Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah tentang “Perdarahan Tali Pusat”. Makalah ini diajukan sebagai salah
satu tugas pada mata kuliah Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita pada
semester 4 Program Studi DIII Kebidanan.

Selama proses pembuatan makalah ini penulis tidak terlepas dari peran
dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak  yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalah ini, Semua pihak yang telah membantu dan
memberikan masukan kepada penulis, baik langsung maupun tidak langsung
dalam penyelesaian makalah ini.     
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis berharap semoga
makalah memberikan manfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………… i
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………………………
ii……
BAB I PENDAHULUAN
 Latar Belakang………………………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………… 4……

1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………… 4……

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Anatomi Tali Pusat…………………………………………………………………. 5……

2.2 Definisi Perdarahan Tali Pusat…………………………………………………. 6……

2.3 Etiologi Perdarahan Tali Pusat…………………………………………………. 7……

2.4 Tanda dan Gejala Perdarahan Tali pusat……………………………………. 9……

2.5 Penanganan Perdarahan Tali Pusat …………………………………………… 9……

BAB III TINJAUAN


KASUS…………………………………………………………. 11
BAB IV
PEMBAHASAN……………………………………………………………….. 19
BAB V PENUTUP
 Kesimpulan…………………………………………………………………….21
 Saran………………………………………………………………21
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….22
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
 
Pembangunan kesehatan di Indonesia merupakan bagian integral dari
pembangunan nasional. Tujuan diselenggarakan pembangunan kesehatan
adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
kesehatan setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal. Indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia yang
berorientasi pada tujuan MDGs menunjukkan sangat tingginya komitmen
Negara Indonesia untuk mewujudkan pembangunan kesehatan. MDGs atau
Millenium Development Goals (Tujuan Pembangunan Millenium) adalah 8
tujuan yang telah disetujui oleh 191 negara anggota PBB untuk dapat dicapai
pada tahun 2015 yang ditandatangani saat Deklarasi Millenium PBB.

Tujuan-tujuan MDGs tersebut adalah menanggulangi kemiskinan dan


kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan
gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak,
meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit
menular lainnya, memastikan kelestarian lingkungan hidup, serta
mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.

Salah satunya menurunkan angka kematian ibu dan anak, menurunkan


angka kematian anak hingga 2/3 dalam kurun waktu 1990-2015. Data dari
BPS dan SDKI menunjukkan bahwa penurunan angka kematian anak sudah
sejalan dengan sasaran MDGs, yaitu angka kematian balita dari 97 (tahun
1991) menjadi 44 perseribu kelahiran hidup (tahun 2007), angka kematian
bayi dari 68 menjadi 34 perseribu kelahiran, dan neonatal dari 32 menjadi 19
perseribu kelahiran.
Indikator angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu yang
diramalkan tidak mudah untuk dicapai. Data SDKI pada 2007 menunjukkan
AKI sebesar 228/100.000 kelahiran hidup, masih jauh dari harapan MDGs
sebesar 102/100.000 kelahiran hidup. Hal ini kemungkinan besar disebabkan
oleh kurangnya akses terhadap pelayanan kesehatan dan kurangnya tenaga
kesehatan berpengalaman seperti bidan di daerah-daerah terpencil.

Dewasa ini penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 50% kematian


terjadi dalam periode neonatal. Oleh karena itu, upaya pembinaan kesehatan
bayi dimulai dari pemenuhan kebutuhan primer sejak dalam kandungan
sampai periode perinatal. Kurang baiknya penanganan BBL akan
menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat berakibat fatal bagi bayi.
Misalnya perdarahan pada BBL.

Selama ini, anggapan risiko pendarahan hanya terjadi pada ibu yang
baru melahirkan saja. Padahal sang bayi yang baru lahir pun juga perlu
diwaspadai terjadi gejala ini. Oleh karena itu, bayi neonatus (bayi baru lahir)
ini wajib mendapatkan vitamin K. Pendarahan pada bayi neonatus, misalnya
adalah pendarahan tali pusat. Gejala ini timbul karena kekurangan vitamin K,
khususnya karena hati bayi yang belum matang untuk membentuk vitamin K.
Untuk itu, setiap bayi yang baru lahir harus diberikan suntikan vitamin K1
untuk mencegah pendarahan. Perdarahan tali pusat bisa juga terjadi karena
perawatan pasca lepasnya tali pusat yang kurang sempurna, sehingga lambat
dalam proses penyembuhan. Ini sering di temui, tali pusat bayi yang terus
berdarah. Meski demikian, jika terus menerus yang bisa menyebabkan anak
kurang darah.

Berdasarkan perkiraan organisasi kesehatan dunia World Health


Organization (WHO) hampir semua (98%) dari lima juta kematian neonatal
terjadi di negara berkembang. Lebih dari dua pertiga kematian itu terjadi
pada  periode neonatal dini. Data yang ada di RSUP. DR. M Djamil Padang
tentang BBLR pada tahun 2011 adalah sebanyak 1243 kelahiran sedangkan
bayi berat badan rendah 279 (22,45%). Data tahun 2012 sebanyak 1255
kelahiran sedangkan bayi berat lahir rendah 456 (36,33%).

Perkiraan kematian yang terjadi karena perdarahan tali pusat adalah


sekitar 550.000 lebih dari 50 % kematian yang terjadi di dunia disebabkan
karena

perdarahan masif pada pada tali pusat  pada umumnya terjadi akibat
pecahnya pembuluh darah umbilikus atau kelainan trombus pada bayi

Dari data yang didapatkan maka peneliti tertarik untuk mengangkat


masalah tentang: BBL dengan Perdarahan Tali Pusat.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka dapat dirumusan
masalah peneliti yaitu “ Apakah asuhan kebidanan pada neonatus dengan
perdarahan tali pusat ?”

C. Tujuan
Untuk mengetahui asuhan kebidanan pada neonatus dengan perdarahan tali
pusat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Tali Pusat
Tali pusat adalah bagian yang sangat penting bagi kehidupan janin, pada
umumnya tali pusat tampak mengkilat dan berwarna putih kebiruan. Panjang
rata-rata tali pusat adalah 60 cm dan kurang dari 1 % dari neonatus yang
mempunyai tali pusat lebih pendek atau lebih panjang.

Tali pusat mempunyai 2 arteri, 1 vena, alantois yang diameter sisa ductus
omfolomesentrium dan zat yang berupa agar-agar yang disebut jeli Wharton.
Lapisan luar tali pusat berasal dari amnion, sesudah lahir arteri tali pusat
berkontraksi lebih kuat dari vena sehingga lumen vena agak besar, sesudah tali
pusat dipotong strukturnya masih terdapat di bagian bawah pemotongan yang
dekat dengan pusat. Secara fungsional pembuluh darah tali pusat menutup
segera setelah bayi lahir penutupan secara anatomis baru pada bayi berumur 10-
20 hari.

Pemotongan dan pengikatan tali pusat harus segera dilakukan di kamar


bersalin, pengikatan yang baik adalah dengan pita karet/ jepitan mental/ plastik.
Cara ini paling baik untuk menghindari perdarahan tali pusat tersebut harus
diperiksa 4-6 jam, dalam 24 jam pertama karena benang kasar tersebut tidak
mengikuti penciutan tali pusat sehingga perdarahan mudah terjadi.

Dimasyarakat tertentu tindakan yang dilakukan pada tali pusat bayi setelah
lahir yaitu melakukan pengikatan tali pusat, penggunaan benang untuk mengikat
tali pusat telah terbukti membahayakan karena ikatan yang terlalu keras dapat
menyebabkan benang memotong jaringan tali pusat yang lembut.

B. Pengertian Tali Pusat


Yaitu adanya cairan (darah) yang keluar di sekitar tali pusat bayi. Perdarahan
yang terjadi pada tali pusat bisa timbul sebagai akibat dari trauma pengikatan tali
pusat yang kurang baik atau kegagalan proses pembentukan trombus normal.
Selain itu, perdarahan pada tali pusat juga bisa sebagai petunjuk adanya
penyakit pada bayi. Bayi harus sering diamati selama usia beberapa hari
pertama, sehigga jika perdarahan terjadi akan segera dapat dideteksi.

C. Etiologi Perdarahan Tali Pusat


Perdarahan tali pusat dapat terjadi karena robekan umbilikus, robekan pembuluh
darah, serta plasenta previa dan abrupsio plasenta.

1. Robekan umbilikus normal, yang biasanya terjadi karena :


2. Partus presipitatus
3. Adanya trauma atau lilitan tali pusat
4. Umbilikus pendek, sehingga menyebabkan terjadinya tarikan yang
berlebihan pada saat persalinan
5. Kelalaian penolong persalinan yang dapat menyebabkan tersayatnya
dinding umbilikus atau plasenta sewaktu SC
6. Robekan umbilikus abnormal, biasanya terjadi karena :
7. Adanya hematoma pada umbillikus yang kemudian hematoma tersebut
pecah, namun perdarahan yang terjadi masuk kembali ke dalam plasenta.
Hal ini sangat berbahaya bagi bayi karena dapat menimbulkan kematian
pada bayi.
8. Varises juga dapat menyebabkan perdarahan ketika varises tersebut
pecah
9. Aneurisma pembuluh darah pada umbilikus, yaitu terjadi pelebaran
pembuluh darah setempat saja karena salah dalam proses perkembangan
atau terjadi kemunduran dinding pembuluh darah.
Pada aneurisma, pembuluh darah menyebabkan pembuluh darah rapuh dan
mudah pecah.

3. Robekan pembuluh darah abnormal


Pada kasus robekan pembuluh darah umbilikus tanpa adanya trauma, hendaknya
dipikirkan kemungkinan adanya kelainan anatomi pembuluh darah seperti berikut
ini.

1. Pembuluh darah abdomen yang mudah pecah karena dindingnya tipis dan
tidak ada perlindungan jely wharton.
2. Insersi velamentosa tali pusat, yaitu pecahnya pembuluh darah pada
percabangan tali pusat sampai ke membran tempat masuknya plasenta.
Umbilikus dengam kelainan insersi ini sering terdapat pada kehamilan
ganda.
3. Plasenta multilobularis, perdarahan terjadi pada pembuluh darah yang
menghubungkan masing-masing lobus dengan jaringan plasenta karena
bagian tersebut sangat rapuh dan mudah pecah.
4. Perdarahan akibat plasenta previa dan abrupsio plasenta
Perdarahan akibat plasenta previa dan abrupsio plasenta dapat membahayakan
bayi. Plasenta previa cenderung menyebabkan anemia, sedangkan pada kasus
abrupsio plasenta lebih sering mengakibatkan kematian intrauterin karena dapat
terjadi anoreksia.

Lakukan pengamatan pada plasenta dengan teliti untuk menentukan adanya


perdarahan pada bayi baru lahir dan lakukan pemeriksaan hemoglobin secara
berkala pada bayi baru lahir dengan kelainan plasenta atau dengan SC.
D. Gejala Perdarahan Tali Pusat
1. Ikatan tali pusat lepas atau klem pada tali pusat lepas tapi masih
menempel pada tali pusat
2. Kulit di sekitar tali pusat memerah dan lecet
3. Ada cairan yang keluar dari tali pusat. Cairan tersebut bisa berwarna
kuning, hijau, atau darah.
4. Timbul sisik di sekitar atau pada tali pusat
E. Penanganan Perdarahan Tali Pusat
1. Penanganan disesuaikan dengan penyebab dari perdarahan tali pusat
yang terjadi.
2. Untuk penanganan awal, harus dilakukan tindakan pencegahan infeksi
pada tali pusat.
3. Jaga agar tali pusat tetap kering setiap saat. Kenakan popok di bawah
tali pusat.
4. Biarkan tali pusat terbuka, tidak tertutup pakaian bayi sesering
mungkin.
5. Bersihkan area di sekitar tali pusat. Lakukan setiap kali Anda
mengganti popok. Gunakan kapas atau cotton bud dan cairan alkohol
70% yang dapat dibeli di apotek.
1. Angkat tali pusat dan bersihkan tepat pada area bertemunya pangkal tali
pusat dan tubuh. Tidak perlu takut hal ini akan menyakiti bayi Anda.
Alkohol yang digunakan tidak menyengat. Bayi akan menangis karena
alkohol terasa dingin. Membersihkan tali pusat dengan alkohol dapat
membantu mencegah terjadinya infeksi. Hal ini juga akan mempercepat
pengeringan dan pelepasan tali pusat.

1. Jangan basahi tali pusat sampai tidak terjadi pendarahan lagi. Tali pusat
akan terlepas, dimana seharusnya tali pusat aka terlepas dalam waktu 1-2
minggu. Tapi, yang perlu diingat adalah jangan menarik tali pusat,
walaupun sudah terlepas setengah bagian.
1. Hindari penggunaan bedak atau losion di sekitar atau pada tali pusat
2. Segera lakukan inform consent dan inform choise pada keluarga pasien
untuk dilakukan rujukan. Hal ini dilakukan bila terjadi gejala berikut:
3. Tali pusat belum terlepas dalam waktu 3 minggu.
4. Klem pada pangkal tali pusat terlepas.
5. Timbul garis merah pada kulit di sekitar tali pusat.
6. Bayi menderita demam.
7. Adanya pembengkakan atau kemerah-merahan di sekitar tali pusat.
8. Timbul bau yang tidak enak di sekitar tali pusat.
9. Timbulnya bintil-bintil atau kulit melepuh di sekitar tali pusat.
10.Terjadi pendarahan yang berlebihan pada tali pusat. Pendarahan melebihi
ukuran luasan uang logam.
BAB III
TINJAUAN KASUS
 
ASUHAN KEBIDANAN

PADA BAYI BARU LAHIR Ny “W” UMUR 1 HARI

PERDARAHAN TALI PUSAT


DI RUANG MAWAR RSUD UNGARAN

PENGKAJIAN

Tanggal             : 19 Maret 2018

Jam                    : 12.05 WIB


Tempat              : Di Ruang “MAWAR”

1. DATA SUBYEKTIF
Identitas

Nama bayi                              : Bayi Ny W


Umur bayi                              : 1 hari
Tanggal/Jam/Lahir                  : 19 Maret 2018 jam : 09.05 WIB.
Jenis kelamin                         : perempuan
Anak ke                                 : 1
No.Reg                                  : 059442
Berat badan                           : 2640 gram
Panjang badan                       : 47 cm
Nama Ibu                              : Ny W
Umur                                     : 21 th
Suku/Bangsa                          : Jawa/Indonesia
Agama                                   : Islam
Pendidikan                             : SMP
Pekerjaan                               : Swasta
Alamat                                   : RT/RW 27/29 Desa.kajen Kec. ungaran, Kab.
Semarang.
Nama Ayah                            : Tn J
Umur                                  : 29 th
Suku/Bangsa                          : Jawa/Indonesia
Agama                                   : Islam
Pendidikan                             : SMA
Pekerjaan                               : Wiraswasta
Alamat                                   : RT/RW 27/29 Desa.kajen, Kec. Ungaran,
Kab. Semarang.
Keluhan Utama

Ibu mengatakan bayinya mengalami perdarahan pada tali pusat sejak tadi
pagi Jam 06.30 WIB

Riwayat Penyakit Kehamilan

1. Perdarahan : Tidak ada


Pre-eklamsi                         : Tidak ada
c.  Eklampsia                           : Tidak ada
d.  Penyakit kelamin               : Tidak ada
e.  Lain-lain                             : Tidak ada
Kebiasaan Waktu Hamil
a. Pola Nutrisi

Sebelum Hamil

Makan                                     : 3x sehari porsi sedang (nasi, lauk, sayur


kadang buah-buahan)

Minum                                     : 5-7 gelas/hari (air putih, teh)

Selama Hamil

Makan                                     : 3x sehari porsi sedang (nasi, lauk, sayur)

Minum                                     : 5-8 gelas/hari (air putih, teh)

1. Pola Aktivitas
Sebelum Hamil

Ibu biasa mengerjakan pekerjaan rumah sendiri seperti menyapu, mencuci,


dan memasak.
Selama Hamil

Ibu biasa mengerjakan pekerjaan rumah sendiri tetapi tidak terlalu berat.

1. Pola Istirahat
Sebelum Hamil

Tidur siang                              : Jam 12.00-13.00 (+ 1 jam/hari)


Tidur malam                           : Jam 21.00-04.00 (+ 7-8 jam/hari )
Selama Hamil

Tidur siang                             : Jam 12.00-13.30 (+ 1-2 jam/hari)


Tidur malam                            : Jam 21.00-04.30 (+ 7-8 jam/hari )

1. Pola Eliminasi
Sebelum hamil

BAK                                       : 5x /hari, warna kuning, bau khas


BAB                                        : 1x/hari, warna kuning, konsistensi lunak.
Selama hamil

BAK                                       : 6-7x /hari, warna kuning, bau khas


BAB                                        : 1x/hari, warna kuning, konsistensi lunak,
bau khas

1. Riwayat Persalinan Sekarang


2. Jenis persalinan
Spontan

2. Ditolong oleh
Bidan

3. Lama persalinan
4. Kala I                         : 12 jam
b.  Kala II                   : 2 jam
c.  Kala III                  : 10 Menit
5. Pengeluaran pervaginam.
Darah lendir                           : Ada lochea rubra

Air ketuban                             : Pecah jam 11.10 WIB, warna jernih,    bau
khas

Laserasi / robekan perineum   : Tidak ada

Darah                                      : Ada sekitar + 150 CC

5. Komplikasi persalinan.
Ibu                                          : Tidak ada
Bayi                                         : Tidak ada

6. Keadaan Bayi Baru Lahir.


Nilai Apgar Skor                    : 8-9
Menit 1
Appeance (warna kulit)          : 1

Pulse (Frek nadi)                    : 2

Grimace (ransangan)              : 1

Activity (tonus otot)              : 2

Respiration (pernafasan)        : 2

Menit 5
Appeance (warna kulit)          : 2

Pulse (Frek nadi)                    : 2

Grimace (ransangan)              : 1

Activity (tonus otot)              : 2

Respiration (pernafasan)        : 2

7. Resusitasi
Penghisapan lendir                 : Ya

Oksigen                                  : Tidak

Terapi                                     : Penghangatan dengan lampu.

Keterangan                             : Untuk menghangatkan tubuh bayi sehingga


bayi tidak hipotermi

1. DATA OBYEKTIF
2. Pemeriksaan fisik umum
Keadaan Umum                     : Composmentis
Suhu                                      : 36,5 0C
Pernafasan                              : 46 x/menit
Nadi                                       : 120x/menit
Berat badan sekarang              : 2640 gram
Panjang badan                        : 48 cm
2. Pemeriksaan khusus.
3. Inspeksi
Kepala                                   : Simetris,Rambut hitam,ada lanugo, kulit
rambut  bersih

Ubun-ubun                             : Datar

Muka                                      : Simetris, Tidak ada oedem, kemerahan


pada mukanya

Mata                                       : Simetris, Konjungtiva merah muda, sklera


putih.

Telinga                                    : Simetris, tidak ada serumen

Mulut                                      : Simetris, tidak ada bibir sumbing.

Hidung                                   : Simetris, tidak ada secret, tidak ada


pernapasan cuping hidung

Leher                                      : Tidak ada tyroid, tidak ada pembengkakan.

Dada                                       : Simetris, gerakan rongga dada teratur,


tidak ada tarikan intercostae

Abdomen                               : Simetris, tidak kembung, tali pusat


terbungkus kasa steril, terlihat perdarahan, kulit di sekitar tali pusat memerah
dan lecet.

Punggung                               : Simetris, tidak ada sipina bifida

Ekstremitas                             : Jari-jari ekstremitas atas dan bawah


lengkap, tidak ada polydaktil, syndaktil, brakidaktyl, bentuk ekstremitas kanan
dan kiri simetris.

Genetalia                                : Terlihat Labia mayora menutupi labia


minora.

Anus                                       : Terdapat lubang anus.

b.Palpasi

Kepala                                    : Tidak ada benjolan, UUB datar, UUK belum


menutup
Leher                                      : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan
limfe

1. Reflek
Reflek moro                           : Ada
Reflek Rooting                       : Ada
Reflek Graphs/plantar            : Ada
Reflek Sucking                       : Ada
Reflek Walking                      : Tidak ada

1. Antropometri
Lingkar kepala

FO                                          : 34 cm

MO                                         : 35 cm

SOB                                       : 32 cm

Lingkar dada                          : 32 cm


Lingkar lengan atas                : 11 cm

1. Eliminasi
Miksi                                       : Sudah, jam : 11.25 WIB
Meconium                               : Sudah, Warna : Hijau Kehitaman Tgl : 19
Maret 2018 , Jam :12.10 WIB

A. Pemeriksaan Penunjang : –
DIAGNOSA KEBIDANAN
Bayi Ny. “W” 1 hari post partum dengan perdarahan talipusat fisiologis.

E. PENATALAKSANAAN
1.  Lakukan penanganan awal, harus dilakukan tindakan pencegahan infeksi

pada tali pusat misalnya mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang
bayi

2. lakukan observasi TTV

3. Kenakan popok di bawah tali pusat, biarkan tali pusat terbuka, tidak
tertutup pakaian bayi sesering mungkin.
4.  Angkat tali pusat dan bersihkan tepat pada area bertemunya pangkal tali
pusat dan tubuh. Tidak perlu takut hal ini akan menyakiti bayi Anda.

5. Bersihkan area di sekitar tali pusat. Lakukan setiap kali Anda mengganti
popok. Bungkus tali pusat dengan kasa steril. Hal ini  akan mempercepat
pengeringan dan pelepasan tali pusat.

6. Jaga agar tali pusat tetap kering setiap saat.

7. Jangan basahi tali pusat sampai tidak terjadi pendarahan lagi. Tali pusat
akan terlepas, dimana seharusnya tali pusat aka terlepas dalam waktu 1-2
minggu. Tapi, yang perlu diingat adalah jangan menarik tali pusat,
walaupun sudah terlepas setengah bagian.

8. Hindari penggunaan bedak atau losion di sekitar atau pada tali pusat.

PERENCANAN:
1. Melakukan penanganan awal, harus dilakukan tindakan pencegahan
infeksi pada tali pusat misalnya mencuci tangan sebelum dan sesudah
memegang bayi
2. Melakukan observasi TTV
3. Mengenakan popok di bawah tali pusat, biarkan tali pusat terbuka,
tidak tertutup pakaian bayi sesering mungkin.
4. Mengangkat tali pusat dan bersihkan tepat pada area bertemunya
pangkal tali pusat dan tubuh. Tidak perlu takut hal ini akan menyakiti
bayi Anda.
5. Membersihkan area di sekitar tali pusat. Lakukan setiap kali Anda
mengganti popok. Bungkus tali pusat dengan kasa steril. Hal ini  akan
mempercepat pengeringan dan pelepasan tali pusat.
6. Menjaga agar tali pusat tetap kering setiap saat.
7. Jangan basahi tali pusat sampai tidak terjadi pendarahan lagi. Tali
pusat akan terlepas, dimana seharusnya tali pusat aka terlepas dalam
waktu 1-2 minggu. Tapi, yang perlu diingat adalah jangan menarik tali
pusat, walaupun sudah terlepas setengah bagian.
8. Menghindari penggunaan bedak atau losion di sekitar atau pada tali
pusat.

 
 
BAB IV

5.1      Kesimpulan


Perdarahan tali pusat yaitu adanya cairan (darah) yang keluar di sekitar tali
pusat bayi. Perdarahan yang terjadi pada tali pusat bisa timbul sebagai akibat
dari trauma pengikatan tali pusat yang kurang baik atau kegagalan proses
pembentukan trombus normal. Selain itu, perdarahan pada tali pusat juga
bisa sebagai petunjuk adanya penyakit pada bayi.

Etiologi perdarahan tali pusat :

1. Robekan umbilikus normal


2. Robekan umbilikus abnormal
3. Robekan pembuluh darah abnormal
4. Robekan akibat plasenta previa dan abrupsio plasenta
Penanganannya :

1. Penanganan disesuaikan dengan penyebab dari perdarahan tali pusat


2. Untuk penanganan awal, harus dilakukantindakan pencegahan infeksi
pada tali pusat
3. Segera lakukan inform consent dan inform choice pada keluarga
pasien untuk dilakukan rujukan
5.2       Saran
Diharapkan makalah ini banyak manfaatnya terutama bagi petugas
kesehatan dan bagi semuanya, untuk menambah wawasan dalam bidang
kesehatan terutama dalam penanganan perdarahan tali pusat , Makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan,oleh karena itu kritikan dan saran sangat
diharapkan untuk dapat menyempurnakannya makalah ini.

IMPLEMENTASI; Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksan perdarahan tali


pusat yaitu sebab adanya cairan atau darah yang keluar di sekitar tali pusat .harus
segera di tangani tenaga kesehatan setempat kalau tidak, bisa menyebabkan infeksi
.

PERTANYAAN TENTANG TALI PUSAT

1. Apa yang di maksud dengan abruptio plasenta?


A. lepasnya plasenta setelah lahir
B. lepasnya plasenta sebelum waktunya
c. lepasnya plasenta setelah bayi lahir
D. lepasnya plasenta setelah ketuban pecah
2. Apa saja penyebab robekan umbilikus normal KECUALI?
A. terjadi karena partus precipitatus
B. adanya trauma
C. adanya lilitan tali pusat
D. adanya perdarahan
3. Dibawah ini yang termasuk gejala perdarahan tali pusat adalah?
A. tali pusat memerah atau lecet
B. tali pusat yang patah di dalam rahim
C. semburan darah
D. panjangnya tali pusat
4. Apa yang dimaksud dengan perdarahan tali pusat?
A. cairan (darah)yang keluar dari tali pusat
B. robekan pada tali pusat
C. keluarnya darah ,nanah pada tali pusat
D. keluarnya lendir pada tali pusat
5. Bagaimana cara menangani perdarahan tali pusat?
A. kenakan popok di bawah tali pusat
B. mandikan bayi setiap mengompol
C. berikan minyak pada tali ppusa dengan kain.
Evaluasi;

1) Ibu sudah mengerti tentang tanda bahaya tali pusat. .


2) Ibu sudah mengerti dan bersedia untuk datang kepelayanan jika keadaan berlanjut
parah untuk segera di runjuk
3)Ibu mengatakan sudah mengerti tentang perawatan tali pusat yang baik

DAFTAR PUSTAKA
 

Terapi sel induk dari darah tali pusat”,republika,17 oktober 2011

Sodikin, perwatan tali pusat,jakarta:EGC,2009.

Vionalisa. 2010.  Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Padang: Universitas


Baiturrahmah

Dewi, Vivian Nanny L.2010.Asuhan Neonatus Bayi dan Anak


Balita. Jakarta:                Salemba Medika

Markum, Sofyan Ismael,dkk.2002.Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: FK UI

Behrman, R.E. dkk. 2000.  Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol 2. Diterjemahkan
oleh A. Samik Wahab. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai