Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT(MTBS)

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4


NOVTRI SILALAHI
SILVI FEBRIANI PUTRI
SINUR LIANI
RONI TRIO FINESYA
SYLVI DEPUTRIANDA MURNI
TAUFIQQURRAHMAN
TIKA SARI
TRIA AYUNI WULNADARI
ULFI VADILA BUDIYANTI
VIONA ANISA SABILA

DOSEN PEMBIMBING:
YENDRIZAL JAFRI ,S.Kp.M.Biomed

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan pada kelompok 4
untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya kelompok 4 dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Manajemen Terpadu Balita Sakit ” tepat
waktu.Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari Bapak Yendrizal
Jafri ,S.Kp.M.Biomed pada mata kuliah Keperawatan Anak I. Selain itu, kelompok 4 juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.
Kelompok 4 mengucapkan terimakasih kepada Bapak Yendrizal Jafri ,S.Kp.M.Biomed
selaku dosen mata kuliah Keperawatan Anak I. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni kelompok 4. Kelompok 4
juga mengucapkan terimakasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah ini.

Kelompok 4 menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kelompok 4 terima demi kesempurnaan makalah ini.

Bukittinggi 28 Januari 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Tujuan........................................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
A. MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)................................................................................6
B. Definisi MTBS..........................................................................................................................6
C. Tujuan MTBS............................................................................................................................7
D. Proses Manajemen Balita Sakit..................................................................................................7
E. Manajemen Balita Sakit Umur 5 bulan -5 Tahun.......................................................................8
BAB III................................................................................................................................................28
PENUTUP...........................................................................................................................................28
A. Kesimpulan..............................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................29

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen Terpadu balita sakit(MTBS) atau Integrated Management of Childhood
Ilnes (IMCI) merupakan suatu pendekatan yang terintegrasi atau terpadu dalam
tatalaksana balita sakit dengan fokus pada kesehatan anak usia 0-60 bulan (balita) secara
menyeluruh.MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan
atau cara penataaksanaan balita sakit.Konsep pendekatan MTBS yang pertama kali
diperkenalkan oleh organisasi kesehatan dunia WHO merupakan suatu bentuk strategi
upaya pelayanan kesehatan yang ditunjukan untuk menurunkan angka
kematian ,kesakitan dan kecacatan bayi dan anak balita dinegara-negara berkembang.

Dalam pelayanan dengan pendekatan MTBS selain upaya kuratif juga dilakukan
sekaligus upaya promotif dan preventif. MTBS diracang terutama untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh para medis dengan mengintegrasikan
kegiatan manajerial seperti pelatihan, supervisi, komunikasi, monitoring dan evaluasi.

Derajat kesehatan merupakan pecerminan kesehatan perorangan ,kelompok ,maupun


masyarakat yang digambarkan dengan harapan hidup, mortalitas ,morbiditas ,dan status
gizi masyarakat.Derajat kesehatan yang optimal akan dilihat dari unsur kualitas serta
unsur-unsur mortalitas yang memengaruhinya ,yaitu morbiditas dan status gizi.Untuk
kualitas hidup yang digunakan sebagai indikator adalah angka harapan hidup waktu
lahir(Lo).Sedangkan untuk mortalitas telah disepakati lima indikator yaitu angka
kematian bayi(AKB) per 1000 kelahiran hidup ,angka kematian balita(AKABA)per 1000
kelahiran hidup ,angka kematian pneumonia pada balita per 1000 balita ,angka kematian
diare pada balita per 1000 balita per 1000 balita dan angka kematian ibu melahirkan
(AKI) per 1000 kelahiran.

B. Tujuan
1. Untuk memahami Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
2. Untuk mengetahui definis MTBS

4
3. Untuk mengetahui tujuan MTBS
4. Untuk mengetahui proses manajemen kasus balita sakit
5. Untuk mengetahui tatalaksana bayi sakit

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)


MTBS singkatan dari Manajemen Terpadu Balita Sakit atau Integrated Management
of Childhood Illness (IMCI dalam bahasa Inggris) adalah suatu pendekatan yang
terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak
usia 0-5 tahun (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu program
kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana balita sakit. Kegiatan MTBS
merupakan upaya yang ditujukan untuk menurunkan kesakitan dan kematian sekaligus
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan anak balita di unit rawat jalan kesehatan
dasar seperti Puskesmas, Pustu, Polindes, Poskesdes, dll.
Bila dilaksanakan dengan baik, upaya ini tergolong lengkap untuk mengantisipasi
penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan balita. Dikatakan
lengkap karena meliputi upaya kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan), perbaikan
gizi, imunisasi dan konseling (promotif). Badan Kesehatan Dunia WHO telah mengakui
bahwa pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan negara-negara berkembang dalam
upaya menurunkan kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita.

B. Definisi MTBS
Suatu manejemen untuk balita yang datang di pelayanan kesehatan,dilaksanakan
secara terpadu mengenai klasifikasi,status gizi,status imun maupun penangan dan
konseling yang diberikan. MTBS merupakan suatu program pemerintah untuk
menurunkan angka kematian balita dan menurunkan angka kesakitan.
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan pendekatan keterpaduan dalam
tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan
dasar yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare, campak, malaria,
infeksi telinga, malnutrisi, dan upaya promotif dan preventif yang meliputi imunisasi,
pemberian vitamin A dan konseling pemberian makan yang bertujuan untuk menurunkan
angka kematian bayi dan anak balita serta menekan morbiditas karena penyakit tersebut
(Pedoman Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas, Modul-7. 2004).

6
Balita (bawah lima tahun) yaitu anak umur 0-5 tahun (tidak termasuk umur 5 tahun)
(MTBS, Modul 1,2004).

C. Tujuan MTBS
Menurunkan secara signifikan angka kesakitan dan kematian global yang terkait
dengan penyebab utama penyakit pada balita, melalui peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan di unit rawat jalan fasilitas kesehatan dasar dan memberikan konttribusi
terhadap pertumbuhan perkembangan kesehatan anak.
Penerapan MTBS dengan baik dapat meningkatkan upaya penemuan kasus secara
dini, memperbaiki manajemen penanganan dan pengobatan, promosi serta peningkatan
pengetahuan bagi ibu – ibu dalam merawat anaknya dirumah serta upaya
mengoptimalkan system rujukan dari masyarakat ke fasilitas pelayanan primer dan
rumah sakit sebagai rujukan. ( Modul MTBS 1, 2008 ).

D. Proses Manajemen Balita Sakit


Proses manajemen kasus disajikan dlam suatu bagan yang memperlihatkan urutan
langkah – langkah dan penjelasan cara pelaksanaannya. Langkah – langkahnya yaitu :
a. Menilai dan membuat klasifikasi anak sakit umur 5 bulan – 5 tahun.
Menilai anak maksudnya adalah melakukan penilaian dengan cara anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
b. Menentukan tindakan dan memberi pengobatan.
Membuat klasifikasi diartikan membuat sebuah keputusan mengenai
kemungkinan penyakit atau masalah serta tingkat keparahannya.Memilih suatu
kategori atau klasifikasi untuk setiap gejala utama yang berhubungan dengan berat
ringannya penyakit. Klasifikasi merupakan suatu kategori untuk menentukan
tindakan, bukan sebagai diagnose spesifik penyakit. Menentukan tindakan dan
memberi pengobatan di fasilitas kesehatan sesuai dengan klasifikasi, memberi
obat untuk diminum di rumah dan juga mengajari ibu tentang cara memberikan
obat serta tindakan lain yang harus dilakukan di rumah.
c. Memberi konseling bagi ibu.
Memberi konseling bagi ibu juga termasuk menilai cara pemberian makan anak,
memberi anjuran pemberian makan yang baik untuk anak serta kapan harus
membawa anaknya kembali ke fasilitas kesehatan.
d. Manajemen terpadu bayi muda umur kurang dari 2 bulan, memberi pelayanan
tindak lanjut.

7
Manajemen terpadu bayi muda meliputi menilai dan membuat klasifikasi,
menentukan tindakan dan memberi pengobatan, konseling, dan tindak lanjut pada
bayi umur kurang dari 2 bulan baik sehat maupun sakit. Pada prinsipnya, proses
manajemen kasus pada bayi muda umur kurang dari 2 bulan tidak berbeda dengan
anak sakit umur 2 bulan tidak berbeda dengan anak sakit umur 2 bulan sampai 5
tahun. Memberi pelayanan tindak lanjut berarti menentukan tindakan dan
pengobatan pada saat anak datang untuk kunjungan ulang.
Kegiatan MTBS memiliki 3 komponen khas yang menguntungkan, yaitu :
a. Meningkatkan keterampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita
sakit (selain dokter, petugas kesehatan non dokter, dapat pula memeriksa
danmenangani pasien apabila sudah dilatih ).
b. Memperbaiki system kesehatan (perwujudan terintegrasinya banyak program
kesehatan dalam 1 kali pemeriksaan MTBS)
c. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat alam perawatan di rumah dan
upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan
masyarakat dalam pelayanan kesehatan).

E. Manajemen Balita Sakit Umur 5 bulan -5 Tahun


Pada pelaksanaan manajemen terpadu balita sakit pada umur 5 bulan sampai dengan 5
tahun tahap pelaksanaan sama seperti pada bayi umur kurang dari 5 bulan yaitu dengan
tahap penilaian dan gejala, tahap kalisifikasi dan tingkat kegawatan, tahap tindakan dan
pengobatan, tahap pemberian konseling dan tahap pelayanan tindak lanjut, adapun secara
jelas dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Penilaian Tanda & Gejala
Pada penilaian tanda & gejala pada bayi umur 2 bulan sampai dengan 5 tahun ini
yang dinilai adalah tindakannya tanda bahaya umum (tidak bisa minum atau
muntah,kejang, letargis atau tidak sadar dan keluhan seperti batuk atau kesukaran
bernafas, adanya diare, lemah, masalah telinga, mall nutrisi, anemia dan lain-lain.
 Penilaian pertama keluhan batuk atau sukar bernafas, tanda bahaya umum,
tarikan dinding wajah ke dalam, stridor, nafas cepat. Penentuan frekuensi
pernapasan adalah pada anak usia 2 bulan sampai 12 bulan normal
pernapasan 50 atau lebih permenit sedangkan frekuensi pernapasan anak
usia 12 bulan sampai 5 tahun adalah 40 kali permenit.

8
 Penilaian kedua keluhan dan tanda adanya diare seperti letargis atau tidak
sadar, atau cenderung tidak bisa minum atau malas makan maka turgor
kulit jelek, gelisah, rewel, haus atau banyak minum adanya darah dalam
tinja (berak campur darah).
 Penilain ketiga tanda demam, disertai dengan adanya tanda bahaya umu,
kaku kuduk, dan adanya infeksi lokal seperti kekeruhan pada kornea
mata,luka pada mulut,mata bernanah adanya tanda presyok seperti nadi
lemah,ektremitas dingin,muntah darah,berak hitam,perdarahan
hidung,perdarahan bawah kulit,nyeri ulu hati dan lain-lain.
 Penilaian keempat tanda masalah telinga seperti nyeri pada telinga,adanya
pembengkakan,adanya cairan keluar dari telinga yang kurang dari 14
hari,dan lain-lain
 Penilaian kelima tanda status gizi seperti badan kelihatan bertambah
kurus,bengkak pada kedua kaki,telapak tangan pucat,status gizi dibawa
garis merah pada pemeriksaan berat badan menurut umur.

b. Penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan


Pada penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan ini dilakukan setelah penilaian
tanda dan gejala yang diklasifikasikan berdasarkan dari kelompok keluhan atau
tingkat kegawatan,adapun klasifikasinya dapat sebagai berikut.
 Klasifikasi pneumonia
Pada klasifikasi pneumonia ini dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu:
1) Diklasifikasi pneumonia berat apabilah adanya tanda bahaya umum,tarikan
dinding dada kedalam,adanya stridor
2) Adanya pneumonia apabila ditemukan tanda frekuensi napas yang sangat
cepat
3) Klasifikasi batuk bukan pneumonia apabilah tidak ada pneumonia ada
hanya keluhan batuk
 Klasifikasi dehidrasi
Pada klasifikasi ini termasuk klasifikasi diare dengan dihindari yang terbagi
menjadi 3 kelompok yaitu:
1) Dehidrasi berat apabila ada tanda dan gejala seperti letargis atau
tidak sadar,mata cekung,turgor kulit jelek sekali,

9
2) Klasifikasi dehidrasi ringan sedang dengan tanda seperti
gelisah,rewet,mata cekung,haus,turgor jelek
3) Klasifikasi diare tanpa dehidrasi apabila tidak cukup tanda adanya
dehidrasi
 Klasifikasi diare persisten
Untuk klasifikasi diare ini ditemukan apabila diarenya sudah lebih dari 14 hari
dengan dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu diare persisten berat
ditemukan adanya tanda dehidrasi dan diare persisten apabila tidak ditemukan
adanya tanda dehidrasi.
 Klasifikasi disentri
Pada klasifikasi disentri ini juga termasuk klasifikasi diare secara umum akan
tetapi apabilah diarenya disertai dengan darah dalam tinja atau diarenya
bercampur dengan darah
 Klasifikasi resiko malaria
Pada klasifikasi resiko malaria ini dikelompokkan menjadi resiko tinggi
rendah atau tampak resiko malaria dengan mengidentifikasi apabila darahnya
merupakan resiko terhadap malaria ataukah pernah kedaerah yang
beresiko,maka apabila terdapat hasil klasifikasi maka dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1) Klasifikasi dengan resiko tinggi terhadap malaria yang dikelompokkan lagi
menjadi dua bagian yaitu klasifikasi penyakit berat dengan demam apabila
ditemukan tanda bahaya umum disertai dengan kaku kuduk dan klasifikasi
malaria apabila hanya demam ditemukan suhu 37,5 derajat celcius atau
lebih.
2) Klasifikasi rendah terhadap malaria yang dikelompokkan lagi menjadi 3
yaitu penyakit berat dengan demam apabila ada tanda bahaya umum atau
kaku kuduk dan kalsifikasi malaria apabila tidak ditemukan tanda demam
atau campak dan klasifikasi demam mungkin bukan malaria apabila hanya
ditemukan flek atau adanya campak atau juga adanya penyebab lain dari
demam. Klasifikasi tanpa resiko malaria diklasifikasikan menjadi 2 yaitu
penyakit berat dengan demam apabila ditemukan tanda bahaya umum dan
kaku kuduk serta klasifikasi demam bukan malaria apabila tidak
ditemukan tanda bahaya umum dan tidak ada kaku kuduk

10
 Klasifikasi Campak
Pada klasifikasi campak ini dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1) Campak dengan komplikasi berat apabila ditemukan adanya tanda bahaya
umum terjadi kekeruhan pada kornea mata, adanya luka pad daerah mulut
yang dalam & luas serta adanya tanda umum campak seperti adanya ruang
kemerahan dikulit yang menyeluruh, adanya batuk, pilek, atau mata
merah.
2) Campak dengan komplikasi pada mata atau mulut apabila ditemukan tanda
mata bernana serta luka dimulut dan ketiga klasifikasi campak apabila
hanya khas campak yang tidak disertai tanda klasifikasi diatas.
 Klasifikasi Demam Berdarah Dengue
Pada klasifikasi ini apabila terdapat demam yang kurang dri 7 hari, yaitu :
1) DBD apabila ditemukan tanda seperti adanya tanda bintik perdarahan
dikulit (ptkie) adanya tanda syok seperti extermitas peraba dingin, nadi
lemah, atau tidak teraba, muntah bercampur darah, perdarahan hidung atau
gusi, adanya tourniquet positif.
2) Kalsifikasi mungkin DBD apabila adanya tanda nyeri ulu hati atau gelisah,
bintik perdarahan bawah kulit dan uji tourniquet negatif jika ada sedikit
ptkie
3) Klasifikasi terakhir adalah klasifikasi demam mungkin bukan DBD apabila
tidak ada tanda seperti diatas hanya ada demam.
 Klasifikasi Masalah Telinga
Pada klasifikasi masalah telinga ini dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu :
1) Klasifikasi mastoiditis apabila ditemukan adanya pembengkakan & nyeri
di belakang telinga,
2) Klasifikasi infeksi telinga akut apabila adanya cairan atau nanah yang
keluar dari telinga dan telah terjadi kurang dari 14 hari serta adanya nyeri
telinga
3) Klasifikasi infeksi telinga kronis apabila ditemukan adanya cairan atau
nanah yang keluar dari telinga dan terjadi 14 hari lebih
4) Klasifikasi tidak ada infeksi telinga apabila tidak ditemukan gejala seperti
di atas

11
 Klasifikasi Status Gizi
Klasifikasi status gizi pada penentuan klasifikasi ini dibagi menjadi 3 bagian
yaitu :
1) Klasifikasi gizi buruk dan atau anemia berat apabila adanya bengkak pada
kedua kaki serta pada telapak tangan ditemukan adanya kepucatan.
2) Klasifikasi bawah garis merah dan atau anemia apabila ditemukan tanda
sebagai berikut: apabila lapak tangan agak pucat, berat badan menurut
umur di bawah garis merah
3) Klasifikasi tidak bawah garis merah dan tidak anemia apabila tidak ada
tanda seperti di atas.

c. Penentuan Tindakan & Pengobatan


Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menentukan tindakan dan
pengobatan setelah diklasifikasikan berdasarkan kelompok gejala yang ada.
 Pneumonia
Tindakan yang dpat dilakukan pada maslah pneumonia dalam manajemen
terpadu balita sakit sebagai berikut.Apabila didapatkan pneumonia berat atau
penyakit sangat berat maka tindakan yang pertama adalah :
1) Berikan dosis petama antibiotika
Pilihan pertama kontrimoksazol (Trimetoprim + sulfametoksazol) dan
pilihan kedua adalah amoksili
2) Lakukan rujukan segera
 Dehidrasi
Pada klasifikasi dehidrasi tindakan dapat dikelompokkan berdasarkan derjat
dari dehidrasi, apabila klasfikasinya dehidrasi berat maka tindakannya adalah
sbb:
1) Berikan cairan intravena secepatnya, apabila anak dapat minum berikan
oralit melalui mulut sambil infus dipersiapkan, berikan 100 ml/kg ringer
laktat atau NaCl
2) Lakukan monitoring setiap 1-2 jam tentang status dehidrasi, apabila belum
membaik berikan tetesan intravena
3) Berikan oralit (kurang dari 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum

12
4) Lakukan monitoring kembali sesudah 6 jam pada bayi atau pada anak
sesudah 3 jam dan tentukan kembali status dehidrasi kemudian ditentukan
status dehidrasi dan lakukan sesuai dengan derjat dehidrasi
5) Anjurkan untuk tetap memberikan ASI

 Klasifikasi diare pesisten


Pada klasifikasi ini tindakan ditentukan oleh derajat dehidrasi, kemudian
apabila ditemukan adanya klorea maka pengobatan yang adapat dianjurkan
adalah : pilihan pertama antibiotika kotrimokzasol dan pilihan kedua adalah
tetrasiklin.
 Klasifikasi Resiko Malaria
Penanganan tindakan dan pengobatan pada klasifikasi resiko malaria dapat
ditentukan dari tingkat klasifikasi, adapun tindakannya adalah sbb :
1) Pemberian kinin (untuk malaria dengan penyakit berat) secara intra
muskular
2) Pemberian obat anti malaria oral (untuk malaria saja) dengan pilihan
pertama adalah klorokuin + primakuin dan pilihan kedua adalah
sulfadoksin primetamin + primakuin (untuk anak ≥ 12 bulan) dan
tablet kina (untuk anak ≤ 12 bulan)
3) Setelah pemberian maka lakukan pengamatan selama 30 menit
sesudah pemberian klorokuin dan apabila dalam waktu tersebut
terdapat muntah maka ulangi pemberian klorokuin

 Klasifikasi Campak
Pada klasifikasi campak dapat dilakukan tindakan sebagai berikut :
Apabila campak dijumpai dengan komplikasi berat maka tindakannya adalah
pemberian vitamin A, antibiotik yang sesuai, saleo mata tetrasiklin atau
kloramefnikol apabila dijumpai kekeruhan pada kornea, pemberian
paracetamol apabila disertai demam tinggi (38,5 derajat celcius), kemudian
apabila campak disertai komplikasi mata dan mulut ditambahkan dengan
gentian violet dan apabila hanya campak saja tidak ditemukan penyakit atau
komplikasi lain maka tindakannya hanya diberikan vitamin A.

13
 Klasifikasi Demam Berdarah Dengue
Pada klasifikasi demam berdarah dengue tindakan yang dapat dilakukan antara
lain apabila ditemukan maka segera berikan cairan intra vena, pertahankan
kadar gula darah, apabila dijumpai demam tinggi maka berikan paracetamol
dan berikan cairan atau oralit apabila dilakukan rujukan selama perjalanan.
Ketentuan pemberian cairan pra rujukan pada demam berdarah
1) Benrikan cairan ringer laktak apabila memungkinkan beri glukosa 5%
kedalam ringer laktak melalui intra vena apabila tidak diberikan cairan
oralit atau cairan peroaral selama perjalan.
2) Apabila tidak ada berikan cairan NaCL 10-20 ml/kgbb dalam 30 menit
3) Monitor selama setelah 30 menit dan apabila nadi teraba berikan cairan
intra vena dengan tetesan 10 ml/kgbb dalam 1 jam dan apabila nadi
tidak teraba berikan cairan 15-20 ml/kgbb dalam /1 ja
 Klasifikasi masalah telinga
Tindakan dan pengobatan pada klasifikasi masalah telingah dapat dilakukan
antara lain berikan dosis pertam untuk antkbiotika yang sesuai pemberian
parasetamol apabila kronis ditambah dengan mengeringkan telinga dengan
kain penyerap.
 Klasifikasi status gizi
Pada kalsifikasi statu gizi dapat dilakukan tindakan pemberian vitamin A
apabilaa anak kelihatan sangat kurus dan bengkak pada kedua kaki dan apabila
dijumpai aadanya anemia maka dapat dilakukan pemberian zat besi dan pabila
daerah resiko tinggi malaria dapat diberikan anti malaria oral piratel pamoat
hanya diberikan anak berumur 4 bulan atau lebih dan belum pernah diberikan
dalam 6 bulan terakhir serta hasil pemeriksaan tinja positif

d. Pemberian Konseling
Pada pemberian konseling yang dilakukan manajemen terpadu balita sakit umur 2
bulan sampai dengan 5 tahun pada umumnya adalah konseling tentang:
 Konseling pemberian makan pada anak
1) Lakukan evaluasi tentang cara memberikan makanan pada anak
menyatakan cara meneteki anak, berapa kali sehari apakah pada malam
hari menetek, kemudian anak mendapat makan atau minum lain, apabila

14
anak berat badan berdasarkan umur sangat rendah menyatakan berapa
banyak makan atau minum yang diberikan pada anak apakah anak dapat
makan sendiri dan bagaimana caranya apakah selama sakait makan
ditambah dan lain-lain.
 Menganjurkan cara pemberian makan pada ibu
1) Konseling pemberian cairan selama sakit
Pada konseling ini kasusnya setiap anak sakit dilakukan dengan cara
menganjurkan ibu agar memberi ASI lebih sering dan lebih lama setiap
meneteki serta meningkatkan kebututhan cairan seperti memberikan kua
sayur, air tajin atau air matang.
2) Konseling kunjungan ulang
Pada pemberian konseling tentang kunjungan ulang yang harus dilakukan
pada ibu atau keluarga apabila ditemukan tanda-tanda klasifikasi berikut
dalam waktu yang ditentukan ibu harus segera ke petugas kesehatan.

e. Pemberian Pelayanan dan Tindak Lanjut


 Pnemonia
Pemberian tindak lanjut pada masalah dilakukan sesudah 2 hari dengan
melakukan pemeriksaan tentang tanda adanya gejala pnemonia apabila
didapatkan tanda bahaya umum atau tarikan dinding dada ke dalam maka
berikan 1 dosis antibiotika pilihan kedua atau suntikan kloramfenikol dan
segara lakukan rujukan, namun apabila frekuensi nafas atau nafsu makan tidak
menunjukkan perbaikan gantilah antibiotika pilihan ketiga kemudianapabila
nafas melambat atau nafsu makan membaik lanjutkan pemberian antibiotika
sampai 5 hari.
 Diare persistem
Pada tindak lanjut masalah ini dilakukan sesudah 5 hari dengan cara
mengevaluasi diare apabila diare belum berhenti maka pelayanan tindak lanjut
adalah memberikan obat yang diperlukan dan apabila sudah berhenti maka
makan sesuai umur.
 Disentri
Pelayanan tindak lanjut untuk disentri dilakukan sesudah 2 hari dengan
mengevaluasi jumlah darah dalam tinja berkurang tentang tanda disentri

15
apabila anak masi mengalami disentri maka lakukan tindakan sesuai tindaka
dehidrasi berdasarkan derajatnya.
 Resiko malaria
Pelayan tindak lanjut pada resiko malaria dilkukan sesudah 2 hari apabila
demam lagi dalam 14 hari dengan melakukan penilaian sebagai berikut:
apabila ditemukan malaria oral pilihan kedua bahaya umum atau kakuk kuduk
maka lakukan tindakan sesuai protap.
 Campak
Pelayanan tindak lanjut pada klasifikasi campak ini dilakukan sesudah 2 hari
dengan mengevaluasi atau memperhatikan tentang gejala yang pernah
dimilikinya apabila mata masi bernanah maka lakukan evaluasi kepada
keluarga atau ibu dengan menjelaskan cara mengobati infeksi mata jika sudah
benar lakukan rujukan dan apabila kurang benar maka ajari dengan benar.
 Demam berdarah
Pada klasifikasi pelayanan tindak lanjut dilakukan sesudah 2 hari dengan
melakukan evaluasi tanda dan gejala yang ada,apabila ditemuakan tanda
bahaya umum dan adanya kaku kuduk maka lakukan tindakan sesui dengan
pedoman tindakan pada penyakit demam berdarah dengan penyakit berat,akan
tetapi apabila ditemukan penyebab lain dari demam berdarah maka berikan
pengobatan yang sesuai dan apabila masih ada tanda demam berdarah maka
lakukan tindakan sebagaimana tindakan demam berdarah dan dalam waktu 7
hari masi ditemukan demam lakukan pemeriksaan lebih lanjut.
 Masalah telinga
Pada pelanyanan tindak lanjut masalah telinga ini dilakukan sesudah 5 hari
dengan mengetahui nana evaluasi tanda dan gejala yang ada,apabilah pada
waktu kunjungan didapatkan pembengkakan dan nyeri dibelakang telinga dan
demam tinggi maka segera lakukan rujukan,dan apabilah masih terdapat nyeri
dan keluarkan cairan atau nana maka lakukan pengobatan antibotika selama 5
hari dengan mengerinkan bagian telinga,apabila sudah benar anjurkan tetap
mempertahankan apabila masih kurang ajari tentang cara
mengeringkannya,kemudian apabila keadaan telinga sudah tidak timbul nyeri
atau tidak keluar cairan maka lanjutkan pengobatan antibiotika sampai habis.

16
F. MTBM (Manajemen Terpadu Bayi Muda)
Dalam perkembangannya mencakup Manajemen Terpadu Bayi Muda umur kurang
dari 2 bulan baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Umur 2 tahun tidak termasuk pada
Bayi Muda tapi ke dalam kelompok 2 bulan sampai 5 tahun. Bayi Muda mudah sekali
menjadi sakit, cepat menjadi berat dan serius bahkan meninggal terutama pada satu
minggu pertama kehidupan bayi. Penyakit yang terjadi pada 1 minggu pertama
kehidupan bayi hampir selalu terkait dengan masa kehamilan dan persalinan. Keadaan
tersebut merupakan karakteristik khusus yang harus dipertimbangkan pada saat membuat
klasifikasi penyakit. Pada bayi yang lebih tua pola penyakitnya sudah merupakan
campuran dengan pola penyakit pada anak.Sebagian besar ibu mempunyai kebiasaan
untuk tidak membawa Bayi Muda ke fasilitas kesehatan. Guna mengantisipasi kondisi
tersebut program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) memberikan pelayanan kesehatan pada
bayi baru lahir melalui kunjungan rumah oleh petugas kesehatan.
Melalui kegiatan ini bayi baru lahir dapat dipantau kesehatannya dan didekteksi dini.
Jika ditemukan masalah petugas kesehatan dapat menasehati dan mengajari ibu untuk
melakukan Asuhan Dasar Bayi Muda di rumah, bila perlu merujuk bayi segera. Proses
penanganan Bayi Muda tidak jauh berbeda dengan menangani balita sakit umur 2 bulan
sampai 5 tahun.
1. Pelaksanaan MTBM pada bayi umur kurang dari 2 bulan
Proses manajemen kasus disajikan dalam bagan yang memperlihatkan urutan
langkahlangkah dan penjelasan cara pelaksanaannya:
a. Penilaian dan klasifikasi
b. Tindakan dan Pengobatan
c. Konseling bagi ibu
d. Pelayanan Tindak lanjut

Dalam pendekatan MTBS tersedia “Formulir Pencatan” untuk Bayi Muda dan untuk
kelompok umur 2 bulan sampai 5 tahun. Kedua formulir pencatatan ini mempunyai
cara pengisian yang sama yaitu :

 Penilaian berarti melakukan penilaian dengan cara anamnesis dan pemeriksaan


fisik

17
 Klasifikasi membuat keputusan mengenai kemungkinan penyakit atau masalah
serta tingkat keparahannya dan merupakan suatu kategori untuk menentukan
tindakan bukan sebagai diagnosis spesifik penyakit
 Tindakan dan pengobatan berarti menentukan tindakan dan memberi
pengobatan difasilitas kesehatan sesuai dengan setiap klasifikasi.
 Konseling juga merupakan menasehati ibu yang mencakup bertanya,
mendengar jawaban ibu, memuji, memberi nasehat relevan, membantu
memecahkan masalah dan mengecek pemahaman
 Pelayanan tindak lanjut berarti menentukan tindakan dan pengobatan pada saat
anak datang untuk kunjungan ulang.
Menanyakan kepada ibu mengenai masalah bayi muda. Tentukan pemeriksaan ini
merupakan kunjungan atau kontak pertama dengan bayi muda atau kunjungan ulang
untuk masalah yang sama. Jika merupakan kunjungan ulang akan diberikan
pelayanan tindak lanjut yang akan dipelajari pada materi tindak lanjut.
Kunjungan Pertama lakukan pemeriksaan berikut :
 Periksa bayi muda untuk kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi
bakteri.selanjutnya dibuatkan klasifikasi berdasarkan tanda dan gejalanya
yang ditemukan.
 Menanyakan pada ibu apakah bayinya diare, jika diare periksa tanda dan
gejalanya yang terkait. klasifikasikan bayi muda untuk dehidrasi nya dan
klasifikasikan juga untuk diare persisten dan kemungkinan disentri.
 Periksa semua bayi muda untuk ikterus dan klasifikasikan berdasarkan gejala
yang ada.
 Periksa bayi untuk kemungkinan berat badan rendah dan atau masalah
pemberian asi. selanjutnya klasifikasikan bayi muda berdasarkan tanda dan
gejala yang ditemukan.
 Menanyakan kepada ibu apakah bayinya sudah di imunisasi?. tentukan status
imunisasi bayi muda.
 Menanyakan status pemberian vit k1.
 Menanyakan kepada ibu masalah lain seperti kelainan kongenital, trauma
lahir, perdarahan tali pusat dan sebagainya.

18
 Menanyakan kepada ibu keluhan atau masalah yang terkait dengan kesehatan
bayinya. Jika Bayi Muda membutuhkan RUJUKAN SEGERA lanjutkan
pemeriksaan secara cepat. Tidak perlu melakukan penilaian pemberian ASI
karena akan memperlambat rujukan.
2. Penilaian Dan Klasifikasi Bayi Muda Umur Kurang 2 Bulan
a. Kemungkinan Penyakit Sangat Berat Atau
Infeksi Bakteri Infeksi pada Bayi Muda dapat terjadi secara sistemik atau lokal.
Infeksi sistemik gejalanya tidak terlalu khas, umumnya menggambarkan gangguan
fungsi organ seperti : gangguan kesadaran sampai kejang, gangguan napas, bayi
malas minum, tidak bisa minum atau muntah, diare, demam atau hipotermi Pada
infeksi lokal biasanya bagian yang terinfeksi teraba panas, bengkak, merah. Infeksi
lokal yang sering terjadi pada Bayi Muda adalah infeksi pada tali pusat, kulit, mata
dan telinga. Memeriksa gejala kejang dapat dilakukan dengan cara (TANYA,
LIHAT, RABA).
 Kejang
Kejang merupakan gejala kelainan susunan saraf pusat dan merupakan
kegawat daruratan. Kejang pada Bayi Muda umur ≤ 2 hari berhubungan
dengan asfiksia, trauma lahir, dan kelainan bawaan dan jika lebih dari 2 hari
dikaitkan dengan tetanus neonatorium.
 Tanya : adakah riwayat kejang? Tanyakan ke ibu dan gunakan bahasa atau
istilah lokal yang mudah dimengerti ibu
 Lihat : apakah bayi tremor dengan atau tanpa kesadaran menurun? Tremor
atau gemetar adalah gerakan halus yang konstan, tremor disertai kesadran
menurun menunjukkan kejang. Kesadaran menurun dapat dinilai dengan
melihat respon bayi pada saat baju bayi dibuka akan terbangun.
1) Lihat : apakah ada gerakan yang tidak terkendali? Dapat berupa gerakan
berulang pada mulut, gerakan bola mata cepat, gerakan tangan dan kaki
berulang pada satu sisi.
2) Lihat : apakah mulut bayi mencucu?
3) Lihat dan raba : apakah bayi kaku seluruh tubuh dengan atau tanpa
rangsangan. Mulut mencucu seperti mulut ikan merupakan tanda yang
cukup khas pada tetanus neonatorum

19
4) Dengar : apakah bayi menangis melengking tiba-tiba? Biasanya
menunjukkan ada proses tekanan intra kranial atau kerusakan susunan
saraf pusat lainnya 2) Bayi tidak bisa minum dan memuntahkannya Bayi
menunjukkan tanda tidak bisa minum atau menyusu jika bayi terlalu
lemah untuk minum atau tidak bisa mengisap dan menelan. Bayi
mempunyai tanda memuntahkan semua jika bayi sama sekali tidak dapat
menelan apapun. 3) Gangguan Napas Pola napas Bayi Muda tidak
teratur (normal 30-59 kali/menit) jika < 35,5C disebut hipotermi berat
yang mengidentikasikan infeksi berat sehingga harus segera dirujuk,
suhu 35,5-36,0 C disebut hipotermi sedang dan suhu ≥ 37,5 disebut
demam Mengukur suhu menggunakan termometer pada aksiler selama 5
menit tidak dianjurkan secara rektal karena dapat mengakibatkan
perlukaan rektal.
5) Infeksi Bakteri Lokal
Infeksi bakteri lokal yang sering terjadi adalah infeksi pada kulit, mata
dan pusar. Pada kulit apakah ada tanda gejala bercak merah, benjolan
berisi nanah dikulit. Pada mata terlihat bernanah, berat ringannya dilihat
dari produksi nanah dan mata bengkak. Pusar kemerahan atau bernanah
(kemerahan meluas ke kulit daerah perut berbau , bernanah) berarti bayi
mengalami infeksi berat.

Cara Mengklasifikasi Kemungkinan Panyakit Sangat Berat Atau Infeksi Bakteri

Tanda atau Gejala Klasifikasi


- Tidak mau minum atau memuntahkan PENYAKIT SANGAT BERAT ATAU
semua ATAU INFEKSI BAKTERI BERAT
- Riwayat kejang ATAU
- Bergerak hanya jika distimulasi
ATAU
- Napas cepat ATAU
- Napas lambat ATAU
- Tarikan dinding dada ke dalam yang
kuat ATAU
- Merintih ATAU

20
- Demam (≥ 37,5C) ATAU
- Hipotermi ( < 35,5 )
- Nanah yang banyak dimata
- Pusar kemerahan sampai dinding
perut
- Pustul kulit ATAU INFEKSI BAKTERI LOKAL
- Mata bernanah ATAU
- Pusat kemerahan atau bernanah
- Tidak terdapat salah satu tanda diatas MUNGKIN BUKAN INFEKSI

 Menilai Diare
Ibu mudah mengenal diare karena perubahan bentuk tinja yang tidak seperti
biasanya dan frekuensi beraknya lebih sering dibandingkan biasanya. Biasanya bayi
dehidrasi rewel dan gelisah dan jika berlanjut bayi menjadi letargis atau tidak sadar,
karena bayi kehilangan cairan matanya menjadi cekung dan jika dicubit kulit akan
kembali dengan lambat atau sangat lambat. Cubit kulit perut dengan menggunakan
ibu jari dan telunjuk lihat apakah kulit itu kembali lagi dengan sangat lambat (lebih
dari 2 detik), lambat atau segera.

 Ikterus
Ikterus merupakan perubahan warna kulit atau selaput mata menjadi kekuningan
sebagian besar(80%) akibat penumpukan bilirubin (hasil pemecahan sel darah
merah) sebagian lagi karena ketidak cocokan gol.darah ibu dan bayi. Peningkatan
kadar bilirubin dapat diakibatkan oleh pembentukan yang berlebihan atau ada
gangguan pengeluaran. Ikterus dapat berupa fisiologis dan patologis (hiperbilirubin
mengakibatkan gangguan saraf pusat) Sangat penting mengetahui kapan ikterus
timbul, kapan menghilang dan bagian tubuh mana yang kuning. Timbul setelah 24
jam dan menghilang sebelum 14 hari tidak memerlukan tindakan khusus hanya
pemberian ASI. Ikterus muncul setelah 14 hari berhubungan dengan infeksi hati atau
sumbatan aliran bilirubin pada empedu. Lihat tinja pucat seperti dempul
menandakan adanya sumbatan aliran bilirubin pada sistem empedu.
Untuk menilai derajat kekuningan digunakan metode KRAMER
1) Kramer I : kuning pada daerah kepala dan leher

21
2) Kramer 2 : kuning sampai dengan badan bagian atas (dari pusar ke atas)
3) Kramer 3 : kuning sampai badan bagian bawah hingga lutut atau siku
4) Kramer 4 : kuning sampai pergelangan tangan dan kaki
5) Kramer 5: kuning sampai daerah tangan dan kaki

Klasifikasi Ikterus

Tanda atau Gejala Klasifikasi


- Timbul kuning pada hari pertama (< IKTERUS BERAT
24 jam) ATAU
- Kuning ditemukan pada umur lebih
dari 14 hari ATAU
- Kuning sampai telapak tangan
/telapak kaki ATAU
- Tinja berwarna pucat
- Timbul kuning pada umur ≥ 24 jam IKTERUS
sampai ≤ 14 hari dan tidak sampai
telapak tangan/kaki
Tidak kuning TIDAK ADA IKTERUS

 Kemungkinan Berat Badan Rendah dan atau masalah


Pemberian ASI Pemberian ASI merupakan hal yang penting bagi pertumbuhan
dan perkembangan pada bayi 6 bulan pertama kehidupannya, jika ada masalah
pemberian ASI maka bayi dapat kekurangan gizi dan mudah terkena penyakit.
Tanyakan : apakah IMD dilakukan, apakah ada kesulitan menyusui, apakah bayi
diberi ASI dan berapa kali dalam 24 jam, apakah bayi diberi selain ASI. Lihat :
apakah ada bercak putih dimulut, adakah celah bibir /dilangit-langit Timbang dan
menentukan BB menurut umur dipakai standar WHO 2005 yang berbeda untuk laki-
laki dan perempuan. Bayi muda dengan berat badan rendah yang memiliki BB
menurut umur < -3 SD (dibawah garis merah), antara -2 SD dan -3 SD (BB pada pita
kuning), >-2 SD (tidak ada masalah BB rendah)

22
Penilaian Cara pemberian ASI (jika ada kesulitan pemberian ASI/ diberi ASI
kurang dari 8 jam dalam 24 jam, diberi selain ASI, BB rendah menurut umur)
1) Apakah bayi diberi ASI dalam 1 jam terakhir jika tidak sarankan ibu untuk
menyusui, jika iya menunggu bayi mau menyusu lagi, amati pemberian ASI.
2) Lihat bayi menyusu dengan baik (posisi bayi benar, melekat dengan baik,
mengisap dengan efektif)

Klasifikasi Kemungkinan Berat Badan Rendah Dan /Masalah Pemberian Asi

Tanda atau Gejala Klasifikasi


- Ada kesulitan pemberian ASI BERAT BADAN RENDAH MENURUT
- Berat badan menurut umur rendah 9 UMUR DAN MASALAH PEMBERIAN ASI
- ASI kurang dari 8 kali perhari
- Mendapat makanan/minuman lain selain
ASI
- Posisi bayi salah
- Tidak melekat dengan baik
- Tidak mengisap dengan efektif
- Terdapat luka bercak putih
- Terdapat celah bibir /langit-langit
Tidak terdapat tanda/gejala diatas BERAT BADAN TINDAK RENDAH
MENURUT UMUR DAN TIDAK ADA
MASALAH PEMBERIAN ASI

 Memeriksa Status /Penyuntikan Vitamin K1


Karena sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum sempurna maka
semua bayi yang berisiko untuk mengalami perdarahan (HDN= haemorrhagic
Disease of the Newborn). Perdarahn bisa ringan atau berat berupa perdarahan
pada kejadian ikutan pasca imunisasi ataupun perdarahan intrakranial dan untuk
mencegah diatas maka semua bayi diberikan suntikan vit K1 setelah proses IMD
dan sebelum pemberian imunisasi Hb O
 Memeriksa Status Imunisasi

23
Penularan Hepatitis pada bayi dapat terjadi secara vertikal (ibu ke bayi pada
saat persalinan) dan horizontal (penularan orang lain). Dan untuk mencegah
terjadi infeksi vertikal bayi harus diimunisasi HB sedini mungkin. Imunisasi HB 0
diberikan (0-7 hari) di paha kanan selain itu bayi juga harus mendapatkan
imunisasi BCG di lengan kiri dan polio diberikan 2 tetes oral yang dijadwalnya
disesuaikan dengan tempat lahir

 Memeriksa masalah/keluhan Lain


1) Memeriksa kelainan bawaan/kongenital Adalah kelainan pada bayi baru lahir
bukan akibat trauma lahir dan untuk mengenali jenis kelainan lakukan
pemeriksaan fisik (anensefalus, hidrosefalus, meningomielokel dll)
2) Memeriksa kemungkinan Trauma lahir Merupakan perlukaan pada bayi baru
lahir yang terjadi pada proses persalinan (kaput suksedanium, sefal hematome
dll)
3) Memeriksa Perdarahan Tali pusat Perdarahan terjadi karena ikatan tali pusat
longgar setelah beberapa hari dan bila tidak ditangani dapat syok
 Memeriksa masalah ibu
Pentingnya menanyakan masalah ibu adalah memanfaatkan kesempatan waktu
kontak dengan Bayi Muda untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu.
Masalah yang mungkin berpengaruh kepada kesehatan bayi
1) Bagaimana keadaan ibu dan apakah ada keluhan (misalkan : demam, sakit
kepala, pusing, depresi)
2) Apakah ada masalah tentang (pola makan-minum, waktu istirahat, kebiasaan
BAK dan BAB)
3) Apakah lokea berbau, warna dan nyeri perineum
4) Apakah ASI lancar
5) Apakah ada kesulitan merawat bayi
6) Apakah ibu minum tablet besi, vit A dan menggunakan alat kontrasepsi

3. Tindakan dan Pengobatan

24
Bayi muda yang termasuk klasifikasi merah memerlukan rujukan segera ke fasilitas
pelayanan yang lebih baik dan sebelum merujuk lakukan pengobatan pra rujukan dan
minta Informed Consent. Klasifikasi kuning dan hijau tidak memerlukan rujukan.
a. Memerlukan Rujukan.
Klasifikasi berat (warna merah muda) memerlukan rujukan segera, tetap lakukan
pemeriksaan dan lakukan penanganan segera sehingga rujukan tidak terlambat,
contoh :
 Penyakit sangat berat atau infeksi bakteri berat
 Ikterus berat 3) Diare dehidrasi berat

Tindakan/Pengobatan Pra Rujukan

 Kejang
1) Bebaskan jalan nafas dan memberi oksigen
2) Menangani kejang dengan obat anti kejang (pilihan 1 fenobarbital 30
mg = 0,6 ml IM, pilihan 2 diazepam 0.25 ml dengan berat
3) Jangan memberi minum pada saat kejang akan terjadi aspirasi
4) Menghangatkan tubuh bayi (metode kangguru selama perjalanan ke
tempat rujukan
5) Jika curiga Tetanus Neonatorum beri obat Diazepam bukan
Fenobarbital
6) Beri dosis pertama antibiotika PP
 Gangguan Nafas pada penyakit sangat berat atau infeksi bakteri berat
1) Posisikan kepala bayi setengah mengadah jika perlu bahu diganjal
dengan gulungan kain
2) Bersihkan jalan nafas dan beri oksigen 2 l per menit
3) Jika apnoe lakukan resusitasi
 Hipotermi
1) Menghangatkan tubuh bayi
2) Cegah penurunan gula darah (berikan ASI bila bayi masih bisa
menyusu dan beri ASI perah atau air gula menggunakan pipet bila bayi
tidak bisa menyusu) dapat menyebabkan kerusakan otak
3) Nasehati ibu cara menjaga bayi tetap hangat selama perjalanan rujukan
d) Rujuk segerta

25
 Ikterus
1) Cegah turunnya gula darah
2) Nasehati ibu cara menjaga bayi tetap hangat
3) Rujuk segera
 Gangguan saluran cerna
1) Jangan berikan makanan /minuman apapun peroral
2) Cegah turunnya gula darah dengan infus
3) Jaga kehangatan bayi
4) Rujuk segerta

 Diare
1) Rehidrasi (RL atau NaCl 100 ml/kg BB 30 ml/kg BB selama 1 jam 70
ml/ kg BB selama 5 jam Jika memungkinkan beri oralit 5 ml/kg
BB/jam
2) Rehidrasi melalui pipa nasogastrik 20 ml/kg BB/jam selama 6 jam
(120 ml/kg BB)
3) Sesudah 6 jam periksa kembali derajat dehidrasi
 Berat tubuh rendah dan atau gangguan pemberian ASI
1) Cegah penurunan gula darah dengan pemberian infus
2) Jaga kehangatan bayi
3) Rujuk segera

b. Tidak memerlukan rujukan


Klasifikasi yang berwarna kuning dan hijau, misalnya infeksi bakteri lokal,
Mungkin bukan infeksi, Diare dehidrasi ringan/sedang, diare tanpa dehidrasi,
ikterus, berat badan rendah menurut umur dan atau masalah pemberian ASI, Berat
badan tidak rendah dan tidak ada masalah pemberian ASI. Dibawah ini beberapa
tindakan /pengobatan pada Bayi Muda yang tidak memerlukan rujukan :
 Menghangatkan tubuh bayi segera
 Mencegah gula darah tidak turun
 Memberi antibiotik per oral yang sesuai
 Mengobati infeksi bakteri lokal

26
 Melakukan rehidrasi oral baik diklinik maupun dirumah
 Mengobati luka atau bercak putih di mulut
 Melakukan asuhan dasar Bayi Muda (mencegah infeksi, menjaga bayi
tetap hangat, memberi ASI sesering mungkin, imunisasi
4. Konseling Bagi Ibu
Konseling diberikan pada Bayi Muda dengan klasifikasi kuning dan hijau
a. Mengajari ibu cara pemberian obat oral di rumah (macam obat, dosis, cara
pemberian )
b. Mengajari ibu cara mengobati infeksi bakteri lokal (tetes mata /salep
tetraciklin/kloramfenikol, mengeringkan telinga dengan bahan penyerap, luka
dimulut dengan gentian violet)
c. Mengajari pemberian oralit
d. Menasehati ibu tentang pemberian ASI : pemberian ASI eksklusif, cara
meningkatkan produksi ASI, posisi yang benar saat meneteki, cara menyimpan
ASI
e. Mengajari ibu cara merawat tali pusat dan menjelaskan jadwal pemberian
imunisasi
f. Menasehati ibu kapan harus segera membawa bayi ke petugas kesehatan dan kapan
kunjungan ulang
g. Menasehati ibu tentang kesehatan dirinya

5. Kunjungan Ulang Untuk Pelayanan Tindak Lanjut


Pada kunjungan ulang petugas dapat menilai apakah anak membaik setelah diberi
obat atau tindakan lainnya. Apabila anak mempunyai masalah lain gunakan
penilaian awal lengkap pada kunjungan awal. Kunjungan ulang :
a. Dua hari
b. Infeksi bakteri lokal
c. Gangguan pemberian ASI 3) Luka atau bercak putih di mulut
d. Hipotermi sedang 5) Diare dengan dehidrasi ringan /sedang 6) Ikterus fisiologik
jika tetap kuning
e. 14 hari Berat Badan Rendah menurut umur

27
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan pelayanan
terhadap balita sakit yang dikembangkan oleh WHO.Dengan MTBS dapat ditangani
secara lengkap kondisi kesehatan balita pada tingkat pelayanan kesehatan dasar, yang
memfokuskan secara integrative aspek kuratif, preventif dan promotif termasuk
pemberian nasihat kepada ibu sebagai bagian dari pemberdayaan masyarakat untuk
meningkatkan kesehatan anak.Pemberian antibiotika sangat selektif sesuai klasifikasi
dan dapat dan dapat membatasi beberapa klasifikasi yang akhirnya dapat menekan
biaya pengobatan.Melihat keunggulan tersebut maka dapatlah dimengerti mengapa
Indonesia termasuk salah satu pengguna dini dari pendekatan MTBS ini, bahkan
Indonesia sekarang sudah sampai tahap pemantapan implementasi.

28
DAFTAR PUSTAKA

Aprilia Asri R, S. Kep, Ners. Diktat Kuliah Keperawatan Anak 1. 2011

Dr. Soedjatmiko, SpA (K), Msi, 2009, Materi presentase pada “Pelatihan Program
Kesehatan Balita Bagi Penanggung Jawab Program Kesehatan Anak”. Bogor. 2009.
Stimulasi , Deteksi dan Intervensi Dini Gangguan Tumbuh Kembang Balita.

Soetjiningsih, (1998), Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta

29

Anda mungkin juga menyukai