R Dengan
Ketidakberdayaan
BAB 1
PENDAHULUAN
Dampak stroke pada aspek fisik adalah adanya kelemahan atau kekakuan dan
kelumpuhan pada kaki dan tangan. Setelah serangan stroke, tonus otot akan
menurun dan bahkan bisa menghilang. Tanpa pengobatan orang akan cenderung
menggunakan bagian tubuh yang tidak lumpuh untuk melakukan gerakan
sehingga bagian tubuh yang lemah akan menimbulkan kecacatan permanen. Dan
stroke tersebut juga mempunyai dampak yang mendalam pada aspek kehidupan
pasien yang mengalaminya, Seperti mengalami masalah psikososial karena
terdapatnya perubahan fisik didalam dirinya. Perubahan itulah yang membuat
pasien mengalami ketidakberdayaan dan terdapatnya keterbatasan aktivitas yang
biasa dilakukan sehari-hari oleh pasien. (Siti dan Bram, 2019).
Selain mengalami gangguan fisik pasien stroke juga secara psikologis mengalami
suatu “kehilangan” yang sangat besar dan berharga dalam hidupnya, yakni
“kehilangan” kebebasan untuk bergerak, bekerja, kehilangan kegagahan,
kekuatan anggota tubuh, dan kehilangan kemandirian, hal ini berdampak pada
konsep diri pasien stroke (Dewi, 2015).
Penelitian (2019) oleh Siti Nuraliyah dan Bram Burmanajaya dengan judul
Mekanisme Koping dan Respon Ketidakberdayaan pada Pasien Stroke dimana
Selanjutnya dalam penelitian ini didapatkan beberapa respon ketidakberdayaan.
Respon emosional merupakan respon ketidakberdayaan yang paling sering
dialami responden yaitu sebesar sebanyak 85,2% (46 orang).
Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan di Kelurahan Dwikora Jalan Bakti
Luhur, ditemukan pasien dengan ketidakberdayaan akibat stroke yang atas nama
Ny. K mengatakan keluhan utama nya adalah merasa tidak berdaya dan merasa
cemas dengan keadaannya saat ini, Ny.K mengataakan bahwa dia sangat jarang
mandi semenjak dia mengalami sakit stroke ini Ny.K (60 tahun) Keluarganya
selalu memberikan dukungan agar Ny.K melakukan pengobatan secara rutin dan
percaya bahwa penyakitnya bisa disembuhkannamun, Ny.K tidak pernah
menghiraukan dukungan dan semangat dari keluarganya, bahkan ia sering tidak
menghiraukan anak anaknya, tidak mau makan dan uring-uringan pada setiap
anggota keluarga yang mencoba membujuknya. Dia lebih banyak terbaring di
tempat tidur dan tidak pernah melakukan aktivitas lain selain tidur, makan dan
sangat jarang mandi.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Dapat mengetahui gambaran ketidakberdayaan pasien dengan stroke
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat mengetahui karekteristik pasien stroke (Usia,jenis kelamin,
pendidikan, perkerjaan,lama menderita)
2. Diketahuinya gambaran ketidakberdayaan pada pasien dengan stroke
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
dari gangguan aliran darah oleh karena sumbatan atau pecahnya pembuluh
atau zat-zat makanan dan akhirnya dapat terjadi kematian sel-sel. Stroke
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit neurologis
mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak. Istilah stroke
biasanya digunakan secara spesifik untuk menjelaskan infark serebrum (Nurarif &
Hardhi, 2015).
Stroke adalah sindrom yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak (GDPO)
dengan awitan akut, disertai manifestasi klinis berupa defisit neurologis dan bukan
sebagai akibat tumor, trauma, ataupun infeksi susunan saraf pusat (Dewanto, 2009).
2.1.3 Etiologi
Menurut Muttaqin (2008), penyebab dari stroke iskemik ada lima, yaitu :
1. Thrombosis Cerebral.
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapa menimbulkan
oedema dan kongesti di sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada
orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena
penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat
menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis seringkali
memburuk pada 48 jam setelah thrombosis.
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak :
1) Atherosklerosis
Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta
berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah.
Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut :
a) Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya
aliran darah
b) Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi thrombosis
c) Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian
melepaskan kepingan thrombus (embolus)
d) Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian
robek dan terjadi perdarahan.
2.2.2 Etiologi
Etiologi ketidakberdayaan Menurut buku asuhan keperawatan jiwa
(Keliat, Budi Anna. 2019)
• Nyeri
• Ansietas
• Harga diri rendah
• Strategi koping tidak efektif
• Kurang pengetahuan untuk mengelola masalah
• Kurang dukungan sosial
2. Sedang
c. Perilaku
1) Ketergantungan terhadap orang lain yang dapat
mengakibatkaan iritabilitas
2) Tidak ada pertahanan pada praktik perawatan diri ketika
ditantang
3) Tidak memantau kemajuan pengobatan
4) Tidak berpartisipasi dalam perawatan atau mengambil
keputusan pada saat diberikan kesempatan.
5) Kepasifan hingga apatis
6) Perilaku menyerang
7) Menarik diri
8) Perilaku mencari perhatian
9) Gelisah atau tidak bisa tenang
d. Sosial
1) Enggan untuk mengungkapkan persaannya yang sebenarnya
2) Ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang perawatan
3) Tidak mampu bersosialisasi dengan orang lain
c) Material asset
1) Keberadaan asset harta benda pendukung pengobatan
yang dimiliki (tanah, rumah, tabungan) serta fasilitas
yang membantunya selama proses gangguan fisiologis.
2) Mempunyai fasilitas Jamkesmas, SKTM, ASKES.
3) arak/ akses pelayanan kesehatan yang dikunjungi
d) Positif belief
1) Keyakinan dan nilai positif tentang ketidakberdayaan yang
dirasakan: tidak ada.
b. Destruktif
1) Tidak kreatif/kurang memiliki keinginan dan minat melakukan
aktivitas harian (pasif)
2) Perasaan menolak kondisi perubahan fisik dan status kesehatan
yang dialami dan marah-marah dengan situasi tersebut
3) Tidak mampu mengekspresikan perasaan terkait dengan
perubahan kondisi kesehatannya dan menjadi merasa tertekan
atau depresi
4) Kurang atau tidak mempunyai hubungan akrab dengan orang
lain, kurang minat dalam interaksi sosial sehingga mengalami
menarik diri dan isolasi sosial
5) Tidak mampu mencari informasi kesehatan dan kurang mampu
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang dapat
berakhir pada penyerangan terhadap orang lain
6) Ketergantungan terhadap orang lain (regresi)
7) Enggan mengungkapkan perasaan yang sebenarnya
(represi/supresi).
2.1.9 Rentang respon ketidakberdayaan
Intervensi Spesialis
a. Terapi individu dapat dilakukan : Terapi kognitif
b. Terapi Keluarga : Terapi komunikasi, family psikoedukasi
c. Terapi Kelompok : Supportif terapi
d. Terapi Komunitas : Multisistemik terapi
2.1.11 Evaluasi
1. Penurunan tanda dan gejala ketidakberdayaan
2. Peningkatankemampuan diri klien mengendalikan
perasaan ketidakberdayaan
3. Peningkatan kemampuan keluarga dalam
merawat klien dengan ketidakberdayaan
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Sosiocultural
60
Ny.K berstatus janda, dan suami telah meninggal, dia
th
memiliki 3 orang anak, dan Ny.k ke 3 tinggal Bersama anak
nya beserta menantu dan cucunya
Keterangan: : meninggal
: perempuan
: laki-laki
: klien
: cerai
: garis keturunan
: garis perkawinan
: tinggal serumah dengan klien
2. PENILAIAN TERHADAP STRESSOR
DIAGNOSA
STRESSOR KOGNITIF AFEKTIF FISIOLOGIS PERILAKU SOSIAL
KEPERAWATAN
Biologi : • Menurut Ny. K, • Ny.K • Pusing • Ketergantungan 1) Enggan Ketidakberdayaan
Stroke Hemoragik penyakit stroke Marah dan • Sulit tidur terhadap orang untuk
disebabkan oleh bingung • Tidak nafsu lain mengungkapkan
karena penyakit dengan makan • Tidak ada perasaannya
hipertensi yang penyakit • Ny.AKtampak pertahanan yang sebenarnya
dialaminya yang dia lemas pada praktik 2) Tidak
sehingga • Ny. K • Pemeriksaan perawatan diri mampu
mennyebabkan Merasa TTV ketika ditantang bersosialisasi
terjadinya tertekan TD: 160/100 • Tidak dengan orang
stroke terhadap mmhg memantau lain
• Tidak tahu apa penurunan N : 90 x / menit kemajuan
yang harus dia fisik yang P : 24 x / menit pengobatan
lakukan dengan dialaminya
S: 36,5 0C • Menarik diri
penyakitnya • Perilaku
mencari
perhatian
• Gelisah
Psikologis :
Tidak dapat
menjalankan aktivitas,
malu, ketergantungan
kepada keluarga
Sosialcultural:
Hambatan
interaksi
interpersonal
akibat
penyakitnya
Spritual :
Tidak dapat
menjalankan
kegiatan
agama yaitu
ibadah di hari
Minggu dan
kegiatan PA
DIAGNOSA
STRESSOR KOGNITIF AFEKTIF FISIOLOGIS PERILAKU SOSIAL
KEPERAWATAN
Merasa • Pusing • Ketergantungan 1) Enggan Anxiety
Klien memikirkan khawatir dan • Sulit tidur terhadap orang untuk
bagaimana jika dia sedih • Tidak nafsu lain mengungkapkan
tak sembuh juga, makan • Tidak ada perasaannya
Biologis
dikarenakan • Ny.AKtampak pertahanan yang sebenarnya
usianya yang lemas pada praktik 2) Tidak
Stroke Hemoragik mampu
menua, dan dia • Pemeriksaan perawatan diri
semakin takut akan TTV ketika ditantang bersosialisasi
tetap tidak mampu TD: 160/100 • Tidak dengan orang
melakukan aktivitas mmhg memantau lain
lagi N : 90 x / menit kemajuan
P : 24 x / menit pengobatan
S: 36,5 0C • Menarik diri
• Perilaku
mencari
perhatian
Gelisah
Psikologis :
Tidak dapat
menjalankan aktivitas,
malu, ketergantungan
kepada keluarga
Sosialcultural:
Hambatan
interaksi
interpersonal
akibat
penyakitnya
Spritual :
Tidak dapat
menjalankan kegiatan
agama yaitu ibadah di
hari Minggu dan
kegiatan PA
DIAGNOSA
STRESSOR KOGNITIF AFEKTIF • FISIOLOGIS • PERILAKU SOSIAL
KEPERAWATAN
Klien memikirkan Merasa sedih • Tidak nafsu • Menarik diri 1) Enggan Resiko Harga Diri
Biologis
bagaimana jika makan • Perilaku untuk Rendah
Stroke Hemoragik
tidak lagi mendapat • Ny.AKtampak mencari mengungkapkan Situasional
teman bercerita lemas perhatian
karena usianya • Pemeriksaan • Gelisah perasaannya
yang menua dan TTV yang sebenarnya
anak anaknya yang TD: 160/100 2) Tidak
sibuk mmhg mampu
N : 90 x / menit bersosialisasi
P : 24 x / menit dengan orang
S: 36,5 0C lain
Psikologis :
Tidak dapat
menjalankan
aktivitas, malu,
ketergantungan
kepada
keluarga
Sosialcultural:
Hambatan
interaksi
interpersonal
akibat
penyakitnya
Spritual :
Tidak dapat
menjalankan
kegiatan
agama yaitu
ibadah di hari
Minggu dan
kegiatan PA
Pohon Diagnosis Harga Diri rendah situasional
Kecemasan
Ketidakberdayaan
Stroke Hemoragik
3. SUMBER KOPING
DIAGNOSA MATERIAL
PERSONAL ABILITY SOSIAL SUPPORT BELIEF TERAPI
KEPERAWATAN ASSET
Ketidakberdayaan - Ny.K mampu - Ny. K mendapat -Sosial ekonomi -Ny. K Terapi generalis:
menyebutkan dukungan dari anak Ny.K menengah berharap agar • SP 1-2
penyakitnya anna dan cucunya tidak ketidakberdayaan
- Ny.k mengakui bahwa ia - Saudara atau kerabat -Ny.K tinggal merepotkan
merasa tidak berdaya dekat sering Bersama anak anak-anaknya
untuk melakukan mengunjungi Ny.K dan menantunya Terapi spesialis:
lagi
aktivitas lebih karena
-Biaya • Terapi Kognitif
penyakitnya dan -Ny.K yakin
didukung dengan umur pengobatan
bahwa Tuhan
yang sudah semakin ditanggung oleh
akan
menua BPJS
memulihkannya
- Ny.K kadang kadang
-Tiap bulan Ny.K
berjemur karena dia tidak
mendapat Bansos
mau badannya semakin
kaku. dari pemerintah
Kecemasan -Ny K mampu - Ny. K mendapat -Sosial ekonomi -Ny. K Terapi spesialis:
mengungkapkan perasaan dukungan dari anak Ny.K menengah berharap agar • Relaksasi progresif
• Psikoedukasi
cemas anna dan cucunya tidak keluarga
-Ny K berkata, bahwa jika ia merepotkan • Behavior therapy
mulai merasa cemas, ia akan • Psikoedukasi
menonton TV sembari - Saudara atau kerabat -Ny.K tinggal anak-anaknya keluarga
melihat cucunya bermain. dekat sering Bersama anak lagi
mengunjungi Ny.K dan menantunya
-Ny.K yakin
-Biaya bahwa Tuhan
pengobatan akan
ditanggung oleh memulihkannya
BPJS
-Tiap bulan Ny.K
mendapat Bansos
dari pemerintah
Resiko Harga Diri -Ny.K menyibukkan diri - Ny.K mendapat -Sosial ekonomi -Ny. K Mengidentifikasi
Rendah Situasional dengan membaca serta dukungan dari anak- Ny.K menengah berharap agar kemampuan dan
menonton TV anaknya tidak aspek positif yang
-Ny.K tinggal dimiliki
merepotkan
Bersama anak
anak-anaknya
dan menantunya
lagi
-Biaya
-Ny.K yakin
pengobatan
bahwa Tuhan
ditanggung oleh
akan
BPJS
memulihkannya
-Tiap bulan Ny.K
mendapat Bansos
dari pemerintah
4. MEKANISME KOPING
ANALISA/KESAN
UPAYA YANG DILAKUKAN
KONSTRUKTIF DESTRUKTIF
1. Ny.K berkata bahwa jika ada masalah, dia hanya akan diam atau langsung 2. Ny.A selalu berdoa 1. Ny.K berkata
tidur dan tidak membicarakannya dengan keluarga kepada Allah SWT bahwa jika ada
2. Ny.K taat beribadah, setiap merasa sedih dan cemas, ia akan berdoa untuk masalah, dia
3. Ny. K berkata bahwa dia selalu bergantung kepada anak anaknya dalam kesembuhannya. hanya akan diam
aktivitasnya atau langsung
tidur dan tidak
membicarakannya
dengan keluarga
3. Ny. K berkata
bahwa dia selalu
bergantung kepada
anak anaknya
dalam aktivitasnya
5. STATUS MENTAL
1. Penampilan Tampak lemas, kuku Panjang, rambut kotor
2. Pembicaraan Susah berbicara akibat dari kelumpuhan sebelah dari anggota tubuh (afasia )
3. Aktivitas motorik Tubuh sulit digerakkan
4. Interaksi selama wawancara Cukup kooperatif, meskipun afasia
5. Alam perasaan Cemas, bingung mengenai kondisinya
6. Afek Datar
7. Persepsi Ny.K mengalami gangguan dalam proses sensori-persepsi
8. Isi pikir Mengalami masalah karena sebagian memori terlupakan
9. Proses piker masalah karena sebagian memori terlupakan
10. Tingkat kesadaran Ny.K dapat menyebutkan kembali nama suami
11. Daya ingat Ny.K tidak dapat mengingat beberapa kejadian dalam hidupnya
12. Kemampuan berhitung Kemampuan berhitung cukup baik
13. Penilaian Ny.K belum mampu menyebutkan bagaimana caranya agar lekas sembuh
14. Daya tilik diri Ny.K menyadari bahwa saat ini ia mengalami penyakit., Ny.k hanya bisa
berdoa supaya lekas sembuh agar tidak terus merepotkan anak-anaknya. Ny.K
menyadari ia memiliki anak-anak cucu, dan keluarga yang menyayanginya dan
mendukung kesembuhannya
Terapi spesialis:
Terapi Kognitif
2.Ansietas
Sp1: mendiskusikan penyebab,terjadinya proses terjadi,
tanda gejala,akibat
Sp2 :melatih teknik releksasi fisik
Sp3:melatih mengatasi ansietas dengan distraksi dan
hipnotis lima
2. Menanyakan kepada klien faktor penyebab penyakit - Klien mengidentifikasi hal positif yang
dimilki
3. Menanyakan kepada klien mengapa tidak berdaya - Klien menceritakan ketidak berdayaannya,
4.melakukan Sp1. Assement ketidakerdayaan dan latihan berpikir positif penyebab dll
A: Masalah berkurang
TTD
Perawat
Tanggal: 15 Oktober 2021 S:
Jam: 12.00 wib -Klien menjelaskan kemampuan positif yang
dimiliki
-klien menjelaskan tentang aspek positif diri
Dx: Harga Diri rendah situasional
O:
1. Melakukan salam teraupetik
2. mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki - Klien tampak tenang saat mengungkapkan
perasaanya
Klien mengidentifikasi hal positif yang dimilki
A: Masalah teratasi
TTD
Perawat
BAB 4
PEMBAHASAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan diatas, maka penulis dapat disimpulkan bahwa:
1) Pengkajian dilakukan secara langsung pada klien dan juga dengan menjadikan
status klien sebagai sumber informasi yang dapat mendukung data-data
pengkajian. Selama proses pengkajian, perawat mengunakan komunikasi
terapeutik serta membina hubungan saling percaya antara perawat-klien. Pada
kasus Ketidakberdayaan : Stroke
2) Diagnosa keperawatan yang utama pada klien dengan Ketidakberdayaan : Stroke
3) Perencanaan intervensi dan implementasi keperawatan disesuaikan dengan
strategi pertemuan pada pasien.
4) Evaluasi keperawatan yang dilakukan menggunakan metode subyektif, obyektif
,assessment dan planing.
5.2 Saran
1. Untuk Keluarga
Diharapkan agar individu dan keluarga bisa mengerti tentang penyakit stroke, dan
meningkatkan perilaku hidup sehat dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup.
2. Untuk Masyarakat/Pembaca
Diharapkan kasus dan materi ini dapat dijadikan sebagai bahan ajar dan data untuk
menangani dan menghadapi kasus kecemasan pada masalah psikososial.
DAFTAR PUSTAKA
2. Dewanto, George. (2009). Panduan Praktis Diagnosa & Tata Laksana Penyakit
Saraf. Jakarta: EGC.
3. Eri Yunani, (2012). Gambaran konsep diri post stroke laki-laki dan perempuan.
(online). RSUD Kraton Kabupatan Pekalongan
4. Halim, R., Gesal, J., & Sengkey, L. S. (2016). Gambaran pemberian terapi pada
pasien stroke dengan hemiparesis dekstra atau sinistra di Instalasi Rehabilitasi
Medik RSUP Prof. Dr. RD Kandou Manado periode Januari-Maret tahun 2016. e-
CliniC, 4(2). DOI: https://doi.org/10.35790/ecl.v4i2.13734
5. Hulu, E. K., & Pardede, J. A. (2016). Dukungan Keluarga Dengan Tingkat
Kecemasan Pasien Pre Operatif Di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan. Jurnal
Keperawatan, 2(1).
8. Marbun, A., Pardede, J. A., & Perkasa, S. I. (2019). Efektivitas Terapi Hipnotis
Lima Jari terhadap Kecemasan Ibu Pre Partum di Klinik Chelsea Husada Tanjung
Beringin Kabupaten Serdang Bedagai. Jurnal Keperawatan Priority, 2(2), 92-99.
https://doi.org/10.34012/jukep.v2i2.568
15. Pardede, J., Simanjuntak, G. V., & Manalu, N. (2020). Effectiveness of deep
breath relaxation and lavender aromatherapy against preoperative patient
anxiety. Diversity and Equality in Health and Care, 17(4), 168-173.
16. Purwaningtiyas, P. Hubungan Antara Gaya Hidup Dengan Kejadian Stroke Usia
Dewasa Muda Di RSUD DR. Moewardi Surakarta Skripsi Universitas
Muhammadiyah Surakarta., 2014 http://eprints.ums.ac.id/32390/2/BAB%
20I.pdf.
17. Smeltzer, S.C & Bare B.G. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah (Edisi
8). Jakarta : EGC
19. Stuart, Keliat & Pasaribu (2016). Prinsip Dan Praktik Keperawatan Kesehatan
Jiwa Stuart. Edisi Indonesia (Buku 1). Singapura:Elsevier
20. Vonala F & Ernawati N., 2016 Hubungan Konsep Diri (Citra Diri Dan Harga Diri)
dengan Strategi Koping Pada Penderita Pasca Stroke di Wilayah Kerja
Puskesmas Kedungwuni I Kabupaten Pekalongan. Skripsi Program Studi Ners
Sekolah Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan. https://e-
skripsi.umpp.ac.id/detail/absdownload/3fe94a002317b5f9259f82690aeea4cd,.
21. Wanti, Y., Widianti, E., & Fitria, N. (2016). Gambaran Strategi Koping Keluarga
dalam Merawat Anggota Keluarga yang Menderita Gangguan Jiwa Bera. Jurnal
Keperawatan Padjadjaran, 4(1). https://doi.org/10.24198/jkp.v4i1.140