Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

IKTERUS PADA BAYI DI RUANG POLI ANAK


RSUD KOTA MADIUN

Oleh:
1. Doni Setiawan 201906027
2. Frizko Rizki P 201906033
3. Gita Mega K 201906035
4. Hanisaningrum H 201906036
5. Intan Febyanti 201906039
6. Isyarotus Sakinah 201906040
7. Leni Pitriana 201906041

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
TAHUN AKADEMIK 2019/ 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Ikterus pada Bayi

di Ruang Poli Anak

RSUD Kota Madiun

Dengan ini membuat laporan praktik klinik Profesi Ners,

stase Keperawatan Anak tahun 2019/ 2020,

sebagai syarat kelulusan.

Telah disetujui dan disahkan pada:

HARI :

TANGGAL :

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(____________________________) (____________________________)
SATUAN ACARA PENYULUHAN IKTERUS PADA BAYI
DI RUANG POLI ANAK RSUD KOTA MADIUN

1. Topik : Ikterus Neonatorum (pada Bayi)


2. Sub Pokok Bahasan :
a) Pegertian Ikterus pada bayi
b) Penyebab Ikterus pada bayi
c) Macam-macam Ikterus pada bayi
d) Tanda dan gejala Ikterus pada bayi
e) Bahaya Bayi Ikterus pada bayi
f) Penanganan Ikterus pada bayi
3. Sasaran : Ibu
4. Hari / tanggal : Rabu, 5 Februari 2020
5. Pukul : 09.00 WIB – 09.30 WIB
6. Waktu : 30 menit
7. Tempat :Ruang Poli Anak RSUD Kota Madiun
8. Tujuan :
a. Tujuan Intruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan ini, diharapkan ibu mengetahui dan memahami mengenai
tentang Ikterus Neonatorum dan dapat mengetahui bahaya-bahaya yang terjadi pada bayi
ikterus.
b. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan :
 Ibu dapat menjelaskan pengertian Ikterus
 Ibu dapat menjelaskan penyebab Ikterus
 Ibu dapat menjelaskan macam-macam Ikterus
 Ibu dapat menjelaskan tanda dan gejala Ikterus
 Ibu dapat menjelaskan bahaya dari bayi ikterus.
 Ibu dapat menjelaskan penanganan ikterus pada bayi
9. Materi (terlampir)
a. Pengertian Ikterus
b. Penyebab Ikterus
c. Macam-macam Ikterus
d. Tanda dan gejala Ikterus.
e. Bahaya dari bayi ikterus.
f. Penanganan bayi dengan ikterus

10. Media penyuluhan


Lembar Bolak Balik

11.Metode penyuluhan
a. Ceramah
b. Tanya jawab

12. Daftar Rencana Proses Penyuluhan

No Pukul Kegiatan Materi Kegiatan Penyaji Kegiatan Peserta

1 2 3 4 5 6

1. 09.00- Pembukaan 1. Ucapkan salam Mengucapkan Menjawab salam


09.05 (5 menit) salam dan
membuka acara
penyuluhan.
Memperkenalkan Memperhatikan dan
2. Perkenalkan diri
mendengarkan
anggota kelompok
dan pembimbing.
Memperhatikan dan
3. Tujuan (umum dan Menjelaskan tujuan mendengarkan
khusus) umum dan khusus.
Memperhatikan dan
Menjelaskan topik mendengarkan.
4. Topik dan Sub dan sub topik. Menyepakati
Topik kontrak waktu
Menjelaskan dan selama 30 menit.
5. Kontrak waktu menyepakati
kontrak waktu
selama 30 menit
kepada peserta.
1 2 3 4 5 6
2. 09.05- Pelaksanaan 1. Pengertian/ Batasan Menyajikan dan Mendengarkan
09.25 penyuluhan Ikterus pada bayi. menjelaskan materi. dan memperhatikan.
(20 menit)
2. Menjelaskan
mengenai penyebab
Ikterus pada bayi
3. Menjelaskan
mengenai macam –
macam Ikterus pada
bayi
4. Menjelaskan
mengenai tanda dan
gejala Ikterus pada
bayi
5. Menjelaskan
komplikasi dari
bayi ikterus.
6. Menjelaskan
Penanganan Ikterus

3. 09.25- Evaluasi 1. Evaluasi kepada Tanya jawab Mengajukan


09.30 (5 menit) peserta pertanyaan kepada
penyaji.

Penyaji bertanya Menjawab


kepada peserta pertanyaan penyaji

Penyaji menjawab Mendengarkan,


pertanyaaan peserta memperhatikan.

Pembimbing Mendengarkan dan


menambahkan memperhatikan
2. Kesempatan penjelasan
pembimbing
Penyaji dan peserta Peserta dengan
menyimpulkan bimbingan penyaji
3. Simpulan materi yang sudah menyimpulkan
dibahas materi
4. Salam Penutup

13. Pengorganisasian
Moderator : Gita Mega K.
Tugas :
 Memperkenalkan anggota kelompok dan pembimbing
 Membuka acara penyuluhan
 Mengatur jalannya penyuluhan
 Memfasilitasi tanya jawab
 Menutup acara penyuluhan

Penyaji :
a. Leni Pitriana
b. Isyarotus Sakinah
Tugas :
Menyajikan materi penyuluhan

Observer : Hanisaningrum H
Tugas :
 Mengevaluasi jalannya penyuluhan
 Mengobservasi ketepatan waktu penyuluhan

Notulen : Intan Febbyanti


Tugas :
 Mencatat semua peserta yang hadir
 Mencatat semua pertanyaan peserta
 Menyimpulkan penjelasan dan jawaban hasil penyuluhan

Fasilitator :
Doni Setyawan
Frizko Rizky P.

14. Kegiatan Evaluasi


a. Kriteria hasil :
 85% peserta yang menghadiri penyuluhan dapat menjelaskan tetang Ikterus
Neonatorum.
 Semua peserta penyuluhan tidak ada yang meninggalkan tempat sampai penyuluhan
selesai.
b. Antisipasi Masalah :
 Jika ada peserta yang tidak bisa menjawab pertanyaan, kita menjelaskan kembali
secara lebih singkat, padat, dan jelas materi yang belum dipahami peserta dan
menanyakan pada yang lain apakah sudah jelas dengan penjelasan yang diberikan.
 Jika peserta tidak memperhatikan, kita memberikan stimulasi dengan cara
mengajaknya berinteraksi.
Materi Penyuluhan

IKTERUS NEONATORUM

1. Pengertian Ikterus Neonatorum (pada Bayi)


Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena isi
produk akhir katabolisme heme yaitu bilirubin.
Secara klinis, ikterus pada neonatus akan tampak bila konsentrasi bilirubin serum >5mg/dL
(Cloherty, 2004). Pada orang dewasa,ikterus akan tampak apabila serum bilirubin >2mg/dL.
Ikterus lebih mengacu pada gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit, sedangkan
hiperbilirubinemia lebih mengacu pada gambaran kadar bilirubin serum total.

2. Penyebab Ikterus pada Bayi


Penyebab ikterus dapat dibagi kepada tiga fase yaitu:
a. Ikterus Pra hepatik
Produksi bilirubin yang meningkat yang terjadi pada hemolisis sel darah merah.
Peningkatan pembentukan bilirubin dapat disebabkan oleh:
1) Kelainan sel darah merah
2) Infeksi seperti malaria, sepsis.
3) Toksin yang berasal dari luar tubuh seperti: obat – obatan, maupun yang berasal
dari dalam tubuh seperti yang terjadi pada reaksi transfuse dan eritroblastosis
fetalis.
b. Ikterus Pasca hepatik
Bendungan pada saluran empedu akan menyebabkan peninggian bilirubin
konjugasi yang larut dalam air. Akibatnya bilirubin mengalami akan mengalami
regurgitasi kembali kedalam sel hati dan terus memasuki peredaran darah, masuk ke
ginjal dan di eksresikan oleh ginjal sehingga ditemukan bilirubin dalam urin.
Sebaliknya karena ada bendungan pengeluaran bilirubin kedalam saluran pencernaan
berkurang sehingga tinja akan berwarna dempul karena tidak mengandung sterkobilin.
c. Ikterus Hepatoseluler
Kerusakan sel hati menyebabkan konjugasi bilirubin terganggu sehingga
bilirubin direk akan meningkat dan juga menyebabkan bendungan di dalam hati
sehingga bilirubin darah akan mengadakan regurgitasi ke dalam sel hati yang kemudian
menyebabkan peninggian kadar bilirubin konjugasi di dalam aliran darah. Kerusakan
sel hati terjadi pada keadaan: hepatitis, sirosis hepatic, tumor, bahan kimia, dll.

3. Macam-macam Ikterus pada Bayi


Terdapat 2 jenis ikterus yaitu ikterus fisiologis dan patologis (Mansjoer,2002).
a. Ikterus fisiologis
Ikterus fisiologis memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Timbul pada hari kedua-ketiga.
2) Kadar bilirubin indirek (larut dalam lemak) tidak melewati 12 mg/dL pada neonatus
cukup bulan dan 10mg/dL pada kurang bulan.
3) Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg/dL per hari.
4) Kadar bilirubin direk (larut dalam air) kurang dari 1mg/dL.
5) Gejala ikterus akan hilang pada sepuluh hari pertama kehidupan.
6) Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis tertentu.

b. Ikterus patologis
Ikterus patologis memiliki karakteristik seperti berikut:
1) Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama kehidupan.
2) Ikterus dengan kadar bilirubin melebihi 12mg/dL pada neonatus cukup bulan dan
10mg/dL pada neonates lahir kurang bulan/premature
3) Ikterus dengan peningkatan bilirubun lebih dari 5mg/dL per hari.
4) Ikterus yang menetap sesudah 2 minggu pertama.
5) Ikterus yang mempunyai hubungan dengan proses hemolitik, infeksi atau keadaan
patologis lain yang telah diketahui
6) Kadar bilirubin direk melebihi 1mg/dL.

4. Tanda dan Gejala Ikterus pada Bayi


Gejala Hiperbilirubinemia dikelompokan menjadi 2 fase yaitu akut dan kronik:
(Surasmi, 2003)

1. Gejala akut
a) Lethargi (lemas)
b) Tidak ingin mengisap
c) Feses berwarna seperti dempul
d) Urin berwarna gelap
2. Gejala kronik
a) Tangisan yang melengking (high pitch cry)
b) Kejang
c) Perut membuncit dan pembesaran hati
d) Dapat tuli, gangguan bicara dan retardasi mental
e) Tampak matanya seperti berputar-putar

5. Komplikasi
Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan, maka akan terjadi
penyakit kern ikterus. Kern ikterus yaitu keruskan otak akibat perlangketan bilirubin
indirek pada otak. Pada kern ikterus gejala klinik pada permulaan tidak jelas antara lain
: bayi tidak mau menghisap, letargi, mata berputar-putar, gerakan tidak menentu
(involuntary movements), kejang tonus otot meninggi, leher kaku, dn akhirnya
opistotonus.
Penyebab kern ikterus karena kadar bilirubin yang sangat tinggi yang dapat
mencapai tingkat toksik sehingga merusak sel-sel otak. Kadar bilirubin yang tinggi
merupakan kelanjutan dari ikterus neonatorum. Kern ikterus dapat menimbulkan
kerusakan otak dengan gejala gangguan pendengaran, keterbelakangan mental dan
gangguan tingkah laku.

6. Penanganan Ikterus pada Bayi


1) Ikterus Fisiologis
Bayi sehat, tanpa faktor risiko, tidak diterapi. Perlu diingat bahwa pada bayi sehat,aktif,
minum kuat, cukup bulan, pada kadar bilirubin tinggi, kemungkinanterjadinya
kernikterus sangat kecil. Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat, dapat dilakukan
beberapa cara berikut:

Lakukan perawatan bayi seperti :

a. Memandikan bayi
b. Melakukan perawatan tali pusat
c. Lakukan pencegahan hipotermi
d. Menjemur bayi di bawah sinar matahari dari jam 07.00 hingga jam 09.00
pagi,kurang lebih 30 menit
e. Berikan ASI secara adekuat

2) Ikterus Patologis
a. Cegah agar gula darah tidak turun, jika anak masih bisa menyusui mintalah pada ibu
untuk menyusui anakanya
 Jika anak tidak bisa menyusui lagi tapi masih bisa menelan beri perasan ASI atau
susu pengganti, Jika keduanaya tidak memungkinkan beri air gula 30-50 cc
sebelum dirujuk
 Cara membuat air gula.Larutkan 4 sendok teh gula kedalam gelas yang berisi 200
cc air masak
 Jika anak tidak bisa menelan berikan 50cc air susu ataua ir gula melalaui pipa
ansogastrik ,jika tidak rujuk segera
b. Nasehati ibu agar menjaga bayi tetap hangat
c. Sertakan contoh darah ibu jika kuning terjadi pada 2 hari pertama kehidupan
 Rujuk segera.
 Setiap ikterik yang muncul pada 24 jam pertama adalah patologis dan
membutuhkan pemeriksaan laboratorium lanjut
 Pada bayi dengan ikterus kramer grade 3 atau lebih perlu dirujuk
d. Perhatikan frekwensi BAK dan BAB
e. Beri terapi sinar untuk bayi yang dirawat di RS dan jemur bayi dibawah sinar matahari
pagi pada jam 7-8 selaam 30 menit/.15 menit telentang dan 15 menit telungkup
f. Cegah kontak dengan keluarga yang sakit dan cegah terjadinya infeksi dengan menjaga
personal hygiene dan selalu cuci tangan sebelum kontak dengan bayi.
g. Risiko Terjadinya kern ikterus, dapat di lakukan pencegahan kern ikterus dengan
melakukan cek laboratorium bilirubin.
Penanganan di Rumah Sakit
1). Terapi Sinar (fototerapi)
Terapi sinar dilakukan selama 24 jam atau setidaknya sampai kadar bilirubin dalam
darah kembali ke ambang batas normal. Dengan fototerapi, bilirubin dalam tubuh bayi dapat
dipecahkan dan menjadi mudah larut dalam air tanpa harus diubah dulu oleh organ hati. Terapi
sinar juga berupaya menjaga kadar bilirubin agar tak terus meningkat sehingga menimbulkan
risiko yang lebih fatal.
Sinar yang digunakan pada fototerapi berasal dari sejenis lampu neon dengan panjang
gelombang tertentu. Lampu yang digunakan sekitar 12 buah dan disusun secara paralel. Di
bagian bawah lampu ada sebuah kaca yang disebut flexy glass yang berfungsi meningkatkan
energi sinar sehingga intensitasnya lebih efektif.
Sinar yang muncul dari lampu tersebut kemudian diarahkan pada tubuh bayi. Seluruh
pakaiannya dilepas, kecuali mata dan alat kelamin harus ditutup dengan menggunakan kain
kasa. Tujuannya untuk mencegah efek cahaya berlebihan dari lampu-lampu tersebut. Seperti
diketahui, pertumbuhan mata bayi belum sempurna sehingga dikhawatirkan akan merusak
bagian retinanya. Begitu pula alat kelaminnya, agar kelak tak terjadi risiko terhadap organ
reproduksi itu, seperti kemandulan.
Pada saat dilakukan fototerapi, posisi tubuh bayi akan diubah-ubah; telentang lalu
telungkup agar penyinaran berlangsung merata. Dokter akan terus mengontrol apakah kadar
bilirubinnya sudah kembali normal atau belum. Jika sudah turun dan berada di bawah ambang
batas bahaya, maka terapi bisa dihentikan. Rata-rata dalam jangka waktu dua hari si bayi sudah
boleh dibawa pulang.
Meski relatif efektif, tetaplah waspada terhadap dampak fototerapi. Ada kecenderungan
bayi yang menjalani proses terapi sinar mengalami dehidrasi karena malas minum. Sementara,
proses pemecahan bilirubin justru akan meningkatkan pengeluarkan cairan empedu ke organ
usus. Alhasil, gerakan peristaltik usus meningkat dan menyebabkan diare. Memang tak semua
bayi akan mengalaminya, hanya pada kasus tertentu saja. Yang pasti, untuk menghindari
terjadinya dehidrasi dan diare, orang tua mesti tetap memberikan ASI pada si kecil.

2). Terapi obat-obatan


Terapi lainnya adalah dengan obat-obatan. Misalnya, obat phenobarbital atau luminal
untuk meningkatkan pengikatan bilirubin di sel-sel hati sehingga bilirubin yang sifatnya
indirect berubah menjadi direct. Ada juga obat-obatan yang mengandung plasma atau albumin
yang berguna untuk mengurangi timbunan bilirubin dan mengangkut bilirubin bebas ke organ
hati.
Biasanya terapi ini dilakukan bersamaan dengan terapi lain, seperti fototerapi. Jika
sudah tampak perbaikan maka terapi obat-obatan ini dikurangi bahkan dihentikan. Efek
sampingnya adalah mengantuk. Akibatnya, bayi jadi banyak tidur dan kurang minum ASI
sehingga dikhawatirkan terjadi kekurangan kadar gula dalam darah yang justru memicu
peningkatan bilirubin. Oleh karena itu, terapi obat-obatan bukan menjadi pilihan utama untuk
menangani hiperbilirubin karena biasanya dengan fototerapi si kecil sudah bisa ditangani.
3). Terapi Transfusi Tukar
Jika setelah menjalani fototerapi tak ada perbaikan dan kadar bilirubin terus meningkat
hingga mencapai 20 mg/dl atau lebih, maka perlu dilakukan terapi transfusi darah.
Dikhawatirkan kelebihan bilirubin dapat menimbulkan kerusakan sel saraf otak (kern ikterus).
Efek inilah yang harus diwaspadai karena anak bisa mengalami beberapa gangguan
perkembangan. Misalnya keterbelakangan mental, cerebral palsy , gangguan motorik dan
bicara, serta gangguan penglihatan dan pendengaran. Untuk itu, darah bayi yang sudah teracuni
akan dibuang dan ditukar dengan darah lain.
Proses tukar darah akan dilakukan bertahap. Bila dengan sekali tukar darah, kadar
bilirubin sudah menunjukkan angka yang menggembirakan, maka terapi transfusi bisa
berhenti. Tapi bila masih tinggi maka perlu dilakukan proses tranfusi kembali. Efek samping
yang bisa muncul adalah masuknya kuman penyakit yang bersumber dari darah yang
dimasukkan ke dalam tubuh bayi. Meski begitu, terapi ini terbilang efektif untuk menurunkan
kadar bilirubin yang tinggi.
4). Terapi Sinar Matahari
Pada bayi-bayi yang mengalami ikteris neonatorum fisiologis dapat dijemur di bawah
sinar matahari pagi antara 7-9 pagi selama 15 menit. Sinar matahari mengandung sinar biru-
hijau yang dapat mengubah bilirubin indirek menjadi bilirubin yang lebih mudah dibuang.
Selain itu, matahari pagi berguna sebagai sumber vitamin D.
Untuk bayi yang mengalami ikterus patologis terapi dengan sinar matahari hanya merupakan
terapi tambahan. Biasanya dianjurkan setelah bayi selesai dirawat di rumah sakit. Caranya, bayi
dijemur selama setengah jam dengan posisi yang berbeda-beda. Seperempat jam dalam
keadaan telentang, misalnya, seperempat jam kemudian telungkup. Lakukan antara jam 7.00
sampai 9.00. Inilah waktu dimana sinar surya efektif mengurangi kadar bilirubin. Di bawah
jam tujuh, sinar ultraviolet belum cukup efektif, sedangkan di atas jam sembilan kekuatannya
sudah terlalu tinggi sehingga akan merusak kulit.
Hindari posisi yang membuat bayi melihat langsung ke matahari karena dapat merusak
matanya. Perhatikan pula situasi di sekeliling, keadaan udara harus bersih.
5). Menyusui Bayi dengan ASI
Bilirubin juga dapat pecah jika bayi banyak mengeluarkan feses dan urin. Untuk itu
bayi harus mendapatkan cukup ASI. Seperti diketahui, ASI memiliki zat-zat terbaik bagi bayi
yang dapat memperlancar buang air besar dan kecilnya. Akan tetapi, pemberian ASI juga harus
di bawah pengawasan dokter karena pada beberapa kasus, ASI justru meningkatkan kadar
bilirubin bayi (breast milk jaundice) . Di dalam ASI memang ada komponen yang dapat
mempengaruhi kadar bilirubinnya. Sayang, apakah komponen tersebut belum diketahui hingga
saat ini.
Yang pasti, kejadian ini biasanya muncul di minggu pertama dan kedua setelah bayi
lahir dan akan berakhir pada minggu ke-3. Biasanya untuk sementara ibu tak boleh menyusui
bayinya. Setelah kadar bilirubin bayi normal, baru boleh disusui lagi.

Anda mungkin juga menyukai