Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

MANAJEMEN TERPADU BAYI MUDA, MANAJEMEN TERPADU DARI


BAYI SAKIT, DAN PENGENALAN BAYI BERESIKO TINGGI

Dosen Pengampu : Ibu Munayarokh S.Pd.S.Tr.Keb.M.Kes


Disusun oleh Kelompok 9 :

1. Tiara Diva Tania ( P1337424220030 )

2. Eka Mei Nurrahayu ( P1337424220031 )

3. Vransisca Rahma Vahira ( P1337424220032 )

4. Naila Isyatir Rohmah ( P1337424220033 )

POLITENIK KESEHATAN KEMENTRIAN SEMARANG

PRODI DIII KEBIDANAN MAGELANG

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “ Manajemen
Terpadu Bayi Muda, Manajemen Terpadu Bayi Sakit, dan Pengenalan Bayi Beresiko Tinggi ” ini
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu
Munayarokh S.Pd.S.Tr.Keb.M.Kes selaku dosen kami yang telah memberikan tugas ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai konsep Manajemen Terpadu Bayi Muda, Manajemen Terpadu Bayi
Sakit, dan Pengenalan Bayi Beresiko Tinggi. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah ini, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan.

Magelang, 19 Agustus 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................2

DAFTAR ISI..................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................4

A. LATAR BELAKANG.....................................................................................................4

B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................6

1. MANAJEMEN TERPADU BAYI MUDA (MTBM).......................................................6

2. PELAKSANAAN MTBM..................................................................................................7

3. TINDAKAN DAN PENGOBATAN................................................................................13

4. DEFINISI MANAJEMEN TERPADU BAYI SAKIT..................................................15

5. TUJUAN MANAJEMEN TERPADU BAYI SAKIT....................................................16

6. PROSES MANAJEMEN TERPADU BAYI SAKIT.....................................................16

7. TATALAKSANA MANAJEMEN TERHADAP BALITA SAKIT UMUR 2 BULAN


– 5 TAHUN...............................................................................................................................17

8. PENENTUAN KLASIFIKASI DAN TINGKAT KEGAWATAN...............................18

9. PENENTUAN TINDAKAN DAN PENGOBATAN......................................................20

10. PEMBERIAN PELAYANAN DAN TINDAK LANJUT..........................................22

BAB III PENUTUP......................................................................................................................25

C. KESIMPULAN..............................................................................................................25

D. SARAN...........................................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................26
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manajemen Terpadu Balita Muda merupakan pendekatan yang digunakan dengan


konsep yang terpadu untuk balita muda yang usianya 1 hari- 2 bulan baik yang berkondisi
sehat ataupun sakit. Balita Muda mudah sekali menjadi sakit, cepat menjadi berat dan
serius bahkan meninggal terutama pada satu minggu pertama kehidupan bayi. Penyakit
yang terjadi pada satu minggu pertama kehidupan bayi hampir selalu terkait dengan masa
kehamilan dan persalinan. Keadaan tersebut merupakan karakteristik khusus yang harus
dipertimbangkan pada saat membuat klasifikasi penyakit.
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of
Childhood illness (IMCI) merupakan suatu pendekatan yang terintegrasi atau terpadu
dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus pada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita)
secara menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu
pendekatan atau cara penatalaksanaan balita sakit. Konsep pendekatan MTBS yang
pertama kali diperkenalkan oleh organisasi kesehatan dunia WHO (World Health
Organizations) merupakan suatu bentuk strategi upaya pelayanan kesehatan yang
ditujukan untuk menurunkan angka kematian, kesakitan dan kecacatan bayi dan anak
balita di negara-negara berkembang.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa konsep dasar MTBM
2. Bagaimana cara melaksanakan MTBM
3. Apa tindakan dan Pengobatan
4. Apa definisi dari Manajemen Terpadu Balita Sakit?
5. Bagaimana tujuan MTBS?
6. Bagaimana proses manajemen kasus balita sakit
7. Bagaimana tatalaksana manajemen terhadap balita sakit umur 2 bulan - 5 tahun ?
8. Bagaimana langkah-langtkah penentuan tindakan pengobatan?
9. Bagaimana pemberian pelayanan dan tindakan lanjut?

A. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk memenuhi tugas ASKEB NEONATUS DAN BAYI
2. Agar pembaca mengetahui apa itu MTBM,MTBS,PBBT
3. Mengetahui untuk apa MTBM,MTBS,PBBT
4. Agar bisa mengetahui cara menggunakan MTBM,MTBS,PBBT
5. Untuk memahami Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
6. Untuk mengetahui tujuan MTBS
7. Untuk mengetahui proses manajemen kasus balita sakit
8. Untuk mengetahui Manajemen Terhadap Balita Sakit Umur 2 Bulan - 5 tahun
9. Untuk mengetahui penentuan tindakan pengobatan
10. Untuk mengetahui pemberian pelayanan dan tindakan lanjut
BAB II PEMBAHASAN

1. MANAJEMEN TERPADU BAYI MUDA (MTBM)

Merupakan pendekatan yang digunakan dengan konsep yang terpadu untuk bayi
muda yang usianya 1 hari- 2 bulan baik yang berkondisi sehat ataupun sakit. Dalam
pendekatan ini juga menggunakan suatu persepsi untuk menggunakan fasilitas rawat jalan
untuk pelayanan kesehatan dasar yang dilakukan dengan mengunjungi bayi muda yang
tergolong neonatal oleh petugas kesehatan.
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan yang
terintegrasi/ terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus pada kesehatan anak usia
0-59 bulan (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu program
kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara penatalaksanaan balita uisakit. Dalam
perkembangannya MTBS juga mencakup Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)
umur kurang dari 2 bulan baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Umur 2 bulan tidak
termasuk pada bayi muda tapi ke dalam kelompok 2 bulan sampai 5 tahun.
Bayi Muda mudah sekali menjadi sakit, cepat menjadi berat dan serius bahkan
meninggal terutama pada satu minggu pertama kehidupan bayi. Penyakit yang terjadi
pada 1 minggu pertama kehidupan bayi hampir selalu terkait dengan masa kehamilan dan
persalinan. Keadaan tersebut merupakan karakteristik khusus yang harus
dipertimbangkan pada saat membuat klasifikasi penyakit. Pada bayi yang lebih tua pola
penyakitnya sudah merupakan campuran dengan pola penyakit pada anak.Sebagian besar
ibu mempunyai kebiasaan untuk tidak membawa Bayi Muda ke fasilitas kesehatan. Guna
mengantisipasi kondisi tersebut program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) memberikan
pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir melalui kunjungan rumah oleh petugas
kesehatan.
Melalui kegiatan ini bayi baru lahir dapat dipantau kesehatannya dan didekteksi
dini. Jika ditemukan masalah petugas kesehatan dapat menasehati dan mengajari ibu
untuk melakukan Asuhan Dasar Bayi Muda di rumah, bila perlu merujuk bayi segera.
Proses penanganan bayi muda tidak jauh berbeda dengan menangani balita sakit umur 2
bulan sampai 5 tahun.

2. PELAKSANAAN MTBM
Proses manajemen kasus disajikan dalam bagan yang memperlihatkan urutan
langkah-langkah dan penjelasan cara pelaksanaannya :
1. Penilaian dan klasifikasi
2. Tindakan dan Pengobatan
3. Konseling bagi ibu
4. Pelayanan Tindak lanjut
Dalam pendekatan MTBS tersedia “Formulir Pencatatan” untuk Bayi Muda dan
untuk kelompok umur 2 bulan sampai 5 tahun. Kedua formulir pencatatan ini mempunyai
cara pengisian yang sama.
1. Penilaian berarti melakukan penilaian dengan cara anamnesis dan pemeriksaan fisik
2. Klasifikasi membuat keputusan mengenai kemungkinan penyakit atau masalah serta
tingkat keparahannya dan merupakan suatu kategori untuk menentukan tindakan bukan
sebagai diagnosis spesifik penyakit
3. Tindakan dan pengobatan berarti menentukan tindakan dan memberi pengobatan
difasilitas kesehatan sesuai dengan setiap klasifikasi.
4. Konseling juga merupakan menasehati ibu yang mencakup bertanya, mendengar
jawaban ibu, memuji, memberi nasehat relevan, membantu memecahkan masalah dan
mengecek pemahaman
5. Pelayanan tindak lanjut berarti menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak
datang untuk kunjungan ulang

Menanyakan kepada ibu mengenai masalah Bayi Muda. Tentukan pemeriksaan


ini merupakan kunjungan atau kontak pertama dengan Bayi Muda atau kunjungan ulang
untuk masalah yang sama. Jika merupakan kunjungan ulang akan diberikan pelayanan
tindak lanjut yang akan dipelajari pada materi tindak lanjut.

Kunjungan Pertama lakukan pemeriksaan berikut :


a. MEMERIKSA KEMUNGKINAN PENYAKIT SANGAT BERAT ATAU
INFEKSI BAKTERI. Selanjutnya dibuatkan klasifikasi berdasarkan tanda dan gejalanya
yang ditemukan.
Infeksi pada bayi muda dapat terjadi secara sistemik atau lokal. infeksi sistemik gejalanya
tidak terlalu khas, umumnya menggambarkan gangguan fungsi system organ seperi:
gangguan kesadaran sampai kejang, gangguan nafas, bayi malas minum, tidak bisa
minum atau muntah, diare, demam, atau hipotermia. pada infeksi lokal biasanya bagian
yang terinfeksi teraba panas, bengkak, merah.
 Memeriksa gejala kejang
Pemeriksaan ini dilakukan pada semua bayi muda merupakan gejala kelainan susunan
syaraf pusat dan merupakan keadaan darurat. kejang pada bayi muda umur kurang dari
dua hari berhubungan dengan asfiksia, trauma lahir dan kelainan bawaan, sedangkan
kejang pada umur lebih dari dua hari dikaitkan dengan tetanus neonatorum, infeksi dan
kelainan metabolik seperti kurangnya kadar gula darah. pada bayi kurang bulan, kejang
lebih sering disebabkan oleh perdarahan intracranial.

Cara memeriksanya yaitu :


TANYA : Adakah riwayat kejang ?
LIHAT : Apakah bayi tremor dengan atau tanpa kesadaran menurun?
DENGAR : Apakah bayi menangis melengking tiba-tiba
LIHAT : Apakah ada gerakan yang tidak terkendali ?
LIHAT : Apakah mulut bayi mencucu?
LIHAT DAN RABA : Apakah bayi kaku seluruh tubuh dengan atau tanpa rangsangan

 Memeriksa gejala gangguan nafas


Frekuensi nafas normal bayi cukup bulan adalah 30-50 kali/menit. Frekuensi nafas lebih
dari 60 kali/menit atau kurang dari 30 kali/menit dan menetap menunjukan ada gangguan
nafas, biasanya disertai tanda bayi biru(sianosis), tarikan dinding dada yang sangat kuat,
pernafasan cuping hidung serta terdengar suara merintih.

Cara memeriksanya yaitu :


LIHAT : Hitung nafas dalam satu menit
LIHAT : Adakah tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat?
DENGAR : Apakah bayi merintih?

 Memeriksa gejala hipotermia


Suhu normal pada bayi adalah 36,5-37,5 0 C suhu <35,5 o C disebut hipotermia berat
yang mengindikasikan infeksi berat sehingga harus segera dirujuk.
Cara memeriksanya yaitu :
PERIKSA : Ukur suhu aksila dengan termometer atau raba badan bayi

 Memeriksa infeksi bakteri lokal


Infeksi bakteri lokal yang sering terjadi pada bayi muda adalah infeksi pada kulit,mata
dan piusar.
Cara memeriksanya yaitu :
LIHAT : Apakah ada pustul dikulit?
LIHAT : Apakah mata bernanah?
LIHAT : Apakah pusar kemerahan atau bernanah?

b. MENANYAKAN PADA IBU APAKAH BAYINYA DIARE, JIKA DIARE


PERIKSA TANDA DAN GEJALANYA yang terkait. Klasifikasikan Balita Muda untuk
DEHIDRASI nya dan klasifikasikan juga untuk diare persisten dan kemungkinan
disentri.

 Memeriksa Dan Mengklasifikasikan Diare


Menilai Diare
Bayi yang dehidrasi, biasanya gelisah atau rewel. jika dehidrasi berlanjut, bayi menjadi
letargis atau tidak sadar. karena bayi kehilangan cairan, matanya mungkin kelihatan
kuning. jika kulit perut dicubit, kulitnya akan lambat kembali

Cara memeriksanya yaitu :


TANYA : Apakah bayi diare?
LIHAT : Keadaan umum bayi
:Apakah bayi letargis atau tidak sadar ?
:Apakah bayi gelisah atau rewel?
:Apakah mata cekung?
PERIKSA :Dengan mencubit kulit perut untuk memgetahui turgor (apakah
kembalinya sangat lambat >2 detik atau lambat)

Klasifikasi Diare
Jika terdapat 2 atau lebih tanda yang terdapat pada baris atas dengan penilaian dan
klasifikasi, klasifikasi status dehidrasi bayi sebagai diare dehidrasi berat. jika tidak ada
tanda sebagai mana tercantum pada baris atas,l ihat baris bawah berikutnya. jika
ditemukan 2 atau lebih tanda gejala pada baris kedua, klasifikasikan bayi muda sebagai
diare dehidrasi ringan atau sedang. jika tidak cukup tanda gejala untuk diare dehidrasi
berat atau ringan/sedang, maka bayi diklasifikasikan sebagai Diare Tanpa Dehidrasi.

c. MEMERIKSA IKTERUS dan klasifikasikan berdasarkan gejala yang ada.

 Memeriksa Dan Mengklasifikasikan Ikterus


Ikterus adalah perubahan warna kulit atau selaput mata menjadi kekuningan, yang
diakibatkan oleh penumpukan bilirubin, sebagian lainnya karena ketidak cocokan
golongan darah ibu dan bayi. peningkatan kadar bilirubin dapat diakibatkan oleh
pembentukan yang berlebih atau ada gangguan pengeluarannya.

Menilai Ikterus
Untuk menilai derajat kekuningan pada kulit bayi digunakan cara sederhana yaitu metode
“Kramer“ pada waktu memeriksa sebaiknya dibawah cahaya/sinar dan kulit ditekan
sedikit.

Cara memeriksanya yaitu :


TANYA : Apakah bayi kuning? jika ya, pada umur berapa timbul kuning?
TANYA,LIHAT : Apakah warna tinja bayi pucat?
LIHAT : Tentukan warna kuning sampai didaerah tubuh mana?

d. MEMERIKSA KEMUNGKINAN BERAT BADAN RENDAH DAN ATAU


MASALAH PEMBERIAN ASI. Selanjutnya klasifikasikan Balita Muda berdasarkan
tanda dan gejala yang ditemukan
 Memeriksa Dan Mengklasifikasikan Kemungkinan Berat Badan Rendah
Atau Masalah Pemberian ASI
Pemberian ASI merupakan hal yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan
bayi pada umur 6 bulan pertama kehidupannya. Jika ada masalah perpemberian asipada
masa ini, bayi dapat kekurangn gizi dan mudah terserang penyakit. Keadan ini akan
berdampak pada tumbuh kembang anak anak di kemudian hari bahkan dapat berakhir
dengan kematian.
Masalah yangsering ditemukan pada balita muda adalah berat badan rendah menurut
umur. Hal ini dapat menggambarkan adanya masalah pemberian ASI. Masalah
pemberianASI pada balita muda cukup bulan biasanya berkaitan dengan masukan ASI
yang kurang. Masalah pemberian ASI pada bayi lahir kurang bulan biasanya terkait
dengan reflex isap yang belum sempurna.
 Memeriksa Kemungkinan Berat Badan Rendah Dan/ Atau Masalah
Pemberian ASI
a. menanyakan apakah dilakukan inisiasi menyusu dini, apakah ibu mengalami
kesulitan pemberian asi, apa saja yang diberikan kepada bayi dan berapa kali melakukan
penilaian tentang cara menyusui dan memeriksa apakah ada trush atau kelainan pada
bibir atau langit-langit.
b. memastikan apakah berat badan bayi sesuai menurut umur dengan menggunakan
grafik barat badan menurut umur yang berbeda untuk bayi laki-laki dan perempuan.

Cara memeriksanya yaitu :


TANYA : Apakah inisiasi menyusu dini di lakukan ?
TANYA : Apakah ibu mengalami kesulitan dalam pemberian ASI ?
TANYA : Apakah bayi diberi ASI ? jika ya, berapa kali dalam 24 jam ?
TANYA : Apakah bayi diberi makanan atau minuman selain ASI ? Jika ya, berapa
kali dalam 24 jam? alat apa yang digunakan ?
LIHAT : Adakah luka atau bercak putih (thrush) di mulut ?
: Adakah celah bibir atau langit-langit?
TIMBANG DAN TENTUKAN : Berat badan menurut umur

e. MENANYAKAN KEPADA IBU APAKAH BAYINYA SUDAH DI


IMUNISASI? DAN PEMBERIAN VIT K. TENTUKAN STATUS IMUNISASI BAYI
MUDA
 Memeriksa Status Imunisasi
Periksa status imunisasi bayi muda, apakah sudah mendapatkan imunisasi HB-0, jika
umur bayi lebih dari 7 hari tidak lagi diberikan HB-0. diberkan HB-1 pada umur 2 bulan.
 Menentukan Status imunisasi Bayi
Tanyakan kepada ibu, apakah bayi sudah mendapat imunisasi. Jika YA tanyakan jenis
dan waktu pemberian imunisasi tersebut.
Imunisasi HB-O di suntikan di paha kanan bayi segera setelah lahir, setelah inisiasi
menyusu dini dan penyuntikan vitamin K1 atau pada waktu kunjungan rumah.
Imunisasi BCG di berikan melalui suntikan di lengan kanan bayi segera setelah
persalinan di rumah sakit atau di klinik
Imunisasi Polio diberikan secara oral, 2 tetes.
Pada bagian bawah formulir pensatatan beri tanda √ pada jenis imunisasi yang sudah
diterima. Lingkari imunisasi apa saja yang dibutuhkan hari ini.

f. MENANYAKAN KEPADA IBU MASALAH LAIN SEPERTI KELAINAN


KONGENITAL, TRAUMA LAHIR, PERDARAHAN TALI PUSAT DAN
SEBAGAINYA.
 Memeriksa Kelainan Bawaan / Kongenital
Kelainan kongenital adalah kelainan pada bayi baru lahir yang bukan akibat
trauma lahir. Kematian pada bayi baru lahir dengan kelainan kongenital banyak terjadi
akibat malformasi yang tidak mungkin hidup atau yang memerlukan tindakan bedah
namun tidak dapat dilakukan segera. Kelainan kongenital lain tidak memberikan dampak
buruk, bahkan bayi dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal bila di koreksi seperti
bibir/langit-langit sumbing.
Untuk mengenali jenis kelainan kongenital, lakukan penilaian kelainan fisik. Dari
pemeriksaan fisik, petugas kesehatan dapat mengenali beberapa kelainan bawaan yang
sering dijumpai serta tindakan yang harus dilakukan.

 Memeriksa Kemungkinan Trauma Lahir


Trauma lahir merupakan salah satu masalah dalam perinatologi, karena masih tingginya
angka kematian, kesakitan dan gejala sisa yang ditimbulkan di kemudian hari. Trauma
lahir merupakan perlukaan pada bayi baru lahir yang terjadi pada waktu proses
persalinan.

 Memeriksa Perdarahan Tali Pusat


Lakukan pemeriksaan apakah ada perdarahan tali pusat. Perdarahan terjadi karena ikatan
tali pusat menjadi longgar setelah beberapa kali. Perdarahan kali pusat yang tidak di
tangani secara cepat dapat menyebabkan syok.

g. MENANYAKAN KEPADA IBU KELUHAN ATAU MASALAH YANG


TERKAIT DENGAN KESEHATAN BAYINYA.

Jika Bayi Muda membutuhkan RUJUKAN SEGERA lanjutkan pemeriksaan secara cepat.
Tidak perlu melakukan penilaian pemberian ASI karena akan memperlambat rujukan

3. TINDAKAN DAN PENGOBATAN


Tentukan tindakan dan beri pengobatan untuk setiap klasifikasi sesuai dengan
yang tercantum dalam kolom tindakan/pengobatan pada buku bagan, kemudian catat
formulir pencatatan

Balita muda yang termasuk klasifikasi merah memerlukan rujukan segera ke


fasilitas pelayanan yang lebih baik. Sebelum merujuk lakukan tindakan/pengobatan pra
rujuk. Jelaskan pada orang tua bahwa tindakan/pengobatan pra rujuk di perlukan untuk
menyelamatkan kelangsungan hidup anak. Minta persetujuan orang tua (informed
consent) sebelum melakukan tindakan/pengobatan pra rujuk

Balita muda dengan klasifikasi kuning dan hijau tidak memerlukan rujukan.
Lakukan tindakan/pengobatan dan nasihat untuk ibu termasuk kapan harus segera
kembali serta kunjungan ulang, sesuai dengan buku bagan

· Tindakan Pertama Pada Bayi Muda Yang Tidak Memerlukan Rujukan


Tentukan tindakan atau pengobatan untuk setiap klasifikasi bayi muda yang berwarna
kuning dan hijau yaitu
a) Infeksi bakteri lokal
b) Mungkin bukan infeksi
c) Diare dehidrasi ringan / sedang
d) Diare tanpa dehidrasi
e) Ikterus
f) Berat badan rendah menurut umur dan / atau masalah pemberian ASI
g) Berat badan tidak rendah dan tidak ada masalah pemberian ASI

Kemudian catat pada formulir pencatatan semua tindakan / pengobatan yang di perlukan ,
termasuk nasehat kapan kembali segera dan kunjungan ulang .

Tindakan / pengobatan pada bayi muda yang tidak memerlukan rujukan:


a) Menghangatkan tubuh bayi segera
Bayi yang segera di hangatkan yaitu bayi yang suhunya kurang dari 35,50C
b) Mencegah agar gula darah tidak turun
c) Memberi antibiotik peroral yang sesuai
Antibiotik peroral yang sesuai untuk infeksi bakteri lokal : Amoksisilin

Umur atau Berat Amoksisilin


Badan Dosis 50 mg/kg/BB/hari
Beri tiap 8 jam selama 5 hari
Sirup 125 mg /5 ml Kaplet 250 mg Kaplet 500 mg
( 1 sendok takar =5 1 kaplet 1 kaplet
ml) Dijadikan Dijadikan
5 bungkus 10 bungkus
1 hr - <4mg ½ sendok takar 1 bungkus 1 bungkus
(< 3 kg)
4 mg - <2 bln ½ sendok takar 2 bungkus 2 bungkus
(3-4 kg)

4. DEFINISI MANAJEMEN TERPADU BAYI SAKIT


Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan pendekatan
keterpaduan dalam tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat
jalan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit
pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi telinga, malnutrisi, dan upaya
promotif dan preventif yang meliputi imunisasi, pemberian vitamin A dan
konseling pemberian makan yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian
bayi dan anak balita serta menekan morbiditas karena penyakit tersebut (Pedoman
Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas, Modul-7. 2004).
Balita (bawah lima tahun) yaitu anak umur 0-5 tahun (tidak termasuk umur 5
tahun) (MTBS, Modul 1, 2004).
Penyakit-penyakit terbanyak pada balita yang dapat di tatalaksana dengan
MTBS adalah penyakit yang menjadi penyebab utama kematian, antara lain
pneumonia, diare, Malaria, campak dan kondisi yang diperberat oleh masalah gizi
(malnutrisi dan anemia). Langkah pendekatan pada MTBS adalah dengan
menggunakan algoritma sederhana yang digunakan oleh perawat dan bidan untuk
mengatasi masalah kesakitan pada Balita. Bank Dunia, 1993 melaporkan bahwa
MTBS merupakan intervensi yang cost effective untuk Mengatasi masalah
kematian balita yang disebabkan oleh Infeksi Pernapasan Akut (ISPA), Diare,
campak malaria, kurang gizi, yang sering merupakan kombinasi dari keadaan
tersebut.
Pendekatan MTBS di Indonesia pada awalnya dimanfaatkan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan kesehatan dasar
(Puskesmas dan jaringannya termasuk Pustu, Polindes, Poskesdes, dll). MTBS
mengkombinasikan perbaikan tatalaksana kasus pada balita sakit (kuratif) dengan
aspek gizi, imunisasi dan konseling ( promotif dan Preventif). Agar penerapan
MTBS dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan, maka diperlukan langkah-
langkah secara sistematis dan menyeluruh, meliputi pengembangan sistem
pelatihan, pelatihan berjenjang, pemantauan pasca pelatihan, penjaminan
ketersediaan formulir MTBS, ketersediaan obat dan alat, bimbingan teknis dan
lain-lain.

5. TUJUAN MANAJEMEN TERPADU BAYI SAKIT


Menurunkan secara signifikan angka kesakitan dan kematian global yang terkait
engan penyebab utama penyakit pada balita, melalui peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan di unit rawat jalan fasilitas kesehatan dasar dan memberikan
kontribusi terhadap pertumbuhan perkembangan kesehatan anak.
Penerapan MTBS dengan baik dapat meningkatkan upaya penemuan kasus secara
dini, memperbaiki manajemen penanganan dan pengobatan, promosi serta
peningkatan pengetahuan bagi ibu – ibu dalam merawat anaknya dirumah serta
upaya mengoptimalkan system rujukan dari masyarakat ke fasilitas pelayanan
primer dan rumah sakit sebagai rujukan. ( Modul MTBS 1, 2008 ).

6. PROSES MANAJEMEN TERPADU BAYI SAKIT


Proses manajemen kasus disajikan dalam satu bagan yang memperlihatkan urutan
langkah-langkah dan penjelasan cara pelaksanaanya. Bagan tersebut menjelaskan
langkah-langkah berikut ini :
1. Menilai dan membuat klasifikasi anak sakit umur 2 bulan-5 tahun
2. Menentukan tindakan dan memberi pengobatan
3. Memberi konseling bagi ibu
4. Memberi pelayanan tindak lanjut
5. Manajemen terpadu bayi mud 1 hari sampai 2 bulan.
“Menilai anak” berarti melakukan penilaian dengan cara anamnesis dan pemeriksaan
fisik. “Membuat klasifikasi” berarti membuat sebuah keputusan mengenai
kemungkinan penyakit atau masalah serta tingkat keparahanya. Klasifikasi
merupakan suatu kategori untuk melakukan tindakan, bukan sebagai diagnosis
spesifik penyakit.“Menentukan tindakan dan memberi pengobatan “berarti
menentukan tindakan dan memberi pengobatan di fasilitas kesehatan sesuai dengan
setiap klasifikasi, memberi obat untuk diminum di rumah dan juga mengajari ibu
tentang cara memberikan obat serta tindakan lain yang harus dilakukan di rumah.
“Memberi konseling bagi ibu” juga termasuk menilai cara pemberian makan anak,
memberi anjuran pemberian makan yang baik untuk anak serta kapan harus
membawa anaknya kembali ke fasilitas kesehatan.

“Tindak lanjut” berarti menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak untuk
biaya ulang. “Manajemen terpadu bayi muda” meliputi : menilai dan membuat
klasifikasi, menentukan tindakan dan memberi pengobatan, konseling dan tindak
lanjut pada bayi umur 1 hari sampai 2 bulan baik sehat maupun sakit. (MTBS, Modul
-1, 2004).

7. TATALAKSANA MANAJEMEN TERHADAP BALITA SAKIT UMUR 2 BULAN


– 5 TAHUN
Pada pelaksanaan manajemen terpadu balita sakit pada umur 2 bulan sampai dengan 5 tahun
tahap pelaksanaan sama seperti pada bayi umur kurang dari 2 bulan yaitu dengan tahap
penilaian dan gejala, tahap kalisifikasi dan tingkat kegawatan, tahap tindakan dan
pengobatan, tahap pemberian konseling dan tahap pelayanan tindak lanjut, adapun secara
jelas dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Penilaian Tanda & Gejala

Pada penilaian tanda & gejala pada bayi umur 2 bulan sampai dengan 5 tahun ini yang
dinilai adalah tindakannya tanda bahaya umum (tidak bisa minum atau muntah,kejang,
letargis atau tidak sadar dan keluhan seperti batuk atau kesukaran bernafas, adanya diare,
lemah, masalah telinga, mall nutrisi, anemia dan lain-lain.
2. Penilaian pertama keluhan batuk atau sukar bernafas, tanda bahaya umum, tarikan
dinding wajah ke dalam, stridor, nafas cepat. Penentuan frekuensi pernapasan adalah
pada anak usia 2 bulan sampai 12 bulan normal pernapasan 50 atau lebih permenit
sedangkan frekuensi pernapasan anak usia 12 bulan sampai 5 tahun adalah 40 kali
permenit.

3. Penilaian kedua keluhan dan tanda adanya diare seperti letargis atau tidak sadar,
atau cenderung tidak bisa minum atau malas makan maka turgor kulit jelek, gelisah,
rewel, haus atau banyak minum adanya darah dalam tinja (berak campur darah).

4. Penilain ketiga tanda demam, disertai dengan adanya tanda bahaya umu, kaku kuduk,
dan adanya infeksi lokal seperti kekeruhan pada kornea mata,luka pada mulut,mata
bernanah adanya tanda presyok seperti nadi lemah,ektremitas dingin, muntah darah,berak
hitam,perdarahan hidung, perdarahan bawah kulit,nyeri ulu hati dan lain-lain.

5.Penilaian keempat tanda masalah telinga seperti nyeri pada telinga,adanya


pembengkakan,adanya cairan keluar dari telinga yang kurang dari 14 hari,dan lain-lain

6. Penilaian kelima tanda status gizi seperti badan kelihatan bertambah kurus,bengkak
pada kedua kaki,telapak tangan pucat,status gizi dibawa garis merah pada pemeriksaan
berat badan menurut umur.

8. PENENTUAN KLASIFIKASI DAN TINGKAT KEGAWATAN


Pada penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan ini dilakukan setelah penilaian tanda
dan gejala yang diklasifikasikan berdasarkan dari kelompok keluhan atau tingkat
kegawatan,adapun klasifikasinya dapat sebagai berikut.
1) Klasifikasi pneumonia
Pada klasifikasi pneumonia ini dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu:
a. Diklasifikasi pneumonia berat apabilah adanya tanda bahaya umum,tarikan
dinding dada kedalam,adanya strido.
b. Adanya pneumonia apabila ditemukan tanda frekuensi napas yang sangat
cepat
c. Klasifikasi batuk bukan pneumonia apabilah tidak ada pneumonia ada
hanya keluhan batuk
2) Klasifikasi dehidrasi
Pada klasifikasi ini termasuk klasifikasi diare dengan dihindari yang terbagi
menjadi 3 kelompok yaitu:
a. Dehidrasi berat apabila ada tanda dan gejala seperti letargis atau tidak
sadar,mata cekung,turgor kulit jelek sekali,
b. Klasifikasi dehidrasi ringan sedang dengan tanda seperti gelisah,rewet,mata
cekung,haus,turgor jelek
c. Klasifikasi diare tanpa dehidrasi apabila tidak cukup tanda adanya
dehidrasi
3) Klasifikasi diare persisten
Untuk klasifikasi diare ini ditemukan apabila diarenya sudah lebih dari 14 hari
dengan dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu diare persisten berat ditemukan
adanya tanda dehidrasi dan diare persisten apabila tidak ditemukan adanya tanda
dehidrasi.

4) Klasifikasi disentri
Pada klasifikasi disentri ini juga termasuk klasifikasi diare secara umum akan
tetapi apabilah diarenya disertai dengan darah dalam tinja atau diarenya
bercampur dengan darah
5) Klasifikasi resiko malaria
Pada klasifikasi resiko malaria ini dikelompokkan menjadi resiko tinggi rendah
atau tampak resiko malaria dengan mengidentifikasi apabila darahnya merupakan
resiko terhadap malaria ataukah pernah kedaerah yang beresiko,maka apabila
terdapat hasil klasifikasi maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Klasifikasi dengan resiko tinggi terhadap malaria yang dikelompokkan lagi
menjadi dua bagian yaitu klasifikasi penyakit berat dengan demam apabila
ditemukan tanda bahaya umum disertai dengan kaku kuduk dan klasifikasi
malaria apabila hanya demam ditemukan suhu 37,5 derajat celcius atau lebih.
b. Klasifikasi rendah terhadap malaria yang dikelompokkan lagi menjadi 3 yaitu
penyakit berat dengan demam apabila ada tanda bahaya umum atau kaku
kuduk dan kalsifikasi malaria apabila tidak ditemukan tanda demam atau
campak dan klasifikasi demam mungkin bukan malaria apabila hanya
ditemukan flek atau adanya campak atau juga adanya penyebab lain dari
demam. Klasifikasi tanpa resiko malaria diklasifikasikan menjadi 2 yaitu
penyakit berat dengan demam apabila ditemukan tanda bahaya umum dan
kaku kuduk serta klasifikasi demam bukan malaria apabila tidak ditemukan
tanda bahaya umum dan tidak ada kaku kuduk.
6) Klasifikasi Campak
Pada klasifikasi campak dapat dilakukan tindakan sebagai berikut : Apabila
campak dijumpai dengan komplikasi berat maka tindakannya adalah pemberian
vitamin A, antibiotik yang sesuai, saleo mata tetrasiklin atau kloramefnikol
apabila dijumpai kekeruhan pada kornea, pemberian paracetamol apabila disertai
demam tinggi (38,5 derajat celcius), kemudian apabila campak disertai
komplikasi mata dan mulut ditambahkan dengan gentian violet dan apabila hanya
campak saja tidak ditemukan penyakit atau komplikasi lain maka tindakannya
hanya diberikan vitamin A.
7) Klasifikasi Demam Berdarah Dengue
Pada klasifikasi demam berdarah dengue tindakan yang dapat dilakukan antara
lain apabila ditemukan maka segera berikan cairan intra vena, pertahankan kadar
gula darah, apabila dijumpai demam tinggi maka berikan paracetamol dan berikan
cairan atau oralit apabila dilakukan rujukan selama perjalanan. Ketentuan
pemberian cairan pra rujukan pada demam berdarah
a) Berikan cairan ringer laktak apabila memungkinkan beri glukosa 5%
kedalam ringer laktak melalui intra vena apabila tidak diberikan cairan
oralit atau cairan peroaral selama perjalan.
b) Apabila tidak ada berikan cairan NaCL 10-20 ml/kgbb dalam 30 menit
c) Monitor selama setelah 30 menit dan apabila nadi teraba berikan cairan
intra vena dengan tetesan 10 ml/kgbb dalam 1 jam dan apabila nadi tidak
teraba berikan cairan 15-20 ml/kgbb dalam /1 jam
8) Klasifikasi masalah telinga
Tindakan dan pengobatan pada klasifikasi masalah telingah dapat dilakukan
antara lain berikan dosis pertam untuk antkbiotika yang sesuai pemberian
parasetamol apabila kronis ditambah dengan mengeringkan telingh dengan kain
penyerap.
9) Klasifikasi status gizi
Pada kalsifikasi statu gizi dapat dilakukan tindakan pemberian vitamin A apabilaa
anak kelihatan sangat kurus dan bengkak pada kedua kaki dan apabila dijumpai
aadanya anemia maka dapat dilakukan pemberian zat besi dan pabila daerah
resiko tinggi malaria dapat diberikan anti malaria oral piratel pamoat hanya
diberikan anak berumur 4 bulan atau lebih dan belum pernah diberikan dalam 6
bulan terakhir serta hasil pemeriksaan tinja positif

9. PENENTUAN TINDAKAN DAN PENGOBATAN


Menentukan tindakan dan pengobatan setelah diklasifikasikan berdasarkan kelompok
gejala yang ada.
a. Pneumonia Tindakan yang dpat dilakukan pada maslah pneumonia dalam manajemen
terpadu balita sakit sebagai berikut. Apabila didapatkan pneumonia berat atau penyakit
sangat berat maka tindakan yang pertama adalah :
 Berikan dosis petama antibiotika Pilihan pertama kontrimoksazol
(Trimetoprim + sulfametoksazol) dan pilihan kedua adalah amoksilin
 Lakukan rujukan segera
b. Dehidrasi pada klasifikasi dehidrasi tindakan dapat dikelompokkan berdasarkan derjat
dari dehidrasi, apabila klasfikasinya dehidrasi berat maka tindakannya adalah sbb:
 Berikan cairan intravena secepatnya, apabila anak dapat minum berikan oralit
melalui mulut sambil infus dipersiapkan, berikan 100 ml/kg ringer laktat atau
NaCl
 Lakukan monitoring setiap 1-2 jam tentang status dehidrasi, apabila belum
membaik berikan tetesan intravena
 Berikan oralit (kurang dari 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum
 Lakukan monitoring kembali sesudah 6 jam pada bayi atau pada anak sesudah 3
jam dan tentukan kembali status dehidrasi kemudian ditentukan status dehidrasi
dan lakukan sesuai dengan derjat dehidrasi
 Anjurkan untuk tetap memberikan ASI
c. Klasifikasi diare pesistem
Pada klasifikasi ini tindakan ditentukan oleh derajat dehidrasi, kemudian apabila
ditemukan adanya klorea maka pengobatan yang adapat dianjurkan adalah : pilihan
pertama antibiotika kotrimokzasol dan pilihan kedua adalah tetrasiklin.
d. Klasifikasi Resiko Malaria
Penanganan tindakan dan pengobatan pada klasifikasi resiko malaria dapat ditentukan
dari tingkat klasifikasi, adapun tindakannya adalah sbb
a. Pemberian kinin (untuk malaria dengan penyakit berat) secara intra muskular
b. Pemberian obat anti malaria oral (untuk malaria saja) dengan pilihan pertama
adalah klorokuin + primakuin dan pilihan kedua adalah sulfadoksin primetamin +
primakuin (untuk anak ≥ 12 bulan) dan tablet kina (untuk anak ≤ 12 bulan)
c. Setelah pemberian maka lakukan pengamatan selama 30 menit sesudah
pemberian klorokuin dan apabila dalam waktu tersebut terdapat muntah maka
ulangi pemberian klorokuin
e. Klasifikasi Campak
Pada klasifikasi campak dapat dilakukan tindakan sebagai berikut :
Apabila campak dijumpai dengan komplikasi berat maka tindakannya adalah pemberian
vitamin A, antibiotik yang sesuai, saleo mata tetrasiklin atau kloramefnikol apabila
dijumpai kekeruhan pada kornea, pemberian paracetamol apabila disertai demam tinggi
(38,5 derajat celcius), kemudian apabila campak disertai komplikasi mata dan mulut
ditambahkan dengan gentian violet dan apabila hanya campak saja tidak ditemukan
penyakit atau komplikasi lain maka tindakannya hanya diberikan vitamin A.
f. Klasifikasi Demam Berdarah Dengue
Pada klasifikasi demam berdarah dengue tindakan yang dapat dilakukan antara lain
apabila ditemukan maka segera berikan cairan intra vena, pertahankan kadar gula darah,
apabila dijumpai demam tinggi maka berikan paracetamol dan berikan cairan atau oralit
apabila dilakukan rujukan selama perjalanan. Ketentuan pemberian cairan pra rujukan
pada demam berdarah
a. Berikan cairan ringer laktak apabila memungkinkan beri glukosa 5% kedalam
ringer laktak melalui intra vena apabila tidak diberikan cairan oralit atau cairan
peroaral selama perjalan.
b. Apabila tidak ada berikan cairan NaCL 10-20 ml/kgbb dalam 30 menit
c. Monitor selama setelah 30 menit dan apabila nadi teraba berikan cairan intra vena
dengan tetesan 10 ml/kgbb dalam 1 jam dan apabila nadi tidak teraba berikan
cairan 15-20 ml/kgbb dalam /1 jam
g. Klaifikasi masalah telinga
Tindakan dan pengobatan pada klasifikasi masalah telingah dapat dilakukan antara lain
berikan dosis pertam untuk antkbiotika yang sesuai pemberian parasetamol apabila kronis
ditambah dengan mengeringkan telingh dengan kain penyerap.
h. Klasifikasi status gizi
Pada kalsifikasi statu gizi dapat dilakukan tindakan pemberian vitamin A apabilaa anak
kelihatan sangat kurus dan bengkak pada kedua kaki dan apabila dijumpai aadanya
anemia maka dapat dilakukan pemberian zat besi dan pabila daerah resiko tinggi malaria
dapat diberikan anti malaria oral piratel pamoat hanya diberikan anak berumur 4 bulan
atau lebih dan belum pernah diberikan dalam 6 bulan terakhir serta hasil pemeriksaan
tinja positif.

10. PEMBERIAN PELAYANAN DAN TINDAK LANJUT


a. Pnemonia
Pemberian tindak lanjut pada masalah dilakukan sesudah 2 hari dengan
melakukan pemeriksaan tentang tanda adanya gejala pnemonia apabila didapatkan
tanda bahaya umum atau tarikan dinding dada ke dalam maka berikan 1 dosis
antibiotika pilihan kedua atau suntikan kloramfenikol dan segara lakukan rujukan,
namun apabila frekuensi nafas atau nafsu makan tidak menunjukkan perbaikan
gantilah antibiotika pilihan ketiga kemudianapabila nafas melambat atau nafsu
makan membaik lanjutkan pemberian antibiotika sampai 5 hari.
b. Diare persistem
Pada tindak lanjut masalah ini dilakukan sesudah 5 hari dengan cara
mengevaluasi diare apabila diare belum berhenti maka pelayanan tindak lanjut
adalah memberikan obat yang diperlukan dan apabila sudah berhenti maka makan
sesuai umur.
c. Disentri
Pelayanan tindak lanjut untuk disentri dilakukan sesudah 2 hari dengan
mengevaluasi jumlah darah dalam tinja berkurang tentang tanda disentri apabila
anak masi mengalami disentri maka lakukan tindakan sesuai tindaka dehidrasi
berdasarkan derajatnya.
d. Resiko malaria
Pelayanan tindak lanjut pada resiko malaria dilkukan sesudah 2 hari apabila
demam lagi dalam 14 hari dengan melakukan penilaian sebagai berikut: apabila
ditemukan malaria oral pilihan kedua bahaya umum atau kakuk kuduk maka
lakukan tindakan sesuai protap.
e. Campak
Pelayanan tindak lanjut pada klasifikasi campak ini dilakukan sesudah 2 hari
dengan mengevaluasi atau memperhatikan tentang gejala yang pernah dimilikinya
apabila mata masi bernanah maka lakukan evaluasi kepada keluarga atau ibu
dengan menjelaskan cara mengobati infeksi mata jika sudah benar lakukan
rujukan dan apabila kurang benar maka ajari dengan benar.
f. Demam berdarah
Pada klasifikasi pelayanan tindak lanjut dilakukan sesudah 2 hari dengan
melakukan evaluasi tanda dan gejala yang ada,apabila ditemuakan tanda bahaya
umum dan adanya kaku kuduk maka lakukan tindakan sesui dengan pedoman
tindakan pada penyakit demam berdarah dengan penyakit berat,akan tetapi
apabila ditemukan penyebab lain dari demam berdarah maka berikan pengobatan
yang sesuai dan apabila masih ada tanda demam berdarah maka lakukan tindakan
sebagaimana tindakan demam berdarah dan dalam waktu 7 hari masi ditemukan
demam lakukan pemeriksaan lebih lanjut.
g. Masalah telinga
Pada pelanyanan tindak lanjut masalah telinga ini dilakukan sesudah 5 hari
dengan mengetahui nana evaluasi tanda dan gejala yang ada,apabilah pada
waktukunjungan didapatkan pembengkakan dan nyeri dibelakang telinga dan
demam tinggi maka segera lakukan rujukan,dan apabilah masih terdapat nyeri dan
keluarkan cairan atau nana maka lakukan pengobatan antibotika selama 5 hari
dengan mengerinkan bagian telinga,apabila sudah benar anjurkan tetap
mempertahankan apabila masih kurang ajari tentang cara
mengeringkannya,kemudian apabila keadaan telinga sudah tidak timbul nyeri atau
tidak keluar cairan maka lanjutkan pengobatan antibiotika sampai habis.
BAB III PENUTUP
C. KESIMPULAN

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan yang


terintegrasi/ terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus pada kesehatan anak usia
0-59 bulan (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu program
kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara penatalaksanaan balita sakit. Dalam
perkembangannya MTBS juga mencakup Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)
umur kurang dari 2 bulan baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Umur 2 bulan tidak
termasuk pada bayi muda tapi ke dalam kelompok 2 bulan sampai 5 tahun.
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan pelayanan
terhadap balita sakit yang dikembangkan oleh WHO.Dengan MTBS dapat ditangani
secara lengkap kondisi kesehatan balita pada tingkat pelayanan kesehatan dasar, yang
memfokuskan secara integrative aspek kuratif, preventif dan promotif termasuk
pemberian nasihat kepada ibu sebagai bagian dari pemberdayaan masyarakat untuk
meningkatkan kesehatan anak.Pemberian antibiotika sangat selektif sesuai klasifikasi dan
dapat dan dapat membatasi beberapa klasifikasi yang akhirnya dapat menekan biaya
pengobatan.Melihat keunggulan tersebut maka dapatlah dimengerti mengapa Indonesia
termasuk salah satu pengguna dini dari pendekatan MTBS ini, bahkan Indonesia sekarang
sudah sampai tahap pemantapan implementasi.

D. SARAN
Bagi pembaca yang sudah mengetahui MTBM,MTBS,PBBT dan cara
menggunakan MTBM,MTBS,PBBT harap di laksanakan dengan benar, dan bisa di
jadikan pedoman bagi BALITA.
DAFTAR PUSTAKA

1. BUKU BAGAN MTBS, DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


2. http://netriaini.blogspot.com/2016/04/mtbm-manajemen-terpadu-balita-muda.html
3. Departemen Kesehatan RI, 2008, Modul MTBS Revisi tahun 2008.
4. Direktorat Bina Kesehatan Anak, Depkes, salah satu materi Yang disampaikan pada
pertemuan 3.Nasional Program Kesehatan Anak, 2009, Manajemen Terpadu Balita Sakit.
5. http://metrogayo.blogspot.com/2017/04/manajemen-terpadu-bayi-sakit.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai