Anda di halaman 1dari 19

TUGAS KELOMPOK

LP DAN SPTK PADA GANGGUAN CITRA TUBUH


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa

Dosen Pengampu: Andri Nurmansyah S.Kep.,Ners.,M.Kep

Oleh
KELOMPOK 3

Deffa Raihan A 191FK01030


Deuis Nurjannah 191FK01033
Eky Syahril Panca Putra 191FK01040
Ian Asriani 191FK01054
Padilla Mutiara Ningrum 191FK01086
Siti Nuraeni 191FK01124
Sapreni Agustina 191FK01110
Widya Latifah 191FK01139

TINGKAT 3B

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN UNIVERSITAS


BHAKTI KENCANA BANDUNG
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA GANGGUAN CITRA TUBUH

A. MASALAH UTAMA
Gangguan Citra Tubuh
B. PROSES TERJADINNYA MASALAH
1. Definisi
Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan
dan kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang
dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain
(Stuart-Laraia, 2005). Konsep diri seseorang tidak terbentuk waktu
lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil dari pengalaman unik
seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dan
dengan realitas dunia. Kosep diri terdiri atas komponen : Citra
tubuh (Body image), Ideal diri (Self ideal), Harga diri (Self
esteem), Identitas diri (Personal identity) dan Penampilan peran
(role performance).
Pengertian Citra Tubuh (Body image)
 Citra tubuh adalah integrasi persepsi, pikiran dan perasaan
individu tentang bentuk, ukuran, berat tubuh dan fungsi
tubuh serta bagian-bagiannya yang digambarkan dalam
bentuk penampilan fisik (Fontaine, 2003).
 Citra tubuh adalah kumpulan dari sikap individu yang
disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya termasuk
persepsi masa lalu dan sekarang, serta perasaan tentang
ukuran, fungsi, penampilan dan potensi tubuh (Stuart-
Laraia, 2005).
Pengertian Gangguan Citra tubuh ( Body image, disturbed)
 Gangguan citra tubuh adalah perasaan tidak puas terhadap
perubahan bentuk, struktur dan fungsi tubuh karena tidak
sesuai dengan yang diinginkan (Stuart-Laraia, 2005).
 Gangguan Citra tubuh adalah kebingungan diri dalam cara
memandang dan menerima gambaran tubuh (Nanda, 2005).
 Gangguan Citra tubuh adalah kebingungan secara mental
dalam memandang fisik diri sendiri (Nanda, 2008)

2. Tanda dan Gejala


Beberapa gangguan pada gambaran diri tersebut dapat menunjukan
tanda dan gejala, seperti:
a. Syok Psikologis.
Syok Psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak
perubahan dan dapat terjadi pada saat pertama tindakan.syok
psikologis digunakan sebagai reaksi terhadap ansietas. Informasi
yang terlalu banyak dan kenyataan perubahan tubuh membuat
klien menggunakan mekanisme pertahanan diri seperti
mengingkari, menolak dan proyeksi untuk mempertahankan
keseimbangan diri.
b. Menarik diri.
Klien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan ,
tetapi karena tidak mungkin maka klien lari atau menghindar
secara emosional. Klien menjadi pasif, tergantung , tidak ada
motivasi dan keinginan untuk berperan dalam perawatannya.
c. Penerimaan atau pengakuan secara bertahap.
Setelah klien sadar akan kenyataan maka respon kehilangan atau
berduka muncul. Setelah fase ini klien mulai melakukan
reintegrasi dengan gambaran diri yang baru.

3. Penyebab Gangguan Citra Tubuh


a) Faktor Predisposisi
Adanya riwayat :
a. Biologis :
Penyakit genetik dalam keluarga, Pertumbuhan dan
perkembangan masa bayi, anak dan remaja, Anoreksia,
bulimia, atau berat badan kurang atau berlebih dari berat badan
ideal, perubahan fisiologi pada kehamilan dan penuaan,
pembedahan elektif dan operasi, trauma, penyakit atau
gangguan organ dan fungsi tubuh lain ; Stroke, Kusta, Asthma
dan lain-lain, pengobatan atau kemoterapi, penyalahgunaan
obat atau zat ; coccaine, Amphetamine, Halusinogen dan lain-
lain.
b. Psikologis :
Gangguan kemampuan verbal, konflik dengan nilai
masyarakat, pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan,
ideal diri tidak realistis.
c. Sosial budaya :
Pendidikan masih rendah, masalah dalam pekerjaan, nilai
budaya bertentangan dengan nilai individu, pengalaman sosial
yang tidak menyenangkan, kegagalan peran sosial.
b) Faktor Presipitasi
 Trauma
 Penyakit, kelainan hormonal
 Operasi atau pembedahahan
 Perubahan masa pertumbuhan dan perkembangan ; maturasi
 Perubahan fisiologis tubuh ; kehamilan, penuaan.
 Prosedur medis dan keperawatan ; efek pengobatan ;
radioterapi, kemoterapi.
c) Sumber Koping :
1. Hubungan interpersonal dengan orang lain.
2. Support dari keluarga, teman dan masyarakat dan jaringan
sosial.
3. Bakat tertentu
4. Pekerjaan, penghasilan.
5. Keyakinan diri yang positif.
d) Mekanisme Koping :
1. Konstruktif
 Berfokus pada masalah : negosiasi, konfrontasi dan
meminta nasehat/saran.
 Berfokus pada kognitif : perbandingan yang positif,
penggantian rewards, antisipasi.
2. Destruktif
 Berfokus pada emosi : Denial, Proyeksi, Represi,
Kompensasi, Isolasi.

C. POHON MASALAH

Effect
Harga Diri Rendah

Gangguan citra tubuh Cor Problem

Penyakit Fisik Causa

D. DATA YANG HARUS DIKAJI


1. Objektif :
 Hilangnya bagian tubuh.
a) Perubahan anggota tubuh baik bentuk maupun fungsi.
b) Menyembunyikan atau memamerkan bagian tubuh yang
terganggu.
c) Menolak melihat bagian tubuh.
d) Menolak menyentuh bagian tubuh.
e) Aktifitas sosial menurun.
2. Subjektif :
a) Menolak perubahan anggota tubuh saat ini, misalnya tidak
puas dengan hasil operasi.
b) Mengatakan hal negatif tentang anggota tubuhnya yang tidak
berfungsi.
c) Menolak berinteraksi dengan orang lain.
d) Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi terhadap bagian
tubuh yang terganggu.
e) Sering mengulang-ulang mengatakan kehilangan yang terjadi.
f) Merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang.
3. Konsep diri :
Ideal diri ; tidak realistis, ambisius
4. Sosial budaya :
a. Nilai budaya yang ada di masyarakat.
b. Nilai budaya yang dianut individu

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan citra tubuh
2. Harga diri rendah
3. Penyakit fisik

F. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tindakan Keperawatan pada Individu
a. Tujuan
1) Pasien dapat mengidentifikasi citra tubuhnya.
2) Paien dapat meningkatkan penerimaan terhadap citra tubuhnya
3) Pasien dapat mengidentifikasi potensi (aspek positif) dirinya.
4) Pasien dapat mengetahui cara-cara untuk meningkatkan citra
tubuh.
5) Pasien dapat melakukan cara-cara untuk meningkatkan citra
tubuh.
6) Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa terganggu.
b. Tindakan Keperawatan
1) Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya ; dulu dan saat
ini, perasaan tentang citra tubuhnya dan harapan terhadap citra
tubuhnya saat ini.
2) Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara
bertahap, bantu pasien menyentuh bagian tersebut.
3) Diskusikan potensi bagian tubuh yang lain.
4) Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang
terganggu.
5) Ajarkan pasien meningkatkan citra tubuh dengan cara :
a) Gunakan protesa, wig, kosmetik atau yang lainnya sesegera
mungkin, gunakan pakaian yang baru.
b) Motivasi pasien untuk melakukan aktifitas yang mengarah
pada pembentukan tubuh yang ideal
6) Lakukan interaksi secara bertahap dengan cara :
a) Susun jadwal kegiatan sehari-hari.
b) Dorong melakukan aktifitas sehari-hari dan terlibat dalam
aktifitas keluarga dan sosial.
c) Dorong untuk mengunjungi teman atau orang lain yang
berarti/mempunyai peran penting baginya.
d) Beri pujian terhadap keberhasilan pasien melakukan interaksi.

Tindakan Keperawatan untuk Keluarga


a. Tujuan :
1) Keluarga dapat mengenal masalah gangguan citra tubuh.
2) Keluarga mengetahui cara mengatasi masalah gangguan citra
tubuh.
3) Keluarga mampu merawat pasien gangguan citra tubuh.
4) Keluarga mampu mengevaluasi kemampuan pasien dan
memberikan pujian atas keberhasilannya.
b. Tindakan Keperawatan :
1) Jelaskan dengan keluarga tentang gangguan citra tubuh yang
terjadi pada pasien.
2) Jelaskan kepada keluarga cara mengatasi masalah gangguan
citra tubuh.
3) Ajarkan kepada keluarga cara merawat pasien :
 Menyediakan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan pasien di
rumah.
 Memfasilitasi interaksi di rumah.
 Melaksanakan kegiatan di rumah dan sosial.
 Memberikan pujian atas kegiatan yang telah dilakukan
pasien.
4) Bersama keluarga susun tindakan yang akan dilakukan
keluarga dalam gangguan citra tubuh.
5) Beri pujian yang realistis terhadap keberhasilan keluarga.

INTERVENSI SPESIALIS
1. Terapi Individu : Terapi CBT, Terapi Kognitif.
2. Terapi Keluarga : Family System Therapy, Terapi
Komunikasi.
3. Terapi Kelompok : Logoterapi, Terapi Suportif.
4. TerapiKomunitas : Psikoedukasi
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DO : Klien menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yg
cacat. Aktifitas sosial di masyarakat menurun.
DS : Klien mengatakan tidak puas dengan hasil operasi
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Citra Tubuh
3. Tindakan Keperawatan
SP 1
 Mengidentifikasi perasaan pasien tentang bagian tubuh
yang hilang, rusak, mengalami gangguan.
 Diskusikan dengan pasien aspek positif bagian tubuh.
 Melatih fungsi bagian tubuh yang masih baik.
 Mengevaluasi perasaan pasien.
SP 2
 Meminta pasien untuk terbuka tentang perasaannya.
 Melatih koordinasi fungsi anggota tubuh.
 Merencanakan kegiatan yang dapat dilakukan kedepan.
 Mengevaluasi perasaan pasien.
B. STRATEGI KOMUNIKASI
Sp 1
Tindakan
1. Mengidentifikasi perasaan pasien tentang bagian tubuh yang hilang, rusak,
mengalami gangguan.
2. Diskusikan dengan pasien aspek positif bagian tubuh.
3. Melatih fungsi bagian tubuh yang masih baik.
4. Mengevaluasi perasaan pasien.

Latihan 1.1
Bina hubungan saling percaya, identifikasi perasaan pasien, aspek positif,
melatih fungsi bagian tubuh yang masih baik.

Tahap Orientasi
Perawat : “Assalamualaikum…”
“Selamat pagi bapak/ibu…”(senyum).
Pasien : “Wa’alaikumsalam”
“Selamat pagi “
Perawat : “Perkenalkan nama saya……, saya paling senang dipanggil…,
saya perawat
yang akan merawat bapak/ibu.”
“Nama bapak/ibu siapa?...”
Pasien : “. . . . . .”
Perawat : “Senangnya dipanggil siapa bapak/ibu…?”
Pasien : “. . . . . .”
Perawat : “Bagaimana kabar bapak/ibu hari ini…?”
Pasien : “Alhamdulillah baik…”
Perawat : “Baiklah bapak/ibu, apa keluhan yang bapak/ibu rasakan hari
ini?”
Pasien : ”Saya merasa malu dengan diriku sendiri, karena saya bingung
bagaimana cara merawat dan membesarkan anak-anakku sedang
suami/istri ku pun meninggal dan dengan dangan aku yang cacat
seperti ini.”
Perawat : “Baiklah bapak/ibu, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang
apa yang bapak/ibu rasakan selama ini?”
“Bapak/ibu maunya dimana…?”
Pasien : “Disini saja pak/bu…?!
Perawat : “Berapa lama bapak/ibu..??
Pasien : “. . . . . “(Diam)
Perawat : “Baiklah bapak/ibu. Bagaimana kalau 20 menit saja yah…?”
Pasien : “(Mengangguk). Ya …”

Tahap Kerja
Perawat : “Baiklah bapak/ibu…., (pegang tangan atau pundak pasien).
Bagaimana perasaan bapak/ibu, setelah ibu mengalami bencana ini
dan kehilangan tangan kiri bapak/ibu…?”
Pasien : “Saya sedih, malu, terkadang saya merasa tidak berguna dengan
keadaan yang saya alami ini, terlebih lagi tangan saya tidak dapat
saya gunakan seperti biasanya.”
Perawat : “Kemudian, apa yang bapak/ibu lakukan ketika perasaan bersalah
dan putus asa bapak/ibu muncul…?”
Pasien : “Saya hanya bisa menangis dan ikhlas menerima semua ini. Tapi,
saya tidak dapat membohongi diri saya sendiri dan berteriak ketika
melihatnya dan mengingat kejadian itu. (Bencana yang telah
menhilangkan tangannya ).”
Perawat : “Maaf bapak/ibu sebelumnya…sekarang bapak/ibu hanya
memiliki satu tangan yang berfungsi dan dapat bapak/ibu gunakan
dengan baik.”
“Apa yang dapat bapak/ibu lakukan atau yang ingin bapak/ibu
lakukan hanya dengan satu tangan bapak/ibu miliki sekarang?”
Pasien : “Jujur pak/bu, saya ingin sekali melakukan aktivitas seperti
biasanya meskipun sekarang saya hanya memiliki satu tangan
saja.”
Perawat :”Baiklah begini bapak/ibu , bapak/ibu hanya memiliki satu tangan
yang berfungsi dan satunya lagi sebelah kiri sudah tidak berfungsi
lagi.
Tapi, tangan sebelah kanan bapak/ibu kan masih bisa digunakan
untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan kaki bapak/ibu juga
dapat difungsikan dengan baik.”
Pasien : “Ya pak/bu…. Terkadang saya mencoba untuk melatih tangan
saya dan melakukan kegiatan dengan tangan kanan saya, tapi tetap
saja saya merasa bahwa saya memang tidak berguna lagi di dunia
ini.”
Perawat : “Saya mengerti bapak/ibu…. Tapi setidaknya bapak/ibu sudah
berusaha untuk melatihnya sendiri. Sekarang saya ajarkan ibu
bagaimana agar bisa tetap beraktivitas meskipun dengan
menggunakan tangan bapak/ibu yang masih dapat digunakan
dengan baik yaitu sebelah kanan.”
Pasien : “ (Mengangguk). Ya…”
Perawat : “Bapak/ibu… dulu sebelum mengalami bencana ini dan
kehilangan tangan bapak/ibu. Apa saja kegiatan atau aktivitas yang
bapak/ibu sering lakukan di rumah?”
Pasien : “Dulu saya kan guru, paling sebelum berangkat mengajar saya
siapkan anka-anak sarapan dan bersih-berih rumah juga…..”
Perawat : “Apa sekarang bapak/ibu masih ingin melakukan kegiatan-
kegiatan tersebut bapak/ibu….?”
Pasien : “Ya pak/bu…”
Perawat : “Begini bapak/ibu, seperti yang saya katakan tadi, saya akan
ajarkan bapak/ibu agar dapat beraktivitas meskipun dengan
menggunakan satu tangan. Tapi sebelumnya kita coba berlatih
untuk menggerakkan dan melakukan aktivitas yang ringan-ringan.
Pasien : “Ya pak/bu
Perawat : “Baiklah bapak/ibu, coba sekarang bapak/ibu mencoba untuk
mengangkat tangan sebelah kanan pelan-pelan dan mencoba
menggenggam dengan sekuat-kuatnya. (Sebelumnya sediakan
benda yang dapat digunakan seperti sapu dll). (contohkan kepada
pasien).
“sekarang bapak/ibu bisa mencobanya sendiri ya…”
Pasien : “(Berlatih sendiri dan diawasi)”
Perawat : “Baiklah bapak/ibu, itu sudah bagus sekali…..”
“Sekarang kita akan mencoba dengan menggunakan sapu langsung
bapak/ibu ya… Nah ini tangan bapak/ibu pegang sapunya dan
ayunkan perlahan, anggap saja ibu sedang menyapu beneran
(sambil mencontohkan). Nah, sekarang giliran bapak/ibu
mencobanya ya,,? Tapi sambil beriri bapak/ibu ya…?!”
Pasien : “Ya…..(mencoba sendiri yang diajarkan perawat)?!?!”
Perawat : “Baiklah pak/bu terima kasih. Bagus sekali dan terus dilatih
bapak/ibu yah.” (tulis atau masukkan ke dalam tugas harian terapi
dengan rapi pada buku Rencana tindakan pasien).”

Tahap Terminasi
Perawat : “Bapak/ibu… Bagaimana perasaan bapk/ibu setelah kita
berbincang-bincang dan melakukan latihan hari ini…?”
Pasien : “Alhamdulillah… saya merasa lebih baik dan lega rasanya
pak/bu…”
Perawat : “Kalau begitu sekarang bapak/ibu coba beritahu saya kembali,
kegiatan apa saja yang sudah kita lakukan hari ini?”
Pasien : “Tadi pak/ibu bilang kalau saya masih bisa menggunakan tangan
kanan untuk beraktivitas dan melatihnya untuk melakuakan
kegiatan seperti menyapu…”
Perawat : “Baik sekali bapak/ibu, ternyata bapak/ibu masih mengingatnya
ya…? (senyum)”
Pasien : “Ya….(mengangguk dan senyum)”
Perawat : “Baiklah bapak/ibu. Apa yang kita lakukan hari ini bapak/ibu
dapat melatihnya sendiri dan mulai mencoba-coba melakukannnya
sendiri di rumah.”
Pasien : “Ya pak/bu… akan saya coba…”
Perawat : “Bpak/ibu saya akan kembali lagi besok kesini dan melatih
bapak/ibu beberapa cara untuk mengkoordinasikan anggota-
anggota tubuh bapak/ibu yang lain dan melatihnya dengan-
kegiatan yang lain.”
“Bagaiamana apa bapak/ibu bersedia?”
Pasien : “Ya….”
Perawat : “Bapak/ibu maunya jam berapa?”
Pasien : “Jam 10 pagi saja pak/ibu.”
Perawat : “Ya bapak/ibu… Terima kasih dan saya akan kembali lagi besok
pada jam 10 pagi ke rumah bapak/ibu. Baiklah kalau begitu saya
permisi dulu bapak/ibu dan terima kasih untuk waktunya bapak/ibu
ya…??”
“Jangan lupa latihannnya bapak/ibu ya…(senyum dan pegang
pundak pasien).”
Pasien : “Kalau begitu saya pamit…”
“Assalamualaikum…”
Perawat : “wa’alaikumsalam”
Sp 2
Tindakan
1. Meminta pasien untuk terbuka tentang perasaannya.
2. Melatih koordinasi fungsi anggota tubuh.
3. Merencanakan kegiatan yang dapat dilakukan kedepan.
4. Mengevaluasi perasaan pasien.

Latihan 1.2
Identifikasi kemampuan pasien, melatih koordinasi fungsi tubuh, anggota
tubuh dan merencanakan kegiatan kedepan untuk pasien.

Tahap Orientasi
Perawat : ”Assalamualaikum…”
“Selamat pagi bapak/ibu…” (senyum)
Pasien : “Wa’alaikumsalam…”
Perawat : “Belum pak/ibu, karena saya masih sering teringat dengan hal
itu…”
Perawat : “Baiklah bapak/ibu. Tapi, apa sebelumnya cara yang kemarin kita
latih sudah bapak/ibu lakukan …?”
Pasien : “Sudah saya coba…, tapi tetap saja saya merasa tidak berguna
sama sekali. Karena yang bisa saya lakukan hanya kegiatan-
kegiatan ringan saja. Saya sangat sedih dan kecewa dengan diri
sendiri ketika melihat anak saya yang masih membutuhkan saya
dalam melakukan aktivitas.”
Perawat : “Baiklah bapak/ibu, sesuai kesepaktan kita kemarin kita akan
berbincang-bincang dan mengajarkan bapak/ibu bagaimana cara
untuk melakukan pekerjaan yang lainnya dan mengkoordinasikan
bagian tubuh bapak/ibu yang lain.”
“Apa bapak/ibu bersedia…?”
Pasien : “Ya pak/ibu…”
Perawat : “Bagaimana kalau disini saja bapak/ibu ya….. dan waktunya 20
menit bapak/ibu ya…??”
Pasien : “Ya ….” (Mengangguk).

Tahap Kerja
Perawat : “Bagaiamana persaan bapak/ibu sekarang, apakah sudah
membaik?”
Pasien : “Alhamdulillah sudah agak membaik, tapi ada yang masih
membebani di pikiran saya…?”
Perawat : “ Kira-kira Apa itu bapak/ibu…?”
Pasien : “Saya masih merasa kurang leluasa dalam melakukan aktivitas
sehari-hari dengan satu tangan. Apa lagi ketika saya mengangkat
barang-barang yang begitu banyak.”
Perawat : “Seperti itu ya bapak/ibu. Begini bapak/ibu misalnya ketika
bapak/ibu ingin mengangkat barang-barang yang begitu banyak
bapak/ibu dapat meminta bantuan dengan orang di sekitar untuk
menaikkannya ke atas kepala bapak/ibu dan bisa menggunakan
tangan kanan ibu yang masih berfungsi untuk menjaga agar barang
yang di atas kepala bpak/ibu tidak terjatuh. Nanti ketika bapak/ibu
ingin menurunkannya dapat diletakkan di tempat yang sedikit lebih
tinggi atau bapak/ibu sedikit menjongkok atau meminta bantuan
untuk menurunkan barang yang bapak/ibu bawa.”
“Bagaiamana apa ibu paham dengan penjelasan saya atau
bagaimana kalau kita mencoba untuk mempraktekkannya?”
Pasien : “Ya….pak/bu?!?!” ( Pasien dan perawat berlatih bersama…)
Perawat : “Bagus sekali bapak/ibu…, sekarang bapak/ibu sudah dapat
melakukannnya. Cara ini bisa bapak/ibu gunakan ketika bapak/ibu
akan membawaq barang yang banyak dan sebagainya.”
Pasien : “Ya…..pak/bu?!?!”
Perawat : “Nah, sekarang kira-kira kegiatan atau pekerjaan apa yang ingin
bapak/ibu lakukan kedepannya…?”
Pasien : “Untuk sekarang ini, saya ingin merawat anak-anak saya,
melakukan tugas sebagaimana kepala/ibu rumah tangga.
Perawat : “Wah, lumayan banyak kegiatan-kegiatan bapak/ibu bisa
dilakukan setiap harinya…, mulai dari sekarang bapak/ibu dapat
melakukan semua kegiatan yang bapak/ibu sebutkan tadi. Tapi jika
bapak/ibu merasa lelah atau tidak mampu untuk melakukannya
bapak/ibu dapat meminta bantuan keluarga atau tetangga.
Mungkiun ada kegiatan lain yang ingin bapak/ibu lakukan
kedepannya selain kegiatan-kegiatan yang bapak/ibu sebutkan
tadi…?”
Pasien : “Ya pak/bu…, siapa sih tidak ingin melakukan kegiatan. Kegiatan
normal seperti orang lain, saya ingin meneruskan usaha saya untuk
berjualan di took pak/bu…?”
Perawat : “Alhamdulillah… rencana yang bagus sekali bapak/ibu (senyum).
Jika keinginannya seperti itu saya do’akan agar selalu lancer
kegiatannya.. amiiin..”
Pasien : “Amiiin pak/bu.”

Tahap Terminasi
Perawat : “Bagaimana perasaanya bapak/ibu setelah mengobrol hari ini dan
mencoba untuk melatih tangan bapak/ibu untuk melakukan
kegiatan-kegiatan seperti biasanya?”
Pasien : “Alhamdulillah saya sudah paham dan senang, bahkan saya tidak
sabar ingin mencoba dan melakukan kegiatan itu”
Perawat : “Bagus sekali . baiklah bapak/ibu… tapi apa bapak/ibu bisa
menjelaskan sedikit yang kita diskusikan tadi?”
Pasien : “Hari ini kita berlatih tentang cara mengkoordinasikan tangan
saya yang masih berfungsi dengan anggota tubuh lain, yaitu
dengan membawa dan meletakkan barang banyak di atas kepala
dan tangan saya serta menjaganya tidak terjatuh. Dan pak/bu
mengajarkan saya untuk berusaha melakukan kegiatan sehari-hari
dengan normal seperti biasanya…”
Perawat : “ Bagus sekali bapak/ibu (senyum), ternyata bapak/ibu sudah
memahami dengan baik apa yang saya sampaikan. Mungkin
pertemuan hari ini saya akhiri dan terima kasih untuk waktunya
dan saya do’akan agar bapak/ibu selalu sehat untuk melakukan
aktivitas sehari-hari bapak/ibu ya”
“Jangan lupa tetap berlatih yah”
Pasien : “Amiiinn, terima kasih pak/bu yah…”(senyum)
Perawat : “ Kalau begitu saya pamit pak/bu yah…”
“Assalamualaikum…”
Pasien : “Wa’alaikumsalam….”
DAFTAR PUSTAKA

Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi ASUHAN KEPERAWATAN


JIWA.

Yogyakarta: Nuha Medika

Mukhripah Damaiyanti. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Samarinda:


Refka Aditama.

Sari, K. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa.


Jakarta: Trans Info MEdia.

Anda mungkin juga menyukai