Anda di halaman 1dari 42

M AK ALAH

ASUHAN PADA BAYI, BALITA SEHAT DAN SAKIT


DENGAN PENDEKATAN KONSEP
MTBM-MTBS

DISUSUN OLEH :

1. Albina NIM 16201122p


2. Erna ningsih NIM 16201129p
3.Eva Juwita NIM 16201128p
4. Fitri Aprikasi NIM 16201126p
5. Irka Mayasari NIM 16201125p
6.Indah Novitasari NIM 16201130p
7. Puput Wulandari NIM 16201127p
8. Tika Wulandari NIM 16201124p
9. Wayan Ratna Dewi NIM 16201123p

UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2016/2017

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah materi kuliah yang berjudul ASUHAN PADA BAYI, BALITA
SEHAT DAN SAKIT DENGAN PENDEKATAN KONSEP MTBM -
MTBS . Dalam penyusunan laporan studi ini penulis menyadari bahwa masih
banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan baik isi maupun cara penulisan
yang dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang penulis
miliki.

Mengingat proses penulisan laporan studi kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka penulis selalu membuka diri untuk menerima berbagai
masukan dan kritik yang membangun sehingga laporan studi ini kelak menjadi
lebih sempurna dan bermanfaat.

Semoga laporan studi kasus ini dapat menambah ilmu pengetahuan


bagi semua pihak, khususnya mahasiswa Universitas Kader Bangsa Palembang.

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN .. 1

1.1. Latar Belakang


.. 1
1.2. Rumusan
Masalah 1
1.3.Tujuan Pembuatan Makalah . 1
1.3.1. Tujuan Umum.. 1
1.3.2. Tujuan Khusus. 2
1.4. Manfaat
Pembuatan Makalah .. 2
1.4.1. Manfaat Teoritis.. 2
1.4.2. Manfaat Praktisi.. 2
a. Bagi Penulis 2
b. Bagi Instansi Pendidikan.. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) dan


Manajemen Terpadu Bayi Sakit (MTBS) 4
2.1.1. Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) 4
2.1.2. Manajemen Terpadu Bayi Sakit (MTBS).. 6
2.2.Stimulasi Tumbuh Kembang Berdasarkan Tahapan
Perkembangan Bayi dan Balita......... 13
2.2.1. Periode dan Tahapan Perkembangan Anak
menurut Umur dan Aspek Kemampuannya 14
2.2.2. Gangguan Tumbuh Kembang Bayi dan Balita ...... 24
2.3. Anticipatory Guidance, Promosi, Edukasi pada Orangtua
atau Pendamping Bayi dan Balita 25
2.3.1. Pengertian Anticipatory Guidance 25
2.3.2. Tahapan Usia Anticipatory Guidance. 25

2.3.3. Promosi Kesehatan Bagi Orangtua yang


Memiliki Bayi dan Balita 34
2.3.4. Edukasi Kesehatan Bagi Orangtua yang
Memiliki Bayi dan Balita .........................................37
2.4. Asuhan Kebidanan Bayi dan Balita Berdasarkan
Evidence Based 37
2.4.1. Baby Friendly 38
2.4.2. Memulai Pemberian ASI Dini Dan Ekslusif 38
2.4.3. Regulasi Suhu Bayi Baru Lahir Dengan Kontak
Kulit Ke Kulit 39
2.4.4. Penundaan Pemotongan Tali Pusat 40
2.4.5. Perawatan Tali Pusat 40
2.4.6. Stimulasi Pertumbuhan dan Perkembangan
Bayi dan Balita 40

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN


3.1. Kesimpulan ... 41
3.2. Saran . 41
3.2.1. Bagi Mahasiswa 41
3.2.2. Bagi Institusi Pendidikan 42

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menurut data dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2010 Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebesar 34/1000
kelahiran hidup. Bila angka ini dikonversikan secara matematis, maka
setidaknya terjadi 400 kematian bayi perhari setiap 1 jam di seluruh
Indonesia, sedangkan Angka Kematian Balita (AKBAL) sebesar 44/1000
kelahiran hidup yang berarti terjadi 529 kematian / hari atau 22 kematian
balita setiap jamnya. Bia kita mencoba menghitung lebih jauh lagi, berarti
terjadi lebih dari 15.000 kematian balita setiap bulannya.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) tahun 2012, ada
beberapa penyakit utama yang menjadi penyebab kematian bayi dan balita.
Pada kelompok bayi (0-11 bulan), dua penyakit terbanyak sebagai penyebab
kematian bayi adalah penyakit diare sebesar 31,4% dan pneumonia 24%
sedangkan untuk balita, kematian akibat diare sebesar 25,2% dan pneumonia
15,5%, Demam Berdarah Dengue (DBD) 6,8% dan campak sebesar 5,6%.
Berdasarkan data diatas, WHO dan UNICEF terdorong untuk
mengembangkan suatu strategi yang disebut Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS). MTBS merupakan pendekatan keterpaduan dalam tatalakasana balita
sakit di fasilitas Pelayanan Kesehatan Dasar. Dalam pelayanan dengan
pendekatan MTBS selain upaya kuratif juga dilakukan sekaligus upaya
promotif dan preventif. MTBS dirancang terutama untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh para medis dengan
menginterasikan kegiatan manajerial dan pelatihan, supervisi, komunikasi,
monitoring, dan evaluasi.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimanakah penerapan Asuhan pada bayi, balita sehat dan sakit
dengan pendekatan konsep MTBM-MTBS?

1.3. Tujuan Pembuatan Makalah


1.3.1. Tujuan Umum
Dapat menerapkan manajemen Asuhan pada bayi, balita sehat dan
sakit dengan pendekatan konsep MTBM-MTBS.

1.3.2. Tujuan Khusus


1. Melakukan pengkajian dan mengumpulkan data secara sistematik baik
secara subjektif maupun objektif dalam melakukan manajemen
Asuhan pada bayi, balita sehat dan sakit dengan pendekatan konsep
MTBM-MTBS.
2. Untuk melakukan interpretasi data untuk mengidentifikasikan terhadap
diagnosa atau masalah pada bayi, balita sehat dan sakit dengan
pendekatan konsep MTBM-MTBS.
3. Untuk melakukan identifikasi diagnosa atau masalah potensial pada
bayi, balita sehat dan sakit dengan pendekatan konsep MTBM-
MTBS.
4. Untuk mengidentifikasi masalah yang memerlukan tindakan segera
dalam melakukan Asuhan Asuhan pada bayi, balita sehat dan sakit
dengan pendekatan konsep MTBM-MTBS.
5. Untuk membuat perencanaan dan pelaksanaan rencana dalam Asuhan
pada bayi, balita sehat dan sakit dengan pendekatan konsep MTBM-
MTBS.
1.4. Manfaat Pembuatan Makalah
1.4.1. Manfaat Teoritis
Makalah Asuhan pada bayi, balita sehat dan sakit dengan
pendekatan konsep MTBM-MTBS diharapkan dapat memberikan
masukan dan pengetahuan dalam melaksanakan asuhan pada bayi, balita
sehat dan sakit.

1.4.2. Manfaat Praktisi


a. Bagi Penulis
Diharapkan melalui studi kasus yang dilakukan akan menambah
wawasan, pengetahuan, serta pengalaman dalam memberikan asuhan
Asuhan pada bayi, balita sehat dan sakit dengan pendekatan konsep
MTBM-MTBS.

b. Bagi Institusi Pendidikan


Hasil studi kasus ini diharapkan agar dapat digunakan sebagai
bahan referensi, koleksi mauupun literatur kepustakaan dan informasi
bagi mahasiswa Universitas Kader Bangsa Palembang pada
khususnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) dan Manajemen


Terpadu Bayi Sakit (MTBS)

2.1.1 Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)

Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) adalah manajemen


terpadu bayi umur kurang dari 2 bulan baik dalam keadaan sehat maupun
sakit. Bayi umur 2 bulan tidak termasuk bayi pada bayi muda, tetapi
masuk kedalam kelompok 2 bulan sampai dengan usia anak
5 tahun.

Bayi mudah sekali menjadi sakit, cepat menjadi berat dan serius
bahkan meninggal terutama pada satu minggu pertama kehidupan bayi.
Penyakit yang terjadi pada satu minggu pertama kehidupan bayi hampir
selalu terkait dengan masa kehamilan dan persalinan. Keadaan tersebut
merupakan karakteristik khusus yang harus dipertimbangkan pada saat
membuat klasifikasi penyakit. Pada bayi yang lebih tua pola penyakitnya
sudah merupakan campuran dengan pola penyakit pada anak. Sebagian
besar ibu mempunyai kebiasaan untuk tidak membawa bayi muda ke
fasilitas kesehatan. Guna mengantisipasi kondisis tersebut program
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) memnberikan pelayanan kesehatan pada
bayi baru lahir melalui kunjungan rumah oleh petugas kesehatan.

Melalui kegiatan ini bayi baru lahir dapat dipantau kesehatannya


dan dideteksi dini. Jika ditemukan masalah petugas kesehatan dapat
menasehati dan mengajari ibu untuk melakukan asuhan dasar bayi muda
di rumah, bila perlu merujuk bayi segera. Proses penanganan bayi muda
tidak jauh berbeda dengan menangani balita sakit umur 2 bulan sampai 5
tahun. Proses manajemen kasus disajikan dalam bagan yang
memperlihatkan urutan langkah-langkah dan penjelasan cara
pelaksanaannya :

1) Penilaian dan Klasifikasi


Penilaian berarti melakukan penilaian dengan cara anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Klasifikasi membuat keputusan mengenai
kemungkinan penyakit atau masalah serta tingkat keparahannya dan
merupakan suatu kategori untuk menentukan tindakan bukan sebagai
diagnosis spesifik penyakit, seperti adanya kemungkinan penyakit
sangat berat atau infeksi bakteri, kejang, bayi tidak bisa minum dan
memuntahkannya, gangguan nafas, hipotermia, dan infeksi bakteri lokal
2) Tindakan dan Pengobatan
Tindakan dan pengobatan berarti menentukan tindakan dan
memberi pengobatan di fasilitas kesehatan sesuai dengan setiap
klasifikssi
3) Konseling bagi ibu
Konseling juga merupakan menasehati ibu yang mencakup
bertanya, mendengar jawaban ibu, memuji, memberi nasehat yang
relevan, membantu memecahkan masalah dan mengecek pemahaman
ibu.
4) Pelayanan Tindak Lanjut
Pelayanan tindak lanjut berarti menentukan tindakan dan
pengobatan pada saat anak datang untuk kunjungan ulang. Menanyakan
kepada ibu mengenai masalah Bayi Muda. Tentukan pemeriksaan ini
merupakan kunjungan atau kontak pertama dengan Bayi Muda atau
kujungan ulang untuk masalah yang sama. Jika merupakan kunjungan
ulangan akan diberikan pelayanan tindak lanjut. Kunjungan pertama
akan dilakukan pemeriksaan yang meliputi :
a) Periksa Bayi Muda untuk kemungkinan penyakit sangat berat atau
infeksi bakteri. Selanjutnya dibuatkan kasifikasi berdasarkan tanda
dan gejala yang ditemukan
b) Menanyakan pada ibu apakah bayinya diare. Jika diare periksa tanda
dan gejalanya yang terkait. Klasifikasikan Bayi Muda untuk
dehidrasinya dan kasifikasikan juga untuk diare persisten dan
kemungkinan disentri.
c) Periksa semua Bayi Muda untuk ikterus dan klasifikasikan
berdasarkan gejala yang ada
d) Periksa bayi untuk kemungkinan berat badan rendah atau masalah
pemberian ASI. Selanjutnya klasifikasikan Bayi Muda berdasarkan
tanda dan gejala yang ditemukan.
e) Menanyakan pada ibu apakah bayinya sudah di imunisasi ? Tentukan
status imunisasi Bayi Muda.
f) Menanyakan status pemberian vit.K
g) Menanyakan kepada ibu masalah lain seperti kelainan kongenital,
trauma lahir, perdarahan tali pusat dan sebagainya
h) Menanyakan kepada ibu keluhan atau masalah yang terkait dengan
kesehatan bayinya
i) Jika Bayi Muda membutuhkan rujukan segera, lanjutkan
pemeriksaan secara cepat. Tidak perlu melakukan penilaian
pemberian ASI karena akan memperlambat rujukan

2.1.2 Manajemen Terpadu Bayi Sakit ( MTBS )


Manajemen Terpadu Bayi Sakit (MTBS) atau Integrated
Mangement of Childhood Illness adalah suatu pendekatan yang
terintegrasi terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada
kesehatan anak usia 0-5 tahun ( balita ) secara menyeluruh. MTBS bukan
merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan / cara
menatalaksana balita sakit. Kegiatan MTBS merupakan upaya yang
ditujukan untuk menurunkan kesakitan dan kematian sekaligus
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan anak balita di unit rawat
jalan kesehatan dasar seperti Puskesmas, Pustu, Poskesdes, Polindes, dll.
Bila dilaksanakan dengan baik, upaya ini tergolong lengkap untuk
mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian
bayi dan balita. Dikatakan lengkap karena meliputi upaya kuratif
(pengobatan), preventif (pencegahan), perbaikan gizi, imunisasi dan
konseling (promotif).
Manajemen Terpadu Bayi Sakit (MTBS) merupakan suatu
pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana balita sakit yang datang
berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi
upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare, campak, malaria,
infeksi telinga, malnutrisi, dan upaya promotif dan preventif yang
meliputi imunisasi, pemberian vitamin A dan konseling pemberian makan
yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak balita
serta menekan morbiditas karena penyakit tersebut.
Tujuan dari Manajemen Terpadu Bayi Sakit (MTBS) yaitu
menurunkan secara signifikan angka kesakitan dan kematian global yang
terkait dengan penyebab utama penyakit pada balita melalui peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan fasilitas kesehatan dasar
dan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan
kesehatan anak.
Penerapan MTBS dengan baik dapat meningkatkan upaya
penemuan kasus secara dini, memperbaiki manjemen penanganan dan
pengobatan, promosi serta peningkatan pengetahuan bagi ibu-ibu dalam
merawat anaknya di rumah serta upaya mengoptimalkan sistem rujukan
dari masyarakat ke fasilitas pelayanan primer dan rumah sakit sebagai
rujukan.
Pada Pelaksanaan Manajermen Terpadu Balita sakit pada usia 2
bulan sampai 5 tahun tahap pelaksanaan sama seperti pada bayi usia < 2
bulan yaitu dengan tahap penilaian dan gejala, tahap klasifikasi dan
tingkat kegawatan, tahap tindakan dan pengobatan, tahap pemberian
konseling dan tahap pelayanan tindak lanjut, adapun secara jelas dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Penilaian tanda dan gejala
Pada penilaian tanda dan gejala pada bayi usia 2 bulan sampai 5
tahun ini dinilai adalah tindakannya tanda bahaya umum (tidak bisa
minum atau muntah, kejang, letargis, atau tidak sadar dan keluhan
seperti batuk atau kesukaran bernafas, adanya diare, lemah, masalah
telinga, malnutrisi, anemia dan lain-lain).
2. Penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan
Penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan ini dilakukan setelah
penilaian tanda dan gejala yang diklasifikasikan berdasarkan dari
kelompok keluhan atau tingkat kegawatan, seperti klasifikasi
pneumonia, klasifikasi dehidrasi, klasifikasi diare, klasifikasi disentri,
klasifikasi malaria, klasifikasi campak, klasifikasi DBD, klasifikasi
masalah telinga, dan klasifikasi status gizi
3. Penentuan tindakan dan pengobatan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menentukan
tindakan dan pengobatan setelah diklasifikasikan beerdasarkan
kelompok gejala yang ada.
4. Pemberian konseling
Pada pemberian konseling yang dilakukan manajemen terpadu
balita sakit usia 2 bulan sampai dengan 5 tahun pada umumnya adalah
konseling mengenai :
a) Konseling pemberian makan pada anak
b) Konseling pemberian cairan selama sakit
c) Konseling kunjungan ulang jika ditemukan tanda-tanda yang
membahayakan pada anak agar ibu harus segera ke petugas kesehatan
d) Pemberian pelayanan dan tindak lanjut
FORMULIR PENCATATAN BAYI MUDA UMUR KURANG DARI 2 BULAN
Tanggal kunjungan : 23 Februari 2017
Nama bayi : Erna L / P Nama Orang Tua : Ibu Lilis Alamat : Jl. Pulau Moyo
Umur : 1 Bulan Berat badan : 1700 gram Suhu tubuh : 35,9 0C
Tanyakan: Bayi ibu sakit apa ? diare selama 3 hari Kunjungan pertama? Iya Kunjungan ulang? -

PENILAIAN (lingkarilah semua tanda/gejala yang ditemukan) KLASIFIKASI TINDAKAN/PENGOBATAN

MEMERIKSA KEMUNGKINAN PENYAKIT SANGAT BERAT ATAU


INFEKSI BAKTERI
Bayi tidak mau minum atau memuntahkan semuanya
Ada riwayat kejang
Ada kejang
Bayi bergerak hanya jika dirangsang
Hitung napas dalam 1 menit. 58 kali/menit.
- Ulangi jika 60 kali/menit, hitung napas kedua - kali/menit. Napas
cepat.
- Napas lambat (30 kali/menit).
Napas berhenti lebih dari 20 detik.
Bayi tampak biru.
Tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat.
Pernapasan cuping hidung.
Bayi merintih.
Suhu tubuh > 37,5 C
Suhu tubuh < 35,5 C
Mata bernanah, apakah sedikit atau banyak?
Pusar kemerahan meluas sampai ke kulit perut
Pusar kemerahan atau bernanah.
Ada pustul kulit

Apakah bayi diare Ya Tidak -


Sudah diare selama 3 hari
Keadaan umum bayi :
Letargis atau tidak sadar Rencana terapi B : berikan oralit 202
Gelisah / rewel Diare ml
Mata cekung dehidrasi Nasihati ibu untuk kembali
Cubitan kulit perut kembalinya : ringan/ berkunjung kembali
Sangat lambat (> 2 detik) sedang
Lambat
Ada darah dalam tinja tanpa disertai gangguan saluran cerna.

MEMERIKSA IKTERUS
Bayi kuning. Kuning, timbul pada hari pertama setelah lahir (<24jam)
Kuning ditemukan pada umur > 24 jam sampai <14 hari
Kuning ditemukan pada umur lebih dari 14 hari
Kuning sampai lutut/siku atau lebih
Tinja berwarna pucat .
MEMERIKSA KEMUNGKINAN BERAT BADAN RENDAH DAN/ATAU
MASALAH PEMBERIAN ASI
Berat lahir: ____ g *)
- Bayi lahir sangat kecil atau berat lahir kurang dari 2000 g
- Bayi lahir kecil atau berat lahir 2000 g sampai kurang dari 2500 g
Berat badan menurut umur:
- Berat badan menurut umur di bawah garis merah (BGM)
- Berat badan menurut umur pada pita kuning KMS
- Tidak ada masalah berat badan rendah
Bayi tidak bisa minum ASI
Ibu mengalami kesulitan dalam pemberian ASI
Apakah bayi diberi ASI? Ya ____Tidak _
- Jika ya, berapa kali dalam 24 jam? ______ kali.
Apakah bayi biasanya diberi makanan/minuman lain selain ASI? Ya __ Tidak_
- Jika ya, berapa kali dalam 24 jam? ____ kali
- Alat apa yang digunakan untuk memberi minum bayi? _________________
Ada luka atau bercak putih (thrush) di mulut
Ada celah bibir/langit-langit

JIKA BAYI: ada kesulitan pemberian ASI, diberi ASI 8 kali dalam 24 jam,
diberi makanan/minuman lain selain ASI, atau berat badan rendah menurut umur
DAN tidak ada indikasi dirujuk ke rumah sakit.

LAKUKAN PENILAIAN TENTANG CARA MENYUSUI:


Apakah bayi diberi ASI dalam 1 jam terakhir?
- Jika TIDAK, minta ibu meneteki bayinya.
- Jika YA, minta ibu untuk menunggu dan memberitahu saudara jika bayi
sudah mau menetek lagi

Amati pemberian ASI dengan seksama.


Bersihkan hidung yang tersumbat, jika menghalangi bayi menetek.

Untuk menilai apakah posisi bayi benar, lihat:


Seluruh badan bayi tersangga dengan baik - kepala dan tubuh bayi lurus - badan
bayi menghadap ke dada ibunya - badan bayi dekat ke ibunya

posisi tidak benar posisi benar

Untuk menilai apakah bayi melekat dengan baik, lihat:


Dagu bayi menempel payudara ibu - mulut bayi terbuka lebar - bibir bawah bayi
membuka keluar - areola bagian atas ibu tampak lebih banyak

Tidak melekat sama sekali tidak melekat dengan baik melekat dengan baik

Untuk menilai apakah bayi mengisap dengan efektif, lihat dan dengar :
Bayi mengisap dalam, teratur, diselingi istirahat hanya terdengar suara menelan

Tidak mengisap sama sekali tidak mengisap dengan efektif mengisap


dengan efektif

MEMERIKSA STATUS VITAMIN K1 (tandai v ) jika sudah diberikan segera Vit K1 diberikan segera
setelah lahir ___
setelah lahir

MEMERIKSA STATUS IMUNISASI (lingkari imunisasi yang dibutuhkan hari Imunisasi yang diberikan hari ini:
ini)

Hepatitis B1 ___ BCG ___ Hepatitis B2 ____


MEMERIKSA MASALAH/KELUHAN LAIN
2.2 Stimulasi Tumbuh Kembang Berdasarkan Tahapan Perkembangan Bayi
dan Balita
Perkembangan dan pertumbuhan bayi dipengaruhi oleh tiga faktor,
yaitu faktor yang berhubungan dengan genetik dan jenis kelamin, faktor
hormonal, dan faktor lingkungan dari bayi sejak dalam kandungan dan bayi
sesudah lahir, diantaranya seperti asupan gizi ibu saat hamil, riwayat
persalinan, gizi yang diberikan bagi bayi setelah lahir, stimulasi lingkungan
sekitar, trauma, penyakit dan lain-lain. Proses yang dialami setiap bayi/ anak
berbeda dengan bayi/anak yang lainnya, sehingga ada kalanya tumbuh
kembang setiap anak berbeda dengan anak lainnya, walaupun bayi/anak
dilahirkan dari ibu yang sama.
Pengertian dari pertumbuhan (growth) adalah berkaitan dengan
masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi, tingkat sel,
organ maupun individu,yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound),
ukuran panjang (cm,inchi), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi
kalsium dan nitrogen tubuh).
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan atau
skill dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diprediksi sebagai hasil dari proses pematangan.
Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh,
jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian
rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya, termasuk
perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungan.
Sebelum memahami tentang periode dan aspek perkembangan yang
berlangsung pada anak bayi dan balita, maka penting dipahami beberapa
prinsip tentang stimulasi tumbuh kembang bayi dan balita. Stimulasi tumbuh
kembang pada anak bayi dan balita merupakan kegiatan merangsang
kemampuan dasar anak agar anak tumbuh kembang secara optimal. Setiap
anak perlu mendapat stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh
orangtua, yang merupakan orang terdekat dengan anak, pengganti ibu atau
pengasuh anak, anggota keluarga lain dan orang dewasa lainnya.
Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh
kembang anak bahkan gangguan yang menetap. Kemampuan dasar anak yang
dirangsang dengan stimulasi terarah adalah kemampuan gerak kasar,
kemampuan gerak motorik halus, kemampuan bicara dan bahasa serta
kemampuan sosialisasi dan kemandirian. Dalam melakukan stimulasi tumbuh
kembang anak, ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan antaralain:

1) Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang


2) Selalu tunjukkan sikap dan prilaku yang baik, karena anak akan meniru
tingkah laku orang-orang terdekat dengan anak
3) Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak
4) Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi,
bervariasi menyenangkan tanpa paksaan dan tidak ada hukuman
5) Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak
terhadap 4 (empat) aspek kemampuan dasar
6) Gunakan alat bantu atau permainan yang sederhana, aman dan ada di
sekitar anak
7) Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan
8) Berikan selalu pujian bila perlu hadiah atas keberhasilannya

2.2.1 Periode dan Tahap Perkembangan Anak Menurut Umur dan Aspek
Kemampuannya
Perkembangan kemampuan dasar anak-anak berkorelasi dengan
pertumbuhan. Perkembangan kemampuan dasar mempunyai pola yang
tetap dan berlangsung secara berurutan. Oleh karena itu, stimulasi
diberikan kepada anak sesuai dengan pembagian kelompok umur anak
sebagai berikut :

No. Periode Tumbuh Kembang Kelompok Usia


1. Masa pra-natal, janin dalam Masa pra-natal
1.
kandungan
2. Masa bayi Usia 0-12 bulan
3. Masa balita Usia 12-60 bulan (2-5 tahun)
4. Masa pra-sekolah Usia 72 bulan keatas (5-6 tahun)
Kem1. Kemampuan Bayi (Usia 0-12 bulan)
Pada masa bayi baru lahir (usia 0 sanpai 28 hari), terjadi adaptasi
terhadap lingkungan dan terjadi perubahan sirkulasi darah serta
mulainya berfungsi organ-organ. Setelah 29 hari sampai 11 bulan terjadi
proses pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan yang
berlangsung secara terus-menerus meningkatnya fungsi sistem syaraf.
Kemampuan yang dimiliki bayi meliputi :
a) Kemampuan Motorik
Kemampuan motorik merupakan sekumpulan kemampuan untuk
menggunakan dan mengontrol gerakan tubuh, baik gerakan kasar
maupun gerakan halus. Motorik kasar merupakan keterampilan
menggerakkan bagian tubuh secara harmonis dan sangat berperan
untuk mencapai kesimbangan yang menunjang morik halus.
Sedangkan motorik halus adalah keterampilan yang menyatu antara
otot halus dan panca indera.
Kemampuan motorik selalu memerlukan koordinasi bagian-
bagian tubuh, sehingg latihan untuk aspek motorik ini perlu
perhatian. Kemampuan motorik pada bayi berdasarkan usia antara
lain :

Usia Motorik kasar Motorik halus


0-3 bulan Mengangkat kepala, Melihat, meraba dan
guling-guling, menahan menendang mainan gantung
kepala tetap tegak memperhatikan benda
bergerak, melihat benda-
benda kecil,
memegang benda, meraba
dan merasakan bentuk
permukaan
3-6 bulan Menyangga berat, Memeganag benda dengan
mengembangkan kontrol kuat, memegang benda
kepala, duduk dengan kedua tangan, makan
sendiri, mengambil benda-
benda kecil
6-9 bulan Merangkak, menarik ke Memasukkan benda ke dalam
posisi berdiri, berjalan wadah, bermain genderang,
berpegangan, berjalan memegang alat tulis dan
dengan bantuan mencoret-coret, bermain yang
mengapung di air, membuat
bunyi-bunyian,
menyembunyikan dan
mencari mainan
9-12 bulan Bermain bola, Menyusun balok/kotak,
membungkuk, berjalan menggambar, bermain di
sendiri, naik tangga dapur

b). Kemampuan Bicara Dan Bahasa


Masa bayi adalah masa dimana kontak erat antara ibu dan anak
terjalin, sehingga dalam masa ini pengaruh ibu dalam mendidik anak
sangat besar. Kemampuan biacara bayi masih dalam bentuk pra-bicara
yang diekspresikan dengan cara menangis, mengoceh, gerakan isyarat
dan ekspresi wajah seperti tersenyum, bahkan apada masa ini lebih
sering muncul senyum sosial sebagai reaksi terhadap rangsangandari
luar.
Ekspresi emosi adalah bahasa pertama sebelum bayi berbicara,
sebagai cara untuk mengkomunikasikan dirinya pada orangtua atau
orang lain. Bayi akan bereaksi pada ekspresi wajah dan tekanan
suara,sebaliknya orangtua membaca ekspresi bayi dan merespon jika
ekspresi bayi menunjukkan tertekan atau gembira. Terkait dengan
ekspresi emosi bayi mudah dikondisikan. Jika orangtua lebih banyak
menunjukkan suasana hati yang positif seperti selalu gembira, santai
dan menyenangkan, akan mempengaruhi pemahaman bayi terhadap
sesuatu dan cenderung menimbulkan suasana yang menyenangkan.
Sebaliknya jika orang dewasa mengkondisikan dengan situasi yang
tidak menyenangkan, maka suasana emosi bayi cenderung buruk.
Kemampuan bicara pada bayi sebenarnya ada hubungannya dengan
perkembangan otak, terutama pada saat bayi menangkap kata-kata yang
diucapkan dan menyampaikan apayang ada di dalam pikirannya. Pada
saat berjalan, berbicara, tersenyum dan mengerutkan dahi sebenarnya
tengah berlangsung perubahan dalam otak. Meski keterkaitan sel-sel
syaraf (neuron) yang dimiliki bayi masih sangat lemah, namun akan
sangat mempengaruhi pada perkembangan sel syaraf pada tahap
selanjutnya. Bayi mengerti dan memahami sesuatu yang berada di
sekelilingnya, tidak terbatas dengan melihat serta memanipulasi namun
sebenarnya bayi sudah memiliki kemampuan urntuk memberi
perhatian, menciptakan simbolisasi, meniru dan menangkap suatu
konsep melalui gerakan sudah lebih berkembang. Oleh karena itu untuk
mengoptimalkan kemampuan otaknya, maka bayi perlu lebih banyak
menstimulasi bayi untuk mengenal benda-benda sekelilingnya sambil
terus mengajak berbicara. Kemampuan bicara dan berbahasa pada masa
bayi yaitu :

Usia Kemampuan bicara dan bahasa


0-3 bulan Pra-Bicara
Meniru Suara-Suara
Mengenali Berbagai Suara
3-6 bulan Mencari Sumber Suara
Menirukan Kata-Kata
6-9 bulan Menyebutkan Nama Gambar Di Buku, Majalah
Menunjuk Dan Menyebutkan Gambar-Gambar
9-12 bulan Menirukan Kata-Kata
Berbicara Dengan Boneka
Bersenandung Dan Bernyanyi

c). Kemampuan Sosialisasi dan Kemandirian


Kemampuan sosialisasi dan Kemandirian dapat dirangsang
dengan sosialisasi pada amsa bayi diawali di dalam keluarga, dimana
dalam keluarga terjadi hubungan timbal-balik antara bayi dan orangtua
ataupun pengasuh. Melalui perhatian dan prilaku orangtua akan
memberi kerangka pada anak dalam berinteraksi dan pengalaman yang
terpenting bagi bayi karena keluarga melibatkan proses kasih sayang.
Kemampuan sosialisasi dan kemandirian mulai muncul, dasar-dasar
sosial mulai dibentuk, yang diperoleh dengan cara mencontoh prilaku
pada situasi sosial tertentu, misalnya mencontoh prilaku sosial dari
kakak atau orangtuanya, yang akan mempengaruhi cara penyesuaian
pribadi dan sosialnya di kemudian hari. Kemampuan sosialisasi dan
kemandirian pada anak adalah :

Usia Kemampuan sosial dan kemandirian


0-3 bulan Memberi rasa aman dan kasih sayang
Mengajak bayi tersenyum
Mengajak bayi mengamati benda-benda dan keadaan
sekitarnya
Meniru ocehan dan mimik muka bayi
Mengayun bayi
Menina bobokan
3-6 bulan Bermain ciluk ba
Meihat dirinya di kaca
Berusaha meraih mainan
6-9 bulan Mulai bermain atau bersosialisasi dengan orang
lain
Mulai melambaikan tangan jika ditinggal pergi
Mulai membalas lamabaian tangan orang lain
9-12 bulan Minum sendiri dari sebuah cangkir
Makan bersama-sama
Menarik mainan yang letaknya agak jauh

2. Kemampuan Anak di Bawah Usia Lima Tahun (12-59 bulan)

Periode penting dalam tumbuh kembang masa usia ini akan


mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada
usia 3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan sel-
sel otak masih berlangsung dan terjadi pertumbuhan serabut-serabut
syaraf dan cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan syaraf dan
otak yang kompleks. Jumlah dan pengaturan hubungan-hubungan antar
sel syaraf ini akn sangat mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari
kemampuan belajar berjalan, mengenal huruf hingga bersosialisasi.
a) Kemampuan Motorik
Masa ini disebut sebagai masa sangat aktif dari seluruh masa
kehidupannya karena tingkat aktivitas dan perkembangan otak besar
mereka sedang tumbuh. Demikian halnya dengan kemampuan
motorik haslus anak sudah mulai meningkat dan dan menjadi lebih
tepat pada pada saat usia 5 tahun. Masa ini juga disebut sebagai masa
belajar berbagai kemampuan dan keterampilan dengan berbekal rasa
ingin tahun yang lebih besar. Kemampuan motorik halus yang
dimiliki anak sebagai berikut :

Usia Gerak kasar Gerak halus


12-15 bulan Berjalan tanpa Bermain balok dan menyusun
pegangan sambil balok, memasukkan dan
menarik mainan mengeluarkan benda kedalam
yang bersuara, wadah, memasukkan benda yang
berjalan mundur, satu ke benda lainnya
berjalan naik dan
turun tangga,
berjalan sambil
berjinjit,
menangkap dan
melempar bola,
15-18 bulan bermain di luar Meniup, membuat untaian
rumah, bermain air,
menendang bola
18-24 bulan Melompat, melatih Mengenal berbagai ukuran dan
keseimbangan bentuk, bermain puzzle,
tubuh, mendorong menggambar wajah atau bentuk,
mainan dengan membuat berbagai bentuk dari
kaki adonan kue/lilin mainan
24-36 bulan Latihan Membuat gambar tempelan,
menghadapi memilih dan mengelompokkan
rintangan, benda-benda menurut jenisnya,
melompat jauh, mencocokkan gambar dan
melempar dan benda, konsep jumlah,
menangkap bola bermain / menyusun balok-
besar balok
36-48 bulan Menangkap bola memotong menggunakan
kecil dan gunting, menempel guntingan
melemparkan gambar sesuai dengan cerita,
kembali, berjalan menempel gambar pada karton,
mengikuti jalan belajar menjahit dengan tali,
lurus, melompat menggambar / menulis garis
dengan satu kaki, lurus, bulatan, segi empat, huruf
melempar benda- dan angka,menghitung lebih dari
benda kecil ke atas, 2 atau 3 angka, menggambar
menirukan dengan jari, memakai cat,
binatang berjalan, mengenal campuran cat air,
berjalan bernjinjit mengenal campuran warna
secara bergantian dengan cat air
48-60 bulan Lomba karung, Mengenal konsep separuh atau
main engklek, satu, menggambar atau
melompat tali melengkapi gambar, menghitung
benda-benda kecil dan
mencocokkan dengan angka,
menggunting kertas (sudah
dilipat) dengan gunting tumpul,
membandingkan besar/keci,
banyak/sedikit,
berat/ringan,belajar percobaan
ilmiah, berkebun

b) Kemampuan Bicara Dan Bahasa


Kemampuan kognitif anak seperti seperti belajar membaca
adaah berkaitan dengan masukan dari mata anak yangb
ditransmisikan ke otak anak, kemudian melalui sistem yang ada di
otak menterjemahkannya kedalam kode huruf-huruf, kata-kata, dan
asosiasinya, kemudian akan dikeluarkan dalam bentuk bicara anak
karena sistem otak diorganisasikan sedeemikian rupa memungkinkan
anak memproses sebagai bahasa. Kemampuan bicara dan bahasa
anak adalah :
Usia Kemampuan bicara dan bahasa
12-15 bulan Membuat suara dari barang-barang yang dipilihnya,
menyebut nama bahian tubuh, melakukan
pembicaraan
15-18 bulan Bercerita tentang gambar di buku/majalah,
permainann telepon-teleponan, menyebut berbagai
nama barang
18-24 bulan Meihat acara televisi, mengerjakan perintah
sederhana, bercerita tentang apa yang dilihatnya
24-36 bulan Menyebut nama lengkap anak, bercerita tentang diri
anak, menyebut berbagai jenis pakaian, menyatakan
keadaan suatu benda
36-48 bulan Berbicara dengan anak, bercerita mengenai dirinya,
bercerita melalui album foto, mengenal huruf besar
menurut alfabet di koran/majalah
48-60 bulan Belajar mengingat-ingat, mengenal huruf dan
simbol, mengenal angka, membaca majalah,
menegnal musim, mengumpulkan foto kegiatan
keluarga, mengenal dan mencintai buku,
melengkapi dan menyelesaikan kalimat,
menceritakan masa kecil anak, membantu pekerjaan
di dapur

c) Kemampuan Bersosialisasi Dan Kemandirian


Pada masa ini sebagai masa bermain, anak mulai melibatkan
teman sebayanya, melalui bermain, meski interaksi yang dibnagun
dalam permainan bukan bersifat sosial, namun sebagai kegiatan
untuk menyenangkan dan dilaksanakan untuk kegiatan sendiri. Jenis
permainaan yang dilakukan bida berbentuk konstruktif, permainan
sensorik-motorik, permainan soaial atau melibatkan orang lain,
games atau berkompetisi.

Usia Kemampuan Bersosialisasi Dan Kemandirian


12-15 bulan Menirukan pekerjaan rumah tangga, melepas
pakaian, makan sendiri, merawat mainan, pergi ke
tempat-tempat umum
15-18 bulan Belajar memeluk dan mencium, membereskan
mainan / membantu kegiatan di rumah, berman
dengan teman sebaya, permainan baru, bermain petak
umpet
18-24 bulan Mengancingkan kancing baju, permainan yang
memerlukan interaksi dengan teman bermain,
membuat rumah-rumahan, berpakaian, memisahkan
diri dengan anak
24-36 bulan Melatih BAB dan BAK di WC/ kamar mandi,
berdandan/memilih pakaian sendiri,berpakaian
sendiri
36-48 bulan Mengancingkan kancing tarik, makan pakaisendok-
garpu, membantu memasak, mencuci tangan dan
kaki, mengenal aturan/batasan
48-60 bulan Membentuk kemandirian dengan memberi
kesempatan mengunjungi temannya tanpa ditemani,
membuat atau menempel foto keluarga, membuat
mainan atau boneka dari kertas, menggambar orang,
mengikuti aturan permainan / petunjuk, bermain
kreatif bersama teman-temannya, bermain berjualan
dan berbelanja di toko

2.2.2 Gangguan Tumbuh Kembang Anak Bayi Dan Balita

Gangguan tumbuh kembang bayi dan balita yang perlu diketahui


oleh orangtua, antaralain :

1) Gangguan bicara dan bahasa


2) Cerebral palsy, merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh
yang tidak progresif, yang disebabkan oleh kerusakan pada sel sel
motorik pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh
3) Down syndrome adalah kelainan yang dapat dikenal dari fenotipnya
dan mempunyai kecerdasan yang terbatas
4) Perawakan pendek, penyebabnya dapat dikarenkan variasi normal,
ganggua gizi, kelainan kromosom, penyakit sistemik, atau karena
kelainan endokrin
5) Gangguan social, marupakan gangguan perkembangan pada anak
yang gejalanya muncul sebelum anak berumur 3 tahun
6) Retardasi mental, merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh
intelegensia yang rendah ( IQ < 70 ) yang masyarakat atas
kemampuan yang dianggap normal.
7) Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas ( GPPH ),
merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk
pemusatan perhatian yang seringkali disertai hiperaktivitas.

2.3 Anticipatory Guidance, Promosi, Edukasi pada Orangtua / Pendamping


Bayi dan Balita

2.3.1 Pengertian Anticipatory Guidance

Anticipatory Guidance merupakan petunjuk-petunjuk yang perlu


diketahui terlebih dahulu agar orangtua dapat mengarahkan dan
membimbing anaknya secara bijaksana, sehingga anak dapat bertumbuh
dan berkembang secara normal. Pemberian bimbingan kepada orangtua
untuk mengantisipasi hal-hal yang terjadi pada setiap tingkat
pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan anak.

2.3.2 Tahapan Usia Anticipatory Guidance

1. Anticipatory Guidance Pada Masa bayi (usia 0-12 bulan)


a) Usia 6 Bulan Pertama
Memahami adanya proses peneyesuaian antara orangtua dengan
bayiny, terutama pada ibu yang membutuhkan bimbingan /
asuhan pada masa setelah melahirkan
Membantu orangtua untuk memahami bayinya sebagai individu
yang mempunyai kebutuhan dan untuk memahami bagaimana
bayi mengekspresikan apa yang diinginkan melalui tangisan
Menentramkan orangtua bahwa bayinya tidak akan menjadi
manja dengan adanya perhatian yang penuh selama 4-6 bulan
pertama
Menganjurkan orangtua untuk membuat jadwal kebutuhan bayi
dan orangtuanya
Membantu orangtua untuk memahami kebutuhan bayi terhadap
stimulasi lingkungan
Menyokong kesenangan orangtua dalam melihat pertumbuhan
dan perkembangan bayinya, yaitu dengan bersahabat dan
mengamati respon sosial anaknya, misalnya dengan tertawa atau
tersenyum
Menyiapkan orangtua untuk memenuhi kebutuhan rasa aman
dan kesehatan bagi bayi, misalnya imunisasi
Menyiapkan orangtua untuk mengenalkan dan memberikan
makanan padat
b) Usia 6 Bulan Kedua
Menyiapkan orangtua akan adanya ketakutan bayi terhadap
orang yang belum dikenal (stranger anxiety)
Menganjurkan ornagtua untuk mengizinkan anaknya dekat
dengan ayah dan ibunya serta menghindarkan perpisahan yang
terlalu lama dengan anak tersebut
Membimbing orangtua untuk mengetahui disiplin sehubungan
dengan semakin meningkatnya mobilitas (pergerakan si bayi)
Menganjurkan untuk menggunakan suara yang negatif dan
kontak mata daripada hukuman badan sebagai suatu disiplin.
Apabila tidak berhasil gunakan satu pukulan pada kaki atau
tangannya
Menganjurkan orangtua untuk memberikan lebih banyak
perhatian ketika bayinya berkelakuan baik daripada ketika ia
menangis
Mengajarkan mengenai pencegahan kecelakaan karena
keterampilan motorik dan rasa ingin tahu bayi meningkat
Menganjurkan orangtua untuk meninggalkan bayinya beberapa
saat dengan pengganti ibu yang menyusui
Mendiskusikan mengenai kesiapan untuk penyapihan
Menggali perasaan orangtua sehubungan dengan pola tidur
bayinya
2. Anticipatory Guidance Pada masa Toddler (Usia 1-3 tahun)
a). Usia 12-18 bulan
Menyiapkan orangtua untuk antisipasi adanya perubahan
tingkah laku dari toddler terutama negativism
Mengkaji kebiasaan makan dan secara bertahap penyapihan dari
botol serta peningkatan asupan makanan padat
Menyediakan makanan selingan antara 2 waktu makan dengan
rasa yang disukai
Mengkaji pola tidur malam, kebiasaan memakai botol yang
merupakan penyebab utama gigi berlubang
Mencegah bahaya yang dapat terjadi di rumah
Perlu ketentuan-ketentuan / disiplin dengan lembut untuk
meminimalkan negativism, tempertantrum serta penekanan akan
kebutuhan yang positif dan disiplin yang sesuai
Perlunya mainan yang dapat meningkatkan berbagai aspek
perkembangan anak
b). Usia 18-24 bulan
Menekankan pentingnya persahabatan dalam bermain
Menggali kebutuhan untuk menyiapkan kehadiran adik baru
Menekankan kebutuhan akan pengawasan terhadap kesehatan
gigi dan kebiasaan-kebiasaan pencetus gigi berlubang
Mendiskusikan metode disiplin yang ada
Mendiskusikan kesiapan psikis dan fisik anak untuk toilet
training
Mendiskusikan berkembangnya rasa takut anak
Menyiapkan orangtua akan adanya tanda regresi pada waktu
mengalami stress
Mengkaji kemampuan anak untuk berpisah dengan orangtua
Memberi kesempatan orangtua untuk mengekspresikan
kelelahan, frustasi dan kejengkelan dalam merawat anak usia
toddler
c). Usia 24-36 tahun
Mendiskusikan pentingnya meniru dan kebutuhan anak untuk
dilibatkan dalam kegiatan
Mendiskusikan pendekatan yang dilakukan dalam toilet training
Menekankan keunikan dari proses berfikir toddler terutama
untuk bahasa yang diungkapkan
Menekankan disiplin harus tetap terstruktur dengan benar dan
nyata, hindari kebingungan dan salah pengertian
Mendiskusikan adanya taman kanak-kanak atau play group
3. Anticipatory Guidance Pada Masa Pre-school (3-5 tahun)
a). Usia 3 tahun
Menganjurkan orangtua untuk meningkatkan minat anak dalam
hubungan yang luas
Menekankan pentingnya batas-batas atau peraturan-peraturan
Mengantisipasi perubahan prilaku agresif
Menganjurkan orangtua untuk menawarkan anaknya alternatif
pilihan pada saat anak bimbang
Perlunya perhatian ekstra
b). Usia 4 tahun
Menyiapkan orangtua terhadap prilaku anak yang agresif,
termasuk aktifitas motorik dan bahasa yang mengejutkan
Menyiapkan orangtua menghadapi perlawanan anak terhadap
kekuasaan orangtua
Kaji perasaan orangtua sehubungan dengan tingkah laku anak
Menganjurkan beberapa macam istirahat dari pengasuh utama,
seperti menempatkan anak pada taman kanak-kanak selama
setengah hari
Menyiapkan orangtua untuk menghadapi meningkatnya rasa
ingin tahu seksual pada anak
Menekankan pentingnya batas-batas yang realistis dari tingkah
laku
Mendiskusikan disiplin
Menyiapkan orangtua untuk meningkatkan imajinasi di usia 4
tahun, dimana anak mengikuti kata hatinya dalam ketinggian
bicaranya (bedakan dengan suatu kebohongan) dan kemahiran
anak dalam permainan yang membutuhkan imajinasi
Menyarankan pelajaran berenang
Menjelaskan perasaan-perasaan oedipus dan reaksi-reaksinya.
Anak laki-laki biasanya lebih dekat dengan ibunya dan anak
perempuan lebih dekat dengan ayahnya. Oleh karena itu, anak
perlu dibiasakan tidur terpisah dengan orangtuanya
Menyiapkan orangtua untuk mengantisipasi mimpi buruk anak
dan menganjurkan mereka agar tidak lupa untuk membangunkan
anak dari mimpi buruk yang menakutkan
c) Usia 5 tahun
Memberikan pengertian bahwa usia 5 tahun merupakan periode
yang relatif lebih tenang dibandingkan masa sebelumnya
Menyiapkan dan membantu anak memasuki lingkungan sekolah
Mengingatkan imunisasi yang lengkap sebelum masuk sekolah
Meyakinkan bahwa usia tersebut adalah periode tenang pada
anak
4. Anticipatory Guidance Pada Masa Usia Sekolah (6-12 tahun)
a) Usia 6 tahun
Bantu orangtua memahami kebutuhan mendorong anak
berinteraksi dengan teman
Ajarkan pencegahan kecelakaan dan keamanan terutama naik
sepeda
Siapkan orangtua akan peningkatan ketertarikan anak keluar
rumah
Dorong orangtua untuk respect terhadap kebutuhan anak akan
privacy dan menyiapkan kamar tidur yang berbeda
b) Usia 7-10 tahun
Menekankan untuk mendorong kebutuhan akan kemandirian
Tertarik beraktivitas di luar rumah
Siapkan orangtua untuk perubahan pada wanita pubertas

c) Usia 11-12 tahun


Bantu orangtua untuk menyiapkan anak tentang perubahan
tubuh pubertas
Anak perempuan pertumbuhan cepat
Sex education dan informasi yang adekuat
d) Tahapan toilet training
Toilet training adalah suatu usaha untuk melatih anak agar
mampu mengontrol dalam melakukan buang air besar (BAB)
maupun buang air kecil (BAK). Toilet training merupakan latihan
kebersihan, dimana diperlukan kemampuan fisik untuk mengontrol
sphincter ani dan uretra dan tercapai kadang-kadang setelah anak
dapat berjalan. Toilet training ini dapat berlangsung pada fase
kehidupan anak yaitu pada saat usia 18 bulan sampai 24 bulan
dalam melakukan latihan BAB dan BAK pada anak membutuhkan
persiapan, baik secara intelektual, fisik, maupun psikologis.
Mengajarkan toilet training pada anak memerlukan beberapa
tahapan seperti membiasakan menggunakan toilet pada anak untuk
buang air, dengan membiasakan anak untuk masuk ke dalam toilet
anak akan cepat untuk beradaptasi. Anak juga perlu dilatih untuk
duduk di toilet meskipun dengan pakaian lengkap dan menjelaskan
kepada anak apa kegunaan dari penggunaan toilet. Lakukan secara
rutin pada anak ketika anak terlihat ingin buang air. Anak dibiarkan
duduk di toilet pada waktu-waktu tertentu setiap hari, terutama 20
menit setelah bangun tidur dan sesudah makan, ini bertujuan agar
anak dibiasakan dengan jadwal buang airnya. Anak sesekali
enkoperesis (mengompol) dalam masa toilet training, hal itu
merupakan hal yang normal. Apabila anak berhasil melakukan
toilet training, maka sebaiknya orangtua dapat memberikan pujian
dan jangan menyalahkan apabila anak belum dapat melakukannya
dengan baik.

Tahapan pengendalian kandung kemih :


Kurun waktu anak tidak memakai popok semakin lama. Ini
artinya kandung kemih anak semakin berkembang dan
kapasitas menyimpan lebih besar
Anak sadar kalau air kemihnya akan keluar dan
memberitahukan orangtuanya jika celananya basah
Anak bisa melapor tepat pada waktunya, sehingga orangtua
bisa mengantarkannya ke toilet
Anak bisa pergi ke kamar kecil sendiri
Anak tidak lagi mengompol di siang maupun malam hari
Proses toilet training:
Membuat jadwal untuk anak
Orangtua bisa menyusun jadwal dengan mudah ketika
orangtua tahu dengan tepat kapan anaknya bisa buang air besar
(BAB) dan buang air kecil (BAK). Orangtua bisa memilih
waktu minimal 4 kali dalam sehari untuk melatih anak yaitu di
pagi, siang, sore dan malam hari bila orangtua tidak
mengetahui jadwal yang pasti BAK atau BAB pada anak.
Melatih anak untuk duduk di pispotnya
Orangtua sebaiknya tidak memupuk impian bahwa anak akan
segera menguasai dan terbiasa untuk duduk di pispot dan
buang air di pispot tersebut. Awalnya anak akan dibiasakan
dulu untuk duduk di pispotnyadan ceritakan padanya bahwa
pispot tersebut digunakan sebagai tempat membuang kotoran.
Orangtua menyesuaikan jadwal yang dibuat dengan kemajuan
yang diperlihatkan oleh anak
Bila orangtua melihat bahwa beberapa jam setelah BAK yang
terakhir anak tetap kering, bawalah anak ke pispot untuk BAK.
Hal yang terpenting adalah orangtua harus menjadi pro-aktif
membawa anak ke pispotnya, jangan terlalu berharap anak
akan langsung mengatakan pada orangtua ketika dia ingin
buang air.
Buatlah bagan anak supaya anak bisa melihat sejauh mana
kemajuan yang bisa dicapainya dengan sticker lucu dan warna-
warni. Orangtua bisa meminta anaknya untuk menempelkan
sticker tersebut di bagan tersebut. Anak akan tahu sudah
banyak kemajuan yang dia buat dan orangtua bisa mengatakan
padanya orangtua bangga dengan usaha yang dilakukan anak

Cara-cara melakukan training toilet :

Tekhnik Lisan
Usaha untuk melatih anak dengan cara memberikan instruksi
pada anak dengan kata-kata sebelum dan sesudah buang air.
Cara ini benar dilakukan oleh orangtua dan mempunyai nilai
yang cukup besar dalam memberikan rangsangan untuk buang
air. Dimana kesiapan psikologis anak akan semakin matang
sehingga anak mampu melakukan buang air kecil dan buang
air besar.
Tekhnik Modelling
Usaha untuk melatih anak dalam melakukan buang air dengan
cara memberiian contoh dan anak menirukannya. Cara ini juga
dapat dilakukan dengan membiasakan anak buang air dengan
cara mengajaknya ke toilet dan memberikan pispot dalam
keadaan yang aman. Namun dalam memberikan contoh
orangtua harus melakukannya secara benar dan mengobservasi
saat memberikan contoh toilet training dan memberikan pujian
saat anak berhasil dan tidak memarahi saat anak gagal dalam
melakukan toillet training.
Hal-hal yang perlu diperhatikan selama toilet training :
Hindari pemakaian popok sekali pakai
Ajari anak mengucapkan kata-kata yang berhubungan
dengan buang air kecil dan buang air besar
Motivasi anak untuk melakukan rutinitas ke kamar mandi
seperti cuci tangan dan kaki sebelum tidur dan cuci muka di
saat bangun tidur
Jangan memarahi anak bila gagal dalam melakukan toilet
training

2.3.3. Promosi Kesehatan Bagi Orangtua yang Memiliki Bayi dan Balita
1. Promosi Kesehatan Pada Bayi
Adapun promosi Kesehatan yang dapat diberikan kepada bayi
antara lain :
a) Dalam Pemberian ASI :
Meyakinkan bahwa bayi memperoleh makanan yang tercukupi
dari ASI secara ekslusif 0-6 bulan
Memberikan ASI dan kolostrum saja
Membantu ibu sedemikian rupa sehingga ibu mampu menyusui
bayinya sendiri
Membiarkan bayi bersama ibunya segera setelah lahir selama
beberapa jam pertama
Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk
mencegah masalah umum yang timbul
Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI seperti
mengajarkan posisi menyusui yang benar
Memberikan ASI sesering mungkin kepada bayi
Menempatkan bayi di dekat ibu pada kamar yang sama (rawat
gabung)
Menghindari pemberian susu botol /dot / empeng
b) Mempromosikan vaksinasi
Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan
anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh
membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.
Vaksin adalah bahan yang digunakan untuk merangsang
pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui
suntikan ataupun per-oral. Adapun imunisasi yang diberikan
kepada antaralain ; imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin),
Imunisasi DPT (Diphteri,Pertusis,dan Tetanus), imunisasi campak,
imunisasi Hepatitis B, dan imunisasi Polio.
c) Mengajarkan ibu mengenai perawatan tali pusat
Langkah-langkah perawatan tali pusat pada bayi adalah :
Bersihkan area pusar dengan kassa yang telah dicelupkan air
hangat dan matang. Lakukan dengan lembut, tidak perlu
menggosok atau mendorong pusar. Kemudian keringkan handuk
bersih
Ganti pembalut pusar bayi dengan kain kassa baru. Tidak perlu
panik melihat tetesan darah yang kemudian menghitam,
terutama pada minggu pertama. Pada saat ini, pusar bayi yang
baru lahir biasanya masih tampak seperti luka
Kenakan popok dengan cara melipat bagian atasnya menjauhi
pusar untuk menghindari rembesan urine mengenai pusar.
d) Memberi informasi cara pencegahan hipotermi pada bayi
e) Memberi informasi mengenai tanda-tanda bahaya pada bayi
f) Memberi informasi mengenai pencegahan infeksi
g) Memberi informasi mengenai makanan tambahan saat bayi
memasuki usia lebih dari 6 bulan
2. Promosi Kesehatan Pada Balita
Kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan pada sasaran
balita antaralain :
a) Pemeriksaan dan penimbangan anak secara rutin yang dilaksanakan
setiap bulan agar terjamin pertumbuhan dan kesehatannya
b)Memberikan anak balita satu kaspsul vitamin A guna mencegah
kebutaan. Pemberian vitamin A pada anak balita yaitu berupa
kapsul vitamin A berwarna merah dengan dosis 200.000 IU
c) Memberikan makanan seimbang sesuai dengan perkembangan usia
d)Perhatikan kasih sayang dengan mengajak berbicara dan bermain
bersama, agar terpenuhi kebutuhan mental dan emosi anak
e) Memberikan penyuluhan kepada orangtua memyangkut perbaikan
gizi, perbaikan kesehatan lingkungan, pengawasn tumbuh dan
kembang anak
f) Memberikan oralit jika terjadi diare dan perika suhu tubuh anak jika
mengalami panas
g)Pemberian makanan bergizi pada balita
h)Pemberian imunisasi dan upaya pencegahan penyakit

2.3.4. Edukasi Kesehatan Bagi Orangtua yang Memiliki Bayi dan Balita
Prinsip pendidikan kesehatan orangtua yang memiliki bayi dan balita
meliputi antaralain :

1) Pendidikan yang diberikan harus bersifat menyeluruh


2) Pendidikan yang diberikan harus terjadi timbal-balik antara petugas
kesehatan dan orangtua, bukan hanya petugas kesehatan sepihak yang
aktif memberikan materi pendidikan kesehatan
3) Pendidikan kesehatan diberikan dengan mempertimbangkan usia anak
yang menerimanya
4) Proses pendidikan kesehatan harus memperhatikan prinsip belajar dan
mengajar
5) Perubahan prilaku pada orangtua menjadi tujuan utama pendidikan
kesehatan yang diberikan.

2.4. Asuhan Kebidanan Bayi dan Balita Berdasarkan Evidence Based


Evidence Based merupakan suatu istilah yang digunakan untuk
merujuk pada pardigma baru untuk mengambil keputusan. Asuhan bayi baru
lahir dan balita berdasarkan evidence based merupakan suatu kegiatan asuhan
yang dilakukan pada bayi baru lahir dan balita berdasrkan pengambilan
keputusan klinik yang telah ditetapkan oleh medis untuk menyelesaikan
masalah dan menetukan asuahan yang diperlukan oleh pasien. Keputusan itu
harus akurat, komprehesif dan aman baik bagi pasien dan keluarganya
maupun petugas yang memberikan pertolongan. Keputusan klinik dihasilkan
melalui serangkaian proses dan metode yang sistematik dan menggunakan
informasi dan hasil dari olah kognitif dan intuitif serta dipadukan dengan
kajian teoritis dan intervensi berdasarkan bukti (evidence based). Dalam
melakukan asuhan kebidanan pada balita dan bayi baru lahir yang
berdasarkan evidence based dapat melakukan tindakan yang diterapkan
dengan mengikuti perkembangan dalam bidang kesehatan yang diantaranya
meliputi :

2.4.1. Baby Friendly

Baby Friendly adalah inisiasi sayang bayi yang bertujuan untuk


mempromosikan, melindungi dan mendukung inisiasi dan kelanjutan
menyusui. Pelaksanaan Baby Friendly dapat dilakukan sebagai berikut :
a) Memulai pemberian ASI secara dini dan eklusif, yaitu pemberian ASI
dimulai setelah bayi lahir maksimal 30 menit setelah persalinan
b) Melakukan pemotongan tali pusat yang dilakukan dengan adanya
penundaan selama 5 menit
c) Melakukan perawatan tali pusat dengan cara membiarkan tali pusat
kering dengan sendiri menggunakan metode kassa kering
d) Melakukan Bounding Attchment
e) Menjaga kehangatan bayi dengan cara :
Mengeringkan tubuh bayi secara seksama
Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
Selimuti dan tutup kepala bayi
Jangan menimbang bayi dalam keadaan tidak berpakaian
Jangan mandikan bayi sebelum 6 jam pasca persalinan
Menganjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayi

2.4.2. Memulai Pemberian ASI Sejak Dini Dan Ekslusif

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah permulaan kegiatan


menyusi dalam 1 jam pertama setelah bayi lahir. Inisiasi dini juga bisa
diartikan sebagai cara bayi menyusu 1 jam pertama setelah lahir
dengan usaha sendiri. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
antaralain :

a) Mencegah hipotermia
b) Bayi dan ibu menjadi lebih tenang, tidak stress dan pernafasan dan
detak jantung stabil
c) Mengecap dan menjilati permukaan kulit ibu sebelum mulai
menghisap puting adalah cara alami bayi mengumpulkan bakteri-
bakteri baik yang diperlukan untuk membangun sistem kekebalan
tubuhnya
d) Mempererat hubungan ikatan batin antara ibu dan anak
e) Sentuhan tangan bayi diputing susu dan sekitarnya, hisapan dan
jilatan bayi pada puting ibu merangsang pengeluaran hormon
oksitosin
f) Bayi lebih dahulu memiliki kesempatan untuk mendapatkan
kolostrum
g) Perkembangan psikomotorik bayi lebih cepat
h) Menunjang perkembangan kognitif
i) Mencrgah perdarahan pada ibu
j) Mengurangi resiko terkena kanker payudara dan ovarium
2.4.3. Regulasi Suhu Bayi Baru Lahir Dengan Kontak Kulit Ke Kulit

Bayi baru lahir belum mampu mengatur suhu tubuh mereka


sehingga mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan,
maka bayi harus dijaga tetap hangat. Beberapa hal yang harus
diperhatikan untuk menjaga suhu tubuh bayi agar tetap hangat adalah :

Mengeringkan tubuh bayi secara seksama


Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
Selimuti dan tutup kepala bayi
Jangan menimbang bayi dalam keadaan tidak berpakaian
Jangan mandikan bayi sebelum 6 jam pasca persalinan

Menganjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayi


Kontak kulit ke kulit

2.4. 4 Penundaan Pemotongan Tali Pusat

Manfaat pemotongan tali pusat ditunda paling sedikit 5 menit atau


lebih adalah :

a) Menunjukkan penurunan kebutuhan untuk tranfusi darah


b) Lebih sedikit mengalami gangguan pernafasan
c) Hasil menunjukkan tingginya level oksigen
d) Menunjukkan indikasi bahwa bayi lebih viabel di bandingkan
dengan bayi yang dipotong tali pusatnya segera setelah lahir
e) Mengurangi resiko perdarahan pada kala III persalinan
f) Menunjukkan jumlah hemogolobin dan hematokrit dalam darah
yang lebih baik
2.4. 5 Perawatan Tali Pusat
Perawatan tali pusat melupakan upaya untuk mencegah infeksi
tali pusat pada bayi normal di potong sampai denyut nadi tidak teraba
pada tali pusat, sedangkan bayi resiko tinggi dipotong secepat mungkin
agar dapat dilakukan resusitasi. Cara perawatan tali pusat adalah :
a) Membiarkan tali pusat kering sendiri
b) Menggunakan meetode kassa kering
c) Jangan membungkus atau mengoleskan bahan atau ramuan apapun
ke puntung tali pusat
d) Mengusapkan alkhol atau betadine masih diperkenankan sepanjang
tidak menyebabkann tali pusat basah atau lembab

2.4.6 Stimulasi Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi dan Balita

Stimulasi pertumbuahan dan perkembangan bayi dan balita


adalah rangsangan yang dilakuakan sejak bayi baru lahir yang
dilakukan setiap hari untuk merangsang semua sistem indra
(pendengaran, penglihatan, perabaan, pembauan, dan pengecapan).
Selain itu harus pula merangsang gerak kasar dan halus kaki, tangan,
dan jari-jari, mengajak berkomunikasi serta merangsang perasaan yang
menyenangkan dan pikiran bayi dan balita.
Tujuan tindakan memberikan stimulasi pada bayi balita adalah
untuk membantu anak mencapai tingkat pertumbuhan dan
perkembangan optimal atau sesuai yang diharapkan dengan rasa kasih
sayang terhadap bayi dan balita.Berikut adalah tahapan perkembangan
dan stimulasi bagi kesehatan anak :
a) Stimulasi Usia 0-3 Bulan
Ajaklah bayi berbicara dengan lembut, dipeluk, menyanyikan lagu
Ajaklah bayi berbicara, mendengarkan berbagai suara
Lihat bayi anda mengangkat kepala pada posisi terungkup dan
memperhatikan benda bergerak
Latih bayi menggenggam benda kecil
b) Stimulasi Pada Usia 3-6 Bulan
Latih bayi mencari sumber suara
Latih bayi menirukan suara atau bunyi atau kata
Latih bayi menyangga leher dengan kuat
c) Stimulasi Pada Usia 6-9 Bulan
Latih anak berjalan dengan berpegangan tangan
Latih anak memasukkan dan mengeluarkan benda dari wadah
Latih anak menirukan kata-kata
d) Stimulasi Pada Usia 9-12 Bulan
Latih anak berjalan sendiri
Ajak anak menggelindingkan bola dan meminta agar anak
menggelindingkannya kembali
Latih anak menirukan kata-kata
Kenalkan dengan kata-kata baru sambil menunjukkan gambarnya
Ajak anak mengikuti kegiatan keluarga, misalnya makan bersama
e) Stimulasi Pada Usia 12-18 Bulan
Latih anak untuk turun tangga
Bermain dengan anak melompat dan menangkap bola besar
kemudian bola kecil
Latih anak menunjukkan dan menyebutkan nama-nama bagian
tubuh
f) Stimulasi Pada Usia 18-24 Bulan
Latih anak berdiri dengan satu kaki
Ajari anak menggambar bulatan, garis segitiga, dan gambar wajah
Latih anak agar mau ditinggalkan untuk sementara waktu
g) Stimulasi Pada Usia 2-3 Tahun
Latih anak melompat dengan satu kaki
Ajak anak bermain menyusun dan menumpuk balok
Latih anak mengenal bentuk dan warna
Latih anak mencuci tangan dan kaki serta mengeringkannya
sendiri
h) Stimulasi Pada Usia 3-4 Tahun
Latih anak melompat dengan satu kaki
Latih anak menggunting dan membuat buku cerita dengan gambar
Latih anak mengenal bentuk dan warna
Latih anak mengenal sopan santun, berterimakasih, mencium
tangan dan lain-lain
i) Stimulasi Pada Usia 4-5 Tahun
Beri kesempatan anak melakukan permainan yang memerlukan
ketangkasan dan kelincahan
Bantu anak belajar menggambar
Bantu anak mengerti satu separuh dengan cara membagikan kue
atau kertas
Latih anak untuk mandiri, misalnya bermain ke tetangga
j) Stimulasi Pada Usia 5-6 Tahun
Latih anak naik sepeda
Latih anak kreatif, seperti membuat sesuatu dari lilin atau tanah
liat
Latih anak mengenal waktu, seperti hari, minggu, bulan dan tahun
Latih anak bercakap-cakap, bergaul dengan teman sebaya
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan

Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) adalah manajemen


terpadu bayi bayi umur kurang dari 2 bulan baik daam keadaan sehat
maupun sakit. Bayi umur 2 bulan tidak termasuk bayi pada bayi muda,
tetapi ke dalam kelompok 2 bulan sampai dengan usia anak
5 tahun.

Manajemen Terpadu Bayi Sakit (MTBS) atau Integrated Mangement


of Childhood Illness adalah suatu pendekatan yang terintegrasi terpadu
dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-
5 tahun (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu
program kesehatan tetapi suatu pendekatan / cara menatalaksana balita
sakit. Kegiatan MTBS merupakan upaya yang ditujukan untuk
menurunkan kesakitan dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan anak balita di unit rawat jalan kesehatan dasar seperti
Puskesmas, Pustu, Poskesdes, Polindes, dll. Bila dilaksanakan dengan
baik, upaya ini tergolong lengkap untuk mengantisipasi penyakit-penyakit
yang sering menyebabkan kematian bayi dan balita. Dikatakan lengkap
karena meliputi upaya kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan),
perbaikan gizi, imunisasi dan konseling (promotif).

3.2 Saran
3.2.1. Bagi Mahasiwa
Mahasiswa dapat menambah ilmu sebanyak-banyaknya yang
didapat di lahan praktek dengan mengimplementasikan teori-teori
yang didapat dari perkuliahan serta membuat makalah Kebidanan
Patologi untuk menambah pengetahuan terutama mengenai asuhan
Asuhan pada bayi, balita sehat dan sakit dengan pendekatan konsep
MTBM-MTBS .

3.2.2. Bagi Institusi Pendidikan


Dapat meningkatkan mutu sumber daya mahasiswa, daam hal
ini institusi pendidikan sebagai pencetakan sumber daya mahasiswa
yang berkualitas dan memberikan kesempatan kepada mahasiswa
untuk menambah ilmu di lapangan langsung dan berinteraksi dengan
masyarakat demi tercapainya lulusan yang berkualitas.

Anda mungkin juga menyukai