, maka cacing tersebut bahkan dapat
melemahkantubuh inangnya dan menyebabkan gangguan kesehatan.
Cacingan biasanya terjadi karena kurangnya kesadaran akan kebersihan baik terhadap
diri sendiri ataupun terhadap lingkungannya. Cacingan dapat menular melalui larva/telur
yang tertelan & masuk ke dalam tubuh. Cacing merupakan hewan tidak bertulang yang
berbentuk lonjong & panjang yang berawaldari telur/larva hingga berubah menjadi bentuk
cacing dewasa. Cacing dapat menginfeksibagian tubuh manapun yang ditinggalinya seperti
pada kulit, otot, paru-paru, ataupun usus/saluran pencernaan Penyakit cacingan, khususnya
pada anak sering dianggap sebagai penyakit yang sepeleoleh sebagian besar kalangan
masyarakat. Padahal penyakit ini bisa menurunkan tingkatkesehatan anak. Di antaranya,
menyebabkan anemia, IQ menurun, lemas tak bergairah,ngantuk, malas beraktivitas serta
berat badan rendah.

2.2 Jenis – Jenis Cacing

Cacing pada manusia pun banyak jenisnya, ada cacing gelang, cacing pita dan cacing
pipih. Berikut jenis-jenis cacing :
1. Cacing gelang (Ascaris lumbricoides)
Warna : Merah muda atau putih
Besarnya : 20 - 30 cm
Hidup di : Usus kecil
Cara penularannya:
a. Telur cacing masuk melalui mulut
b. Menetas di usus kecil menjadi larva
c. Larva dibawa oleh aliran darah ke paru-paru melalui hati

3
d. Bila larva ini sampai ke tenggorokan dan tertelan, mereka masuk ke dalam usus
kecil danmenjadi dewasa di sana.
e. Cacing gelang dapat mengisap 0,14 gr karbohidrat setiap hari.

2. Cacing cambuk (Tricuris Trichiura)


Warna : Merah muda atau abu-abu
Besarnya : 3 - 5 cm
Hidup di : Usus besar
Cara penularannya:
a. Telur cacing tertelan bersama dengan air atau makanan
b. Menetas di usus kecil dan tinggal di usus besar
c. Telur cacing keluar melalui kotoran dan jika telur ini tertelan, terulanglah siklus ini.

3. Cacing tambang (Ancylostomiasis)


Warna : Merah
Besarnya : 8 – 13 mm
Hidup di : Usus kecil
Cara penularannya:
a. Larva menembus kulit kaki
b. Melalui saluran darah larva dibawa ke paru-paru yang menyebabkan batuk
c. Larva yang ditelan menjadi dewasa pada usus kecil dimana mereka menancapkan
dirinya untuk mengisap darah.
d. Cacing tambang merupakan infeksi cacing yang paling merugikan kesehatan anak-
anak.Infeksi cacing tambang dapat menyebabkan anemia (kurang darah). Cacing
tambang dapatmengisap darah 10 - 12 mililiter setiap hari.

4. Cacing kremi (Enterobius Vermicularis)


Warna : Putih
Besarnya : 1 cm
Hidup di : Usus besar
Cara Penularannya:
a. Cacing betina bertelur pada malam hari di anus

4
b. Anus menjadi gatal, garukan pada anus membawa telur cacing ini menyebar.
Melaluikontak dengan tempat tidur, bantal, sprei, pakaian, telur cacing kremi
dibawa ke tempatlain.
c. Jika telur-telur ini termakan, terunglah siklus ini.

2.3 Gejala – Gejala Cacingan

Secara khususnya:
Cacing kremi : Gejalanya adalah rasa gatal di sekitar daerah anus atau vulva(kemaluan
wanita). Gejala ini akan memburuk di malam hari ketika cacing kremibiasanya akan keluar
dari permukaan tubuh untuk menaruh telurnya di sekitar anus/vulva. Cacing juga biasanya
dapat terlihat di feses.
Cacing gelang : Biasanya tidak menimbulkan gejala, meskipun untuk jenis
Toxocaracanis dapat menyebabkan masalah penglihatan apabila terdapat di mata
karenamenimbulkan radang & luka pada retina mata. Cacing gelang ini juga
dapatberpindah ke bagian paru-paru menyebabkan timbulnya batuk & asma,
sertamenimbulkan bengkak di organ tubuh lain.
Cacing Tambang : Dapat menimbulkan rasa sakit di daerah perut. Cacing pita dapat
menutupi daerah otot, kulit, jantung, mata & otak.

Selain hal tersebut di atas, gejala lain yang mungkin timbul adalah :
1. Rasa mual
2. Lemas
3. Hilangnya nafsu makan
4. Rasa sakit di bagian perut
5. Diare
6. Turunnya berat badan karena penyerapan nutrisi yang tidak mencukupi dari makanan.

Pada infeksi yang lebih lanjut apabila cacing sudah berpindah tempat dari usus ke
organlain, sehingga menimbulkan kerusakan organ & jaringan, dapat timbul gejala :

1. Demam
2. Adanya benjolan di organ/jaringan tersebut
3. Dapat timbul reaksi alergi terhadap larva cacing
4. Infeksi bakteri

5
5. Kejang atau gejala gangguan syaraf apabila organ otak sudah terkena.

2.4 Dampak

Anak-anak akan mengalami berbagai dampak psikologis bila mereka terkena penyakit
cacingan. Dampak psikologis yang terjadi pada si anak bila menderita penyakit cacing
kremi, si anak akan merasakan gatal di anusnya pada malam hari sehingga si anak akan
menagis dan terganggu waktu tidurnya. Pada anak yag menderita penyakit karena cacing
tambang, Cacing tambang ini merupakan infeksi cacing yang paling merugikan kesehatan
anak-anak. Infeksi cacing tambang dapat menyebabkan anemia (kurang darah), sehingga
sianak akan lemas untuk beraktivitas jadi terganggu aktivitas sehari-harinya, Konsetrasi
dan daya ingat anak yang menurun sehingga anak sulit mencerna pelajaran di sekolah.
Penderita cacingan di kalangan anak sekolah juga cukup tinggi. Menurut survei yang
pernah dilakukan di Jakarta, terutama pada anak Sekolah Dasar (SD) menyebutkan sekitar
49,5 persen dari 3.160 siswa di 13 SD ternyata menderita cacingan. Siswa perempuan
memiliki prevalensi lebih tinggi, yaitu 51,5 persen dibandingkan dengan siswa laki-laki
yang hanya 48,5 persen. Biasanya seorang siswa yang terinfeksi cacing akan mengalami
kekurangan hemoglobin (Hb) hingga 12 gr persen, dan akan berdampak
terhadapkemampuan darah membawa oksigen ke berbagai jaringan tubuh, termasuk ke
otak. Akibatnya, penderita cacingan terserang penurunan daya tahan tubuh serta
metabolisme jaringan otak. Bahkan, dalam jangka panjang, penderita akan mengalami
kelemahan fisik dan intelektualitas. Kategori infeksi cacing ditentukan dari jumlah cacing
yang dikandungnya. Jika anak-anak itu sudah terinfeksi cacing, biasanya akan
menunjukkan gejala keterlambatan fisik, mental dan seksual.
Infeksi usus akibat cacingan, juga berakibat menurunnya status gizi penderita yang
menyebabkan daya tahan tubuh menurun, sehingga memudahkan terjadinya infeksi
penyakit lain, termasuk HIV/AIDS, Tuberkulosis dan Malaria. Jenis penyakit parasit ini
kecil sekali perhatiannya dari pemerintah bila dibandingkan dengan HIV/AIDS yang
menyedot anggaran cukup besar, padahal semua bentuk penyakit sama pentingnya dan
sikap masyarakat sendiri juga tak peduli terhadap penyakit jenis ini.

2.5 Cara Penularan

Cacing masuk ke dalam tubuh manusia lewat makanan atau minuman yang tercemar
telur-telur cacing. Umumnya, cacing perut memilih tinggal di usus halus yang banyak berisi

6
makanan. Meski ada juga yang tinggal di usus besar. Penularan penyakit cacing dapat lewat
berbagai cara, telur cacing bisa masuk dan tinggal dalam tubuh manusia. Ia bisa masuk
lewat makanan atau minuman yang dimasak menggunakan air yang tercemar. Jika air yang
telah tercemar itu dipakai untuk menyirami tanaman, telur-telur itu naik ke darat. Begitu
air mengering, mereka menempel pada butiran debu. Telur yang menumpang pada debu itu
bisa menempel pada makanan dan minuman yang dijajakan di pinggir jalan atau terbang
ke tempat-tempat yang sering dipegang manusia. Mereka juga bisa berpindah dari satu
tangan ke tangan lain. Setelah masuk ke dalam usus manusia, cacing akan berkembang
biak, membentuk koloni dan menyerap habis sari-sari makanan. Cacing mencuri zat gizi,
termasuk protein untuk membangun otak.
Setiap satu cacing gelang memakan 0,14 gram karbohidrat dan 0,035 protein per hari.
Cacing cambuk menghabiskan 0,005 milimeter darah per hari dan cacing tambang minum
0,2 milimeter darah per hari. Kalau jumlahnya ratusan, berapa besar kehilangan zat gizi
dan darah yang digeogotinya. Seekor cacing gelang betina dewasa bisa menghasilkan
200.000 telur setiap hari. Bila di dalam perut ada tiga ekor saja, dalam sehari mereka
sanggup memproduksi 600.000 telur.

2.6 Pencegahan

1. Cucilah tangan sebelum makan.


2. Budayakan kebiasaan dan perilaku pada diri sendiri, anak dan keluarga untuk mencuci
tangan sebelum makan. Kebiasaan akan terpupuk dengan baik apabila orangtua
meneladani. Dengan mencuci tangan makan akan mengeliminir masuknya telur cacing
ke mulut sebagai jalan masuk pertama ke tempat berkembang biak cacing di perut kita.
3. Pakailah alas kaki jika menginjak tanah. Jenis cacing ada macamnya. Cara masuknya
pun beragam macam, salah satunya adalah cacing tambang (Necator americanus
ataupun Ankylostoma duodenale). Kedua jenis cacing ini masuk melalui larva cacing
yang menembus kulit di kaki, yang kemudian jalan-jalan sampai ke usus melalui trayek
saluran getah bening. Kejadian ini sering disebut sebagai Cutaneus Larva Migran (dari
namanya ini kita sudah tahu lah apa artinya; cutaneus: kulit, larva: larva, migrant:
berpindah). Nah, setelah larva cacing sampai ke usus, larva ini tumbuh dewasa dan terus
berkembang biak dan menghisap darah manusia. Oleh sebab itu Anda akan anemia.
*Lha wong berbagi darah dan hidup dengan cacing

7
4. Gunting dan bersihkan kuku secara teratur. Kadang telur cacing yang terselip di antara
kuku Anda dan selamat masuk ke usus Anda dan mendirikan koloni di sana.
5. Jangan buang air besar sembarangan dan cuci tangan setelah selesai buang air besar.
Setiap kotoran baiknya dikelola dengan baik, termasuk kotoran manusia. Di negara kita
masih banyak warga yang memanfaatkan sungai untuk buang hajat. Dengan perilaku
ini maka kotoran-kotoran ini akan liar tidak terjaga, sehingga mencemari
lingkungannya. Dan, jika lingkungan sudah cemar, penularan sering tidak pandang
bulu. Orang yang sudah menjaga diri sebersih mungkin sekalipun masih dapat
dihinggapi parasit cacing ini.
6. Bertanam atau Berkebunlah dengan baik. Ambillah air yang masih baik untuk
menyiram tanaman. Agar air ini senantiasa baik maka usahakan lingkungan sebaik
mungkin. Menjaga alam ini termasuk bagian dalam merawat kesehatan.⁠
7. Peduli lah dengan lingkungan, maka akan dapat memanfaatkan hasil yang baik. Jika air
yang digunakan terkontaminasi dengan tinja manusia, bukan tidak mungkin telur
cacing bertahan pada kelopak-kelopak tanaman yang ditanam dan terbawa hingga ke
meja makan.
8. Cucilah sayur dengan baik sebelum diolah. Cucilah sayur di bawah air yang mengalir.
Mengapa demikian? Ya, agar kotoran yang melekat akan terbawa air yang mengalir, di
samping itu nilai gizi sayuran tidak hilang jika dicuci di bawah air yang mengalir. Cara
mengolah sayuran yang baik dapat Anda lihat di artikel Cerdas mengolah Sayuran :
Menjamin Ketersediaan Nutrisi.
9. Hati-hatilah makan makanan mentah atau setengah matang, terutama di daerah yang
sanitasinya buruk. Perlu dicermati juga, makanan mentah tidak selamanya buruk. Yang
harus diperhatikan adalah kebersihan bahan makanan agar makanan dapat kita makan
sesegar mungkin sehingga enzim yang terkandung dalam makanan dapat kita rasakan
manfaatnya. Ulasan saya tentang makanan mentah yang menyehatkan dapat dilihat
pada artikel Diet Sunda ini.
10. Buanglah kotoran hewan hewan peliharaan kesayangan Anda seperti kucing atau anjing
pada tempat pembuangan khusus
11. Pencegahan dengan meminum obat anti cacing setiap 6 bulan, terutama bagi Anda yang
risiko tinggi terkena infestasi cacing ini, seperti petani, anak-anak yang sering bermain
pasir, pekerja kebun, dan pekerja tambang (orang-orang yang terlalu sering
berhubungan dengan tanah.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Infeksi cacing atau biasa disebut dengan penyakit cacingan termasuk dalam infeksi
yang di sebabkan oleh parasit. Parasit adalah mahluk kecil yang menyerang tubuh inangnya
dengan cara menempelkan diri (baik di luar atau di dalam tubuh) dan mengambil nutrisi
daritubuh inangnya.
Gejala umum jika terinfeksi cacing adalah timbulnya rasa mual, lemas, hilangnya nafsu
makan, rasa sakit di bagian perut, diare, dan turunnya berat badan karena penyerapan
nutrisi yang tidak mencukupi dari makanan.
Penularan cacing : cacing masuk ke dalam tubuh manusia lewat makanan atau minuman
yang tercemar telur-telur cacing. Umumnya, cacing perut memilih tinggal di usus halus
yang banyak berisi makanan. Meski ada juga yang tinggal di usus besar.
Pencegahan infeksi ini relative mudah, yaitu dengan pola hidup bersih dan sehat,
menjaga kesehatan diri dan lingkungan, mengkonsumsi obat cacing setiap 6 bulan sekali,
dan konsultasi kesehatan apabila ada gejala yang tidak beres di dalam tubuh kita dan
keluarga kita.

3.2 Saran

Sebaiknya pengobatan diberikan kepada seluruh anggota keluarga untuk mencegah


atau mewaspadai terjadinya cacingan tersebut. Selama masa pengobatan hindari penularan
cacingan ke anggota keluarga lain dengan cara mencuci tangan dengan sabun setiap habis
ke toilet atau sebelum menyentuh makanan, hindari juga untuk menutup mulut dengan
tangan yang belum dicuci. Menjaga kebersihan diri adalah salah satu kunci untuk mencegah
timbulnya cacingan kembali.

9
DAFTAR PUSTAKA

Aivi. 2012. Penyakit Kecacingan. http://aivi-blogger-remaja.blogspot.com/, diakses pada


tanggal 09 April 2013.

Judarwanto, Widodo. 2013. Permasalahan Penyakit Cacing Pada


Anak. http://clinicforchild.wordpress.com/, diakses pada 13 April 2013.

NN. 2011. Kecacingan. http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/, diakses pada tanggal 13


April 2013.

NN. 2011. Kecacingan. http://id.wikipedia.org/, diakses pada tanggal 09 April 2013.

Wahyudi, Didik. 2012. Pencegahan Infeksi Cacing. http://aaknasional.wordpress.com/,


diakses pada tanggal 13 Appril 2013.

10
MAKALAH PENCEGAHAN DAN PENANGANAN ANEMIA
(Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Tugas Keperawatan Gizi )
Dosen Pengampu: Novita, S.Kep., Ners., M.Kep

Oleh : Kel. 16
Alan 191FK01005
Mochamad ilham 191FK01076
Tingkat 3B

PRODI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2021
Kata pengantar

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "pencegahan dan penanganan
anemia" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran. Selain itu, makalah ini
bertujuan menambah wawasan tentang manusia prasejarah bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu selaku guru Mata Pelajaran . Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandunng , 6 oktober 2021


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anemia, cacingan, dan KKP adalah penyakit yang sering di derita oleh

masyarakat. Penyebabnya sangat beragam. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi

diantaranya yaitu kurangnya kesadaran untuk melakukan pola hidup sehat,

Cacingan yang dianggap sepele dapat mengakibatkan infeksi ringan yang sangat

mengganggu terutama pada anak-anak yang dalam masa pertumbuhan. Infeksi ringan

dapat mnegakibatkan anemia dengan berbagai manifestasi klinis, baik yang terlihat

secara nyata maupun yang tidak terlihat. Sedangkan dalam kasus infeksi yang sedang

sampai dengan berat dapat mengganggu proses penyerapan makanan sehingga zat-zat

gizi tidak dapat diserap dengan baik oleh tubuh.

Upaya-upaya untuk menangani penyakit tersebut merupakan tindakan-tindakan

preventif. Perbaikan harus ditujukan pada faktor-faktor penyebab lapis terdalam

maupun terluar. Seperti perbaikan ekonomi Negara, peningkatan pendidikan umum

dan pendidikan gizi, penerangan serta penyuluhan gizi, peningkatan produksi bahan

makanan. Selain itu juga adanya perbaikan kondisi keluarga dan para anggota

keluarga.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan anemia?


2. Apa penyebab umum anemia?

3. Apa Tanda dan Gejala anemia?

4. Apa saja faktor terkena anemia?

5. Bagaimana pencegahan anemia?

6. Bagaimana penanganan anemia?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian anemia.

2. Untuk mengetahui penyebab umum anemia.

3. Untuk mengetahui gejala anemia,

4. Untuk mngetahui faktor-faktor apabila terkena anemia.

5. Untuk mengetahui pencegahan anemia.

6. Untuk mengetahui penangahan anemia

1.4 Manfaat

Agar mahasiswa dapat memahami penyakit anemia, Faktor-faktor penyebabnya,

tanda dan gejala, faktor terkena anemia, pencegahan dan penanganan pada anemia.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Anemia atau kurang darah adalah kondisi dimana hemoglobin (protein

pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal.Hemoglobin

berperan untuk mengangkut oksigen dari paru-paru dan menyalurkannya ke seluruh

tubuh. Orang yang terkena anemia akan mengalami kekurangan oksigen untuk

menghasilkan energi, maka penderita anemia terlihat pucat, capat lelah, sesak nafas,

bahkan gelisah. Selain itu, penderita anemia akan terlihat pucat di bagian lidah dan

kelopak mata.

2.2 Penyebab umum

1. Kekurangan vitamin B12

2. Kekurangan asam folat

3. Gangguan sumsum tulang

4. Pendarahan

5. Kekurangan zat besi

6. Mengalami pendarahan usus

7. Faktor genetik
Anemia terjadi karena tubuh kekurangan sel darah merah, kehilangan banyak

sel darah merah, atau mematikan sel darah merah lebih banyak daripada

menggantikannya. Berikut ini beberapa jenis anemia dan penyebabnya:

a) Iron deficiency anemia

Penyebab: kekurangan zat besi dalam tubuh. Sumsum tulang membutuhkan zat

besi untuk membuat hemoglobin.Jadi, tanpa zat besi yang cukup, tubuh tidak

memproduksi hemoglobin yang cukup untuk sel darah merah

b) Vitamin deficiency anemia

Sebagai tambahan dari zat besi, tubuh juga membutuhkan folat dan vitamin B12

untuk menghasilkan sel darah merah yang cukup.Oleh karena asupan makanan

seseorang yang kurang kandungan zat tersebut dapat mengakibatkan penurunan

produksi sel darah merah.Namun ada juga orang yang tidak bisa menyerap

vitamin B12 dengan efektif.

c) Anemia of chronic disease

d) Aplastic anemia

e) Anemias assosiated with bone marrow disease

f) Hemolytic anemias

g) Sickle cell anemia

h) Anemia lain
2.3 Gejala

1. Kelopak mata pucat

2. Cepat lelah

3. Sering mual

4. Sakit kepala

5. Ujung jari pucat

6. Sesak napas

7. Denyut jantung tidak teratur

8. Wajah pucat

9. Rambut rontok

10. Kekebalan tubuh menurun

2.4 Faktor terkena anemia

1. Rendahnya asupan gizi pada makanan.

2. Gangguan kesehatan usus kecil atau operasi yang berkenaan dengan usus kecil.

3. Menstruasi.

4. Kehamilan.

5. Kondisi kronis seperti kanker, gagal ginjal, atau kegagalan hati.

6. Faktor genetik/keturunan

7. Infeksi tertentu seperti gangguan darah dan autoimun, terkena racun kimia, dan

menggunakan beberapa obat yang berpengaruh pada produksi sel darah merah.
8. Diabetes, alkohol, dan orang yang menjadi vegetarian ketat dan kurang asupan

zat besi atau vitamin B12 pada makanannya.

2.5 Pencegahan

Banyak jenis anemia yang tidak dapat dicegah, namun untuk menghindari

iron dificeincy anemia dan vitamin difesiency anemia dapat dicegah dengan makan

makanan yang mengandung:

1. Zat besi

Memastikan konsumsi zat besi secara teratur untuk memenuhi kebutuhan tubuh

dan untuk meningkatkan kandungan serta bioavailabilitas (ketersediaan hayati)

zat besi dalam makanan. Ada empat pendekatan utama:

- Penyediaan suplemen zat besi

Prinsip esensial dalam manajemen anemia karena defisiensi zat besi

adalah terapi sulih zat besi dan penanganan penyebab yang mendasar seperti

infeksi parasit atau perdarahan gastrointestinal. Terapi zat besi per oral

merupakan bentuk penanganan yang disukai.

Ferro sulfat merupakan preparat zat besi oral yang paling murah dan

banyak digunakan. Dosis total yang ekuivalen dengan 60 mg zat besi

elemental (300 mg ferro sulfat) Per hari sudah cukup bagi orang dewasa dan

harus diberikan di antara saat saat makan pada pagi hari atau pada waktu

tidur. Pada bayi dan anak kecil, pemberian 30 mg besi elemental per hari

sudah memadai. Umumnya setelah waktu lebih dari 4 minggu akan terjadi

kenaikan kadar hemoglobin sekitar 2g/dl. Penting untuk diingat bahwa


terapi zat besi harus lanjutkan selama sekitar 3 bulan sekalipun kadar

hemoglobin sudah kembali normal. Pada kasus anemia karena defisiensi zat

besi yang berat dengan kadar hemoglobin berkisar 5-7g/dl dianjurkan untuk

transfusi dengan preparat packed-cell.

Efek samping yang lazim terjadi pada suplementasi zat besi adalah

mual, konstipasi, tinja berwarna hitam, dan diare. Risiko efek samping

tersebut sebanding dengan dosis zat besi yang diberikan. Ketidakpatuhan

pasien dalam menjalani terapi merupakan penyebab utama

ketidakberhasilan dalam merespons terapi dan diperlukan konseling

individual yang dilaksanakan dengan tepat serta simultan.

Pemberian zat besi secara oral merupakan terapi pilihan untuk

pencegahan anemia karena defisiensi zat besi. Pada umumnya, pemberian

suplemen setiap hari yang berisi sekitar 100 mg besi elemental

direkomendasikan selama periode waktu sekitar 100 hari bagi kelompok

populasi yang paling rentan, seperti ibu hamil. Dosis pemberian ditetapkan

dengan mempertimbangkan efektivitas biologis dan efek samping. Efek

samping yang lazim dijumpai pada terapi zat besi per oral adalah gangguan

gastrointestinal seperti konstipasi dan tinja yang berwarna hitam.

Penggunaan terapi dalam waktu yang lama dapat menimbulkan nyeri pada

sendi.

Keberhasilan program semacam ini bergantung pada distribusi

suplemen zat besi dengan jumlah yang adekuat dan kepatuhan individual
menghadap pengobatan. Sedapat mungkin kelahiran bayi dilaksanakan

melalui sitem persalinan yang sudah ada. Pengalaman di India merupakan

contoh kekurangan pada program tersebut ketika diujicobakan dalam skala

besar. Pada tahun 1970, India mengadopsi program nasional suplementasi

dengan pemberian tablet zat besi dan asam folat tiap hari ( selama 100 hari )

kepada ibu hamil, ibu menyusui, dan anak-anak yang kecil. Hasil evaluasi

program ini menunjukkan tidak adanya perubahan pada prevalensi anemia

karena defisiensi zat besi di negara tersebut sebagai akibat dari pasokan

suplemen yang tidak mencukupi dan tidak teratur. Demikian pula, hal yang

sama terjadi di Indonesia. Meskipun telah dilakukan distribusi 120 mg zat

besi per hari selama 3 bulan bagi semua ibu yang hamil sudah dilaksanakan

selama periode 10 tahun, namun pravalensi anemia defisiensi besi tetap

tinggi.

Sayangnya, dengan kondisi sosioekonomi yang terjadi sekarang ini

dengan asupan zat besi dari makanan tidak lagi memadai, para ibu hamil di

negeri berkembang tetap memerlukan suplementasi untuk memenuhi

kebutuhan mereka akan zat besi. Karena alasan inilah kita dituntut untuk

dapat menemukan program alternatif suplementasi seperti pemberian besi

lepas-lambat. Pemakaian preparat zat besi lepas lambat dapat memberikan

manfaat yang sama seperti halnya pemakaian zat besi dalam dosis rendah

dengan efek samping yang sangat sedikit. Suplementasi zat besi mingguan

sebagai pengganti pemberian zat besi harian juga sudah diusulkan; cara ini
dapat menghasilkan penyerapan zat besi yang lebih besar kendati mungkin

hanya efektif jika dilaksanakan dalam kondisi diawasi.

- Fortifikasi bahan pangan yang biasa dikonsumsi dengan zat besi

Fortifikasi zat besi pada beberapa bahan pangan yang lazim

dikonsumsi merupakan pilihan menarik untuk mengatasi permasalahan

asupan zat besi yang tidak memadai dalam masyarakat. Bahan pangan yang

dijadikan fortifikan dan pembawa harus aman dan efektif. Jenis-jenis bahan

pangan yang berhasil dijadikan pembawa bagi fortifikasi pangan adalah

gandum, roti, tepung susu, garam, susu formula bayi, dan gula. Negara

Swedia memiliki sejarah panjang fortifikasi zat besi pada tepung gandum

dengan takaran 65 mg zat besi/kg tepung. Di AS, tepung gandum juga

difortifikasi dengan zat besi (44mg/kg). Di India, hasil uji coba di lapangan

yang melibatkan banyak pihak menunjukkan bahwa garam biasa yang

difortifikasi dengan zat besi ternyata efektif untuk menurunkan prevalensi

anemia karena defisiensi zat besi pada masyarakat pedesaan.

2. Edukasi gizi

Upaya yang ekstensif dan persuasif diperlukan untuk menimbulkan

perubahan perilaku dalam masyarakat agar orang-orang dalam masyarakat

tersebut mau mengadopsi diversifikasi pangan. Pada akhirnya, satu-satunya

solusi yang bertahan lama dalam pemecahan persoalan anemia karena

defisiensi zat besi adalah dengan membantu masyarakat mengonsumsi

makanan yang kaya dengan zat besi secara teratur, mendorong asupan
promotor absorpsi besi seperti vitamin C, dan mencegah konsumsi faktor-

faktor penghambat yang berlebihan. Pendekatan berikut ini dianggap paling

penting dalam pencegahan dan pengendalian anemia gizi secara umum:

- Meningkatkan konsumsi bahan pangan yang kaya akan zat besi seperti

kacang-kacangan, sayuran hijau, jenis sayuran lainnya dan daging.

- Mendorong konsumsi secara teratur bahan pangan yang kaya akan vitamin

C seperti jeruk sitrus, jambu, dan kiwiMeningkat penambahan bahan pangan

yang kaya akan zat besi pada makanan tambahan bagi bayi

- Menyarankan untuk tidak mengonsumsi bahan pangan yang dapat

menghambat absorpsi besi, khususnya bagi wanita dan anak-anak.

- Pendekatan berbasis hortikultur untuk memperbaiki ketersediaan hayati zat

besi pada bahan pangan yang umum

Strategi hortikultural untuk mendorong produksi buah dan sayuran

yang kaya akan zat besi merupakan komponen penting dalam pendekatan

jangka panjang untuk mengendalikan dan mencegah anemia karena defisiensi

zat besi di negara berkembang. Ironisnya, pada negara yang sudah tersedia

berbagai ragam bahan pangan yang kaya akan zat besi dan promotor absorpsi

besi, tetapi anemia karena defisiensi zat besi tetap menjadi persoalan yang

prevalen. Di tingkat pemerintahan, terdapat tuntutan untuk menambahkan

komponen gizi ke dalam semua program hortikultural dan sosial kehutanan,

sementara di tingkat rumah tangga harus dilakukan berbagai upaya untuk

mendorong produksi sayuran. Kebun rumah merupakan salah satu pendekatan


yang dapat berlanjut untuk mengendalikan anemia karena defisiensi zat besi

pada masyarakat pedesaan yang miskin. Di sisi lain, ketika masyarakat yang

sudah terlibat dalam kegiatan pertanian memerlukan edukasi dan peluasan

pengetahuan untuk meningkatkan produksi bahan pangan bergizi pada kebun-

kebun di rumah mereka. Keuntungan berkebun di rumah adalah bahwa

kegiatan ini akan memfasilitasi konsumsi nutrien yang beragam. Pada kasus

anemia karena defisiensi zat besi, kegiatan berkebun di rumah akan

memfasilitasi diikutsertakannya produk promoter absorpsi besi ke dalam

makanan penduduk di samping menyediakan pula jenis-jenis bahan pangan

yang kaya akan zat besi.

3. Folat

Anda dapat menurunkan risiko terkena anemia defisiensi folat dengan

diet seimbang yang mengandung cukup folat. Direkomendasikan, jumlah folat

untuk dikonsumsi setiap hari adalah 200 mikrogram (ug). Umumnya, jika

seseorang sudah cukup mengonsumsi sayuran, buah-buahan dan kacang-

kacangan, tidak perlu lagi untuk mengonsumsi suplemen.

Folat dapat rusak oleh panas, sehingga buah dan sayuran yang dalam

keadaan mentah mengandung lebih tinggi folat ketimbang yang telah

dimasak. Roti dan sereal yang telah diperkaya dengan vitamin juga

merupakan sumber folat yang baik. Sumber folat yang bagus di antaranya

beras cokelat, kol brussel, brokoli, asparagus, kacang polong, kacang arab.
Namun jika Anda memiliki gangguan dalam penyerapan nutrisi tubuh,

atau jika sedang hamil, maka mungkin perlu untuk mengonsumsi suplemen.

Mintalah saran dokter untuk hal ini.

4. Vitamin B12

Vitamin B12 adalah suatu vitamin yang sangat kompleks molekulnya,

yang mengandung sebuah atom kobal yang terikat mirip dengan besi terikat

dalam hemoglobin atau magnesium dalam klorofil. Sumber yang mengandung

vitamin B12 yaitu bisa ditemukan pada daging, ikan, telur, dan susu. Orang

yang hanya makan sayuran (vegetarian) dapat melindungi diri sendiri

melawan defisiensi (kekurangan) dengan menambah konsumsi susu, keju dan

telur. Hal ini berarti sekitar satu cangkir susu atau satu butir telur untuk satu

harinya.

Untuk seorang vegetarian yang tidak memakan semua produk dari

hewan dapat memperoleh sumber vitamin B12 dari susu kedelai atau ragi

yang sudah ditumbuhkan dalam lingkungan yang kaya akan vitamin B12.

Sumber lainnya adalah miso (produk fermentasi kedelai, semacam tauco) dan

tempe (terutama yang dibuat secara tradisional). Pada tempe buatan pabrik

tidak ditemukan kobalamin. Bagi kaum vegetarian yang akan meningkatkan

jumlah vitamin B12, dapat makan sereal ataupun susu kedelai yang diperkaya

dengan vitamin dan mineral.

Vitamin ini bersifat larut dalam air, dan dapat disintetis oleh bakteri

dalam usus. Vitamin B12 ini berbeda dengan vitamin larut air lainnya tidak
cepat dikeluarkan dalam urin, tetapi dikumpulkan dan disimpan dalam hati,

ginjal dan beberapa jaringan tubuh. Kekurangan vitamin B12 tidak saja terjadi

karena asupannya yang kurang. Asupan vitamin lain berlebihan pun dapat

mengakibatkan defisiensi vitamin B12. Misalnya, karena berlebihan

mengkonsumsi vitamin C.

Perlu diketahui bahwa kebutuhan vitamin B12 berbeda-beda

tergantung dari usianya. Usia 0 sampai 3 tahun membutuhkan 400-900

nanogram vitamin B12 setiap hari. Usia 4 sampai 13 tahun membutuhkan 1,2-

2,4 mcg vitamin B12 setiap hari. Usia 14 tahun keatas membutuhkan 2,4-2,8

mcg vitamin B12 setiap hari. Cegah tentu dengan mengkonsumsi makanan

bervitamin B12, banyak daging terutama lebih baik. Daging hewani yang

banyak protein seperti daging ikan bisa Anda konsumsi jika Anda terhalang

dengan daging sapi atau kambing yang berkolesterol tinggi dan menghindari

tekanan darah tinggi. Jika Anda tidak juga dapat juga memenuhi kebutuhan

vitamin B12 pada daging-dagingan, Anda bisa mengkonsumsi sayuran

fermentasi seperti tahu, miso atau tempe.

Selain itu, makan makanan olahan rumput laut, ganggang yang berupa

agar-agar atau jelly juga dapat membantu Anda memenuhi kebutuhan vitamin

B12. Hindari menjadi vegetarian. Kekurangan asupan vitamin B12 karena

terlalu banyak makan sayuran tanpa diikuti oleh kebutuhan vitamin B12 dari

sumber hewani sama saja Anda mengundang penyakit akibat kekurangan

vitamin B12. Cegah juga kekurangan vitamin B12 dengan mengkonsumsi


suplemen multivitamin. Atau konsultasikan ke dokter untuk dapat suplemen

vitamin yang tepat.

Sumber alami vitamin B12 terdapat pada sumber hewani dan sayuran.

Akan dijelaskan kandungan vitaminnya pada setiap sumber alami vitamin

B12 ini. Sarden takaran 3,2 ons mengandung vitamin B12 8,11 mcg. Salmon

takaran 4 ons mengandung 6,58 vitamin B12. Daging rusa takaran 4 ons

mengandung vitamin B12 sebanyak 3,47 mcg. Udang takaran 4 ons

mengandung vitamin B12 sebanyak 1,69 mcg. Kerang takaran 4 ons

mengandung vitamin B12 sebanyak 1,47 mcg. Daging domba takaran 4 ons

mengandung vitamin B12 sebanyak 2,45 mcg. Susu takaran satu cangkir

mengandung vitamin B12 sebanyak 1,29 mcg. Ikan cod takaran 4 ons

mengandung vitamin B12 1,18. Ikan halibut takaran 4 ons mengandung

vitamin B12 sebanyak 1,55 mcg. Yogurt takaran satu cangkir mengandung

vitamin B12 sebanyak 1,37 mcg. Daging sapi takaran 4 ons mengandung

vitamin B12 sebanyak 1,8 mcg. Telur takaran setiap 1 butirnya mengandung

vitamin B12 sebanyak 0,55 mcg.

5. Vitamin C

Sayuran daun hijau merupakan salah satu bahan pangan yang baik

sebagai sumber vitamin dan mineral, terutama vitamin C, provitamin A, zat

besi dan kalsium. Semua zat gizi tersebut mempunyai fungsi penting sebagai

pengatur reaksi metabolisme untuk pemeliharaan dan pertumbuhan jaringan


tubuh, dan vitamin C mempunyai peranan yang cukup besar dalam membantu

penyerapan zat besi dari makanan yang dikonsumsi.

Vitamin C adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan

oleh tubuh kita, karena vitamin C berfungsi membantu pengaturan atau proses

kegiatan tubuh. Tanpa vitamin, manusia, hewan dan makhluk hidup lainnya

tidak akan mampu melakukan aktivitas hidup. Selain itu, kurangnya asupan

vitamin juga dapat menyebabkan semakin besarnya peluang terkena penyakit

pada tubuh kita.

Vitamin C merupakan salah satu jenis vitamin yang larut dalam air

dan memiliki peranan penting dalam menangkal berbagai jenis penyakit.

Vitamin C juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya, yakni asam

askorbat. Vitamin C termasuk golongan vitamin antioksidan yang mampu

menangkal berbagai radikal bebas ekstraselular. Beberapa karakteristik

vitamin C antara lain: sangat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya, dan

logam.

Zat besi merupakan mineral yang diperlukan untuk mengangkut

oksigen ke seluruh tubuh. Ada dua jenis zat besi yang ditemukan dari

makanan, yaitu zat besi heme dan zat besi non-heme. Zat besi heme

ditemukan dalam sel darah merah hewan, sedangkan zat besi non-heme

bersumber dari tanaman atau sayuran. Zat Besi non-heme akan diserap dengan

baik oleh tubuh apabila dikombinasikan bersama dengan vitamin C. Pastikan

Anda mendapatkan dosis harian vitamin C yang disarankan, yaitu 250 mg.
6. Protein

Di Indonesia, sebanyak 24,7% anak umur 24–59 bulan mengkonsumsi

energi di bawah kebutuhan minimal (kurang dari 70 persen angka kecukupan

gizi). Tingkat konsumsi protein di Sulawesi Utara yang dibawah kebutuhan

minimal dengan presentase 30,7 %. Tujuannya untuk mengetahui hubungan

antara asupan protein dengan kadar hemoglobin (Hb) pada anak umur 1-3

tahun. Sampel dalam penelitian ini adalah anak umur 1-3 tahun. Data primer

adalah data yang di dapatkan melalui pengukuran kadar hemoglobin (Hb) dan

data asupan zat gizi yang diperoleh melalui metode food recall. Sebagian

besar anak umur 1-3 tahun memiliki asupan protein cukup yaitu berjumlah 57

(61,3%), sedangkan yang memiliki kadar hemoglobin (Hb) normal berjumlah

65 (69,9%). Hubungan yang bermakna antara asupan protein dengan kadar

hemoglobin (Hb) dengan nilai 𝜌 = 0,000 (𝜌<0,05). Hal ini menunjukkan

bahwa ada hubungan yang signifikan antara asupan protein dengan kadar

hemoglobin (Hb) pada anak umur 1-3 tahun. Konsumsi protein yang kurang

akan mempengaruhi kadar hemoglobin menjadi rendah dan kemungkinan

untuk menderita anemia. Oleh karena itu, orang tua anak perlu meningkatkan

pengawasan terhadap pola makan anak untuk meningkatkan status gizi anak

yang optimal.

Protein merupakan zat gizi yang sangat penting bagi tubuh karena

selain berfungsi sebagai sumber energi dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat
pembangun dan pengatur (Almatsier, 2009). Protein berperan penting dalam

transportasi zat besi dalam tubuh. Kurangnya asupan protein akan

mengakibatkan transportasi zat besi terhambat sehingga akan terjadi defisiensi

besi (Almatsier, 2009). Kekurangan zat besi menyebabkan kadar hemoglobin

di dalam darah lebih rendah dari normalnya, keadaan ini disebut anemia

(Waryana, 2010). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Rosanti (2009) pada balita yang mengatakan bahwa rendahnya konsumsi zat

besi akan berpengaruh terhadap status gizi anak balita dan dapat terjadi

kekurangan zat besi, sehingga mengakibatkan kadar hemoglobin (Hb) darah

menurun dan menyebabkan anemia.

Hemoglobin ialah protein yang kaya akan zat besi. Hemoglobin

memiliki afinitas (daya tabung) terhadap oksigen; dengan oksigen itu

membentuk oksihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi

ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan- jaringan (Pearce, 2010).

2.6 Penanganan

Penamganan pada anemia harus diarahkan pada sesuatu yang menjadi penyebab

anemia. Gangguan ini disebabkan oleh jumlah zat besi, vitamin B12, dan folat yang

tidak tercukupi, sehingga cara pengobatannya adalah dengan mengonsumsi

suplemen nutrisi. Pada beberapa kasus, pengidapnya mungkin memerlukan suntikan


B12 karena tidak diserap baik dari saluran pencernaan. Beberapa pengobatan lainnya

adalah:

1. Transfusi darah.

2. Pemberian obat yang dapat menekan sistem kekebalan tubuh.

3. Pemberian obat dengan tujuan untuk memperbanyak sel darah dalam tubuh,

seperti suntikan eritropoietin


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Anemia merupakan penyakit yang sering diderita oleh masyarakat. Penyebabnya

sangat beragam. Anemia dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik maupun

dengan laboratorium. Pengaruh anemia bisa sangat mengganggu terutama pada

anak-anak. anemia masih menjadi masalah kesehatan yang mendasar di negeri

ini. Selain itu asupan gizi yang kurang dapat mempengaruhi proses

pertumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Arisman,MB.2010.Gizi Dalam Daur Kehidupan.Jakarta:Buku Kedokteran EGC

Atikah P, Erna K. 2011. Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan.

Yogyakarta: Muha Medika.

Indra, wulandari yettik. 2013. Prinsip Prinsip Dasar Ahli Gizi. Jakarta Timur: Dunia

cerdas

Anda mungkin juga menyukai